Cake Mandarin
Cake Mandarin
lezat dan mudah dibuat. Cake disajikan dalam potongan-potongan kecil yang
dihias atau pun disajikan ukuran besar sesuai cetakan yang digunakan
(Rafika dkk, 2012).
Pati jagung dengan nama dagang Maizena merupakan salah satu
bahan yang dapat meningkatkan elastisitas dan melembutkan cake. Maizena
terbuat dari pati jagung, tergolong gluten-free. Salah satu sifat pati jagung yang
mengguntungkan teraplikasikan dalam pembuatan cake yaitu mengontrol
tekstur dan reologi serta mempertahankan kelembaban (Haliza dkk, 2012)
Emulsifier fungsinya adalah untuk menstabilkan bentuk dan ukuran
kue serta untuk mengempukkannya. Pemberian emulsifier akan membuat
kudapan yang dihasilkan akan terasa lembut dan berserat halus. Selain itu,
emulsifier juga akan membuat adonan berkembang baik dalam waktu singkat.
Tujuan dari penggunaan emulsifier adalah untuk menghemat penggunaan telur
dan praktis. Emulsifier biasanya dijual di toko dalam bentuk bubuk atau pasta,
dengan merek dagang antara lain Ovalet, Bakels, TBM, atau SP. Keempat
merek dagang ini mempunyai kesamaan secara fisik, yaitu berbentuk pasta dan
berwarna kekuningan (Purnomowati dkk, 2008).
Gluten didalam cake berperan membentuk kerangka atau struktur
yang kokoh dan elastis untuk mempertahankan terjadinya pengembangan.
Kemampuan daya bentuk struktur cake ditentukan oleh mutu dan jumlah
glutennya. Gluten terbentuk dari gliadin dan glutenin yang bereaksi dengan air,
dipercepat dengan perlakuan mekanis, membentuk jaringan tiga dimensi yang
kontinyu. Gluten mempunyai sifat lentur atau elastis dan rentang atau
ekstensible. Kelenturannya ditentukan oleh glutenin sedangkan kerentangannya
oleh gliadin. Tepung gandum sangat berpengaruh terhadap daya kembang cake.
Daya kembang cake semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah tepung
gandum. Tekstur luar dan dalam cake sangat dipengaruhi oleh jumlah tepung
gandum, hal ini berkaitan dengan daya kembang cake, karena cake membentuk
struktur yang berpori dengan kerangka yang elastis (Susilo dan Fenny, 2007).
Pengocokan adonan hingga benar-benar mengembang sempurna,
lakukan tes pita, yaitu gelembung udara sudah hilang dan adonan mengental,
gelombangnya tidak mudah hilang dan jika dikocok akan membentuk seperti
pita. Pengocokan juga disesuaikan dengan jumlah telur yang digunakan, jangan
sampai adonan terlalu kaku karena udara yang masuk akan berlebihan dan
dikeluarkan saat pemanggangan. Akibatnya cake akan kempis. Penggunaan
emulsifier sesuai resep dan kebutuhan. Kandungan bahan kimianya dapat
membuat rasa pahit dan menyebabkan pecah di bagian atas cake jika dipakai
berlebihan. Penggunaan tepung terigu protein sedang agar teksturnya lembut
dan jaringan cake yang dibentuk oleh tepung terigu hasilnya mulus serta rata
bagian atasnya. Protein yang terlalu tinggi akan mengakibatkan cake pecah
bagian atasnya. Penggunaan suhu oven antara 1701800C, tergantung pada
besar kecilnya cetakan yang digunakan. Semakin tebal adonan, suhu yang
digunakan semakin rendah dengan waktu panggang yang lebih lama. Suhu
oven terlalu panas sehingga cake retak dan tidak mengembang sempurna
(Ismayani, 2010).
C. Metodologi
1. Alat
a. Mixer
b. Oven
c. Pisau
d. Loyang
e. Kertas Roti
f. Solet plastik
g. Baskom
2. Bahan
a. Roti mandarin polos
1) 50 gram tepung terigu
2) 12,5 gram tepung maizena
3) Mentega
4) 62,5 gram margarin
5) 5 gram susu powder
6) 8 butir kuning telur
7) 1 butir putih telur
8) 87,5 gram gula halus
9) 1 sdm Quik 75
3. Cara kerja
a. Pembuatan roti mandarin bagian polos
Rasa
Aroma
Warna
Kenampaka
Overall
n
b
432
243
324
3.45
3.35ab
2.85a
3.45
3.50b
2.65a
3.40
3.45a
2.85a
3.25a
3.40a
2.95a
3.40b
3.40b
2.75a
Pada praktikum Acara III Membuat Roti Mandarin kali ini terdapat 3
sampel roti mandarin yaitu sampel 432 yang merupakan hasil pembuatan roti
mandarin kelompok 1 dan 2, sampel 243 yang merupakan hasil pembuatan roti
mandarin kelompok 3 dan 4, dan juga sampel 324 yang merupakan hasil
pembuatan roti mandarin kelompok 5 dan 6. Ketiga sampel roti mandarin
tersebut digunakan untuk uji organoleptik pada 20 panelis untuk menilai roti
mandarin tersebut dari tingkat kesukaan panelis dari parameter rasa, aroma,
warna, kenampakan, dan juga overall roti mandarin yang dihasilkan.
Pada parameter rasa, sampel roti mandarin 432 berbeda nyata terhadap
sampel roti mandarin 324. Sedangkan untuk sampel 243 tidak memiliki
perbedaan yang nyata terhadap sampel yang lain. Sampel 432 dan 324
dikatakan berbeda nyata karena kedua sampel tersebut memiliki subset yang
berbeda dan juga nilai rata-rata kesukaan panelis juga berbeda cukup jauh yaitu
3,45 untuk sampel 432 dan 2,85 untuk sampel 243. Urutan kesukaan panelis
pada parameter rasa dari yang paling disukai hingga paling tidak disukai pada
roti mandarin secara berurutan adalah sampel roti mandarin 432, 243, dan 324.
Pada parameter aroma, sampel roti mandarin 324 memiliki perbedaan
yang nyata terhadap 2 sampel roti mandarin yang lainnya. Dikatakan berbeda
nyata karena sampel roti mandarin 324 terletak pada subset a sedaangkan 2
sampel lainnya yaitu 432 dan 243 terletak pada subset b. Selain itu nilai ratarata kesukaan panelis juga berbeda jauh yaitu 3,45 untuk sampel 432; 3,50
untuk sampel 243; dan 2,65 untuk sampel 324. Urutan kesukaan panelis pada
parameter aroma dari yang paling disukai hingga paling tidak disukai pada roti
mandarin secara berurutan adalah sampel roti mandarin 243, 432, dan 324.
Pada parameter warna ketiga sampel roti mandarin tidak memiliki
perbedaan yang nyata antara sampel yang satu dan yang lainnya. Dapat
dikatakan tidak adanya perbedaan yang nyata pada ketiga sampel roti mandarin
karena ketiga sampel tersebut terletak pada satu subset. Urutan kesukaan
panelis pada parameter warna dari yang paling disukai hingga paling tidak
disukai pada roti mandarin secara berurutan adalah sampel roti mandarin 243,
432, dan 324.
Pada parameter kenampakan roti mandarin ketiga sampel juga tidak
memiliki perbedaan yang nyata antar sampel. Dikatakan tidak adanya
perbedaan yang nyata karena ketiga sampel roti mandarin tersebut terletak pada
satu subset. Urutan kesukaan panelis pada parameter kenampakan dari yang
paling disukai hingga paling tidak disukai pada roti mandarin secara berurutan
adalah sampel roti mandarin 243, 432 dan 324.
Pada parameter overall roti mandarin, sampel roti mandarin 324
memiliki perbedaan yang nyata terhadap 2 sampel roti mandarin yang lainnya.
Dikatakan berbeda nyata karena sampel roti mandarin 324 terletak pada subset
a sedaangkan 2 sampel lainnya yaitu 432 dan 243 terletak pada subset b dan
juga nilai rata-rata kesukaan panelis juga berbeda jauh yaitu 3,40 untuk sampel
432; 3,40 untuk sampel 243; dan 2,75 untuk sampel 324. Urutan kesukaan
panelis pada parameter overall dari yang paling disukai hingga paling tidak
disukai pada roti mandarin secara berurutan adalah sampel roti mandarin 243,
432, dan 324. Dilihat dari semua parameter baik itu rasa, aroma, warna,
kenampakan, dan juga overall yang dinilai oleh tingkat kesukaan panelis
terhadap sampel roti mandarin yang paling disukai oleh panelis hingga yang
paling tidak disukai oleh panelis secara berurutan adalah sampel roti mandarin
243 yang merupakan hasil pembuatan roti mandarin kelompok 3 dan 4, sampel
roti mandarin 432 yang merupakan hasil pembuatan roti mandarin kelompok 1
dan 2, kemudian sampel roti mandarin 324 yang merupakan hasil pembuatan
roti mandarin kelompok 5 dan 6.
Pada proses pembuatan roti mandarin bagian polos yang dilakukan
pertama kali adalah mengocok 87,5 gr gula halus, 8 butir kuning telur, 1 butir
putih telur dan 1 sendok makan quik. Pengocokan dilakukan dengan tujuan
membuat homogen semua bahan serta membuat dan mengembangkan daya
rekat. Fungsi dari gula menurut Sufi (2006) adalah sebagai energi bagi ragi
untuk memulai aktivitasnya sehingga proses pengembangan menjadi lebih
cepat, untuk memberi rasa manis pada roti, dan memberi warna pada kulit roti.
Gula juga membuat roti lebih empuk. Gula menjaga roti tetap lunak dan
membantu proses pencoklatan (browning). Menurut Sutomo (2007) dalam
penambahan gula perlu diperhatikan karena penambahan gula yang terlalu
banyak menyebabkan proses fermentasi berjalan cepat sehingga pori-pori
menjadi lebih kasar dan roti lebih cepat gosong saat dipanggang. Pada proses
pengocokan digunakan juga bahan telur baik kuning telur maupun putih telur.
ukuran besar sesuai cetakan yang digunakan. Dilihat dari pengertian roti dan
cake dapat dikatakan bahwa mandarin merupakan cake karena dalam
pembuatan mandarin tidak ditambahkan ragi dan juga air. Selain itu bahan
dasar pembuatan mandarin pada praktikum adalah tepung terigu, gula, telur,
dan lemak. Ditinjau dari proses pembuatannya, pada tahap pembuatan roti
diperlukan adanya tahap fermentasi yang digunakan untuk mengembangkan
adonan sedangkan pada tahap pembuatan cake tidak diperlukan adanya
fermentasi karena ragi tidak diperlukan dalam pembuatan cake.
Cake memiliki berbagai macacm jenis di pasaran. Jenis-jenis cake
tersebut antara lain adalah chiffon cake, sponge cake, butter cake dan juga
genoise cake. Chiffon cake merupakan jenis cake yang tinggi, ringan dan halus
yang proses pembuatannya dilakukan dengan cara pengocokan kuning telur
dan gula dilakukan secara terpisah, sedangkan sponge cake dibuat dengan cara
pengocokan kuning telur dan putih telur secara terpisah, kuning telur dicampur
dengan bahan-bahan kering, sedangkan putih telur dikocok dengan gula sampai
kaku dan kemudian dimasukkan kedalam adonan kuning telur. Butter cake
pada pembuatannya diawali dengan pengocokkan mentega hingga pucat dan
lembut, lalu telur dimasukkan satu persatu sambil dikocok, kemudian bahanbahan lain dimasukan kedalam adonan, sedangkan genoise cake dibuat dengan
cara putih dan kuning telur yang dikocok bersama gula sampai gula ringan dan
halus, tanpa bahan pengembang serta hanya sedikit mengandung minyak atau
mentega cair. Dalam pembuatan genois cake total cairan (telur dan susu cair)
harus lebih berat dibandingkan dengan berat gula dan berat tepung terigu lebih
sedikit dari berat telur.
Dalam pembuatan cake terdapat faktor-faktor yang memengaruhi
dalam keberhasilan pembuatannya. Faktor-faktor keberhasilan dalam
pembuatan cake menurut Ismayani (2010) antara lain adalah :
1. Pengocokan adonan hingga benar-benar mengembang sempurna, lakukan
tes pita, yaitu gelembung udara sudah hilang dan adonan mengental,
gelombangnya tidak mudah hilang dan jika dikocok akan membentuk
seperti pita. Pengocokan juga disesuaikan dengan jumlah telur yang
digunakan, jangan sampai adonan terlalu kaku karena udara yang masuk
akan berlebihan dan dikeluarkan saat pemanggangan. Akibatnya cake akan
kempis.
2. Penggunaan emulsifier sesuai resep dan kebutuhan. Kandungan bahan
kimianya dapat membuat rasa pahit dan menyebabkan pecah di bagian atas
cake jika dipakai berlebihan.
3. Penggunaan tepung terigu protein sedang agar teksturnya lembut dan
jaringan cake yang dibentuk oleh tepung terigu hasilnya mulus serta rata
bagian atasnya. Protein yang terlalu tinggi akan mengakibatkan cake pecah
bagian atasnya.
4. Penggunaan suhu oven antara 1701800C, tergantung pada besar kecilnya
cetakan yang digunakan. Semakin tebal adonan, suhu yang digunakan
semakin rendah dengan waktu panggang yang lebih lama. Suhu oven terlalu
panas sehingga cake retak dan tidak mengembang sempurna
Daya kembang cake menurut Susilo dan Fenny (2007) dipengaruhi
oleh gluten di dalam cake yang memiliki peran membentuk kerangka atau
struktur yang kokoh dan elastis untuk mempertahankan terjadinya
pengembangan. Kemampuan daya bentuk struktur cake ditentukan oleh mutu
dan jumlah glutennya. Gluten mempunyai sifat lentur atau elastis dan rentang
atau ekstensible. Kelenturannya ditentukan oleh glutenin sedangkan
kerentangannya oleh gliadin. Tepung gandum sangat berpengaruh terhadap
daya kembang cake. Daya kembang cake semakin meningkat dengan
meningkatnya jumlah tepung gandum. Tekstur luar dan dalam cake sangat
dipengaruhi oleh jumlah tepung gandum, hal ini berkaitan dengan daya
kembang cake, karena cake membentuk struktur yang berpori dengan kerangka
yang elastis.
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Acara III Membuat Roti Mandarin
adalah :
1. Fungsi bahan-bahan dalam pembuatan cake mandarin adalah :
a. Tepung terigu digunakan untuk membentuk kerangka atau struktur yang
kokoh dan elastis untuk mempertahankan terjadinya pengembangan.
b. Gula digunakan untuk mempercepat proses pengembangan, untuk
memberi rasa manis, memberi warna pada kulit, membuat roti lebih
empuk dan menjaga tetap lunak dan membantu proses pencoklatan
c. Kuning telur digunakan untuk membantu mengemulsi adonan sehingga
struktur adonan lebih kompak
d. Putih telur digunakan untuk mempengaruhi kekokohan struktur cake
yang dihasilkan dan pengembangan adonan cake
e. Margarin digunakan untuk menambah cita rasa pada cake, membuat cake
lebih lembut, membantu pencoklatan roti menjadi lebih baik, membuat
cake mengembang lebih besar tanpa memberi kesempatan gas CO2
terlepas sehingga cake mempunyai volume yang lebih besar
f.
DAFTAR PUSTAKA
Garcia, Julia Rodriguez et al. 2013. Functionality of Several Cake Ingredients : A
Comprehensive Approach. Czech Journal Food Science vol. 31 (4) hal :
355356
Haliza, Winda dkk. 2012. Penggunaan Mixture Response Surface Methodology
pada Optimasi Formula Brownies Berbasis Tepung Talas Banten
(Xanthosma Undipes K. Koch) Sebagai Alternatif Pangan Sumber Serat.
Jurnal Pascapanen vol. 9 (2) hal : 96101
Ismayani, Yeni. 2010. Rahasia Dapur Ibu 100+ Tip Anti Gagal Bikin Kue. Kawan
Pustaka. Jakarta
Lilyana. 2004. Kreasi Baru Aneka Roti. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Maric, Aleksandar et al. 2009. Contribution to The Improvement of Product
Quality in Baking Industry. International Journal of Quality Research vol.
3 (3) hal : 12
Purnomowati, Ida dkk. 2008. Aneka Kudapan Berbahan Ikan. KANISIUS.
Yogyakarta.
Rafika, Taufik dkk. 2012. Sifat Organoleptik Subtitusi Tepung Kimpul Dalam
Pembuatan Cake. Jurnal Teknologi dan Kejuruan vol. 35 (2) hal : 213
214
Sufi, S. Y. 2006. Seri Home Industry Kreasi Roti. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Susilo, D. U. M. dan Fenny Imelda. 2007. Pembuatan Cake Kacang Tunggak
(Vigna Unguiculata) Dengan Pencampuran Tepung Gandum. Jurnal
Belian vol. 6 (1) hal : 15
Sutomo, Budi. 2007. Sukses Wirausaha Roti Favorit. Wisma Hijau. Jakarta
Triawati, Novia Wahyuana. 2011. Evaluation of Pasteurized Chicken Egg on
Albumen Foam, Stability Foam, Coagulation, and Volume Sponge Cake.
Jurnal Teknologi Hasil Peternakan vol. 1 (1) hal : 13