2 Lihat sosok Nasr Hamid Abu Zayd dalam ar.wikipedia.org/ diakses pada Selasa,
7 Juli 2015. Lihat juga di website abdurrahmanbinsaid.wordpress.com dilihat
pada Selasam 7 Juli 2015
3 Khoiron Nahdliyin, dalam Pengantar buku Nasr Hamid Abu Zaid, Mafhum anNash Dirasah fi Ulum al-Quran, terjm. Tekstualitas al-Quran: Kritik terhadap
Ulumul Quran, Yogyakarta: Lkis, 1993
5 Nasr Hamid Abu Zayd, Rethingking Sharia, Democracy, Human Right and The
Position of Women , Ucrecht: University of Humanistic, 2004, hlm. 97
Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanitawanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266],
atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.14
SIMPULAN
Ada beberapa kesimpulan yang coba dirangkum dalam tulisan singkat ini:
1) Nasr Hamid Abu Zayd adalah soerang pemikir berkebangsaan Mesir, yang
dikenal kontroversial. Ia lahir di Kairo, Mesir pada 10 Juli 1943, tepat hari
ini makalah ini dipresentasikan, dan meninggal 5 Juli 2010 lalu. Karyanya
yang kontroversial terutama dalam Al-Quran sebagai produk kebudayaan
menghantarkan ia memperoleh vonis kafir oleh Pengadilan Mesir. Setelah
itu, dia pindah ke Belanda untuk menjadi guru besar bidang studi Islam di
Universitas Leiden dan professor di Universitas for Humanistics Ucrecth,
Belanda. Ia meninggalkan puluhan karya yang cukup fenomenal. Karyanya
sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab, sebagian lain dalam bahasa
Inggris. Karya-karyanya juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, bukunya
diterjemahkan dan diterbitkan oleh LkiS Yogyakarta dan Mizan Bandung.
Karya yang populernya adalah Mafhum al-Nash: Dirasah fi `Ulum alQuran, Naqd al-Khithab al-Dini, dan Dawair al-Khauf Qiraah fi Khitab alMarah.
2) Kriitik al-Quran yang populer adalah al-Quraan produk budaya (mutaj
tsaqafi). Al-Quran dibentuk dari fakta sosial dari kebudayaan Arab lebih
dari 20 tahun. Keimanan terhadap teks al-Quran tidak bertentangan
dengan analisa melalui pendekatan kultural, di mana suatu teks itu
muncul. Pemikiran Abu Zayd bertolak pada gagasan bahwa setelah al-
14 Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat,
giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah. Islam memperbolehkan poligami dengan
syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula
dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami
sampai empat orang saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zayd, Nasr Hamid, Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum al-Quran, terjm.
Tekstualitas al-Quran: Kritik terhadap Ulumul Quran, Yogyakarta: Lkis,
1993