Disusun Oleh:
Giovanni Anggasta Onggo
406148051
Pembimbing:
dr. Sri Sulastri, Sp.A
Nama
NIM
: 40614051
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
: Universitas Tarumanagara
Tingkat
Bidang Pendidikan
Judul Referat
Diajukan
Pembimbing
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat dan kuasaNya ,
sehingga dapat menyelesaikan tugas referat ini .
Tugas pembuatan referat ini adalah untuk melengkapi syarat kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, dengan judul
Varisela pada pediatri.
Dalam menyusun referat ini saya mendapat banyak manfaat untuk
meningkatkan pengetahuan saya sebagai dokter di masa yang akan mendatang, saya
juga berharap dapat bermanfaat bagi pembaca referat ini.
Akhir kata, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
Giovanni Anggasta
DAFTAR ISI
3
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI .........................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................6
1. Definisi................................................................................................6
2. Sejarah ................................................................................................6
3. Epidemiologi ......................................................................................6
4. Etiologi................................................................................................7
5. Imunitas ..............................................................................................8
6. Patogenesis..........................................................................................9
7. Gejala Klinis........................................................................................11
8. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................15
9. Diagnosis.............................................................................................15
10. Diagnosis Banding............................................................................16
11. Komplikasi .......................................................................................17
12. Penatalaksanaan ...............................................................................21
13. Prognosis...........................................................................................23
14. Pencegahan .......................................................................................23
15. Profilaksis Pasca Pajanan..................................................................25
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Varisela merupakan salah satu penyakit yang sangat menular dengan cepat.
Varisela juga merupakan penyakit kongenital yang dapat menyerang bayi baru lahir
dan menyerang anak kurang dari 10 tahun terutama usia 5 sampai 9 tahun, bahkan
orang dewasa. Pada anak sehat penyakit ini biasanya bersifat jinak dan jarang
menimbulkan
komplikasi.
Komplikasi
dapat
terjadi
pada
pasien
dengan
imunokompromais seperti bayi baru lahir, imunodefisiensi, tumor ganas dan orang
dewasa yang mendapat pengobatan imunosupresan.
Varicella-zooster Virus merupakan penyebab dari penyakit varisela ini. VZV
adalah virus DNA yang termasuk dalam family virus herpes. Seperti virus herpes
lainnya, VZV memiliki kapasitas untuk bertahan dalam tubuh setelah terinfeksi
primer (pertama) sebagai infeksi laten. VZV akan tetap berada dalam ganglia saraf
sensorik. Infeksi primer nya menyebabkan terjadinya Varicella (cacar air/
chickenpox), sementara Herpes Zoster (Shingles) adalah akibat dari infeksi berulang.
Gejala klinis varisela dapat ditemukan pada kulit kepala, muka dan seluruh badan
termasuk ekstermitas. Biasanya terasa sangat gatal, berbentuk macula kemerahan
yang kemudian dapat berubah menjadi lesi-lesi vesikel.
BAB II
PEMBAHASAN
VARISELA
DEFINISI
Varisela (Chickenpox) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi awal dari
Varicella-zooster Virus dan akan menetap di dalam tubuh yaitu di ganglion saraf
sensorik. Meskipun biasanya gejala penyakit ini ringan tetapi dapat menimbulkan
morbiditas dan mortilitas dikarenakan predisposisi terkena kuman Streptokokus grup
A dan Staphylococcus aureus. Virus ini dapat dicegah dengan imunisasi vaksin VZV
(Varicella Vaccine).(1)
SEJARAH
Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Heberden pada tahun 1767 dan
tahun 1875 Steiner dapat menginokulasikan virus varisela kepada sukarelawan. Pada
tahun 1888 Von Bonkay pertama melaporkan adanya hubungan antara penyebab
varisela dan Herpes Zoster. Pada tahun 1922, Kundraitz melakukan percobaam
dengan mengambil cairan vesikel dari erupsi zoster yang khas dan di-inokulasikan,
ternyata menimbulkan suatu erupsi, baik local maupun generalisata seperti pada
varisela. Paschen (1917), menemukan adanya inclusion bodies dalam cairan vesikel
dan menyebutnya sebagai penyebab varisela ialah virus, dan Willer (1953)
menemukan pertumbuhan virus varisela dan zoster pada kultur jaringan manusia dan
didapatkan bahwa virus varisela identik dengan virus zoster.(2)
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia walaupun belum pernah dilakukan penelitian, agaknya penyakit
virus menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim hujan atau
sebaliknya.(3) Varisela dapat menyerang semua golongan umur termasuk neonatus,
tetapi kasus terbanyak sebesar 90% terjadi pada umur kurang dari 10 tahun dengan
6
insiden tertinggi pada kelompok umur 2 6 tahun, sedangkan sebagian kecil terjadi
pada umur di atas 15 tahun. 80 90% proses penularan terjadi dalam keluarga karena
kontak kedua dalam keluarga umumnya lebih berat.(2) Tidak terdapat perbedaan jenis
kelamin maupun ras.(1)
Transmisi atau penularan penyakit varisela dilaporkan melalui banyak cara.
Penularan dapat dengan : (2)
Kontak langsung :
o Melalui percikan ludah/ melalui udara yang menyebabkan penyakit ini
sangat menular walupun sebelum rash timbul.
o Dapat pula melalui papul dan vesikel yang mengandung populasi virus
Viremia terjadi pada masa prodormal sehingga transmisi virus dapat terjadi
pada fetus intrauterine atau melalui transfusi darah. Pasien dapat menularkan penyakit
selama 24 48 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua lesi timbul krusta
biasanya 7 8 hari. Seumur hidup seseorang hanya satu kali menderita varisela.
Tetapi dapat terjadi reaktivasi virus yang bermanifestasi menjadi herpes zoster.(3)
ETIOLOGI
Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), yang merupakan
herpesvirus manusia yang bersifat neurotropik dengan diameter kira-kira 150 200
nm. Inti virus disebut kapsid, terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu
rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat
molekul 100 juta yang disusun dari 162 kapsomer dan sangat infeksius. Virus ini
dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varisela sehingga
mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari fibroblast paru embrio manusia. (2)
Virus masuk ke dalam sel dengan cara fusi sel membrane, setelah menempel pada
reseptor, lewat glikoprotein. Kemudian kapsid virus dari sitoplasma akan menuju inti
sel dan selanjutnya bereplikasi dalam sel hospes. Akan terbentuk pula efek sitopatik
seperti sel raksasa, berinti banyak, inklusi badan intranuklear asidofilik.(4)
Neonatus umur 1 bulan, terutama lahir dari ibu dengan seronegatif. Persalinan
sebelum masa gestasi 28 minggu juga dengan risiko tinggi terjadi varisela
berat karena Imunoglobulin G baru dapat masuk transplasental ke bayi terjadi
IMUNITAS
Antibody terhadap Varicella Zoster Virus sudah diperoleh dari ibu saat lahir,
antibody ini bertahan selama 6 bulan, sehingga pada bayi di bawah umur 6 bulan pada
umumnya bebas dari penyakit varisela. Bayi yang lahir dari ibu dengan varisela
kurang atau sama dengan 5 hari sebelum partus virus dapat ditransfer ke bayi melalui
plasenta, sehingga dapat menimbulkan Varisela Kongenital.(2)
Virus merangsang imunitas seluler dan humoral, sehingga penderita akan
memperoleh imunitas yang lama (long lasting imunity). Terbentuk 4 subklas
Imunoglobulin G, yaitu IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Pada anak dengan infeksi alamiah,
setelah dua minggu akan terdapat peningkatan IgG1 dan meningkat setelah 1 bulan,
sedangkan IgG2 dan IgG3 terbentuk dalam kadar yang sedikit dan akan menurun
secara bertahap. Kemudian setelah 10 tahun antibodi ini sudah tidak terdeteksi dengan
ELISA. Sedangkan antibodi IgG4 terdeteksi 2 4 minggu setelah infeksi. Antibody
IgG1, IgG4 yang terbentuk masih dapat terdeteksi setelah 10 tahun.(2)
PATOGENESIS
Pada varicella VZV yang lalu didapatkan secara droplet dari orofaring dan
kontak langsung dengan lesi aktif penderita varicella VZV. (1) Diduga virus ini melalui
lesi di permukaan kulit atau dari mukosa di pernapasan atas masuk ke jalur
pernapasan atas kemudian menyebar ke tonsil dan jaringan limfoid lokal sehingga
menginfeksi t-cell, disini akan terjadi replikasi virus. Kemudian akan menyebar secara
hematogen ke kulit. Di kulit virus akan ber replikasi kembali kemudian masuk ke
badan saraf dengan cara Retrograde Axonal.
(9)
(1)
Bila
Lesi pada kulit terjadi akibat infeksi kapiler endothelial pada papil lapisan
dermis kemudian menyebar ke sel-sel epitel lapisan epidermis, folikel kulit dan
glandula sebasea sehingga terjadi pembengkakan. Pada mulanya ditandai dengan
adanya macula dan berkembang cepat menjadi papula, vesikel dan akhirnya menjadi
krusta. Lesi ini jarang menetap dalam bentuk macula dan papula saja. Vesikel ini akan
berada pada lapisan sel sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.
Degenerasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak
(multinucleated polykaryocyte). (2)
Dengan berkembangnya lesi yang cepat, leukosit polimorfonuklear akan masuk
ke dalam korium dan cairan vesikel sehingga mengubah cairan yang berwarna bening
menjadi keruh, kemudian terjadi absorbsi cairan dan akhirnya terbentuk krusta.
Terbentuknya lesi-lesi pada membran mukosa juga dengan cara yang sama, tetapi
tidak langsung membentuk krusta. Vesikel-vesikel biasanya akan pecah dan
membentuk luka yang terbuka, namun akan sembuh dengan cepat. (2)
Proses replikasi virus didahului Attachment : terjadinya penempelan virus
dengan reseptor mannose 6 phosphate, Fusion : proses bergabung nya sel hospes
dengan sel virus oleh glikoprotein B, Uncoating : pengeluaran DNA virus yang
disisipkan ke inti hospes dan terakhir DNA duplikasi : replikasi sel DNA dan
10
penyempurnaan sel virus untuk dapat dikeluarkan dari sel. Replikasi virus ini
berlangsung selama 9 12 jam. (9)
GEJALA KLINIS
Gejala Prodormal
Gejala prodromal sudah dapat timbul setelah 14 16 hari setelah terpapar,
walaupun masa inkubasinya 10 21 hari. (1) Timbulnya ruam kulit disertai
demam yang tidak begitu tinggi serta malaise merupakan gejala prodromal
virus ini. Pada anak lebih besar dan dewasa, ruam didahului oleh demam
selama 2 3 hari sebelumnya, menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia,
nyeri punggung dan pada beberapa kasus nyeri tenggorokan dan batuk.
(3)
Panas biasanya menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu
dicurigai adanya komplikasi atau gangguan imunitas. (2)
Stadium Erupsi
Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan cepat menyebar ke
seluruh badan dan ekstermitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang
tertutup dan jarang ditemukan pada telapak kaki dan tangan. Penyebaran lesi
varisela bersifat sentrifugal gambaran yang menonjol adalah perubahan yang
cepat dari makula kemerahan menjadi papul, vesikular, pustule yang akhirnya
menjadi krusta, keadaan ini disebut polimorf. Lesi di kulit mulai nampak di
daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke bagian perifer
11
seperti muka dan ekstermitas. Peubahan ini hanya terjadi dalam waktu 8 12
jam. Gambaran vesikel yang khas yaitu superfisial, dinding tipis dan terlihat
seperti tetesan embun/ air mata (tears drops). Penampang 2-3 mm berbentuk
elips dengan sumbu sejajar garis lipatan kulit. Cairan dalam vesikel pada
awalnya jernih dan dengan cepat menjadi keruh akibat serbukan sel radang
dan menjadi pustule. Lesi kemudian mengering yang dimulai dari bagian
tengah dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan terlepas dalam waktu 1-3
minggu, tergantung dari dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk
cekungan dangkal berwarna merah muda dan kemudian berangsur-angsur
hilang. Apabila terdapat penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi
jaringan parut.
(3)
namun kadang - kadang dapat hanya 10 bahkan lebih sampai 1500. Lesi baru
biasanya tetap timbul selama 3-5 hari, lesi akan menjadi krusta pada hari ke-6
dan sembuh lengkap pada hari ke-16. (2)
Vesikel juga dapat timbul pada mukosa mulut terutama pada daerah palatum.
Vesikel ini dengan cepat pecah sehingga terkadang tidak terlihat saat pemeriksaan,
tetapi bekasnya masih dapat terlihat berupa ulkus dangkal dengan diameter 2 -3 mm.
Lesi pada kulit terbatas pada lapisan epidermis dan tidak sampai menembus membran
basal
kulit,
sehingga
tidak
menimbulkan
bekas.(3)
Hipopigmentasi
atau
hiperpigmentasi dapat terjadi pada lesi dan hanya bertahan selama beberapa hari
sampai minggu.(1) Jaringan parut yang menetap biasanya menandakan adanya infeksi
sekunder (lesi menembus membran basalis kulit). Vesikel juga dapat timbul pada
mukosa hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan
konjungtiva. Pada kasus yang khas dan berat suhu badan dapat mencapai 39 40,5 0C.
Apabila demam berlanjut mungkin telah terjadi infeksi bakteri sekunder atau penyulit
lain. Keluhan yang paling menonjol adalah perasaan gatal selama fase erupsi,
sehingga dapat dijumpai lesi bekas garukan. (3)
12
Gambar 4. A. Lesi Varisela pada pasien yang tidak divaksin dengan tampilan karakteristik
penyebaran terpisah-pisah; B. Lesi varisela dimana predominan nya makulopapular dan
vesikel yang lebih sedikit, biasanya < 50 lesi. (1)
ruam pada 2 minggu pertama setelah vaksin menandakan pasien sudah tepapar oleh
varisela dan teraktivasi oleh karena pemberian vaksin tersebut. Tetapi apabila ruam
timbul pada 14 42 hari setelah pemberian, hal ini akan menyebabkan penyakit
varisela pada pasien yang dapat disebabkan oleh VZV tipe lain atau vaksinasi itu
sendiri. Ruam yang timbul biasa nya atipikal dan lebih banyak makulopapular
dibandingkan vesikel, dan sakit yang ditimbulkan biasa nya ringan yaitu < 50 lesi,
durasi ruam yang lebih singkat dan demam yang sedikit meningkat ataupun dapat
normal. Ruam yang timbul biasa nya lebih sedikit daya penularan nya dibandingkan
pada pasien varisela tanpa vaksinasi.(1)
Pada ibu hamil yang menderita varisela dapat menimbulkan beberapa masalah
pada bayi yang akan dilahirkan dan bergantung pada masa kehamilan ibu, antara lain :
Varisela neonatal
13
Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal ini bergantung pada
saat ibu terkena varisela dan persalinan.
o Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari
setelah partus, maka bayi tersebut terinfeksi secara transplasental dan
viremia yang didapat pada masa kehamilan. Ruam pada bayi biasanya
muncul pada akhir minggu pertama sampai pada awal minggu kedua
kehidupan. Hal ini terjadi karena pada ibu belum memiliki waktu yang
cukup untuk memproduksi anti-VZV antibodi, sedangkan pada bayi
menerima viremia yang cukup banyak tanpa didapatkan nya anti-VZV
antibody pada anak. Pada keadaan ini, bayi yang dilahirkan akan
mengalami varisela yang berat. Bila tidak diobati dengan adekuat,
angka kematiannya dapat mencapai 30%. (2)
o Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum, sehingga si ibu
mempunyai waktu yang cukup untuk memproduksi antibodi dan dapat
diteruskan kepada bayi. Bayi cukup bulan akan menderita varisela
ringan karena perlemahan oleh karena antibodi IgG sudah dapat
melalui transplasenta dari ibu. Pengobatan dengan VZIG tidak perlu,
tetapi asiklovir dapat dipertimbangkan pemakaiannya, bergantung
keadaan bayi. (2)
(2)
14
Gambar 5. Sindrom Varisela Kongenital. Pada pasien didapatkan malformasi yang berat pada
kedua tungkai bawah dan jaringan sikatrik pada perut bagian kiri. (1)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tidak perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis
varisela karena gambaran klinis yang jelas. Pada pemeriksaan darah tidak dapat
memberikan gambaran yang spesifik. Kebanyakan anak akan terjadi leukopenia
dalam 3 hari pertama setelah onset.(2) Pemeriksaan fungsi hati biasa nya (75%) sedikit
meningkat.(1)
Untuk pemeriksaan varisela, bahan pemeriksaan yang diambil didapat dari dasar
vesikel dengan cara kerokan atau apusan dan dicat dengan Giemsa, Hematoksilin
Eosin (HE) atau apusan Tzanck. Dari bahan ini akan terlihat sel-sel raksasa (giant
cell) yang multi-nucleus dan epitel sel dengan berisi Acidophilic Inclusion Bodies.
Akan tetapi pemeriksaan ini tidak cukup spesifik untuk menentukan varisela dan
untuk lebih memastikan, dapat dilakukan pemeriksaan imunofluoresen untuk melihat
antigen virus intrasel. (2)
Pemeriksaan VZV yang paling cepat adalah Direct Fluorescence Assay (DFA)
dari sel yang didapat dari lesi kutaneus (cairan vesicular) dalam waktu 15 20 menit,
sedangkan dengan kultur ulang menggunakan penandaan Immunofluorescence yang
15
spesifik (Shell Vial technique) dalam waktu 48 72 jam dan dengan PCR dari cairan
vesicular dan krusta dalam waktu 2 jam sampai beberapa hari.(1)
Pemeriksaan foto thoraks hanya dilakukan atas indikasi penderita dengan panas
tinggi untuk mengesampingkan komplikasi pneumonia. (2)
DIAGNOSIS
Diagnosis varisela dapat ditegakkan secara klinis dengan gambaran dan
perkembangan lesi kulit yang khas, terutama apabila diketahui riwayat kontak 2-3
minggu sebelumnya. (3) Gambaran khasnya berupa : (2)
terlalu tinggi.
Perubahan-perubahan yang cepat dari makula menjadi papul kemudian menjadi
DIAGNOSIS BANDING
1. Variola (cacar)
Kasus varisela yang berat terutama tipe perdarahan perlu dibedakan dengan
variola.(2)
Stadium Prodormal
Rash
Lesi
Varisela
Singkat (1-2 hari)
Variola
Panjang (3-4 hari) +
Sentral Perifer
Terutama badan
Lebih superfisial
Umbilikasi (-)
Polimorf
demam tinggi
Perifer Sentral
Muka + Ekstermitas
Dalam
(+)
Monomorf
2. Impetigo (2)
Lesi impetigo pertama adalah vesikel yang cepat menjadi pustule dan
krusta.
Distribusi lesi impetigo terletak dimana saja.
Impetigo tidak menyerang mukosa mulut.
3. Scabies (2)
Pada scabies terdapat papula yang sangat gatal
Lokasi biasanya antara jari-jari kaki
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Sarcoptes Scabiei.
4. Dermatitis herpetiform (2)
Biasanya simetris dan terdiri dari papula vesicular yang eritematosus, serta
adanya riwayat penyakit kronik dan sembuh dengan meninggalkan
pigmentasi.
KOMPLIKASI
Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang
dewasa.
(2)
17
Beberapa gejala memiliki implikasi yang lebih berat, contohnya seperti keadaan
: purpura, vesikel yang berisi darah, hematuria dan perdarahan saluran cerna.
Komplikasi lain yang jarang terjadi tetapi perlu diwaspadai adalah ataksia serebelar,
ensefalitis, pneumonia, nefritis, sindroma nefrotik, sindrom hemolitik uremi, artritis,
miokarditis, pericarditis, pankreatitis dan orkitis.(1)
Berikut adalah beberapa komplikasi yang terjadi dan perlu diketahui :
1. Herpes Zoster
Setelah terinfeksi primer varisela, VZV dapat menjadi laten dan berdiam di
ganglia saraf sensorik tanpa menimbulkan manifestasi klinis, sehingga bila
teraktivasi akan menyebabkan herpes zoster. Walaupun kejadian herpes zoster
terbanyak terjadi pada orang dewasa, terdapat kemungkinan seorang anak
menderita herpes zoster di kemudian hari. Resiko menderita zoster meningkat
pada kasus imunokompromasi dan pada anak yang menderita varisela pada umur
< 1 tahun. Kemungkinan peningkatan risiko terjadinya herpes zoster pada
kelompok
tersebut
disebabkan
karena
ketidakmampuan
(3)
sistem
imun
anak jarang didapatkan gejala seperti pada orang dewasa yaitu seperti nyeri lokal,
demam, rasa baal dan neuralgia post herpetic. Kecuali pada anak dengan
immunokompromais didapatkan gejala neuralgia post herpetic yang berat. Pada
anak gejalanya biasa berupa ruam yang ringan, dengan lesi yang hanya timbul
beberapa hari, gejala seperti neuritis akut sangat minimal dan sembuh dengan
sempurna dalam waktu 1 2 minggu. (1)
2. Infeksi sekunder bakteri pada lesi kulit
Infeksi sekunder biasanya disebabkan oleh Staphylococcus Aureus dan
Streptococcus beta hemolitikus group A yang menyebabkan impetigo sampai
selulitis, limfadenitis dan abses pada lapisan subkutan. Infeksi lokal ini sering
menimbulkan jaringan parut. Penyebab terjadinya infeksi sekunder biasa nya bila
manifestasi sistemik yang tidak menghilang dalam 3 4 hari atau memburuk.
Kebanyakan terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
(2,3)
terlihat eritem pada bagian basal dari vesikel baru. Varisela yang disertai dengan
infeksi Streptokokus beta hemolitikus group A dapat beresiko serius hingga
kematian, semakin banyak penyebaran bakteri ini seperti pada varisela
18
(1)
Gejala klinis yang terjadi adalah nausea, vomitus, letargi dan anak
(2,3)
dengan indikasi :
o Penurunan kesadaran
o Kejang
o Sulit berjalan
o Gangguan pernapasan (Respiratory Distress)
o Sianosis
o Saturasi oksigen menurun.
Semua neonatus yang lahir dari ibu yang menderita varisela kurang dari 5
hari sebelum persalinan atau 2 hari setelah melahirkan.
PENATALAKSANAAN
Pada anak sehat, varisela umumnya ringan dan sembuh sendiri, cukup diberikan
pengobatan simptomatik dengan :
Obat topikal
Pada lesi kulit lokal dapat diberikan lotio calamine atau bedak salisil 1%.
Tetapi bedak salisil tidak dianjurkan penggunaannya saat ini karena dapat
menimbulkan sindrom Reye. Untuk mengurangi rasa gatalnya dapat dengan
kompres dingin, mandi secara teratur ataupun dengan pemberian antihistamin.
(2,3)
Antipiretik / analgetik
20
72
jam setelah onset, kegunaan nya sangat minimal. Sedangkan untuk intravena
indikasi pemberian nya pada varisela yang berat dan pada pasien dengan
immunokompromais, pneumonia, hepatitis berat, trombositopenia ataupun
ensefalitis diberikan dengan dosis 500 mg/m2 setiap 8 jam selama 7 10 hari
sampai tidak terdapat lesi baru yang muncul selama 48 jam. (1)
Anak yang diberikan asiklovir disarankan harus mendapat cukup rehidrasi
karena asiklovir dapat mengkristal pada tubulus renal bila diberikan pada
individu yang dehidrasi.
(3)
21
Pada Sindroma Varisela Kongenital, VZIG harus diberikan pada ibu dengan
suspek terkena varisela dan acyclovir juga diberikan pada ibu dengan infeksi varisela
yang berat. (1)
PROGNOSIS
Prognosis angka kematian pada infeksi varisela antara 2 3 / 100.000 kasus
yang terjadi di antara anak umur 1 9 tahun. Dibandingkan dengan kelompok umur
lainnya, pada bayi resiko kematian 4 x lebih tinggi, sedangkan pada orang tua 25 x
lebih tinggi.(3) Angka kematian pada pasien yang mendapat pengobatan imunosupresif
tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus berkisar 7-27% dan sebagian
besar disebabkan karena komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.(2)
PENCEGAHAN
Vaksin Varisela merupakan virus hidup yang dilemahkan dan diberikan secara
subkutan. Berdasarkan Guidelines terbaru dari Advisory Committee on Immunization
Practices (ACIP) of the Centers for Disease Control and Prevention, pemberian vaksin
varisela dosis tunggal belum mampu mencegah wabah varisela sepenuhnya. Sehingga
kini dosis yang direkomendasikan pemberiannya adalah 2 kali dan rekomendasi
diberikan pada umur 12 bulan 12 tahun.
sekitar 3 bulan pada anak usia
(3)
12
tahun, dewasa dan orang tua. Pemberian vaksin varisela ini tidak boleh berdekatan
dengan pemberian MMR (Measles-Mumps-Rubella) harus diberi jedah waktu sekitar
4 minggu.(1)
Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP-IDAI) sampai saat ini masih
merekomendasikan vaksinasi pada anak di atas 5 tahun, satu kali pemberian dengan
mengingat masih tinggginya kemungkinan untuk mendapat kekebalan secara alamiah.
Berikut rekapitulasi rekomendasi ACIP untuk pengendalian varisela
Kategori
Vaksinasi rutin pada anak
(1)
Rekomendasi
Direkomendasikan dalam 2 kali pemberian :
# Pertama pada usia 12-15 bulan
# Kedua pada usia 4-6 tahun
23
Remaja 13 tahun
dan dewasa
Skrinning antenatal
Pengendalian wabah
Pasca pajanan
Lingkup vaksinasi
postpartum
Direkomendasikan pemberian dua dosis.
Diberikan dalam kurun waktu 3-5 hari.
Direkomendasikan untuk anak-anak di pusat
penitipan anak, sekolah dan institusi pendidikan
lainnya.
Vaksin Varisela ini dikontraindikasi penggunaan nya pada ibu hamil dan pasien
yang imunokompromise, termasuk mereka yang leukemia, limfoma dan penyakit
keganasan lainnya yang mengenai sumsum tulang belakang atau sistem limfatik.
Vaksin ini dapat diberikan pada penderita HIV dengan persentase CD4+ T-limfositnya
200 sel/ L dan diberikan 2 dosis dengan jedah waktu 3 bulan.(1)
Efek samping vaksin ini tergolong aman. Biasanya efek samping pasca
vaksinasi berupa timbul bintik kemerahan seperti varisela sekitar 1 3% angka
kejadian. Vaksin ini diberikan dapat diberikan pada anak yang memiliki riwayat
kontak sekitar 3 5 hari setelah terjadi kontak dan efektif untuk mencegah atau
memodifikasi virus varisela tersebut.(1)
(1)
Pemberian VZIG relative aman dengan efek samping minimal berupa rasa nyeri dan
bengkak di darerah injeksi pada 1% pasien; keluhan gastrointestinal, pusing dan ruam
terjadi pada
BAB III
KESIMPULAN
Variselamerupakanpenyakityangseringmenyeranganakusia26tahun.
Penyakit merupakan penyakit yang sangat menular dari satu individu ke individu
lainnyaterutamasetelahtimbulnyarashpadakulit.Padaanakmanifestasikliniknya
biasanyalebihringandibandingkanpadaorangdewasamaupunpadapenderitayang
25
imunokompromaisyangbiasanyadapatmenjadiberatakibattimbulnyakomplikasi
sampaimenyebabkankematian.
Untuk membantu pemeriksaan secara cepat dapat dilakukan Direct
Fluorescence Assay (DFA) dari sel yang didapat dari lesi kutaneus (cairan vesicular).
Tetapitanpapemeriksaanpenunjang,diagnosisvariseladapatditegakkandarigejala
klinidanruamyangkhaspadainfeksivariselaini.Sedangkanuntukpengobatannya
dapat diberikan antivirus yang sampai saat ini masih digunakan yaitu asiklovir,
antipiretikdananalgesicsertabedakuntukmencegahpecahnyavesikelsecaradini
dan mengurangi rasa gatal. Penanganan yang tepat dapat mencegah timbulnya
komplikasiyangberatpadaanakanak.Pemberianimunisasipasifmaupunaktifpada
anakanakdapatmencegahdanmengurangigejalapenyakityangtimbul.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Richard E Behrman, Robert M Kliegman, Hal B Jenson. Varicella-Zoster Virus
Infection. Dalam: Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ker-18. United State:
Elsevier. 2007.
2. Rampengan T H. Varisela. Dalam: Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Edisi ke-2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2013
3. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Varisela. Dalam: Buku Ajar
Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi ke-2. Jakarta: IDAI. 2010
4. Longo DL, Fauci, AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J.
Herpesvirus Infections. Dalam: Harrisons Manual of Medicine. Edisi ke-18. New
York: McGraw Hill Companies; 2013
5. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Lffell Dj. Varicella dan
Herpes Zoster. Dalam: Fitzpatricks dermatology in general medicine. Edisi ke-7.
New York: McGraw Hill Companies; 2012.
6. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. VZV: Herpes Zoter. Dalam: Fitzpatricks
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. Edisi ke-7. New York:
McGraw Hill Companies; 2011.
7. Handoko RP. Penyakit virus. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.
8. Kabulrachman, Sumaryo S, Indrayanti ES. Simposium Herpes. Semarang: RSUP
Dr. Kariadi; 2007
9. Zerboni L, Sen N, Oliver SL, Arvin AM. Molecular mechanisms of varicella
zoster virus pathogenesis. California : Departement of Pediatrics and of
Micrbiology & Immunology, Stanford University School of Medicine. 2014,
March.
27