Anda di halaman 1dari 17

Makalah Agama

Dakwah, Hisbah, Jihad

Disusun Oleh Kelompok 11:


1. Raja Arif Fadillah Sitompul
2. Ridho Renaldi

15120000026
15120000028

Teknik Informatika
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Potensi Utama
TA 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat taufik dan hidayah nya sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah kami ini berjudul Dakwah, Hisbah ,Jihad, yang mana didalam makalah
kami ini terdapat pembahasan tentang Dakwah, Hisbah , dan Jihad yang di dalamnya terbagi
menjadi beberapa aliran-aliran di antaranya: Pengertian, Fungsi, Keutamaan dari Dakwah,
Hisbah dan Jihad.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan di
sana-sini, dikarenakan kemampuan kami yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan
serta bimbingan dari Dosen serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, Akhirnya pembuatan
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Akhir kata kami berharap dengan ditulisnya makalah ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi kami sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya, serta semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

DAFTAR ISI
Contents
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
1.

Dakwah....................................................................................................................2

A.

Pengertian Dakwah..................................................................................................2

B.

Landasan Dakwah....................................................................................................2

1.

Landasan Historis Dakwah Pada Masa Rasullulah Saw..........................................2

C.

Keutamaan Dakhwah...............................................................................................6

2.

Hisbah......................................................................................................................8

A.

Pengertian Hisbah....................................................................................................8

B.

Fungsi Hisbah..........................................................................................................8

C.

Keutamaan Hisbah...................................................................................................9

3.

Jihad.......................................................................................................................10

A.

Pengertian Jihad.....................................................................................................10

B.

Tujuan Jihad...........................................................................................................11

C.

Keutamaan Jihad....................................................................................................12

BAB III.............................................................................................................................13
PENUTUP........................................................................................................................13
Kesimpulan......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14

1i

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk meminimalisir suatu kesalahan pemahaman terhadap petunjuk dan aturan Allah
SWT, kita memerlukan pembimbing yang benar-benar paham. Peringatan dan ajakan Allah
SWT disalurkan melalui Rasul-Rasul-Nya dan wahyu-wahyu-Nya. Dengan demikian
kehadiran Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul Allah yang terakhir diberi tugas oleh Allah
SWT untuk membawa berita gembira dan peringatan kepada seluruh umat manusia. Hisbah
merupakan sebuah kata yang saya yakin agak ganjil bagi sebagian besar masyarakat
indonesia. Walaupun sebagian penduduknya sebagian besar mayoritas beragama islam.
Hisbah adalah sebuah kata yang tak asing tersengar di barat indonesia, yaitu tepatnya
didaerah Aceh dan berbagai negara islam lainya. Hisbah sendiri merupakan sebuaah instuisi
keagamaan dibawah kendali pemerintahan yang mengawasi masyarakat agar menjalankan
kewaajibanya dengan baik. jihad berasal dari kata Al jahd ( )(yang bermakna kelelahan
atau kesusahan atau dari kata Al juhd ( )(yang bermakna kemampuan. Sehingga orang
yang berjihad di jalan Allah adalah orang-orang yang mencapai kelelahan karena Allah dan
meninggikan kalimatNya yang menjadikannya sebagai cara dan jalan menuju surga. Di balik
jihad memerangi jiwa dan jihad dengan pedang, ada jihat hati yaitu jihad melawan setan dan
mencegah jiwa dari hawa nafsu dan syahwat yang diharamkan. Juga ada jihad dengan tangan
dan lisan berupa amar maruf nahi mungkar.

B.
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Apa pengertian dari Dakwah, Hisbah dan Jihad ?
Apa fungsi dan Tujuan dari Dakwah, Hisbah dan Jihad ?
Apa Landasan Dakwah?
Keutamaan dari Dakwah, Hisbah dan Jihad ?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Dakwah
A. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa Dawah berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk
Perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut mashdar. Sedangkan dari segi kata kerja
dakwah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Daa, Yadu, Dawatan). Orang
yang biasa berdakwah disebut dengan Dai dan orang yang menerima dakwah atau orang
yang di dakwahi disebut Madu.
Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:
1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai upaya mengajak
umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemalahatan di dunia dan akhirat.
2. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi
dakwah sebagai berikut: dakwah yaitu mendorong manusia agar berbuat kebaikan
dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah
dari kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3. Hamzah Yaqub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan
hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah Swt, dan Rasullulah Saw untuk umat
manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu
dalam segala segi kehidupannya.
Adapun pola dakwah bisa dipahami dengan tiga pola. Antara lain:
1. Dakwah Kultural
2. Dakwah Politik
3. Dakwah Ekonomi

B. Landasan Dakwah
1. Landasan Historis Dakwah Pada Masa Rasullulah Saw.
a. Pada Masa Makkah
Menjelang usianya yang ke 40, rasul saw sudah terbiasa memisahkan diri dari
kegalauan masyarakat, dan beliau pergi ke gua hira, yang terletak bebarapa kilometer di
utara kota mekah. Disana Rasul SAW bertafakur. Pada tanggal 17 ramadhan tahun 611
2

Masehi, malaikat Jibril datang menyampaikan Wahyu Allah yang pertama yaitu surat alalaq ayat 1-5 :

Artinya: Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu itu maha
melihat. Dia telah mengajar dengan kalam. Dia telah mengajar manusia apa yang
mereka tidak ketahui ( QS 96 : 1-5 )
Dengan turunnya Wahyu pertama, berarti Nabi Muhammad SAW telah dipilih oleh Allah
sebagai Rasul, namun rasul belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada Agama
Islam. Setelah Wahyu pertama itu turun, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama
sementara Nabi Muhammad SAW menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam
proses penantian Jibril, kemudian baru turun Wahyu yang kedua membawa perintah kepada
Rasulullah SAW.


(5) ( 4) ( 3) ( 2) ( 1)
(7) ( 6)

Artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah


peringatan!). Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah,). Dan
perbuatan dosa tinggalkanlah,. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah .(QS.Al-Mudatsir-1-7).

Menurut ahli sejarah Amin Said , Bahwa dakwah zaman makkah dibagi menjadi 4 periode
yaitu:
1. Periode Rumah Tangga
2. Periode Keluarga
3. Periode Konfrontasi
3

4. Periode Kekuatan
b. Pada Masa Madinah
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni
dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya
Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang
sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum
masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah
yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk
Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang
diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa.
Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar
terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka
bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan
mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan
beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauan dan kesadaran sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak
bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam
dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti
kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
c. Pada Masa Khulafaur Rasyidin
1. Abu Bakar
Setelah baiat pelantikan, khalifah Abu bakar. Terus mengucapkan sebuah pidatonya
dengan tegas, yang menggariskan politik kebijaksanaannya dalam memimpin umat islam,
yang setelah memuji Allah Swt. Dan Mengucapakan shalawat kepada rosululloh Saw. Antar
lain khotbah baiat beliau berbunyi :
Wahai manusia!
Aku telah diangkat menjadi khalifah tuan-tuan, padahal aku tidaklah lebih baik daripada
tuan-tuan. Kalau aku berbuat baik, bantulah aku sebaliknya kalau aku menyeleweng, luruskan
kembali jalanku.
Kebenaran adalah amanah dan kedustaan adalah khianat. Orang lemah diantara kamu adalah
kuat disisiku.sehingga haknya kukembalikan kepadanya; dan orang kuat diantara kamu
4

adalah lemah disisiku sehingga kuambil kembali darinya hak orang yang dirampasnya,
insyaallah!
Janganlah seeorang pun diantara kamu meninggalkan jihad, karena sesuatu kaum yang
meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka.
Taatlah kepadaku selama aku menaati Allah apabila aku mendurhakai Allah, kewajiban
taatmu kepadaku tidak ada lagi.
Tunaikanlah shalatmu, niscaya allah akan memberi rahmat kepadamu!.
Pada pidato singkat ini telah membentangkan dengan jelas garis politik yang akan
dijalankannya; dijelaskannya kewajiban dan hak rakyat, disamping jaminan adanya
kebebasan mengeluarkan pendapat. Ditegaskannya,bahwa kekuatan orang dzalim tidak akan
dapat menghambatnya dalam menjalankan keadilan, dan ketaatan kepada Allah Swt. Adalah
syarat dari kepatuhan rakyat.
2. Umar bin Khattab
Setelah wafatnya Abu bakar, maka dalam pidatonya yang amt singkat Umar ra. Telah
membentangkan garis politiknya yang mempunyai daya jangkau sangat jauh, setelah memuji
Allah Swt. Dan menshalawatkan Rosulullah, beliau menegaskan :
Sesungguhnya orang arab laksan unta jinak yang patuh mengikuti penggembalanya. Karena
itu, pengembala hendaknya memerhatikan, kemana hendak dibawa untanya itu.
Adapun aku, demi tuhan kabah, aku akn membawa mereka diatas jalan lurus..
Ini adalah satu garis kebijaksanaan yang sangat baik bagi umat islam dimasanya, karena
mereka sangat patuh; apabila diperintah dikerjakannya, dan apabila dilarang dihentikannya.
Karena itu, tanggung jawab yang terletak atas kepala pemimpinnya, yang berkewajiban
membimbing kejalan yang benar.
3. Usman bin Aff
Khalifah Usman juga mengucapkan sebuah khotbah baiat setelah selesai pelantikan.
Beliau menegaskan :
sesungguhnya kita berada dalam sisa umur dunia. Karena itu, bergegaslah mengerjakan
kebaikan yang telah ditakdirkan atasmu.
Kehadiranmu baik pagi ataupun petang dalam dunia yang penuh dengan kepalsuan dan
penipuan. Karena itu, jangan sampai hendaknya kamu tertipu oleh kehidupan dunia, sehingga
kamu lupa kepada allah.
Perhatikanlah sejarah orang masa lalu, kemudian waspada dan jangan lupa, karena
sesungguhnya Allah Swt. Tidak akan melupakn kamu. Dimana sudah anak-anak manusia
yang mengutamakan dunia dan bergelimang dengan kesenangan di dalamnya?
Bukankah mereka sudah tidak ada lagi ?.
Lemparkanlah dunia, seperti halnya Allah Swt. Telah melemparkannya; dan tuntutlah akhirat,
karena Allah Swt. Telah mengambil contoh perbandingan dengan firmannya :

Dan berilah kepada mereka perumpamaan, bahwa kehidupan dunia itu laksana hujan yang
kami turunkan dari langit, lantas tumbuh-tumbuhan dibumi menjadi subur, selanjutnya
menjadi kering diterbangkan angin. Allah maha kuasa atas segala-galanya. Harta dan anak
adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal shaleh yang kekal adalah lebih baik disisi
tuhan engkau, bahkan harapan yang paling baik. (QS Al-kahfi [18]: 454-464)
4. Ali bin Abi Thalib
Setelah memuji Allah Swt. Dan mengucapkan shalawat serta salam kepada rosulNYA,Khalifah Ali ra menyampaikan garis kebijaksanaannya selesai menerima pelantikan
dalam sebuah pidato, yang antara lain berbunyi:
Sesungguhnya Allah menurunkan kitab penuntun, yang didalamnya dijelaskan kebaikan dan
kejahatan. Karena itu, ambillah kebaikan dan tinggallah kejahatan.
Tunaikanlah kewajibanmu kepada Allah swt, niscaya allah akan mengantarmu kedalam surga.
Sesungguhnya Allah telah mengharamkan barang-barang larangan dan mengutamakan
kehormatan orang islam atas segala larangan, serta menguatkan mereka dengan tauhid dan
ikhlas.

C. Keutamaan Dakhwah
1. Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)
Para rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan
tugas utama mereka, yakni berdakwah.

Artinya: Katakanlah (Hai Muhammad): "Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang
mengikutiku berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf (12): 108).
Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah saw dan para pengikut beliau yakni jalan dakwah.
Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau saw, ia harus terlibat dalam dakwah
sesuai kemampuannya.
2. Dakwah adalah Ahsanul Amal (Amal yang Terbaik)
Dakwah adalah amal yang terbaik, karena dawah memelihara amal Islami di dalam
pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara amal sholeh adalah amal
dawah, sehingga dawah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting di
dalam menegakkan Islam.




Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru)
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?" (Fushilat (41): 33).
6

3. Para dai akan memperoleh balasan yang besar dan berlipat ganda
Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: Demi Allah, sesungguhnya Allah
swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan (dawah)mu, maka itu lebih baik bagimu
dari unta merah. (HR. Bukhari, Muslim & Ahmad).
Ibnu

Hajar Al-Asqalani ketika menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa: Unta merah
adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu.
Rasulullah saw bersabda:



() (
Artinya: Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu
setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang
yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan
barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain,
maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka
yang menirunya. (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).
4. Dawah dapat menjadi penyelamat dari azab Allah swt (An-Najatu minal Azab)
Dawah yang dilakukan oleh seorang dai akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum
manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dawahnya (madu). Manfaat itu
antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia terhindar
dari adzab Allah.
Dawah dan amar maruf nahi munkar adalah kontrol sosial yang harus dilakukan oleh kaum
muslimin agar kehidupan ini selalu didominasi oleh kebaikan. Kebatilan yang mendominasi
kehidupan akan menyebabkan turunnya teguran atau adzab dari Allah swt.
5. Dawah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah
Rasulullah saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang
zaman dengan dakwah beliau.
Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw ini adalah juga jalan yang sepatutnya ditempuh
untuk mengembalikan kembali kejayaan umat Islam. Imam Malik bin Anas ra berkata:

Akhir umat ini tidak menjadi baik kecuali menggunakan cara yang digunakan untuk
memperbaiki generasi awalnya. (Nashiruddin Al-AlBani, Fiqhul Waqi hlm 22).

2. Hisbah
A. Pengertian Hisbah
Para ulama mempunyai beberapa defenisi tentang hisba, antara lain, yang ditulis oleh
imam Gazali, bahwa Hisbah adalah Usaha untuk mencegah kemunkaran (pelanggaran)
tehadap hak Allah, dengan maksud menghindarkan orang yang di cegah dari melakukan
kemunkaran. Ibnu Khaldun mendefenisikan Hisbah adalah termasuk kewajiban agama
yang dalam kategori amar maruf dan nahi munkar, yang mana amar maruf nahi munkar
adalah kewajiban dari Allah dalam al-Qur'an.
Sesungguhnya Hisbah secara etimologi dan terminologi berkisar pada memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemungakaran (amar makruf nahi mungkar). Hisbah secara
terminologi adalah memerintahkan kebaikan apabila ada yang meninggalkanya, dan melarang
kemungkaran apabila ada yang melakukanya.
Tercatat pula bahwa ada lembaga yang diperkenalkan oleh Rosulullah pada masanya,
yaitu al-hisbah. Al-hisbah adalah lembaga pemerintahan yang berfungsi sebagai controler,
monitor dan supervisor perkembangan kehidupan ekonomi. Lembaga ini memainkan peran
besar dalam mengawasi dan mengontrol sejumlah besar kegiatan ekonomi, proyek-proyek
sosial dan sipil, ia dimaksudkan sebagai lembaga yang menganjurkan pada kebaikan dan
mencegah kemungkaran dalam wialayah yang tak bisa diawasi oleh institusi biasa. Lembaga
ini juga berperan sebagai lembaga pengawas pasar ekonomi yang memonitor perilaku para
pelaku ekonomi agar berjalan sesuai dengan koridor dan mekanisme yang menjadi tujuantujuan syariah, yaitu kemaslahatan umum yang ditujukasn untuk memelihara agama, diri,
akal, keturunan dan harta. Sebagai lembaga pengawas ekonomi al-hisbah menjamin tidak
terjadinya monopoli, pelanggaran aturan moral dalam pasar, hak konsumen, keamanan, dan
kesehatan kehidupan ekonomi.
Beberapa ayat tentang Hisbah :

Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada
kebaikan, memerintah yang ma'ruf dan mencegah yang munkar. Mereka itulah orang-orang
yang beruntung." (QS. Ali Imran [3] : 104

Artinya: "Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk menusia, menyuruh yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah".(QS. Ali Imran [3] : 110)

B. Fungsi Hisbah

Menurut istilah Hisbah yaitu Sebuah sistem yang secara umum digambarkan
pelaksanaan kebijakan dan kewajiban oleh mutashabih dan berkaitan dengan aspek agama
dan yuridis dalam penguasaannya.
Digambarkan sebagai praktek dan teknik pengawsan secara detail. Pengawasan secara
prinsip yang di lakukan atas berbagai bentuk produk kerajinan dan perdagangan, bahkan juga
mencakup tata administrasi dan kualitas dan standar produk.
Adapun fungsinya secara detail adalah:
1. Pengawasan terhadap kecukupan barang dan jasa di pasar. Al- Hisbah melalui muhtashibnya
harus selalu mengkontrol ketersediaan barang dan jasa yang di butuhkan masyarakat,
misalnya kebutuhan pokok ( sandang, pangan, papan, jasa kesehatan, jasa pendidikan, dan
lain- lain). Dalam kasus terjadinya kekurangan barang-barang ini al mustashib juga memiliki
otoritas untuk menyediakan sendiri secara langsung.
2. Pengawasan terhadap industri. Dalam industri ini tugas mustashib adalah pengawasan standar
produk, ia juga mempunyai otoritas untuk menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan yang
terbukti merugikan masyarakat atau negara. Ia juga harus membantu memecahkan
perselisihan antara mjikan dengan buruh. Jia perlu menetapkan upah minimum.
3. Pengawasan atas jasa. Penipuan dan berbagai ketidak jujuran lainya lebih mudah terjadi di
pasar jasa dari pada di pasar barang. Al mutashib memiliki wewenang untuk mengawasi
apakah para penjual jasa seperti dokter, dan sebagainya sydah melaksanakan tugasnya secara
layak atau belum, pengawasan atas jasa ini juga berlaku atas penjual tingkatan bawah, seperti
buruh pabrik dan lain-lain.
4. Pengawasan atas perdagangan, al mustashibharus mengevaluasi pasar secara umum dan
berbagai praktek dagang yang berbeda-beda secara khusus. Ia ahrus mengawasi timbangan
dan ukuran, kualitas produk, menjamin pedagang dan agennya tidak melakukan kecurangan
dan praktik yang merugikan konsumen.
5. Perencanaan dan pengawasan kota dan pasar, al mustashib berfungsi sebagai pejabat kota
untuk menjamin pembangunan rumah atau toko-toko bagi publik.
6. Pengawasan terhadap keseluruhan pasar al mustashib harus menjamin segala bentuk
kebutuhan agar persaingan di dalam pasar dapat berjalan dengan sehat dan islami, misalnya
menyediakan informasi yang transparan bagi para pelaku pasar. Menghapus berbagai
rektriksi untuk keluar dan masuk pasar, termasuk membongkar berbagai praktek penimbunan.

C. Keutamaan Hisbah
Rasulullah shallahu alaihi wassalam telah menjelaskan kewajiban dan keutamaan hisbah
serta pengaruhnya terhadap individu dan masyarakat.
Dari Abu Sa'id al-Khudri ra berkata, Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda:
"Barangsiapa di antara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya
dengan tangannya. Apabila ia tidak mampu, maka hendaklah ia mengubahnya dengan
lisanya.Apabila ia tidak mampu, maka hendaklah ia mengubahnya dengan hatinya. Dan
itulah selemah-lemah iman." (HR. Muslim)
Adapun keutamaan hisbah dalam hadist:
Abu Dzar berkata:
Beberapa shahabat berkata kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah telah berlaku para
hartawan dengan pahala (dari Allah), mereka shalat seperti kami, mereka puasa seperti
puasa kami, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Maka Rasulullah
bersabda, "Bukankah Allah telah mengkaruniai kalian dengan suatu yang dapat kalian
9

sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih adalah shadaqah, pada setia takbir dalah
shadaqah, pada setiap tahmid adalah shadaqah, pada setiap tahlil adalah shadaqah,
menyeru yang ma'ruf adalah shadaqah dan mencegah yang munkar adalah shadaqah". (HR.
Muslim)
Allah swt memuji dan menyatakan keutamaan orang yang melakukan hisbah dalam
firman-Nya:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka, kecuali orang yang menyuruh
mengeluarkan shadaqah atau yang ma'ruf atau perbaikan diantara manusia". (QS. An-Nisa'
[4] : 14)
Adapun bagi individu, maka Allah telah menjadikan hisbah sebagai salah satu dari sifatsifat orang Mukmin. Allah berfirman:
"Dan orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian dari mereka adalah
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang
munkar, taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itulah orang yang akan mendapat rahmat
dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Bijaksana." (QS. At-Taubah [9] : 71)
Adapun orang yang meninggalkan hisbah dan melakukan yang sebaliknya, maka Allah
mengutuk dan menyebutnya sebagai munafik, baik laki-laki dan perempuan. Firman Allah:
"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong
sebagian yang lain. Mereka selalu menyerukan yang munkar dan mencegah yang ma'ruf."
(QS. At-Taubah [9] : 67)

3. Jihad
A. Pengertian Jihad
Kata jihad berasal dari kata Al jahad ( )(yang bermakna kelelahan atau kesusahan
atau dari kata Al juhd ( )(yang bermakna kemampuan. Sehingga orang yang berjihad di
jalan Allah adalah orang-orang yang mencapai kelelahan karena Allah dan meninggikan
kalimatNya yang menjadikannya sebagai cara dan jalan menuju surga. Di balik jihad
memerangi jiwa dan jihad dengan pedang, ada jihat hati yaitu jihad melawan setan dan
mencegah jiwa dari hawa nafsu dan syahwat yang diharamkan. Juga ada jihad dengan tangan
dan lisan berupa amar maruf nahi mungkar.
Sedangakan Ibnu Rusyd menyatakan, Jihad dengan pedang adalah memerangi kaum
musyrikin atas agama, sehingga semua orang menyusahkan dirinya untuk zat Allah maka ia
telah berjihad di jalan Allah. Namu kata jihad fi sabilillah bila disebut begitu saja maka tidak
dipahami selain untuk makna memerangi orang-orang kafir dengan pedang sampai masuk
islam atau memberikan upeti dalam keadaan rendah dan hina.
Sedangkan Ibnu Taimiyah mendefinisikan jihad dengan pernyataan, jihad artinya
mengerahkan seluruh kemampuan, yaitu kemampuan mendapatkan yang dicintai Allah dan
menolak yang dibenci oleh Allah.
Tiga pendapat diatas sepakat dalam mendefenisikan jihad menurut syariat islam,
hanya saja penggunaan lafadz jihad fi sabillah dalam pernyataan para ulama biasanya
digunakan untuk makna memerangi orang kafir. Oleh karena itu, syaikh Adurrazaq bin Abdul
10

Mushin Al Abaad menyataka bahwa definisi terbaik dari jihad adalah definisi dari Ibnu
Taimiyah diatas dan beliau menyatakan Dipahami dari pernyataan Ibnu Tamiyah diatas
bahwa jihad dalam pengertian syari adalah istilah yang meliputi penggunaan semua sebab
dan cara untuk mewujudkan perbuatan, perkataan dan keyakinan (itiqad) yang Allah cintai
dan ridhoi serta menolak perbuatan, perkataan dan keyakinan yang Allah benci dan murkai.

B. Tujuan Jihad
Satu kepastian bahwa Allah tidak mewajibkan dan mensyariatkan sesuatu tanpa
adanya maksud tujuan yang agung. Demikian juga jihad disyariatkan untuk tujuan-tujuan
tertentu yang telah dijelaskan para ulama dalam pernyataan-pernyataan mereka. Disini akan
disampaikan sebahagian pernyataan tersebuat agar dapat kita petik maksud dan tujuan jihad
dalan Islam.
1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan, Maksud tujuan jihad adalah meninggikan
kalimat Allah dan menjadikan agama seluruhnya hanya untuk Allah.
2. Beliau juga menyatakan, maksud tujuan jihad adalah agar tidak ada yang disembah
kecuali Allah, sehingga tidak ada seorang pun yang berdoa, shalat, sujud dan puasa untuk
selain Allah, tidak berumroh dan berhaji kecuali ke rumahNya (Kabah), tidak disembelih
sembelihkan kecuali untukNya dan tidak bernazar dan bersumpah kecuali denganNya.
3. Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Sadi menyatakan, Tujuan jihad ada dua jenis:
pertama, jihad dengan tujuan untuk kebaikan dan perbaikan kaum mukminin dalam aqidah,
akhlak, adab (prilaku) dan seluruh perkara dunia dan akhirat mereka, serta pendidikan mereka
baik ilmiah dan amaliyah, jenis ini adalah induk jihad dan tonggaknya, serta menjadi dasar
bagi jihad yang kedua yaitu, jihad dengan tujuan menolak orang yang menyerang islam dan
kaum muslimin dan kalangan orang kafir, munafik, mulhid dan seluruh musuh-musuh agama
dan menentang mereka.
4. Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menyatakan, Jihad terbagi menjadi dua yaitu jihad ath tholab
(attack/menyerang) dan jihad ad dafu(defence/bertahan). Maksud tujuan keduanya adalah
menyampaikan agama Allah dan mengajak orang mengikutinya, mengeluarkan manusia dari
kegelapan kepada cahaya islam dan meninggikan agama Allah di muka bumi serta
menjadikan agama ini hanya untuk Allah semata. Sebagaimana di jelaskan dalam Al quran
dalam surat Al Baqarah:
( (
Artinya: Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama
itu hanya untuk Allah semata. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada
permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.(QS.Al-Baqarah:193)
Dan dalam surat Al Anfal,
(

11

Artinya: Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu sematamata untuk Allah. (QS. Al-Anfal: 39)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri menyatakan:



( (




Arinya: Aku diperintahkan memerangi manusia hingga bersaksi dengan bahwa tidak
sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad utusannya,
menegakkan sholat dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah berbuat demikian maka
darah dan harta mereka telah terjaga dariku kecuali dengan hak islam, dan hisab mereka
diserahkan kepada Allah.(Muttafaqun Alaihi).

C. Keutamaan Jihad
Ada banyak dalil yang menerangkan keutamaan jihad di jalan Allah diantaranya
sebagai berikut:
1. Jihad di jalan Allah adalah bisnis yang menguntungkan.
Sesungguhnya Allah telah (berjanji untuk) membeli dari orang-orang mukmin, jiwa
dan harta mereka dengan (menganugerahkan) surga untuk mereka. Mereka
berperang di jalan Allah. Mereka membunuh dan dibunuh. (Itu telah menjadi) janji
atas diri-Nya (sehingga) menjadi janji yang benar, (yang tertulis) di Taurat, Injil, dan
Al-Quran. Siapakah yang lebih menepati janji selain Allah?? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu! Itulah kemenangan yang besar. (QS.
At-Taubah: 111)
2. Besarnya pahala mereka yang bertahan dan berjaga-jaga di wilayah perbatasan, untuk
menghadang serangan musuh. Diriwayatkan dari Salman, Rasulullah saw bersabda,
Berjaga-jaga di wilayah perbatasan sehari semalam, lebih baik daripada qiyamul
lail dan puasa selama sebulan. Jika dia mati (dalam kondisi demikian), pahala
amalnya itu dan rezekinya akan dialirkan kepadanya. Dan dia terjaga
dari fitnah (huru hara).
3. Keutamaan berjaga-jaga (dari serangan musuh- pen) di jalan Allah. Diriwayatkan dari
Abu Raihanah: Aku mendengar Rasulullah bersabda, Api neraka tidak akan
menyentuh mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang terjaga
(begadang) di jalan Allah.
4. Tak ada yang menyamai keutamaan jihad. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa
seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, Tunjukkan kepadaku amal
yang setara dengan jihad! Rasulullah menjawab, tidak ada. Ketika seorang
mujahid keluar (untuk berjuang), sanggupkah kamu terus menerus shalat, terus
menerus berpuasa? Siapa yang sanggup melakukan itu semua?

12

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dawah berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk Perkataan tersebut dalam
bahasa arab disebut mashdar. Sedangkan dari segi kata kerja dakwah berarti: memanggil,
menyeru atau mengajak (Daa, Yadu, Dawatan). Orang yang biasa berdakwah disebut
dengan Dai dan orang yang menerima dakwah atau orang yang di dakwahi disebut
Madu. Landasan dakwah ada dua periode yaitu, periode Mekkah dan periode Madinah.
Hisbah adalah Usaha untuk mencegah kemunkaran (pelanggaran) tehadap hak Allah,
dengan maksud menghindarkan orang yang di cegah dari melakukan kemunkaran.
Orang yang berjihad adalah orang-orang yang mencapai kelelahan karena Allah dan
meninggikan kalimatNya yang menjadikannya sebagai cara dan jalan menuju surga.

13

DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta,2011
http://muslim.or.id/4041-memahami-arti-jihad.html
http://hukumkeluargasyariah.blogspot.co.id/2015/10/peradilan-islam.html
https://www.academia.edu/11526724/Makalah_Islam_dan_Dakwah_Peranan_Dakwah_dalam
_Taman_Pendidikan_Al-Quran

14

Anda mungkin juga menyukai