Anda di halaman 1dari 2

Nama : Budi Gauthama

NIIM : B1E123015

D3 – OPTOMETRI

Contoh kasus korupsi Gayus Tambunan

Lelaki kelahiran Jakarta, 9 Mei 1979, itu menjadi sorotan karena nilai rekeningnya
yang fantastis, yakni mencapai Rp 28 miliar. Padahal pangkatnya saat itu masih golongan
IIIA. Dengan status itu, gaji yang dia terima dari Kementerian Keuangan seharusnya hanya
sekitar Rp 12,1 juta setiap bulan atau Rp 145,2 juta setahun. Ternyata, Gayus bisa mendapat
insentif hingga Rp 100 miliar atau, jika dihitung dengan gajinya terakhir sebagai pegawai
negeri sipil, setara dengan gajinya selama 688,7 tahun. Kasus yang menjerat Gayus
membuatnya menjadi sosok yang melejit pada 2010-2011. Pengungkapan kasusnya membuat
banyak pihak menyadari ada persekongkolan jahat antara petugas pajak yang seharusnya
mempunyai integritas dengan para pejabat dan perusahaan swasta korup.

Pada 19 Januari 2011 majelis hakim menjatuhkan hukuman pertama bagi Gayus,
yakni vonis 7 tahun penjara dan denda Rp300 juta atau subsider 3 bulan kurungan. Padahal
jaksa penuntut umum sempat menuntut Gayus dengan pidana penjara selama 20 tahun.
Kejahatan yang terbukti dilakukan Gayus saat itu adalah menyalahgunakan wewenang saat
menangani keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal (SAT) sehingga merugikan negara Rp
570,92 juta. Kemudian terbukti turut serta memberikan uang kepada polisi senilai total
10.000 dollar Amerika Serikat (AS). Gayus juga terbukti memberikan uang kepada hakim
sebesar 40.000 dollar AS saat beperkara di PN Tangerang. Terakhir adalah Gayus terbukti
memberikan keterangan palsu soal uangnya senilai Rp 28 miliar yang diduga berasal dari
hasil korupsi.

Akibat perbuatannya yang menyalahi wewenang, gayus tambunan merugikan


keuangan negara hingga Rp570 juta. Ketua Majelis Hakim dalam perkara Gayus Tambunan
kala itu adalah Albertina Ho. Ia mengatakan, Gayus Tambunan terbukti menyalahi wewenang
dengan cara menerima keberatan pembayaran pajak PT SAT.

Sepak terjang kejahatan Gayus Tambunan tidak hanya melakukan korupsi, tapi juga
menyuap. Gayus Tambunan pernah menyogok penyidik Direktur II Badan Reserse dan
Kriminal Komisaris Polisi Arafat Enanie melalui kuasa hukumnya, Haposan Hutagalung. Hal
itu dilakukan Gayus Tambunan agar dirinya tidak ditahan dan sejumlah harta bendanya tidak
disita oleh negara. Selain polisi, Gayus Tambunan juga menyuap hakim Muhtadi Asnun
senilai Rp 50 juta untuk memuluskan perkara penggelapan pajak dan pencucian uang senilai
Rp 25 miliar. Ketika itu, Kejaksaan Agung tidak cukup puas dengan hukuman yang diterima
Gayus Tambunan dan kemudian mengajukan banding. Dalam putusan banding, hakim
memperberat hukuman Gayus Tambunan menjadi 8 tahun penjara. Gayus Tambunan tidak
menerima putusan banding terhadapnya yang justru memperberat dan memperlama
hukumannya. Atas dasar itu, Gayus kemudian mengajukan upaya hukum kasasi ke
Mahkamah Agung.

Tetapi, MA menolak kasasi yang diajukan oleh Gayus Tambunan. Tak hanya itu, MA
juga memperberat hukuman Gayus Tambunan menjadi 12 tahun penjara. Tidak berhenti di
kasasi. Gayus Tambunan kemudian mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali untuk
kasusnya ke Mahkamah Agung. Namun, Mahkamah Agung menolak. Gayus Tambunan tetap
harus menjalani hukuman 12 tahun penjara ditambah kasus lainnya. Yaitu, vonis 8 tahun
untuk kasus penggelapan pajak PT Megah Citra Raya. Kemudian, hukuman 8 tahun penjara
dalam kasus pencucian uang dan penyuapan penjaga tahanan Brimob Kelapa Dua, Depok,
Jawa Barat.

Gayus menyampaikan keberatan dengan vonis Nomor 52 K/Pid.Sus/2013, karena


total hukuman yang ia terima dalam kasus korupsi tersebut selama 28 tahun penjara Gayus
juga harus menjalani hukuman atas kasus pemalsuan paspor. Mahkamah Agung menerima
keberatan yang diajukan Gayus Tambunan dengan mengurangi hukuman Gayus Tambunan
menjadi 26 tahun penjara untuk tiga kasus pidana korupsi. Di luar itu, MA memvonis Gayus
penjara 3 tahun dalam kasus pemalsuan paspor. Dengan begitu, total hukuman yang harus
dijalankan Gayus Tambunan adalah 29 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai