Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Analisis Pengukuran Kinerja pada
AIESEC Surabaya . Penyelesaian laporan ini dilakukan dalam rangka pemenuhan tugas besar
mata kuliah Manajemen Kinerja untuk mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Di samping sebagai pemenuhan tugas, laporan ini juga bertujuan memahami sistem
manajemen kinerja yang diterapkan oleh AIESEC Surabaya. Diharapkan setelah membaca
laporan ini, pembaca menjadi paham mengenai sistem manajemen kinerja yang diterapkan pada
suatu perusahaan, khususnya industri manufaktur.
Dalam proses pendalaman materi dan penyusunan materi ini, penulis mendapat
bimbingan, arahan, serta saran, oleh sebab itu penulis sampaikan rasa terimakasih kepada:
1) Ibu Naning Aranti Wessiani, selaku dosen mata kuliah Manajemen Kinerja
2) Sdri. S. Deailova El Y, selaku asisten dosen mata kuliah Manajemen Kinerja
Demikian laporan ini penulis buat, semoga laporan ini dapat berguna dan dapat
membantu pembaca. Segala kritik dan saran akan membantu penulis dalam perkembangannya.
Penulis,
Desember 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 9
1.1
1.2
1.3
Tujuan ........................................................................................................................ 10
1.4
Manfaat ...................................................................................................................... 10
1.4.1
1.4.2
1.5
1.5.1
Batasan ............................................................................................................... 11
1.5.2
Asumsi ............................................................................................................... 11
2.2
2.3
2.4
2.5
3.1.1
Manajemen ......................................................................................................... 19
3.1.2
Kinerja ................................................................................................................ 19
3.1.3
3.1.4
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
3.3
3.3.1
Pengertian Pemantauan....................................................................................... 30
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.3.5
4.1.1
4.1.2
4.2
4.2.1
4.2.2
4.2.3
4.2.4
Sustainability Perspective................................................................................... 44
4.3
4.4
4.4.1
4.4.2
4.5
4.6
5.2
5.3
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Performance Grade .................................................................................................. 28
Tabel 4. 1 Learning and Capacity Perspektif dan KPI nya. ..................................................... 39
Tabel 4. 2 Internal Process Perspektif dan KPI nya ................................................................ 40
Tabel 4. 3 Customer Perspektif dan KPI nya ........................................................................... 42
Tabel 4. 4 Sustainability Perspektif dan KPI nya ..................................................................... 44
Tabel 4. 5 The Way We Do It perspektif dan KPI nya.............................................................. 44
Tabel 4. 6 Pengaruh nilai PA pada indikator pengukuran kinerja korporasi ............................ 49
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Mapping desain logo AIESEC ............................................................................ 15
Gambar 2. 2 Logo AIESEC ...................................................................................................... 15
Gambar 2. 3 Struktur Organisasi AIESEC Surabaya 2015/2016 ............................................. 17
Gambar 4. 1 Planning Flow AIESEC ...................................................................................... 34
Gambar 4. 2 Business Logic Model For AIESEC .................................................................... 35
Gambar 4. 3 Strategic Map dari Balance Scorecard AIESEC ................................................. 36
Gambar 4. 4 Job Description dan KPI dari iGCDP AIESEC Surabaya................................... 47
Gambar 4. 5 Performance Appraisal Project Manager iGCDP AIESEC Surabaya ............... 48
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan dari suatu perusahaan atau organisasi lainnya tidak dapat dilepaskan dari
kinerja yang baik dari setiap jajaran. Untuk mencapai kinerja yang baik tersebut diperlukan
adanya manajemen kinerja sebagai pendorong dalam mendapatkan hasil tersebut. Kinerja
sendiri dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik yang bersifat
profit oriented maupun non profit oriented yang dihasilkan dalam satu periode waktu
(Armstrong, Performance Management, 2004). Disebutkan pula bahwa kinerja merupakan hasil
pekerjaaan yang memiliki hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen, dan memberikan kontribusi ekonomi (Armstrong & Baron, 2005). Jika ditinjau dari
beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja sendiri merupakan hasil
kerja perusahaan yang tentu saja sangat penting untuk diperhatikan mengingat hasil kerja dari
perusahaan akan menentukan keuntungan serta arah dari perusahaan terkait. Untuk itulah ilmu
manajemen dapat diaplikasikan dalam konsep kinerja tersebut menjadi manajemen kinerja.
manajemen kinerja memiliki pengertian sebagai suatu bidang ilmu yang memadukan seni di
dalamnya untuk menerapkan suatu konsep manajemen yang memiliki tingkat fleksibilitas yang
representatif dan aspiratif guna mewujudkan visi dan misi perusahaan dengan cara
mempergunakan orang yang ada di organisasi tersebut secara maksimal (Fahmi, 2013). Tujuan
dari penerapan manajemen kinerja menurut Armstrong adalah untuk mencapai peningkatan
yang dapat diraih dalam kinerja organisasi, bertindak sebagai pendorong perubahan dalam
mengembangkan suatu budaya yang berorientasi pada kinerja, serta meningkatkan motivasi dan
komitmen karyawan (Armstrong, 2004).
Berkaitan dengan ilustrasi di atas, penulis ingin mengetahui dan menganalisis sistem
manajemen kinerja yang ada di organisasi non-profit yang akan menjadi objek penelitian dari
tugas ini. Kelompok akan memilih AIESEC sebagai objek amatan dari tugas ini. Hal tersebut
dikarenakan AIESEC merupakan organisasi nirlaba yang memiliki fokus pada pengembangan
talenta remaja dan anak muda dalam mengembangkan potensinya sebagai pemimpin muda,
sehingga cocok dengan tema organisasi non profit yang didapatkan. Selain itu, AIESEC juga
memiliki anggota berjumlah lebih dari 1.000.000 anak muda di seluruh dunia dan alumninya
telah menjadi orang-orang yang penting dan memiliki dampak yang baik di masyarakat
sehingga dirasa pantas untuk dijadikan objek amatan dalam penelitian ini.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah AIESEC memiliki manajemen kinerja di bidang korporat dan/atau employee?
Model pengukuran kinerja seperti apa yang digunakan oleh AIESEC?
2. Apakah sudah ada integrasi sistem manajemen kinerja korporat dan employee di
AIESEC?
3. Bagaimana AIESEC melakukan pemantauan kinerjanya?
4. Apakah kekurangan dan kelebihan dari manajemen kinerja yang telah dilakukan
AIESEC?
1.3
Tujuan
Berikut ini adalah tujuan dari penelitian ini:
1. Untuk mengetahui, menganalisis, dan mengevaluasi manajemen kinerja di bidang
korporat dan/atau bidang employee dari AIESEC
2. Untuk mengetahui, menganalisis, dan mengevaluasi integrasi sistem manajemen
kinerja di AIESEC
3. Untuk mengetahui, menganalisis, dan mengevaluasi model pengukuran kinerja
korporat dan/atau employee yang digunakan AIESEC
4. Untuk mengetahui, menganalisis, dan mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dari
manajemen kinerja yang telah dilakukan AIESEC
5. Untuk mengetahui, menganalisis, dan mengevaluasi alignment antara visi misi dan
pengukuran kineja yang dibuat oleh AIESEC
1.4
Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari tugas besar mata kuliah Manajemen Kinerja ini
dibagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat untuk peneliti serta manfaat untuk organisasi terkait.
1.4.1
1.5.1 Batasan
Batasan yang digunakan dalam pengerjaan tugas besar ini adalah:
1) Pengamatan ini dilakukan dalam rentang waktu dari bulan Oktober hingga
November 2015
2) Organisasi yang menjadi bahan penelitian adalah AIESEC
1.5.2 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam pengerjaan tugas besar ini adalah:
1) Tidak ada perubahan kebijakan dari AIESEC selama penelitian ini berlangsung
2) Tidak ada perubahan sistem manajemen kinerja dari AIESEC
11
12
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI
Bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran umum dari organisasi mulai dari
penjelasan singkat mengenai sejarah berdirinya AIESEC, visi, definisi logo, dan mengenai
AIESEC di Indonesia.
2.1
Commerciales) didirikan pada tahun 1948 oleh beberapa mahasiswa dari 6 universitas di dunia.
Hal ini bermula dari banyaknya pemuda generasi masa depan yang meninggal akibat perang
dunia kedua, sehingga mereka berinisiatif untuk membentuk sebuah organisasi yang mampu
menciptakan perdamaian dunia sekaligus mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada di
dalam diri manusia untuk menjadi pemimpin di masa depan.
Pada tahun 1955, aiesec melakukan perluasan sampai kekawasan Timur Tengah. Ini
adalah kehadiran pertama di kawasan non-Eropa dan juga di Yunani. Aiesec juga mampu
berhasil menembus angka lebih dari 1000 international exchange untuk pertama kalinya. Pada
tahun 1977, aiesec telah memiliki anggota penuh di 50 negara di 6 benua yang tersebar di
seluruh dunia. Bahkan pada tahun itu aiesec terlihat tidak memiliki hambatan dan tidak
menunjukkan tanda-tanda melambatanya kegiatan meskipun telah terjadi depresi global. Untuk
pertama kalinya pada tahun 1984, terdapat sekitar 5.000 rumah untuk para mahasiswa
international exchange dalam satu tahun periode. Hal ini merupakan prestasi yang belum
pernah terjadi sebelumnya mengenai jumlah dari mahasiswa yang bersedia memfasilitasi
pengalaman rekan-rekan luar mereka.
Seiring berjalan nya waktu aiesec terus tumbuh dan semakin aktif dalam melakukan
kegiatan-kegiatan yang bersifat internasional. Pada tahun 2005, delegasi aiesec di kongres
internasional ingin mengembangkan misi jangka menengah untuk mendorong organisasi untuk
mencapai tujuan lebih besar lagi yaitu, ingin mencapai annual exchange melebihi dari 10.000
pada tahun 2010. Pada tahun 2008, muncullah the aiesec ways dimana ini terdeskripsi kan yaitu;
AIESEC adalah non-politik, mandiri, dan tidak-untuk organisasi nirlaba global yang
dijalankan oleh mahasiswa dan lulusan baru dari lembaga pendidikan tinggi. Sehingga,
pada tahun 2015 ini aiesec memiliki ambisi untuk dapat mencipatakan kontribusinya ke arah
global.
13
2.2
UUD 1945. Karena dibawah naungan AIESEC Internasional dan kegiatannya berskala
internasional, maka bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam organisasi adalah
bahasa Inggris. Hal tersebut telah diatur dalam International Compendium AIESEC yang
merupakan alat acuan dari segala kebijakan maupun aktivitas yang dijalankan oleh AIESEC.
Sedangkan setiapnegara juga memiliki National Compendium yang disesuaikan dengan
karakterdan ketetapan yang dimiliki oleh setiap negara. Organisasi AIESEC bersifat global,
non-politik, independen, tidak mencari keuntungan, dijalankan oleh para pemuda dalam rentang
usia 19-30 tahun dariinstitusi pendidikan yang lebih tinggi. Anggota dari AIESEC berfokus
kepada isu-isu yang sedang berkembang di dunia, khususnya dibidang sosial, kepemimpinan,
dan manajemen. AIESEC merupakan organisasi yang tidak membeda-bedakanras, warna kulit,
jenis kelamin, orientasi seksual, kepercayaan, agama, bangsa, etnis, ataupun status sosial. Visi
dari AIESEC adalah peace and fulfillment of humankinds potential yang memiliki arti
kedamaian dan pemenuhan potensi yang dimilikioleh manusia. Hal tersebut dilatarbelakangi
oleh alasan berdirinya AIESEC setelah Perang Dunia II terjadi, dimana terjadi perpecahan di
banyak negara. Berdasarkan National Compendium AIESEC Indonesia, nilai-nilai yangharus
diamalkan di dalam organisasi tersebut yaitu:
1) Striving for Excellence.
2) Enjoying Participation.
3) Living Diversity.
4) Activating Leadership.
5) Demonstrating Integrity.
6) Acting Sustainably.
Dengan visi AIESEC yang telah dijabarkan, membuat orang-orang yang membentuk
AIESEC kemudian melihat the power of Exchange dimana ketika terjadi pertukaran
pemahaman budaya, pengetahuan, saling mengerti dan respect satu sama lain dapat
menciptakan perdamaian antar sesama. Oleh karena itu, AIESEC membentuk sebuah program
exchange guna menciptakan pemahaman dan saling mengerti antar pemuda bangsa sehingga
tidak ada lagi perang yang terjadi. Namun kemudian muncul masalah baru dengan adanya
kesenjangan sosial, rakyat yang belum sejarhtera, penyakit-penyakit yang timbul akibat
lingkungan yang kurang sehat, dan masih banyak lagi masalah-masalah sosial yang terjadi di
berbagai tempat di belahan dunia. Sehingga AIESEC tetap meneruskan visi yang ada hingga
14
saat ini sampai masalah-masalah dunia dapat terpecahkan dan kedamaian benar-benar dapat
dirasakan oleh setiap insan di dunia.
2.3
relevan dan mengandung hal yang paling penting dari AIESEC yaitu brand identity. Desain
dari logo memperlihatkan dua hal yaitu:
1) Orang orang muda (remaja) yang berjalan keluar dari sebuah blue mass.
2) Orang orang muda (remaja) ini merupakan wujud atau symbol dari mereka yang
merupakan individu untuk masa depan.
The Global Descriptor merupakan perusahaan yang bekerja sama dengan AIESEC dalam
menciptakan logo yang diinginkan. Untuk memudahkan pembuatan logo tersebut maka Global
Descriptor membuat sebuah mapping dari logo awal AIESEC beserta definisinya.
AIESEC di Indonesia
AIESEC adalah organisasi internasional untuk para pemuda yang membantu
Malang,
Universitas
Sriwijaya,
Universitas
Lampung,Universitas
perusahaan ataupun lembaga-lembaga di luar negeri dengan gaji yang ditentukan oleh pihak
perusahaan. Dengan program-program yang dimiliki oleh AIESEC memungkinkan generasi
muda untuk menggali dan mengembangkan potensi kepemimpinan mereka untuk memberikan
dampak positif bagi masyarakat.
2.5
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Manajemen Kinerja
Pada sub-bab ini akan dibahas tentang definisi manajemen kinerja. Pembahasan akan
mencakup definisi manajemen, definisi manajemen kinerja, dan juga definisi dari manajemen
kinerja.
3.1.1 Manajemen
Manajemen menentukan keefektifan dan efisiensi dari setiap kegiatan-kegiatan
organisasi. Menurut Peter Drucker, efisiensi ditekankan pada cara melakukan pekerjaan dengan
benar (doing things right) sedangkan efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the
right things). Menurut Encyclopedia of the Social Sciences (Sabardi 2001), manajemen
diartikan sebagai proses pencapaian suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diawasi.
Sedangkan menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Thomas H. Nelson mengatakan manajemen perusahaan adalah
ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan orang-orang untuk menghasilkan
barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan. Menurut G.R.
Terry, manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan usaha
mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya
lainnya.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa
manajemen merupakan suatu proses yang memadukan segala sumber daya seperti sumber daya
manusia dan sumber daya lain secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk mencapai visi dan
misi suatu organisasi.
3.1.2 Kinerja
Pengertian kinerja atau performance menurut Moeherino (2012) merupakan gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencaan
strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur apabila suatu organisasi atau
perusahaan telah memiliki tolak ukur dan standar dari pengukuran kinerja itu sendiri.
Karenanya, sebelum dilakukan pengukuran kinerja, perusahaan harus menentukan tolak ukur
dari kinerjanya sendiri.
19
Selanjutnya Moeherino menyebut bahwa Arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata
job performance dan disebut actual performance atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
yang telah dicapai. Dengan kata lain kinerja berarti sebuah proses penilaian tentang pekerjaan
terhadap tujuan dari pekerjaan itu sendiri. Sedangkan pengukuran kinerja (performance
measurement) berarti suatu proses penilaian tentang pengukuran kemajuan pekerjaan terhadap
tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan
jasa, termasuk efisiensi serta efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi
Berkaitan dengan individu karyawan Moeherino (2012), menyampaikan bahwa kinerja
dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan
kepuasan kerja karyawan dam tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh
ketrampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu. Oleh karenanya, menurut model mitralawyer, kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor: (1) harapan
mengenai imbalan, (2) dorongan kerja, (3) kemampuan individu, (4) kebutuhan, sifat, dan
karakter individu (5) persepsi individu terhadap tugas yang diberikan, (6) imbalan internal dan
eksternal, serta (7) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja. (Moeherino 2012)
Menurut Oxford Dictionary, kinerja (performance) merupakan suatu tindakan proses
atau cara bertindak atau melakukan fungsi organisasi. Pada kenyataannya, kinerja merupakan
suatu yang bersifat konstruk, dimana banyak ahli yang masih memiliki sudut pandang dan
pendapat yang berbeda dalam mendefinisikan arti dari kinerja tersebut. Seperti yang dikatakan
oleh Robbins bahwa kinerja bersifat sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability
(A), motivasi atau motivation (M), dan kesempatan atau opportunity (O). Oleh karena itu,
kinerja dapat dijabarkan menjadi kinerja = f(A x M x O) dimana berarti kinerja merupakan
fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan. Selanjutnya Moeherino, mengungkapkan
bahwa kinerja menurut The Scriber-Bantam English Dictionary, berasal dari kata to perform
dengan beberapa entries, yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do carry of a
execute), (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of
fulfil; as vow), (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or
complete an understaking), (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin
(to do what is expected of a person machine).
Dari beberapa pengertian di atas maka definisi kinerja atau performance adalah hasil
kerja yang diberikan oleh setiap karyawan atau individu ataupun hasil kerja yang diberikan oleh
organisasi itu sendiri yang berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki, kesempatan yang
diberikan, dan juga motivasi yang dimiliki setiap individu dalam mengerjakan pekerjaan dan
tugas yang diberikan.
20
Moeherino (2012), selanjutnya menyimpulkan ada beberapa aspek yang mendasar dan
paling pokok dari pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut:
1) Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi, dengan menetapkan secara umum
apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi dan misinya.
2) Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada penilaian
kunerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada pengukuran
kinerja secara langsung yang berbentuk keberhasilan utama (critical success factors)
dan indikator kinerja kunci (key performance indicator).
3) Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis hasil
pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan tingkat
capaian tujuan dan sasaran organisasi.
4) Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan pengambilan
keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau hasil kepada organisasi
seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah apa yang
diambil organisasi selanjutnya.
3.1.3 Manajemen Kinerja
Menurut Moeherino (2012) Tujuan Pelaksanaan Manajemen Kinerja, bagi Pimpinan
dan Manajer, tujuan pelaksanaan manajemen kinerja adalah:
1) Mengurangi keterlibatan dalam semua hal
2) Menghemat
waktu,
karena
para
pegawai
dapat
mengambil
berbagai
seberapa jauh keterkaitan dan kerjasama yang ditekankan dalam melaksanakan tugas dari
masing-masing unit di dalam suatu organisasi.
Pengintegrasian (Roestaman, 2013) adalah kegiatan menyatupadukan keinginan
karyawan dan kepentingan perusahaan, agar tercipta kerja sama yang memberi kepuasan.
Menurut Flippo (dalam Permadi 2008:12), Integrasi merupakan suatu tindakan yang
menyangkut penyesuaian keinginan dari para pegawai dengan keinginan organisasi, untuk itu
para manajer perlu memahami sikap dari karyawan untuk memeprtimbangkan dalam
pembuatan berbagai kebijakan organisasi
Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa integrasi
merupakan sebuah upaya untuk menyatukan pendapat dan pemahaman yang sama antar unit
dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi itu sendiri tanpa
mengesampingkan keinginan pegawai.
Pengintegrasian antar unit dalam sebuah organisasi adalah fungsi dari manajemen HRD
yang paling penting sekaligus paling sulit dan kompleks untuk direalisasikan, hal ini disebabkan
karena sifat manusia yang dinamis, memiliki pikiran dan perasaan sehingga membawa
keinginan yang berbeda, perilaku yang berbeda dalam menanggapi masalah, dan juga respon
yang berbeda dalam menghadapi masalah.
Sistem manajemen kinerja karyawan juga harus menjadi pertimbangan bagi perusahaan
untuk menyusun sistem manajemen kinerja perusahaan. Hal ini karena perusahaan tidak bias
mengabaikan kinerja karyawan karena bagaimanapun kinerja perusahaan akan bagus apabila
karyawannya memiliki kinerja yang baik, karyawan terpacu untuk mencapai prestasi kerja yang
optimal, dan sebagainya. Jika karyawan tidak terpacu untuk berprestasi, sulit bagi perusahaan
untuk mendapat hasil yang optimal juga.
3.2
untuk belajar. Oleh karena itu, menurut Kalplan dan Norton 1996 (dalam Jamil, 2011) salah
satu elemen dalam pengukuran kinerja yang harus ada agar tujuan dari pengukuran kinerja yaitu
belajar dapat terpenuhi adalah adanya feedback atau umpan balik.
22
23
Menunjukkan bahwa kinerja personel atau karyawan diukur secara seimbang dan
dipandang dari 2 aspek yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka
panjang dan dari segi intern maupun ekstern.
Dari definisi tersebut pengertian sederhana dari Balanced Scorecard adalah kartu skor
yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi
keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka pendek.
Menurut Kaplan dan Norton langkah-langkah Balanced scorecard meliputi empat
proses manajemen baru. Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka
panjang dan peristiwa jangka pendek. Keempat proses tersebut adalah :
1) Menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.
2) Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
3) Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis
4) Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
Balanced Scorecard menunjukkan adanya pengukuran kinerja yang menggabungkan
antara pengukuran keuangan dan non keuangan (Kaplan dan Norton,1996:47). Ada empat
perspektif kinerja bisnis yang diukur dalam Balanced Scorecard, yaitu:
1) Perspektif keuangan (Financial Perspective) Perspektif keuangan tetap menjadi
perhatian dalam Balanced Scorecard, karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar
dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh pengambilan
keputusan (Sugiyanto dan Anwar, 2003). Aspek keuangan menunjukkan apakah
perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan
yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan
dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:
a) Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana
perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat
dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas
produksi,
menambah
kemampuan
operasi,
mengembangkan
sistem,
memantau
kesejahteraan
karyawan
dan
meningkatkan
kinerja disebut juga sebagai penilaian karyawan, evaluasi karyawan, tinjauan kinerja, evaluasi
kinerja dan penilaian hasil pedoman. Penilaian kinerja menurut Armstrong (1998) adalah
sebagai berikut :
1. Ukuran dihubungkan dengan hasil.
2. Hasil harus dapat dikontrol oleh pemilik pekerjaan.
3. Ukuran obyektif dan observable.
4. Data harus dapat diukur.
5. Ukuran dapat digunakan dimanapun.
Penilaian kinerja merupakan landasan bagi penilaian kegiatan manajemen sumber daya
manusia seperti perekrutan, seleksi, penempatan, pelatihan, penggajian, dan pengembangan
karir. Kegiatan penilaian kinerja sangat erat kaitannya dengan data atau informasi tentang
kinerja karyawan dan berhubungan langusung dengan keberlangsungan organisasi,
Tujuan penilaian kinerja menurut Hasibuan (dalam Ardyasa 2013) yaitu sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen HRD untuk menentukan
promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa untuk karyawan dengan
cara mengukur kinerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya. Penilaian
kinerja juga digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan di dalam
perusahaan.
3.2.3
tingkat keberhasilan atau capaian dari kinerja perusahaan tersebut. Salah satu ukuran yang biasa
digunakan dalam proses pengukuran kinerja adalah Indikator Kinerja Utama atau apa yang
sering disebut dengan Key Performance Indicator (KPI). Key Performance Indicator (KPI)
merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh strategi yang
diterapkan dan dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan (Moeherino,
2012)
KPI adalah sebuah metric, baik metrik finansial ataupun non-finansial yang digunakan
untuk membantu suatu organisasi menentukan dan mengukur kemajuan pencapaian yang telah
didapatkan perusahaan terhadap sasaran organisasi. KPI digunakan untuk menilai keadaan dari
suatu bisnis dan menentukan suatu tindakan untuk menghadapi keadaan tersebut (Fernando,
2012).
Menurut Kaplan dan Norton (dalam Fernando, 2012), KPI digunakan sebagai suatu
indikator untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam pencapaian strateginya.
26
Indikator Kinerja Utama/Key Performance Indicator (KPI) ini juga memiliki peran lain
selain sebagai ukuran keberhasilan dalam suatu perusahaan (Moeherino, 2012), antara lain
yaitu:
1) Sebagai indikator bagi karyawan untuk mengetahui di mana area karyawan tersebut
harus bekerja dan menghasilkan output sesuai dengan target yang telah ditentukan.
2) Sebagai alat komunikasi atasan dengan bawahan ataupun perusahaan ke seluruh lini
organisasi.
3) Sebagai media yang secara eksplisit menyatakan kemampuan proses yang harus
dicapai, sehingga target perusahaan juga tercapai.
Ada beberapa kata kunci untuk mengidentifikasi Key Performance Indicator (KPI),
yaitu: (1) memiliki proses bisnis; (2) tujuan yang jelas dari proses bisnis; (3) ada ukuran
kuantitatif dan kualitatif dari hasil dan dibandingkan dengan tujuan; (4) investigasi unsurunsur yang memengaruhi tujuan (Moeherino, 2012).
KPI berbeda tergantung sifat dan strategi organisasi. KPI merupakan bagian kunci
suatu sasaran terukur yang terdiri dari arahan, KPI, tolok ukur, target, serta kerangka waktu
(Fernando, 2012).
Darmin (dalam Moh. Mahsun, 2011: 168) menyatakan bahwa Key Performance
Indicator (KPI) yang baik perlu memenuhi unsur-unsur sebagai berikut.
1) Dapat menjadi sarana perusahaan mengkomunikasikan strategi.
2) Terkait secara langsung dengan strategi yang dipilih perusahaan.
3) Indikator tersebut bersifat kuantitatif, memiliki formula tertentu dalam
penghitungannya.
4) Indikator tersebut dapat dihitung.
5) Frekuensi pemutahirannya bermanfaat.
6) Penetapan target untuk perbaikan dapat dilakukan.
7) Kemungkinan pembandingan dengan perusahaan lain dapat dilakukan.
8) Pengukurannya masih valid.
9) Data dan sumber daya tersedia.
10) Biaya pengukurannya tidak melebihi manfaatnya.
3.2.4 Langkah-langkah Pengukuran Kinerja
Moeherino (dalam Anisa Tri: 2012), menjelaskan mengenai beberapa tahap dalam
pengukuran kinerja perusahaan, yaitu:
1) Mendesain
27
Proses mendesain meliputi beberapa aktivitas, antara lain seperti menentukan model
apa yang dipilih termasuk kerangka kinerjanya sampai penentuan indikator kinerja
utama. Indikator tersebut harus dalam bentuk metrik yang dapat diukur dan dapat
merepresentasikan tujuan strategis dari organisasi.
2) Mengukur
Indikator-indikator yang telah ditentukan dalam tahap desain kemudian diterapkan
untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan data-data aktual perusahaan.
3) Mengevaluasi
Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan.
4) Menindak-lanjuti
Hasil yang diperoleh pada tahap evaluasi kemudian ditindaklanjuti dengan
menentukan indikator-indikator mana saja yang menunjukkan kinerja yang sudah
baik dan indikator-indikator mana saja yang masih menunjukkan kinerja yang
buruk.
5) Mengevaluasi kembali
Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi kembali apakah sistem pengukuran kinerja
yang telah disusun dan diterapkan tersebut telah sesuai atau belum dengan
kebutuhan perusahaan. Sistem tersebut juga dievaluasi kembali apakah sudah dapat
mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya atau belum.
Mulyadi (2007: 345-358) menjelaskan ada beberapa langkah yang perlu dilaksanakan
dalam pengukuran kinerja, namun demikian sebelum melakukan serangkaian langkah-langkah
tersebut perlu didahului dengan mendesain sistem penghargaan terlebih dahulu.
Sistem penghargaan tersebut didesain melalui enam langkah berikut.
1) Menetapkan aspek kinerja yang hendak diberi penghargaan.
2) Menentukan bobot setiap aspek dan komponen kinerja.
3) Menentukan performance grade yang dipakai untuk menilai setiap aspek kinerja
dan penghargaan yang diberikan untuk setiap performance grade. Performance
grade merupakan standar nilai yang digunakan dalam proses penilaian kinerja.
Kisaran nilai dapat ditentukan dengan angka-angka seperti yang tertera di dalam
tabel berikut ini.
Tabel 3. 1 Performance Grade
Kisaran 1 sampai dengan 5
1,0-1,9
Cukup
28
Cukup
2,0-2,9
Baik
Baik
3,0-3,9
Baik sekali
Baik sekali
4,0-5,0
Luar bias
3.3
3.3.1
informasi tentang pelaksanaan program. Nantinya akan diketahui apakah proses pelaksanaan
kegiatan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncakan. Selanjutnya temuan-temuan hasil
monitoring yang berupa informasi digunakan untuk proses evaluasi sehingga hasilnya akan
menunjukkan apakah program yang ditetapkan dan dilaksanakan memperoleh hasil yang
berkesesuaian dengan tujuan awal yang ditetapkan perusahaan atau tidak.
Kegiatan monitoring disini bertujuan untuk memantau, meneliti, dan mengembangkan
suatu kegiatan dalam pencapaian sasaran. Kegiatan monitoring meliputi mekanisme
monitoring, fokus monitoring, acuan monitoring, dan jadwal monitoring
Sebelum menguraikan kegiatan monitoring satu persatu, terlebih dahulu akan dijelaskan
apa sebetulnya monitoring dan evaluasi itu? Penjelasan tentang monitoring dan evaluasi akan
diuraikan sebagai berikut;
Monitoring adalah pengumpulan dan analisis informasi secara sistematis untuk melihat
kemajuan dari suatu project
1) Monitoring bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari sebuah
project atau organisasi.
2) Monitoring berdasarkan target dan kegiatan yang telah direncanakan selama proses
pekerjaaan berlangsung.
3) Monitoring dapat membantu pekerjaan tercatat dalam jalurnya, dan manajemen
mudah mengetahui suatu kesalahan dalam pekerjaan.
4) Monitoring memungkinkan anda untuk menentukan sumber mana yang tersedia
dengan cukup baik dan dapat digunakan, dan juga kapasitas yang mencukupi dan
sesuai, sehingga anda dapat melakukan apa yang telah anda rencanakan.
Langkah-langkah monitoring dapat dijabarkan menjadi beberapa tahap seperti berikut
1) Menenetukan indikator dari efficiency, effectiveness dan impact;
2) Merencanakan sistem untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
indikator;
3) Mengumpulkan dan mencatat informasi;
4) Menganalisa informasi;
5) Menggunakan informasi untuk menginformasikan day-to-day management
30
31
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, akan dijelaskan model pengukuran kinerja pada tingkat korporat dan tingkat
employee dari AIESEC. Model pengukuran kinerja pada tingkat korporat yang digunakan oleh
AIESEC adalah Balance Scorecard sedangkan pengukuran kinerja pada tingkat employee yang
digunakan oleh AIESEC adalah Performance Appraisal.
4.1
33
34
Learning and Capacity: Hal yang ingin difokuskan terkait daya manusia dan teknologi
demi tercapainya kemajuan di sektor tersebut. Critical Success Factors yang
digunakan adalah Talent Capacity, Talent Development, Membership Productivity,
serta Infrastructure
Internal Process: Proses internal yang dilakukan AIESEC sebagai kefokusan dalam
mencapai tujuan (baik optimalisasi ataupun pengembangannya). Critical Success
Factors yang digunakan adalah Managing Information, Governance & Accountability,
35
Planning Review, Market Analysis & Review, Market Approach, dan Internal
Efficiency.
Sustainability: Cara AIESEC bertahan secara finansial. Critical Success Factor yang
digunakan hanya satu yaitu Smart Investments
The Way We Do It: Target-target yang ingin dicapai AIESEC, merupakan puncak dari
strategic map AIESEC. Critical Success Factors yang digunakan adalah Generating
Global Community Development Programme (GCDP) Experiences, Generating
Global Internship Programme (GIP) Experiences, Generating Team Member
Programme (TMP) Experiences, Generating Team Leader Programme (TLP)
Experiences, dan Net Promoter Score (NPS) sebagai ukuran kuantitatif.
Tingkatan dari pemetaan tersebut disusun berdasarkan tingkat terendah menuju tertinggi
dengan urutan awal adalah Learning and Capacity, kemudian Internal Process, Customers
yang ditempatkan setara dengan Sustainability, di atasnya terdapat The Way We Do It yang
merupakan target yang ingin dicapai serta kolom yang akan diisikan tujuan organisasi yaitu
Impact
tersebut melambangkan dimensi tersebut memiliki Critical Success Factor apa saja. Kemudian
hubungan antara dimensi dengan dimensi lain digambarkan melalui tanda panah yang berarti
dimensi bawah mempengaruhi hasil dari dimensi atas. Hubungan menggunakan tanda panah
tersebut tidak disajikan secara eksplisit pada strategic map melainkan secara implisit dan telah
diketahui oleh orang-orang yang bertanggung jawab terhadap Balance Scorecard dari AIESEC.
Namun, tidak ada garis-garis atau panah yang menghubungkan antara Critical Success Factor
level bawah dengan Critical Success Factors level atas yang mengindikasikan bahwa seluruh
Critical Success Factors pada tiap dimensi benar-benar mendukung hubungan terhadap
dimensi pada level diatas.
Hasil dari pemetaan pada Balance Scorecard pada AIESEC ini dapat diketahui melalui
perubahan warna pada masing-masing Critical Success Factors setelah setiap Key Performance
Indicator telah terisi. Perubahan warna tersebut meliputi warna merah yang berarti buruk,
warna kuning yang berarti medium atau sedang, serta warna hijau yang berarti baik. Adanya
perubahan warna menuju lebih buruk pada salah satu Critical Success Factor tentu akan
mempengaruhi dimensinya dan yang lainnya sehingga dapat menyebabkan Result yang tersaji
menjadi buruk. Dengan melihat perubahan warna tersebut dan dampak pada strategic map ini,
maka AIESEC dapat mengetahui apa saja yang perlu dievaluasi pada organisasi dengan
mengacu pada Critical Success Factor yang sudah baik, sedang, maupun yang buruk.
Sebagai organisasi pada segmen not for profit, Critical Success Factors pada strategic
map yang digunakan telah mencerminkan bagaimana AIESEC ingin mencapai tujuannya. Pada
puncak dimensinya, AIESEC tidak menempatkan dimensi finansial pada puncak strategic map
melainkan menempatkan The Way We Do It, dimana hal tersebut berisi tujuan AIESEC
menjadi wadah mahasiswa untuk go international. Suatu hal yang tidak biasa mengingat
organisasi pada umumnya meletakkan dimensi finansial pada posisi teratas namun bisa
dipahami mengingat tujuan AIESEC adalah not for profit. AIESEC sendiri memposisikan
dimensi finansialnya di samping dimensi customer dengan nama dimensi sustainability. Hal
tersebut dikarenakan AIESEC merasa bahwa prioritas dalam finansial memiliki kepentingan
yang sama dengan prioritas untuk memberi pengalaman pada customer mereka serta hal
tersebut dirasakan akan saling mendukung untuk AIESEC mencapai dimensi teratas yaitu The
Way We Do It. AIESEC sendiri juga telah memiliki strategic map yang cukup lengkap dengan
adanya indicator warna yang melambangkan kinerja organisasi untuk setiap Critical Success
Factor. Dengan adanya indicator warna tersebut, AIESEC akan menjadi lebih mudah untuk
mengetahui Critical Success Factor mana yang hasilnya tidak maksimal sehingga akan
memudahkan bagi AIESEC untuk melakukan evaluasi terkait kinerja.
37
Namun, pada strategic map dari AIESEC masih menggambarkan bahwa seluruh Critical
Success Factors pada satu dimensi juga mendukung seluruh Critical Success Factor pada
dimensi lain. Dengan kata lain, strategic map AIESEC belum menunjukkan secara spesifik
mengenai pendukung dari Critical Success Factor pada level-level atas. Hal ini akan membuat
kesulitan bagi AIESEC dalam melakukan tracking hingga ke level terkecil karena tidak adanya
penunjuk hubungan secara pasti. Selain itu, AIESEC memang menempatkan dimensi
sustainability sebagai pengganti dimensi finansial. Namun dari segi pemberian nama, nama
dimensi tersebut sangat jauh berbeda dengan strategic map pada umumnya karena perbedaan
pemahaman. Kemudian, yang perlu diperhatikan adalah antar dimensi juga tidak memiliki
konektor pada strategic map tersebut. Hal tersebut akan menyebabkan orang lain yang mungkin
bukan anggota AIESEC atau belum mengetahui mengenai Balance Scorecard AIESEC dapat
mengalami kesalahan penafsiran ketika melihat strategic map tersebut, juga akan menyebabkan
kebingungan tersendiri dalam memahami strategic map AIESEC. Oleh karena itu, ada baiknya
AIESEC memberikan tanda penghubung seperti panah untuk menghubungkan tiap Critical
Success Factors antar dimensi maupun tanda penghubung untuk menghubungkan tiap dimensi
sendiri. Selain itu, sebaiknya AIESEC mengganti nama dimensi sustainability menjadi dimensi
financial untuk menghindari kesalahan pemahaman yang dikhawatirkan dapat terjadi.
4.2
dari empat perspektif dimana setiap perspektif memiliki key performance indicator (KPI)
masing-masing untuk membantu mengukur sejauh mana kinerja setiap individu yang ada
didalam AISEC Surabaya terhadap pencapaian misi dari AIESEC itu sendiri. Pada bagian ini
akan membahas mengenai KPI yang digunakan. Analisa yang dilakukan yang pertama adalah
KPI yang digunakan sudah sesuai dengan SMART atau tidak dan yang kedua adalah analisa
yang untuk setiap KPI dan hubungan nya dengan misi dari AIESEC. Penggunaan dari BSC
sendiri merupakan pengukuran dari sisi kinerja keseluruhan dari organisasi AIESEC Surabaya,
maka setiap KPI dalam BSC ini akan dianalisa mengenai keterkaitannya dengan misi AIESEC
Indonesia. Pemilihan KPI ini dilakukan berdasarkan breakdown yang dilakukan dari
keseluruhan visi AIESEC Indonesia yang diturunkan menjadi misi AIESEC Indonesia dan
diturunkan kembali kedalam bentuk beberapa strategi objektif. Dari beberapa strategi objektif
itu barulah terbentuk critical success factor yang didalamnya memiliki beberapa KPI yang
menjadi indikator keberhasilan dari setiap faktor yang sudah dibentuk.
Berikut analisa KPI berdasarkan dari masing-masing perspektif:
38
Learning
and
Capacity
Critical Success
Factors
1
2
3
Talent Capacity 4
5
6
7
8
9
10
Talent
11
Development
12
13
14
Infrastructure
15
Membership
Productivity
16
17
18
19
20
21
Pada tabel diatas merupakan data dari learning and capacity perspektif
yang
didalamnya terdapat empat critical success factor dimana di setiap faktor nya terdapat KPI yang
menjadi indikator nya. Namun, beberapa indikator masih belum sesuai dengan kriteria SMART
(Specific, Measureable, Achieveable, Realistic, Time-Based). Namun, beberapa dari KPI yang
digunakan masih belum sepenuh nya sesuai dengan kriteria dari SMART ini contoh nya adalah
KPI yang ada pada bagian Talent Development dimana terdapat KPI yang terdiri dari TTI
Delivered, TTT Delivered, TTM Delivered, dan TTS Delivered dimana KPI tersebut hanya
diukur dari kegiatan fun training yang diadakan.
KPI diatas dapat terlihat masih kurang spesifik dan ukuran yang masih kurang sesuai,
setidaknya ukuran dari fun training ini lebih baik jika dapat ditambahkan atau dilengkapi berapa
kali minimal diadakannya kegiatan fun training tersebut agar indikator itu dapat dikatakan
berhasil. Kemudian juga KPI yang masih belum sesuai dengan kriteria SMART ada pada bagian
membership productivity dimana didalamnya terdapat KPI yaitu performance on marketing
39
dimana disini indikator yang digunakan masih kurang spesifik mengenai performance pada
kegiatan marketing seperti apa yang ingin dinilai dan bagaimana cara menilai nya karena
ukuran yang digunakan juga masih belum ada.
Performance on sales juga masih menjadi bagian dari KPI yang ada dalam membership
productivity dengan ukuran yang digunakan adalah jumlah penjualan yang berhasil dilakukan
pada semua project yang dilakukan oleh divisi yang berkaitan. Disini jika performance on sales
dan performance on marketing lebih baik jika dijadikan menjadi satu ukuran KPI. Ini dilakukan
karena kedua nya memiliki hubungan dimana biasanya jika performance on sales meningkat
atau bagus itu diakibatkan dari kegiatan performance on marketing yang baik, sehingga cukup
dipilih salah satu yang masuk dalam KPI atau dijadikan dalam satu kesatuan perfomance
indicator. Semua KPI yang digunakan menggunakan time-based nya dalam hitungan per bulan.
4.2.2
Planning and
Review
Internal
Processes
Governance
and
Accountability
Managing
Information
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Market
Analysis &
Research
44
45
46
47
Market
Approach
Internal
Efficiency
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Presence in #Universities
Applications Received for oGCDP
Conversion Submit-Interview
Applications Received for oGIP
Conversion Apply - Accepted
Applications Received for TMP
Sales Meetings - iGCDP
Sales Meetings - iGIP
Sales Meetings - Strategic Alliances
Matching Rate iGCDP
Realization Rate iGCDP
Matching Rate oGCDP
Realization Rate oGCDP
Matching Rate iGIP
Realization Rate iGIP
Matching Rate oGIP
Realization Rate oGIP
Tabel diatas merupakan Internal Process perspektif dan KPI nya. Terdapat beberapa
crisis success factors yang ada didalamnya yaitu planning and review, governance and
accountability, managing information, market analysis and research, market approach, dan
internal efficiency. Beberapa diantara KPI yang ada diatas masih belum memenuhi kriteria misi
yang baik yaitu yang sesuai dan memenuhi standari SMART. Contohnya adalah, KPI yang
terdapat pada planning and review yaitu functional meetings disini indikator yang digunakan
sudah cukup spesifik namun pada pengukurannya masih belum jelas apakah indikator ini dapat
dikatakan berhasil jika seluruh vice president dari AIESEC seluruhnya dapat selalu menghadiri
meeting atau dapat dikatakan berhasil dengan memiliki minimal batas berapa orang vice
president yang dapat menghadiri meeting. Kemudian, jika bisa kita lihat KPI yang mengenai
reward and recognition, indikator tersebut masih belum spesifik dan ukuran yang digunakan
juga masih belum jelas karena belum ada keterangan pada lembar balanced scorecard.
Beberapa KPI juga masih belum terlalu spesifi seperti percentage of full members dan
percentage of data collection. Pada indikator tersebut masih belum spesifik dan juga mengenai
presentase tersebut diukur dari mana. Untuk bagian mananging information terdapat KPI yaitu
percentage of members aware of LC opportunities and performance disini masih belum
measureable karena presentase yang digunakan masih belum diketahui diukur menggunakan
apa. Beberapa KPI yang masih belum ada ukuran yang jelas seperti coversion submit-interview
dan conversion apply-accepted.
41
4.2.3
Customers Perspective
Customer
Loyalty
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
Brand
Positioning
Customers
Generating
Relationships
with
Stakeholders
Product
Service
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
##
##
##
##
% Promoters iGCDP
% Promoters oGCDP
% Promoters iGIP
% Promoters oGIP
Upscaling iGCDP Partners
Upscaling oGCDP Partners
Upscaling iGIP Partners
Upscaling oGIP Partners
Retention Member Rate
Member apply for higher role
Re-raised Partner
EP Reintegrated
EwA converted into market expansion/entity
expansion
Engagement on Twitter
Engagement on Instagram
Engagement on FB Fanpage
Showcased experiences
Press Conference
PR Activities
iGCDP - Opportunity opened
iGCDP - Opportunity re-raised
iGIP - Opportunity open
iGIP - Opportunity re-raised
oGCDP People in progress (raised)
oGIP People in progress (raised)
TN Takers GCDP
TN Takers GIP
oGCDP Partners
oGIP Partners
Alumni Engaged
Partner Engaged
iGCDP Matched Forms
oGCDP Matched Forms
iGIP Matched Forms
oGIP Matched Forms
Response Rate iGCDP
Response Rate oGCDP
Response Rate iGIP
Response Rate oGIP
42
##
##
##
##
##
##
##
##
##
Pada tabel customer perspektif terdapat beberapa yang menjadi crisis success factor
yaitu customer loyalty, brand positioningm generating ralationships with stakeholders, dan
product services. Setiap crisitical success factors terdiri dari beberapa KPI nya masing-masing.
KPI yang baik adalah indikator yang tidak terlalu banyak namun, seharusnya cukup dan dapat
mewakili dari beberapa faktor tetapi, disini kalau kita lihat pada bagian brand positioning
dimana KPI nya ada engagement on twitter, engagement on instagram, dan engagement on FB
fanpage. Ketiga KPI diatas kita dapat lihat disini ketiganya memiliki kesamaan yaitu
merupakan social media dimana disini ketiga nya diukur dengan ukuran yang sama yaitu
jumlah followers yang ada pada setiap media. Ketiga KPI diatas seharusnya tidak harus menjadi
suatu indikator yang terpisah-pisah. Menjadikan nya cukup satu indikator saja sudah dapat
mewakili ketiganya, seperti mengganti ketiga indikator tersebut dengan hanya menjadi
engagement on social media dengan ukuran jumlah seluruh followers dari social media yang
digunakan.
Kebalikkan nya disini indikator yang sebaiknya bisa di jadikan lebih spesifik adalah PR
Activites. Hal ini dilakukan karena aktivitas yang dilakukan pada bagian PR itu seperti apa saja
yang diukur dan bagaimana mengukurnya, belum tentu aktivitas setiap PR dapat diukur dengan
cukup satu indikator saja sehingga, lebih baik disini ditambahka aktivitas yang jenisnya seperti
apa. Untuk KPI yang masih kurang measureable dapat dilihat pada bagian customer loyalty
yaitu KPI re-raised partner dimana untuk mengukur indikator tersebut masih belum jelas
menggunakan apa dan apa yang menjadi alat ukur dari keberhasilan indikator tersebut. Pada
KPI yaitu showcased experiences ini diukur dengan menggunakan people engaged namun,
ukuran dari seberapa orang-orang dapat engage dengan showcases yang diadakan masih kurang
jelas apakah diukur menggunakan kuisioner, wawancara, atau dengan ukuran lain.
43
4.2.4
Sustainability Perspective
##
Smart
Investments
##
##
##
##
##
##
Pada tabel Sustainability perspective diatas terdiri dari dua critical success factor yang
didalamnya terdapat beberapa KPI. Disini pada tabel sustainabality kita dapat menganalisa
beberapa KPI yang sudah cukup spesifik dan pengukuran nya juga sudah sesuai dengan kriteria
SMART. Diantaranya adalah pada bagian yang smart invesments yaitu KPI yang digunakan
adalah ROI dari setiap indikator yang sudah spesifik. Disini penamaan sustainability berbeda
pada perspektif yang seharusnya yaitu mengenai environment atau lingkungan sekitar tempat
perusahaan. Sustainbability disini mengacu pada bagaiamana AIESEC dapat secara sustain
dalam hal financial sehingga, ini dapat dikatakan merupakan financial perspective dari
AIESEC. Sebaiknya penamaan ini dapat diganti karena sustainability yang seharusnya jauh
berbeda dengan apa yang menjadi ukuran dari AIESEC. Mengganti dengan financial
persepective , seharusnya tidak menjadi masalah karena AIESEC merupakan organisasi yang
bersifat non-for-profit. Dimana AIESEC tetap melakukan pencarian dan penggalangan dana
namun, dana tersebut dilakukan untuk melaksanakan kegiatan untuk mencapai visi dan misi
AIESEC yang sudah dirancang diawal.
Tabel 4. 5 The Way We Do It perspektif dan KPI nya
GCDP
The Way We
Do It
GIP
TMP
##
##
##
##
##
TLP
NPS
##
##
##
##
##
Pada perspektif the way we do it beserta KPI nya meninjau kembali apa yang sudah
dilakukan dengan mengukur sisi kualitas dari acara atau kegiatan yang dilakukan. Jika beberapa
indikator sebelum nya mengukur berapa banyak kegiatan dan target yang tercapai berapa
banyak, pada indikator ini bukan menghitung secara kuantitas tetapi lebih kepada kualitas.
Kualitas ini merupakan hasil output dari nilai net promoter score, dimana jika NPS yang didapat
bernilai besar maka kualitas yang diberikan AIESEC kepada customer nya sudah bagus
sebaliknya, jika nilai NPS nya kecil maka walau kegiatan dan kuantitas dari yang mengikuti
kegiatan yang diadakan AIESEC banyak tetapi dari segi kualitas mereka belum tercapai atau
gagal. Pengukuran NPS ini dilakukan dengan sistem pengisian kuisioner mengenai kepuasan
dari customer atau orang-orang yang telah mengikuti kegiatan atau program yang diadakan oleh
AIESEC. Pada bagian ini sudah sesuai dengan SMART cukup spesifik dengan membedakan
pengukuran setiap kegiatan dan sudah measureable. Adapun sebaiknya nama perspektif bisa
diganti dengan penamaan yang lebih mudah dipahami sehingga, seluruh anggota AIESEC dapat
memiliki pemahaman yang sama mengenai perspektif-perspektif yang ada dalam AIESEC itu
sendiri.
4.3
Penentuan Pembobotan
Pada metode balanced scorecard yang digunakan oleh AIESEC , pembobotan dari setiap
perspektif adalah sama. Antara perspektif yang satu dan yang lainnnya dianggap memiliki nilai
dan porsi yang sama dalam menunjang ketercapaian visi misi organisasi. Pembobotan yang
dianggap sama dalam setiap perspektif ini kurang efektif dalam menilai seberapa
berpengaruhnya kinerja dari satu perspektif terhadap keseluruhan kinerja korporat.
Pembobotan yang efektif seharusnya mempertimbangkan seberapa besar pengaruh dari
satu perspektif terhadap keseluruhan kinerja perusahaan dengan tujuan agar perusahaan dapat
menentukan suatu tindakan atau pengambilan berdasarkan prioritas. Dengan memberikan
pembobotan yang berbeda pada setiap perspektifnya, AIESEC nantinya dapat memberikan
perlakuan yang berbeda juga kepada masing-masing perspektif untuk menghasilkan performa
maksimal pada organisasi.
Dalam menentukan bobot untuk setiap perspektif nya, jajaran direksi AIESEC Surabaya
dapat melakukan brainstorming. Hal ini dilakukan untuk menentukan perspektif mana yang
45
memiliki pengaruh yang besar dibanding perspektif yang lain. Akan tetapi, metode
brainstorming dapat menimbulkan subjektifitas karena pembobotan ditentukan berdasarkan
pendapat masing-masing individu dalam jajaran direksi. Selain brainstorming, AIESEC
Surabaya juga dapat menggunakan salah satu metode sistem pendukung keputusan yaitu
Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang
kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, dan hasil
dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas.
4.4
Performance Appraisal
Performance Appraisal (PA) merupakan salah satu metode yang digunakan oleh AIESEC
untuk mengukur kinerja individu dalam organisasi. Pada sub bab ini akan dibahas tentang
performace appraisal dari AIESEC, bagaimana PA terbentuk dan analisisnya.
4.4.1
individu yang terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh organisasi. Sebelumnya, setiap
departemen yang ada di AIESEC memiliki Job Description masing masing dimana setiap Job
Description itu memiliki Key Performance Indicator (KPI) yang berbeda. Job Description
untuk mengukur performansi individu dalam performance appraisal dibuat oleh Talent
Management dan VP berdasarkan pada visi dan misi dari organisasi itu sendiri. KPI yang ada
pada setiap job description ditentukan oleh VP Talent Manager dan team leader. Setelah Job
Description dibuat, nantinya tanggung jawab Job Description ini akan diberikan kepada masing
masing manajer ataupun staff, berdasarkan pada kapabilitas manajer.
46
Person Responsible
iGCDP
JD
KPI
Supportive Sectors
Fin
TM Mark
Market Researh
Finding contacts
Sales
Raising
Matching
Realization
BD
v
v
v
v
v
v
VP
v
v
v
v
v
MB
OC Team
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
OC1
v
v
v
OC2
OC3
OC4
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
OC5
OC6
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
47
IGCDP
Position
Team Name
BLACK SWORD
Team Vision
long-lifed connection
Project Manager
Start / End Date Experience:july 1st 2015 - june 30th 2016 End Date Review
01-Jul-15
30-Sep-15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Area
OCP Selection
OCP education
OC Team Selection
OC education
Project Planning
Organize OC weekly
doing research about issue
draft concept of the project
Project Hearing
Project pre-proposal and
Sales Calls and Meetings
Exchange Management
TN Raising Management
Target
100%
100%
100%
100%
80%
3
100%
100%
14
30
30
Achieved
50%
100%
100%
30%
80%
3
0
0
0
0
0
Gap
1
0
0
1
0
0
1
1
14
30
30
Score
Final Score
50
100
100
30
100
100
0
0
0
0
0
total
50
100
100
30
100
100
0
0
0
0
0
480
11
Average Score:
43,636
persen. Medium performance level diberikan kepada masing-masing individu apabila jumlah
dari penilaian KPInya berada di antara 50 sampai 79 persen. Sedangkan High performance level
diberikan kepada masing-masing individu apabila jumlah dari penilaian KPInya berada di atas
79 persen.
4.5
Talent Capacity
1
2
3
4
5
6
7
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa salah satu indikator yang mempengaruhi hasil dari
salah satu critical success factors adalah skor rata-rata dari PA per individu pada AIESEC
Surabaya. Namun, pengaruhnya masih sedikit karena nilai dari PA itu hanya digunakan pada
learning and capacity perspektif saja.
4.6
atau pewarnaan sebagai tanda atau sign bagaimana sebuah kinerja tersebut baik untuk korporat
dan individu sudah dilakukan. Sama seperti yang seharusnya pewarnaan yang digunakan
adalam merah, kuning, dan hijau. Dimana merah menandakan kinerja tersebut buruk dan range
nilai atau skornya adalah 0 sampai dengan 50. Warna kuning menandakan kinerja yang medium
atau biasa saja dan range nilai atau skor nya adalah 61 sampai dengan 80. Terakhir merupakan
49
warna hijau dimana itu menandakan kinerja yang baik atau excellent dengan range nilai atau
skor 81 sampai 100. Kriteria penilaian diatas dibuat berdasarkan brainstorming yang dilakukan
oleh jajatan direksi AIESEC Indonesia dan diturunkan kepada seluruh AIESEC regional
50
BAB V
REKOMENDASI DAN SARAN
5.1
adalah pemberian rekomendasi untuk perbaikan metode pengukuran kinerja yang dilakukan
oleh organisasi terkait yakni AIESEC. Rekomendasi untuk AIESEC adalah sebagai berikut:
1) Memberikan konektor atau tanda panah untuk menghubungkan antar Critical
Success Factor pada tiap dimensi maupun konektor untuk menyambungkan antar
dimensi demi mengetahui Critical Success Factor mana yang mempengaruhi level
atasnya, begitu juga dengan dimensi mana yang mempengaruhi level atasnya
2) Mengganti nama dimensi sustainability menjadi financial untuk menghindari
kesalahan pemahaman
5.2
oleh AIESEC, langkah selanjutnya adalah pemberian rekomendasi untuk perbaikan metode
pengukuran kinerja yang dilakukan oleh organisasi terkait yakni AIESEC. Rekomendasi untuk
AIESEC adalah sebagai berikut:
51
1) Memberikan kriteria penilaian yang jelas untuk masing masing KPI pada
tiap Job Description dalam Performace Appraisal yang ada agar nantinya
tidak terjadi penilaian secara subjektif apabila dinilai oleh individu yang
berbeda.
52
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, P., Khodammi, S., Osanlou, B., & Moradi, H. (2011). Using The Balance Scorecard
To Design Organizational Comprehensive Performance Management. Tarbiat
Modares University.
AIESEC. (2015). AIESEC: BSC, CSF, and KPI definition.
AIESEC. (2015). The AIESEC Way Refreshed Final.
Armstrong, M. (2004). Performance Management. Nyutran: Tugu Publisher (terjemahan).
Armstrong, M., & Baron, A. (2005). Performance Management. London: Jaico Publishing
House.
Blancard, H. (1995). Manajemen Perilaku Sumber Daya Manusia. Erlangga.
Cobbold, I., & Laurie, G. (2002). The Development of the Balanced Scorecard as a Strategic
Management Tool. Performance Management Association.
Darsono. (2010). Budaya Organisasi (Kajian Tentang Organisasi, Budaya, Ekonomi, Sosial,
dan Politik). Nusantara Consuling.
Fahmi, I. (2013). Manajemen Kinerja, Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Kaplan, & Norton. (2001). Transforming the balance scorecard from performance
measurement to strategic management. .
Kristine, A. (1998). Partnership For Performance; The Balanced Scorecard Put To The Test
At The University of California. California: University of California.
Kusek, J. Z. (2004). Ten steps to a results based monitoring and evaluation system.
Washingtong, D.C.: The world bank.
Moeherino. (2012). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Edisi Revisi. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada .
MTD Training Team. (2010). Performance Management. United Kingdom: Ventus
Publishing.
Olve, N., Roy, J., & Wetter, M. (1999). Performance Drivers: A Practical Guide to Using the
Balance Scorecard. John Wiley & Sons.
Rock, D. (2007). Enam Langkah Mengubah Kinerja demi Kesuksesan Perusahaan Anda.
Jakarta: PT. Gramedia.
53
54