Anda di halaman 1dari 100

KONTRIBUSI MAJELIS ILMU DZIKIR AJEG SELOSO

KLIWON DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH


MAHASISWA STAIN SALATIGA TAHUN 2014

SKRIPSI
Digunakan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh

SIGIT PURWANTO
NIM : 11110040

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SALATIGA
2014

KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

Sukron Mamun, S.HI., M.Si


DOSEN STAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING

Hal

: Naskah Skripsi
Saudara Sigit Purwanto
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga

Assalamualaikum Wr.Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,
kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama
: Sigit Purwanto
NIM
: 111 10 040
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah / PAI
Judul
: Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam
Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa STAIN
Salatiga Tahun 2014
Dengan ini kami memohon skripsi dari saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian
Wassalamualaikum Wr.Wb
Salatiga, 24 Juli 2014
Pembimbing

Sukron Mamun, S.HI., M.Si


NIP. 19790416 200912 1001
II

III

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Sigit Purwanto

NIM

: 11110040

Jurusan

: Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam


Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.

Salatiga, 24 Juli 2014


Yang Menyatakan

Sigit Purwanto
NIM 11110040

IV

MOTTO

Jadi diri sendiri, cari jati diri, dan dapatkan hidup yang mandiri
Berpikir positif, maka yakin akan bertemu hal yang positif pula
Optimis, karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar

LEMBAR PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Allah SWT yang selalu memberi pertolongan setiap ku merasa kesulitan.
2. Ayah bundaku tercinta, Abdul Rochim dan Khotijah yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk
anaknya.
3. Teman-teman di Mahad Al-Islah yang selalu membantuku.
4. Keluarga besar Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon.
5. Teman-teman PAI angkatan 2010 khususnya PAI A. yang selalu ada saat suka
maupun duka.

VI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Kontribusi
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa
STAIN Salatiga Tahun 2014 dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Sukron Mamun, S. HI., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
3. Bapak A. Mahzumi, M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.
4. Bapak dan ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga, yang telah membantu
proses penyusunan skripsi ini.
5. Keluarga besar Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon yang memberikan
ijin dalam penelitian ini.

VII

6. Ayahku Abdul Rochim dan Ibuku Khotijah serta keluarga besar ku yang
selalu kasih dukungan dan dorongan dalam Studiku.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 24 Juli 2014

Penulis

VIII

ABSTRAK

Purwanto, Sigit. 2014. Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam
Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2014.
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Sukron Mamun, S.HI., M.Si
Kata kunci: Majelis Ilmu Dzikir dan Akhlakul Karimah
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat
deskriptif, menjelaskan secara detail dari suatu objek yang diteliti. Data penelitian
berupa kata-kata tertulis atau lisan yang didapat dari orang-orang yang diamati.
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg
Seloso Kliwon dalam membentuk akhlakul karimah Mahasiswa STAIN Salatiga.
Pendidikan akhlakul karimah di STAIN Salatiga dilakukan di berbagai lini.
Paling utama pendidikan akhlak sudah dilaksanakan dalam perkuliahan. Namun
demikian, masih banyak penyimpangan akhlak yang terjadi di STAIN Salatiga.
Selain di lingkup formal, lembaga non formal layaknya majelis ilmu diharapkan
dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan para mahasiswa untuk
menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya dapat
membentuk akhlakul karimah pada pribadi mereka. Lembaga non formal yang
terbentuk di STAIN Salatiga salah satunya adalah Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso
Kliwon. Majelis ini mempunyai konsep yang berbeda, dengan mengedepankan
prosesi dzikir dan diskusi keagamaan. Konsep ini diharapkan agar lebih menarik
bagi kalangan mahasiswa. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian
ini adalah: 1. Bagaimana model pembinaan akhlak dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg
Seloso Kliwon bagi Mahasiswa STAIN Salatiga. 2. Bagaimana kontribusi Majelis
Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam pembentukan akhlakul karimha mahasiswa
STAIN Salatiga 3. Faktor pendukung dan penghambat Majelis Ilmu Dzikir Ajeg
Seloso Kliwon dalam pembinaan akhlakul karimah Mahasiswa STAIN Salatiga
Tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik
wawancara, observasi dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah Jamaah
yang mengikuti aktivitas Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon.Setelah
dianalisis, Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon sebagai salah satu media
pendidikan non formal mempunyai peran atau kontribusi yang penting dalam
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa STAIN Salatiga yang menjadi jamaah
majelis ini.

IX

Model pembentukan akhlakul karimah Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso


Kliwon dilakukan dengan cara berdzikir, kajian ilmu keagamaan, serta bersholawat.
Model ini dinilai berkontribusi terhadap pembinaan akhlakul karimah, karena
adanya penekanan serta penghayatan dalam prosesi majelis ini. Selain itu adanya
semangat para jamaah dalam mengikuti kegiatan dan keseriusan jamaah untuk
menerapkan ilmu yang telah didapat. Meskipun demikian, masih ada yang
menghambat jalannya Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon, yaitu belum
adanya fasilitas yang lengkap dan sumber dana yang tetap.

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ I
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................II
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. III
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... IV
MOTTO ....................................................................................................... V
PERSEMBAHAN ....................................................................................... VI
KATA PENGANTAR ............................................................................... VII
ABSTRAK .................................................................................................. IX
DAFTAR ISI ............................................................................................... XI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
E. Penegasan Istilah ............................................................................... 9
F. Metode Penelitian ........................................................................... 14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 14
2. Objek dan Subyek Penelitian ............................................... 15
3. Waktu Penelitian .................................................................. 15
4. Sumber Data ....................................................................... 16

XI

5. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................ 17


6. Tekhnik Analisis data .......................................................... 19
G. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................................... 20
BAB II MAJELIS ILMU, DZIKIR DAN AKHLAKUL KARIMAH
DALAM KAJIAN PUSTAKA
A. Kontribusi dan Majelis Ilmu ............................................................ 22
1. Pengertian Kontribusi ......................................................... 22
2. Pengertian Majelis Ilmu ....................................................... 22
3. Fungsi dan Tujuan Majelis Ilmu .......................................... 24
4. Kontribusi Majelis Ilmu ....................................................... 26
5. Model Pembelajaran Majelis Ilmu ....................................... 27
B. Dzikir Ajeg ..................................................................................... 29
1. Pengertian Dzikir Ajeg ........................................................ 29
2. Metode Dzikir ...................................................................... 30
3. Macam-macam Lafadz Dzikir ............................................. 31
4. Manfaat Dzikir ..................................................................... 31
C. Akhlakul Karimah ............................................................................ 34
1. Pengertian Akhlakul Karimah.................................................... 34
2. Ruang Lingkup Akhlak Islam .................................................... 36
3. Sumber Akhlak Islam ................................................................ 40
4. Fungsi Akhlak Bagi Seorang Muslim ........................................ 42

XII

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS ILMU DZIKIR AJEG


SELOSO KLIWON STAIN SALATIGA

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ............................................... 45


B. Tujuan Berdirinya Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon .......... 46

C. Struktur Organisasi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon ........ 49


D. Peserta Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon ............................ 53
E. Program Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon .......................... 54
BAB IV KONTRIBUSI MAJELIS ILMU DZIKIR AJEG SELOSO
KLIWON DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH
A. Model Kegiatan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
STAIN Salatiga ................................................................................ 57
B. Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon ...................... 61
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon ........................................ 63
1. Faktor Pendukung ...................................................................... 63
2. Faktor Penghambat dan Upaya Mengatasinya ........................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 67
B. Saran ............................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAn

XIII

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan lahir maupun batin.


Akan tetapi kebutuhan itu tidak semuanya bisa terpenuhi karena
kemampuan manusia itu terbatas. Manusia selalu membutuhkan pegangan
hidup yaitu agama. Manusia merasa lebih memiliki ketenangan jiwa dengan
melaksanakan berbagai ritual keagamaan, salah satunya adalah dzikir.
Dengan berdzikir mampu mengingatkan manusia bahwa yang membuat dan
menentukan sesuatu hanyalah Allah SWT semata.
Dalam menjalani kehidupan manusia juga harus berdasarkan
pedoman yaitu ilmu. Setiap waktu manusia membutuhkan ilmu untuk dasar
dalam berkata dan bertindak. Kehidupan akan mudah dijalani jika manusia
menguasai ilmu. Seperti ayat pertama dalam surat al-Alaq yaitu iqra yang
artinya bacalah. Hal ini mengisyaratkan bahwa kewajiban manusia salah
satunya adalah menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban
bagi semua orang dari berbagai lingkup sosial, terutama bagi pelajar. Ilmu
merupakan dasar bagi pelajar yang menjadi penerus bagi suatu bangsa.
Mahasiswa adalah bagian dari pelajar yang tidak bisa terpisahkan
dari negara ini, karena peran pentingnya yang begitu besar terhadap
majunya sebuah peradaban yang sedang dibangun oleh bangsa. Selain itu,
mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di
masyarakat. Dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya,

mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Maka dari itu,


seharusnya mahasiswa memiliki idealisme dan dasar keagamaan yang kuat.
Mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki
kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasigenerasi sebelumnya.
Nilai-nilai akhlak baik atau buruk, terpuji atau tercela, berlaku kapan
dan dimana saja dalam semua aspek kehidupan yang tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu. Jadi akhlak dalam Islam bukanlah akhlak yang
kondisional tetapi mempunyai nilai yang pasti. Dalam persoalan ini,
mahasiswa yang diharapkan menjadi calon pemimpin, berkewajiban
menjalankan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan
meninggalkan akhlak yang buruk.
Seiring perkembangan zaman yang begitu cepat yang juga mewabah
ke Indonesia telah membawa berbagai dampak yang signifikan, baik
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif tentu terlihat
pemerataan masyarakat Indonesia yang tidak terpisah-pisah oleh suku,
agama dan juga ras.
Dampak negatif dari era globalisasi saat ini yaitu kemerosotan
akhlak, etika dan moral yang sudah semakin terasa. Fenomena-fenomena
sosial memunculkan berbagai anggapan tentang akhlak-akhlak orang Islam.
Semakin merosotnya akhlak, khususnya anak-anak bangsa Indonesia tidak
terlepas dari budaya dunia modern, namun melupakan norma-norma budaya
Indonesia. Oleh karena itu, dalam hal ini mahasiswa seharusnya mampu

mengefaluasi, sejauh mana bisa menerapkan akhlak yang telah diajarkan


oleh Rasulullah SAW.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi
nilai-nilai serta norma agama dan budaya. Indonesia juga merupakan salah
satu negara yang paling banyak belajar agama pada dunia pendidikan,
terutama di strata tertinggi yaitu didapat oleh para mahasiswa. Melihat hal
itu tentunya peristiwa-peristiwa yang tidak sesuai dengan norma-norma
agama tidaklah seharusnya terjadi di negara tercinta ini.
Hal tersebut teramat wajar karena pendidikan sesungguhnya
memiliki misi yang amat mendasar yakni membentuk manusia utuh dengan
akhlak sebagai indikator utama. Serta ditunjang dengan adanya majelis ilmu
yang terdapat di lingkup pendidikan. Mahasiswa dan generasi bangsa
dengan karakter akhlak mulia merupakan salah satu profil yang diharapkan
dari praktik pendidikan. Dasar undang-undang di Indonesia tentang
pembentukan akhlak juga sudah tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003
bab II pasal 3, yang berisikan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan
kemampuan, membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam

rangka

mencerdaskan

kehidupan

bangsa

bertujuan

untuk

berkembangnya potensi, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa


kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Pembentukan akhlak yang baik diharapkan bisa terwujud melalui


proses pendidikan karakter serta ditunjang dengan ritual keagamaan, salah
satunya adalah dzikir. Terlebih bangsa Indonesia dengan mayoritas muslim
menjadi daya dukung tersendiri bagi terwujudnya masyarakat dengan
akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam. Hal tersebut dikarenakan
akhlak menjadi bagian integral dari struktur ajaran islam.
Dasar ayat al-Quran dalam rangka pembentukan akhlak terdapat
pada surat an-Nahl ayat 30 yaitu:



Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang
telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah telah
menurunkan) kebaikan". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
mendapat (pembalasan) yang baik. dan Sesungguhnya kampung
akhirat adalah lebih baik dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang
yang bertakwa.
Sebagaimana

diingatkan

dalam

ayat

diatas,

akhlak

baik

sesungguhya sangat mulia. Berbuat baik yang sesungguhnya dilakukan


dengan hati nurani serta dapat mendatangkan ridha Allah SWT. Allah
memberikan kabar gembira kepada orang yang berkhlak mulia yang akan
mendapatkan kehidupan yang baik di akhirat kelak.
Praktik pendidikan akhlak yang baik di STAIN Salatiga dilakukan
di berbagai lini. Paling utama pendidikan akhlak sudah dilaksanakan dalam
perkuliahan. Walaupun demikian, melihat realita yang ada di lingkungan
STAIN Salatiga, masih banyak penyimpangan akhlak yang terjadi. Sebagai

contoh adanya kalangan mahasiswa yang masih mengkonsumsi minuman


keras, masih banyak yang melanggar aturan perkuliahan, kurang bersikap
baik kepada sesama baik itu dengan orang tua maupun dosen, serta masih
banyak permasalahan-permasalahan yang lainnya. Oleh sebab itu, bisa
disimpulkan bahwa pemahaman mahasiswa tentang akhlakul karimah
masih sangatlah minim.
Selain di lingkup formal, lembaga non formal layaknya majelis ilmu
diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan para
mahasiswa untuk menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang
nantinya dapat membentuk akhlakul karimah pada pribadi mereka. Adanya
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon yang dipelopori dari para
mahasiswa UKM yang bertempat di gedung PKM 1 antara lain: STAIN
Music Club, Teater Getar, STAIN Sport Club, Mapala Mitapasa. Majelis ini
merupakan nuansa baru dalam rangka penambah wawasan serta pembinaan
akhlakul karimah di lingkungan STAIN Salatiga.
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon terinspirasi dengan konsep
kebersamaan atau maiyah yang di gagas oleh Emha Ainun Najib atau Cak
Nun. Banyak model maiyah yang telah terbentuk di berbagai kota seperti
Mocopat Syafaat di Jogja, Gambang Syafaat di Semarang,
Bang-bang wetan di Surabaya dan lain-lain. Walaupun Majelis Ilmu Dzikir
Ajeg Seloso Kliwon sudah terbuka untuk umum, akan tetapi sampai
sekarang Jamah yang mengikuti majelis ini hanyalah warga STAIN
Salatiga khususnya para mahasiswa. Kondisi yang demikian memperkuat

tujuan utama Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon yaitu menambah
wawasan keagamaan bagi mahasiswa, khususnya dalam sisi akhlak yang
ternyata masih kurang.
Gambaran dari Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon sangatlah
berbeda jika dibandingkan dengan majelis talim yang ada di desa-desa.
Majelis ini mempunyai konsep-konsep yang menarik antara lain adanya
dzikir, kajian materi, diskusi terbuka mengenai permasalahan keagamaan,
serta diselingi dengan dentunan musik islami khas yang berisikan sholawat
kepada Nabi Muhammad SAW. Serta yang khas dari musik Seloso Kliwon
atau biasa disingkat dengan SK yaitu bisa memadukan dari berbagai alat
musik. Mulai dari alat yang dekat dengan nuansa keislaman yaitu alat-alat
perkusi terbang dan tifa. Dipadukan dengan menggunakan alat-alat modern
seperti gitar, keyboard, dan drum. Namun juga melestarikan peralatan khas
jawa seperti saron dan demung.
Menurut pengamatan penulis, Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso
Kliwon merupakan salah satu lembaga non formal yang dalam rangka
meningkatkan pendidikan Islam khususnya bagi para mahasiswa. Serta
diikuti sebagian mahasiswa STAIN Salatiga yang sadar akan kebutuhan
rohaninya. Semenjak didirikannya hingga kini majelis ini telah banyak
berperan bagi mahasiswa dalam pendidikan keagamaan.

Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulis bermaksud untuk


mengadakan penelitian dengan judul KONTRIBUSI MAJELIS ILMU
DZIKIR

AJEG

SELOSO

KLIWON

DALAM

PEMBENTUKAN

AKHLAKUL KARIMAH MAHASISWA STAIN SALATIGA TAHUN


2014
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat diambil
beberapa masalah pokok yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut,
diantaranya:
1. Bagaimana model pembinaan akhlak dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg
Seloso Kliwon bagi Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2014?
2. Bagaimana kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam
pembentukan akhlak Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2014?
3. Apa faktor pendukung dan juga penghambat pelaksanaan Majelis Ilmu
Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam pembinaan akhlak Mahasiswa
STAIN Salatiga Tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Melihat permasalahan di atas yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui model pembinaan akhlak dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg
Seloso Kliwon bagi Mahasiswa STAIN STAIN Salatiga.
2. Mengetahui kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam
pembentukan akhlak Mahasiswa STAIN Salatiga.

3. Mengetahui faktor pendukung dan juga penghambat pelaksanaan


Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam pembinaan akhlak
Mahasiswa STAIN Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini,
yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan berharga berupa
konsep-konsep, sebagai upaya untuk peningkatan dan pengembangan
ilmu.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi
para peneliti di bidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa, menjadi referensi untuk memperoleh pendidikan
keagamaan dan pendidikan akhlak secara non formal.
b. Bagi STAIN Salatiga, hasil penelitian dapat dipertimbangkan untuk
menentukan kebijakan bidang pembinaan moral untuk Mahasiswa
STAIN Salatiga.
c. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan yang dapat dijadikan
bekal pada waktu terjun ke masyarakat sebagai seorang pendidik.

E. Penegasan Istilah
1. Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
a.

Majelis Ilmu
Menurut akar katanya, istilah majelis ilmu tersusun dari
gabungan dua kata yaitu Majelis dan ilmu. Em Zul Fajri
mengartikan majelis adalah tempat ataupun perkumpulan (2004:
542). Kata majelis biasanya digunakan untuk menunjukkan tempat
perkumpulan yang memiliki manfaat dan bersifat positif.
Komarudin mendefinisikan Ilmu yaitu berasal dari bahasa
arab, yaitu ilmun berarti pengetahuan (2006 : 94). Dalam bahasa
latin disebut scientia, berarti mempunyai pengetahuan yang
mendalam. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang meliputi
kebenaran-kebenaran umum. Ilmu merupakan perkembangan yang
lebih jauh dan lebih dalam dari pengetahuan.
Bisa disimpulkan bahwa majelis ilmu adalah salah satu
lembaga pendidikan diniyah non formal

yang bertujuan

meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan


akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam
semesta (Agus Waluyo Nur. 2006: 25).
Dalam prakteknya, majelis ilmu merupakan tempat
pangajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan
tidak terikat oleh waktu. Majelis ilmu bersifat terbuka terhadap
segala usia, lapisan atau strata sosial, dan jenis kelamin. Waktu

penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau


malam. Tempat pengajarannya pun bisa dilakukan dirumah,
masjid, mushalla, gedung. Aula, halaman, dan sebagainya. Selain
tiu majelis ilmu memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai
lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non-formal. Bisa
berfungsi sebagai lembaga dakwah karena menjadi wadah umat
Islam untuk mempelajari, mengamalkan dan menyebarkan ajaran
Islam secara murni berdasarkan Al quran dan Hadis. Selain itu,
juga sebagai lembaga pendidikan non-formal, yakni menjadi jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur.
Fleksibelitas majelis ilmu inilah yang menjadi kekuatan
sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan
islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat). Majelis ilmu
juga merupakan wahana interaksi dan komunikasi yang kuat antara
masyarakat awam dengan para mualim, dan antara sesama anggot
jamaah majelis ilmu tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.
b. Dzikir
Kata dzikir berasal dari bahasa Arab, adz-dzikr yang berarti
mengingat, mengucap atau menyebut, dan berbuat baik (Mahmud
Yunus: 134). Sedangkan Em Zul Fajri mendefinisikan dzikir adalah
pujian kepada Allah yang disusun dan diucapkan secara runtut dan
berulang-ulang. Isi dari dzikir meliputi doa untuk mengingat

10

kebesaran Allah dan menyebut asma-Nya berulang-ulang (2004:


865).
Arti dzikir yang sebenarnya adalah suatu cara atau media
untuk menyebut dan mengingat nama Allah. Jadi semua bentuk
aktivitas yang tujuannya mendekatkan diri kepada Allah
dinamakan dzikir seperti shalat, tetapi lebih spesifik lagi dzikir
dibatasi dengan kata mengingat Allah dengan lisan dan hati.
Sedangkan dzikir jika dikaitkan dengan praktek keagamaan
bisa diartikan berbuat baik (beramal saleh) dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT sesuai dengan yang telah
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Beberapa diantaranya adalah:
berbakti kepada orang-tua, berlaku jujur, adil, menghormati yang
lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, sekalipun tidak
mengenalnya dengan baik; serta mengajak kepada kebaikan, dan
melarang terjadinya kemungkaran.
c. Ajeg
Istilah ajeg merupakan kata dari bahasa Jawa yang berarti
stabil. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1976) Ajeg
bermakna tetap atau tidak berubah. Ajeg jika dalam konteks islam
mengandung pengetian istiqomah, yang mempunyai makna tetap
dan tidak bergeser dari jalur sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Selain itu, ajeg juga erat hubungannya dengan proses
kesinambungan dan berkelanjutan. Berkesinambungan mempunyai

11

arti adanya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegaiatan yang


lain. Serta kegiatan tersebut rutin terlaksana antara satu periode
dengan periode yang lain. Semua kegiatan yang saling berkaitan
tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan
saling menopang seperti sebuah bangunan.
Sedangkan

makna

berkelanjutan

adalah

bahwa

pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses yang


berlangsung

terus

menerus

tanpa

mengalami kemandekan.

Berkelanjutan dengan proses

maju

(progressing)

bukannya

berjalan di tempat (stagnant).


d. Seloso Kliwon
Seloso Kliwon menurut primbon jawa adalah hari anggara
kasih, karena orang-orang jawa menganggap Seloso Kliwon adalah
hari yang penuh kasih sayang. Selain itu, disebut juga sebagai hari
angker sebab hari itu adalah permulaan masa wuku (Agung
Septiono. 2011: 30).
Kalender jawa menyebutkan bahwa Seloso Kliwon adalah
hari yang dikeramatkan. Terutama bagi mereka yang sedang
menuntut ilmu kebatinan. Bahkan seseorang yang meninggal pada
hari Selasa Kliwon ini makamnya harus dijaga selama empat puluh
hari empat puluh malam untuk mencegah pencurian bagian-bagian
tubuh dari si mayit yang katanya bisa dijadikan untuk jimat atau
pusaka.

12

Tidak beda dengan si mayit, mereka yang terlahir pada hari


Anggoro Kasih alias Selasa Kliwon merupakan pribadi-pribadi
yang istimewa. Mereka adalah orang yang terlahir dengan rasa
kasih sayang berlebih. Mungkin terbawa dari sifat Kliwon yang arti
simpelnya kasih sayang. Namun begitu menurut watak dan karakter
seseorang menurut pasarannya kala lahir, mereka yang terlahir
pada hari Kliwon banyak disukai orang dan juga banyak di
cemburui orang. Inilah yang terlampir dalam kitab ramalan
primbon jawa atau biasa di kenal dengan Beltajemur Adamakna.
Selain itu, ada juga praktek-praktek masyarakat islam yang
menganggap keramat hari seloso kliwon. Salah satunya yang
dipercaya adalah bisa terkabulnya hajat dan mudah untuk
mendapatkan ilmu.
2. Akhlakul Karimah
Akhlak adalah perbuatan-perbuatan seseorang yang telah
mempribadi, dilakukan secara berulang-ulang atas kesadaran jiwanya
tanpa memerlukan berbagai pertimbangan dan tanpa adanya unsur
pemaksaan dari pihak lain. Akhlakul karimah adalah segala perbuatan
manusia yang bernilai baik yang dilakukan sehari-hari (Nipam Abdul
Halim. 2000: 12).
Ruang lingkup Akhlakul karimah dalam Islam dibagi menjadi dua
bagian, yaitu akhlak terhadap Khalik Allah SWT dan akhlak terhadap
makhluk ciptaan Allah. Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi

13

menjadi beberapa macam, seperti akhlak terhadap sesama manusia,


akhlak terhadap makhluk hidup selain manusia (seperti tumbuhan dan
binatang), serta akhlak terhadap benda (Marzuki. 2009: 37).
Sedangkan menurut penulis akhlak terpuji adalah akhlak yang
baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang baik
sesuai dengan ajaran islam. Akhlak terpuji yang ditujukan kepada Allah
SWT berupa ibadah dan kepada Rasulullah SAW dengan mengikuti
ajaran-ajarannya, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap
baik kepada sesama.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dalam penelitian
ini. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif secara detail
berupa kata-kata tertulis atau lisan serta perilaku dari orang-orang yang
diamati (Anselm Straus dan Juliet Corbin 2007: 4). Sedangkan dilihat
dari sumber datanya penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau
field research dan penelitian kepustakaan atau library research
(Muhammad Nasir. 1998: 99).
Data-data akan dikumpulkan melalui riset kepustakaan dengan
membaca dan menelaah buku-buku, tulisan-tulisan yang ada kaitannya
dengan variabel yang akan diteliti. Selain itu data dikumpulkan melalui
riset lapangan dengan mencari informasi dan data tentang masalah yang
diteliti ke objek penelitian.

14

2. Objek Penelitian dan Subjek Penelitian


Sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian, maka objek
penelitian merupakan hal yang mendasari pemilihan, pengolahan, dan
penafsiran semua data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang
menjadi tujuan dalam penelitian. Objek dari penelitian ini adalah
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg yang dilaksanakan di Aula STAIN Salatiga,
pelaksanaannya setiap Seloso Kliwon. Sedangkan subjek penlitian ini
yaitu jamaah Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon yang terdiri dari
para mahasiswa STAIN Salatiga.
Peneliti memilih objek penelitian ini karena Majelis Ilmu Dzikir
Ajeg Seloso Kliwon mempunyai keunikan atau perbedaan dibandingkan
majelis talim atau majelis ilmu pada umumnya. Ketidaksamaan terlihat
terutama dari metodenya. Selain itu, majelis ini merupakan lembaga
pendidikan non formal yang berada di lingkungan STAIN Salatiga yang
belum terlalu lama terbentuk, jadi penelitian ini dibutuhkan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi Majelis Ilmu Dizkir Ajeg Seloso
Kliwon dalam membina jamaahnya.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada tanggal 1 Maret sampai tanggal 30 Mei
2014. Peneliti tidak mengambil terlalu lama dalam penelitian simpel ini,
karena dalam rentan waktu dua bulan dirasa sudah cukup untuk
mengupas secara detail dari kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso

15

Kliwon dalam pembentukan akhlakul karimah mahasiswa STAIN


Salatiga.
4. Sumber Data
Saifuddin Azwar (2007: 91) mengatakan bahwa bila dilihat dari
sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber
data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penlitian, dalam hal ini penulis memperoleh dan menggali sumber
data melibatkan dari beberapa pihak antara lain:
1) Pendiri Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN
Salatiga
2) Pemateri dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN
Salatiga
3) Pengurus Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN
Salatiga
4) Peserta Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN
Salatiga
5) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data pada pengumpul data, yaitu melalui orang lain
ataupun berupa dokumen-dokumen.

16

5. Teknik pengumpulan data


Penulis mengumpulkan data tentang kontribusi Majelis Ilmu
Dzikir Ajeg Seloso Kliwon, menggunakan teknik pengumpulan data yang
sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, terkait hal tersebut,
maka terinci sebagai berikut:
a. Pengamatan Berperan serta

Menurut Sukandar Rumidi, (2004: 71) mendefinisikan


pengamatan berperan serta atau observasi partisipatif adalah metode
dimana observer terlibat langsung dan ikut serta dalam kegiatankegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati. Metode ini
bercirikan interksi sosial yang memakan waktu yang cukup lama
antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek.
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengamatan
berperan serta agar memperoleh gambaran secara detail tentang
majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.
Adapun jenis wawancara yang penulis pakai dalam penelitian
ini adalah wawancara tidak terstruktur, dengan cara peneliti bebas
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

17

sistematis dan lengkap untuk mengumpulan datanya, pedoman


wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan dan didukung dengan alat-alat
penunjang seperti, lembar wawancara, tape recorder dan video.
Dalam hal ini tujuan dari wawancara dilakukan guna
memperoleh data dan keterangan langsung berkenaan dengan:
1) Model pembentukan akhlak dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg
Seloso Kliwon bagi Mahasiswa STAIN STAIN Salatiga.
2) Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam
pembentukan akhlak Mahasiswa STAIN Salatiga.
3) Faktor pendukung dan juga penghambat pelaksanaan Majelis Ilmu
Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam pembentukan akhlak
Mahasiswa STAIN Salatiga.
Adapun sumber data yang akan penulis jadikan sebagai
sumber wawancara adalah:
1) Pendiri Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN Salatiga
2) Pemateri dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN
Salatiga
3) Pengurus Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN
Salatiga
4) Peserta Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN Salatiga

18

c. Dokumentasi
Menurut Irawan dalam (Sukandar Rumidi, 2004: 100)
mendefinisikan sebagai berikut: studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang ditujukan pada subjek penelitian. Dokumen
dapat berupa catatan, rekaman, video, foto dan lain sebagainya.
Dalam hal ini peneliti akan mengambil sumber data berupa
dokumen penting guna memperoleh data pendukung dalam penelitian
tersebut, yang meliputi:
1) Profil Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN Salatiga
2) Struktur kepengurusan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
STAIN Salatiga
3) Foto-foto kegiatan Struktur kepengurusan Majelis Ilmu Dzikir
Ajeg Seloso Kliwon STAIN Salatiga.
6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan tekhnik analisis dengan proses
analisis non statistik. Yaitu mengambil keputusan atau kesimpulan
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan.

Peneliti

menggunakan

proses

pengumpulan,

penyajian, dan penganalisaan data hasil penelitian dengan berwujud


kata-kata. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara.
Kemudian penulis menganalisa data menggunakan penjabaran kata ke
dalam tulisan yang lebih luas.

19

G. Garis Besar Sistematika Penulisan Skripsi


Sistematika dalam penulisan skripsi kontribusi Majelis Ilmu Dzikir
Ajeg Seloso Kliwon dalam pembentukan akhlak Mahasiswa STAIN
Salatiga akan dipaparkan dengan menggunakan tahapan bab dengan
rincian sebagai berikut:
Bab pertama memaparkan bahasan menganai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pembaca memahami tulisan ini.
Penulis menyusun bab dua, berisikan membahas kajian pustaka
yang berhubungan dengan pendidikan akhlak dan majelis ilmu dzikir.
Kajian pustaka berisikan teori-teori yang mendasari penelitian. Kajian
pustaka sangat bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitian
yang diajukan, yaitu dengan mendalami landasan teori yang berkaitan
dengan permasalahan.
Rincian bab tiga membahas paparan data dan temuan penelitian
tentang gambaran umum, sejarah, profil, kepengurusan, peserta, program
kegiatan. Hal ini menjadi paparan awal mengenai objek yang diteliti.
Pada bab empat, peneliti membahas tentang analisis data, yang
meliputi Model kegiatan, kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso
Kliwon terhadap peningkatan akhlak mahasiswa STAIN Salatiga, serta
faktor pendukung dan penghambat Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso

20

Kliwon. Temuan-temuan penelitian dikupas secara detail untuk


mengetahui jawaban dari rumusan masalah.
Bab terakhir dalam penelitian ini, membahas tentang kesimpulan
dan saran. Isi kesimpulan diambil dari data yang diambil dari proses
penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan dimaksudkan untuk
menjawab tujuan penelitian. Selain itu bab ini berisi saran yang
mengemukakan manifestasi dari penulis untuk dilaksanakan sesuatu yang
belum ditempuh dan layak untuk dilaksanakan. Saran ini dikemukakan
oleh penulis, karena penulis melihat adanya jalan keluar untuk mengatasi
kelemahan yang ada.

21

BAB II
MAJELIS ILMU, DZIKIR DAN AKHLAKUL KARIMAH DALAM
KAJIAN PUSTAKA
A. Kontribusi dan Majelis Ilmu
1. Pengertian Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan. Jika dijabarkan, kontribusi
berarti pemberian sumbangan dalam bentuk materi ataupun tindakan.
(Sastrapradja. 1981: 275).
Kontribusi dapat berbentuk materi ataupun tindakan. Bentuk materi
berarti pemberian dan sumbangan individu atau kelompok dalam bentuk
materi. Sebagai contoh, pemberian sumbangan dana dari donatur dalam
suatu pelaksanaan kegiatan majelis ilmu. Sedangkan kontribusi dalam
pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh
individu atau kelompok yang kemudian memberikan dampak positif
maupun negatif terhadap pihak lain.
2. Pengertian Majelis Ilmu

Pengertian majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang


banyak. Sedangkan ilmu berarti mengacu pada pengajaran suatu ilmu ( Tuti
Alawiyah As.1997: 5). Majelis ilmu mempunyai kesamaan pemahaman
dengan majelis talim. Kata majelis talim berasal dari Bahasa Arab yaitu
majelis dan talim. Kata majelis adalah bentuk isim yang berarti tempat
duduk, tempat sidang atau dewan. Sedangkan talim berartikan pengajaran

22

atau pengajian. Jadi Majelis talim ataupun majelis ilmu dapat diartikan
sebagai sebuah lembaga non formal yang menyelenggarakan pengajaran
islam (Agus Waluyo Nur. 2006: 25).
Menurut Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, seorang manusia
pasti tidak dapat menghindar untuk berkumpul bersama sahabat-sahabat
dan rekan-rekannya. Pada majelis tersebut seseorang mengobrol dan
berbincang-bincang serta saling bertukar pikiran. Khususnya di majelis
ilmu seseorang menuntut ilmu yang bermanfaat dalam urusan agama dan
dunianya (2007: 355).
Berdasarkan beberapa paparan di atas, maka yang akan muncul
kemudian gambaran sebuah suasana dimana para muslimin berkumpul
untuk melakukan kegiatan yang tidak hanya terikat pada makna pengajian
belaka melainkan kegiatan yang dapat membina akhlak, menambah
pengetahuan dan wawasan para jamaahnya. Musyawarah majelis talim se
DKI Jakarta yang berlangsung tanggal 9-10 Juli 1980 memberikan batasan
(tarif) majelis talim atau majelis ilmu, yaitu lembaga pendidikan non
formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara
berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, dan
bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan
serasi antara manusia dengan Allah SWT. Antara manusia sesamanya, dan
antara mansuia dan lingkungannya; dalam rangka membina masyarakat
yang bertaqwa kepada Allah SWT (Agus Waluyo Nur. 2006: 26).

23

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka majelis ilmu dapatlah


ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Majelis ilmu adalah tempat berlangsungnya kegiatan pengajaran
pengetahuan khususnya tentang agama Islam. Waktunya tidak tiap hari,
tidak seperti sekolah akan tetapi berkala dan teratur.
b. Majelis ilmu atau talim merupakan lembaga pendidikan Islam non
formal yang pengikutnya disebut jamaah bukan pelajar atau murid. Hal
ini didasarkan karena kehadiran di majelis ilmu tidak merupakan suatu
kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid di sekolah.
Sedangkan pengertian majelis ilmu menurut penulis dalam skripsi
ini adalah suatu wadah berkumpulnya orang muslim guna menuntut ilmu
agama Islam, yang disertakan kegiatan yang dapat membina akhlak serta
menambah pengetahuan dan wawasan para jamaahnya.
3. Fungsi dan Tujuan Majelis Ilmu
Tuti Alawiyah merumuskan bahwa fungsinya adalah:
a. Tempat belajar, maka tujuan majelis ilmu adalah menambah ilmu dan
keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama.
b. Tempat kontak sosial , maka tujuannya adalah silaturahmi.
c. Mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya
(Tuti Alawiyah As. 1997: 78).

24

Kustini menyebutkan berbagai fungsi dari Majelis Ilmu antara lain:


a. Sebagai wadah untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada
Jamaahnya.
b. Sebagai wadah peluang kepada Jamaah untuk melakukan tukar
menukar pikiran berbagai pengalaman masalah keagamaannya.
c. Sebagai wadah yang dapat membina keakraban diantara sesama
jamaahnya.
d. Sebagai wadah mendapatkan informasi dan melakukaan kajian
keagamaan serta kerjasama diantara umat ( Kustini. 2007: 1).
Secara sederhana tujuan majelis ilmu dari apa yang diungkapkan di
atas adalah sebagai tempat berkumpulnya manusia yang didalamnya
membahas pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Mewujudkan
ikatan silaturahmi guna meningkatkan kesadaran jamaah atau masyarakat
sekitar tentang pentingnya peranan agama dan pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan di dalam ensiklopedia Islam, diungkapkan bahwa tujuan
majelis ilmu adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan
masyarakat khususnya bagi jamaah.
b. Meningkatkan amal ibadah masyarakat.
c. Mempererat silaturahmi antar jamaah.
d. Membina kader di kalangan umat Islam.

25

4. Kontribusi Majelis Ilmu


Majelis ilmu atau lebih dikenal Majelis talim merupakan lembaga
pendidikan tertua dalam Islam. Walaupun tidak disebut majelis ilmu,
namun pengajian Nabi Muhammad SAW yang berlangsung secara
sembunyi-sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam R.A. di
zaman makkah, dapat dianggap sebagai majelis ilmu menurut pengertian
sekarang. Setelah adanya perintah Allah SWT untuk menyiarkan Islam
secara terang-terangan, pengajian seperti itu segera berkembang di
tempat-tempat lain yang diselenggarakan secara terbuka.
Sebagai lembaga non formal Islam, Majelis ilmu mempunyai
kontribusi yang penting di tengah masyarakat. Peran tersebut meliputi:
a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan
beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa.
b. Sebagai taman rekreasi rohani
c. Wadah silaturrahmi yang menghidup suburkan syiar Islam
d. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan
umat islam dan bangsa (Agus Waluyo Nur. 2006: 26).
Kontribusi majelis ilmu sangat terasa di lingkup umat Islam.
Kehadirannya ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Di satu sisi
Majelis Ilmu menjadi jawaban bagi kebutuhan umat Islam akan
pemantapan terhadap pencerahan jiwa yang terpancar dan nilai-nilai
keislaman. Dari sisi lain lenturnya menajemen keorganisasian yang

26

dimiliki Majelis Ilmu, sehingga kehadirannya bisa membaur dalam semua


elemen masyarakat tanpa sekat kelas sosial ( Kustini. 2007: 32).
5. Model Pembelajaran Majelis Ilmu
Sistem pembelajaran Majelis Ilmu bervariasi, antara lain:
a. Pengkajian agama secara mendalam, materi yang terarah dan jadwal
yang teratur, bahkan ada evaluasi sehingga hasil yang dicapai terasa
memuaskan bagi anggota majelis ilmu tersebut.
b. Terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang terbatas, dibina oleh
seorang atau beberapa guru dengan materi yang berbeda pada tiap
periodenya.
c. Majelis ilmu yang berbeda guru dan materi yang berbeda, sehingga
bisa terjadi pengulangan materi. Majelis ilmu ini berjalan tanpa
program yang jelas dan terencana.
d. Kajian yang dilakukan hanya satu materi saja, misalnya tafsir, hadits,
tasawuf, dan fikih. Materi disajikan berpaket dalam rentang waktu 36 bulan untuk tiap materi.
e. Majelis ilmu dan wisata dakwah disajikan dengan biaya yang relatif
tinggi dengan satu atau dua pemateri. Kegiatannya adalah
mengunjungi tempat bersejarah dan menggali ajaran-ajaran agama
sebelum atau sesudah wisata dakwah itu dilaksanakan.
f. Majelis ilmu dengan cara diskusi terarah dalam topik tertentu dengan
menggali kandungan Al-Quran serta hadits yang berkaitan dengan
masalah yang didiskusikan.

27

g. Umrah dan dakwah disajikan secara bersamaan dengan mengunjungi


kaum dhuafa, fuqara, panti-panti, dan tempat korban bencana dengan
memberikan nasehat serta bantuan.
h. Pengamalan ajaran agama dalam Majelis ilmu tersebut melalui zakat
dan peningkatan ekonomi dengan keterampilan (life skill) yang
diberikan kepada jamaah. Majelis ilmu ini lebih cenderung
memecahkan masalah ekonomi dan pendidikan begi jamaahnya.
i. Mengelola Majelis ilmu dengan model menggunakan tekhnologi
komunikasi antara lain: televisi, internet, video, telepon, dan media
massa.
j.

Model dengan mengadakan pengajian yasinan, pembacaan rawi,


hafalan dzikir, tadarus serta penerjemahan ayat-ayat yang dibaca tanpa
uraian dan kajian yang mendalam.

k. Majelis dzikir yang dipimpim seorang guru untuk beribadah bersama.


l. Majelis ilmu yang dikelola individu dengan variasi materi yang sesuai
dengan kebutuhan pendiri Majelis Ilmu. Serta Majelis Ilmu yang
diadakan oleh seorang guru di rumahnya dengan materi yang
diusulkan Jamaahnya ( Kustini. 2007: 29).
Barangkali dalam majelis ilmu dewasa ini (majelis ilmu umum)
metode ceramah telah sangat membudaya, seolah-olah hanya metode ini
saja yang dapat dipakai dalam majelis ilmu. Dalam rangka pengembangan
dan peningkatan mutu majelis ilmu, ada baiknya metode yang lain mulai
dipakai.

28

Penambahan dan pengembangan materi serta sistem dapat saja


terjadi di majelis ilmu, melihat semakin majunya zaman dan semakin
kompleks permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud
program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu
sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar majelis ilmu tidak
terkesan kolot dan terbelakang. Karena majelis ilmu merupakan salah satu
struktur kegiatan dakwah yang berperan penting dalam mencerdaskan
umat, maka selain pelaksanaannya harus sesuai teratur dan periodik juga
harus mampu membawa jamaah menjadi yang lebih baik.
B. Dzikir Ajeg
1. Pengertian Dzikir Ajeg
Asal kata dzikir berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar dzakara,
artinya mengingat, menyebut (Mahmud Yunus: 134). Dalam kitab alKulliyat karya Abu al-Baqa, dzikir mempunyai dua makna, pertama,
menyebutkan sesuatu. Kedua, mengingat sesuatu di akal yang tidak ada
dihadapannya atau gaib. Dan dzikir menurut istilah adalah menyebutkan
lafadz-lafadz yang ada riwayat yang menyarankannya menurut hadis atau
ajaran para ulama (Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali Al-Habsyi,
Ahmad Lutfi Fathullah Mughni. 2008: 21).
Dzikir secara literal berarti mengingat, pada dasarnya merupakan
amaliah yang selalu terkait dengan berbagai ibadah ritual dalam Islam.
Dalam pengertian ini, dzikir berarti suatu bentuk kesadaran yang dimiliki
oleh seorang makhluk akan hubungan yang menyatukan seluruh

29

kehidupannya dengan sang pencipta (Subandi, 2009: 33). Istilah ajeg


merujuk kepada pengertian stabil. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia
(1976) Ajeg bermakna tetap atau tidak berubah.
Jadi dzikir ajeg merupakan aktivitas untuk memuji dan mengingat
Allah yang dilaksanakan secara berkala dengan teratur dan stabil.
Dzikrullah adalah perintah Allah dan Rasul-Nya, dan bukan ciptaan atau
buatan manusia, sebagaimana firman Allah surat Ali imran ayat 41.


Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta
bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari (Yayasan Penyelenggara
Penterjemah. 2011: 55).
2. Metode Dzikir
Ada dua macam metode dzikir yang umum dilakukan, yaitu dzikir
jahr dan dzikir khafi. Dzikir jahr juga disebut sebagai dzikir lisan, dimana
orang membaca kalimat-kalimat dzikir secara lahiriah dengan suara yang
jelas dan kadang cukup keras. Sebaliknya dzikir khafi, atau disebut dengan
dzikir qalbi. Dilakukan dengan menyebut Allah berulang-ulang secara
batiniah di dalam hati, jiwa dan ruh.
Sebagian kelompok sufi melaksanakan dzikir jahr, disertai dengan
gerakan gerakan tubuh yang ritmis seperti yang dilaksanakn oleh pengikut
tarekat

Qodiriyah

Naqsabandiyah

pesantren.

Bahkan

sebagian

menggunakan musik serta gerakan berputar-putar yang diberlakukan oleh

30

pengikut-pengikut terekat Mawlawiyah di Turki. Sementara itu, dalam


melaksanakan dzikir khafi, sebagian menggunakan konsep badan
halus/latifah (Subandi, 2009: 35).
3. Macam-macam Lafadz Dzikir
Dzikir atau mengingat Allah sudah jelas diperintahkan dalam AlQuran. Lafadz untuk mengingat Allah ini terdiri dari berbagai macam
diantaranya membaca Al-Quran, melantunkan sembilan puluh sembilan
nama Allah, mengucapkan tahlil, Laa Ilaha Illallah ( tidak ada zat yang
layak dan berhak disembah selain Allah), takbir, Allahu Akbar(Allah Maha
Besar), mengucap istighfar, Astaghfirullahal Adzim ( memohon ampunan
Allah),

istiadzah,

Audzubillahi

Minassyaitonirrojim

memohon

perlindungan kepada Allah dari bisikan setan yang terkutuk), dan


mendoakan atau bersholawat kepada nabi Muhammad atau durud,
Allahumma Sholli Ala Muhammad (Mir Valiuddin. 1997: 100).
4. Manfaat Dzikir
a. Dzikir menjadikan cerdas
Kebanyakan orang meyakini bahwa untuk mencapai kecerdasan,
baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual, harus diraih
dengan belajar giat dan pantang menyerah. Padahal, tuntunan agama
memberikan banyak kemudahan. Dengan kata lain, kecerdasan akan
datang jika dalam ikhtiar atau belajar diikuti dengan dzikir sebagai
senjata utamanya.

31

Dzikir yang dilandasi dengan kesadaran pikiran serta kesucian


hati, yang merupakan entitas (quantum), mengandung daya yang sangat
tinggi sehingga mempu menyetrum yang bersangkutan dari lubuk hati
yang paling dalam. Selain itu, juga membuat perbuatan lahiriyah dengan
pemikiran yang orisinal dan brilian (Suyadi. 2008: 44).
b. Dzikir mengundang Rahmat Allah
Dzikir mempunyai fadhilah yang luar biasa, salah satunya
mengundang kasih sayang atau rahmat dari Allah SWT. Sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai
berikut:





Manakala suatu kelompok duduk bersama, seraya berdzikir
kepada Allah SWT, niscaya para malaikat akan mengelilingi
mereka dan mereka pun akan diliputi rahmah dan Allah SWT
akan menyebut mereka diantara siapa saja yang berada dari sisiNya ( Abu Hamid al- Ghazali. 1994: 19).
c. Dzikir membersihkan hati
Membersihkan hati bermakna menghapus darinya kecintaan
pada dunia dan hal-hal duniawi serta menghilangkan darinya segenap
kesedihan, kedukaan dan kekhawatiran atas segala sesuatu yang tidak
berguna. Jadi oang yang bersih hatinya akan selalu berpikir positif, bisa
berbuat lebih baik kepada siapapun, serta dapat menghilangkan
kegelisahan yang ada pada dirinya.

32

Setiap manusia teradang merasakan gelisah dan terfokus hanya


kepada permasalahan dunia semata. Namun jika seseorang mampu
memutuskan dirinya dari berbagai kesedihan dan ketakutan dunia, dan
mencurahkan perhatiannya pada dzikir, maka hijab-hijab pun akan
tersingkap dari hatinya. Orang yang senantiasa berdzikir, maka maka
Allah membebaskan hatinya dari semua belenggu keduniawian ( Mir
Valiuddin. 1997: 46).
d. Dzikir sebagai pelengkap terapi medis
Dipandang

dari

kesehatan,

dzikir

mengandung

unsur

psikoterapeutik yang mendalam. Psikoreligius terapi ini sangatlah


penting karena mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang
membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme. Dua hal ini, yaitu
rasa percaya diri (self confident) dan optimisme, merupakan dua hal
yang amat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit, di samping obatobatan dan tindakan medis yang diberikan.
Dr. Dale A. Matthews dari Universitas Georgetown, Amerika
Serikat mengatakan dalam pertemuan tahunan The American
Psychiatric Assotiation, antara lain bahwa mungkin suatu saat para
dokter akan menuliskan doa dan dzikir pada kertas resep, selain resep
obat pada pasien. Dikatakan bahwa dari 212 studi yang telah dilakukan
oleh para ahli, ternyata 75% menyatakan bahwa komitmen agama (doa
dan dzikir) menunjukkkan pengaruh positif pada pasien (Dadang
Hawari. 1998: 8).

33

C. Akhlakul Karimah
1. Pengertian akhlakul Karimah
Akhlak atau moral adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri
dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat
seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk
kerangka psikologi seserang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan
dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbedabeda (Marzuki. 2009: 8).
Sebuah definisi ringkas yang bagus tentang akhlak (moral) dalam
kamus La Lande, yaitu moral mempunyai empat makna berikut:
a) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang diterima dalam
satu zaman oleh sekelompok orang. Dengan makna ini moral bisa
bersifat keras, buruk atau rendah.
b) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang dianggap baik
berdasarkan kelayakan bukan berdasar syarat.
c) Moral adalah teori akal tentang kebaikan dan keburukan, ini menurut
filsafat. Tujuan-tujuan kehidupan yang mempunyai warna humanisme
yang kentalyang tercipta dengan adanya hubungan-hubungan sosial
(Ali Abdul Halim Mahmud. 2004: 27).

34

Ali Abdul Halim Mahmud menjelaskan bahwa para ulama


mendefinisikan mengenai akhlak diantaranya sebagai berikut (2004: 2834):
a)

Imam Abu Hamid al-Ghazali


Kata al-khalq fisik dan al-khuluq akhlak adalah dua kata
yang sering dipakai bersamaan. Seperti redaksi bahasa arab ini,
fulaan husnu al-khalq wa-alkhulq yang artinya si fulan baik lahirnya
juga batinnya. Sehingga yang dimaksud dengan kata al-khalq adalah
bentuk lahirnya. Sedangkan al-khuluq adalah bentuk batinnya.

b) Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani


Dalam bukunya at-Tarifat mendefinisikan akhlak adalah
istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya
terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa berpikir
dan merenung.
c)

Ahmad bin Musthafa


Ulama ensiklopedis ini mendefinisikan akhlak adalah ilmu
yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan. Dan keutamaan
itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan, yaitu:
kekuatan berpikir, kekuatan marah, kekuatan syahwat.

d) Muhammad bin Ali al-Faaruqi at-Thanawi


Akhlak adalah keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama
dan harga diri.

35

Sedangkan Karimah secaara bahasa adalah bentuk kata bahasa arab

-
- yang artinya mulia ataupun murah hati. Selain itu juga bisa
diartikan terpuji ataupun baik (Mahmud Yunus. 1990: 371).
Jadi Pendidikan Akhlakul karimah berkisar tentang persoalan
kebaikan dan kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan
yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana seharusnya
seseorang dalam bertingkah laku (Muhammad Abdul qodir Ahmad. 1985:
195).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa akhlak merupakan hal yang
pertama dinilai dalam bertindak atau bertingkah laku seseorang individu .
Tidak ada satu tindakan pun yang tanpa didasari dengan akhlak. Maka
hendaklah diwujdkan berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, akhlak seseorang dalam megikuti sebuah perkuliahan, harus
sesuai dengan aturan pada kontrak pembelajaran. Dengan demikian
akhlakul karimah adalah konsep yang membantu kita untuk memahami
tingkah laku. Sejumlah perbedaan perbedaan tingkah laku dapat merupakan
pencerminan atau manifestasi dari akhlak yang sama.
2. Ruang Lingkup Akhlak Islam
Akhlak mulia atau akhlakul karimah adalah hal yang harus kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan akhlakul karimah
hendaklah selalu dilaksanakan di setiap waktu, baik ketika dalam kondisi
bahagia ataupun susah.

36

Dilihat dari ruang lingkupnya akhlak Islam dibagi menjadi dua


bagian, yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah SWT.) dan akhlak terhadap
makhluk (selain Allah). Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi
menjadi beberapa macam, seperti akhlak terhadap sesama manusia, akhlak
terhadap makhluk hidup selain manusia (seperti tumbuhan dan binatang),
serta akhlak terhadap benda mati.
a. Akhlak Terhadap Allah Swt
Akhlakul karimah terhadap Allah SWT pada prinsipnya
merupakan penghambaan diri secara total kepada-Nya. Sebagai
makhluk yang dianugerahi dengan akal sehat, kita wajib menempatkan
diri kita pada posisi yang tepat, yakni sebagai penghamba dan
menempatkan-Nya sebagai Dzat yang Maha Adi Kodrati serta satusatunya Dzat yang dipertuhankan (Nipam Abdul Halim. 2000: 44).
Orang Islam yang memiliki aqidah yang benar dan kuat
berkewajiban untuk berakhlak baik kepada Allah SWT dengan cara
menjaga kemauan dengan meluruskan ubudiyah dengan dasar tauhid,
menaati perintah Allah atau bertakwa, ikhlas dalam semua amal, cinta
kepada Allah, takut kepada Allah, berdoa dan penuh harapan (raja)
kepada Allah SWT, bertawakal setelah memiliki kemauan dan
ketetapan hati dan, bertaubat serta istighfar bila berbuat kesalahan, rido
atas semua ketetapan Allah, dan berbaik sangka pada setiap ketentuan
Allah (Marzuki. 2009:24).

37

b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia


Akhlak terhadap sesama manusia harus dimulai dari akhlak
terhadap Rasulullah SAW, sebab Rasullah yang paling berhak dicintai,
baru dirinya sendiri. Taat kepada Nabi Muhammad SAW, memang
suatu keharusan. Sebagai pembawa dan penganjur agama Islam, dialah
satu-satunya orang yang paling tahu tentang ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya. Diantara bentuk akhlak kepada Rasulullah adalah cinta
kepada Rasul dan memuliakannya, taat kepadanya, serta mengucapkan
shalawat dan salam kepadanya (Humaidi Tatapangarsa. 1980: 88).
Selanjutnya yang terpenting adalah akhlak dalam lingkungan
keluarga. Akhlak terhadap keluarga dapat dilakukan misalnya dengan
berbakti kepada kedua orang tua, bergaul dengan maruf, memberi
nafkah dengan sebaik mungkin, saling mendoakan, bertutur kata lemah
lembut, dan lain sebagainya.
Setelah pembinaan akhlak dalam lingkungan keluarga, yang
juga harus kita bina adalah akhlak terhadap tetangga. Membina
hubungan baik dengan tetangga sangat penting, sebab tetangga adalah
sahabat yang paling dekat. Bahkan dalam sabdanya Nabi Saw.
menjelaskan: Tidak henti-hentinya Jibril menyuruhku untuk berbuat
baik pada tetangga, hingga aku merasa tetangga sudah seperti ahli
waris (HR. al-Bukhari).
Setelah selesai membina hubungan dengan tetangga, tentu saja
kita bisa memperluas pembinaan akhlak kita dengan orang-orang yang

38

lebih umum dalam kapasitas kita masing-masing. Dalam pergaulan kita


di masyarakat bisa saja kita menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dengan mereka, entah sebagai anggota biasa maupun sebagai pemimpin.
Sebagai pemimpin, kita perlu menghiasi dengan akhlak yang mulia.
Serta jika menjadi anggota masyarakat hendaklah hidup rukun sesuai
dengan tata krama yang ada di lingkungan masyarakatnya.
c. Akhlak Terhadap Lingkungan
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan
mengandung arti pengayom, pemeliharaan, dan pembimbingan agar
setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan
kepada penciptaan suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan
agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup. Akhlak yang baik
senantiasa selalu merawat tanpa membuat kerusakan dan polusi
sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri
yang menciptanya.
Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berada
di sekitar manusia, yakni binatang, tumbuhan, dan benda mati. Akhlak
yang dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan di bumi,

39

yakni untuk menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus


berjalan sesuai dengan fungsi ciptaan-Nya (Marzuki, 2009:24).
3. Sumber Akhlak Islam
Sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam, apakah termasuk
akhlak yang baik atau akhlak yang tercela, sebagaimana keseluruhan ajaran
Islam lainnya adalah al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan
buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua
sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia.
Kedua sumber ajaran Islam yang pokok itu (al-Quran dan Sunnah)
diakui oleh semua umat Islam sebagai dalil naqli yang tinggal
mentransfernya dari Allah Swt. dan Rasulullah Saw. Keduanya hingga
sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang
memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang
tidak benar (dlaif atau palsu). Melalui kedua sumber inilah kita dapat
memahami bahwa sifatsifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah
termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia (Marzuki, 2009:19). Dalam sumber
al-Quran sangatlah dianjurkan untuk berakhlakul karimah




Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

40

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian


apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya (Yayasan Penyelenggara Penterjemah.
2011: 55).
Sumber dari hadis Nabi agar berakhlak karimah disabdakan yang
diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Amr:

( (

Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya (HR. alTirmidzi).


Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain
al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia.
Terdapat pula akhlak sekuler yang bersumber dari hasil budaya manusia
tanpa memikirkan adanya kekuatan ghaib (Tuhan). Ukuran baik dan buruk
hanya didasarkan pada komunitas manusia yang menciptakan kebudayaan
yang bersangkutan. Akhlak sekuler ini hanya membimbing manusia dalam
berhubungan dengan sesama manusia saja, serta ukuran baik buruknya
hanya dipandang dari sudut kemanusiaan belaka (Nipam Abdul Halim.
2000: 15).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran baik dan
buruknya akhlak manusia bisa diperoleh melalui berbagai sumber. Akan
tetapi hanyalah sumber al-Quran dan Sunnah Nabi yang tidak diragukan
kebenarannya. Sumber-sumber lain masih penuh dengan subyektivitas dan
elativitas mengenai ukuran baik dan buruknya. Karena itulah ukuran utama
akhlak Islam adalah al-Quran dan Sunnah. Dan inilah yang sebenarnya
merupakan bagian pokok dari ajaran Islam. Apapun yang diperintahkan

41

oleh al-Quran dan Sunnah pasti bernilai baik untuk dilakukan, sebaliknya
yang dilarang oleh al-Quran dan Sunnah pasti bernilai baik untuk
ditinggalkan.
4. Fungsi Akhlak bagi Seorang Muslim
Akhlak memiliki manfaat dan peran tersendiri bagi kehidupan
seorang muslim, baik bagi orang lain maupun bagi diri sendiri, juga bagi
masyarakat luas. Secara lebih terperinci manfaat dan fungsi akhlak bagi
seorang muslim antara lain:
a. Akhlak bukti nyata keimanan
Ketulusan iman sesungguhnya dapat terpancar pada sikap dan perilaku.



Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya....
Kandungan ayat ini sangat ilustratif, namun mudah ditangkap
maknanya. Yaitu bahwa sifat-sifat orang beriman seperti tanaman yang
kuat. Setelah besar dan tumbuh perkasa, ia pun berbuah ranum, maka
penanamnya pun bersuka ria. Itulah akhlak, perilaku yang dirasakan
manfaat nya oleh orang lain. Karenanya akhlak adalah buah keimanan.
b. Akhlak adalah tujuan akhir diturunkannya Islam
Kedudukan akhlak atau sikap hidup yang terpuji sangatlah
mulia, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya tujuan Islam diturunkan

42

adalah untuk menciptakan perilaku manusia yang terpuji, bukan sekedar


untuk menjadi ahli ibadah yang tidak mengenal kehidupan sosial
disekitarnya. Allah SWT memuji Rasulullah SAW karena beliau
berhasil menampilkan perilaku yang terpuji dalam membimbing
umatnya, Allah SWT berfirman:


Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung (Wahid Ahmadi. 2004: 21).
c. Akhlak adalah tiang agama
Akhlak pada umumnya menerangkan tentang perilaku atau
perbuatan manusia. Akhlak itu sangat penting bagi manusia. Akhlak
manusia itu ada dua, yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk.
Akhlak merupakan kehendak manusia dan sumber akhlak pun
bermacam-macam.
Untuk meraih kesempurnaan akhlak, seseorang harus melatih
diri dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang harus
melatih diri dan membiasakan diri berfikir dan berkehendak baik.
Akhlak seseorang bukanlah tindakan yang direncankan pada saat-saat
tertentu saja. Akhlak juga merupakan keutuhan kehendak dan perbuatan
yang melekat pada seseorang yang akan tampak pada perilakunya
sehari-hari.
Fungsi akhlak dalam Islam nampaklah amat penting.
Keberadaannya memiliki kemutlakan yang nyaris absolut. Ibarat Islam
adalah sebuah gedung, maka akhlak adalah tiangnya yang wajib
43

ditegakkan

oleh

setiap

muslim.

Maka

barang

siapa

yang

menegakkannya berarti menegakkan agama dan barang siapa yang


mengabaikannya berarti merobohkan agama. (Nipam Abdul Halim.
2000: 20).

44

BAB III
GAMBARAN UMUM MAJELIS ILMU DZIKIR AJEG SELOSO KLIWON
STAIN SALATIGA

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya


Segala sesuatu yang hidup di dunia ini, apakah itu makhluk bernyawa
ataupun makhluk tidak bernyawa pasti mempunyai latar belakang atau
sejarahnya masing-masing. Begitu juga dengan berdirinya Majelis Ilmu Dzikir
Ajeg Seloso Kliwon ini yang mempunyai sejarah yang tidak kalah menarik
dengan sejarah kelahiran yang lain.
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon tidak didirikan dalam kondisi
yang serba ada dan bukan diatas singgasana yang serba berkecukupan,
melainkan ia lahir dan berkembang berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa.
Selain itu adanya persatuan dari beberapa mahasiswa STAIN Salatiga yang
menyumbangkan pikiran dan tenaganya dengan niat ibadah dan menuntut
ilmu.
Beberapa tahun lalu tepatnya pada awal tahun 2012, ada beberapa
mahasiswa yang tergabung dari berbagai UKM di STAIN Salatiga antara lain
dari Stain Music Club, Teater Getar, Mapala Mitapasa, Stain Sport Club yang
secara rutin melaksanakan kegiatan diskusi keagamaan pada malam jumat. Hal
ini dilatarbelakangi karena masih minimnya pengetahuan masalah keagamaan.
Namun majelis diskusi ini hanya dilaksanakan oleh lima sampai sepuluh orang
mahasiswa saja. Melihat kebutuhan bahwa wawasan keagamaan ini sangatlah
dibutuhkan, maka pada bulan November 2012 digagaslah majelis ilmu dzikir
45

ajeg Seloso Kliwon, yang ditujukan bisa merangkul lebih luas dari mahasiswa
STAIN Salatiga.
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon ini terinspirasi dengan konsep
kebersamaan atau maiyah yang di gagas oleh Emha Ainun Najib atau Cak Nun.
Zulfi Naja menuturkan, Model diskusi kebersamaan atau maiyah ini lebih
banyak diminati dan lebih menarik bagi kaum pemuda, khususnya mahasiswa
dari pada pengajian yang bersifat penyampaian materi searah, karena dengan
diskusi, persoalan tentang materi lebih bisa dibahas secara mendalam.
Banyak model maiyah yang telah terbentuk di berbagai kota seperti
Mocopat Syafaat di Jogja, Gambang Syafaat di Semarang, Bang-bang wetan
di Surabaya dan lain-lain. Jadi pelaksanaan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso
Kliwon pun hampir sama dengan model maiyah Cak Nun. Berisikan diskusi
keagamaan, dan diselingi dengan musik etnik islami. Namun yang
membedakannya adalah adanya dzikir yang dilaksanakan di awal acara.
(Wawancara Penulis dengan Zulfi Nadja, Salatiga: 23 April 2014).
B.

Tujuan Berdirinya Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon


Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon didirikan dengan tujuan
memberi manfaat kepada para jamaahnya antara lain:
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Prosesi dzikir, khususnya dengan banyak membaca kalimat tahlil,
La Ilaaha Ilallah, ditujukan agar kalimat tersebut tertanam dalam diri para
jamaah sehingga bisa meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.
Berdzikir merupakan salah satu jalur komunikasi yang bersifat vertikal,

46

yaitu jalur komunikasi dengan Tuhan (Humaidi Tatapangsa, 1980: 18).


Selain itu dengan dzikir dan diskusi keagamaan diharapkan mampu
diimplementasikan dalam wujud mematuhi perintah Allah SWT.
Tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang pasti berbeda-beda,
begitu pula para jamaah yang terdiri dari para mahasiswa STAIN
Salatiga. Dzikir dan kajian ilmu ini bertujuan untuk membantu para
jamaah untuk meningkatkan hablumminallah khususnya bagi para
jamaah yang masih kurang dalam wawasan keagamaannya.
2. Membina akhlak dan tingkah laku meliputi akhlak terhadap Allah dan
akhlak terhadap sesama manusia.
Ruang lingkup akhlak yang paling utama yaitu bagaimana dalam
berakhlak kepada Allah dengan baik, kemudian diikuti dengan
pemahaman berakhlak terhadap sesama manusia. Kedua ruang lingkup itu
lah yang menjadi tujuan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam
membina para jamaahnya.
Seorang mukmin yang selalu mengisi hatinya dengan dzikir kepada
Allah, sehingga hatinya menjadi bersih dan terhindar dari noda-noda dosa.
Ia sangat takut jika dalam hatinya bersemi sifat jahat, iri hati benci dan
sombong. Karenanya, ia selalu menjaga hatinya dari sifat-sifat kotor
tersebut. Hati adalah penentu tindakan seseorang. Apabila hatinya baik,
maka seluruh anggota tubuhnya ikut baik. Tetapi apabila hatinya jelek
maka menjadi jeleklah semua tindakan anggota tubuhnya (Alaika
Salamullah, 2008: 27)

47

Sisi

moralitas

yang

makin

merosot

dewasa

ini

sangat

memprihatinkan. Oleh karena Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon


diharapkan mampu menjadi filter dalam pergaulan serta memupuk
akhlakul karimah.
3. Terciptanya kerukunan antar mahasiswa
Dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon mengedepankan
model kebersamaan, hal ini ditujukan agar setiap jamaah tidak ada rasa
sungkan dalam bergaul. Jika dalam pergaulan sudah terjalin dengan baik,
tentu saja akan menimbulkan rasa kekeluargaan yang dampaknya akan
menciptakan kerukunan antar para jamaah.
4. Media penguatan pengetahuan
Kajian serta diskusi keagamaan menjadi tempat bagi para
mahasiswa jamaah Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam
menimba ilmu agama selain dari bangku perkuliahan. Materi-materi yang
disampaikan luas lingkupnya mulai dari sisi fiqih, sejarah islam, aqidah
akhlak dan lain-lain. Dengan demikian para jamaah bisa memanfaatkan
kajian ini dan bisa menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
keagamaan.
5. Mempererat silaturrahmi antar mahasiswa
Tujuan dari mejelis ini juga mencakup dalam hal bagaimana agar
terciptanya tali silaturahim yang baik bagi antar jamaah, mulai dari
pembina, pengurus dan seluruh jamaah. (Wawancara Penulis dengan
Zainal al-Anwar, Salatiga: 5 Juli 2014)

48

Dengan terbentuknya rumusan tujuan-tujuan di atas, Majelis Ilmu


Dzikir Ajeg Seloso Kliwon berharap di dalam perjalanannya bisa mantap dan
terarah, serta tetap berlangsung dengan lancar. Hal ini sejalan dengan hadist
Nabi Muhammad SAW yang artinya: Barang siapa yang menghendaki dunia
maka ia harus menguasai ilmunya, dan barang siapa yang menghendaki
akhirat maka ia harus menguasai ilmunya, dan barang siapa yang
menghendaki keduanya, maka harus pula menguasai ilmu-ilmunya.
C. Struktur Organisasi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
Suatu organisasi tidak akan berjalan dengan baik, tanpa adanya orangorang yang mengurusi ataupun bertanggung jawab di organisasi tersebut. Maka
dari itu harus dibuat suatu struktur kepengurusan yang jelas.
Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan semua
tugas kerja untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi
tersebut serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi yang
melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut (Soetmina, 1992: 57)
Struktur organisasi dibentuk sebegai kerangka kerja sama di mana
orang-orang akn bertindak, menyusun. Max Weber berpendapat bahwa struktur
organisasi mempunyai peran yang sangat penting terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Untuk itu perlu disusun struktur organisasi yang efektif, agar
organisasi bisa stabil (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan-FIP-UPI. 2007: 152).
Untuk mencapai misi yang diemban oleh Majelis Ilmu Dzikir Ajeg
Seloso Kliwon, seperti yang telah dituturkan oleh ketua yaitu Zulfi Naja maka
disusunlah sebuah struktur organisasi sebagai berikut:

49

Pembina

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Sie.
Dakwah

Bendahara

Sie. Music

Sie. Perkap

Sie.
Informasi

1. Pembina
Pembina dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon adalah
beliau Bapak Ahmad Dimyati, Bapak Agus Suaidi, Lc. Ma. Dan Bapak
Zaenal al-Anwar. Pembina ini bertugas mengarahkan dan membina proses
keberlangsungan kegiatan. Selain itu Pembina juga menjadi pemateri dalam
rutinan majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon.
2. Ketua
Jabatan ini depegang oleh Muhammad Zulfi Nadja. Tugas seorang
ketua dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon adalah mengusahakan
agar yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuannya dengan sebaik50

baiknya dalam kerja sama yang produktif. Seorang ketua harus mampu
mengintegrasikan antar pengurus maupun antar jamaah, terutama jika ada
suatu pandangan atau pemikiran yang berbeda.
3. Wakil Ketua
Jabatan wakil ketua ini dipegang oleh Tuba Ulin Nuha Tugas
seorang wakil ketua adalah bertanggung jawab membantu apa yang menjadi
tugas dari ketua Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon. Jabatan ini sama
beratnya dengan ketua, karena di sini wakil ketua sangat diperlukan dalam
membantu apa yang diperintahkan oleh ketua.
4. Sekretaris
Jabatan sekretaris ini dipegang oleh Syaiful Azhar tugas seorang
sekretaris adalah mengatur surat menyurat yang diperlukan untuk
keberlangsungan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon. Diantaranya surat
peminjaman tempat, surat undangan, pencatatan undangan yang masuk untuk
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dan lain-lain.
5. Bendahara
Jabatan bendahara ini dipegang oleh Muhammad Latif al-Anshori.
Ia bertugas mengatur keuangan di Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon.
Pengaturan tersebut meliputi pengeluaran dan pemasukan yang diterima
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon. Tugas ini membutuhkan adanya
kejujuran dan ketelitian.
Selain jabatan-jabatan di atas, dalam tugasnya mereka juga dibantu
oleh seksi-seksi diantaranya sebagai berikut:

51

a. Seksi dakwah
Jabatan seksi dakwah ini dipegang oleh Muhammad Syaifuddin
bertugas memimpin dzikir dan menghubungi pemateri untuk rutinan Majelis
Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon. Seksi dakwah juga bertugas menjadi
moderator dalam pelaksanaan diskusi. Serta menjadi badal atau pengganti
pengisi diskusi jika pemateri tidak hadir.
b. Seksi musik
Jabatan seksi musik ini dipegang oleh Ahmad Hasan Asyari. Ia
bertugas untuk mengaransement musik-musik shalawat yang digarap oleh
SK musik.
c. Seksi perlengkapan
Jabatan seksi perlengkapan ini dipegan oleh Muhammad Naufal
Arrazaqu. Dalam hal ini Dia bertugas mengkoordinir segala kebutuhan yang
diperlukan oleh Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon. Hal ini meliputi,
persiapan ruangan, sound system, alat-alat musik dan lain-lain.
d. Seksi Informasi
Jabatan seksi informasi ini dipegang oleh Muhammad Abdul Wahid.
Seksi informasi ini bertugas memberi informasi apapun mengenai kegiatankegiatan yang akan dilakukan oleh Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon,
misalnya

mengumumkan

adanya

rutinan

tiap

Seloso

Kliwon,

mengumumkan undangan untuk SK musik jika ada undangan dari luar,


mengumumkan jika ada rapat pengurus dan lain-lain. Penyebaran informasi

52

biasanya dilakukan melewati surat resmi, pampflet, maupun melalui jejaring


facebook.
Jabatan pengurus diatas bukan merupakan anugerah, namun
merupakan tanggung jawab yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Dalam kepengurusan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon tidak terlalu
berat dalam prakteknya, karena dalam intern pengurus sudah terbentuk
sebuah ikatan kekeluargaan yang bagus, sehingga antara individu pengurus
satu dan lainnya saling membantu dalam setiap tugas yang ada. Namun demi
kelancaran Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon, tiap-tiap pengurus
dituntut untuk selalu istiqomah dalam mengemban amanah amar maruf
nahi munkar (Wawancara Penulis dengan Zulfi Nadja, Salatiga: 7 Juli 2014).
D. Peserta Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
Majelis ini terbentuk sudah lebih dari satu tahun. Pada awalnya peserta
yang mengikuti majelis ini hanya kutang lebih sepuluh mahasiswa. Namun
dalam perkembangannya, kini jamaahnya semakin bertambah dan sudah
mencapai 40 mahasiswa. Namun mayoritas jamaahnya adalah dari golongan
laki-laki atau mahasiswa sedangkan dari golongan perempuan atau mahasiswi
hanya sebagian kecil saja. Faktor penyebabnya karena pelaksanaan majelis
dzikir dan ilmu ini berlangsung pada malam hari, jadi sulit bagi mahasiswi yang
ikut bergabung.
Jamaah yang mengikuti majelis ini mempunyai berbagai tipe. Pertama,
yaitu jamaah yang serius dan sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan.
Jamaah yang ideal ini mempunyai motivasi dari diri sendiri serta memang

53

mempunyai niatan menuntut ilmu dan menambah wawasan keagamaan. Tipe


jamaah ini selalu aktif dalam mengikuti rangkaian kegiatan Majelis Ilmu
Dzikir Ajeg Seloso Kliwon. Kedua, ada tipologi peserta yang sekedar ikutikutan saja. Tipe yang kedua ini biasanya hanya mengikuti ajakan teman, serta
tidak selalu aktif dalam kegiatan majelis (Wawancara Penulis dengan Syaiful
Azhar, Salatiga: 25 Juni 2014)
E. Program Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
Program adalah suatu deretan kegiatan yang digambarkan untuk
melaksanakan rencana kegiatan atau kebijakan (policy) dalam mencapai tujuan
(objective). Suatu program menentukan kegiatan-kegiatan secara bertahap atau
suatu rentetan kegiatan, yang menjadi tuntunan dalam pelaksanaan suatu
kebijakan.
Adapun program-program Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
yaitu:
1. Program yang ditujukan kepada seluruh jamaah yaitu rutinan majelis ilmu
dan dzikir setiap Seloso Kliwon. Kegiatan ini rutin dilaksanakan dan
diikuti oleh semua jamaah baik pengurus maupun peserta. Program ini
adalah program utama dalam majelis ini.
Melalui rutinan ini jamaah mempunyai kesempatan untuk menambah
wawasan keagamaannya melalui kajian keagamaan. Selain itu rutinan ini
menjadi inti untuk membentuk akhlakul karimah mahasiswa melalui jalur
batiniah yaitu dzikir serta penekanan materi diskusi keagamaan yang selalu
berkaitan dengan akhlakul karimah.

54

2. Kegiatan rutinan dua minggu sekali keluarga besar Majelis Ilmu Dzikir
Ajeg Seloso Kliwon, berisikan dzikir dan diskusi terbuka, baik itu tentang
masalah agama maupun persoalan umum. Rutinan diwajibkan bagi semua
pengurus dan juga terbuka untuk jamaah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap
malam kamis dua minggu sekali. Tempat pelaksanaannya di rumah
pengurus Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon secara bergilir.
Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin silaturrahim dan rasa kekeluargaan
antar pengurus. Program yang berisikan silaturahim merupakan program
penunjang yang bertujuan untuk mengintensifkan pembentukan akhlakul
karimah jamaah majelis dzikir khususnya bagi para pengurus, serta
umumnya bagi semua jamaah.
3. Kegiatan latihan SK musik setiap malam Selasa. Kegiatan ini bertujuan
untuk persiapan ketika tampil di acara rutinan Seloso Kliwon ataupun
persiapan bagi SK musik jika ada undangan dari luar. Musik yang digarap
SK musik bertajuk shalawat, sehingga bisa dinikmati bagi seluruh jamaah.
Melalui SK musik ini, para anggota yang tergabung mengekspresikan
shalawat dengan model yang berbeda. Khususnya pada peralatan khas jawa
yang tidak ditemui di sekitar Salatiga. Hal ini sebagai bentuk dakwah
melalui musik dari Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon.
4. Silaturrahim Ramadhan. Program jangka panjang ini bertujuan sebagai
dakwah dan silaturrahim Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon di luar
kampus dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Program ini sudah
terlaksana pada Ramadhan tahun 2013, dimana Majelis Ilmu Dzikir Ajeg

55

Seloso Kliwon bersilaturrahim dan ikut andil dalam peringantan Nuzulul


Quran di tiga tempat di sekitar Salatiga. Program ini bisa menambah
pendidikan akhlakul karimah, khususnya akhlak bagi sesama manusia.
5. Wisata religi. Program ini dirancang untuk dilaksanakan satu tahun sekali.
Dan sudah terlaksana putaran yang pertama pada bulan maret lalu. Wisata
religi yang sudah terlaksana yaitu berziarah ke beberapa makam wali
songo. Mulai dari makam Sunan Kalijaga di Demak, makam Sunan Kudus
di Kota Kudus, makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe.
Ziarah ke makam Sunan Muria berjarak sekitar 30 kilometer arah utara dari
KMMK (Kompleks Masjid Menara Kudus). Serta terakhir di makam
Sunan Bonang yang berada di Kota Tuban. Program ini berisikan dzikir
tahlil pada setiap tempat yang dikunjungi. Wisata religi ini selain untuk
mempererat tali silaturahim namun juga menambah ketenangan batin
melalui dzikir yang dilaksanakan di makam-makam wali tersebut. Ziarah
termasuk juga pembinaan akhlak kepada ulama-ulama terdahulu, karena
ziarah merupakan bentuk doa kepada beliau yang sudah meninggal
(Wawancara Penulis dengan Tuba Ulin Nuha, Salatiga: 7 Juli 2014).

56

BAB IV
KONTRIBUSI MAJELIS ILMU DZIKIR AJEG SELOSO KLIWON
DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH
A. Model Kegiatan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon STAIN Salatiga
Dari hasil obsevasi dan wawancara, penulis menemukan data-data
sebagai berikut tentang kegiatan yang ada di Majelis Ilmu Dan Dzikir Ajeg
Seloso Kliwon. Kegiatan rutinan setiap Seloso Kliwon dilaksanakan setiap satu
bulan sekali secara rutin. Pelaksanaannya berdurasi empat jam, mulai pukul
20.00-24.00 WIB. Lokasi yang digunakan untuk majelis ini yaitu di aula
kampus STAIN Salatiga. Namun jika cuaca cerah, terkadang dzikir dan majelis
ilmu ini dilaksanakan secara out door, bertempat di pelataran depan aula STAIN
Salatiga.
Setiap kegiatan pasti mempunyai tata cara serta model tersendiri yang
khas dan cocok bagi pelaksanaannya. Begitu juga dengan Majelis Ilmu Dzikir
Ajeg Seloso Kliwon. Pelaksanaannya berbeda jika dibandingkan dengan
majelis-majelis taklim yang ada di pedesaan. Mulai dari pertama
pelaksanaannya disambut dengan iringan dari grup gamelan sholawat SK.
Rangkaian selanjutnya yakni dzikir tahlil. Bacaan dzikir tahlil, meliputi bacaan
surat fatihah, al-ikhlas, al- Falaq, an Nas, Al-Baqoroh 1-5 dan 255. Kemudian
disambung kalimat istighfar (Astaghfirullahal Adzim), bacaan sholawat
(Allohumma Sholli ala Sayyidina Muhammad), kalimat Tahlil ( Laa Ilaaha
Illallah ). Serta dzikir ditutup dengan doa dan Sholawat Asyroqol.

57

Prosesi dzikir dipimpin oleh salah satu Pembina yaitu Zainal al-Anwar.
Dalam prosesi dzikir ini semua jamaah khusyu, serius dan tenang. Bahkan
beberapa jamaah yang sungguh-sungguh menghayati, mereka bisa sampai
menteskan air mata. Dzikir dengan khusyu ini bertujuan melatih jiwa agar
mendapatkan ketenangan batin.
Seseorang yang menghiasi lisannya dengan dzikir, maka ia akan
condong untuk takut kepada Allah. Ia khawatir dan takut jika lisannya
mengucapkan perkataan yang dapat mendatangkan murka Allah serta salalu
menjaga perbuatan-perbuatannya sesuai dengan perintah Islam (Alaika
Salamullah, 2008: 23).
Setelah selesai dzikir dilanjutkan dengan paparan materi sesuai dengan
tema dan diskusi. Namun biasanya sebelum itu dilaksanakan, terlebih dahulu
dilantunkan sholawat-sholawat dari Gamelan Sholawat SK. Grup musik ini
memadukan berbagai alat musik dari perkusi berbentuk terbang, tifa, kemudian
alat-alat elektrik modern seperti gitar, bass, drum juga alat-alat musik khas jawa
yaitu saron dan demung. Semua alat musik itu dikemas dalam lantunan
shalawat-shalawat kepada nabi Muhammad. Hal ini juga merupakan bentuk
sikap berakhlakul karimah terhadap Rasulullah SAW.
Selain itu, pada dasarnya musik dapat menimbulkan rasa aman dan
sejahtera. Setiap jenis musik terdapat variasi gaya, namun dengan musik ini
dapat membuat otak memasuki modus alfa dan menenangkan. Selain itu musik
juga memberi rasa mantap, teratur, serta mencipatakan suasana yang
merangsang pikiran dalam belajar atau bekerja (Don Campbell, 2002: 96).

58

Diskusi merupakan rangkaian acara selanjutnya. Sebelum diskusi,


disampaikan terlebih dahulu materi dari narasumber atau pemateri. Materimateri disampaikan Agus Suaidi dan Dimyati. Namun terkadang dalam acara
rutinan ini mengundang pemateri dari luar kampus, baik itu dari para alumni
STAIN Salatiga, maupun dari ulama di sekitar wilayah Salatiga. Uraiannya
berisi hal yang menyangkut tentang keagamaan sesuai dengan tema yang
diangkat. Tema dalam setiap rutinan ditentukan oleh pengurus dan disesuaikan
dengan moment waktu pelaksanaan. Contohnya, ketika pas bertepatan dengan
moment isra miraj, berarti temanya juga tentang isra miraj.
Setelah itu barulah dilakukan Tanya jawab tentang permasalahan
keagamaan, diskusi ini betujuan agar jamaah lebih memahami secara
mendalam tentang permasalahan keagamaan. Diskusi mendorong para
mahasiswa jamaah majelis untuk lebih ktritis dalam menanggapi persoalan,
khususnya masalah keagamaan. Serta salah satu tujuan diskusi supaya bisa
membangun akhlak yang baik bagi para jamaah, melalui implementasi dari
pembahasan masalah keagamaan khususnya tentang akhlak.
Setelah

diskusi selesai dilanjutkan dengan doa bersama sebagai

penutup dalam Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon. Prosesi doa dipimpin
oleh pemateri. Kemudian dilanjutkan dengan jabat tangan antar jamaah untuk
mengakhiri Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon.
Menurut Dimyati, model Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
mengacu pada petuah dari Sunan Kalijaga yang berbunyi Jowo digowo, Arab
digarap, Barat diruwat. Jowo digowo artinya Islamnya orang jawa megacu pada

59

akhlak jawa yang berbudi luhur,bersikap sopan santun, penuh kearifan dan
ramah tamah. Arab digarap bermaknakan, dalam Islam nya orang jawa dengan
orang arab itu sama dalam hal prinsip, akidah dan akhlaknya, namun out put
kebudayaan Islam jelas beda. Sedangkan barat diruwat berarti pengaruh bangsa
barat itu harus segera diruwat. Kata ruwat bermakana melakukan upaya
detoksifikasi atau racun-racunnya harus segera dihilangkan. Dalam era
globalisasi perlu disaring antara budaya barat yang bermanfaat dan budaya
barat yang menimbulkan penyakit. Ketiga konsep inilah selalu ditekankan dan
dibangun dalam interaksi antar jamaah serta bahasan diskusi yang ditekankan
dalam majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon.
Konsep Jowo digowo, Arab digarap, Barat diruwat tidak hanya
diterapkan dalam interaksi dan diskusi jamaah saja, namun juga dalam hal
musik SK, konsep ini dipraktekkan dengan adanya alat-alat musik jawa
peninggalan para wali yaitu saron, demung dan ditambah dengan bonang.
Kemudian digabungkan dengan alat-alat khas timur atau arab yaitu terbang dan
tifa, serta alat-alat musik dari barat layaknya drum, gitar dan bass. Selain itu
lantunan Sholawat juga dikemas dalam berbagai irama baik itu khas jawa, arab
serta barat (Wawancara Penulis dengan Ahmad Dimyati, Ambarawa: 9 Juli
2014)
Menurut Tuba Ulin Nuha semua kegiatan sudah diprogramkan di
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon. Mulai dari kegiatan yang utama yaitu
rutinan dizikir dan kajian keilmuan islam setiap Seloso Kliwon, serta kegiatan
penunjang lainnya, yaitu rutinan dzikir dan diskusi keislaman di rumah para

60

pengurus setiap dua minggu sekali pada hari rabu malam, kemudian untuk SK
musik melaksanakan latihan rutin setiap malam selasa. Selain itu kegiatan yang
telah terprogram lainnya yang bersifat tahunan yaitu safari ramadhan ke
masyarakat dan ziarah wali atau wisata religi.
B. Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon secara umum dapat
terlihat dari pelaksanaannya. Kegiatan dzikir dan diskusi keagamaan pada
akhirnya akan membawa dampak positif bagi jamaah yang selanjutnya
menjadi landasan kehidupan sehari-hari.
Peranan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon antara lain:
1. Menciptakan jamaah yang bertakwa serta memiliki akhlakul karimah
Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam
menciptakan jamaah yang bertakwa serta berakhlakul karimah, dilakukan
dengan cara memberikan pemahaman tentang pentingnya pengamalan
agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang menjadi benteng pertahan
untuk menghadapi perkembangan jaman yang dekat akan degradasi moral.
Ali Abdul Halim Mahmud mengatakan bahwa akhlak yang
dikontrol dengan nilai-nilai islam, dapat membantu umat Islam dalam
berinteraksi dengan Allah dengan aqidah dan ibadah yang benar.
Berinteraksi dengan diri sendiri, dengan bersikap objektif, jujur dan
konsisten. Selain itu juga ditekankan agar dapat berinteraksi dengan orang
lain dengan baik (2004: 12).

61

Hal ini yang diterapkan oleh Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso
Kliwon dalam mengontrol jamaahnya, dengan menambah nilai-nilai islam,
mulai

dari

pergaulan,

kebersamaan

maupun

keilmuan,

sehingga

menciptakan nuansa keislaman yang dapat membangkitkan rasa takwa dan


berakhlakul karimah bagi setiap jamaahnya.
2. Memberikan wawasan keagamaan yang luas kepada para jamaah
Kontrbusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam
mengembangkan wawasan keagamaan para jamaahnya, terlihat dari dari
proses berjalannya diskusi. Dengan diskusi tersebut jamaah secara
langsung dapat mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang
wawasan agama Islam sebagai agama yang mereka yakini serta mereka
jadikan sebagai landasan hidup sehari-hari.
Melalui diskusi para jamaah berlatih berfikir secara logis, dari
pemaparan materi-materi yang disampaikan. Pemikiran yang logis dapat
memunculkan nalar kritis dari para jamaah. Selanjutnya memunculkan rasa
ingin tahu mengenai materi keagamaan yang dibahas, sehingga para
jamaah bisa menangkap materi-materi yang disampaikan.
3. Mempererat tali silaturrahim antar sesama mahasiswa.
Dari kegiatan utama rutinan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso
Kliwon maupun kegiatan penunjang yang lainnya yang masih menjadi
rangkain kegiatan majelis ini, tujuannya tidak hanya menambah wawasan
keagamaan Islam saja tetapi juga menjadi ajang mempererat tali

62

silaturrahim sesama jamaah. Hal ini juga sebagai perwujudan untuk


berakhalakul karimah terhadap sesama manusia.
Salah satu pengurus majelis, Syaiful Azhar menuturkan bahwa di
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon tidak hanya sekedar berdzikir dan
diskusi saja, namun juga nambah sedulur atau memperbanyak saudara. Tali
silaturahim lebih dipererat dengan rutinan dzikir dan diskusi dua minggu
sekali di tempat para pengurus. Walaupun tidak semua jamaah bisa ikut,
namun paling tidak rutinan dua minggu sekali ini menambah kehangatan
antar para jamaah (Wawancara Penulis dengan Syaiful Azhar Boyolali: 25
Juni 2014).
4. Melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.
Dengan pemahaman tentang agama yang diberikan di Majelis Ilmu
Dzikir Ajeg Seloso Kliwon diharapkan para jamaah mempu menerapkan
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Jamaah juga diharapkan bisa
menjadi pribadi yang bertanggung jawab di berbagai aspek kehidupan.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Majelis Ilmu
Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
1. Faktor Pendukung
Dalam pembinaan akhlak mahasiswa, Majelis Ilmu Dzikir Ajeg
Seloso Kliwon menemukan faktor pendukung sebagai berikut:

63

a. Faktor Psikologis
1) Adanya minat jamaah untuk mengikuti majelis ilmu dan dzikir
dengan tujuan mendalami agama serta menambah pengetahuan.
2) Keseriusan sebagian besar jamaah dalam mengamalkan ilmu yang
mereka dapat. Dalam kehidupan sehari-hari, terlihat dari tingkah
laku dan bertutur sapa lebih sopan dari sebelumnya.
b. Faktor Sosial
1) Interaksi antar jamaah yang menguatkan tali silaturrahim.
2) Tidak adanya diskriminasi antar jamaah dalam hal status sosial.
c. Faktor Media dan Sarana
1) Adanya auditorium, sebagai sarana tempat untuk pelaksanaan
Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dari kampus STAIN
Salatiga.
2) Peralatan musik khas jawa yaitu saron dan demung untuk
penunjang musik SK.
2. Faktor Penghambat dan Upaya Mengatasinya
Mulus, lancar, dan sukses merupakan sesuatu yang sangat
diharapkan setiap kali kita melaksanakan suatu kegiatan. Tetapi hambatanhambatan dalam proses berjalannya suatu kegiatan itu tidak bisa dipungkiri.
Artinya, setiap kegiatan yang dilaksanakan tidak selamanya berjalan seperti
kehendak yang diharapkan, begitu pula yang terjadi dalam Majelis Ilmu
Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam membina akhlakul karimah mahasiswa
STAIN Salatiga.

64

Adapun yang menjadi faktor penghambat antara lain:


a. Masih sedikit jamaah yang ikut serta.
Dari segi pelaksanaannya Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso
Kliwon masih sedikit dalam hal jamaah yang mengikutinya. Dari
sekian banyak mahasiswa hanya sekitar empat puluh mahasiswa saja
yang berminat untuk mengikuti majelis ini. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor. Salah satunya adanya perkembangan teknologi secara
pesat yang memicu tidak tertariknya mahasiswa dalam kegiatan seperti
majelis ilmu dan dzikir ini. Sebagian mahasiswa pasalnya lebih memilih
belajar secara instan melalui media tekhnologi internet dari pada dengan
diskusi keagamaan yang dianggap membosankan dan kuno. Faktor lain
juga disebabkan masim minimnya publikasi tentang pelaksanaan
mejelis ini, serta kebanyakan mahasiswa belum tau bagaimana model
pelaksanaan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon, sehingga belum
tertarik untuk mengikutinya.
e. Belum ada sumber dana yang tetap
Majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon belum mempunyai
sumber dana yang tetap untuk pelaksanaannya, tidak seperti majelis
taklim pada umumnya yang kebanyakan sudah mempunyai donatur
tetap, Selain itu, walaupun Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
terbentuk dan terlaksanan di STAIN Salatiga, namun karena majelis ini

65

bukan merupakan UKM resmi STAIN Salatiga, jadi tidak mendapat


dana langsung dari kampus.
f. Belum mempunyai fasilitas yang memadai
Sorotan lain mengenai hambatan untuk majelis ini adalah
fasilitas perlengkapan yang belum msemadai. Hambatan ini lebih
cenderung dikhususkan untuk SK music, yang sebagian besar peralatan
musik dan sound system masih bergantung pada STAIN Music Club.
Sedangkan untuk perlengkapan yang lain untuk pelaksanannya sudah
cukup memadai (Wawancara Penulis dengan Muhamad Naufal
Arrazaqu, Salatiga: 27 Juni 2014).
Adapun upaya untuk mengatasinya yaitu:
a. Melaksanakan kegiatan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dengan
memadukan unsur modern dan tradisional, yang mengubah pandangan
bahwa majelis ilmu dan dzikir membuat mengantuk, membosankan dan
tidak menarik.
b. Mempublikasikan setiap kegiatan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
melalui berbagai media baik itu langsung maupun melalui media internet.
c. Menambah link atau jaringan sebagai sumber dana pelaksanaan Majelis
Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon.

66

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh rangkaian penelitian yang dilakukan, tentang bagaimana
kontribusi majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon dalam membentuk akhlakul
karimah mahasiswa STAIN Salatiga, penulis dapat menyimpulkan bahwa,
1. Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon merupakan suatu lembaga non
formal yang sangat berperan dalam membina jamaah yang terdiri dari
sebagian Mahasiswa STAIN Salatiga. Para jamaah dibina tentang
keagamaan, khususnya dalam bidang akhlak. Yaitu melalui dzikir tahlil
dengan bacaan surat fatihah, al-ikhlas, al- Falaq, an Nas, Al-Baqoroh 1-5
dan 255. Kemudian disambung kalimat istighfar (Astaghfirullahal Adzim),
bacaan sholawat (Allohumma Sholli ala Sayyidina Muhammad), kalimat
Tahlil ( Laa Ilaaha Illallah ). Serta dzikir ditutup dengan doa dan Sholawat
Asyroqol. Sholawat-sholawat dari SK musik selalu mengiri dalam acara
majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon. Mereka memadukan alat musik dari
perkusi, alat-alat elektrik dan alat-alat musik khas jawa yaitu saron dan
demung. Kemudian dilanjutkan dengan paparan materi sesuai dengan tema
dan diskusi. Selain diskusi dilakukan Tanya jawab tentang permasalahan
keagamaan. Doa bersama menjadi penutup dalam majelis ilmu dzikir ajeg
Seloso Kliwon. Kemudian dilanjutkan dengan jabat tangan antar jamaah
untuk mengakhiri Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon.

67

2. Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon yaitu membina


akhlakul karimah para jamaah, pembinaan akhlakul karimah ini melalui
proses penghayatan dzikir, memberikan wawasan keilmuan, serta
mempererat ukhuwah islamiyah melalui hubungan silaturahim antar
jamaah dengan baik.
Pembinaan akhlak diterapkan oleh Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
melalui menambah nilai-nilai islam, mulai dari pergaulan, kebersamaan
maupun keilmuan, sehingga menciptakan nuansa keislaman yang dapat
membangkitkan rasa taqwa dan berakhlakul karimah bagi setiap
jamaahnya.
Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon yang lain yaitu
mengembangkan wawasan keagamaan para jamaahnya, terlihat dari dari
proses berjalannya diskusi. Dengan diskusi tersebut jamaah secara
langsung dapat mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang
wawasan agama Islam sebagai agama yang mereka yakini serta mereka
jadikan sebagai landasan hidup sehari-hari.
Kegiatan utama rutinan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon maupun
kegiatan penunjang juga mempererat tali silaturrahim sesama jamaah.
Silaturahim yang erat terlihat dengan pergaulan antar jamaah. Hal ini
ditunjukkan melalui keakraban dan kekeluargaan yang baik.

68

3. Faktor pendukung dalam pelaksanaan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso


Kliwon mencakup 3 faktor yaitu: Faktor psikologis,yaitu adanya minat
jamaah untuk mengikuti majelis ilmu dan dzikir dengan tujuan mendalami
agama serta menambah pengetahuan. Selain itu ditambah dengan
keseriusan sebagian besar jamaah dalam mengamalkan ilmu yang mereka
dapat dalam kehidupan sehari-hari, terlihat dari tingkah laku dan bertutur
sapa lebih sopan dari sebelumnya. Faktor Sosial juga sangat mendukung
pelaksanaan majelis ini. Hal ini bisa dilihat dengan adanya interaksi antar
jamaah yang menguatkan tali silaturrahim serta tidak adanya diskriminasi
antar jamaah dalam hal status sosial. Yang terakhir adalah faktor Media
dan Sarana. Mulai dari adanya auditorium, sebagai sarana tempat untuk
pelaksanaan Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dari kampus STAIN
Salatiga serta peralatan musik khas jawa yaitu saron dan demung untuk
penunjang gamelan sholawat SK.
4. Faktor penghambat dalam pembinaan keagamaan khususnya akhlak
mencakup 3 faktor yaitu: masih sedikitnya jamaah yang ikut serta, belum
ada sumber dana tetap, serta masih kurangnya fasilitas penunjang kegiatan.
B.

Saran
Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan pada bagian awal
penelitian, bahwa penelitian ini bertujan untuk mendapatkan informasi
tentang bagaimana kontribusi Majelis Ilmu Dzkir Ajeg Seloso Kliwon dalam
membentuk akhlakul karimah mahasiswa STAIN Salatiga. Berdasarkan
penelitian yang telah penulis lakukan, ada beberapa hal yang penulis sarankan

69

untuk lebih meningkatkan kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon
agar jamaah lebih meningkatkan kesadaran dan motivasi berakhlakul
karimah sekaligus belajar keagamaan sebagai berikut:

Menambah pemateri dari dalam maupun luar kampus STAIN Salatiga,


agar materi keagamaan dan diskusi keagamaan lebih menarik dan
bervariatif.

Memaksimalkan publikasi ke kalangan Mahasiswa, agar lebih banyak


mahasiswa yang tau dan tertarik mengikuti majelis ini.

Kepada pengurus majelis ilmu maupun para jamaah, hendaknya selalu


memupuk dan mengembangkan majelis dzikir dan ilmu ini, agar bisa
lebih maju.

70

Daftar Pustaka

Strauss, Anselm & Corbin, Juliet. (2007). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasir, Muhammad. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rumidi, Sukandar. (2004). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press).
Azwar Saifudin. (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia).
Komaruddin. (2006). Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Septiono Agung. (2011). Kawruh Basa Jawa Anyar. Solo: Al Hikmah.
Halim, Nipam Abdul. (2000). Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta:
Mitra Pustaka.
Nur, Agus Waluyo. (2006). Profil Majelis Talim dan Taman Pendidikan AlQuran TPQ di Kota Salatiga. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Alawiyah, Tuti. (1997). Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Talim.
Bandung:MIZAN.
Nada, Abdul Aziz bin Fathi Assayid. (2007) . Ensiklopedi Adab Islam. Jakarta:
Pustaka Imam as-Syafii.
Kustini. (2007). Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pendalaman Ajaran
Agama melalui Majelis Taklim. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Subandi. (2009). Psikologi Dzikir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ali Al-Habsyi, Habib Abdurrahman bin Muhammad & Mughni, Ahmad Lutfi
Fathullah. (20080. 40 Hadis Keutamaan Berdzikir dan Dzikir. Jakarta:
Majelis Dzikir SBY Nurus Salam.
Valiuddin, Mir. (1997). Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf . Bandung: Pustaka
Hidayah
Suyadi. (2008). Quantum Dzikir. Yogyakarta: Diva Press.
Al-ghazali, Abu Hamid. (1994). Rahasia Zikir dan Doa. Bandung: Kharisma.
Hawari, Dadang. (1998). Doa dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis. Jakarta:
Dana Bhakti Primayasa.
Sastrapradja. (1981). Kamus Istilah Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
Mahmud, Ali Abdul Halim. (2004). Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Ahmad, Muhammad Abdul qodir. (1985). Metodologi Pengajaran Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Pembinaan Prasarana dan Perguruan Tinggi.
Yunus, Mahmud. (1990). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung.
Marzuki, (2009). Prinsip Dasar Akhlak Mulia. Yogyakarta: Debut Wahana Press.
Tatapangarsa, Humaidi. (1980). Akhlak yang Mulia. Surabaya: Bina Ilmu.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Quran. (2011). Al-Quran dan
Terjemahnya. Bandung: Sygma Publishing.
Qadratillah, Meity Taqdir. (2011). Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa KEMENDIKBUD.
Ahmadi, Wahid. (2004). Risalah Akhlak. Solo: Era Intermedia.
Soetmina. (1992). Perpustakaan, Kepustakaan Dan Pustakawan. Yogyakarta:
Kanisius.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan-FIP-UPI. (2007). Ilmu Dan Aplikasi


Pendidikan. Bandung: Imtima.
Salamullah, Alaika. (2008). Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.
Campbell, Don. (2002). Efek Mozart. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

HASIL WAWANCARA
Interview

Dimyati

Hari/Tanggal :

Rabu, 9 Juli 2014

Jabatan

Pembina

Pertanyaan

Menurut Bapak, apakah majelis ilmu dzikir ajeg Seloso


Kliwon berkontribusi dalam pembinaan akhlak?

Jawaban

ya sedikit banyak pasti ada, terutama dirasakan para jamaah,


adanya dzikir

dan kajian diskusi kan paling tidak bisa

merangsang para jamaah untuk kritis. Serta bisa merubah


akhlaknya menjadi lebih baik.
Pertanyaan

Bagaimana model pembentukan akhlakul karimah yang


telah dilaksanakan selama ini?

Jawaban

Model majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon mengacu pada


petuah dari Sunan Kalijaga yang berbunyi Jowo digowo,
Arab digarap, Barat diruwat. Jowo digowo artinya Islamnya
orang jawa megacu pada akhlak jawa yang berbudi
luhur,bersikap sopan santun, penuh kearifan dan ramah
tamah. Arab digarap bermaknakan, dalam Islam nya orang
jawa dengan orang arab itu sama dalam hal prinsip, akidah
dan akhlaknya, namun out put kebudayaan Islam jelas beda.

Sedangkan barat diruwat berarti pengaruh bangsa barat itu


harus segera diruwat. Kata ruwat bermakana melakukan
upaya detoksifikasi atau racun-racunnya harus segera
dihilangkan. Dalam era globalisasi perlu disaring antara
budaya barat yang bermanfaat dan budaya barat yang
menimbulkan penyakit. Ketiga konsep

inilah selalu

ditekankan dan dibangun dalam interaksi antar jamaah serta


bahasan diskusi yang ditekankan dalam majelis ilmu dzikir
ajeg Seloso Kliwon.

HASIL WAWANCARA
Interview

Zainal al-Anwar

Hari/Tanggal :

Sabtu, 5 Juli 2014

Jabatan

Pembina

Pertanyaan

Sebagai pendiri dan pembina majelis ilmu dzikir ajeg,


sebenarnya tujuan didirikannya majelis ini?

Jawaban

Tujuan utama yang biar semua jamaah merasakan efek


terutama di sisi pendidikan akhlak, bisa lebih mendekatkan
diri kepada Allah melalui dzikir, kemudian sebagai media
pembelajaran agama selain di bangku kuliah, dan
mempererat tali silaturahim para mahasiswa melalui media
majelis ini.

HASIL WAWANCARA
Interview

Zulfi Naja

Hari/Tanggal

Senin, 7 Juli 2014

Jabatan

Ketua

Pertanyaan

Bagaimana sejarah berdirinya majelis ilmu dzikir ajeg


Seloso Kliwon ?

Jawaban

Beberapa tahun lalu tepatnya pada awal tahun 2012,


ada beberapa mahasiswa yang tergabung dari berbagai UKM
di STAIN Salatiga antara lain dari Stain Music Club, Teater
Getar, Mapala Mitapasa, Stain Sport Club yang secara rutin
melaksanakan kegiatan diskusi keagamaan pada malam
jumat. Hal ini dilatarbelakangi karena masih minimnya
pengetahuan masalah keagamaan. Namun majelis diskusi ini
hanya dilaksanakan oleh lima sampai sepuluh orang
mahasiswa saja. Melihat kebutuhan bahwa wawasan
keagamaan ini sangatlah dibutuhkan, maka pada bulan
November 2012 digagaslah majelis ilmu dzikir ajeg Seloso
Kliwon, yang ditujukan bisa merangkul lebih luas dari
mahasiswa STAIN Salatiga.

Majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon ini terinspirasi


dengan konsep kebersamaan atau maiyah yang di gagas oleh
Emha Ainun Najib atau Cak Nun. Model diskusi
kebersamaan atau maiyah ini lebih banyak diminati dan lebih
menarik bagi kaum pemuda, khususnya mahasiswa dari pada
pengajian yang bersifat penyampaian materi searah, karena
dengan diskusi, persoalan tentang materi lebih bisa dibahas
secara mendalam.
Pertanyaan

bagaimana struktur kepengurusan majelis ilmu dzikir ajeg


Seloso Kliwon?

Jawaban

Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap organisasi tidak


terlepas dari sebuah struktur organisasi. Dalam majelis ini
diketuai oleh saya sendiri, wakil ketua mas Tuba, kemudian
Bendahara ada Latif Al-Ansori, di sekretaris ada pigi
(Syaiful Azhar), Selain itu dibantu oleh bagian seksi-seksi
yang terdiri meliputi beberapa cabang, seksi dakwah ada mas
Syaifudin, di seksi musik Hasan Asyari, kemudian seksi
perlengkapan dek Noval Arrazaqu, serta yang terakhir di
seksi informasi ada Parto (Muhamad Abdul Wahid)

Pertanyaan

Bagaimana cara kerja dari masing-masing pengurus ?

Jawaban

Ya kerjanya sesuai job deskripsi masing-masing, anda pasti


sudah tau lah. Namun dalam kepengurusan majelis ilmu

dzikir ajeg Seloso Kliwon tidak terlalu berat dalam


prakteknya, karena dalam intern pengurus sudah terbentuk
sebuah ikatan kekeluargaan yang bagus, sehingga antara
individu pengurus satu dan lainnya saling membantu dalam
setiap tugas yang ada. Namun demi kelancaran majelis ilmu
dzikir ajeg Seloso Kliwon, tiap-tiap pengurus dituntut untuk
selalu istiqomah dalam mengemban amanah amar maruf
nahi munkar.

HASIL WAWANCARA
Interview

Tuba Ulin Nuha

Hari/Tanggal :

Senin, 7 Juli 2014

Jabatan

Wakil Ketua

Apa saja program-program yang direncanakan atau

Pertanyaan

dilaksanakan dalam majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon?


Jawaban

Program utama yang ditujukan kepada seluruh jamaah


yaitu rutinan majelis ilmu dan dzikir setiap Seloso Kliwon.
Kegiatan ini rutin dilaksanakan dan diikuti oleh semua
jamaah baik pengurus maupun peserta. Kemudian yang kedua ada kegiatan rutinan dua minggu sekali keluarga besar
majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon, berisikan dzikir dan
diskusi terbuka, baik itu tentang masalah agama maupun
persoalan umum. Rutinan diwajibkan bagi semua pengurus
dan juga terbuka untuk jamaah. Ada juga program kegiatan
latihan SK musik setiap malam Selasa. Kegiatan ini
bertujuan untuk persiapan ketika tampil di acara rutinan
Seloso Kliwon ataupun persiapan bagi SK musik jika ada
undangan dari luar. Kemudian program Silaturrahim
Ramadhan. Program jangka panjang ini bertujuan sebagai

dakwah dan silaturrahim majelis ilmu dzikir ajeg Seloso


Kliwon di luar kampus dan berinteraksi langsung dengan
masyarakat. Ada juga wisata religi. Program ini dirancang
untuk dilaksanakan satu tahun sekali. Dan sudah terlaksana
putaran yang pertama pada bulan maret lalu.

HASIL WAWANCARA
Interview

: Syaiful Azhar

Hari/Tanggal : Rabu, 25 Juni 2014


Jabatan

: Pengurus (Jamaah)

Pertanyaan

: Sebagai pengurus, bagaimana mengenai proses adanya jamaah


dalam majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon sehingga sampai
sekarang masih bisa eksis?

Jawaban

: Ya pada awalnya hanya sekitar 10 Mahasiswa yang mengikuti


majelis ini, namun lama kelamaan makin banyak, ya mencapai 40
an lah, karena semakin adanya publikasi ke mahasiswa, walaupun
yang ikut ada yang berkemauan sendiri, dasar ajakan dari kami
para pengurus, ataupun ajakan dari temen-temen. Sebagian besar
jamaahnya memang dari laki-laki karena waktunya malem kan
bro..

Pertanyaan

: Jika dilihat anda sebagai jamaah juga, apa saja kontribusi majelis
ini, lebih fokusnya jika dikaitkan dengan pendidikan akhlak?

Jawaban

: Ya itu tentu, karena memang bisa dikatakan yang jamaah majelis


ini masih banyak yang ndugal, dengan proses jika rutin selalu ikut
mejelis ini, ya Alhamdulillah sudah makin baik lah akhlaknya,

seperti sudah tidak minum minuman keras lagi, walaupun kadang


masih bolos kuliah..hhe..
Pertanyaan

: Selain itu kontribusi apa yang anda rasakan dari majelis ilmu dzikir
ajeg Seloso Kliwon ini?

Jawaban

: Majelis ilmu dzikir ajeg tidak hanya sekedar berdzikir dan diskusi
saja, namun juga nambah sedulur atau memperbanyak saudara.
Tali silaturahim lebih dipererat dengan rutinan dzikir dan diskusi
dua minggu sekali di tempat para pengurus. Walaupun tidak semua
jamaah bisa ikut, namun paling tidak rutinan dua minggu sekali ini
menambah kehangatan antar para jamaah.

HASIL WAWANCARA
Interview

Muhamad Naufal Arazaqu

Hari/Tanggal :

Senin, 27 Juni 2014

Jabatan

Pengurus

Pertanyaan

Hambatan apa yang dirasakan dalam pelaksanaan majelis


ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon?

Jawaban

Yang pertama, masih sedikit nya jamaah, dan didominasi


laki-laki. Dengan mahasiswa yang cukup banyak seharusnya
majelis ini bisa lebih merangkul banyak jamaah. Kemudian
sumber dana masih bertumpu pada intern majelis, karena
memang belum ada sumber dana yang pasti. Dan juga dari
sisi perlengkapan masih merasakan kurang fasilitas,
khususnya dari alat musik yang masih bergantung pada
STAIN Music Club (SMC).

FOTO KEGIATAN MAJELIS ILMU DZIKIR AJEG SELOSO KLIWON


STAIN SALATIGA

Kegiatan Rutinan Majelis Ilmu Dzikir Seloso Kliwon

Rutinan SK out door

Rutiinan 2 Minggu sekali di rumah pengurus

Latihan SK Musik

Silaturahmi Ramadhan Keluarga Besar Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon

Wisata Religi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon

Solawat SK musik menghadiri undangan Pengajian

Anda mungkin juga menyukai