Anda di halaman 1dari 25

Case Report Session Rotasi II

OMSK TIPE BENIGNA

Oleh :
Panca Sapriawan

0810313253

Siti Ardina Sari

1010313009

Preseptor :
Dr. Silva Nora

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS ULAK KARANG
2015

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1

Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai
berikut4:
- Batas luar: membrane timpani
- Batas depan: tuba eustachius
- Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
- Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap
bundar (round window) dan promontorium.
Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membrane
timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat
didalamnya beserta penunjangnya, tuba eustachius dan system sel-sel udara
mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membrane timpani
dengan diameter kurang lebig setengah inci.5
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas
disebut pars flaksida (membrane shrapnel), sedangkan bagian bawah pars
tensa (membrane propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar
adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi olehsel
kubus bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu
lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagendan sedikit
serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light)
2

kearah bawah yaitu pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk
membrane timpani kanan. Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak
lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atasbelakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak
perforasi membrane timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang
pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus
longus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melakt pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasifaring dengan telinga tengah.4

Gambar 1. Anatomi Telinga

1.2

Definisi Otitis Media Supuratif Kronik


Yang disebut dengan otitis media supuratif kronik adalah infeksi
kronis ditelinga tengah dengan perfirasi membran timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret yang
keluar mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut

dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis media supuratif kronis
bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2
bulan, disebut sebagai otitis media supuratif subakut.1
1.3

Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan
faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs
syndrom. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif
tinggi adalah defisiensi immun sistemik.3
Penyebab OMSK antara lain3:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,
dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.
Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara
umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai
faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis
media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
3. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan / atau otitis media dengan efusi.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode
4

kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai


adalah Gramnegatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran
nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara
normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan
bakteri.
6. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau
toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
7. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema
tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum
diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk
mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba
tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal. Beberapa
faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada
OMSK :
a) Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b) Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
c) Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
d) Pada pinggir perforasi dari

epitel

skuamous

dapat

mengalami

pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses
1.4

ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.


Patofisiologi

Disfungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama terjadinya


radang telinga tengah ini (otitis media, OM).1
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan
tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara
luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang
pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar
menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih
mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM
daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di
telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh
sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal
seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan
menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret
di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin
kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri
menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah
bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified
respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan
tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia,
mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM
ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk
lapisan epitel sederhana.
Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah
yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut

telinga tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit
telinga pada waktu bayi.
1.5

Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa
= tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan
OMSK tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari
kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan
kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja,
dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya
OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada
OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma. Kolesteatom adalah suatu kista
epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai
dengan kolesteatom. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau
OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau
di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatom pada OMSK dengan
perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe bahaya. 1
Bentuk perforasi membran timpani adalah1 :
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan
postero-superior, kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari
anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi
total.
7

Perforasi

pada

pinggir

postero-superior

berhubungan

dengan

kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.
1.6

Gejala Klinis 3
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer)mtergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitasmkelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe
jinak, cairanmyang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering
kali sebagai reaksimiritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani

dan

infeksi.

Keluarnya

sekret

biasanya

hilang

timbul.

Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas


atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada
OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang
sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma
dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna
putih, mengkilap.
Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret
yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.
Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan
tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat
8

hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat


bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom,
tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang
pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang
pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif
berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga
kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang
pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila
terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang
dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat
karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
telinga mungkin ada tetapi mungkin
oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel
labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul
9

biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada


panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi
besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat
komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena
infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga
dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi
meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat
vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada
membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga
telinga tengah.
1.7

Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di
liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan
seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan
pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala
disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang
keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan
keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Gejala klinis
Ada beberapa gejala klinis yang menyebabkan pasien berobat ke pelayanan
kesehatan, antara lain:
a. Telinga berair (otorrhoe), sekret bersifat purulen (kental, putih) atau
mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan.
10

b. Gangguan pendengaran, ini tergantung dari derajat kerusakan tulangtulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat
pula bersifat campuran.
c. Otalgia (nyeri telinga), nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK,
dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.
d. Vertigo, vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya.
3. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
4. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan
pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Pemeriksaan
penala adalah pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran
dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur
(speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce
audiometry) bagi pasien anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan
audiometri nada murni.
5. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih
efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
6. Pemeriksaan bakeriologik dengan media kultur pada OMSK
Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh
pada media kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik
dalam tubuh manusia (dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA)
masih mengandalkan teknik kultur murni.
7. Pemeriksaan penunjang lain berupa uji resistensi kuman dari sekret telinga.

11

1.8

Penatalaksanaan 1
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus
berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.
Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu:
adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring,
hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan patologik yang
irreversibel dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien
alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi
yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama 2 bulan maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki
pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih
dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi
atau tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat
adalah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.
Terapi konservatif dengan medika mentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses periosteal
12

retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum


mastoidektomi.
Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK,
harus dilakukan isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap
antimikroba. Meskipun demikian, tidak semua OMSK berhasil diatasi dengan
terapi antimikroba, walaupun terapi yang diberikan telah sesuai dengan uji
kepekaan.7
1.9

Komplikasi
Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:1,5
a. Komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) terdiri dari parese
n. Fasial dan labirinitis.
b. Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses
ekstradural, abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis,
abses otak, hidrosefalus otitis. Pada radang telinga tengah menahun ini
walaupun telinga berair sudah bertahuntahun lamanya telinga tidak
merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai demam, sakit
kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke
intracranial.

13

BAB 2
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
I.

Identitas Pasien
Nama/Kelamin/Umur : Ny.M/Perempuan/35 tahun
Pekerjaan/pendidikan : Ibu rumah tangga
Alamat

II.

: Jl. Semarang

Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


Status Perkawinan

: Menikah

Jumlah Saudara

: Anak ke-2 dari 2 orang bersaudara

Status Ekonomi Keluarga

: Cukup mampu

KB

: Ada

Kondisi Rumah

Rumah permanen, perkarangan cukup luas

Listrik ada

Sumber air : air PDAM, air minum: air galon

Jamban ada 1 buah, di dalam rumah dan digunakan secara bersama


untuk 4 keluarga lainnya

Sampah di buang ke tempat pembuangan sementara dan diambil oleh


petugas setiap hari

Kesan : hygine dan sanitasi baik

Kondisi Lingkungan Keluarga :

Pasien tinggal bersama suami dan anak pasien

Pasien tinggal di daerah perkotaan yang padat penduduk.

14

III.

Aspek Psikologis di keluarga

Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik

Faktor stress dalam keluarga tidak ada

IV.

Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga


Pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya, yaitu 1 tahun yang
lalu, dimana keluar cairan dari telinga kiri dan kemudian pendengaran telinga
kiri dirasakan agak berkurang.

Sebelumnya pasien pernah menderita demam dan telinga kirinya sakit yang
diawali dengan flu dan hidung tersumbat namun pasien tidak mencari
pengobatan.

Saat demamnya sudah sembuh dan telinga kiri tidak sakit lagi, mulai keluar
cairan dari telinga kiri.

Setelah itu, hampir setiap pasien menderita flu dan demam, telinganya
mengeluarkan cairan berwarna bening kekuningan yang berjumlah tidak
terlalu banyak. Karena jumlah cairan yang keluar dari telinganya tidak
banyak, pasien tidak mencari pengobatan.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.

V.

Keluhan Utama
Keluar cairan dari telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu.

VI.

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluar cairan dari telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu, berwarna bening
kekuningan, agak kental, tidak berbau, tidak berdarah, dan terasa gatal.

Awalnya telinga pasien kemasukan air saat sedang mandi, dan malamnya
pasien mengeluhkan telinganya mulai berair.

Pendengaran telinga kiri dirasakan agak berkurang sejak 1 tahun yang lalu.

Nyeri di belakang telinga tidak ada.

Demam tidak ada.


15

Riwayat nyeri tenggorok, flu, dan hidung tersumbat ada, sering sejak pasien
masih kecil.

Riwayat gigi berlubang tidak ada.

Riwayat alergi tidak ada.

VII.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: CMC

Nadi

: 84x/ menit

Nafas

: 18x/menit

Suhu

: afebris

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Kulit

: Turgor kulit baik

THT

: Status Lokalis THT

Dada
Paru
Inspeksi

: simetris kiri = kanan

Palpasi

: fremitus kiri = kanan

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung
Inspeksi

: iktus tidak terlihat

Palpasi

: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: kiri: 1 jari medial LMCS RIC V, kanan : LSD, atas: RIC II

Auskultasi

: bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen
Inspeksi

: Perut tidak tampak membuncit

Palpasi

: Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )


16

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: BU (+) N

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/Status Lokalis THT :
Telinga
Pemeriksaan
Daun telinga

Dinding liang
telinga

Sekret/serumen

Kelainan
Kel kongenital
Trauma
Radang
Kel. Metabolik
Nyeri tarik
Nyeri tekan tragus
Cukup lapang (N)
Sempit
Hiperemis
Edema
Massa
Ada / Tidak
Bau
Warna
Jumlah
Jenis

Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang (N)

Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang(N)

Tidak
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak berbau
Bening kekuningan
Sedikit
Mukopurulen

Warna
Reflek cahaya
Bulging
Retraksi
Atrofi
Jumlah perforasi
Jenis
Kwadran
Pinggir
Tanda radang
Fistel
Sikatrik
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Rinne
Schwabach
Weber
Kesimpulan

Putih mengkilat
Keruh
+ (jam 5)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1
Sentral
Sentral
Rata
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Membran timpani

Utuh

Perforasi

Mastoid

Tes garpu tala

17

Audiometri

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Hidung
Pemeriksaan

Hidung luar

Kelainan
Deformitas
Kelainan kongenital
Trauma
Radang
massa

Dektra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Sinus paranasal
Pemeriksaan
Nyeri tekan
Nyeri ketok

Dekstra
Tidak ada
Tidak ada

Sinistra
Tidak ada
Tidak ada

Rinoskopi Anterior (Tidak dilakukan)


Pemeriksaan
Vestibulum

Cavum nasi
Sekret
Konka inferior

Konka media

Kelainan
Vibrise
Radang
Cukup lapang (N)
Sempit
Lapang
Lokasi
Jenis
Jumlah
Bau
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Cukup

Dekstra

Sinistra

lurus/deviasi
Permukaan
Warna

18

Septum

Massa

Spina
Krista
Abses
Perforasi
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna
Konsistensi
Mudah digoyang
Pengaruh
vasokonstriktor

Rinoskopi Posterior (Tidak dilakukan)


Pemeriksaan

Kelainan
Cukup lapang (N)

Koana

Sempit

Mukosa

Konka inferior
Adenoid
Muara tuba
eustachius

Massa
Post Nasal Drip

Dekstra

Sinistra

Dekstra

Sinistra

Lapang
Warna
Edem
Jaringan granulasi
Ukuran
Warna
Permukaan
Edem
Ada/tidak
Tertutup sekret
Edem mukosa
Lokasi
Ukuran
Bentuk
Permukaan
Ada/tidak
Jenis

Orofaring dan mulut


Pemeriksaan

Kelainan

19

Palatum mole +
Arkus Faring
Dinding faring

Tonsil

Peritonsil

Tumor
Gigi

Lidah

Simetris/tidak
Warna
Edem
Bercak/eksudat
Warna
Permukaan
Ukuran
Warna
Permukaan
Muara kripti
Detritus
Eksudat
Perlengketan
dengan pilar
Warna
Edema
Abses
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Konsistensi
Karies/Radiks
Kesan
Warna
Bentuk
Deviasi
Massa

Simetris
Merah muda
Merah muda
Licin
T1
Hiperemis (-)
Licin
Tidak melebar
-

Simetris
Merah muda
Merah muda
Licin
T1
Hiperemis (-)
Licin
Tidak melebar
-

Hygiene gigi dan mulut baik


Merah muda
Merah muda
Normal
Normal
-

Laringiskopi Indirek (Tidak dilakukan)


Pemeriksaan

Kelainan

Dekstra

Sinistra

Epiglotis

Ariteniod

20

Ventrikular band
Plica vokalis
Subglotis/trakea
Sinus piriformis
Valekula

Laboratorium Anjuran :

Darah rutin

Kultur dan sensitivity test

Diagnosis Kerja
OMSK Tipe Benigna
Diagnosis Banding : Manajemen
Preventif

Hindari telinga kemasukan air ketika mandi dan hindari berenang

Tidak boleh mencongkel-congkel telinga.

Apabila menderita demam, batuk, pilek, sakit tenggorok, atau sakit gigi,
segera cari pengobatan agar penyakit tidak berulang.

Promotif

Edukasi dan jelaskan kepada pasien tentang OMSK, bahwa penyakitnya ini
merupakan kelanjutan dari penyakitnya 1 tahun yang lalu yaitu demam
disertai dengan sakit telinga kiri yang diawali dengan flu dan hidung
tersumbat namun tidak diobati, yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang
berasal dari rongga mulut saat pasien sedang flu, dan bakteri tersebut masuk
21

ke telinga melalui saluran di dalam mulut. Dengan menjelaskan penyebabnya


ini, diharapkan pasien bisa langsung berobat jika pasien menderita flu. Selain
itu beritahu juga faktor risiko lainnya, yaitu sakit gigi dan sakit tenggorok,
sehingga pasien bisa langsung berobat jika pasien mengalami hal tersebut.

Jelaskan kepada pasien bahwa gendang telinga kirinya sudah tidak utuh,
sehingga harus dihindari air masuk ke dalam telinga karena dapat
menyebabkan infeksi.

Jelaskan kepada pasien bahwa pendengarannya yang agak berkurang itu


disebabkan oleh gendang telinga kirinya yang sudah tidak utuh. Gendang
telinganya yang berlubang itu tidak bisa sembuh sendiri, dan satu-satunya cara
untuk mengembalikannya adalah dengan operasi.

Edukasi pasien tentang kebersihan dan cara membersihkan cairan telinga. Jika
telinga sedang berair, air yang keluar bisa dilap dengan menggunakan lap
bersih atau tissue yang ujungnya dibuat meruncing, dan hindari penggunaan
cotton bud sendiri karena bisa berisiko cotton bud masuk terlalu dalam. Atau
jika ingin menggunakan cotton bud, minta tolonglah kepada dewasa lain agar
lebih aman dan kedalaman cotton bud bisa dijaga. Jelaskan prinsip
pengobatan pada penyakitnya ini adalah liang telinga harus dalam keadaan
bersih, karena sekret telinga adalah media yang baik untuk perkembangan
bakteri.

Jelaskan untuk tidak mencongkel-congkel telinga sendiri.

Jika pasien mengalami demam, flu, hidung tersumbat, dan sakit pada telinga
kanannya, segera cari pengobatan agar infeksi penyebab bisa disembuhkan,
untuk menghindari penyakitnya berlanjut seperti pada telinga kiri.

Kuratif :

Amoxicillin tablet 500 mg 3x1 tablet/hari selama 5 hari untuk mengobati


infeksi.

Paracetamol tablet 500 mg 3x1 tablet/hari (bila demam).

Rehabilitatif :

22

Datang ke puskesmas jika pasien menderita infeksi saluran nafas atas, sakit
gigi, sakit tenggorok, atau ada infeksi lain di mulut.

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan
FKUI, Jakarta. 2006: p. 64-77.
2. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan
Spesies Bakteri Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia
Kedokteran No. 155, 2007
3. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik
Medan.

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Sumatera

http://www.ketulian.com/v46/web/index.php?to=article&id=27

Utara.
pada

2003
15

November 2015.
4. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22
5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta.
1994: p. 392-412.
6. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan
Otitis Media Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran
UNPAD/RSUP

dr.Hasan

Sadikin

Bandung.

2009.

http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13

Diakses

dari

pada

16

November 2015.

24

Dokter
Tanggal

Dinas Kesehatan Kodya Padang


Puskesmas Ulak Karang
: Siti Ardina Sari
: 17 November 2015

R/ Amoxicillin tab 500 mg

No. XV

S 3dd tab 1
R/ Paracetamol tab 500 mg
S prn (max 3dd tab 1)

No. X

Pro
: Ny. M
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Semarang

25

Anda mungkin juga menyukai