Anda di halaman 1dari 10

Nama

Kelas/NIM
Fakultas
Program
Studi
Mata
Kuliah

: F.X. Riza Febri


Kurniawan
: D / F1314141
: Ekonomi
: Akuntansi
Transfer
: Auditing II

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)


KTM 3
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS
PENJUALAN DAN PENAGIHAN: PIUTANG
USAHA
A. Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
Auditor harus memenuhi masing-masing dari delapan tujuan audit dalam
merancang pengujian atas rincian saldo piutang usaha. Tujuan audit tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Piutang usaha dalam neraca saldo harus sama dengan jumlah file
induk terkait serta sama dengan buku besar umum. (detail ti- in)
2. Piutang usaha yang dicatat ada. (keberadaan)
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan. (kelengkapan)
4. Piutang usaha sudah akurat. (keakuratan)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar. (klasifikasi)
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar. (pisah batas)
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi. (nilai realisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha. (hak)
Berikut ini adalah metodologi untuk merancang pengujian atas rincian
saldo bagi piutang usaha.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang
Usaha (Tahap I)
Pemahaman mengenai industri dan lingkungan eksternal klien serta
mengevaluasi tujuan manajemen digunakan untuk mengidentifikasi risiko
bisnis klien yang signifikan, yang dapat mempengaruhi laporan keuangan

termasuk piutang usaha. Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang
direncanakan dalam piutang usaha, auditor mengembangkan risiko yang
mempengaruhi piutang usaha. Contoh: auditor dapat meningkatkan risiko
inheren untuk nilai realisasi bersih piutang usaha.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko
Inheren (Tahap I)
Auditor

harus

materialitas

memutuskan

laporan

pertimbangan

keuangan

secara

pendahuluan

keseluruhan

mengenai

dan

kemudian

mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca


yang signifikan, termasuk piutang usaha. Auditor harus mengidentifikasi
secara

formal

risiko

kecurangan

tertentu

menyangkut

pengakuan

pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi penilaian risiko inheren oleh auditor
untuk

tujuan-tujuan

berikut:

keberadaan

atau

eksistensi,

pisah

batas

penjualan, serta pisah batas retur dan pengurangan penjualan.


Menilai

Risiko

Pengendalian

untuk

Siklus

Penjualan

dan

Penagihan (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta
piutang usaha terkait setidaknya harus cukup efektif karena menajemen
sangat menginginkan catatan yang akurat untuk mempertahankan hubungan
baik

dengan

pelanggan.

Auditor

harus

memperhatikan

tiga

aspek

pengendalian internal:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
2. Pengendalian terhadap pisah batas
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo dalam memutuskan risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang
direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo.
Merancang

dan

Melaksanakan

Pengujian

Pengendalian

dan

Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap II)


Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas

transaksi,

pengujian

memutuskan

tersebut

telah

ukuran
dibahas

sampel,
pada

dan

bab

mengevaluasi

sebelumnya.

hasil

Auditor

menggunakan hasil pengujian untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi


yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo piutang usaha.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur

analitis

seringkali

dilakukan

selama

tiga

tahap

audit:

perencanaan, ketika melaksanakan pengujian yang terinci, dan sebagai


bagian dari penyelesaian audit. Sebagian besar prosedur analitis yang
dilaksanakan selama tahap pengujian dilakukan setelah tanggal neraca tetapi
sebelum pengujian atas rincian saldo. Jika auditor mengidentifikasi salah saji
yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan
menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset
salah saji itu.
Merancang

dan Melaksanakan

Pengujian atas

Rincian Saldo

Piutang Usaha (Tahap III)


Menghubungkan faktor yang direncanakan sangatlah kompleks karena
pengukuran faktor bersifat tidak jelas. Bukti audit yang direncanakan adalah
kebalikan dari risiko deteksi yang direncanakan. Setelah memutuskan bukti
yang direncanakan bagi tujuan tertentu adalah tinggi, sedang, rendah,
kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit yang sesuai, ukuran
sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu.
B. Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
Pengujian atas rincian saldo piutang usaha berfokus pada tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo. Asumsikan dua hal sebagai berikut:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti
2. Auditor telah memutuskan risiko deteksi yang direncanakan untuk
pengujian atas rincian saldo bagi setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung
pada apakah bukti yang direncanakan untuk tujuan tertentu adalah rendah,
sedang, atau tinggi. Sebagian besar pengujian piutang usaha dan penyisihan
piutang tak tertagih didasarkan pada Aged Trial Balance. Aged Trial Balance
menyajikan daftar saldo-saldo dalam file nama induk piutang usaha pada file
neraca. Konfirmasi saldo pelanggan merupakan pengujian atas rincian saldo

yang paling penting untuk menentukan keberadaan atau eksistensi piutang


usaha dicatat. Sulit bagi auditor untuk menguji saldo akun yang dihilangkan
pada Aged Trial Balance kecuali mengandalkan pada sifat menyeimbangkan
sendiri file induk piutang usaha.
Salah saji pisah batas (cutoff misstatement) terjadi apabila transaksi
periode

berjalan

dicatat

dalam

periode

selanjutnya

atau

sebaliknya.

Tujuannya adalah untuk memverifikasi apakah transaksi yang mendekati


akhir periode telah dicatat pada periode yang tepat. Salah saji pisah batas
dapat terjadi untuk penjualan , retur dan pengurangan penjualan dan
penerimaan kas. Bagi masing masing pos tersebut , auditor memerlukan
pendekatan rangkap tiga untuk menentukan kelayakan pisah batas:
1. Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat
2. Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadai yang
ditetapkan untuk memastikan kelayakan pisah batas
3. Menguji apakah pisah batas sudah benar
Pisah Batas Penjualan
Sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur
mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengiriman barang. Akan tetapi,
beberapa perusahaan mencatat faktur pada saat hak atas barang beralih,
yang dapat terjadi sebelum pengiriman, pada saat pengiriman dan setelah
pengiriman.
Pisah Batas Retur dan Pengurangan Penjualan
Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum mengharuskan bahwa retur
dan pengurangan penjualan ditandingkan dengan penjualan yang terkait.
Pisah Batas Penerimaan Kas
Untuk sebagian besar audit, pisah batas atas penerimaan kas yang benar
kurang begitu penting dibandingkan pisah batas penjualan atau retur
pengurangan penjualan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya
mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha bukan laba.
C. Konfirmasi Piutang Usaha
Menekankan pada konfirmasi sebagai bukti yang bisa diandalkan.
Tujuannya adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah

batas. Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam


situasi yang normal. SAS 67 (AU 330) menyediakan 3 pengecualian terhadap
keharusan menggunakan konfirmasi:
1. Piutang usaha tidak material. Hal ini sudah umum bagi perusahaan
tertentu seperti toko diskon yang terutama melakukan penjualan
secara tunai atau dengan kartu kredit.
2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena
tingkat responsnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat
diandalkan.
3. Gabungan tingkat risiko inheren dan resiko pengendalian rendah dan
bukti substantif lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti
yang mencukupi.
Dalam

melakukan

prosedur

konfirmasi,

pertama

auditor

harus

memutuskan jenis konfirmasi yang akan digunakan.


1. Konfirmasi positif, adalah komunikasi dengan debitor yang meminta
pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo
yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah.
2. Formulir konfirmasi yang kosong adalah jenis konfirmasi positif
yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta
penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya.
3. Konfirmasi faktur adalah jenis konfirmasi positif lainnya dimana
setiap faktur akan dikonfirmasi,dan bukan saldo piutang usaha
pelanggan secara keseluruhan.
4. Konfirmasi negatif juga ditujukan kepada debitor tetapi hanya akan
meminta respons jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang
dinyatakan.
Penentuan jenis konfirmasi mana yang akan digunakan berada ditangan
auditor, dan harus berdasarkan fakta dalam audit. SAS 67 menyatakan
bahwa penggunaan konfirmasi negatif hanya diterima jika seluruh situasi
berikut tersedia :
1. Piutang usaha tercipta dari jumlah besar akun-akun yang kecil.
2. Penilaian risiko pengendalian dan risiko inheren gabungan adalah
rendah.

3. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa penerima konfirmasi tidak


mungkin memberikan pertimbangannya.
Ukuran sampel
Faktor

utama

yang

mempengaruhi

ukuran

sampel

untuk

mengkonfirmasi piutang usaha berada dalam beberapa kategori dan


mencakup hal-hal berikut:
1. Salah saji yang ditoleransi
2. Risiko inheren (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil
tahun sebelum nya dan salah saji yang diterapkan)
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan
hasil pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis

dan

pengujian yang terinci lainnya)


5. Jenis konfirmasi negatif (biasanya memerlukan sampel)
Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, auditor dapat
memeriksa dokumentasi berikut untuk memverifikasi eksistensi dan
keakuratan setiap transaksi penjualan yang membentuk saldo akhir
piutang usaha:
1. Penerimaan Kas Selanjutnya
Bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal konfirmasi meliputi
pemeriksaan remittance advice, ayat jurnal dalam catatan penerimaan
kas, atau mungkin kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha.
2. Salinan Faktur Penjualan
Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan
aktual dan tanggal penagihan aktual.
3. Dokumen Pengiriman
Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah benarbenar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas.
4. Korespondensi dengan Klien
Biasanya auditor tidak perlu mereview korespondensi sebagai bagian
dari prosedur alternatif,tetapi korespondensi dapat digunakan untuk

mengungkapkan piutang yang diperselisihkan dan yang meragukan


yang tidak terungkap oleh cara lainnya.
5. Barang Telah Dikembalikan
Kelalaian klien untuk mencatat memo kredit dapat diakibatkan oleh
perbedaan waktu atau pencatatan retur dan pengurangan penjualan
yang tidak tepat.
6. Kesalahan Klerikal dan Jumlah yang Diperdebatkan,
Jenis perbedaan yang paling mungkin dilaporkan dalam catatan klien
adalah jika pelanggan menyatakan bahwa ada kesalahan harga yang
dikenakan untuk barang, barang rusak, kuantitas barang yang tepat
belum diterima dan sebagainya.
D. Mengembangkan Pengujian Program Audit yang Terinci
Untuk mengilustrasikan pengembangan prosedur program audit untuk
pengujian yang terinci dalam siklus penjualan dan penagihan, kita akan
menggunakan Hillsburg Hardware Co.
Auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti yang disajikan
pada gambar 16-7 sebagai alat bantu untuk membantunya memutuskan luas
pengujian atas rincian saldo yang direncanakan. Sumber setiap baris adalah
sebagai berikut:
Salah saji yang dapat ditoleransi.
Risiko audit yang dapat diterima.
Risiko inheren.
Risiko pengendalian.
Hasil pengujian subtantif atas transaksi.
Prosedur analitis.
Risiko deteksi yang direncanakan.

Tabel 16-4 di bawah ini menunjukkan pengujian program audit yang terinci
untuk piutang usaha, berdasarkan tujuan dan untuk penyisihan piutang tak
tertagih.

Berikut ini adalah contoh program audit pengujian atas rincian saldo
siklus penjualan dan penagihan dalam format kinerja.
1. Mereview neraca saldo piutang usaha untuk piutang yang berjumlah
besar dan tidak biasa.
2. Menghitung prosedur analitis yang ditunjukkan dalam skedul audit
yang dikompensasi ke depan.
3. Mereview

piutang

yang

tercantum

pada

Aged

Trial

Balance

menyangkut wesel dan piutang dengan pihak terkait.


4. Menanyai manajemen apakah ada pihak terkait , wesel, atau piutang
jangka panjang yang dimasukkan dalam neraca saldo.

5. Mereview notulen rapat dewan direksi dan menanyai manajemen untuk


menentukan apakah ada piutang yang digadaikan.
6. Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke file induk piutang usaha untuk
melihat umur piutang dan saldonya.
7. Memfoot dua halaman neraca saldo untuk melihat umur kolom piutang.
8. Menelusuri saldo ke buku besar umum
9. Menelusuri lima piutang dari file induk piutang usaha ke aged trial
balance.
10.Mengkonfirmasi piutang usaha
11.Melakukan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak
dikembalikan.
12.Membahas dengan manager kredit tentang kemungkinana penagihan
piutang yang sudah lama.
13.Mengevaluasi apakah penyisihan sudah memadai setelah melakukan
prosedur audit lainnya menyangkut ketertagihan piutang.
14.Memilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun
berjalan dan 20 transaksi pertama dari tahun selanjutnya.
15.Mereview retur dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan
setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah telah dicatat dalam
periode yang benar.

Anda mungkin juga menyukai