2295 - Jurnal Vol 6 No 2 Nov 2012 PDF
2295 - Jurnal Vol 6 No 2 Nov 2012 PDF
2 November 2012
Abstract
The Civil Servants performance and competency matters are some of the main issues occurring in the governments
ongoing bureaucratic reformation to date. Therefore, a call on appropriate system is needed to support Civil
Servants performance. This can be made with well-coordinated and recorded data and activities of. This paper
discusses the importance of ISO 9001:2008 certification for institution performance and competency enhancement of
Forestry Research Office (BPK) of Banjarbaru. The study results show that the ISO 9001certification is an
appropriate option to be implemented in the BPK of Banjarbaru as forestry research and development institution. To
this end, it could support the BPK of Banjarbaru in achieving its vision and missions as well as its strategic plans and
goals.
Keywords: Performance, Competency, ISO 9001:2008 certification.
PENDAHULUAN
Sistem kepegawaian yang berlaku
di Indonesia belum memberikan perhatian
pengelolaan kinerja yang baik bagi para
pegawai negeri sipilnya. Akibatnya kinerja
dan kompetensi PNS selalu menjadi sorotan
dan tidak memuaskan banyak pihak.
Persoalan kinerja dan kompetensi menjadi
salah satu isu pokok seiring reformasi
birokrasi yang saat ini sedang di lakukan
pemerintah. Sejak Menteri Pemberdayaan
Aparatur Negara mengeluarkan Surat
Edaran Nomor: SE/28/M.PAN/10/2004
Tanggal 10 Oktober 2004 tentang Penataan
Pegawai Negeri Sipil (PNS), setiap instansi
baik pusat maupun daerah wajib
melaksanakan kegiatan berikut, pertama,
melakukan penataan PNS di lingkungan unit
kerja mengacu pada Keputusan Men.PAN
Nomor: Kep/23.2/M.PAN/2004 Tanggal 16
Februari 2004 tentang Pedoman Penataan
Pegawai. Kedua, setiap instansi wajib
melaksanakan analisis jabatan yang
mengacu pada Keputusan Men. PAN
Nomor: KEP/61/M.PAN/6/2004 Tanggal 21
Juni 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan
Analisis Jabatan. Ketiga, setiap instansi
pemerintah harus melaksanakan analisis
beban kerja berdasarkan/mengacu pada
Keputusan Men.PAN Nomor: KEP/75/M.
PAN/7/2004 Tanggal 23 Juli 2004 tentang
Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai
Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka
Penyusunan Formasi PNS. Adapun tujuan
dari penataan tersebut adalah memperbaiki
komposisi dan distribusi pegawai, sehingga
dapat di-berdayakan secara optimal dalam
rangka meningkatkan kompetensi aparatur
pemerintah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 Jo Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepe-
PENUTUP
Kinerja dan kompetensi pegawai
negeri sipil yang selama ini selalu menjadi
sorotan kurang baik berbagai pihak dapat
diatasi dengan menerapkan manajemen
kinerja dan sistem yang terukur dan
menyeluruh. Balai Penelitian Kehutanan
Banjarbaru saat ini sedang melakukan penerapan prinsip-prinsip manajemen kinerja
dengan menjajaki penerapan sertifikasi ISO
9001:2008. Konsistensi dalam implementasi
diperlukan agar dimasa datang harapan
menjadikan PNS yang profesional dan
kompeten dapat diwujudkan.
Penerapan sertifikasi ISO 9001:2008 ini
diharapkan dapat meningkatkan motivasi,
moral, dan kinerja karyawan Balai Penelitian
Kehutanan Banjarbaru. Dengan adanya
sistem ini, segala proses dan aktivitas di
Balai ini dapat terdokumentasi dan berjalan
dengan baik sesuai visi dan misi Balai
Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Selain itu
komunikasi internal dapat berjalan dengan
lancar, sehingga dapat meningkatkan
manajemen sumberdaya untuk mencapai
tujuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, W. 2010. Analisis Pengaruh
Kompetensi Sumber Daya Manusia
Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Universitas Bina Darma. http://blog.
binadarma.ac.id/wiwinagustian.
Diakses pada tanggal 2 Oktober
2012.
Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru.
20012. Visi dan Misi. www.foeribanjar
baru.or.id (diakses pada tanggal 14
Oktober 2012).
Abstrak
Gaji merupakan salah satu motivasi bagi seorang pegawai untuk bekerja secara profesional, sedangkan bagi
organisasi gaji merupakan hak pegawai yang harus dibayarkan sebagai pemberi kerja. Oleh karena ini sistem
penggajian harus dikelola secara profesional dengan memperhatikan segala aspek yang ada. Adapun tujuan
utamanya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan pegawai dan menciptakan efektifitas organisasi dalam mencapai
tujuan. Sistem manajeman penggajian PNS dalam instansi pemerintahan selama ini dipandang kurang profesional,
karena tidak memacu produktivitas pegawai, kurang adil baik secara internal maupun eksternal, dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup layak PNS. Tulisan ini mencoba menawarkan pemikiran sebagai salah satu solusi bagi
perbaikan sistem penggajian PNS dalam birokrasi pemerintahan tersebut.
Kata kunci: penggajian, kompetensi, profesionalitas
Abstract
Salary is a motivation to an employee to work professionally. Meanwhile to an organization as the employer, it should
be given as an employees right. Therefore, the payment system should be managed professionally, by considering
all existing aspects. The main goal is to create employees welfare and organizations effectiveness in achieving its
objectives. The recent civil servant payment management systems in government institutions are considered to be
less professional, since it fails to drive employees productivities, lack of internal and external fairness, and fails to
enable them a proper living fulfillment. This paper offers an idea of solution to improve civil servants payment system
in governmental bureaucracy.
Keywords: payment, competency, professionalism
PENDAHULUAN
Gaji merupakan pemberian pembayaran finansial kepada pegawai sebagai
balas jasa atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan dan sebagai motivasi atas
segala pelaksanaan kegiatan di waktu yang
pengertianprofesionalitas/#ixzz28yOVITjC
http://www.solopos.com
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, M. Joko (2002). Pegawai Negeri
Sipil Di Era Revolusi dan Otonomi,
Jakarta: Puslitbang BKN.
Almasdi, J. Suit. (1996). Aspek Sikap Mental
Dalam Manajemen Sumbar Daya
Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mulyasa,E. 2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Siagian, Sondang P. 1994. Patologi BirokrasiAnalisis, Identifikasi dan terapannya, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sofo. Francesco. (1999). Human Resource
Development, Perspective, Roles
and Practice Choice, Business and
Professional Publishing, Warriewood, NWS.
Usman, M. Uzer. (2005). Menjadi Guru
Profesional, Bandung: PT Rosda
Karya.
Republika, 01 Maret 2012.
Suara Merdeka, 29 November 2004.
http://tempatsampahalice.blogspot.com/201
1/10/reformasi-birokrasi-sebagaisolusi-bagi.html
http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2259664-
Abstrak
Pegawai yang dibutuhkan oleh organisasi, selain mempunyai kemampuan yang diinginkan, juga memiliki
karakteristik pribadi yang sesuai dengan pekerjaannya. Dengan kedua kriteria tersebut diharapkan diperoleh
pegawai dengan produktivitas yang tinggi. Pengkajian ini merupakan pengkajian lanjutan yang hendak melakukan
pemetaan profil berdasarkan kesesuaian antara karakteristik kepribadian individu pegawai dengan klasifikasi
pekerjaannya. Hasil yang diperoleh dari pengkajian ini menunjukkan bahwa hanya ada satu rumpun jabatan yang
para pegawainya memiliki karakteristik kepribadian individu yang dianggap ideal. Dua rumpun yang lain juga
mempunyai karakteristik kepribadian yang dianggap ideal namun dengan urutan tingkat dominan yang berbeda,
sedangkan pada enam rumpun jabatan sisanya, para pegawainya dinyatakan memiliki karakteristik kepribadian yang
kurang sesuai. Validasi pengembangan item-item instrumen menunjukkan hasil bahwa setelah dilakukan uji validitas
sebanyak tiga kali,dari 60 item yang diuji, 27 diantaranya dinyatakan gugur dan 33 item lainnya dinyatakan valid.8
Kata kunci: produktivitas, rekrutmen, karakteristik kepribadian
Abstract
Employees that required by an organization are other than employees who have the ability to do the works, also
have personal characteristics that match the job. Those employees are expected to perform such high productivity.
This research is trying to conduct employees profiles mapping based on the fit between the individual personality
characteristics of the employee with the employees job classification. The results show that there is only one job
cluster that employees have individual personality characteristics that are considered ideal. Two others also have
personality characteristics that are considered ideal but with different order of dominance. Meanwhile the other six
job families are found to have unsuitable individual personality characteristics employees.The validation of the
developed instrument items, shows that after conducted three times validation test, of 60 items tested, 27 of them are
declared invalid and 33 items were declared valid.
Key words: productivity, recruitment, personality characteristics
PENDAHULUAN
Pegawai Negeri Sipil (PNS) hingga
kini masih dianggap sebagai pegawai yang
produktivitasnya rendah, bahkan dikatakan
sebagai beban anggaran negara karena
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_
sumber_daya_manusia#Rekrutmen
_. 26_Seleksi. Diakses 10 Oktober
2012, 11:59 WIB
DAFTAR PUSTAKA
Arep, Ishak dan Tanjung, Hendri. 2003.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: penerbit Universitas Trisakti.
Direktorat Rekrutmen dan Kinerja Pegawai.
2011. Penyusunan Instrumen
Penelusuran Bakat Sebagai Dasar
Rekrutmen.
Jakarta:
Badan
Kepegawaian Negara.
Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 2001.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Nawawi, H. Hadari. 2005. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Gadjah mada University Press.
Purwoko, Anang P. 2011. Sistem Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil Yang Efektif.
Jurnal Kebijakan dan Manajemen
PNS Civil Service. Vol.5 No.2
November 2011. P.75-90.
Simammora, Henry. 1997. Manajemen Sumber
Daya Manusia.Yogyakarta: STIE
YKPN.
Winkel, W.S & Sri Hastuti. 2005. Bimbingan
dan
Konseling
di
Institusi
Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.
Zainun, Buchari. 2001. Manajemen Sumber
Daya Manusia Indonesia. Jakarta:
PT. Toko Gunung Agung, Tbk.
http://www.wikiapbn.org/artikel/Rumpun_Jab
atan. Diakses 6 Oktober 2012, 1:55
WIB
Abstrak
Tulisan ini hendak membangun argumen bahwa kegagalan birokrasi yang beranjak dari kemampuan pelayanan rutin
menuju kemampuan berinovasi bukan sekedar persoalan logika teknokratis. Lebih dalam dari itu adalah mengurai
kerumitan relasi struktural di internal birokrasi itu sendiri. Trend naiknya dana perimbangan, belanja birokrasi,
penerimaan pegawai, kenaikan gaji tidak cukup membuat birokrasi itu efektif dan kompeten. Kerumitan relasi
struktural sangat berpengaruh karena birokrasi masih mencerminkan perspektif hierarkial intra-organisasional. Hal
ini terlihat dari aspek semrawutnya lalulintas kewenangan antar instansi (single task many institutions) dan
fragmentasi otoritas. Jika hendak menjadi birokrasi yang ramping, cerdas dan kuat maka harus dibangun perspektif
jaringan interorganisasional. Model relasi ini mensyaratkan pentingnya merampingkan struktur sambil memperluas
ruang lingkup kerja (single institution many tasks), mengutamakan leadership dan menyediakan insentif bagi
pemerintah daerahbaik secara personal maupun kelembagaanuntuk melakukan inovasi pelayanan publik.
Kata Kunci: kompetensi birokrasi, relasi hierarkial intra organisasional, relasi jaringan interorganisasional.
Abstract
This paper wants to build an argument that the failure of the bureaucracy moving from the capability of routine
service to the capability of innovating is not just a matter of technocratic logic per se. Moreover, the greater issue lies
on revealing the complexity of structural relationships in the internal bureaucracy itself. Things like the trend of
increasing of the balancing fund, government expenditure, employees recruitment, and wages, are not enough to
shape an effective and competent bureaucracy. The complexity of structural relationship does really have an effect
because bureaucracy reflects the hierarchical intra-organizational perspective. It is shown by the aspects of single
task many institutions and authority fragmentation. If bureaucracy is desired to be slim, smart and strong, then it will
be needed to build the perspective of inter-organizational network. This kind of relation model requires the
importance of having single institution many tasks, prioritizing leadership and providing incentives for the local
governments either personally or institutionallyto do the innovation of public services.
Keywords: competence bureaucracy, hierarchical intra-organizational relation, inter-organizational network relation
PENDAHULUAN
Seiring membaiknya perekonomian
negara berdampak bagi kian meningkatnya
dana perimbangan pusat dan daerah,
DAFTAR PUSTAKA
Wayne, Pace, R. dan Faules, D. F. 2002.
Komunikasi Organisasi: Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Cet. IV. Bandung: Rosda Karya.
Thelen, K. dan Steinmo, S. 1992. Historical
Instituonalism in Comparative
Politics. Dalam S. Steinmo, K.
Thelen, dan F. Longstreth (ed.),
Structuring Politics: Historical
Institusionalism in Comparative
Analysis. Cambridge: Cambridge
University Press.
North, Douglass, C. 1990. Institutions,
Institutional Change and Economic
Performance. New York: Cambridge
University Press.
Sumiharta, D. 2007. Institusionalisasi Hak
Politik Masyarakat Dalam Proses
Pembangunan, Kajian Tentang
Sistem Managemen Pembangunan
Partisipatif (SMPP) di Jawa Timur
(Tesis) Program Studi Ilmu Politik
Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi
Daerah. Yogyakarta: Pascasarjana
UGM.
Pratikno. 2007. Dinamika Politik dan
Jejaring Kepemerintahan Daerah:
Kemitraan,
Partisipasi,
dan
Pelayanan Publik, Yogyakarta:
PLOD UGM.
Hamengkubuwono, S. S. 2009. Reformasi
Kepemerintahan
dalam
Governance. Jakarta: Gava Media.
Pusat Penelitian dan Pengembangaan Gender pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan-Surakarta
Email: ismi_uns@yahoo.com
(diterima 3 September 2012, revisi 29 Oktober 2012, diterbitkan 14 November 2012)
Abstrak
Artikel ini mendiskusikan tentang kebijakan sumberdaya manusia di Indonesia yang belum mampu mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender, baik secara struktural maupun horizontal.
Adanya tuntutan untuk
mengintegrasikan kesetaraan dan keadilan gender dalam seluruh aspek pembangunan mensyaratkan adanya
reformasi kebijakan sumberdaya manusia yang adil gender. Artikel ini menawarkan reformasi kebijakan sumberdaya
manusia berupa affirmative action untuk mengeliminir praktek diskriminasi gender baik secara struktural maupun
horisontal.
Kata Kunci: diskriminasi gender, adil gender, setara gender, reformasi, manajemen sumberdaya manusia
Abstract
This article discusses about human resources management in Indonesia which has not achieve gender equality and
equity, both structurally and horizontally yet. The pressure to implement of gender equality and equity in all aspect of
development has been pushed to reform the policy of human resources management which lead to gender equity.
This article provides affirmative action as a choice of human resources policy reform to eliminate gender
discrimination, both structurally and horizontally.
Keywords: gender discrimination, gender equality, gender equity, reformation, human resources management.
PENDAHULUAN
Dewasa ini telah terjadi berbagai
macam perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan sumberdaya
manusia. Perubahan lingkungan yang terjadi
secara dinamis, baik dari dalam maupun
dari luar organisasi, mensyaratkan adanya
reformasi dalam praktik
manajemen
sumberdaya manusia. Pynes (2004)
menegaskan bahwa perubahan ekonomi,
sosial dan kultural, teknologi maupun hukum
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Jl. Kapas 9 Semaki Yogyakarta,
Email: bkhoiruddin@yahoo.com
(Diterima, 15 Oktober 2012, direvisi 1 November 2012, diterbitkan 14 November 2012)
Abstrak
Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan pentingnya pergeseran dalam kegiatan manajemen sumber daya
manusia yang mengintegrasikan pengelolaan pegawai bertalenta dengan tujuan organisasi. Manajemen talenta
mendesak diterapkan berkaitan dengan tantangan institusi yang semakin rumit dan kompleks. Tujuan besar
membutuhkan lebih banyak pegawai bertalenta unggul. Sumber daya manusia bertalenta perlu dikelola dengan cara
yang tidak biasa, agar dapat mendeteksi, mengembangkan, dan menggunakan talenta yang dimiliki untuk mencapai
tujuan pribadi dan organisasi secara lebih optimal.
Kata Kunci: manajemen talenta, perencanaan strategis, manajemen sumber daya manusia, perbaikan
berkelanjutan, kinerja institusi
Abstract
This paper is intended to explain the importance of a shift in the activities of human resource management that
integrates the management of talented employees with organizational goals. The talent management is urged to be
implemented as the challenges for the institution are getting more and more complicated. Aiming at big goals means
needing more superior talent. Talented human resources need to be managed in an unusual way, in order to detect,
develop, and use the talents of achieving personal and organizational goals more optimally.
Keywords:
talent management, strategic planning, human resources management, sustainable improvement,
institutional performance
PENDAHULUAN
Hari ini pasar tenaga kerja sedang
memasuki fase baru yang ditandai dengan
kelangkaan tenaga kerja dengan bakat
istimewa. Oleh karena itu, dalam dunia
pengembangan SDM, berkembang kajian
yang semakin serius tentang manajemen
talenta, sebagai sebuah upaya untuk
merekrut, mempertahankan dan mengembangkan pegawai dengan talenta spesial.
Setiap organisasi dapat meningkatkan
kepuasan karyawan dan keunggulan
kompetitifnya dengan melakukan investasi
dalam sumber daya manusia yang
diselaraskan dengan strategi bisnis. Pakar
Abstrak
Tugas utama Dinas Pendapatan Daerah adalah pengelolaan pajak yang dilakukan oleh para PNS dalam jabatan
fungsional umum. Dengan demikian, kompetensi jabatan fungsional umum menjadi inti dari terselenggaranya
pengelolaan pajak yang optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui capaian kompetensi para jafung umum
terhadap standar kompetensi kerja yang melandasi tugas pokoknya. Dengan menggunakan alat pengumpul data tes
tulis, uji demonstrasi, serta telusur dokumen hasil assessment psikologis, dan dianalisis dengan metoda deskriptif
analitis dan deskriptif komparatif. Diperoleh hasil bahwa capaian kompetensi para pejabat fungsional umum adalah
68%. Sedangkan 32 % pegawai dinyatakan belum kompeten. Faktor potensi dan kompetensi kerja ditemukan
berkontribusi pada penguasaan tugas kerja. Karena itu, penting diakukan penempatan sesuai potensi, pelatihan,
serta menggunakan capaian kompetensi dalam sistem promosi dan remunerasi untuk mendorong pegawai mampu
meningkatkan kompetensinya, sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang prima dimana pada akhirnya
menghasilkan pengelolaan pajak yang optimal, sebagai modal pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat Jawa
Barat.
Kata Kunci: kompetensi, potensi, jabatan fungsional umum
Abstract
The main task of The Regional Revenue Office of West Java Province is on tax management, carried out by its Civil
Servants on general functional positions. Therefore, these positions competency is the core for optimum tax
management. This study aimed at the achievements of those staff employees competence over the work
competence standards as the base of their main works. It used experimental technique and data collection from
written test, demonstrative examination, as well as thorough examination of psychological assessment results
through descriptive-analytic and descriptive-comparative methods. The results shows that 68% of the employees
with general functional positions have competency achievements, meanwhile the other 32% were not competence. It
is found that potency and work competency have influenced the command of work assignment. Therefore, it is
important to have appropriate potential-based work placements, trainings, and to use competency achievement in
promotion system as well as to have remuneration to motivate employees in developing their competency.Then, it
can be expected to have prominent employees performance in order to produce optimum tax management.
Keywords: competency, potency, general function employees
PENDAHULUAN
Seiring dengan bergulirnya otonomi
daerah maka kini kekuasaan yang bersifat
DAFTAR PUSTAKA
Australian Qualifications Framework. 2007.
Implementation
Handbook.
Australia.
Carell, Michael, Nobert, R. Elber, and
Hatfield, Robert, D. 1995. Human
Recource Management: Global
Strategies for Managing A Diverse
Work Force. US : Prentice Hall
International Inc.
JGN Consulting Denver USA. Competensi
Based Tarining Toturial. Dalam
http://home.att.net/jnimmer/Competency.htm
Harun, Hamrolie. 2003. Menghitung Potensi
Pajak dan Retribusi Daerah.
Yogyakarta: BPFE UGM.
Mangkuprawira, TB. Syafri dan Aida
Vitalaya Hubeis. 2007. Manajemen
Mutu Sumber Daya Manusia.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Mitrani, A. Daziel, M. and Fitt, D. 2001.
Competency
Based
Human
Recources Management : ValueDriven Strategic for Recruitment,
Development and Reward. London:
Logan.
Mustaqiem. 2008. Pajak Daerah Dalam
Transisi
Otonomi
Daerah.
Yogyakarta: FH UII Press.
Soemitro, Rochmat. 1992. Pengantar
Singkat Hukum Pajak. Bandung:
Eresco.
Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
Dalam Rangka Meningkatkan
Kemampuan Keuangan Daerah.
Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah Lembaga Administrasi Negara (PKKOD LAN) Jakarta
JL. Veteran No:10 Jakarta 10110
Email: suryokusumo170172@yahoo.com
(Diterima 10 Oktober 2012, direvisi 1 November 2012, diterbitkan 14 November 2012)
Abstrak
Keberhasilan sebuah organisasi atau lembaga ditentukan oleh banyak faktor, salah satu di antaranya kompetensi
sumber daya manusia. Dalam konteks lembaga/instansi pemerintah, maka faktor keberhasilan pencapaian
produktivitas/kinerja pegawai adalah bagaimana tingkat kompetensi PNS-nya. Apabila kompetensi PNS berada pada
level di atas rata-rata, maka hal itu dipastikan akan mendukung pencapaian produktivitas organisasi. Sebaliknya,
apabila kompetensi SDM atau PNS rendah maka pencapaian produktivitas akan berjalan lambat atau bahkan tidak
tercapai. Persoalan lain dalam pengukuran produktivitas/kinerja adalah tentang instrumen pengukuran yang tidak
mampu menggambarkan capaian sesungguhnya. Namun, terbitnya PP No. 46 Tahun 2011 diharapkan dapat
menutupi kelemahan-kelemahan pengukuran yang dilakukan sebelumnya yakni pada saat menggunakan PP No. 10
Tahun 1979 (DP3).
Kata Kunci: kompetensi, kinerja, PNS
Abstract
The success of an organization or institution is determined by many factors, such as human resource competency.
Within the context of government agency/institution, the success factor in achieving employees
productivities/performance lies on the civil servants competency levels. When their competency level is above
average, it would support the achievement of organization productivities. Otherwise, when they have low
competency, it would make the achievement of organization productivities slower and even failed. Another problem
in productivity/performance measurement is the inappropriate measuring instrument that failed to describe actual
achievement. However, the stipulation of Government Regulation 46 of 2011 brings an expectation that it would be
able to overcome the weaknesses of previous measurements applied under the Government Regulation 10 of 1979
(so called the DP3).
Keywords: competencies, performance, civil servants
PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai kompetensi
dan produktivitas pegawai negeri sipil (PNS)
seolah tiada habis-habisnya. Hal ini dikarenakan tingginya harapan kepada para
pegawai negeri terutama dalam memberkan
pelayanan kepada masyarakat (pelayanan
publik). Namun tentu saja, harapan tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Michael and Baron, Angela.
1998. Performance Management
The New Realities, London: Institute of
Personnel and Development.
136/C00000/2002-SO tanggal 27
Desember 2002 tentang: Pedoman
Kompetensi Jabatan Pertamina.
http://www.stialanbandung.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&
id=298:kinerja-dan-penilaian-kinerja
BIODATA PENULIS
Adnan Ardhana, S.Sos, lahir di Sleman 13 Desember 1980, mendapatkan gelar sarjana dari
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada, saat ini bekerja
sebagai Peneliti Pertama di Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru dan sedang menempuh
pendidikan Program Pascasarjana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan di
Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan.
Pranatasari Dyah Susanti, SP, lahir di Gunungkidul pada tanggal 24 Februari 1982,
menyelesaikan studi S1 pada tahun 2005 di Fakultas Pertanian (Ilmu Tanah) Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto. Saat ini bekerja sebagai Peneliti Pertama di Balai Penelitian
Kehutanan Banjarbaru dan sedang menempuh pendidikan Program Pascasarjana Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan.
Ajib Rakhmawanto, S.IP, M.Si, lahir di Yogyakarta tanggal 10 April 1972. Menamatkan
pendidikan Sarjana/S1 (S.IP) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada tahun 1997. Pendidikan Pascasarjana/S2 (M.Si) dari
Program Pascasarjana Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta diselesaikan pada tahun 2003. Sekarang bekerja sebagai peneliti (researcher) pada
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara (BKN) Jakarta.
Anang Pikukuh Purwoko, S.E, MM, lahir di Yogyakarta tanggal 30 Juli 1977. Menamatkan
pendidikan S1 (2002) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, pendidikan S2 (2008) Program Studi Magister Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Saat ini bekerja sebagai peneliti pada Pusat
Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara Jakarta.
Andi Ali Said Akbar, S.IP., MA. Lahir di Belawa, Wajo, Sulawesi Selatan 20 September 1979.
Menamatkan pendidikan S1 di Ilmu Politik Fisip Unhas pada tahun 2004 dan pendidikan S2 Ilmu
Politik Fisipol UGM tahun 2009. Saat ini, bekerja sebagai dosen dan Ketua Divisi Litbang
Laboratorium Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah.
Mempunyai ketertarikan kajian dan riset pada bidang otonomi daerah, birokrasi, manajemen
partai dan pemilu.
Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si, lahir di Purworejo, 25 Agustus 1961, menyelesaikan
S1 Program Studi Ilmu Administrasi Negara pada FISIP UNS tahun 1985, menyelesaikan master
pada Fakultas Ilmu Sosial UGM tahun 1995 dan doktoral pada FISIPOL UGM tahun 2008. Posisi
sekarang adalah Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangaan Gender pada Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Saat ini mengajar mata kuliah Manajemen Sumberdaya Manusia Sektor Publik, Studi
Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik, Metode Penelitian Administrasi Publik, Kebijakan