CRS Omsk
CRS Omsk
Oleh :
Panca Sapriawan
0810313253
1010313009
Preseptor :
Dr. Silva Nora
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
kearah bawah yaitu pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk
membrane timpani kanan. Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak
lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atasbelakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak
perforasi membrane timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang
pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus
longus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melakt pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasifaring dengan telinga tengah.4
1.2
dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis media supuratif kronis
bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2
bulan, disebut sebagai otitis media supuratif subakut.1
1.3
Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan
faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs
syndrom. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif
tinggi adalah defisiensi immun sistemik.3
Penyebab OMSK antara lain3:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,
dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.
Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara
umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai
faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis
media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
3. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan / atau otitis media dengan efusi.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode
4
epitel
skuamous
dapat
mengalami
pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses
1.4
telinga tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit
telinga pada waktu bayi.
1.5
Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa
= tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan
OMSK tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari
kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan
kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja,
dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya
OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada
OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma. Kolesteatom adalah suatu kista
epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai
dengan kolesteatom. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau
OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau
di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatom pada OMSK dengan
perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe bahaya. 1
Bentuk perforasi membran timpani adalah1 :
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan
postero-superior, kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari
anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi
total.
7
Perforasi
pada
pinggir
postero-superior
berhubungan
dengan
kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.
1.6
Gejala Klinis 3
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer)mtergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitasmkelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe
jinak, cairanmyang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering
kali sebagai reaksimiritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani
dan
infeksi.
Keluarnya
sekret
biasanya
hilang
timbul.
Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di
liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan
seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan
pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala
disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang
keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan
keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Gejala klinis
Ada beberapa gejala klinis yang menyebabkan pasien berobat ke pelayanan
kesehatan, antara lain:
a. Telinga berair (otorrhoe), sekret bersifat purulen (kental, putih) atau
mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan.
10
b. Gangguan pendengaran, ini tergantung dari derajat kerusakan tulangtulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat
pula bersifat campuran.
c. Otalgia (nyeri telinga), nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK,
dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.
d. Vertigo, vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya.
3. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
4. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan
pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Pemeriksaan
penala adalah pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran
dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur
(speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce
audiometry) bagi pasien anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan
audiometri nada murni.
5. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih
efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
6. Pemeriksaan bakeriologik dengan media kultur pada OMSK
Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh
pada media kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik
dalam tubuh manusia (dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA)
masih mengandalkan teknik kultur murni.
7. Pemeriksaan penunjang lain berupa uji resistensi kuman dari sekret telinga.
11
1.8
Penatalaksanaan 1
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus
berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.
Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu:
adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring,
hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan patologik yang
irreversibel dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien
alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi
yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama 2 bulan maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki
pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih
dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi
atau tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat
adalah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.
Terapi konservatif dengan medika mentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses periosteal
12
Komplikasi
Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:1,5
a. Komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) terdiri dari parese
n. Fasial dan labirinitis.
b. Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses
ekstradural, abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis,
abses otak, hidrosefalus otitis. Pada radang telinga tengah menahun ini
walaupun telinga berair sudah bertahuntahun lamanya telinga tidak
merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai demam, sakit
kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke
intracranial.
13
BAB 2
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
I.
Identitas Pasien
Nama/Kelamin/Umur : Ny.M/Perempuan/35 tahun
Pekerjaan/pendidikan : Ibu rumah tangga
Alamat
II.
: Jl. Semarang
: Menikah
Jumlah Saudara
: Cukup mampu
KB
: Ada
Kondisi Rumah
Listrik ada
14
III.
IV.
Sebelumnya pasien pernah menderita demam dan telinga kirinya sakit yang
diawali dengan flu dan hidung tersumbat namun pasien tidak mencari
pengobatan.
Saat demamnya sudah sembuh dan telinga kiri tidak sakit lagi, mulai keluar
cairan dari telinga kiri.
Setelah itu, hampir setiap pasien menderita flu dan demam, telinganya
mengeluarkan cairan berwarna bening kekuningan yang berjumlah tidak
terlalu banyak. Karena jumlah cairan yang keluar dari telinganya tidak
banyak, pasien tidak mencari pengobatan.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
V.
Keluhan Utama
Keluar cairan dari telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu.
VI.
Keluar cairan dari telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu, berwarna bening
kekuningan, agak kental, tidak berbau, tidak berdarah, dan terasa gatal.
Awalnya telinga pasien kemasukan air saat sedang mandi, dan malamnya
pasien mengeluhkan telinganya mulai berair.
Pendengaran telinga kiri dirasakan agak berkurang sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat nyeri tenggorok, flu, dan hidung tersumbat ada, sering sejak pasien
masih kecil.
VII.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: CMC
Nadi
: 84x/ menit
Nafas
: 18x/menit
Suhu
: afebris
Mata
Kulit
THT
Dada
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/Status Lokalis THT :
Telinga
Pemeriksaan
Daun telinga
Dinding liang
telinga
Sekret/serumen
Kelainan
Kel kongenital
Trauma
Radang
Kel. Metabolik
Nyeri tarik
Nyeri tekan tragus
Cukup lapang (N)
Sempit
Hiperemis
Edema
Massa
Ada / Tidak
Bau
Warna
Jumlah
Jenis
Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang (N)
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang(N)
Tidak
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak berbau
Bening kekuningan
Sedikit
Mukopurulen
Warna
Reflek cahaya
Bulging
Retraksi
Atrofi
Jumlah perforasi
Jenis
Kwadran
Pinggir
Tanda radang
Fistel
Sikatrik
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Rinne
Schwabach
Weber
Kesimpulan
Putih mengkilat
Keruh
+ (jam 5)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1
Sentral
Sentral
Rata
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Membran timpani
Utuh
Perforasi
Mastoid
17
Audiometri
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Hidung
Pemeriksaan
Hidung luar
Kelainan
Deformitas
Kelainan kongenital
Trauma
Radang
massa
Dektra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sinus paranasal
Pemeriksaan
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Cavum nasi
Sekret
Konka inferior
Konka media
Kelainan
Vibrise
Radang
Cukup lapang (N)
Sempit
Lapang
Lokasi
Jenis
Jumlah
Bau
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Cukup
Dekstra
Sinistra
lurus/deviasi
Permukaan
Warna
18
Septum
Massa
Spina
Krista
Abses
Perforasi
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna
Konsistensi
Mudah digoyang
Pengaruh
vasokonstriktor
Kelainan
Cukup lapang (N)
Koana
Sempit
Mukosa
Konka inferior
Adenoid
Muara tuba
eustachius
Massa
Post Nasal Drip
Dekstra
Sinistra
Dekstra
Sinistra
Lapang
Warna
Edem
Jaringan granulasi
Ukuran
Warna
Permukaan
Edem
Ada/tidak
Tertutup sekret
Edem mukosa
Lokasi
Ukuran
Bentuk
Permukaan
Ada/tidak
Jenis
Kelainan
19
Palatum mole +
Arkus Faring
Dinding faring
Tonsil
Peritonsil
Tumor
Gigi
Lidah
Simetris/tidak
Warna
Edem
Bercak/eksudat
Warna
Permukaan
Ukuran
Warna
Permukaan
Muara kripti
Detritus
Eksudat
Perlengketan
dengan pilar
Warna
Edema
Abses
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Konsistensi
Karies/Radiks
Kesan
Warna
Bentuk
Deviasi
Massa
Simetris
Merah muda
Merah muda
Licin
T1
Hiperemis (-)
Licin
Tidak melebar
-
Simetris
Merah muda
Merah muda
Licin
T1
Hiperemis (-)
Licin
Tidak melebar
-
Kelainan
Dekstra
Sinistra
Epiglotis
Ariteniod
20
Ventrikular band
Plica vokalis
Subglotis/trakea
Sinus piriformis
Valekula
Laboratorium Anjuran :
Darah rutin
Diagnosis Kerja
OMSK Tipe Benigna
Diagnosis Banding : Manajemen
Preventif
Apabila menderita demam, batuk, pilek, sakit tenggorok, atau sakit gigi,
segera cari pengobatan agar penyakit tidak berulang.
Promotif
Edukasi dan jelaskan kepada pasien tentang OMSK, bahwa penyakitnya ini
merupakan kelanjutan dari penyakitnya 1 tahun yang lalu yaitu demam
disertai dengan sakit telinga kiri yang diawali dengan flu dan hidung
tersumbat namun tidak diobati, yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang
berasal dari rongga mulut saat pasien sedang flu, dan bakteri tersebut masuk
21
Jelaskan kepada pasien bahwa gendang telinga kirinya sudah tidak utuh,
sehingga harus dihindari air masuk ke dalam telinga karena dapat
menyebabkan infeksi.
Edukasi pasien tentang kebersihan dan cara membersihkan cairan telinga. Jika
telinga sedang berair, air yang keluar bisa dilap dengan menggunakan lap
bersih atau tissue yang ujungnya dibuat meruncing, dan hindari penggunaan
cotton bud sendiri karena bisa berisiko cotton bud masuk terlalu dalam. Atau
jika ingin menggunakan cotton bud, minta tolonglah kepada dewasa lain agar
lebih aman dan kedalaman cotton bud bisa dijaga. Jelaskan prinsip
pengobatan pada penyakitnya ini adalah liang telinga harus dalam keadaan
bersih, karena sekret telinga adalah media yang baik untuk perkembangan
bakteri.
Jika pasien mengalami demam, flu, hidung tersumbat, dan sakit pada telinga
kanannya, segera cari pengobatan agar infeksi penyebab bisa disembuhkan,
untuk menghindari penyakitnya berlanjut seperti pada telinga kiri.
Kuratif :
Rehabilitatif :
22
Datang ke puskesmas jika pasien menderita infeksi saluran nafas atas, sakit
gigi, sakit tenggorok, atau ada infeksi lain di mulut.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan
FKUI, Jakarta. 2006: p. 64-77.
2. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan
Spesies Bakteri Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia
Kedokteran No. 155, 2007
3. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik
Medan.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatera
http://www.ketulian.com/v46/web/index.php?to=article&id=27
Utara.
pada
2003
15
November 2015.
4. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22
5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta.
1994: p. 392-412.
6. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan
Otitis Media Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran
UNPAD/RSUP
dr.Hasan
Sadikin
Bandung.
2009.
http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13
Diakses
dari
pada
16
November 2015.
24
Dokter
Tanggal
No. XV
S 3dd tab 1
R/ Paracetamol tab 500 mg
S prn (max 3dd tab 1)
No. X
Pro
: Ny. M
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Semarang
25