Anda di halaman 1dari 2

Kamis, 01 April 2010

Gayus Mulai "Nyanyi"

JAKARTA,(GM)-
Perlahan tapi pasti, Gayus Tambunan (GHT) mulai buka-bukaan kepada tim independen
Polri yang memeriksanya, terkait asal uang pajak Rp 28 miliar. Meski baru permulaan, tapi
sejumlah informasi penting telah mengalir, termasuk nama-nama perusahaan yang menyetor
uang ke rekeningnya.
"Dari keterangan GHT juga keluar informasi nama-nama perusahaan, yang merupakan
wajib pajak asal uang Rp 28 miliar," kata penasihat Kapolri, Prof. Dr. Kastorius Sinaga, Rabu
(31/3).
Kastorius ikut menyaksikan pemeriksaan awal Gayus. Selain itu, ikut pula tim pengawas serta
petinggi kepolisian. "Ikut pula Pak Wakapolri (Komjen Pol. Yusuf Manggabarani, red),"
ungkapnya.
Kastorius mengakui, terdapat keganjilan dalam penanganan kasus pajak Rp 28 miliar tersebut.
"Banyak keterangan baru yang didapat untuk mendukung keganjilan penanganan kasus Gayus
ini di tahun 2009," katanya.
Kastorius menjelaskan, pemeriksaan Gayus akan sangat berarti untuk mengungkap
adanya praktik makelar kasus (markus). Selanjutnya, keterangan Gayus akan dibandingkan
dengan keterangan tersangka lainnya. "Pemeriksaan GHT saat itu juga untuk kroscek hasil
pemeriksaan, yang didapat tim dari pemeriksaan terhadap AK," ujar sosiolog ini.
Tiba di Mabes Polri, Gayus Tambunan langsung diperiksa tim independen yang dipimpin
Irjen Pol. Mathius Salempang. Kastorius mengaku diperintahkan Kapolri untuk ikut melihat
langsung pemeriksaan. Sebelum diperiksa penyidik, Gayus sempat menjalani pemeriksaan
kesehatan oleh tim dokter. "Pemeriksaan dokter mencakup mulut, tekanan darah. GHT tampak
tenang. Hasil tensi GHT 120/180," tandasnya.
`Sementara itu, PT Perdana Karya Perkasa Tbk. membantah dana Rp 9,394 miliar yang
mengalir ke rekening perusahaan di Bank Mega Jakarta, berasal dari tersangka Gayus
Tambunan. Dana tersebut bukan bagian dari proses pencucian uang.
Demikian disampaikan Legal Officer PT Perdana Karya Perkasa Tbk., Samosir, ketika
memberikan keterangan kepada wartawan di kantornya, Jln. Sentosa No. 56, Samarinda,
Kalimantan Timur (Kaltim).
Menurut Samosir, berdasarkan surat klarifikasi yang dikeluarkan perusahaan dan
ditandatangani Direktur Untung Haryono, aliran dana tersebut merupakan transaksi pinjaman
berdasarkan sebuah ikatan perjanjian antara direktur utama perseroan sekaligus pemegang saham
pengendali, Ir. Soerjadi Soedarsono, dengan Selly Amalia.
"Pinjaman tersebut sebesar 1.375.000 dolar Singapura atau berjumlah Rp 9,394 miliar,
dan kami terima melalui transfer pada tanggal 7 Desember 2009," kata Samosir.
Dijelaskan Samosir, dana tersebut kemudian dikembalikan kepada Selly Amalia
sebanyak 3 kali pengembalian berturut-turut, yaitu pada 3 Februari 2010 sebesar 800.000 dolar
Singapura, tanggal 4 Februari 2010 sebesar 400.000 dolar Singapura, dan 11 Februari sebesar
175.000 dolar Singapura. "Jadi, total pengembalian tetap berjumlah 1.375.000 dolar Singapura,"
ujarnya.
Samosir juga mengungkapkan, saat transaksi, perusahaan tidak mengetahui dana
pinjaman tersebut terkait dengan tindakan pelanggaran hukum. "Hal ini baru kami ketahui
kemudian, khususnya akhir-akhir ini melalui pemberitaan beberapa media massa," tambahnya.
Ditanya kembali untuk menegaskan ada atau tidak adanya keterkaitan dengan Gayus
Tambunan, Samosir enggan menjawabnya. Terkait pemberitaan yang bergulir saat ini, Samosir
juga menyatakan perusahaan akan menghormati proses hukum yang mungkin akan diambil
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Munculnya nama PT Perdana Karya Perkasa Tbk. bermula dari beredarnya dokumen
tentang rincian aliran dana Gayus Tambunan. Uang milik Gayus Tambunan sebesar Rp 28 miliar
mengalir ke sejumlah pihak, baik individu maupun sejumlah perusahaan.
Dalam dokumen tersebut uang senilai Rp 11,8 mengalir ke 3 perusahaan. Dari jumlah
tersebut, Rp 9,394 miliar ditransfer pada 7 Desember 2009 ke rekening ke PT Perdana Karya
Perkasa di Bank Mega.

Bersikap fair
Polri diminta bersikap fair dalam penanganan kasus Gayus Tambunan. Jangan hanya
menyeret perwira di level bawah dalam dugaan rekayasa kasus. Polri harus menunjukkan
semangat profesionalisme. "Polri jangan hanya menindak aparat polisi bawahan, tapi juga
menindak petinggi-petinggi polisi yang terbukti salah. Jangan ditutup-tutupi," kata pengamat
kepolisian, Bambang Widodo Umar.
Patut dipertanyakan apakah mungkin perwira di level menengah dengan pangkat
komisaris polisi berani melakukan rekayasa. Sesuai logika, diduga kuat masih ada perwira di
atasnya yang bermain.
Upaya perbaikan dan keseriusan Polri dengan berani membongkar kasus ini, tentunya
akan menjadi bukti Polri sudah mereformasi diri. "Selain itu secara simultan memperbaiki
birokrasi dan sistem pengawasan penyidikan," tutupnya.
Saat ini, Polri sudah menetapkan Kompol A sebagai tersangka dan dijerat pasal 12
Undang-undang (UU) 20 Tahun 2001 terkait Tindak Pidana Korupsi. Dia ditahan di Rutan
Narkoba Polda Metro Jaya. Selain itu, AKP M, bawahan Kompol A, kini juga masih menjalani
pemeriksaan.
Kejaksaan Agung (Kejagung) sendiri menilai, memang ada indikasi tindak pidana
korupsi dalam kasus Gayus Tambunan. Indikasi tersebut ditemukan setelah Kejagung menerima
pelaporan dari PPATK.
Jaksa Agung Hendarman Supandji menjelaskan, dalam kasus Gayus ada 2 pelaporan dari
PPATK pada Maret dan Agustus 2009. Pelaporan tersebut diteruskan kepada Jampidum dan
Jampidus.
Lalu, kata Hendarman, Jampidus memerintahkan bawahannya untuk mendekati Polri,
tapi Polri menyatakan biar semua ditangani penyidik Polri, termasuk sangkaan korupsinya. Tapi
seperti yang disampaikan di eksaminasi, lanjutnya, hanya penggelapan dan money laundring saja
yang didakwakan.
Terhadap hal itu, Hendarman menyatakan, dirinya telah memerintahkan Jampidum dan
Jampidsus untuk memonitor kasus Gayus yang tengah disidik Mabes Polri. "Begitu mabes
mengeluarkan SPDP langsung merapat untuk diberi petunjuk," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai