MULTIKULTURAL DI INDONESIA
KELOMPOK 1
UAJ 180 MULTIKULTURALISME
SEKSI J
OLEH :
dengan sajian makanan mulai dari yang manis sampai yang gurih, semua pun dihidangkan.
Lalu ada juga tradisi memakai baju berwarna merah dan baru sebagai simbol bahwa di tahun
yang baru semua merayakannya dengan penuh sukacita serta tampil baru. Dan tradisi lainnya
yaitu memberikan angpao kepada generasi muda(yang belum menikah) dengan harapan agar
yang menerima angpao bisa mendapatkan keberuntungan dan nasib baik di sepanjang tahun
baru. Tradisi-tradisi ini sudah saya terima sejak kecil, terutama saat saya berada di bangku
Sekolah Dasar, dimana saya mulai menceritakan kepada teman-teman sepantara saya yang
ternyata beberapa dari mereka pun ada yang memiliki tradisi yang sama, namun ada juga
yang tidak sama bahkan ada juga yang tidak merayakannya. Hal tersebut menjadikan
pengalaman dalam hidup saya dimana saya bisa mulai belajar mengenai perbedaan etnis dan
budaya antar sesama teman sekolah saya. Dari pencermatan dan penilaian yang berdasarkan
pada pengalaman saya adalah bahwa di Indonesia ini, masyarakat Indonesia termasuk
masyarakat yang majemuk yang memiliki berbagai macam suku dan budaya yang berbeda.
Saya pun menjadi belajar untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan etnis ini
karena saya diajarkan untuk tidak membeda-bedakan etnis dalam lingkup pergaulan. Tentu
saja saya juga belajar dalam konsep multikultural ini bahwa saya harus bisa menyikapi
dengan baik keanekaragaman yang ada ini agar bisa menjadi masyarakat yang bisa bersamasama membentuk suatu mosaik budaya negara yang rukun dan sejahtera.
Dengan berbagai kebudayaan ini menjadikan ciri bangsa Indonesia yang majemuk
(pluralistik) yang terdiri dari berbagai macam budaya membuat suatu budaya menjadi ada
yang dominan dan ada yang kurang dominan. Walaupun suku-suku dan kelompok etnis ini
hidup dalam wilayah sosio-politik yang sama dan berbaur dalam wilayah publik yang sama
tetapi tetap hidup dalam sekat budaya nya masing-masing. Hal tersebut membuat kelompok
etnis tertentu menjadi berbeda-beda pendapat yang kerap kali menimbulkan berbagai macam
argument dan konflik. Mengapa masih saja sering terjadi konflik antar etnis? Hal tersebut
dikarenakan konflik-konflik terjadi bukan karena perbedaan saja, melainkan adanya faktorfaktor lain yang membuat perbedaan itu menjadi suatu alat untuk menimbulkan konflik
kekerasan, padahal perbedaan itu tidak selalu menimbulkan konflik kekerasan. Namun salah
pengertian dan upaya penyeragaman antar budaya dan etnis masing-masing.
Kiranya diperlukan juga gerakan multikulturalisme yang bukan hanya dilakukan secara
individu, tetapi didalamnya menyangkut gerakan dalam segala aspek kemanusiaan. Hal
tersebut kiranya dapat membawa dampak yang positif bagi seluruh masyarakat agar tidak
terjadi kesenjangan-kesenjangan baik dari segi ekonomi-sosial-politik-pendidikan-budaya.
Daftar Pustaka
http://www.academia.edu/1153090/Jatidiri_Budaya_dalam_Masyarakat_Multikultur
Molan, Benyamin, dkk. 2015. Multikulturalisme. Jakarta: Indeks.