Anda di halaman 1dari 9

SEMINAR DOKTER MUDA

ILMU KEDOKTERAN JIWA


GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Disusun oleh:
Yanuar Ari

011131208

Agung Nugraha G

011131209

Kurnia Amandhari D

011131210

Hana Angelia K

011131211

Gadiza Raiznintha P

011131212

Fika Oktaviani

011131213

Mohammad Agung Marzah

010810577

Median Brahmantyo

010810578

Dien Aulia

010810579

Dilly Niza Paramita

010810580

Cyntia Puspa Pitaloka

010810581

Hamzah Thalib

010810582

Pembimbing:
dr. Yunias, Sp.KJ
BAGIAN/SMF PSIKIATRI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOETOMO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA, 2012

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH


A. Pengertian Gangguan Cemas Menyeluruh
Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan
respon adaptasi terhadap ancaman yang mempersiapkan individu tersebut untuk
flight or fight. Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan
mengalami gangguan cemas menyeluruh.
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang
hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan
sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan

otot,

iritabilitas,

kesulitan

tidur,

dan

kegelisahan

sehingga

menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi
sosial dan pekerjaan (Sadock,1997).
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang
berlebihan tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang
jelas untuk khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat
menyebabkan timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan
kehidupan sosial (Sadock,1997).

B. Etiologi Gangguan Cemas Menyeluruh


Penyebab gangguan cemas menyeluruh ini belum diketahui secara pasti.
Hanya saja disebutkan bahwa faktor biologi dan psikologi memiliki peran terhadap
terjadinya gangguan cemas menyeluruh.
1. Faktor Biologi
Efikasi terapi obat benzodiazepin dan azaspiron (buspiron) terfokus pada sistem
neurotransmitter GABA dan serotonin. Benzodiazepin diketahui dapat mengurangi
kecemasan, sebaliknya flumazenil (reseptor antagonis benzodiazepin) dapat
memicu kecemasan. Walaupun tudak ada data yang mebuktikan bahwa reseptor

benzodiazepin pada pasien gangguan cemas menyeluruh adalah abnormal,


beberapa peneliti mengatakan bahwa konsentrasi reseptor benzodiazepin tertinggi
terdapat pada lobus occipitalis. Area otak lain yang dicurigai berperan dalam
terjadinya gangguan cemas menyeluruh adalah basal ganglia, sistem limbik, dan
korteks lobus frontalis.
Dikarenakan buspiron merupakan agonis terhadap reseptor serotonin,
sehingga ada hipotesis yang menyebutkan bahwa terjadi gangguan regulasi dari
sistem serotonergik pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh.
Neurotransmitter lain yang masih menjadi subjek penelitian pada gangguan
cemas menyeluruh adalah norepinephrine, glutamat, dan sistem kolesistokinin.
Suatu studi dengan pemeriksaan Positron Emission Tomography
melaporkan bahwa laju metabolik pada basal ganglia dan white matter pada pasien
gangguan cemas menyeluruh lebih rendah dibanding pada orang normal.
2. Faktor Psikososial
Faktor psikososial yang mengarah pada perkembangan gangguan cemas
menyeluruh adalah cognitive-behaviour dan psikoanalitik. Berdasarkan pada
cognitive-behaviour, pasien dengan gangguan cemas menyeluruh merespon suatu
ancaman secara kurang tepat dan benar. Ketidaktepatan ini dihasilkan dari
perhatian yang selektif terhadap suatu hal negatif di lingkungannya dengan cara
mendistorsi pemrosesan informasi dan dengan cara memandang terlalu negatif
terhadap kemampuan dirinya dalam hal mengatasi suatu masalah.
Hipotesis psikoanalitik menyebutkan bahwa kecemasan merupakan gejala
dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.

C. Gejala dan Tanda Gangguan Cemas Menyeluruh


Gambaran umum penyakit ini adalah kekhawatiran yang tidak sebanding
dengan stressor yang sesungguhnya dalam kehidupan. Gangguan cemas sendiri
dibagi menjadi 2 yaitu gangguan anxietas kontinyu dengan episodik. Gangguan
cemas menyeluruh adalah bentuk dari kecemasan kontinyu.
Gejala yang terjadi harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan,adapun keluhan lain meliputi kecemasan misalnya khawatir akan nasib
buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi. Selain itu terdapat pula
ketegangan motorik, misalnya gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai.
2

Overaktivitas otonomik juga ditemukan misalnya adanya kepala terasa ringan,


berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing, mulut
kering.
Gejala gangguan cemas menyeluruh ada yang mengelompokan nya menjadi
sindroma anxietas, dimana adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak
realistik terhadap 2 hal atau lebih yang dipersepsikan sebagai ancaman sehingga
tidak mampu istirahat. Selain itu, ada paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
-

ketegangan motorik misalnya:


1. Kedutan otot atau rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/ pegal linu
3. Tidak bisa diam
4. Mudah lelah

hiperaktivitas otonomik misalnya :


5. Nafas pendek/ terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/ melayang
10. Mual, mencret, perut tidak enak
11. Muka panas/badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
13. Sukar menelan/ rasa tersumbat

kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang:


14. Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
15. Mudah kaget/terkejut
16. Sulit konsentrasi
17. Sukar tidur
18. Mudah tersinggung
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala

penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.


Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan somatic berulang yang menonjol.

D. Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh


Gangguan cemas menyeluruh, menurut DSM-IV-TR, ditandai dengan pola
yang sering, kekhawatiran terus-menerus dan kegelisahan yang tidak sesuai dengan
dampak dari peristiwa atau keadaan yang merupakan fokus dari rasa khawatir.
Perbedaan antara gangguan cemas menyeluruh dan kecemasan yang normal
ditekankan dalam kriteria yang menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit
dikendalikan; dan gejala yang menyebabkan penurunan yang signifikan.
a. Kecemasan yang berlebihan dan khawatir dapat terjadi harian atau minimal
selama minimal 6 bulan, atau pada beberapa acara atau kegiatan (seperti
pekerjaan atau saat aktivitas sekolah).
b. Orang yang mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa khawatir.
c. Kecemasan dan kekhawatiran berkaitan dengan tiga (atau lebih) dari enam
gejala berikut (dengan setidaknya beberapa gejala ada selama 6 bulan terakhir).
Catatan: Hanya satu gejala saja yang diperlukan pada anak.
1) Kegelisahan atau perasaan tegang saat mendekati hari yang ditentukan.
2) Menjadi mudah lelah
3) Sulit berkonsentrasi atau pikiran akan kosong
4) Mudah marah
5) Ketegangan otot
6) Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai tidur, atau tidur tidak nyenyak)
d. Fokus dari kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada isi daripada
gangguan Axis I, misalnya, kecemasan atau kekhawatiran yang bukan tentang
serangan panik (seperti pada gangguan panik), menjadi malu bila muncul di
depan umum (seperti dalam fobia sosial), berada jauh dari rumah atau kerabat
dekat (seperti pada gangguan kecemasan perpisahan), kenaikan berat badan
(seperti dalam anoreksia nervosa), memiliki beberapa keluhan fisik (seperti
pada gangguan somatisasi), atau memiliki penyakit yang serius (seperti dalam
hypochondriasis), dan kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi secara
eksklusif selama gangguan stres pasca trauma.
e. Kecemasan, khawatir, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam social atau pekerjaan.
f. Gangguan itu bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara khusus selama gangguan mood,
gangguan psikotik, atau pervasive developmental disorder.

Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnosis untuk gangguan cemas menyeluruh


(F41.1) adalah:
o penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
free floating atau mengambang)
o gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit

konsentrasi, dsb)
ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);

dan
overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-

debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
o pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
o adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesifkompulsif.

E. Prognosis
Baik tidaknya prognosis pada gangguan cemas menyeluruh tergantung pada
tingkat keparahan dari kondisi yang terjadi.

Tanpa terapi, gangguan cemas

menyeluruh bisa terus berlanjut dan terus muncul dalam kehidupan pasien.
Prognosis semakin buruk pada orang yang memiliki lebih dari satu jenis gangguan
kecemasan. Terlebih, pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh ini
biasanya lebih sering atau punya kecenderungan untuk menjadi perokok berat,
minum alcohol, dan menggunakan obat-obat tertentu dibandingkan orang normal
yang tidak menderita gangguan. Masing-masing dari hal tersebut di atas membuat
gejala cemas menjadi lebih mudah muncul dalam jangka waktu yang pendek. Serta
adiksi pada nikotin, alkohol, dan obat-obatan akan memperburuk keadaan jangka
panjang dan secara signifikan memengaruhi kondisi kesehatan secara umum. Akan
tetapi, sebagian besar pasien menunjukkan perbaikan dengan kombinasi terapi

medikasi dan terapi kognitif perilaku (cognitive behavioural therapy). Statistik


menunjukkan dengan terapi yang adekuat, sekitar 50% pasien membaik keadannya
dalam 3 minggu semenjak terapi dimulai.

F. Penatalaksanaan Gangguan Cemas Menyeluruh


1. Psikoterapi
a. Psikodinamik (Insight), ditujukan untuk mengungkap konflik masa lalu
yang mendasari dan merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya
b. CBT (Cognitive-Behavioral Therapy), dengan cognitive restructuring, yaitu
mengidentifikasi pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kecemasan lalu
menggantinya dengan respon coping yang lebih positif
c. Relaxation Training, latihan untuk menurunkan bangkitan fisiologik yang
berlebihan
d. Suportif
2. Somatoterapi
a. Ansiolitik Benzodiazepin,
Ansiolitik yang paling sering digunakan
Tidak mengurangi kekhawatiran, namun mengatasi kecemasan dengan
menurunkan kewaspadaan dan dengan menghilagkan gejala somatik
seperti ketegangan otot
Semua benzodiazepin memiliki efikasi yang sama, menyebabkan sedasi,
gangguan kosentrasi, dan amnesia anterograde. Spektrum klinis
benzodiazepin meliputi:
o Ansiolitik
o Antikonvulsan
o Antiinsomnia
o Premedikasi bedah
Beberapa contoh benzodiazepin:
a) Diazepam dan Chlordiazepoxide,

merupakan

benzodiazepin

broadspectrum
b) Nitrazepam dan Flurazepam, lebih efektif sebagai antiinsomnia
karena dosis antiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
c) Midazolam, onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi
bedah
d) Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam, lebih efektif sebagai
anticemas karena dosis antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan
e) Clobazam, efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil,
cocok untuk pasien dewasa atau pasien lansia yang ingin aktif

f) Lorazepam, benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak


ada akumulasi obat yang signifikan pada dosis terapi, cocok untuk
pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal
g) Alprazolam, efektif untuk ansietas antisipatorik, memiliki onset
cepat dan komponen anti depresi
b. Ansiolitik Non Benzodiazepin
a) Sulpiride, efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom ansietas
dan resiko ketergantungan paling kecil
b) Buspirone, obat yang sering digunakan untuk pasien dengan kecemasan
kronik, pasien yang relaps setelah terapi dengan benzodiazepin, dan
pasien

dengan

riwayat

penyalahgunaan

zat.

Tidak

seperti

benzodiazepin, buspirone lebih mengurangi kecemasan daripada gejala


somatik pada Gangguan cemas menyelurh (Generalized Anxiety
Disorder, GAD). Buspirone sama efektifnya dengan benzodiazepin
untuk terapi pasien dengan GAD. Buspiron juga tidak menyebabkan
ketergantungan dan toleransi. Namun perlu diinformasikan pada pasien
bahwa, tidak seperti benzodiazepin yang dapat langsung menghilangkan
gejala kecemasan, onset Buspirone perlu 2-3 minggu.
c. Antidepresan Trisiklik, Imipramine, efektif dalam mengendalikan
kecemasan pada GAD, namun belum diteliti efektivitasnya jika
dibandingkan dengan Benzodiazepin atau Buspirone. Dapat juga digunakan
alternatif

Desmipramine

atau

Nortriptiline

dengan

efek

samping

antikolinergik dan antiadrenergik yang lebih ringan.


d. Antidepresan Atipikal, Trazodone, untuk pasien yang tidak merespon pada
agen yang lain, penggunaan dibatasi karena efek samping sedasi dan
priapismus yang tinggi. Nefazodone dapat digunakan sebagai alternatif
karena efek sampingnya lebih dapat ditoleransi
e. Antidepresan Atipikal, Venlafaxine, memiliki efek anticemas dan
antidepresi untuk pasien dengan GAM disertai Depresi Mayor

REFERENSI

American Family Physician. http://www.aafp.org/afp/2000/1001/p1591.html


Maslim, R. 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta : PT Nuh Jaya, hal 74
Maslim, R. 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta : PT Nuh
Jaya
RSUD Dr. Soetomo. 2004, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kedokteran
Jiwa. Edisi III. Surabaya.
Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety Disorder in :
Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th
Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2007. p. 623-7
Zieve , David. 2012. Generalized Anxiety Disorder [Online] Diakses tanggal 11 April
2012. Availabvle from : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001915/
http://www.patient.co.uk/health/Anxiety-Generalised-Anxiety-Disorder.htm
http://www.onlymyhealth.com/what-prognosis-generalised-anxiety-disorder-12977616527

Anda mungkin juga menyukai