Anda di halaman 1dari 5

Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)

Alat penukar panas adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan sejumlah panas tertentu
dari fluida panas ke fluida dingin. Proses perpindahan panas dapat terjadi karena adanya
perbedaan temperatur antara fluida panas dengan fluida dingin yang terjadi dalam sebuah
sistem.

Meknisme perpindahan panas yang terjadi pada heat exchanger berupa konduksi dan
konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi akibat perpindahan momentum dari
molekul atau atom tanpa proses pencampuran (tanpa disertai gerakan zat) yaitu terjadi pada
dinding pipa atau tube. Perpindahan panas secara konveksi terjadi akibat perpindahan energi
panas dari fluida panas ke fluida dingin karena pencampuran oleh gerakan fluida sampai
temperatur di fluida dingin seragam.
Jenis aliran pada heat exchanger terbagi menjadi dua searah (parallel flow) dan tidak searah
(counterflow). Pada aliran searah (parallel flow) fluida panas dan fluida dingin mengalir
paralel dalam arah yang sama, fluida panas akan berkontak dengan fluida dingin kemudian
akan mengalami penurunan temperatur yang sangat besar, sehingga fluida dingin hanya dapat
mengalami pemanasan yang kecil. Pada aliran counterflow, bahan panas dan dingin mengalir
dalam arah yang berlawanan, fluida panas mula mula masuk memberikan panasnya kepada
fluida dingin dimana suhu keluaran fluida dingin harus lebih rendah sedikit dibandingkan
dengan suhu fluida panas yang masuk, sehingga fluida dingin dapat termanfaatkan dengan
baik dan yang dibutuhkan lebih sedikit.

Gambar 2.1 Profil temperatur dan jenis aliran pada heat exchanger : (a) searah (parallel
flow) ; (b) tidak searah (counterflow).
Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :
1. Koefisien overall perpindahan panas (U) Koefisien overall perpindahan panas
menggambarkan mudah atau gabungan proses konduksi dan konveksi. Factor factor
yang berpengaruh adalah proses perpindahan panas, keadaan fisik fluida (densitas,
viskositas, panas jenis, konduktivitas termal), dan penyusunan secara fisik.
2. Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas.
3. Selisih temperatur rata rata (T LMTD).
1. Shell and Tube Exchanger
Heat exchanger tipe shell dan tube pada dasarnya terdiri dari berkas tube yang dipasangkan di
dalam shell yang berbentuk silinder. Bagian ujung dari berkas tube dikencangkan pada dudukan
tube yang disebut tube sheet dan sekaligus

berfungsi untuk memisahkan fluida yang mengalir di sisi tube. Heat exchanger tipe shell and
tube paling umum digunakan dalam industri karena memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya :
Memiliki permukaan perpindahan panas per satuan volume yang lebih besar. Mempunyai
susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik untuk operasi bertekanan.
Tersedia

dalam

berbagai

pengoperasian lebih mudah.

bahan

konteruksi.

Proseur

Gambar 2.2 Heat exchanger shell and tube


Komponen penyusun Heat Exchanger jenis shell and tube :
a. Shell
Merupakan bagian tangah alat penukar panas dan tempat untuk tube bundle.
b. Tube
Merupakan pipa kecil yang tersusun didalam shell yang merupakan tempat fluida
yang akan dipanaskan ataupun didinginkan.
c. Tube sheet
Komponen ini adalah salah flat lingkaran yang fungsinya memegang ujung ujung
tube dan juga sebagi pemabatas aliran fluida di sisi shell dan tube.
d. Tube pitch
Tube pitch adalah jarak center-to-center dimana tube tube yang berdekatan. Lubang
tube tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak tube yang terlalu
dekat akan melemahkan sturuktur penyanggang tube. Jarak tedekat kedua tube yang
berdekatan disebut clearance. Tube diletakan dengan susunan bujur sangkar atau
segitiga seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Tube Layout yang umum pade HE

e. Tube side channels and nozzle


Berfungsi untuk mengatur aliran fluida pada sisi tube.
f. Baffle
Pada umumnya tinggi segmen potongan dari baffle adalah seperempat diameter dalam
shell yang disebut 25% cut segmental baffle. Baffle tersebut

belubang lubang agar bias dilalui oleh tube yang diletakkan pada rod-baffle. Baffle
digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang lebih tinggi akan
diperoleh.

Gambar 2.4 Segmental baffle


2.3Analisa Kinerja Heat Exchanger
Untuk menganalisa kinerja suatu Heat exchanger, parameter parameter yang dapat
dipakai adalah :
1. Efesiensi panas ()
Efektifitas panas adalah rasio dari kuantitas panas yang dipindahkan aleh fluida

terhadap nilai kuantitas panas maksimum yang dapat dipindahkan oleh fluida tersebut.
Efesiensi panas dapat didefinisaikan pula sebagai panas yang termanfaatkan oleh fluida
terhadap panas masuk yang dapat dimanfaatkan secara maksimum.
2. Fauling factor (Rd)
Fauling factor adalah kotoran (kerak) yang terbentuk selama penukar kalor
dioperasikan dan akan menyebabkan koefisien perpindahan kalor menjadi
berkurang.

RD (hitung)

= dirf faktor

UC

= koefisien perpindahan kalor dalam keadaan bersih.

UD

= koefisien perpindahan kalor dalam keadaan kotor.

RD (ketentuan) = dirf factor maksimum yang dihitung bila kedua permukaan pipa tidak
dibersihkan. Harga ini merupakan batas tahanan yang maksimum, dimana setelah itu kalor
yang diijinkan menjadi lebih kecil dari yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai