Makalah Angina Pektoris 2011 A
Makalah Angina Pektoris 2011 A
Angina Pektoris
Disusun oleh :
Kelas A 2011
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...........................................................................................................i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan, rahmat, dan hidayahNya, sehingga makalah yang berjudul Angina Pektoris ini dapat
terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas farmakologi
sistem organ.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan dan penyelesaian makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
memohon maaf apabila terdapat kekurangan atau kesalahan kata di dalam makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, maka penyakit-penyakit yang terjadi di
masyarakat semakin berkembang. Dengan demikian, dunia kesehatan semakin mencari cara
untuk mencegah penyakit yang berkembang di masyarakat. Ilmu farmakologi sangat penting
dalam menentukan perkembangan obat yang akan digunakan dalam mengobati penyakit tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, tanda, gejala, penyebab, diagnosis dan mekanisme farmakologi angina
pectoris
2. Bagaimana gambaran umum angina pektoris
3. Apa komposisi obat angina pectoris
4. Bagaimana mekanisme kerja umum angina pectoris
5. Apa jenis-jenis obat angina pectoris dan mekanisme kerja tiap obat khususnya
6. Apa efek samping dan kontraindikasi angina pectoris
7. Bagaimana informasi terbaru dari obat angina pectoris
1.3
Tujuan
Memberikan informasi selengkap-lengkapnya mengenai pengertian, tanda, gejala,
penyebab, diagnosis, mekanisme farmakologi, komposisi obat, mekanisme kerja obat, jenisjenis, efek samping dan kontraindikasi dari angina pectoris.
1.4
Manfaat
Dapat mengetahui informasi secara lengkap mengenai angina pectoris.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Angina Pektoris
Angina pectoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada di
daerah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu
seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang
dapat menjalar kepunggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit dada tersebut biasanya
timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan
aktivitasnya. (Noer, 1996).
2.2 Tanda dan Gejala Angina Pektoris
Angina pectoris atau angina ditandai dengan nyeri di tengah dada yang mungkin menjalar
juga ke leher, rahang, dan lengan (terutama di sebelah kiri, di mana jantung terletak).Nyeri
angina biasanya digambarkan sebagai rasa nyeri berat yang mencengkeram.Angina umumnya
terjadi saat melakukan aktivitas fisik berat tetapi dapat dipicu juga oleh kondisi emosi, mencerna
makanan berat, atau keluar rumah dalam angin dingin.Angina terkadang juga menyebabkan
sesak napas. (Bumbata, 2013)
spasmus
arteri
koroner
dan
anemi
berat.
(Ely
et
al.,
1998).
a. Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum (tulang dada) atau di bawah
sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri,
dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat
timbul di tempat lain seperti di daerah ulu hati, leher, rahang, gigi, bahu.
b. Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti di peras atau
terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada karena pasien
tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika pendidikan pasien kurang.
c. Nyeri dada pada angina biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas, misalnya sedang
berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau naik tangga. Pada kasus
yang berat, aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang,
emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut segera hilang bila
pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat
atau pada waktu tidur malam.
d. Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang perasaan tidak enak
di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung lebih dari 20
menit, mungkin pasien mendapat serangan jantung dan bukan angina pektoris biasa.
e. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan lelah,
kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin. (Rahman,2006).
2.5 Mekanisme Farmakologi Angina Pektoris
Mekanisme timbulnya angina pektoris adalah akibat tidak seimbangnya antara kebutuhan
oksigen miokardium dan kemampuan pembuluh darah koroner menyediakan oksigen
secukupnya untuk kontraksi miokardium. Suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel
miokardium diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(aterosklerosis koroner). Pada keadaan ini pembuluh darah menyempit karena terjadi perubahan
pada lapisan intima akibat endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada didindingnya.
Aterosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan.
Sewaktu
beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila
kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan
lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami
kekauan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah)
miokardium. Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid0
yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini
dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan
lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan
berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan
energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium
dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai
oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi.
Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan dihilangkannya penimbunan asam laktat,
maka nyeri angina pektoris akan mereda. (Arum, 2013).
2.6 Gambaran Umum Obat Angina Pektoris
2.6.1 Definisi umum
Angina hpectoris adalah keadaan ischemia jantung pada angina pectoris dapat diobati
dengan vasodilator koroner yang merupakan obat pilihan pertama dan zat-zat yang mengurangi
kebutuhan jantung akan oksigen (-blockers dan antagonis-kalsium)
2.6.2
Penggolongan Obat
1.Golongan Beta-blocker
-bloker dibagi menjadi 2 jenis yaitu non selektif -bloker dan cardioselektif -bloker. Berikut
adalah contoh obat non selektif -bloker dan cardioselektif -bloker:
a.Non selektif -bloker
-Propanolol
Nama Generik: Propanolol tablet 10mg, 40mg.
Nama Dagang: Farmadral
40mg.
Dosis dan aturan pakai: Angina dosis awal 40mg 2-3 kali sehari, dosis pemeliharaan 120-240mg
sehari. Bentuk sediaan obat : Tablet.
-Asebutolol
Nama Generik: Nama Dagang: Sectral (Aventis) tablet 400mg, Sectrazide (Aventis).
Dosis dan aturan pakai: Angina dosis awal 400mg 1 kali sehari atau 200mg 2 kali sehari, 300mg
3 kali sehari pada angina berat sampai 1,2g sehari.
Bentuk sediaan obat: Tablet.
b.Cardioselektif -bloker
Metoprolol
Nama Generik:
Nama Dagang: Seloken (Sastra Zaneca) 50mg, 100mg, Lopresor (Sandos) 100mg.
Dosis dan aturan pakai: Angina 50-100mg 2-3 kali sehari.
Bentuk sediaan obat: Tablet.
-Atenolol
Nama Generik: Nama Dagang: Betablok (Kalbe Farma) 50mg, 100mg, Farnomin (Fahrenheit) 50mg, Hiblok
100mg, Tensinorm (Medicon Prima) 50mg, 100mg, Zumablok (Sando) 50mg, 100mg.
Dosis dan aturan pakai: Angina 100mg sehari dalam 1 atau 2 dosis.
Bentuk sediaan obat: Tablet.
2.Golongan Nitrat
a. Nitroglycerin
Dosis:
Pemberian dosis: 5-10 mcg/menit IV melalui infus setelah dilusi. Ditambah 5 mcg/menit IV
setiap 3-5 menit sampai beberapa respon terlihat. Jika tidak ada respon dengan 20 mcg/menit:
Boleh tingkatkan dosis sebesar 10 mcg/menit dan sesudahnya jika diperlukan, tambahan sebesar
20 mcg/menit bisa diberikan. dosis umum: 10-200 mcg/menit
Bentuk sediaan : spray, tablet, kapsul, patch, tablet sublingual
Cara pemakaian :
1. Patch . Lepaskan patch dari kantung nya, dan lepaskan plastik pelindung seperti yang
diarahkan. Biasanya, pasien akan memakai patch pada lengan atas atau dada. Namun, pasien bisa
memakainya di mana saja pada tubuh di bawah leher dan di atas lutut atau siku. Tempelkan patch
ke daerah yang kering, dan tidak berbulu . Hindari daerah dengan luka atau iritasi. Jangan
menerapkan patch segera setelah mandi atau saat mandi. Tunggu sampai kulit Anda benar-benar
kering.
Pasien biasanya akan menggunakan 1 Patch sehari dan memakainya selama 12 sampai 14 jam
atau seperti yang diarahkan oleh dokter. Dosis didasarkan pada kondisi medis pasien dan respon
terhadap pengobatan.
2. Spray
Lepaskan penutup plastik. JANGAN Dikocok. Pegang wadah tegak dengan telunjuk di atas
tombol berlekuk. Buka mulut dan bawalah spray sedekat mungkin.
telunjuk untuk melepaskan semprotan ke atas atau di bawah lidah. Jangan menghirup spray.
Jangan langsung menelan obat segera setelah pemberian obat. Obat tidak boleh dimuntahkan
atau mulut dibilas selama 5 sampai 10 menit setelah pemberian.
3. Tablet dan kapsul
diminum dengan air putih sesuai dosis dan waktu yang ditentukan dokter. tablet tidak
diperbolehkan dikunyah, dihancurkan atau dihisap. tablet ditelan dengan bantuan air putih
sebanyak kurang lebih setengah gelas. kapsul juga tidak diperbolehkan dibuka cangkangnya.
kapsul ditelan langsung dengan bantuan air putih.
4. Tablet sublingual
tablet Nitrogliserin sublingual tidak boleh dikunyah, hancur, atau tertelan. Obat ini bekerja jauh
lebih cepat ketika diserap melalui mukosa mulut. Tempatkan tablet di bawah lidah atau di antara
pipi dan gusi, dan biarkan larut. Jangan makan, minum, merokok, atau menggunakan tembakau
kunyah pada saat menggunakan obat.
b.Isosorbid mononitrat
Dosis dan aturan pakai: dosis awal 20 mg, 2-3 kali sehari atau 40 mg, 2 kali sehari (10 mg, 2 kali
sehari pada pasien yang belum pernah menerima nitrat sebelumnya), bila perlu sampai 120 mg
sehari dalam dosis terbagi.
Bentuk sediaan : Tablet dan Tablet lepas lambat
Cara pemakaian : Ambil obat ini, masukkan melalui mulut seperti yang diarahkan oleh dokter,
biasanya sekali sehari ketika Pasien bangun tidur. Menelan obat ini dengan setengah gelas air
putih. Jangan menghancurkan atau mengunyah obat ini. apabila Melakukannya akan
meningkatkan risiko efek samping.
3. Golongan antagonis kalsium
a. Golongan Dihidropiridin :
hTrimetazidine.
Indikasi : pengobatan simtomatik dari vertigo, tinnitus, gangguan iskemik
Peringatan : ganguan fungsi ginjal dan hati, kehamilan dan menyusui, anak-anak dan
orang tua.
Dosis dan aturan pakai : 1x sehari 1 tablet 5mg atau 10mg; Angina dosis awal 1x
10mg.
- Bentuk sediaan obat : Tablet.
5. Nifedipine
- Nama Generik: Nifedipine tablet 5mg, 10mg.
- Nama Dagang: Adalat (Bayer) tablet 5mg; 10mg, Adalat Oros (Bayer) tablet 20mg,
30mg, 60mg, Adalat Retard (Bayer) tablet 20mg, Calcianta (Armoxindo) tablet
5mg, 10mg, Carvas (Meprofarm) tablet 10mg, Cordalat (kimia farma) tablet 10mg,
Coronipin (Dexa Medica, Leiras) tablet 10mg, Farmalat (Fahrenheit) tablet 5mg,
10mg, Fedipin (Medikon) tablet 10mg, Infacard (Indofarma) tablet 10mg,
Kemolat (Phyto Kemo Agung) tablet 10mg, Nifecard (Armoxindo) tablet 10mg,
20mg/tablet retard, Nifedin (Sanbe Farma) tablet 10mg, Niprocor (Yekatria farma)
tablet 10mg, Vasdalat (Kalbe Farma) tablet 5mg; 10mg, Vasoner (Harsen) tablet
10mg, Xepalat (Metiska Farma) tablet 5mg; 10mg, Zendalat (Zenith) tablet 5mg;
-
10mg.
Indikasi: terapi dan propilaksi gangguan koroner, terutama angina pectoris, hipertensi,
makan; Angina dosis awal 1x sehari 2,5mg, dosis maksimum 1x sehari 10mg.
- Bentuk sediaan obat : Tablet.
6. Nimodipine
- Nama Generik: Nimodipine tablet 30mg.
- Nama Dagang: Nimotop (Bayer) tablet 30mg; 10mg/50ml botol infuse.
- Indikasi: Antagonis kalsium diindikasikan untuk terapi defisit neurologik iskemik
-
- Dosis dan aturan pakai: dewasa 3x sehari 1 tablet jam sebelum makan
- Bentuk sediaan obat : Tablet.
8. Cardio aspirin
- Indikasi:
Mengurangi bahaya trombosis koroner lebih lanjut dalam masa pemulihan dan infark
jantung (profilaksis re-infark), mengurangi risiko kematian dan atau serangan MCI
(infark miokard) pada penderita dengan riwayat infark atau angina pektoris yang
tidak stabil, pencegahan trombosis (profilaksis re-oklusi) setelah aortocoronary
-
Komposisi: Setiap tablet salut enterik Cardio Aspirin mengandung 100 mg asam
asetilsalisilat.
Cara Kerja: Pencegahan agregasi platelet berdasarkan kerja biokimia asam
asetilsalisilat yaitu penghambatan ireversibel dari siklooksigenase di platelet dan
enzim hati yang reversibel pada penggunaan jangka lama dan dosis tinggi.
- Jenis: Tablet
9. Cardismo
- Komposisi: Isosorbide 5-mononitrate
- Indikasi: Profilaksis angina pektoris. Terapi tambahan pada penyakit jantung
kongestif yang tidak memberi respon adekuat terhadap glikosida jantung & atau
-
diuretik.
Kontra indikasi: Hipotensi berat, syok, infark miokard akut dengan tekanan diastolik
ventrikel kiri yang rendah, hipersensitif terhadap nitrat dan nitrit. Anemia, trauma di
kepala, pendarahan otak.
Perhatian: tidak untuk mengatasi serangan angina pektoris akut. Hamil, laktasi,
glaukoma sudut tertutup, hipotiroid, hipotermia, malnutrisi, penyakit hati atau ginjal
berat.
Efek samping: Penurunan tekanan darah, sakit kepala, mual, muntah, pusing, lemah,
mengantuk.
IO: efek penurunan tekanan darah dapat dipotensiasi oleh antihipertensi, antidepresan
menjadi nitrat oksida (NO), yang kemudian mengaktivasi guanilat siklase, yang menyebabkan
peningkatan konsentrasi guanosin monofosfat siklik (cGMP) intraseluler pada sel otot polos
vaskular. Bagaimana cGMP menyebabkan relaksasi, belum diketahui secara jelas, tetapi hal
tersebut akhirnya menyebabkan defosforisasi miosin rantai pendek (MCL), kemungkinan dengan
menurunkan konsentrasi ion Ca2+ bebas dalam sitosol. Hal tersebut akan menimbulkan relaksasi
otot polos, termasuk arteri dan vena. Nitrat organik menurunkan kerja jantung melalui efek
dilatasi pembuluh darah sistemik. Venodilatasi menyebabkan penurunan aliran darah balik ke
jantung, sehingga tekanan akhir diastolik ventrikel (beban hulu) dan volume ventrikel menurun.
Beban hulu yang menurun juga memperbaiki perfusi sub endokard. Vasodilatasi menyebabkan
penurunan resistensi perifer sehingga tegangan dinding ventrikel sewaktu sistole (beban hilir)
berkurang. Akibatnya, kerja jantung dan konsumsi oksigen menjadi berkurang. Ini merupakan
mekanisme antiangina yang utama dari nitrat organik.
-
dalam 1-2 menit, tetapi efeknya dengan cepat akan menurun sehingga setelah 1 jam
hilang sama sekali. Nitrat organik dapat diberikan secara oral (p.o) untuk tujuan
pencegahan timbulnya serangan angina. Dalam hal ini, obat tersebut harus diberikan
dalam dosis cukup besar agar kemampuan metabolisme hati untuk obat ini menjadi
jenuh. Mula kerja nitrat organik oral adalah lambat, puncaknya tercapai dalam 60-90
menit
dan
lama
kerja
berkisar
3-6
jam.
Nitrat
organik
dapat
juga
diberikan intravena (i.v) agar kadar obat dalam sirkulasi sistemik yang tinggi cepat
tercapai. Nitrogliserin i.v bermanfaat untuk pengobatan vasospasme koroner dan
angina pektoris tidak stabil dan mungkin merupakan cara terbaik untuk mengobati
segera angina akut. Pemberian nitrogliserin dalam bentuk salep atau diskdimaksudkan
untuk tujuan profilaksis karena obat diabsorpsi secara perlahan lewat kulit. Efek
terapi tampak dalam 60 menit dan berakhir dalam 4-8 jam. Pada sediaan disk,
nitrogliserin terdapat sebagai depot dengan reservoir suatu polimer pada plester. Mula
kerja lambat dan puncak efek tercapai setelah 1-2 jam.
2.9 Jenis-Jenis Obat Angina Pektoris
Ada tiga golongan obat yang digunakan untuk penderita angina pektoris, yaitu:
Anti Iskemia
Anti Agregasi Trombosit
Anti Trombin
Nitrat
atau hilang. Karena kelarutan dalam lemak yang lebih baik dan metabolisme yang cepat,
maka
bioavabilitas
dan
lama
kerja
nitrat
organik
terutama
ditentukan
oleh
biotransformasinya.
a. Nitrogliserin (glisril trinitrat, trinitrin, nitrostat)
Trinitrat dari gliserol ini berkhasiat relaksasi otot pembuluh, bronchia, saluran empedu,
lambung usus, dan kemih. Berkhasiat vasodilatasi berdasarkan terbentuknya nitrogenoksida
dari nitrat di sel-sel dinding pembuluh. NO bekerja mengendurkan sel-sel ototnya sehingga
pembuluh terutama vena mendilatasi dengan langsung.
Akibatnya, TD turun dengan pesat dan aliran darah vena kembali ke jantung berkurang.
Penggunaan oksigen jantung menurun dan bebannya dikurangi. Arteri koroner juga
diperlebar, tetapi tanpa efek langsung terhadap miokard.
Efek samping: nyeri kepala, tachycardia, hipotensi ortostatis, pusing, nausea, flushing,
disusul dengan muka pucat. Plester dapat menimbulkan iritasi berupa kulit merah, rasa
terbakar dan gatal-gatal.
Dosis: pada serangan akut di bawah lidah 0.4-1 mg sebagai tablet, spray, atau kapsul
(harus digigit), jika perlu dapat diulang 3-5 menit. Bila efek sudah dicapai obat harus
dikeluarkan dari mulut. Profilaksis: tablet retard (Nitro Mack) 2.5-5 mg diletakkan antara
gusi dan bibir atas. Salep 2 % (nitro-bid) : 3 dd 7.5-30 mg pada dada, perut, atau lengan.
Plaster: 1 dd 5-10mg, hany digunakan siang hari dan malam hari sebelum waktu tidur
dilepas.
b. Isosorbida-5-mononitrat (Pentacard, Ismo)
Derivat siklis ini didinding pembuluh diubah menjadi nitrogenoksida, yang mengaktivasi
enzim tertentu. Karena itu, kadar cGMP disel otot polos naik dengan akibat vasodilatasi.
Digunakan oral dan oromukosal sebagai profilaksi untuk mengurangi frekuensi serangan
jantung.
Dosis: oral semula 3 dd 10 mg p.c, sesudah beberapa hari 2-3 dd 20 mg. tablet retard:
pagi hari 50-120 mg.
c. Isosorbida dinitrat (cedocard/retard, iso Mack retard/ spray)
Secara sublingual mulai kerjanya dalam 3 menit dan bertahan sampai 2 jam. Secara spray
masing-masing 1 mnt dan 1 jam, sedangkan oral masing-masing 20 mnt dan 4 jam (tablet
retard 8-10 jam).
Dosis: pada serangan akut atau profilaksis, sublingual tablet 5 mg bila perlu diulang
sesudah beberapa menit, interval oral 3 dd 20 mg d.c. tablet/ kapsul retard maks 1-2 dd 80
mg. spray 1.25-3.75 mg (1-3 semprotan).
d. Dipiridamol (Persantin, Cardial)
Sebagai penghambat fosfodiesterase, berdaya inotrop positif lemah tanpa menaikkan
penggunaan oksigen dan vasodilatasi, juga terhadap arteri jantung. Sebagai obat pencegah
infark kedua (bersama asetosal), berdasarkan kerja antitrombotiknya.
Efek samping: gangguan lambung-usus, nyeri kepala, pusing, dan palpitasi yang bersifat
sementara.
Dosis: pada angina oral 3 dd 50 mg 1 jam a.c., pada bedah katup jantung: 4 dd 75-100 mg
a.c.
2.9.1.2 Beta-blocker
Beta-blokers memperlambat pukulan jantung (bradycardia) sehingga mengurangi
kebutuhan oksigen myocard.
Blokade reseptor 1 menurunkan frekuensi jantung, daya kontraksi, dan volume-menit
jantung. Blokade reseptor 2 dapat antara lain menimbulkan bronkokontriksi dan
meniadakan efek vasodilatasi dari catecholamin terhadap pembuluh perifer.
Farmakodinamik
Beta-bloker efektif untuk pengobatab angina stabil kronik karena :
(1) mengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan cara mengurangi frekuensi denyut
jantung, kontraktilitas miokard dan tekanan darah (beban hilir) melalui penghambatan
adrenoreseptor- di jantung, sewaktu kerja fisik;
(2) meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara mengurangi tegangan dinding
ventrikel selama sitole, serta memperlambat denyut jantung (waktu ditle memanjang)
sehingga perfusi subendokard meningkat.
Farmakokinetik
Beta bloker adalah lipofilik hampir seluruhnya dimetabolisme dalam hati, bahkan
sebagian besar dari dosis telah mengalami metabolisme paa lintasan pertama di hat sehingga
bioavabilitas oral rendah, kadar plasma yang dicapai sangat bervariasi antar individu dan
waktu paruhnya pendek.
2.9.1.3 Antagonis Kalsium
Istilah antagonis kalsium digunakan untuk senyawa yang menghambat imfluks kalsium
transmembran, artinya memperkecil masuknya ion kalsium ke dalam sel dengan apa yang
disebut saluran kalsium lambat.
Berdasarkan struktur kimianya, CCB ( calcium channel bocker ) dapat dibedakan atas 5
golongan:
1) Dihidropiridin (DHP) : nifedipin, nikardipin, felodipin, amlodipin, dll.
2) Difenilalkilamin : verapamil, galopamil, tiapamil, dll.
3) Benzotiazepin : diltiazem.
4) Piperazin : sinarizin, flunarizin, dll.
5) Lain-lain : prenilamin, perheksilin, dll.
Farmakodinamik
Antagonis kalsium mengurangi kebutuhan oksigen miokard melalui (1) vasodilatasi
perifer (terutama arteriol) sehingga menurunkan afterload; (2) pengurangan kontraktilitas
miokard; dan (3) penurunan frekuensi denyut jantung.
Antagonis kalsium efektif untuk angina akibat vasospasme koroner maupun
ateroklerosiskoroner
Farmakokinetik
Nipedifin (N), verapamil (V) dan diltiazem (D) mudah larut dalam lemak sehingga
mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun sublingual, dan dieliminasi terutama melalui
metabiolisme di hati. Tetapi karena sebagia dari dosis oral dimetabolisme pada lintasan
pertama di hati, maka bioavabilitas obat-obat ini tidak begitu tinggi, terutama untuk V dan D.
a. Nifedipin (Adalat/Retard/Oros)
Berkhasiat vasodilatasi kuat dengan hanya krja ringan terhadap jantung. Efek inotrop
negatifnya ditiadakan oleh vasodilatasi, bahkan frekuensi jantung serta cardiac output justru
dinaikkan sedikit akibat antara lain turunnyavafterload (volume darah yang dipompa keluar
jantung ke arteri)
Dosis: angina dan hipertensi pagi hari 30 mg tablet retard, berangsur-angsur dinaikkan
sampai 1 dd 120 mg.
b. Verapamil (Isoptin/SR)
Khasiat vasodilatasinya tidak sekuat nifedipin dan derivatnya, tetapi efek inotrop negatif
ringan dan memperlambat penyaluran impuls AV. Digunakan pada angina variant/stabil,
hipertensi, dan aritmia tertentu (antara lain tachycardia supraventikuler, fibrilasi serambi)
Dosis: angina variant/stabil, aritmia, dan hipertensi; oral semula 3-4 dd 80 mg,
pemeliharaan 4 dd 80-120 mg; tablet SR (slow release): 1-2 dd 240 mg.
c. Diltiazem
Berkhasiat vasodilatasi lebih kuat dari verapamil, tetapi efek inotrop negatifnya lebih
ringan. Penggunaannya sama dengan verapamil pada angina variant/stabil, hipertensi, dan
aritmia tertentu.
Dosis: angina dan hipertensi semula oral 3-4 dd 60 mg, maksimum 3 dd 120 mg. Arimia:
i.v. 1 dd 0,25-0,3 mg/kg dalam 2 menit.
2.9.2 Anti Agregasi Trombosit
2.9.2.1 Aspirin
Aspirin bekerja mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan
enzim cyclic endoperoxides. Aspirin juga menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di
dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit. Aspirin menginaktivasi
enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan
cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack). Pada endotel
pembuluh darah, aspirin juga menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini membantu
mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak.
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aspirin dapat menurunkan resiko
terjadinya stroke, infark jantung non fatal dan kematian akibat penyakit vaskular pada pria dan
wanita yang telah pernah mengalami TIA atau stroke sebelumnya.
Farmakokinetik :
Farmakodinamik :
Adanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsinya ; pemberian bersama
antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi meningkatkan kelarutan dan
absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat bentuk aktif terikat pada protein plasma.
2.9.2.2 Tiklopidin
Tiklopidin adalah inhibitor agregasi platelet yang bekerja menghalangi ikatan antara
platelet dengan fibrinogen yang diinduksi oleh ADP (Adenosin Di Pospat) secara irreversibel,
serta menghalangi interaksi antara platelet yang mengikutinya. Proses ini menyebabkan
penghambatan pada agregasi platelet dan pelepasan isi granul platelet.
Penderita yang diberi Tiklopidin harus dimonitor jumlah netrofil dan trombositnya setiap
dua minggu selama 3 bulan pertama pengobatan. Netropeni berat dapat terjadi dalam waktu 3
minggu sampai 3 bulan sejak pengobatan dimulai. Karena waktu paruhnya panjang, maka
penderita yang berhenti mendapat Tiklopidin dalam waktu 90 hari sejak dimulai harus tetap
dimonitor darah lengkap clan hitung jenis lekositnya. Kadang-kadang dapat terjadi
trombositopeni saja atau kombinasi dengan netropeni.
Tiklopidin adalah obat pilihan pertama untuk pencegahan stroke pada wanita yang pemah
mengalami TIA serta pada pria dan wanita yang pemah mengalami stroke non kardioembolik.
Walaupun Tiklopidin telah terbukti efektif pada pria yang pernah mengalami TIA, tetapi obat ini
merupakan pilihan kedua bila tidak ada intoleransi terhadap aspirin.
Farmakokinetik :
Farmakodinamik :
2.9.2.3 Klopidogrel
Kehadiran obat generik untuk penyakit jantung akan membuat biaya pengobatan relatif
jadi lebih murah. Namun, biaya yang lebih murah juga harus didukung oleh manfaat terapetik
yang dihasilkan obat tersebut. Penderita penyakit jantung harus minum obat selama sisa hidup
mereka. Salah satu obat yang digunakan untuk penderita penyakit jantung, stroke, maupun
penyempitan pembuluh darah perifer biasanya clopidogrel.
Menurut Prof. Dr. Harmani Kalim, Sp.Jp, dari RS Jantung Harapan Kita,
Jakarta,clopidogrel bisa diberikan kepada mereka yang mengalami aterotrombosis. Obat ini
mengurangi terjadinya trombosis atau gumpalan darah bila lapisan aterosklerosis mengalami
ruptur ujarnya. Ruptur adalah pengelupasan kerak pembuluh darah. gumpalan darah ini bisa
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah jantung dan menimbulkan serangan jantung
(Sari, 2008).
Clopidogrel bekerja dengan menghambat ikatan antara ADP dengan reseptornya,
sehingga menghambat terjadinya agregasi platelet. Clopidogreldiberikan sebagai pengobatan
atau terapi pada mereka yang mengalami aterotrombosis misalnya. Selain itu, clopidogrel bisa
diberikan sebagai terapi pencegahan, terutama pada mereka yang memiliki resiko penyakit
jantung koroner, tentunya dengan indikasi dari dokter. Dosis yang di rekomendasikan adalah 75
mg sekali sehari (Sari, 2008).
Mengingat pemberian clopidogrel dalam jangka waktu lama, biaya yang harus
dikeluarkan juga meningkat. Untungnya, sejak off patent pada Februari 2008, kini sudah ada
obat clopidogrel generic (Sari, 2008).
Clopidogrel generik yang sudah ada di pasaran memiliki kandungan sama, formulasinya
saja yang berbeda. Dikatakan Prof. Dra. Arini Setiawati, Ph.D, Kepala Unit Studi Klinis, Bagian
Farmakologi dan Terapetik FKUI, hasil studi bioavailability dan bioekuivalen (BABE)
menunjukan obat clopidogrel generik tersebut bioekuivalen dengan clopidogrel produk innovator
(Sari, 2008).
Ini artinya, clopidogrel generik memiliki manfaat terapetik dan keamanan sama dengan
produk referensi atau inovator. Selain manfaat terapetik yang sama, biaya relatif lebih murah.
Biayanya bisa berbeda 25-40 persen, katanya (Sari, 2008).
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit global yang berdampak besar pada biaya
pengobatan. Kematian karena penyakit kardiovaskular, disebutkan CDC/NCHS, 53 persennya
karena penyakit jantung koroner (PJK). Ini artinya, dari 100 orang yang menderita ganguan
kardiovaskular, 53 orang meninggal karena PJK (Sari, 2008).
Dari segi biaya, data dari Kanada (1993) menyebutkan, biaya untuk penyakit
kardiovaskular sekitar 15,2 persen dari total biaya kesehatan. Lebih tinggi bila dibandingkan
dengan penyakit gangguan sistem saraf, pencernaan, dan lainnya. Di AS tahun 2006, estimasi
biaya langsung dan tidak langsung PJK sekitar 142,5 miliar dolar (Sari, 2008).
Terjadi penebalan dinding pembuluh darah sedang atau aterosklerosis bisa membuat
kejadian PJK. Proses ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Akan terjadi aterostrombosis
bila pada orang dengan aterosklerosis kemudian terjadi trombosis atau gumpalan darah di
pembuluh darah yang menyempit. Aterostrombosis, dijelaskan Prof. Harmani, merupakan
kondisi tiba-tiba dan tidak diperkirakan, di mana terjadi erosi, ruptur, atau pengelupasan pada
lapisan aterosklerosis yang menyebabkan gangguan aliran darah. Kondisi ini memicu terjadinya
aktivitas platelet dan pembentukan trombus. Aterotrombosis menyebabkan infark miokard,
stroke iskemik, dan kematian vaskular. Biasanya kejadian ini disebabkan penyakit
kardiovaskular, serebrovaskular, dan pembuluh darah (Sari, 2008).
Nama generik: Clopidogrel
Nama dagang di Indonesia: Plavix (Sanofi Aventis)
Indikasi
koagulasi; active peptic ulcer (tukak lambung aktif) (Koda Kimble, 2005)
Bentuk sediaan: Tablet salut film 75 mg
Dosis (tierney, 2006)
Oral, dewasa: myocardial infarction (MI) yang belum lama berselang terjadi,
stroke yang belum lama berselang terjadi, atau penyakit arterial peripheral yang
abdominal (perut), gastritis, konstipasi, rash, dan pruritus (gatal) (dipiro, 2005).
Resiko khusus (wanita hamil/gagal ginjal/kelainan hepar)
Pada kehamilan memiliki faktor resiko B; tidak direkomendasikan untuk wanita
yang sedang menyusui; pasien yang memiliki resiko peningkatan perdarahan dari
suatu trauma, pembedahan atau kondisi patologik lainnya. Pasien dengan penyakit
hepatik sedang yang kemungkinan mengalami perdarahan diatheses. Penyesuaian
dosis pada pasien dengan gangguan ginjal dan pasien usia lanjut tidak diperlukan
(dipiro, 2005).
dengan penghambatan reseptor ini.Penghambatan jalur akhir agregasi trombosit oleh glikoprotein
IIb/IIIa initerbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien dengan APTS/NSTEMI (Iin, 2012).
Reseptor glikoprotein IIb/IIIa yang diaktivasi akan berikatan dengan fibrinogendan
membentuk rantai dengan trombosit yang diaktivitasi dan dengan demikianterjadilah trombus. Jadi berbeda
dengan obat anti-trombosit lain yang hanyabekerja pada sebagian dari berbagai tahapan terjadinya agregasi
trombosit,inhibitor glikoprotein IIb/IIIa bekerja pada tahapan akhir adhesi, aktivitas, danagregasi
trombosit. Tiga kelompok terpenting obat golongan ini adalah murine- human chimeric antibiodies (misalnya
abxicimab), peptida sintetik (misalnyaeptifibatide), dan nonpeptida sintetik (misalnya trifiban
dan lamifiban) (Iin, 2012).
Abxicimab merupakan inhibiditor nonsepesifik dengan daya ikatan reseptor kuatdan
seversibilitas hambatan trombosit lambat pulih walaupun terapi sudahdihentikan. Eptifibatide merupakan peptida
siklik yang merupakan inhibitor reseptor glikoprotein IIb/IIIa selektif. Masa kerjanya pendek dan
hambatantrombosit
hilang
2-4
jam
setelah
terapi
dihentikan.
Tirofiban
merupakan
inhibitor nonpeptida, bekerja cepat (5 menit), selektif dan cepat reversibel (4-6 jam) (Iin, 2012).
Lamifiban merupakan inhibitor nonpeptida sintetik dengan masa kerja 4 jam.Penyelidikan PRISM,
PRISM-PLUS, PURSUIT, PARAGON-A, PARAGON-B danCAPTURE membuktikan bahwa risiko
terjadinya infark jantung dan kematianturun bermakna dalam beberapa hari dan manfaat ini tetap diperoleh
dalampemantauan sampai 30 hari. Walaupun demikian, harus diingat bahwa desainpenyelidikan-penyelidikan di
atas tidak sama. Pada sebagian penyelidikandilakukan pula tindakan PCI (15% pada PURSUIT, 35% pada
PRISM-PLUS, hampir semuanya pada CAPTURE), sedangkan pada PRISM angiografi dan PCIditunda
sampai obat dihentikan setelah 48 jam.Pada PURSUIT, PARAGON-B, PRISM-PLUS pada subgrup
pasien yang tidakmenjalani tindakan revaskularisasi dini, manfaat inhibitor glikoprotein IIb/IIIa
sedikit atau tidak ada. Manfaat inhibitor glikoprotein IIb/IIIa lebih besar padapasien yang
mengalami peningkatan kadar troponin T atau troponin I (Iin, 2012).
2.9.3 Anti Trombin
2.9.3.1 Unfractionated Heparin
Heparin adalah glikosaminoglikan yangterdiri dari pelbagai polisakarida yang berbeda
panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berebda-beda. Antitrombin III, bila terikat
dengan heparin, akan bekerja menghambat trombin dan faktor Xa. Heparin juga mengikat
protein plasma yang lain, sel darah dan sel endotel, yang akan mempengaruhi bioavailabilitas.
Kelemahan lain heparin adalah efek terhadap trombus yang kaya trombosit dan heparin dapat
dirusak oleh platelet faktor IV.
2.9.3.2 Low Molecular Weight Heparin
Low molecular weight heparin (LMWH) dibuat dengan melakukan depolimerasi rantai
polisakarida heparin. Kebanyakan mengandung sakarida kurang dari 18 dan hanya bekerja pada
factor Xa, sedangkan heparin menghambat factor Xa dan trombin. Dibandingkan dengan
unfractionated heparin, LMWH mempunyai ikatan terhadap protein plasma kurang,
bioavailabilitas lebih besar dan tidak mudah dinetralisir oleh faktor IV, lebih besar pelepasan
tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dan kejadian trombositopenia lebih sedikit.
2.9.3.3 Direct Trombin Inhibitors
Direct trombin inhibitor secara teoritis mempunyai kelebihan karena bekerja langsung
mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh plasma protein maupun platelet
faktor IV. Activated partial thromboplastin time dapat dipakai untuk memonitor aktivitas
antikoagulasi, tetapi biasanya tidak perlu. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark
miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah. Bivalirudin juga menunjukkan efektivitas
yang sama dengan efek samping perdarahan kurang dari heparin. Bilivarudin telah disetujui
untuk menggantikan heparin pada pasien angina tyak stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun
bivalirudin dapat menggantikan heparin bila ada efek samping trombositopenia akibat heparin
(HIT).
2.10
menghindari timbulnya fenomena rebound berupa vasospasme yang berlebihan dengan akibat
memburuknya angina sampai terjadinya infark miokard dan kematian mendadak. Udem perifer
juga kadang-kadang terjadi pada pemberian nitrat kerja lama (oral maupun topikal). Nitrat yang
diberikan secara oral dapat menimbulkan terjadinya dermatitis kontak.
Beberapa contoh obat antiangina dari golongan nitrat:
A. Isosorbid mononitrat
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi dan hipovolemia, kardiopati obstruktif
hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikarditis konstriktif, stenosis mitral, anemia
berat, trauma kepala, pendarahan otak, dan glaukoma sudut sempit.
Efek samping: sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing hipotensi postural, takikardi (dapat
terjadi bradikardi paradoksial).
Risiko khusus:
- Kehamilan : faktor risiko C
- Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
- Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain diekskresi melalui
feses juga dieksresi melalui urin, akan tetapi pengubahan dosis obat tidak dibutuhkan pada
pasien usia lanjut yang mengalami gangguan fungsi ginjal.
- Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat dimetabolisme di hati,
akan tetapi pengubahan dosis obat tidak dibutuhkan pada pasien usia lanjut yang mengalami
gangguan fungsi hepar.
b) Isosorbid dinitrat
Toleransi Isosorbid dinitrat :
1. Terganggunya biotransformasi ISDN menjadi bentuk aktifnya, yakni NO
2. Aktivasi neurohormonal, yang menyebabkan pelepasan vasokonstriktor (penyempit pembuluh
darah), seperti endotelin dan angiotensin II, yang melawan kerja vasodilatasi isosorbid
dinitrat.
Efek samping isosorbid dinitrat (ISDN) meliputi sakit kepala, hipotensi, serta bradikardia pada
beberapa kasus.
2. Beta Blocker
Kontra indikasi
Bronkokontriksi kronik
Klaudiokasia intermiten
Ibu hamil
Raynaud disease
Penderita asma
Kontraindikasi lainnya, bagi jantung (gagal jantung berat, bradikardia berat, dan blok AV
derajat 2 dan 3), paru (asma bronchial, dan konstriksi bronkus), dan pembuluh darah perifer
(gangren klaudikasio berat, nekrosis kulit). Sementara itu, penyakit paru obdtruktif kronis,
disfungsi ereksi dan penyakit pembuluh darah perifer ringan bukan merupakan kontraindikasi ,
terutama jika dihadapkan pada penyekat beta yang selektif (bisoprolol, metoprolol).
Efek Samping:
Efek samping dari Beta-blockers terkait terutama karena efek adrenalin-blocking. Efek samping
ini sering dapat digunakan mengelola Jantung oleh jenis beta blocker yang dipilih, dan harus
dengan hati-hati memberi dosisnya. Efek samping meliputi:
Jantung : Bradikradi, gagal jantung kongestif, penurunan sirkulasi perifer, hipotensi, sakit
dada, kontraksi miokardial, raynauds syndrom, menseterik trombosis, syncope.
Dermatologi : Alopesia, dermatitis, hiperkeratosis, pruritis, urtikaria, sindrom StevensJohnson , fuxil epiderma necrolysis.
3. Antagonis Ca
a) Diltiazem
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
b) Nifedipin
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki
c) Verapamil
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II
dan III, hipersensivitas.
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia, kulit
kemerahan.
2.10.2 GOLONGAN ANTI AGREGASI TROMBOSIT
1. Aspirin
Kontra indikasi:
darah.
Pasien dengan terapi antikoagulan
Efek samping:
1. Sistem pencernaan:
Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan ulseratif.
2. Sistem saraf pusat:
Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, gangguan
penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik.
3. Sistem Hemopoietik:
Trombositopenia dan anemia, namun jarang terjadi.
4. Sistem pembekuan darah:
Perpanjangan waktu perdarahan.
5. Sistem urin:
Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal ginjal akut,
sindrom nefrotik, namun jarang terjadi.
6. Reaksi alergi:
Ruam kulit, edema, bronkospasme, "aspirin triad" (kombinasi dari asma bronkial, poliposis
hidung kambuhan, sinus paranasal, intoleransi asam asetilsalisilat, dan obat-obatan seri
pirazolonic).
7. Efek samping lain:
Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan sindrom Reye dan pada penggunaan jangka
panjang dapat meningkatkan gejala gagal jantung kronis.
2. Tiklopidin
Kontra indikasi:
Hipersensitivitas terhadap Tiklopidin, kelainan darah (misalnya netropeni, trombositopeni),
gangguan pembekuan darah, perdarahan patologis aktif (misalnya perdarahan lambung,
perdarahan intrakranial), gangguan fungsi hati berat.
Efek samping:
Paling sering : diare, mual, dispepsia, rash, nyeri gastrointestinal, netropeni, purpura, pruritus,
dizziness, anoreksia, gangguan fungsi hati.
(NPN).
Gangguan psikiatri: ansietas, insomnia, bingung, halusinasi.
Trombotic thrombocytopenia purpura (TTP).
Gangguan denyut dan ritme jantung: fibrilasi atrium.
Gangguan sistem pernafasan: pneumonia, sinusitis, hemothorax, bronkospasme.
Gangguan vaskular: vaskulitis, hipotensi.
Gangguan sistem urin: sistitis, glomerulonefritis.
Gangguan penglihatan: katarak, konjungtivitis.
Gangguan reproduksi: menorraghia.
Gangguan sel darah putih dan sel retikuloendotelial: eosinofilia, granulositosis,
granulositopenia, leukemia, leukopenia, penurunan neutrofil.
Efek samping:
Pasien yang mengalami perdarahan patologis seperti ulkus peptikum atau perdarahan
intrakranial.
Ibu menyusui (lihat Peringatan : Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui).
Gangguan hati berat.
2.10.3 GOLONGAN ANTI TROMBIN
1. Unfractioned heparin
Kontra indikasi:
Hipersensitifitas terhadap heparin atau komponen lain pada sediaan, penderita hemophilia,
trombositopenia, penyakit hati berat, dan penderita tuberculosis aktif.
Efek samping:
Sakit pada dada, sakit kepala, kedinginan, eksema, nekrosis kutan, peningkatan enzim SGPT dan
SGOT, terjadinya ulserasi, dieresis yang dimulai 36-48 jam setelah terapi dimulai dan
berlangsung selama 36-48 jam setelah terapi dihentikan, reaksi vasospatik yang menyebabkan
jenaikan tekanan darah, nyeri dada dan parestesia, pendarahan, dan juga trombositopenia (jumlah
trombosit yang terlalu rendah)
2. Low molecular weight heparin
Efek samping:
1.
Pendarahan ringan dan berat.
2.
Reaksi anafilaktik dan Reaksi lain seperti vasokontriksi paru, gangguan fungsi ventrikel
kiri, hipotensi sistemik dan netroporia sementara
3.
Reaksi hipersensitivitas antara lain berupa menggigil, demam, utikarie, atau syok
anafilaksis. Pada penggunaan jangaka panajang dapat terjadi mialgia nyeri tulang dan
osteoportosis.
Kontra indikasi:
1. Thrombosis permukaan tromboflebitis, hematoma permukaan.
2. Peningkatan kecenderugan perdarahan, lesi pembuluh darah, hipertensi berat,tukak lambungusus, mimpi atau OP pada SSP, fungsi lumbal, nephrolithiasis,alkoholisme kronis, injeksi IM,
endokarditis bakterial, abortus immines,trombositopenia
3. Direct trombin inhibitor
Kontra indikasi:
Perdarahan, kelainan koagulasi, penyakit tromboelitik.
Efek samping:
Mual, muntah, pusing, perdarahan, hipotensi, dapat menyebabkan hemorrhage, gangguan ginjal
yang berat.
2.11 Informasi Terbaru Obat Angina Pektoris
Kabar terakhir menunjukkan adanya obat baru untuk angina pectoris yaitu trimetazidine.
Trimetazidin adalah garam 1-(2,3,4 trimethoxynenzyl) piperazin dihidroklorida yang memiliki
efek anti iskemik tanpa menginduksi perubahan hemodinamik yang signifikan. Trimetazidine
adalah obat untuk angina pektoris, kadang-kadang disebut dengan nama merek Vastarel MR.
Tiap tablet mengandung 35 mg trimetazidine. Trimetazidine adalah agen anti-iskemik (antiangina pektoris) metabolik, yang meningkatkan penggunaan glukosa miokard melalui
penghambatan metabolisme asam lemak (Josh, 2011).
Trimetazidine bekerja dengan menurunkan produksi laktat, mengurangi produksi kalsium,
serta meningkatkan produksi ATP dengan konsumsi oksigen yang lebih sedikit. Dengan menjaga
metabolisme energi dalam sel yang terkena hipoksia atau iskemia, trimetazidine mencegah
penurunan kadar adenosin trifosfat dalam intrasel, dengan demikian memastikan berfungsinya
pompa ion natrium dan aliran transmembran natrium-kalium, sambil menjaga homeostasis sel.
Trimetazidine juga menghambat oksidasi asam lemak dalam pembuluh darah. Trimetazidine
menghambat beta-oksidasi asam lemak dengan memblok rantai panjang 3-ketoacyl-CoA
thiolase, yang meningkatkan oksidasi glukosa. Dalam sebuah sel iskemik, energi yang diperoleh
selama oksidasi glukosa membutuhkan konsumsi oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan
oksigen yang dibutuhkan pada proses oksidasi-beta. Potensiasi oksidasi glukosa mengoptimalkan
proses energi sel, sehingga menjaga metabolisme energi yang tepat selama iskemia. Dengan
menjaga atau mempertahankan metabolisme energi dalam sel terkena hipoksia atau iskemia,
trimetazidine mencegah penurunan kadar ATP intraseluler, sehingga memastikan berfungsinya
pompa ionik dan transmembran arus natrium-kalium sekaligus mempertahankan homeostasis
seluler (Josh, 2011).
Pengobatan dengan trimetazidin (1-[2,3,4-trimetoksibenzil] piperazin), digunakan secara
luas untuk pengobatan angina pada pasien-pasien kardiak, meningkatkan viabilitas sel dalam
responnya terhadap pemaparan dengan H2O2. Trimetazidine diindikasikan untuk penyakit
jantung iskemik (angina pektoris, infark sequale) dan tidak dapat digunakan untuk pasien yang
hipersensitivitas terhadap zat aktif atau salah satu eksipien yang digunakan, penyakit Parkinson,
gejala parkinsonian, tremor, sindrom kaki gelisah, dan gangguan gerak lainnya yang terkait,
gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin <30ml/min) (Josh, 2011).
Trimetazidine juga dikenal untuk efek kardioprotektif nya sebagaimana ditegaskan dalam
iskemia-reperfusi manusia. Obat bekerja pada pasien yang menjalani operasi bypass dengan
penangkapan kardioplegik dan revaskularisasi arteri koroner perkutan. Studi menunjukkan
bahwa modifikasi-release (MR) berupa obat ini, jika diambil dua kali sehari, adalah bioekuivalen
untuk formulasi sebelumnya yang diambil tiga kali sehari (Hidayati, 2011).
Sementara itu, studi terkontrol dilakukan pada pasien angina menunjukkan bahwa
trimetazidine meningkatkan cadangan aliran koroner, sehingga mengendalikan perubahan yang
cepat dalam tekanan darah, secara signifikan mengurangi frekuensi serangan angina yang
mengarah ke pengurangan penggunaan nitrat (Hidayati, 2011).
Untuk pasien diabetes dengan penyakit jantung koroner, trimetazidine membantu
meningkatkan fungsi ventrikel kiri. Trimetazidine juga menunjukkan efektivitas dalam
mengobati pasien dengan gagal jantung (Hidayati, 2011).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angina pectoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada
di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal) yang disebabkan karena otot jantung
tidak menerima cukup oksigen melalui darah.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, lusia rus. 2011. Jangan Campur Antibiotik dengan Obat Hipertensi. Tersedia di :
http://health.kompas.com/read/2011/01/18/10400947/Jangan.Campur.Antibiotik.dengan.Obat.Hi
pertensi [diakses pada tanggal 29 April 2013]
di
http://id.prmob.net/kejang-jantung/penyakit-jantung/penyakit-
aspirin.Tersedia
online
di
2013.
Direct
Thrombin
Inhibitor.
Available
online
at
Tersedia
di
2013.
Mekanisme
Farmakologi
Angina
Pektoris.
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2035717-angina-pectoris/#ixzz2Rw5LC7Li
Azwar A. Djuanda A, Sani A, dkk. 2003. MIMS. Jakarta : MediMedia
Bailie GR, Johsons CA, Mason NA, et all, 2004. Met Fact : Pocket Guide of Drug
Interaction, Second Edition. Bone Care Internastional.
BPOM RI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : Badan POM RI
Bumbata. 2013. Tips Jantung Sehat. Tersedia di http://bumbata.co/17926/tips-jantung-sehatgejala-penyebab-dan-pengobatan-angina/
Chan, Paul., et.all., 2005, Out Patient and Primary Care Medicine 2005 edition, ALguna Hills:
California.
Ely Ismudianti Rilantono dkk. 1998. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hidyati. 2011. Pendekatan Metabolik pada Penyakit Jantung Iskemik.
Available
online
at
http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-
2010.
Informasi
obat.
Tersedia
di
Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Josh.
2011. Trimetazidine (Cardaptan and Idaptan) Side Effects, Indications, Interactions, Dose
Prescribing Information. available online at: http://trialx.com/treatment/trimetazidinecardaptan-and-idaptan-indications-side-effects-dosage-interactions-information/ [diakses
tanggal 30 April 2013]
Kumar. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Lacy, Charles.F., et all, 2006, Drug Information Hanbook 14th edition, Lexi Company: USA.
Malelak,
David
Arnold.
2012.
Tromboemboli
Vena.
Available
online
at
Tersedia
di
2012.
Nitroglycerin
(Oral
Route,
Sublingual
Route).
http://www.mayoclinic.com/health/drug-information/DR602937/DSECTION=proper-use
[diakses pada tanggal 29 April 2013]
Neal, M.J.. 2006. At a Galance Farmakologi Medis. Edisi V. 38-39. Jakarta : Erlangga
Noer, H.M Sjaifoellah.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Putri, Dwi. 2010. Heparin.
http://health.detik.com/read/2010/07/13/103515/1398057/769/heparin [30 april 2013]
Rahman, Muin. 2006. Angina Pectoris Stabil Buku Ajar Ilmu Penyakit. Edisi 4 Jilid 3. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.
Ratnadita, Adelia. 2011. Aspilet, Efektif Cegah Gangguan Jantung Infark Miokard.
http://health.detik.com/read/2011/10/12/085151/1742025/769/aspilet-efektif-cegahgangguan-jantung-infark-miokard [29 April 2013]
Setiawati, Arini., dkk, 1995, Farmakologi dan terapi, edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta.
Tierney, Lawrence M., et all, 2006, Current Medical Diagnosis and Treatment 45th edition, Mc
Graw-Hill Companies: USA.
Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputindo,
Jakarta
Trisnohadi, Hanafi B., dkk, 1996, Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, edisi III, balai penerbit
FKUI, Jakarta
WebMd. 2013. Nitro Patch. Tersedia di http://www.webmd.com/drugs/drug-53553-NitroPatch+TD.aspx?drugid=53553&drugname=Nitro-Patch+TD[diakses pada tanggal 29 April 2013]
WebMd.2013. Isosorbide Mononitrate Oral.Tersedia di http://www.webmd.com/drugs/mono1048-ISOSORBIDE+MONONITRATE+SUSTAINED-RELEASE+-+ORAL.aspx?
drugid=6054&drugname=isosorbide+mononitrate+Oral&source=0[diakses pada tanggal 29 April
2013]