Step 7
1. Bagaimana AnATOMI,Fisiologi, dan Histologi dari cavum oris?
Palatum (Langit-langit)
-
A. Palatum Durum
-
B. Palatum Mole
-
C. Otot-Otot
Otot
Origo
Insersio
Nervus
Fungsi
Tensor
veli Fossa
skafoidea; Kait
tendo
palatini
spina
mengelilingi
sfenoidalis;kartilag
pterigoidea
o tuba auditiva
insersio
mole
veli Pars petrosa osis Aponeurosis
palatini
temporalis;
tuba
auditiva
Palatoglossus Aponeurosis
mole
palatum
mole
kartilago
Mengangka
pada Trigeminus
aponeurosis
Levator
yang Rami
palatum mole
pleksus
palatum
faringeus
mole
lidah
Palatofaring
Aponeurosis
faringeus
Kartilago tiroid dan sisi N. Vagus via Mengangka
eus
palatum mole
faring
pleksus
faring;
faringeus
menutup
nasofaring
N. Vagus via Mengangka
Muskulus
Spina
uvulae
posterior;
pleksus
aponeurosis
faringeus
uvula
palatina
II.
Lidah (Lingua)
-
Memiliki
foramen
sekum
pada
apeks
dari
yang
B. Tonsila Lingualis
C. Inervasi
-
dan
oleh
korda
timpani
oleh
sensasi
khusus
(pengecap).
-
Akarnya
dekat
epiglotis
dipersarafi
nervus
laringeus
III.
1. Mahkota (Crown)
2. Leher (Kolum)
3. Akar (Radiks)
C. Jenis Gigi-Geligi
1. Insisivus
2. Kaninus
3. Premolar
4. Molar
D. Persarafan Gigi
1. Gigi maksilarisRami anterior, medius dan posterior nervus
maksilaris.
2. Gigi
mandibularisRamus
alveolaris
inferior
nervus
mandibularis.
E. Persarafan Gingiva
1. Permukaan Luar
a. Gingiva maksilarisnervi alveolaris superior posterior,
medius dan anterior nervus infraorbitalis.
b. Gingivs mandibularisnervus bukalis dan mentalis.
2. Permukaan Dalam
a. Gingiva
maksilarisnervus
palatinus
mayor
dan
nasoplatinus.
b. Gingiva mandibularisnervus lingualis.
IV.
Glandula Salivatorius
a. Glandula submandibularis
b. Glandula sublingualis
V.
Nervus Otonom
tidak lebih dari 5 persen dari semua tepung yang dimakan telah
dihidrolisis pada saat makanan ditelan.
mulut, yang
menghambat
otot
rahang
bawah
sekali
lagi,
menyebabkan rahang bawah turun dan kembali rebound pada saat yang
lain, dan ini berulang-ulang terus.
Menelan :
Fase Volunter
Fase oral : Lidah mendorong makanan daerah orofaring dengan cara
menekan ke pallatum durum
Fase Involunter
Fase faringeal :
Dimulaiketikamakanansdhmasukorofaring,
dikendalikanolehmedula oblongata danbagianbawah pons
Nasofaringtertutupolehpalatum
mole
(cegahmakananmasukkenasofaring)
Plikapalatofaringealtertarikke medial mendorongmakananmasuk
faring
Glotismenutup (cegahmakananmasuklaring)
Peristaltik faring mendorongmakananmasukesofagus, (SOA)
terbuka
Pernafasanberhenti (1-2 sec)
Fase Esofageal :
Setelahmasuksofagusmakanandidorongmasukkelambungolehperis
taltik (kekuatantergantungukuranmakanan)
Oesofagusdilengkapisfingteresofagusatas
(SEA)
danbawah
(SEB)
1/3 atasototlurik, 2/3 bawahototpolos
Peristaltikesofagusterjadikaranarangsanganmakananpadaddgoes
ofagus, dikoordiniroleh N. vagusdanpesarafanintrinsik
proses
fagositosit
ini,
tentara-tentara
tubuh
itu
akan
siklooksigenase
(COX).
Pengeluaran
prostaglandin
akan
5.Apakah hubungan dari minum susu botol tidak minum asi eklusif, tidak makan
sayur buah,kebersihan gigi yang tidak terkontrol dan karies pada g 51,g 52, g 61,
g 62,g 71,g 81?
SLS mengalami
sariawan
dapat terbentuk
terjadinya
luka
SAR
faktor yang
berhubungan
dengan
berpendapat
bahwa
ke epitelium.9,16,26 Sicrus
peranan
disregulasi imun
terjadinya SAR.
dapat
mungungkapkan bahwa adanya respon imun yang berlebihan pada pasien SAR
sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu
berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana
pemicunya tidak diketahui.
pengaruh
dari IL-1B
Menurut
Bazrafshani
dkk, terdapat
dengan
folat dan zat besi dan 2% defisiensi ketiganya. Penderita SAR dengan
defisiensi zat besi, vitamin B12 dan asam folat diberikan terapi subtitusi
vitamin tersebut hasilnya 90% dari pasien tersebut mengalami perbaikan.
Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah vitamin
B1, B2 dan B6. Dari 60 pasien SAR yang diteliti, ditemukan 28,2% mengalami
penurunan kadar vitamin-vitamin tersebut. Penurunan vitamin B1
terdapat 8,3%, B2
ketiganya.
6,7%, B6 10%
Terapi dengan
dan 33%
pemberian
kombinasi
bulan memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren
berkurang. Dilaporkan
SAR,
pasien
adanya
defisiensi Zink
pada
penderita
waktu satu
penting
adalah
Hormon
estrogen
yang
dianggap
dan 20,26progesteron.
rongga
mulut,
gangguan keseimbangan
memperlambat
proses
sel-
keratinisasi
sanguis
bahwa
adalah
suatu
respon
imun
spesifik
yang
tidak
pasien yang
SAR
sering mengalami
kesulitan terus-menerus
kondisi
di rongga
mulut
medis
pengujian
yang dikaitkan
adalah penyakit
oleh
dokter.
dengan keberadaan
Behcets, penyakit
ulser
disfungsi
hubungan
SAR
diantara perokok
keparahan
Acidogenic Theory
- Tahap pertama : terjadi delkasifikasi enamel yang menghasilkan
kerusakan seluruh enamel dan dekalsifikasi dentin
- Tahap kedua
: terjadi penghancuran / pencairan dari sisa2
bagian yang lunak
Asam yang menyebabkan dekalsifikasi dari hsl fermentasi tepung
dan gula yang tertinggal pada gigi
patofisiologi
dan
Iritasi pulpa
- Lesi pada lapisan email atau sementum , belum menimbulkan
perubahan patologispada pulpa.
- Ngilu waktu makan , minum asam / manis
Hiperemi pulpa
- Kelanjutan dari iritasi pulpa , sumber iritan berupa toksin /
metabolit dari MO menyebabkan kerusakan (lisis) struktur dentin ,
lalumpenetrasi ke dalam pulpa
- Sudah terjadi kondisi patologis pada tingkat awal , berupa
vasodilitasi pada pulpa
- Sakit / sangat ngilu jika kena rangsangdari makanan segera hilang
jika rangsang dihilangkan. Tidak ada riwayat sakit spontan.
Pulpitis akut parsial
- Peradangan jaringan pulpa sebatas kamar pulpa (pulp. chamber).
- Sakit spontan , berdenyut , tidak segera hilang walau rangsangan
dihilangkan
Pulpitis akut total
- Peradangan jaringan pulpa hingga saluran akar bahkan sebagian
jaringan peripodontal apikal
- Sakit hebat , spontan , menjalar hingga ke egio temporal ,
servikal dan belakang telinga
Pulpitis kronis
- Peradangan kronis pada pulpa
- Dapat berubah menjadi akut
- Waktu px kadang tidak ada keluhan sakit. Ada riwayat sakit
Kematian pulpa
- Pulpitis yang tidak mendapat perawatan akan mengalami
kematian , disertai dengan invasi MO disebut sebagai Gangren
Pulpa. Kematian dapat pula tidak didahului oleh karies dan invasi
MO , disebut Nekrosis Pulpa. Invasi gangren pulpa menyebar ke
periodental menyebabkan periodontitis .Rasa sakit biasanya
muncul dari periodontitis , bukan dari gangren pulpa. Nekrosis
pulpa juga dapat menyebabkan periodontitis , akibat dari
jaringan nekrotik pulpayang lisis bersifat toksik.
- Pada kondisi akut , muncul keluhansakit. Pada kondisi kronis
tidak ada keluhan.
( ILMU PENYAKIT GIGI dan MULUT , FK UNDIP )
LANGSUNG
Gigi
Saliva
Diet
TIDAK LANGSUNG
Umur
Jenis kelamin
Ras
Genetik
Sosial ekonomi
Goegrafi fluor dalam air
Kesehatan umum
Kesehatan ibu
( ILMU PENYAKIT GIGI dan MULUT , FK UNDIP )
gejala
Berupa kavitas pada jaringan keras , tepi tidak teratur ,
perlunakan , perubahan warna.
Dapat dibedakan dari lesi non karies (abrasi , atrisi , erosi )
( ILMU PENYAKIT GIGI dan MULUT , FK UNDIP )
pencegahan
penatalaksanaan
Pada prinsipnya perawatan penyakit kariespada gigi adalah
konservatif , mempertahankan gigi semaksimal mungkin.
Pada gigi gangren , untuk gigi depan dilakukan konsedrvasi gigi , tapi
untuk gigi belakang keberhasilan perawatan kecil , sehingga
biasanya dilakukan ekstraksi.
( ILMU PENYAKIT GIGI dan MULUT , FK UNDIP )
11.alur diagnosisnya
12.dd dan diagnosisinya
Diagnosis stomatitis aftosa rekuren
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat lesi, pemeriksaan klinis, bila perlu
pemeriksaan darah untuk mencari kemungkinan adanya gambaran abnormal pada
MCV (mean corpuscular volume). Diagnosis stomatitis aftosa rekuren ditentukan
berdasarkan riwayat rekurensi lesi dan sifat lesi yang dapat sembuh sendiri.
Kedua hal tersebut perlu ditanyakan dalam anamnesis (Sook Bin Woo dan
Greenberg, 2008; Neville dkk,2008).
Beberapa hal yang dapat ditanyakan saat melakukan anamnesis antara lain:
Riwayat lesi
kulit, persendian)
Pemeriksaan
Perhatikan gambaran klinisnya:
- Erosi berbatas tegas dengan tepi teratur, disertai kelim merah di
sekitarnya
-
Bila ditemukan jaringan parut atau palatum molle ikut terlibat, maka
kondisi tersebut menunjukkan adanya sebuah stomatitis aftosa tipe
mayor
Penyakit lain yang mempunyai bambaran khas dapat disingkirkan,
13.penatalaksanaanya
Penatalaksanaan
Untuk stomatitis aftosa rekuren, penatalaksanaannya dibagi ke dalam dua
tahap: 1. Pengendalian faktor predisposisi, 2. Pengobatan simtomatis dan
perawatan suportif.
diri.
Pada
umumnya
pasien
terlihat
sehat,
tetapi
perlu
Pengobatan simtomatik
Tujuan dari pengobatan simtomatik yang dilakukan adalah: untuk mengurangi
rasa nyeri, mempersingkat perjalanan lesi, dan memperpanjang interval
kemunculan lesi.
bagi
orabase yang dapat membuatnya melekat pada mukosa mulut yang selalu basah.
Jika pengolesan obat ini dilakukan dengan tepat, maka orabase akan menyerap
cairan dan membentuk gel adesif yang dapat bertahan melekat pada mukosa
mulut selama satu jam atau lebih. Namun, pengolesan pada erosi/ulser agak
sedikit sulit untuk dilakukan. Gel yang terjadi akan membentuk lapisan pelindung
di atas ulkus, sehingga pasien akan merasa lebih nyaman. Kortikosteroid akan
dilepaskan secara perlahan. Selain itu obat ini juga memiliki sifat anti inflamasi.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan di Inggris dan Amerika Serikat, obat
kumur tetrasiklin secara bermakna dapat menurunkan frekuensi dan keparahan
stomatitis aftosa. Isi kapsul tetrasiklin (250 mg) dilarutkan dalam 15 mL air
matang, ditahan selama 2 3 menit dalam mulut, dikumur tiga kali sehari. Pada
beberapa pasien, penggunaan selama 3 hari dapat meredakan stomatitis aftosa
rekuren (Cawson dan Odell, 2008).
Obat kumur chlorhexidine 0,2% juga dapat digunakan untuk meredakan
durasi dan ketidaknyamanan pada stomatitis aftosa. Cara penggunaannya adalah
tiga kali sehari sesudah makan, ditahan dalam mulut selama minimal 1 menit
Kadang pemberian vitamin B-12 atau asam folat sudah cukup untuk
meredakan stomatitis aftosa frekuren.
Perawatan suportif
Untuk perawatan suportif dapat dilakukan dengan pengaturan diet,
pemberian obat kumur salin hangat dan anjuran untuk beristirahat dengan cukup.
Terapi biasanya dilakukan secara empiris dan paliatif. Namun demikian, tidak
ada satu obatpun yang dapat benar-benar menghilangkan lesi dengan sempurna.
Penderita perlu diberi tahu bahwa kelainan tersebut tidak dapat diobati, tetapi
dapat diredakan dan biasanya dapat sembuh sendiri.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengobatan lesi ini adalah:
-
frekuensi meningkat
Tidak ada terapi definitif untuk stomatitis aftosa rekuren
Terapi bersifat simtomatik dan berbeda untuk setiap individu.
Tipe A
Apa saja perawatan yang sudah pernah dijalani, efektif atau tidak?
Bila efektif dan aman dilanjutkan
Tipe B
Lesi sangat nyeri, sehingga menyebabkan diet normal berubah, kondisi oral
Tipe C
timbul
Obat yang digunakan:
- Kortikosteroid topikal yang poten
- Kortikosteroid sistemik