yang mempengaruhi anak sebelum sekolah, anak sekolah, remaja, dan dewasa di
seluruh dunia, dengan karakteristik yaitu berkurangnya perhatian (attention) yang
berkesinambungan, dan menginkatnya impulsivitas atau hiperaktivitas. Berdasarkan
penelitian melalui sejarah keluarga, genotipe, dan neuroimaging, adanya bukti yang
mendukung ADHD secara biologis. Dopamin menjadi fokus bagi penelitian yang
berkaitan dengan gejala ADHD. Korteks prefrontal telah dilibatkan karena penggunaan
dopamin yang tinggi dan koneksinya terhadapa bagian otak lain yang terlibat dalam
perhatian, inhibisi, pengambilan keputusan, respons inhibisi, memori dan kewaspadaan.
Prevalensi ADHD pada anak sekolah adalah berkisar 5 sampai 6 persen, dengan
60 sampai 85 persen yang didiagnosis pada usia anak-anak, tetap menimbulkan kriteria
untuk ADHD pada remaja, dan 60 persen gejalanya tetap berlanjut pada saat dewasa.
Orang dengan ADHD mempunyai kukurangan yang signifikan pada fungsi akademik
baik dalam sosial dan situasi interperesonal. ADHD sering berhubungan dengan
gangguan belajar, gangguan cemas, gangguan mood, gangguan perilaku disruptif.
Etiologi dari ADHD sebagian besar berasal dari genetik, berkisar 75 persen.
Sebagian besar anak dengna ADHD tidak terdapat adanya kerusakan struktural yang
besar pada sistem saraf pusat. Foktor kontribusi untuk ADHD yang mungkin adalah,
pajanan toksik parenatal, prematuritas, dan kerusakan mekanik pada sistem saraf fetus.
Zat aditif, pewarna, pengawet, dan gula telah diajukan mungkin menyebabkan perilaku
hiperaktif namun belum ada penelitian yang membuktikannya. Tidak ada bukit yang
jelas bahwa asam lemak omega 3 bermanfaat bagi pengobatan ADHD.
Faktor genetik. Penelitian telah membuktikan adanya kontribusi genetik
terhadapa ADHD yang signifikan, yang menjelaskan meningkatnya kejadian pada
monozigot dibandingkan dengan dizigot, meningkatnya sama dengan 2 atau 8 kali pada
saudara dan orang tua dengan anak ADHD. Tujuh puluh persen dari anak ADHD masuk
dalam kategori terhadap gangguan comorbid psikiatrik, termasuk gangguan belajar,
gangguan cemas, gangguan mood, dan gangguan penyalahgunaan zat. Cook dan
koleganya telah menemukan hubungan antara Dopamine transporter gene (DAT1)