Anda di halaman 1dari 30

Dermatitis

Popok
Presentan
Nurhayati Nufus
Preseptor
Mahdar Johan, dr., Sp.KK.

Dermatitis popok adalah semua erupsi yang terjadi pada


daerah yang tertutupi oleh popok. Bentuk predominan
dari dermatitis popok adalah dermatitis kontak iritan,
inflamasi yang terjadi pada kulit daerah popok dengan
manifestasi dermatitis eritematous yang menyebar
keseluruh lipatan inguial

Definisi

Dermatitis popok sering terjadi pada usia antara 9-12


bulan.
Banyak terjadi pada anak-anak tapi juga dapat ditemukan
pada orang dewasa yang menggunakan popok
Tidak ada perbedaan frekuensi antara etnik dan gender.
Studi terakhir, persentase dari bayi dengan dermatitis
popok adalah 16% - 70%.
Laporan frekuensi umur maksimal dari beberapa
penelitian berkisar antara 9 - 12 bulan dan 12 24 bulan.
Secara klinis, tipe dermatitis kontak iritan ini banyak
terlihat di region genital, bokong, bagian paha atas, dan
bagian bagian bawah perut.

Epidemiologi

Etiologi
Dia
re

Mik
gan roor
i sm
e

Zat
irita kimia
n

Fes
es

Uri
n

Suh
Lem u
&G bap
ese
kan

Ma
ole serasi
ha
ir

air yang berlebihan memberikan efek


pada stratum korneum. Pertama,
membuat permukaan kulit lebih rapuh
sehingga lebih gampang untuk terjadi
gesekan. Kedua, mengganggu fungsi
proteksi barier sehingga memudahkan
masuknya mikroorganisme

1. Maserasi oleh air

Faktor lain yang berperan adalah kelembaban dan


gesekan. Lingkungan di dalam popok yang lembab
dan seringnya gesekan antara kulit dan popok
menyebabkan fungsi barier kulit terganggu dan
mempermudah penetrasi zat-zat iritan

2. Suhu yang lembap dan


Gesekan

3. Urin

Bayi yang baru lahir mengeluarkan


urin lebih dari 20 kali dalam 24 jam.
Frekuensi ini berkurang seiring
bertambahnya usia menjadi rata-rata
7 kali dalam 24 jam saat usia 12
bulan. Dalam beberapa tahun
dipercaya bahwa amonia, diproduksi
oleh degenerasi bakteri dari urea
yang ada pada urin bayi yang
merupakan penyebab utama dari
dermatitis popok. Tapi sekarang
sudah jelas bahwa semakin alkalis
pH urin, maka akan semakin mudah
menyebabkan dermatitis popok

Feses bayi mengandung substansi protease, urease, dan lipase serta


beberapa enzim yang dihasilkan oleh bakteri. Dimana enzim ini yang
menyebabkan iritasi kulit. Efek dari iritan ini tergantung pada fungsi
barier dan level pH. Salah satu faktor yang telah terbukti dari pH feses
adalah makanan bayi, pH tinggi ditemukan pada bayi yang
mengkonsumsi susu sapi formula.

4. Feses

Pengguanaan sabun cair dan bedak, keduanya


memicu atau meningktakan resiko terkena
dermatitis iritan

5. Zat Kimia Iritan

Hampir 80% Candida albicans berhasil


diidentifikasi pada bayi dengan iritasi
kulit perianal dan menjadi penyebab
terbanyak dermatitis popok. Infeksi
terjadi umumnya 48 - 72 jam setelah
iritasi. Bakteri seperti Staphylococcus
aureus atau Streptokokus grup A juga
dapat menyebabkan erupsi di daerah
popok.

6. Mikroorganisme

Produksi feses yang cair terus


menerus di ikuti dengan waktu
transmisi yang memendek, jumblah
bakteri yang lebih banyak dan enzim
tinja merupakan faktor yang bisa
menyebabkan dermatitis popok.

7. Diare

Dermatitis popok diawali dengan lesi eritem yang jelas


Lesi bisa berkembang menjadi papul eritem disertai
edema dan deskuamasi ringan sesuai intensitas waktu.
Normalnya, terjadi di area yang permukaannya konvex
seperti bokong, paha atas, abdomen bawah, pubis, labia
mayora dan skrotum.
Terdapat Papul
Pada beberapa kasus yang berat, erupsi mungkin
berkembang menjadi maserasi dan eksudasi, membentuk
papul, vesikel atau bula, erosi hingga ulserasi, perluasan
erupsi hingga penis, vulva dan organ genital lain

Manifestasi Klinis

Patofisiologi

1. Dermatitis

popok
Dermatitis popok diawali dengan lesi eritem yang jelas dan
konfluen setelah pemakaian popok. Lesi bisa berkembang
menjadi papul eritem disertai edema dan deskuamasi
ringan sesuai intensitas waktu. Normalnya, terjadi di area
yang permukaannya konvex seperti bokong, paha atas,
abdomen bawah, pubis, labia mayora dan skrotum.
Pada beberapa kasus yang berat, erupsi mungkin
berkembang menjadi maserasi dan eksudasi, membentuk
papul, vesikel atau bula, erosi hingga ulserasi, perluasan
erupsi hingga penis, vulva dan organ genital lain.

Diagnosis Banding

Dermatitis popok

2. Candida Diaper Dermatitis


Candida dermatitis popok adalah yang kedua paling sering terjadi dari
dermatitis popok ditandai dengan eritematous merah terang, papula
patch lembab, dan plak yang cenderung melibatkan lipatan tubuh serta
permukaan cembung. Lesi satelit merupakan gejala yang khas selain
kehadiran oral thrush. Candida dari intestinal flora yang sering
mengkontaminasi dermatitis popok yang dialami lebih dari 3 hari, dan
tingkat infeksi Candida meningkat dengan keparahan klinis dari
dermatitis yand dialami.

3. Tinea Kruris

Tinea kruris adalah dermatofitosis yang biasanya mengenai daerah lipat


paha, daerah perineum dan sekitar anus. Lesi pada kulit terbatas pada daerah
genito-krural saja, atau meluas ke sekitar anus, daerah gluteus dan perut
bagian bawah, atau bagian tubuh lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela
paha merupakan lesi yang berbatas tegas. Peradangan pada daerah tepi lebih
nyata dari pada daerah tengahnya. Efflorensinya dapat berupa sebagai eritem
multipel dengan papulovesikel yang berbatas tegas dan terjadi peninggian
tepi. Pasien sering mengeluhkan gatal, nyeri, dan biasa didapatkan maserasi
dan komplikasinya dapat berupa infeksi sekunder

4. Eritrasma
Penyakit tersering berlokalisata di sela paha. Efloresensi yang
sama yaitu eritem dan skuama, pada seluruh lesi merupakan
tanda-tanda khas penyakit ini. Pemeriksaan lampu wood
dapat menolong dengan adanya flurosensi merah (coral red)

Diagnosa penyakit melalui anamnesis dan gambaran


klinis sangat penting. Pemeriksaan laboratorium
penunjang seperti KOH 10% diperlukan untuk
menentukan apakah ada superinfeksi dengan candida
albicans dan pemeriksaan gram diperlukan untuk
mengetahui superinfeksi seperti stapylococcus

Diagnosa

Skor
0

Derajat
Tidak Ada

Gejala
Tidak ada kelainan( mungkin ada sedikit kekeringan,
tidak /satu papul tanp kemerahan)

0.5

Sangat ringan

cenderung berwarna merah muda di daerah yang


sangat kecil (<2%), mungkin memiliki satu
papul / atau sedikit kekeringan.

1,0

Ringan

Cenderung warna merah muda di daerah kecil


(2% -10%) atau pasti kemerahan di daerah yang
sangat kecil (<2%) atau tersebar
papula / atau sedikit kering / bersisik

Tingkat keparahan Dermatitis Popok

Skor

Derajat

Gejala

1.5

Ringan Sedang

Cenderung warna merah muda jelas di area yang


lebih besar (10%) atau pasti kemerahan di daerah
kecil (2% -10%) atau kemerahannya sangat intens
di daerah yang sangat kecil (<2%) dan / atau
papula tersebar (<10% daerah) dan / atau
kekeringan sedang / bersisik

2.0

Sedang

Kemerahan yang pasti dalam area yang lebih besar


(10% -50%) atau kemerahan yang sangat intens di
daerah yang sangat kecil (<2%) dan / atau satu
dari beberapa area papula (10% -50%) dengan
lima atau lebih sedikit pustula, mungkin sedikit
memiliki deskuamasi atau edema

2.5

Sedang/Berat

kemerahan Pasti di daerah yang sangat besar (>


50%) atau kemerahan yang sangat intens di daerah
kecil (2% -10%) tanpa edema
dan / atau daerah yang lebih besar (> 50%) dari
beberapa papula dan / atau pustula; mungkin
memiliki deskuamasi moderat dan / atau edema

Skor
3.0

Derajat
Berat

Gejala
Kemerahan sangat intens di daerah yang lebih
besar (> 10%) dan / atau deskuamasi berat, edema
berat , erosi dan ulserasi;
mungkin memiliki daerah papula yang besar dan
konfluen atau banyak pustula / vesikel

Pengobatan non medikamentosa


Penggunaan popok yang mengandung gel superabsorbent telah
terbukti efektif dalam mencegah dermatitis popok pada bayi dan
neonatus. Itu lebih bagus menyerap kelembaban dari kulit. Popok
kain dan popok yang lama dipakai kebiasaannya cenderung
menyebabkan dermatitis popok.
Selain itu, popok harus diganti untuk mengurangi resiko gesekan
dan iritasi pada area popok yang sering terpapar oleh urin dan feses.
Bagi bayi yang baru lahir, sebaiknya popok diganti setiap 2 jam per
hari.
Setiap mengganti popok sebaiknya dioleskan emolien untuk
mencegah masuknya air ke kulit. Jika popok kotor, sebelum diganti
daerah popok sebaiknya dibersihkan dengan air lalu dikeringkan
dengan kapas dan dioleskan emolien.

Penatalaksanaan

Pengobatan medikamentosa
Sistemik
Anti biotik sistemik sangat jarang digunakan dan tidak
ada bukti bahwa nistatin oral dapat berfungsi sebagai
profilaksis jika dikombinasikan dengan anti candida
topikal.
Topikal
a. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal yang dianjurkan adalah yang
berpotensi ringan (mis : krim . Hidrokortison 1% - 2,5
%) dan umumnya diberi untuk jangka waktu 3 7 hari.
Penggunaan steroid poten merupakan kontraindikasi
karena dapat menimbulkan efek samping yang cukup
banyak.

b. Anti jamur topikal


Nistatin atau imidazol terbukti aman dan efektif
untuk pengobatan kandida, klotrimazol 1% dan
mikonazol 2 % juga dapat digunakan. Syarat
pemberian anti jamur topikal
Jika ruam berlanjut > 3 hari
Mengobati ibu menyusui jika terinfeksi
nistatin oral adalah tambahan yang wajar jika sariawan
hadir
Jangan pernah menggunakan kombinasi antijamurkortikosteroid produk di area popok.

erosi sampai ulserasi dengan tepi lesi yang meninggi


(Jacquet Erosive Diaper Dermatitis)
papul dan nodul pseudoverukosa serta nodul dan plak
keunguan (Granuloma Gluteal Infantum).1
Jacquet dermatitis erosif, merupakan bentuk komplikasi
dermatitis popok yang paling berat dan dapat terjadi pada
setiap usia. Kondisi ini bisa terjadi akibat diare. Hal ini
ditandai dengan nodul eritematosa, erosi, batas
tegas,ulserasi atau erosi dengan batas yang meninggi. Hal
ini sudah jarang terjadi sejak munculnya popok daya
serap tinggi.

Komplikasi

Dermatitis popok iritan memiliki respons yang berbeda-beda


terhadap pengobatan, dan dalam jangka waktu lama bisa
membaik dengan sendirinya jika pemakaian popok dihentikan.
Meskipun begitu, pada beberapa anak, erupsi di daerah popok
hanya sebagai salah satu tanda adanya kemungkinan penyakit
kulit kronis yang lain, terutama psoriasis dan dermatitis atopi.
Sehingga sulit untuk mengatakan pada orang tua dengan anak
yang mengalami ruam popok bahwa prognosisnya selalu baik.
Selain itu, kemungkinan dermatitis popok berulang juga tinggi
pada anak-anak yang sebelumnya sudah pernah mengalami
ruam popok.

Prognosis

Chang MW,Orlow SJ, Neonatus, Pediatric and Adolescent Dermatology


In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell
DJ, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 7th Edition.
New York : The McGraw-Hill Companies ; 2008. p. 942-945.
Serdaroglu S, Ustunba TK. Diaper Dermatitis (Napkin Dermatitis,
Nappy Rash), J Turk Acad Dermatol 2010 ; 4 : 1-4.
Wilkinson S.M., Beck M.H, Contact Dermatitis : Irritant In : D.A.
Burns, S.M. Breathnach, N.H. Cox, C.E.M. Griffiths, editors. Rooks
Textbook of Dermatology 8th Edition, UK : Wiley-Blackwell ; 2010. p.
1086.
Bikowski J, Update on Prevention and Treatment of Diaper Dermatitis,
Pract Dermatol Pediatri. 2011: 1-4.
Stamatas GN, Tierney NK. Diaper Dermatitis: Etiology, Manifestations,
Prevention, and Management, Pediatric Dermatology. 2013; 31 : 1-4.

Daftar Pustaka

James WD, Berger TG, Elston DM. Atopic Dermatitis, Eczema, and non-Infectious
Immunodeficiency Disorders In : James DW, Berger TG, Elston DM, editors.
Andrews diseases of The Skin : Clinical Dermatology 10th Edition. Canada :
Saunders Elseviers ; 2006. p. 80.
Wolff, k. and r.a. johnson, tinea cruris, in FITZPATRICKS COLOR ATLAS AND
SYNOPSIS OF CLINICAL DERMATOLOGY2009, mac graw hill: new york.p. 63132
Panahi y, dkk. A Randomized Comparative Trial on the Therapeutic Efficacy of
Topical Aloe vera and Calendule officinalis on Diaper Dermatitis in Children. the
scientific world journal. 2012:5
CH L, dkk. A survey of Risk Factors for children Aged 1-24 months in China journal
of internasional Medical Research. 2012:1753.

Budimulja, U eritrasma, in ilmu penyakit kulit dan kelamin, d. adi, m. hamzah, and
s. aisyah, Editors. 2011, FKUI: jakarta. p. 334-35.
Habif T. clinical Dermatology. 4 th ed 2004. p. 1372.

Daftar Pustaka

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai