Anda di halaman 1dari 93

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA KOLAM INDOOR IKAN SIDAT

(Anguilla bicolor) DI UPT. PBAP BANGIL KABUPATEN PASURUAN


JAWA TIMUR

PRAKTEK KERJA MAGANG


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

Oleh :
DIAN RANA LESTARI
NIM. 125080101111033

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA KOLAM INDOOR IKAN SIDAT (Anguilla
bicolor) DI UPT. PBAP BANGIL KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR

PRAKTEK KERJA MAGANG


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :
DIAN RANA LESTARI
NIM. 125080101111033

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA MAGANG

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA KOLAM INDOOR IKAN SIDAT (Anguilla


bicolor) DI UPT. PBAP BANGIL KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR

Oleh :
DIAN RANA LESTARI
NIM. 125080101111033

Mengetahui,

Menyetujui,

Dosen Penguji

Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Muhammad Musa, M.S)


NIP. 19570507 198602 1 002

(Dr. Asus Maizar S.H.,S.Pi, MP)


NIP. 19720529 200312 1 001

Tanggal :

Tanggal :

Ketua Jurusan

(Dr.Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS)


NIP. 19620805 198603 2 001
Tanggal :

RINGKASAN

Dian Rana Lestari. Manajemen Kualitas Air Pada Kolam Indoor Ikan Sidat
(Anguilla bicolor) di UPT. PBAP Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur
(dibawah bimbingan Dr. Asus Maizar S. H., S.Pi, MP)
Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang
sangat besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Ikan sidat (Anguilla
bicolor) merupakan salah satu komoditas perikanan yang belum banyak dikenal
masyarakat. Padahal ikan yang mirip dengan belut ini memiliki potensi luar biasa
baik sebagai komoditas dalam negeri maupun internasional. Ikan yang bernilai
ekonomis tinggi ini banyak dikonsumsi di negara-negara maju, seperti Jepang,
Hongkong, Jerman dan Italia.
Adanya kecenderungan fluktuasi jumlah sidat alam hasil tangkapan
(kualitas dan kuantitas) serta tingkat kesulitan dalam penangkapan sidat di alam
dapat mengakibatkan penurunan pasokan sidat. Untuk itu diperlukan usaha
pembesaran sidat di kolam. Manajemen pembesaran yang baik adalah kunci
mendapatkan sidat bermutu baik secara kualitas maupun kuantitas. Ikan Sidat
dapat dibudidayakan di luar ruangan (outdoor) dan dalam ruangan tertutup
(indoor). Kolam pemeliharaan indoor dapat meminimalisir terjadinya hama
menggangu dari lingkungan luar kolam. Jenis wadah yang digunakan dalam
budidaya Ikan Sidat harus diperhatikan untuk mencegah lolosnya ikan dari media
budidaya. Selain itu diperlukan pengamatan terhadap fisika, kimia dan biologi.
Karena antara ketiga faktor tersebut saling berinteraksi. Dengan mempelajari
aspek saling ketergantungan antara organisme dengan faktor-faktor abiotiknya
maka diperoleh gambaran tentang kualitas perairan.
Tujuan dari Praktek Kerja Magang ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja secara langsung dan
membandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah, melalui
kegiatan pembesaran ikan Sidat (Anguila bicolor) di UPT Pengembangan
Budidaya Air Payau (PBAP) Bangil Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Metode
yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang ini adalah metode deskriptif, yaitu
membuat gambaran (deskriptif) mengenai situasi dan kejadian - kejadian di
lapang yang tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan
data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu. Data yang
diambil meliputi data primer yaitu pengamatan kualitas air pada pemeliharaan
kolam indoor ikan sidat di UPT PBAP Bangil dan data sekunder diperoleh dari
studi literatur yang menunjang.
Hasil Praktek Kerja Magang tentang manajemen kualitas air pada kolam
indoor ikan sidat (Anguila bicolor) di UPT PBAP Bangil diperoleh hasil sebagai
berikut yaitu suhu berkisar antara 28 oC 29oC. Kandungan oksigen terlarut (DO)
pada berkisar antara 2,3 mg/l - 7,66 mg/l. Nilai pH pada berkisar antara 7,1 - 8,5.
Salinitas berkisar antara 3 ppt - 4 ppt. Konsentrasi amonia berkisar antara 0,04
mg/l - 0,73 mg/l. Nilai BOD pada secara berkisar antara 9 mg/l - 17 mg/l.
Sedangkan plankton yang ditemukan terdapat 11 jenis plankton yang terdiri dari
8 jenis plankton yang menguntungkan yakni : Genikularia, Limnocalanus,
Euchlanis, Simocephalus, Sceletonema, Daphnia, Nauplius, Ceridaphnia. dan
plankton yang merugikan yakni : Vorticella, Oscillatoria, Peridiu.
Kualitas perairan pada indoor ikan sidat di UPT PBAP Bangil ditinjau dari
komponen fisika yakni suhu temasuk dalam kondisi baik. Dari komponen kimia
2

yakni : DO, pH, salinitas dan amonia termasuk dalam kondisi baik karena tidak
melebihi ambang batas. Namun nilai BOD pada kolam sidat sudah termasuk
kategori sedang. Dari parameter biologi juga termasuk dalam kondisi baik bagi
kehidupan ikan sidat di UPT PBAP Bangil, Pasuruan.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat-Nya, Laporan Praktek Kerja Magang (PKM) Yang Berjudul
Manajemen Kualitas Air Pada Kolam Indoor Ikan Sidat (Anguilla bicolor) di UPT.
PBAP Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur dapat terselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Laporan ini menjelaskan tentang manajemen budidaya ikan
sidat serta pengukuran kualitas air pada kolam indoor bangsal B di Unit
Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau Bangil melalui parameter
fisika yaitu suhu, parameter kimia yang mencakup pH, salinitas, DO (Dissolved
Oxygen), amonia serta BOD dan parameter biologi yakni plankton. Diharapkan
dari data hasil studi Praktek Kerja Magang (PKM) ini dapat dijadikan data
informasi tentang pengembangan usaha budidaya ikan sidat sebagai acuan
dalam pengelolaan di UPT PBAP Bangil Kabupaten Pasuruan.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan pihak terkait dalam
penyusunan laporan ini, khususnya kepada Dr. Asus Maizar S.H.,S.Pi, MP selaku
Dosen Pembimbing, Bapak Wahyudi selaku Pembimbing lapang dan instansi
tempat kegiatan PKM ini yaitu UPT. PBAP Bangil serta FPIK Universitas
Brawijaya Malang. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penulisan laporan Praktek Kerja Magang (PKM) ini. Oleh karena itu penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dan dapat menyempurnakan
isi dari laporan ini yang nantinya bermanfaat bagi pembaca.
Malang, 05 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

RINGKASAN........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................ix
1. PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................3
1.3 Kegunaan....................................................................................................4
1.4 Tempat dan Waktu.......................................................................................4
2. MATERI DAN METODE PRAKTEK KERJA MAGANG (PKM)........................5
2.1 Materi Penelitian..........................................................................................5
2.2 Metode Pengambilan Data..........................................................................5
2.2.1 Data Primer..........................................................................................6
2.2.2 Data Sekunder......................................................................................8
2.3 Manajemen Usaha Budidaya Kolam Indoor................................................8
2.4 Pengukuran Kualitas Air..............................................................................8
2.4.1 Komponen Fisika..................................................................................9
2.4.2 Komponen Kimia..................................................................................9
2.4.3 Komponen Biologi...............................................................................13
2.5 Persiapan Kolam.......................................................................................16
2.5.1. Pengeringan......................................................................................16
2.5.2. Pengisian Air......................................................................................16
2.5.3. Pemasangan Aerator.........................................................................16
2.6 Manajemen Pakan....................................................................................17
2.6.1 Frekuensi Pemberian Pakan...............................................................17
2.6.2 Teknik Pemberian Pakan....................................................................17
2.7 Manajemen Hama dan Penyakit...............................................................17
2.8 Panen........................................................................................................18
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG...........................19
3.1 Kondisi Umum Lokasi Praktek Kerja Magang............................................19
3.1.1 Lokasi dan Letak Geografis................................................................19
3.1.2 Sejarah Berdirinya Balai.....................................................................20
3.1.3 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja................................................21
3.2 Sarana dan Prasarana..............................................................................23
3.2.1 Sarana Pembenihan...........................................................................23
3.2.2 Prasarana...........................................................................................26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................29
5

4.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sidat (Anguilla bicolor)................................29


4.2 Persiapan Kolam dan Media....................................................................30
4.3 Padat Penebaran.....................................................................................31
4.4 Pemberian Pakan.....................................................................................33
4.5 Penggantian Air dan Pembersihan Kolam.................................................35
4.6 Pengamatan Kualitas Air..........................................................................37
4.6.1 Suhu...................................................................................................38
4.6.2 Dissolved Oxigen (DO).......................................................................40
4.6.3 Derajat Keasaman (pH)......................................................................42
4.6.4 Salinitas..............................................................................................43
4.6.5 Amonia (NH3)......................................................................................45
4.6.6 BOD (Biological Oxigen Demand).......................................................46
4.6.7 Plankton..............................................................................................48
4.7 Pengendalian Penyakit Ikan Sidat.............................................................50
4.8 Pemanenan...............................................................................................52
5. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................54
5.1 Kesimpulan...............................................................................................54
5.2 Saran........................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................55
LAMPIRAN.........................................................................................................60

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Pengelompokan Jabatan di UPT PBAP Bangil Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Pegawai.......................................................................................23
2. Data Hasil Analisis Kelimpahan Plankton Pada Kolam INDOOR Ikan Sidat
(Anguilla bicolor)............................................................................................49

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Plakat UPT PBAP Bangil................................................................................20


2. Susunan Organisasi UPT PBAP Bangil..........................................................21
3. Mesin Blower pada Bangsal Pembenihan.......................................................25
4. Kolam Pemeliharaan Ikan Sidat Indoor...........................................................26
5. Kantor dan Musholla UPT PBAP Bangil..........................................................27
6. (a). Selang Aerasi (b) Shelter..........................................................................31
7. Ikan Sidat........................................................................................................33
8. Pakan (a) Jenis Pakan Ikan Sidat 781-2. (b) Pembuatan Fermentasi Pakan.35
9. (a). Penyifonan Kolam Sidat (b) Pergantian Air Kolam Sidat..........................37
10.Grafik Hasil Pengukuran Suhu.......................................................................39
11.Grafik Hasil Pengukuran DO (Dissolved Oxigen)...........................................40
12.Grafik Hasil Pengukuran pH...........................................................................42
13.Grafik Hasil Pengukuran Salinitas..................................................................44
14.Grafik Hasil Pengukuran Amonia...................................................................45
15.Grafik hasil pengukuran BOD........................................................................47
16.Ikan Sidat yang Terserang White Spot...........................................................52
17.Proses Pemanenan.......................................................................................53

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Magang (PKM)................................................62


2. Peta Wilayah Jawa Timur...............................................................................64
3. Peta Wilayah Kecamatan Bangil.....................................................................64
4. Denah Prasarana Gedung dan Kantor UPT PBAP Bangil..............................65
5. Formulasi Fermentasi Pellet...........................................................................66
6. Daftar Tabel Hasil Pengukuran Suhu, DO, Salinitas, dan pH..........................67
7. Daftar Tabel Hasil Pengukuran Ammonia........................................................73
8. Daftar Tabel Hasil Pengukuran BOD...............................................................74
9. Gambar dan Klasifikasi Plankton yang Menguntungkan Pada Kolam indoor
Ikan Sidat (Angilla bicolor)..............................................................................75
10.Gambar dan Klasifikasi Plankton yang Merugikan Pada Kolam indoor Ikan
Sidat (Angilla bicolor).....................................................................................77
11. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM)...................................78

10

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan
yang sangat besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Ikan sidat
(Anguilla bicolor) merupakan salah satu komoditas perikanan yang belum
banyak dikenal masyarakat. Padahal ikan yang mirip dengan belut ini
memiliki potensi luar biasa
baik sebagai komoditas dalam negeri maupun internasional. Ikan yang bernilai
ekonomis tinggi ini banyak dikonsumsi di negara-negara maju, seperti Jepang,
Hongkong, Jerman dan Italia. Negara konsumen terbesar ikan sidat adalah
Jepang. Negara tersebut mengkonsumsi rata-rata 120.000 ton ikan sidat per
tahunnya (Kagawa et al. 2006).
Sidat memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi
komoditi perikanan unggulan karena permintaan dunia yang sangat tinggi. Pada
tahun 1995 permintaan akan sidat mencapai 205.000 ton yang senilai dengan
3,1 milyar dollar Amerika dan sebagian besar (92%) dihasilkan dari budidaya.
Tingginya permintaan dan dan pasokan yang rendah memberikan harga yang
menguntungkan. (Rovara et al. 2007).
Ikan sidat penyebarannya sangat luas yakni di daerah tropis dan sub
tropis. Di daerah tropis khususnya Indonesia, memiliki potensi pemeliharaan ikan
sidat yang cukup baik. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki potensi elver cukup
besar untuk memenuhi kebutuhan benih sidat. kondisi tanah yang luas dan
memenuhi syarat, kualitas dan kuantitas air yang cocok untuk pemeliharaan
sidat, kondisi lingkungan yang menunjang, dan bahan baku pakan yang dapat
tersedia dalam jumlah besar (Liviawaty dan Afrianto, 2005).
Di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada tujuh
spesies ikan sidat yaitu : Anguilla celebensis dan Anguilla borneensis, yang

merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi.


Anguilla interioris dan Anguilla obscura yang berada di perairan sebelah Utara
pulau Papua, Anguilla bicolor pasifica yang dijumpai di perairan Indonesia bagian
Utara (Samudra Pasifik). Anguilla bicolor bicolor yang berada di sekitar samudra
Hindia (di sebelah Barat Pulau Sumatra dan Selatan Pulau Jawa). Sedangkan
Anguilla marmorata merupakan jenis sidat kosmopolitan yang memiliki sebaran
sangat luas di seluruh perairan tropis (Sriati, 2003).
Ikan sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa
akan melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan. Sedangkan anakan
ikan sidat hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai
dewasa. Sejak awal tahun 1980, jumlah glass eel yang memasuki sungai-sungai
di Eropa mengalami penurunan hingga tiggal 1% dari jumlah semula. Menurunya
jumlah glass eel yang memasuki suatu wilayah perairan menunjukkan adanya
penurunan kualitas lingkungan yang mengancam populasi sidat (Dannewitz,
2003 dalam Sudaryono 2013).
Usaha pembesaran sidat secara intensif dan terkontrol pernah dilakukan
pada tahun 1995 1997 di Sukabumi, tetapi kesulitan mencari benih merupakan
kendala utama sehingga usaha itu tidak berlangsung lama. Ruaya merupakan
bagian terpenting dalam siklus hidup ikan sidat untuk kelangsungan proses
regenerasi. Pemutusan salah satu mata rantai siklus ini dapat mengakibatkan
punahnya sumberdaya sidat di alam karena pemijahan hanya terjadi sekali
dalam hidupnya (Herianti, 2005).
Di habitat sidat bersifat karnivora dan dapat memangsa berbagai jenis ikan
yang berukuran lebih kecil, bangkai bahkan dapat memakan sesamanya. Sidat
merupakan hewan nokturnal dan suka bersembunyi di lubang-lubang tanah, akar
pohon, dibalik tumbuhan air dan menyukai naungan (shelter) sebagai tempat
bersembunyi. Pemenuhan kebutuhan komsumsi sidat masih sangat tergantung
pada hasil tangkapan. Adanya kecenderungan fluktuasi jumlah sidat alam hasil

tangkapan (kualitas dan kuantitas) serta tingkat kesulitan dalam penangkapan


sidat di alam dapat mengakibatkan penurunan pasokan sidat. Untuk itu
diperlukan usaha pembesaran sidat di tambak ataupun di kolam. Manajemen
pembesaran yang baik adalah kunci mendapatkan sidat bermutu baik secara
kualitas maupun kuantitas (Sarah, 2010).
Ikan Sidat dapat dibudidayakan di luar ruangan (outdoor) dan dalam
ruangan tertutup (indoor). Kolam pemeliharaan indoor dapat meminimalisir
terjadinya hama menggangu dari lingkungan luar kolam. Jenis wadah yang
digunakan dalam budidaya Ikan Sidat harus diperhatikan untuk mencegah
lolosnya ikan dari media budidaya. Selain itu diperlukan pengamatan terhadap
fisika kimia dan biologi. Karena antara ketiga faktor tersebut saling berinteraksi.
Dengan mempelajari aspek saling ketergantungan antara organisme dengan
faktor-faktor abiotiknya maka diperoleh gambaran tentang kualitas perairan.
(Faradiba, 2015).
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Magang ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja secara langsung dan
membandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah,
melalui kegiatan pembesaran ikan Sidat (Anguila bicolor) di UPT
Pengembangan Budidaya Air Payau (PBAP) Bangil Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur.

1.3 Kegunaan
Kegunaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah:
a. Mahasiswa
Dapat mengenal lebih jauh keadaan sesungguhnya yang ada di lapangan
mengenai bidang yang telah dipelajari di bangku kuliah dan menambah
wawasan, pengetahuan, pengalaman selaku generasi yang telah di didik
untuk siap terjun dimasyarakat, khususnya di lingkungan kerja.
b. Lembaga Perguruan Tinggi
Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang hal yang
berkaitan dengan manajemen kualitas air, usaha budidaya ikan sidat pada
kolam indoor serta sebagai bahan informasi keilmuan bagi penelitian dari segi
teknis dan ekonomis.
c. Pemerintah setempat
Dapat dijadikan sebagai salah satu tinjauan untuk mengeluarkan peraturanperaturan yang dapat digunakan untuk pelestarian maupun pemanfaatan lebih
lanjut dari pengelolaan kolam indoor ikan sidat yang ada di UPT PBAP Bangil,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
1.4 Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan di Unit Pelaksanaan Teknis
Pengembangan Budidaya Air Payau (UPT PBAP) Bangil, Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur pada tanggal 27 Juli 4 September 2015.

2. MATERI DAN METODE PRAKTEK KERJA MAGANG (PKM)

2.1 Materi Penelitian


Materi Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah mengamati
kegiatan pengelolaan kolam untuk komoditas perikanan sidat pada kolam
indoor di Unit Pelaksanaan Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau
(UPT PBAP) Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur secara langsung
dimulai dari persiapan kolam dan media, penebaran benih, manajemen
pakan, pergantian air dan pembersihan kolam, manajemen penyakit,
pemanenan dan manajemen kualitas air. Kualitas air yang diamati
meliputi parameter fisika (suhu), parameter kimia (pH, DO, salinitas,
amonia, serta BOD) maupun parameter biologi (plankton).

2.2 Metode Pengambilan Data


Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang ini adalah
metode deskriptif, yang bermaksud untuk membuat gambaran (deskriptif)
mengenai situasi kejadian kejadian. Menurut Sugiyono (2010), metode
dekriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Pelaksanaan metode deskriptif
tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi
analisa dan pembahasan tentang data tersebut, sehingga diharapkan
dapat memberikan gambaran secara umum, sistematis, actual dan valid
mengenai fakta dan sifat-sifat populasi daerah tersebut. Pengambilan
data pada Praktek Kerja Magang ini meliputi data primer dan data
sekunder.

2.2.1 Data Primer


Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama

yaitu

individu

atau

perseorangan

yang

membutuhkan

pengelolaan lebih lanjut seperti hasil wawancara atau hasil pengisian


kuesioner (Wandansari, 2013). Data primer merupakan informasi yang
dikumpulkan terutama untuk tujuan investigasi yang sedang dilakukan
(Hendri, 2009). Data primer didapatkan dengan cara mencatat hasil
observasi, wawancara, dan kuisioner serta partisipasi aktif (Handaryono
dan Faqih, 2013).
Menurut Hasan (2002), data primer ialah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian
atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer pada Praktek
Kerja Magang ini diperoleh dari observasi, wawancara dan partisipasi
aktif serta kuisioner.
a) Observasi
Observasi yakni teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan
pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala - gejala subyek yang
diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun
dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan (Utami, 2014).Menurut
Sugiyono (2010), Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang,
maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang
lain. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Dalam Praktek Kerja Magang ini observasi yang dilakukan adalah


dengan cara melakukan, mengamati dan mencatat kegiatan apa yang
dilakukan dalam budidaya ikan Sidat (Anguila bicolor) dan hal-hal lainnya
yang berkaitan dengan teknik tersebut.
b) Wawancara
Wawancara

adalah

percakapan

dengan

maksud

tertentu.

Percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara


(interviewer)

yang

mengajukan

pertanyaan

dan

terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,


1989). Sedangkan Menurut Sarwono (2010), wawancara adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini merupakan
proses tanya-jawab lisan, dimana dua orang atau lebih saling berhadapan
secara fisik.komunikasi yang dilakukan secara langsung berguna untuk
mendapatkan keterangan atau data yang berhubungan dengan masalah
yang teliti.
Wawancara ini ditujukan kepada Ketua UPT PBAP Bangil maupun
penanggung jawab budidaya sidat pada kolam indoor . Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan keterangan yang berkaitan dengan pengelolaan budidaya ikan
sidat indoor, yang meliputi sejarah berdiri dan perkembangannya, keadaan
umum kolam indoor , beberapa aspek manajemen (Perencanaan, Organisasi,
Pelaksanaan, Pengawasan dan evaluasi), permodalan, biaya usaha, serta faktor
pendukung dan penghambat pada usaha budidaya ikan sidat indoor di Unit
Pelaksanaan Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (UPT PBAP) Bangil,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
c) Partisipasi Aktif
Menurut Sugiyono (2010), dalam observasi partisipatif , peneliti
mengalami apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka

ucapkan, dan berpatisipasi dalam aktifitas mereka. Seperti telah


dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat,
yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang
dan tersamar dan observasi yang lengkap. Partisipasi aktif, dalam
observasi ini mahasiswa ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara
sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
d) Kuisioner
Angket atau kuisioner adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2008).
2.2.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang diluar dari penyidik sendiri, walaupun yang
dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli (Surakhmad, 2004).
Data sekunder dalam praktek kerja magang ini didapatkan dari laporan,
jurnal, majalah, laporan PKL atau skripsi, situs internet, dan kepustakaan
yang menunjang dari Praktek Kerja Magang (PKM) ini.
2.3

Manajemen Usaha Budidaya Kolam Indoor


Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan cara partisipasi

aktif langsung untuk terlibat dalam proses budidaya. Proses tersebut meliputi:
persiapan kolam dan media, penebaran benih, manajemen pakan, pergantian air
dan pembersihan kolam, manajemen kualitas air, pengendalian penyakit serta
pemanenan.

2.4

Pengukuran Kualitas Air


Pada Praktik Kerja Magang, dilakukan pengukuran kualitas air pada

budidaya ikan sidat bertujuan untuk mengontrol kualitas air. Selain itu untuk
mengetahui parameter fisika dan kimia yang sesuai untuk pertumbuhan ikan
sidat. Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika, kimia dan
biologi. Parameter fisika yaitu suhu, parameter kimia meliputi oksigen terlarut
(DO), pH, salinitas, ammonia dan BOD. Serta dari parameter biologi yaitu
plankton. Cara pengukuran kualitas air adalah sebagai berikut:
2.4.1

Komponen Fisika

a. Suhu
Metode pengukuran suhu pada kegiatan PKM ini adalah sebagai
berikut : mencelupkan thermometer langsung ke dalam air dengan
membelakangi sinar matahari sampai batas skala baca dan membiarkan
2-5 menit sampai skala suhu pada thermometer menunjukan angka yang
stabil, melakukan pembacaan skala thermometer dengan cepat setelah
mengangkat

thermometer(Subarijanti,

2015).

Sedangkan

menurut

Hariyadi et al, (1992), pengukuran suhu dengan menggunakan alat yaitu


thermometer Hg. Pengukuran suhu dilakukan dengan cara :
-

Mencelupkan termometer air raksa (skala 050) kedalam perairan.


Membiarkan selama 3 menit.
Membaca skala pada thermometer setelah di angkat dari permukaan air.
Mencatat hasil pengukuran dalam skala C.

2.4.2

Komponen Kimia

a. DO
Prosedur pengukuran DO dengan menggunan DO meter tipe HQ30d
adalah sebagai berikut :

10

Menghubungkan probe dengan alat HQ30d


Menekan POWER ON
Mengkalibrasi probe dengan cara memasukkan probe ke dalam wadah
berisi aquades kemudian tekan tombol warna biru CALIBRATE lalu tekan
tombol hijau READ
Layar menampilkan Stabilizing dan menunjukkan angka 00,00
Setelah dikalibrasi, masukkan probe ke dalam bak kurang lebih sedalam 30

cm lalu tekan READ


- Layar menampilkan Stabilizing tunggu sampai muncul ikon kunci pada layar
- Hasil pengukuran DO (mg/l) dan suhu (0C) akan muncul pada layar
- Mencuci alat menggunakan aquades
b. Derajat Keasaman (pH)
Prosedur pengukuran pH menggunakan pH pen tipe HANNA HI 98107
adalah sebagai berikut:
-

Melepaskan penutup pH pen


Menggeser panel ON/OFF di bagian atas alat
Mengkalibrasi pH pen dengan cara memasukkan pH pen ke dalam larutan

penyangga hingga menunjukkan angka 7,0


Jika tidak menunjukkan angka 7,0 maka gunakan obeng untuk memutar alat

hingga menampilkan angka 7,0


Masukkan pH pen ke dalam air sampel selama kurang lebih 1 menit
Membaca nilai yang tertera pada pH pen
Mencuci alat menggunakan aquades
c. Salinitas
Menurut (Hariyadi et al, 1992) pengukuran salinitas dengan menggunakan

alat yaitu refraktometer. Pengukuran salinitas dilakukan dengan cara :


- Menyiapkan refraktometer.
- Membuka penutup kaca prisma dan mengkalibrasi dengan aquadest.
- Membersihkan dengan tissue secara searah.
- Meneteskan 1-2 tetes air yang akan diukur salinitasnya.
- Menutup kembali dengan hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara
-

dipermukaan kaca prisma.


Mengarahkan ke sumber cahaya.
Melihat nilai salinitasnya dari air yang diukur melalui kaca pengintai.
d. Ammonia (NH3)

11

Analisa

kandungan

ammonia

dalam

kegiatan

PKM

ini

menggunakan metode Hach Programme. Metode pengukuran ammonia


dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-

Menyiapkan sampel air sebanyak 10 ml kedalam elmayer yang telah disaring


Menyalakan hach setelah itu tekan 7 dan masukan kode 64 dan enter untuk

program NH3
Menambahkan serbuk reagen salicylat setelah itu tekan timer dan enter akan

terprogram selama 3 menit


Jika sudah 3 menit tambahkan ammonium cyanarate dan tekan enter akan

terprogram timer 15 menit


Jika sudah masukan biang sempel kedalam hach setela itu tekan zero untuk

me-nol kan alat hach


Setelah itu masukan sempel kedalam botol hach dan masukan kedalam alat

hach dan tutup setelah itu tekan read


Mencatat hasil keluar di layar hach.

12

e. BOD
Prosedur pengukuran BOD dengan manometer OxiTop IS 6 adalah
sebagai berikut :
-

Memasukkan air sample ke amber bottle (berwarna gelap) dan ditutup


dengan manometer. Manometer akan mengukur penurunan tekanan di

dalam botol yang disebabkan oleh konsumsi oksigen.


Menambahkan NaOH untuk menyerap CO2 yang dihasilkan dalam proses

tersebut, yang mungkin mengganggu dalam pengukuran tekanan.


Memasukkan magnet ke dalam botol dengan menggunakan stirring magnet,
sehingga ketika mereka ditempatkan di nampan magnetik, mereka tetap

terus bergerak.
Menyaring air sample sebanyak 250 ml dan dimasukkan ke dalam botol.
Menambahkan inhibitor nitrifikasi.
Menempatkan NaOH ke dalam kantong yang terletak di dalam manometer.
Menutup botol dengan manometer hingga rapat untuk menjamin bahwa botol

dalam kondisi kedap udara.


Manometer di reset untuk memulai pengukuran dengan cara memencet
tombol di kanan kirinya yaitu tombol S dan M secara bersama-sama

sampai menunjukkan angka 00.


Memasukkan botol ke nampan magnetik yang sudah berada di dalam

inkubator bersuhu 200C dan dalam kondisi gelap.


Didiamkan selama 5 hari di dalam inkubator.
Setelah 5 hari di inkubator, diambil botol tersebut dari inkubator.
Manometer menunjukkan angka tertentu pada layar.
Didapatkan nilai BOD5 akhir

2.4.3 Komponen Biologi


a.

Plankton
Menurut Astuti dan Satria (2009), plankton adalah mikroorganisme yang

ditemui hidup melayang dan hidup bebas di perairan dengan kemampuan


pergerakan yang rendah. Organisme ini merupakan salah satu parameter biologi
yang memberikan informasi mengenai kondisi perairan baik kualitas perairan
maupun tingkat kesuburannya. Habitat plankton bisa ditemukan pada perairan
tawar, payau dan laut. Pada perairan payau seperti tambak, plankton dapat
13

dijadikan sebagai komponen biologi yang mendukung kualitas perairan serta


sebagai pakan alami udang dan ikan. Plankton secara umum terdiri atas
fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton adalah plankton nabati atau kumpulan organisme yang
selain

memanfaatkan

unsur-unsur

hara,

sinar

matahari

dan

karbondioksida, dapat juga memproduksi materi organik, memilki klorofil


yang berperan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan
organik dan oksigen dalam air (Sugianti et al, 2009). Menurut Wulandari
(2009), keberadaan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh faktor
fisika dan kimia perairan. Fitoplankton memiliki batas toleransi tertentu
terhadap faktor-faktor fisika kimia sehingga akan membentuk struktur
komunitas fitoplankton yang berbeda. Kombinasi pengaruh antara faktor
fisika kimia dan kelimpahan fitoplankton menjadikan komunitas dan
dominansi fitoplankton pada setiap perairan tidak sama sehingga dapat
dijadikan sebagai indikator biologis perubahan kondisi kualitas air.
Fitoplankton akan memberikan respon sehubungan dengan adanya
pencemaran yang ada. Respon yang ada adalah dengan perubahan
komposisi dan komunitasnya. Fitoplankton merupakan level pertama
dalam rantai makanan diperairan. Menurut Arfiati (1992), kelimpahan
fitoplankton akan diikuti oleh zooplankton dan organisme yang lebih tinggi
seperti ikan.
Zooplankton sering disebut plankton hewan terdiri dari sejumlah besar
spesies dan memiliki ukuran lebih besar dari fitoplankton. Zooplankton memiliki
peranan penting karena merupakan mata rantai penghubung antara produsen
primer dan biota lain yang memanfaatkan zooplankton. Keberadaan zooplankton
dipengaruhi oleh fitoplankton, karena fitoplankton merupakan sumber makanan
bagi zooplankton. Selain dipengaruhi oleh fitoplankton, kelimpahan zooplankton
14

dipengaruhi oleh kualitas perairan sebagai pendukung kehidupan plankton


(Nontji, 1987).
b. Pengambilan Sampel Plankton
Menurut Herawati et al, (2005), prosedur pengambilan sampel
plankton adalah sebagai berikut:
-

Memasang botol film pada plankton net no.25 (mesh size 64).

Mengambil sampel air sebanyak 25 liter dan mencatat jumlah air yang
disaring tersebut sebagai (W).

Menyaring sampel air dengan plankton net sehingga konsentrat plankton


akan tertampung dalam botol film, dicatat sebagai (V).

Memberi lugol sebanyak 3-4 tetes untuk pengawetan serta mempertahankan


warna dan bentuk pada sampel plankton dalam botol film untuk preservasi
sampel sebelum pengamatan genus dan kelimpahan plankton.

Memberi label pada botol film yang berisi sampel plankton.


c. Identifikasi Plankton
Menurut Herawati et al, (2005), prosedur identifikasi plankton
adalah sebagai berikut:

Mengambil obyek glass dan cover glass.

Mencuci dengan aquadest.

Mengeringkan dengan tissue, cara mengeringkannya dengan mengusap


secara searah.

Mengambil botol film yang berisi sampel plankton dan mengaduk.

Mengambil sampel dari botol film dengan pipet tetes sebanyak 1 tetes.

Meneteskan pada obyek glass dan menutup dengan cover glass, dengan
sudut kemiringan 45 derajad saat menutup .

Mengamati di bawah mikroskop dimulai dengan perbesaran terkecil sampai


terlihat gambar organisme pada bidang pandang.

15

Menulis ciri-ciri plankton serta jumlah plankton (n) yang di dapat dari masingmasing bidang pandang

Mengidentifikasi dengan bantuan buku identifikasi Prescott dan Davis.


d. Perhitungan Kelimpahan Plankton
Menurut Bloom (1988), penentuan kelimpahan zooplankton dapat
dilakukan

menggunakan

metode

Lackey

Drop

dengan

satuan

individu/liter. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

N (ind/)=

T V
n
L v P W

Keterangan :
N = Jumlah plankton (individu/liter).
T = Luas cover glass (20 x 20 mm2).
V = Volume kosentrat plankton dalam botol penampung.
L = Luas lapang pandang dalam mikroskop (mm2).
v = Volume kosentrat plankton dibawah cover glass (ml).
P = Jumlah lapang pandang (5).
W = Volume air yang tersaring dengan plankton net (Liter).
n = Jumlah plankton yang ada dalam lapang pandang.
2.5 Persiapan Kolam
2.5.1. Pengeringan
Sebelum kolam digunakan untuk proses budidaya, dilakukan
pengeringan selama satu bulan. Tujuan dari pengeringan ini adalah
membunuh bibit penyakit yang masih tersisa di dalam kolam dan bahan
pengurai organic, sehingga dapat mempercepat proses pertumbuhn
pakan alami. Pengeringan sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan,
salah satunya adalah intensitas sinar matahari yag masuk ke dalam
kolam. (Faradiba, 2015)

16

2.5.2. Pengisian Air


Pengisisan air pada kolam dilakukan hingga mencapai ketinggian
70 cm dari dasar kolam. Air yang digunakan adalah air tawar yang
didapatkan dari hasil pengeboran tanah. Air tersebut dialirkan ke kolam
budidaya melalui tempat pemasukan air (inlet) dengan menggunakan
pipa paralon. Pintu pemasukan air diberi pipa saring terlebih dahulu agar
hama tidak bisa masuk melalui air yang masuk ke kolam. Pintu
pengeluaran air diberi pipa saring agar ikan sidat tidak ikut terbuang
bersama air. Setiap kolam diberi satu buah kincir air untuk mensuplai
oksigen dan dua buah keranjang pakan yang digunakan sebagai tempat
pemberian pakan benih ikan sidat. (Faradiba, 2015)
2.5.3. Pemasangan Aerator
Pemasangan aerator dilakukan setelah air kolam semuanya terisi.
Bagian depan dan belakang aerator diberi tali tampar yang bertujuan
untuk menahan aerator agar tidak berubah tempat saat digunakan.
Aerator dibutuhkan sebagai pemasok oksigen terlarut melalui gelembung
udara yang ditimbulkan oleh aerator.
2.6 Manajemen Pakan
2.6.1 Frekuensi Pemberian Pakan
Menurut Faradiba (2015), jumlah pakan pasta yang diberikan untuk
pemeliharaan ikan sidat adalah 2,5-5% dari biomassa seluru ikan dalam
satu kolam. Frekuensi pemberian pakan pada benih ikan sidat dilakukan
dua kali, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pada pemberian
pakandilakukan addlibithum yaitu pemberian pakan yang banyak untuk
pertumbuhan lambung benih ikan sidat. Jumlah pakan yang diberikan

17

sesuai kebutuhan, apabila pakan yang diberikan kurang dari yang


dibutuhkan,

maka

pakan

tersebut

hanya

digunakan

untuk

mempertahankan kondisi tubuh. Sedangkan pakan yang berlebihan


makan terjadi pembusukan sisa pakan di kolam. Craig dan Helfrich (2002)
menyatakan bahwa pemberian pakan yang efektif dan pengolahan limbah
sangat penting untuk melindungi kualitas air.
2.6.2 Teknik Pemberian Pakan
Menurut Faradiba (2015), pakan pasta diletakkan pada keranjang
pakan yang ada di kolam. Hal ini bertujuan agar pakan tetap pada
keranjang pakan dan tidak teraduk oleh aerator air. Selain itu, pemberian
pakan melalui keranjang pakan dapat dimanfaatkan untuk mengontrol
kondisi benih ikan sidat. Pada saat pemberian pakan, ikan sidat selalu
berkumpul di keranjang pakan sehingga mudah untuk mengontrol
pertumbuhan, perkembangan ikan sidat dan mengontrol kondisi benih
ikan sidat yang aktif bergerak maupun yang pasif.
2.7

Manajemen Hama dan Penyakit


Menurut Faradiba (2015), selama masa pemeliharaan benih ikan
sidat dilakukan treatment pemberian garam krosok pada kolam.
Treatment ini bertujuan untuk mencegah adanya parasit yang menyerang
benih ikan sidat karena pada stadia ini keadaan benih masih rentan
terhadap serangan penyakit. Sehingga perlu dilakukan treatment agar
dapat membunuh bibit penyakit.

2.8

Panen
Menurut KKP (2011), pemanenan sidat berupa 2 jenis yaitu : 1)
Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan. 2) Berupa

18

hasil akhir pemeliharaan sidat yang siap dijual untuk konsumsi


(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Panen sidat dilakukan dengan penangkapan secara seksama agar tidak
merusak kulit. Penangkapan dilakukan sebagai berikut :
- Dua sampai tiga hari sebelum penangkapan sidat tidak diberi makan. Ketika
akan

ditangkap

barulah

sidat

diberi makan.

Ketika sidat

berkumpul

memperebutkan pakan dapat diciduk dengan sendok berjaring.


- Kolam dikeringkan dan sidat ditampung dalam kantung yang terbuat dari jaring
halus sepanjang 3 m yang dikaitkan pada pipa pengeluaran air. Sidat diarahkan
masuk ke jaring penampungan.
- Pisahkan antara sidat yang berukuran besar (cepat pertumbuhannya) dengan
sidat yang pertumbuhannya lambat. Pemisahan ini penting mengingat kedua
jenis ikan ini bersifat kanibal.
- Sidat dikumpulkan dalam bak penampungan berair dangkal yang dilengkapi
aerator.

19

3.

KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG

3.1 Kondisi Umum Lokasi Praktek Kerja Magang


3.1.1 Lokasi dan Letak Geografis
UPT PBAP Bangil terletak di Desa Kalianyar, Kecamatan Bangil,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Tepatnya berlokasi di sebelah utara Kota
Bangil yang berjarak kurang lebih 4 Km dari pusat Kota Bangil dan berjarak 12
Km dari Kota Pasuruan. Lokasinya berdekatan dengan pasar ikan di Desa
Kalianyar dengan akses jalan yang mudah dilalui oleh alat transportasi jenis
apapun. Kantor dinas UPT PBAP Bangil dekat dengan wilayah pemukiman
penduduk dan lahan tambak baik milik UPT PBAP Bangil maupun milik warga
desa sekitar.
Adapun batas batas wilayah UPT PBAB Bangil dengan daerah dan
wilayah di sekitarnya adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur

: Kabupaten Sidoarjo
: Kelurahan Kalirejo
: Desa Masangan
: Desa Tambakan

Dilihat dari segi topografi, lokasi UPT PBAP Bangil memiliki ketinggian 9
meter di atas permukaan air laut. Tekstur tanah di kawasan UPT PBAP Bangil
adalah liat dan bergelombang. Wilayah yang ditempati UPT PBAP Bangil yakni
wilayah Desa Kalianyar Kecamatan Bangil yang memiliki luas kurang lebih
mencapai 11.806.150 m, terbagi atas 15 Rukun Tetangga (RT) dan 6 Rukun
Warga (RW). Jarak bibir pantai dengan kantor UPT PBAP Bangil yakni 10 Km,
dimana air payau berasal dari sungai-sungai yang melintasi wilayah UPT PBABP
Bangil dan air laut yang berada tidak jauh dari UPT PBAP Bangil. Suhu udara di
wilayah UPT PBAP Bangil berkisar antara 28 - 32 C dengan suhu perairan yang

20

digunakan sebagai media budidaya berkisar antara 25 - 31 C. Denah lokasi


UPT PBAP Bangil dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.1.2 Sejarah Berdirinya Balai
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (UPT PBAP)
Bangil (Gambar 1) pertama kali berdiri pada tahun 1977 dengan nama Unit
Pembinaan Budidaya Air Payau (UPBAP) berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Kepala Dinas Kelautan Perikanan. Mengalami perubahan SK pada tahun 1987
menjadi SK Gubernur Jawa Timur No. 23 Tahun 1987 yang berisi tentang
susunan organisasi dan tata kerja. Pada tahun 2002, terjadi perubahan nama
menjadi Unit Pengembangan Budidaya Air Payau (UPBAP) berdasarkan
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 36 Tahun 2002. Mengalami
perubahan nama dan fungsi menjadi Balai Pengembangan Budidaya Air Payau
pada tahun 2005 berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 27 Tahun
2005. Kemudian pada tahun 2009 mengalami perubahan fungsi dan kembali
berganti nama menjadi Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air
Payau (UPT PBAP) Bangil hingga sekarang.

Gambar 1. Plakat UPT PBAP Bangil

21

3.1.3 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja


Susunan organisasi dan tata kerja UPT PBAP Bangil ditetapkan
berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 131 Tahun 2008.
Adapun susunan organisasi UPT PBAP Bangil sebagaimana tersaji pada gambar
2. Jumlah tenaga kerja yang ada di UPT PBAP Bangil secara keseluruhan
berjumlah 26 orang. Tugas dari tiaptiap pegawai berbeda sesuai dengan
posisinya dan sudah ditetapkan sebelumya.

Kepala UPT PBAP


Bangil

Kepala Sub.Bag
Tata Usaha

Kepala Seksi Produksi dan


Pengembangan Teknologi

Kepala Pelayanan
Jasa

Gambar 2. Susunan Organisasi UPT PBAP Bangil


Susunan organisasi di UPT PBAP Bangil terdiri dari :
a. Kepala

balai,

mempunyai

tugas

memimpin,

mengkoordinasikan,

mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan pengembangan budidaya air


payau.
b. Sub bagian tata usaha, mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan surat
menyurat, urusan rumah tangga, kehumasan dan kearsiban. Selanjutnya
melaksanakan

pengelolaan

administrasi

kepegawaian,

administrasi

keuangan, administrasi dan perlengkapan kantor. Selain itu, sub bagian tata
usaha juga bertugas untuk menghimpun, menyusun, megusulkan dan
mengevaluasi serta melaporkan kegiatan UPT PBAP Bangil. Seluruh tugas -

22

tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT PBAP Bangil juga dilaksanakan
oleh sub bagian tata usaha.
c. Seksi produksi dan pengembangan teknologi, memiliki tugas merencanakan
dan melaksanakan kegiatan operasioanal produksi dan kaji terap teknologi
budidaya / perbenihan dan distribusi pemasaran hasil serta kaji terap
teknologi budidaya / perbenihan perikanan air payau, melaksanakan
pembinaan dan penyebaran teknologi budidaya / perbenihan perikanan air
payau, menyusun laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan budidaya /
perbenihan perikanan air payau yang telah dilaksanakan.
d. Seksi pelayanan jasa bertugas melaksanakan pelayanan pengujian penyakit
ikan

dan

lingkungan

secara

laboratoris

bagi

para

pembudidaya,

melaksanakan dan memfasilitasi sistem jaminan mutu, melaksanakan


surveillance penyakit ikan dan lingkungan di kabupaten / kota, menyusun
rencana dan melaksanakan pelatihan, ketrampilan kepada pembudidaya
dan petugas teknis, menyusun laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pengujian penyakit dan lingkungan serta pelatihan / ketrampilan yang telah
dilaksanakan serta melaksanakan tugas tugas yang diberikan oleh kepala
balai.
Pegawai yang ada di UPT PBAP Bangil memiliki latar belakang pendidikan
yang

berbedabeda.

Perbedaan

latar

belakang

pendidikan

tersebut

menyebabkan adanya pengelompokan jabatan yang digolongkan dari tingkat


pendidikannya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas sehingga
pembagiannya merata dan adil serta sesuai dengan kemampuan masing
masing pegawai. Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Pengelompokan Jabatan di UPT PBAP Bangil Berdasarkan Tingkat


Pendidikan Pegawai

23

No

Pendidikan

Subbag.
Tata
Usaha

Seksi
Pelayanan
dan Jasa

S2

Kepala
UPT
PBAP
Bangil
1

Seksi Produksi Jumlah


dan
(orang)
Pengembangan
Teknologi
2
5

1
2

S1

D3

SMA

SMK

SMP

3
9

2
8

5
26

7
SD
Jumlah

3.2 Sarana dan Prasarana


3.2.1 Sarana Pembenihan
A. Sistem Penyediaan Listrik
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam suatu usaha
pembenihan. Penggunaan listrik sangat dibutuhkan untuk pengoperasian pompa
air, blower, peralatan lainnya termasuk penerangan untuk proses produksi
maupun penerangan jalan dan fasilitas bangunan yang ada. Sumber tenaga
listrik yang digunakan berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten
Pasuruan wilayah Kecamatan Bangil. Besar daya yang digunakan di bangsal
pembenihan yakni sebesar 2000 watt. Ketersediaan listrik juga dipenuhi dengan
menggunakan sumber energi tenaga listrik yang berasal dari generator.
Generator difungsikan saat terjadi pemadaman aliran listrik agar kegiatan
budidaya di UPT PBAP Bangil tetap berlangsung.
B. Sistem Penyediaan Air Tawar

24

Air tawar yang digunakan berasal dari pengeboran di wilayah sekitar UPT
PBAP Bangil. Pengeboran dilakukan pada kedalaman 24 m yang berada di
belakang bangsal pembenihan dengan menggunakan pompa. Pengeboran
dilakukan dengan kedalaman yang mencapai 24 m dikarenakan kondisi tanah
pada lokasi UPT PBAP Bangil sangat kering dan berbatu. Pengeboran tidak
hanya dilakukan untuk kegiatan pembenihan tetapi juga dialirkan ke tempat
tempat tertentu dengan menggunakan pipa pipa untuk kegiatan penelitian dan
kebutuhan sehari hari lainnya. Air tawar dari pompa langsung dimasukkan
kedalam bak penampungan) yang terbuat dari beton berukuran 15 m dengan
kapasitas 10 ton dengan menggunakan pipa yang dihubungkan pada selang
berdiamater 10 cm.
C. Sistem Aerasi
Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas bagi sebagian besar
organisme aquatic. Kandungan oksigen terlarut dalam lingkungan budidaya di
bak secara terkontrol sangat berperan penting dan harus disuplai secara teratur
ke dalam kolam pemeliharaan. Penggunaan adalah cara yang paling umum
digunakan dalam suatu usaha pembenihan.
Kebutuhan oksigen terlarut yang mencukupi dalam kolam pemeliharaan
ikan sidat tidak terlepas dari perencanaan instalasi aerasi yang baik. Kebutuhan
aerasi dalam kolam pemeliharaan tergantung dari ukuran bak yang digunakan
dan kekuatan .

Beberapa arator yang dapat digunakan dalam suatu usaha

budidaya adalah blower, kompresor dan aquarium. Kompresor dan aquarium


jarang digunakan dalam usaha budidaya karena menghasilkan tekanan udara
yang kecil, sedangkan yang umum digunakan adalah blower.

Sistem aerasi

tersebut berasal dari mesin blower (Gambar 3) yang menghasilkan oksigen


bertekanan yang kemudian disalurkan melalui pipa-pipa aerasi ke setiap selang selang aerasi yang terdapat pada setiap bak-bak larva dan bak pakan alami yang
disebut dengan sisitem aerasi difusi. Sitsem aerasi yang diterapkan di bangsal

25

pembenihan UPT PBAP Bangil menggunakan 4 blower yang memiliki daya 100
watt yang digunakan secara bersamaan.

dipasang di atas bak-bak yang

kemudian dipaku secara permanen agar tidak jatuh sehingga penempatan


tersenut tetap aman.

Gambar 3. Mesin Blower pada Bangsal Pembenihan


D. Konstruksi Kolam Pemeliharaan Ikan Sidat
Kolam pemeliharaan ikan sidat yang ada di UPT PBAP Bangil
menggunakan

sistem

pemeliharaan

indoor

(Gambar

4).

Prinsip

untuk

pemeliharaan ikan sidat sama dengan bak yang lainnya yaitu dapat menjaga
kualitas air secara optimal.

Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan ikan

sidat adalah kolam beton berkapasitas 7 ton yang berbentuk segi empat dengan
sudut-sudut yang dibuat oval (tidak lancip). Sudut yang oval tersebut bertujuan
untuk memperlancar arah aliran air yang terbentuk dari pengaerasian sehingga
tidak terjadi penumpukan massa air di sudut-sudut kolam. Selain itu, bentuk
kolam tersebut membuat gerak ikan sidat (Anguilla bicolor) lebih leluasa.
Kolam beton mempunyai ukuran 51,31,8 m yang dilengkapi dengan 12
titik aerasi dari slang kecil di bagian atas kolam yang tersambung dengan
blower. Dilengkapi juga dengan saluran pembuangan air berdiameter 15 cm
yang dihubungkan dengan pipa penutup terletak di salah satu sudut bak.
Saluran pembuangan ar langsung terhubung pada aliran pembuangan air yang
menuju ke sungai-sungai sekitar UPT PBAP Bangil, namun pada saat
pembuangan air sisa budidaya tidak dilakukan penyaringan air.

26

Gambar 4. Kolam Pemeliharaan Ikan Sidat Indoor


3.2.2 Prasarana
a. Jalan dan transportasi
UPT PBAP Bangil terletak di sekitar pemukiman warga Desa Kalianyar,
Kecamatan bangil dengan jalan beraspal namun dengan kondisi yang kurang
baik karena terdapat beberapa kerusakan jalan yaitu tepat di depan UPT PBAP
bangil terdapat bebatuan dan kerikil, hal ini disebabkan karena seringnya pihak
balai melakukan pembelian air laut dari luar kota membuat tangki-tangki
pengangkut air melewati jalan di depan balai. Akses jalan dari depan UPT PBAP
Bangil ke bangsal pembenihan memiliki kondisi jalan yang baik dan luas dimana
jalan terbuat dari paving.

Jenis transportasi yang digunakan untuk kegiatan

budidaya yang ada di UPT PBAP Bangil adalah 4 buah motor, 1 buah roda tiga
dan 1 buah roda empat.
b. Komunikasi
Alat komunikasi yang ada di UPT PBAP Bangil adalah jaringan telepon,
televisi, internet dengan menggunakan wifi dan adanya alamat web dari UPT
PBAP Bangil sehingga akses komunikasi lebih mudah dan tak terbatas. Sarana
komunikasi berfungsi untuk mempermudah pegawai dan petugas setempat di
dalam menjalankan kegiatan tugas sehari-hari sehingga memudahkan pekerjaan
para pegawai dan petugas di lokasi tersebut. Sarana komunikasi sangat perlu
untuk disediakan karena tanpa adanya sarana komunikasi maka akses kerja
dengan tempat lain akan terhambat.
c. Tanah Lokasi
UPT PBAP Bangil didirikan di atas areal seluas 12,03 hektar di Desa
Kalianyar, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Dari luas ini yang digunakan
untuk bangunan di UPT PBAP Bangil adalah 3.339,5 m. Sisa lahan yakni

27

sebesar 11,7 hektar digunakan untuk tambak sebanyak dua unit. Unit tambak I
dibangun pada lahan seluas 5,7 hektar dan unit tambak II dibangun pada lahan
seluas 6 hektar. Letak kedua unit tambak tersebut memiliki jarak yang
berdekatan namun masih diperlukan petakan jalan untuk mengakses kedua
tambak tersebut. Luas lahan ini sudah termasuk lahan yang digunakan sebagai
jalan umum atau transportasi yang ada di sekitar UPT PBAP Bangil dan jalan
menuju ke tambak tambak, serta dibangun juga sarana rumah ibadah yang
dibangun di area kantor dinas UPT PBAP Bangil. Berikut gambar kantor UPT
PBAP Bangil disajikan pada gambar 5.

28

Gambar 5. Kantor dan Musholla UPT PBAP Bangil


Letak bangunan di UPT PBAP Bangil diatur menurut keterkaitan
fungsional, artinya bangunan bangunan yang berkaitan dengan usaha
pembenihan seperti tempat kultur pakan alami, tempat penyimpanan pakan dan
tempat pemeliharaan larva dibangun secara berdekatan. Tata letak bangunan
yang diatur sedemikian rupa bertujuan agar semua yang berkaitan dengan
pembenihan dan penelitian dapat berjalan dengan lancar.

Keterkaitan

penempatan bangunan ini tidak hanya berlaku untuk kegiatan di bangsal


pembenihan saja, melainkan untuk kegiatan lain seperti kegiatan budidaya
udang, budidaya bandeng, pengamatan kualitas air di laboratorium dan lain
sebagainya.

Sehingga para pekerja memilki akses jalan yang mudah untuk

menjangkau lokasi lokasi tertentu yang ada di UPT PBAP Bangil. Denah
pemanfaatan lahan UPT PBAP Bangil dapat dilihat pada Lampiran 3.
Lahan yang tersedia di UPT PBAP Bangil dimanfaatkan secara maksimal
untuk kegiatan budidaya. Sarana penunjang seperti jalan umum dan jembatan
yang menghubungkan antar petakan tambak juga dibangun untuk memfasilitasi
kegiatan budidaya baik pembenihan maupun pembesaran. Selain digunakan
untuk lahan tambak, tanah UPT PBAP Bangil juga dimanfaatkan untuk
membangun sarana ibadah dan rumah dinas bagi beberapa tenaga pekerja.
d. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung dalam usaha pembenihan udang vaname di UPT
PBAP Bangil

berfungsi untuk menunjang keberlangsungan proses produksi.

Fasilitas penunjang tang terdapat di UPT PBAP Bangil berupa bangunan


produksi, bangunan umum, dan alat ransportasi. Salah satu diantaranya berupa
kantor, rumah dinas, asrama, laboratorium basah, laboratorium lingkungan dan
kesehatan ikan, musholla, dan kantor tata usaha.

29

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sidat (Anguilla bicolor)


Menurut Liviawaty dan Afrianto (1998), secara taksonomis ikan sidat
diklasifikasikan ke dalam:
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Perciformes
Famili
: Anguillidae
Genus
: Anguilla
Spesies
: Anguilla bicolor

(Gusrina, 2008)

Sidat merupakan hewan yang termasuk ke dalam famili Anguillidae. Hewan


ini memiliki banyak nama daerah seperti ikan uling, ikan moa, ikan larak, dan
ikan pelus. Tubuh sidat memanjang dan dilapisi sisik kecil berbentuk memanjang.
Susunan sisiknya tegak lurus terhadap panjang tubuhnya. Sisik biasanya
membentuk pola mozaik mirip anyaman bilik. Sirip dibagian anus menyatu dan
berbentuk seperti jari-jari yang terlihat lemah. Sirip dada terdiri atas 14-18 jari-jari
sirip Punggung sidat berwarna coklat kehitaman. Perutnya berwarna kuning
hingga perak. Pergerakan hewan ini terbantu lendir yang melapisi tubuhnya.
Hewan ini memiliki kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan
mampu bernafas menggunakan seluruh bagian kulitnya (Suitha dan Suhaeri,
2008).
Panjang tubuh ikan sidat bervariasi dengan kisaran 50 cm - 125 cm
tergantung jenisnya. Ketiga siripnya menyatu, yaitu sirip punggung, sirip dubur
28 29 dan sirip ekor. Mempunyai sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit
pada sisi lateral. Perbedaan diantara jenis ikan sidat dapat dilihat antara lain dari
perbandingan antara panjang preanal (sebelum sirip dubur) dan predorsal
(sebelum sirip punggung), struktur gigi pada rahang atas, bentuk kepala dan
jumlah tulang belakang. (Haryono, 2008).

30

4.2 Persiapan Kolam dan Media


Pada kolam pembesaran ikan sidat indoor persiapan kolam dimulai
dari penyediaan kolam dalam kondisi yang baik untuk budidaya, artinya
terbebas dari organisme pengganggu seperti lumut, parasit maupun
pathogen berbahaya lainnya. Kolam yang digunakan untuk pembesaran
ikan sidat di UPT PBAP Bangil ini ialah kolam beton berbentuk persegi
panjang. Rata - rata berukuran 51,301,8 m yang terdapat di ruangan
yang tertutup (indoor). Hal ini sesuai dengan pernyataan Lesmana, (2001)
bahwa untuk ikan ukuran besar, bak semen atau akuarium besar harus
dibuat kokoh sesuai dengan besarnya ikan.
Persiapan kolam selanjutnya dilakukan dengan membersihkan
kolam menggunakan kaporit yang dicampur dengan air. Dosisnya, satu
liter air kaporit untuk 20 liter air (200 ppm). Larutan disiramkan keseluruh
dinding dan dasar kolam. Cara pemberiannya dengan disaputkan pada
dinding dasar kolam. Kemudian didiamkan beberapa saat hingga larutan
mengering. Selanjutnya, bilas dengan air sambil disikat agar sisa sisa
kotoran yang menempel hilang. Hal ini dilakukan hingga kolam benar
benar bersih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subaidah et al. (2006),
yang menyatakan bahwa pencucian bak dilakukan dengan menggunakan
kaporit 60% sebanyak 100 ppm yang dicampur dengan deterjen 5 ppm
dan dilarutkan dengan air

tawar pada wadah atau ember kemudian

dinding dan dasar bak digosok-gosok dengan menggunakan scoring pad


dan dibilas dengan air tawar hingga bersih dan kemudian dilakukan
pengeringan selama dua hari. Menurut Hadie dan Hadie (1992),
pemberian kaporit pada kegiatan pembenihan bertujuan untuk sterilisasi
dari organisme patogen dalam air.

31

Tahap selanjutnya yaitu pengisian air kolam sebagai media hidup


ikan. Pengisian ini dilakukan secara bertahap, mengunakan pipa yang
dipasang filter bag. Hal ini bertujuan untuk menyaring air secara mekanis
sehingga partikel halus dalam air dapat tersaring dan didapat air yang
jernih. Pengisi air pada kolam setinggi 80- 90 mm pada kolam tersebut
dengan volume air sekitar 7 ton.

Pada tiap kolam dilengkapi sistem

aerasi berkekuatan sedang dari slang kecil di bagian atas kolam yang
tersambung dengan blower. Selain itu tiap kolam diberi shelter yang
berupa paralon di dasar kolam. mengingat bahwa sidatbersifat noctrnal,
dan bernaung dibawah shelter jika pada siang hari lalu aktif kembali pada
malam hari.

(a)

(b)

Gambar 6. (a). Selang Aerasi (b) Shelter


4.3 Padat Penebaran
Selama praktek kerja magang tidak pernah dilakukan penebaran
benih ikan sidat, namun penebaran benih sidat di UPT PBAP Bangil yang
berada di indoor telah dilakukan pada Maret 2013. Jenis ikan sidat yang
ada di UPT PBAP Bangil yaitu: Anguilla bicolor yang berasal dari
Samudra Hindia. Punggung Anguilla bicolor berwarna hitam polos dan
perutnya berwarna putih kekuningan. Benih ikan sidat diperoleh dari
supplier yang berasal dari Banyuwangi, Jember, Cilacap, Medan, Prigi,
Bogor dan NTB selanjutnya dipelihara oleh bangsal pembenihan di UPT
PBAP Bangil sampai ikan sidat mencapai fase dewasa. Penebaran benih

32

dilakukan secepatnya setelah glass eel didapatkan dari supplier. Sebelum


ditebar, glass eel di aklimatisasi dahulu. Proses aklimatisasi dilakukan
dengan mengapungkan plastik packing di kolam selama 5 menit.
Selanjutnya karet pengikat dilepas agar udara masuk. Hal ini dilakukan
agar glass eel menyesuaikan suhu udara di dalam plastik sama dengan
udara sekitar. Kemudian glass eel dituangkan bersama air dari dalam
plastik secara perlahan. Menurut shafrudin (2003) Pada proses
aklimatisasi, ikan kontak dengan lingkungan perairan baru secara
bertahap. Dimulai dengan penyesuaian terhadap suhu dan dilanjutkan
terhadap sifat-sifat air lainnya, seperti pH dan oksigen.
Saat praktek kerja magang total ikan sidat yang ada di kolam sidat
indoor ukuran komsumsi yang berukuran 200gram sekitar 200 ekor
dengan padat penebaran tiap kolam sekitar 50 ekor/kolam.

Padat

penebaran ikan sidat ukuran sidat ukuran ekonomis ini terlalu tinggi jika
dibandingkan dengan pernyataan Setianto (2012) yang menyatakan
bahwa, padat penebaran untuk pembesaran ikan sidat tahap ukuran
benih 50 gr/ekor adalah 10-15 ekor/m2. Matsui (1982) menambahkan
bahwa kepadatan yang optimal pada pemeliharaan sidat adalah 1,1-1,9
kg per 3,3 meter persegi.
Padat penebaran ikan perlu diperhatikan karena berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Kepadatan ikan
yang terlalu tinggi dapat menurunkan mutu kualitas air, pertumbuhan ikan
menjadi lambat, tingkat kelangsungan hidup ikan rendah, serta tingkat
keragaman ukuran ikan yang tinggi dalam kegiatan budidaya dapat
mengakibatkan produksi yang rendah. Padat tebar yang tinggi akan
mengganggu laju pertumbuhan meskipun kebutuhan makanan tercukupi.
Hal ini disebabkan karena adanya persaingan dalam memperebutkan
ruang gerak. Ikan akan semakin berdesakan sehingga mengurangi
33

mendapatkan

pakan

dan

oksigen.

Kekurangan

pakan

akan

memperlambat laju pertumbuhan ikan dan ruang gerak juga merupakan


faktor luar yang mempengaruhi laju pertumbuhan, dengan adanya ruang
gerak yang cukup luas akan dapat bergerak secara maksimal. Degani &
Lavenon dalam Affandi & Riani (1995) melaporkan bahwa kelangsungan
hidup elver dalam pemeliharaan berkisar antara 37- 55% yang tergantung
pada padat penebarannya. Kepadatan tebar juga perlu diperhatikan
karena berpengaruh terhadap mortalitas dan pertumbuhannya.

Gambar 7. Ikan Sidat


4.4 Pemberian Pakan
Pertumbuhan

organisme

budidaya

berkaitan

erat

dengan

kandungan dan dosis pemberian pakan. Pakan yang memenuhi


kebutuhan gizi berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan. Pada
budidaya intensif pengadaan pakan buatan sangat diperlukan. Pakan
buatan juga dapat melengkapi penyediaan nutrisi yang tidak terdapat
dalam pakan alami (Afrianto dan Liviawaty, 2005 dalam Arief et al., 2011).
Pakan yang diberikan pada pembesaran ikan sidat di UPT PBAP
Bangil yakni pellet 781-2 yang sudah di fermentasi. Tujuan dari fermentasi
ialah untuk meningkatkan kandungan asam amino pada pakan.
Komposisi fermentasi pakan ikan sidat yakni terdiri dari pellet, air,
probiotik dan tetes tebu. Formulasi pakan pada fermentasi pembuatan
pakan dapat dilihat pada lampiran 4. Laju pertumbuhan yang lambat
merupakan salah satu masalah yang terjadi dalam budidaya ikan sidat.

34

Untuk mempercepat pertumbuhan ikan sidat dibutuhkan pakan dengan


kadar protein yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Setianto
(2012), bahwa kandungan protein pakan ikan sidat harus tinggi (45-50%)
dan sesuai untuk sidat. Sebagai pakan tahapan pembesaran, pellet
sangat baik, karena pakan dalam bentuk pellet lebih efektif dibandingkan
dengan pasta. Beberapa keunggulannya antara lain adalah terbuang
relatif lebih sedikit, dan lebih mudah penanganannya.
Pada prinsipnya pemberian pakan harus mempertimbangkan aspek
lingkungan dan kebutuhan ikan sidat. Aspek lingkungan yang dimaksud
adalah pemberian pakan tidak boleh melebihi batas kapasitas daya
dukung lahan maksimal. Kebutuhan ikan sidat menyangkut kualitas pakan
yang disesuaikan dengan kebiasaan makan (feeding habits). Keduanya
bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ikan sidat yang optimal.
Pemberian pakan pada ikan sidat harus sedikit demi sedikit (adlibitum),
karena ikan sidat tidak mau memakan pakan yang sudah tidak beraroma
segar lagi dan pakan yang sudah lembek. Maka dari itu pemberian pakan
pada ikan sidat ini memerlukan waktu yang agak lama yaitu 15-30 menit.
Pemberian pakan lebih banyak dilakukan pada malam hari, karena ikan
sidat ini bersifat nocturnal yaitu ikan yang aktif makan di malam hari.
Nafsu makan ikan sidat tergantung pada kualitas air disekelilingnya. Jika
air dalam kolam mengalami perubahan suhu, salinitas maupun kadar
oksigen terlarut, maka ikan sidat akan mengalami penurunan nafsu
makan. Nafsu makan yang berkurang dapat dilihat dari keruhnya air pada
kolam.
Pakan yang diberikan sebanyak 2% dari berat total sidat di dalam
kolam. Pakan diberikan tiga kali sehari. Pagi pukul 07.00 WIB, sore hari
pukul 15.30 WIB dan malam hari pukul 19.00 WIB. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar pertumbuhan sidat menjadi cepat dan memperoleh
35

kualitas daging yang baik. Sebelum diberi pakan kolam harus dibersihkan
terlebih dahulu dari sisa sisa pakan, kotoran (feses) serta busa yang ada
di kolam dengan menggunakan seser. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mulyana (2004), dalam budidaya ikan sidat jumlah pakan harian untuk
ikan sidat yang berukuran 10-20 gram sebesar 5-6% dari bobot tubuh
ikan, sedangkan untuk ikan sidat dengan bobot 20-200gram jumlah pakan
yang diberikan sebesar 3-4% dari bobot tubuhnya.

(a)

(b)

Gambar 8. Pakan (a)Jenis Pakan Ikan Sidat 781-2 (b)Pembuatan Fermentasi


Pakan
4.5 Penggantian Air dan Peyifonan Kolam
Penggantian air dan penyifonan dilakukan dua kali dalam seminggu
dengan cara membuka saluran outlet sehingga ketinggian air dalam
kolam berubah dan volume air didalam kolam berkurang 20-30%.
Tujuannya membuang sisa pakan, feses, kotoran yang terlarut, serta
menjaga kualitas air agar tetap optimum. Kotoran yang mengapung di
kolam dibersihkan menggunakan seser. Kotoran yang mengendap
biasanya dari feses dan tidak terbawa pada saat penggantian air
dikeluarkan dengan cara disifon. Menurut Madinawati et, al., (2011)
bahwa Penyiponan dilakukan setiap pagi, air yang dikeluarkan sebanyak
25% dari volume air dalam akuarium.
Penyifonan yang dilakukan di UPT PBAP Bangil menggunakan
selang yang berbentuk sepiral dan yang disambung dengan paralon

36

(Gambar 4a). Penyifonan ini dilakukan dengan cara memasukkan


separuh bagian selang ke dalam kolam lalu menutupnya dengan telapak
tangan, sementara paralon diletakkan di lantai. Lalu lepaskan telapak
tangan dari ujung selang hingga air mengalir kebawah. Sebelumnya
letakkan serok atau wadah di ujung selang untuk menampung ikan sidat
yang terbawa saat penyifonan.

Penyifonan dilakukan dua kali dalam

seminggu yakni pada hari senin dan jumat. Sisa pakan dan feses harus
disifon

karena

banyak

dapat

mengganggu

kesehatan

karena

mengandung ammonia. Selanjutnya bagian tepi kolam dibersihkan


menggunakan kain untuk membersihkan tepian kolam dari kotoran dan
shelter dikeluarkan untuk dibersihkan. Setelah penyifonan selesai maka
air kolam diisi kembali sesuai dengan volume sebelumnya dan shelter
dimasukkan kembali kedalam kolam.
Membersihkan kotoran dalam

akuarium

pemeliharaan

ikan

dilakukan dengan cara penyiponan kotoran menggunakan selang.


Caranya selang diisi dengan air lalu dengan kedua ujung ditutup dengan
jari lalu tempatkan satu ujung selang dalam akuarium dan satu lagi di
lantai. Lepaskan jari dari ujung selang sehingga air akan mengalir ke
bawah. Sentuhkan ujung selang dalam akuarium ke kotoran sehingga
kotoran masuk ke dalam selang bersama aliran air dan terbuang. Selama
penyiponan hindarkan ujung selang terlalu dekat dengan ikan agar ikan
tidak terbawa. Air yang keluar sebaiknya ditampung dengan ember untuk
memudahkan

pengambilan

ikan

yang

terlanjur

tersedot

selama

penyiponan (Hadiroseyani, 2003).


Pergantian air sebaiknya dilakukan sebelum air mengalami
kerusakan. Mutu air yang buruk akan menurunkan selera makan dan
menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Air yang buruk juga menjadi
tempat perkembangan bibit penyakit yang dapat menyebabkan ikan sakit
37

dan mati. Ciri- ciri air yang harus diganti adalah berbusa atau berwarna
cokelat/hijau pekat (Gunawan, 2014).

(a)

(b)

Gambar 9. (a). Penyifonan Kolam Sidat (b). Pergantian Air Kolam Sidat
4.6 Pengamatan Kualitas Air
Ikan sidat membutuhkan air yang selalu bersih sehingga kualitas
airnya harus tetap terjaga dengan baik, untuk menjaga kualitas air agar
tetap baik maka suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), ammonia dan
BOD yang harus disesuaikan dengan yang diinginkan glass eel. Untuk
menjaga agar air yang terdapat di kolam tetap bersih, dilakukan
penyifonan. Dalam budidaya ikan sidat selalu ada ikan yang mengalami
kematian meskipun tidak setiap hari. Penyebabnya karena beberapa ikan
sidat tidak mampu bertahan dalam kondisi air yang kualitas airnya
berubah (tidak sesuai yang diinginkannya), kurangnya oksigen, adanya
kompetisi saat pemberian pakan sehingga ada yang tidak kebagian
pakannya, kelebihan pakan sehingga airnya cepat kotor dan muncul
jamur, serta ada yang terinfeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Aeromonas.
Survival rate atau kesintasan berkaitan erat dengan tingkat
toleransi atau resistensi suatu organisme pada kondisi tertentu baik
kondisi abiotik (contohnya kualitas air) maupun kondisi biotik (contohnya
adanya organisme patogen). Cara pencegahannya ialah mengusahakan
kualitas air dan lingkungan bebas dari polusi racun atau bahan kimia yang

38

berbahaya, oksigen dalam lingkungan tetap terpenuhi, dan mencegah


masuknya parasit eksternal maupun internal. Oleh karena penting
dilakukan pemantauan kualitas air.
Pengambilan sampel kualitas air dilakukan dengan menggunakan
botol berbahan plastik mengacu pada prosedur tata cara pengambilan
sampel air. Pengamatan kualitas air parameter kimia yakni : ammonia
dilakukan setiap seminggu sekali di laboratorium UPT PBAP Bangil.
Parameter BOD (Biological Oxigen Demand) dilakukan 2 minggu sekali di
laboratorium yang sama. Sementara parameter kualiatas air lainnya
seperti pH, suhu, DO dan salinitas dilakukan hampir setiap hari.
Berdasarkan Praktek Kerja Magang yang telah dilakukan, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
4.6.1 Suhu
Menurut Kordi dan Andi (2007), suhu mempengaruhi aktivitas
metabolism organisme, oleh karena itu penyebaran organisme baik di
lautan maupun di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut.
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota
air. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan
suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan
kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis). Berikut
merupakan hasil pengukuran suhu pada kolam indoor ikan sidat:

39

30
29.5
29

suhu (oC)

28.5

Kolam 1
Kolam 2

28

Kolam 3
Kolam 4

27.5
27
1

Minggu ke

Gambar 10. Grafik Hasil Pengukuran Suhu


Pada praktek kerja magang di UPT. PBAP Bangil alat yang
digunakan untuk mengukur nilai suhu adalah Thermometer Hg. Dari hasil
pengukuran suhu pada kolam sidat (Anguilla bicolor) indoor rata-rata
pada minggu pertama pada kolam 1 yaitu 29,4OC, pada kolam 2 sebesar
29,3

C, kolam 3 sebesar 29,3

C dan kolam 4 sebesar 29,3OC.

Kemudian pada pengamatan suhu minggu kedua pada kolam 1 yaitu 28,1
O

C, pada kolam 2 sebesar 28,5OC, kolam 3 sebesar 28,4OC dan kolam 4

sebesar 28,5 OC. Lalu pada pengmatan kualitas air minggu ketiga pada
kolam 1 didapatkan nilai suhu 28,4 OC, pada kolam 2 sebesar 28,7OC,
kolam 3 sebesar 28,8 OC dan kolam 4 sebesar 28,8OC. Pada minggu
keempat tidak ada kegiatan pengukuran kualitas air. Hal ini dikarenakan

40

pada akhir minggu ketiga dilakukan pemanenan pada kolam 1 dan kolam
3. Pada minggu keempat kolam 2 didapat nilai 29,1 OC dan pada kolam 4
sebesar 28,9 OC.
Dari pengamatan suhu mulai minggu pertama hingga minggu
keempat pada semua kolam berkisar 28-29 OC. Suhu air ini cocok untuk
pemeliharaan ikan sidat. Hal ini sesuai pernyataan Liviawaty dan Afrianto
(1998), Ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12OC 31OC,
sidat mengalami penurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari
12OC. sependapat dengan hal tersebut Usui (1974) dalam Sholeh (2004)
menyatakan bahwa ikan sidat lebih cepat tumbuh pada daerah bersuhu
tinggi. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan ikan sidat adalah 23-30oC.
4.6.2

Dissolved Oxigen (DO)


Oksigen terlarut merupakan perubahan mutu air paling penting bagi
kehidupan organisme air. Oksigen terlarut dalam air pada konsentrasi
tertentu dapat diserap oleh hemosianin dala pembuluh darah lamella
insang akibat perbedaan tekanan parsial. Oksigen yang diserap
kemudian

dimanfaatkan

dalam

proses

metabolisme

baik

untuk

pembentukan sel baru (pertumbuhan) dan untuk pergantian sel yang


hilang (Asmawi, 1986). Berikut merupakan hasil pengukuran suhu pada
kolam indoor ikan sidat:

41

9
8
7
6
5

Kolam 1

DO (ppm) 4

Kolam 2

Kolam 3

Kolam 4

1
0
1

Minggu ke

Gambar 11. Grafik Hasil Pengukuran DO (Dissolved Oxigen)


Pada praktek kerja

magang di UPT. PBAP Bangil alat yang

digunakan untuk mengukur nilai oksigen terlarut adalah DO meter. Dari


hasil pengukuran DO (Dissolved Oxigen) pada kolam sidat (Anguilla
bicolor) indoor didapatkan nilai rata-rata pada minggu pertama pada
kolam 1 yaitu 7,66 mg/l, pada kolam 2 sebesar 5,76 mg/l, kolam 3
sebesar 5,51 mg/l dan kolam 4 sebesar 4,48 mg/l. Kemudian pada
pengamatan suhu minggu kedua pada kolam 1 yaitu 6,5 mg/l, pada
kolam 2 sebesar 5,3 mg/l, kolam 3 sebesar 4,6 mg/l dan kolam 4 sebesar
2,3 mg/l. Lalu pada pengamatan kualitas air minggu ketiga pada kolam 1
didapatkan nilai DO (Dissolved Oxigen) 6,12 mg/l, pada kolam 2 sebesar
4,87 mg/l, kolam 3 sebesar 3,78 mg/l dan kolam 4 sebesar 4,38 mg/l.
Pada minggu keempat tidak ada kegiatan pengukuran kualitas air. Hal ini

42

dikarenakan pada akhir minggu ketiga dilakukan pemanenan pada kolam


1 dan kolam 3. Nilai DO uminggu keempat pada kolam 2 didapat nilai
5,10 mg/l dan pada kolam 4 sebesar 3,21 mg/l.
Dari pengamatan DO (Dissolved Oxigen) mulai minggu pertama
hingga minggu keempat pada semua kolam didapat nilai DO (Dissolved
Oxigen) yang sudah optimum untuk kehidupan ikan sidat. DO terendah
yang terjadi pada minggu ke 2 kolam 4 yakni sebesar 2,3 mg/l
disebabkan karena kesalahan teknis yakni aerasi yang tersumbat. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Setianto (2012), kadar minimum oksigen
terlarut yang dibutuhkan ikan sidat sekitar 3 ppm. UNESCO,WHO, &
UNEP (1992)

juga menyatakan bahwa Konsentrasi oksigen terlarut

dalam air berkisaran kurang dari 4 mg/l menunjukkan kondisi yang layak
bagi sebagian besar biota akuatik (ikan), Konsentrasi oksigen terlarut
dalam perairan kurang dari 2 mg/l merupakan batas kritis yang dapat
mengakibatkan kematian pada ikan.
4.6.3 Derajat Keasaman (pH)
Menurut Odum (1971), nilai pH suatu perairan mencerminkan
keseimbangan antara asam dan basa dalam air. nilai pH berfungsi
sebagai faktor pembatas bagi kehidupan organisme dan sebagai indeks
lingkungan. Nilai Ph dipengaruhi oleh beberapa faktor anatar lain aktivitas
fotosintesis, aktivitas biologi, suhu, kandungan oksigen dan adanya kaitan
dengan anion dalam perairan. Berikut merupakan hasil pengukuran pH
pada kolam indoor ikan sidat:

43

9
8.5
8

pH

7.5

Kolam 1
Kolam 2

Kolam 3
Kolam 4

6.5
6
1

Minggu ke

Gambar 12. Grafik Hasil Pengukuran pH


Pada praktek kerja magang di UPT. PBAP Bangil alat yang
digunakan untuk mengukur nilai derajat keasaman (pH) adalah pH meter.
Dari hasil pengukuran pH kolam sidat (Anguilla bicolor) indoor pada
minggu pertama kolam 1 yaitu 7,1 kolam 2 sebesar 7,2 , kolam 3 sebesar
7,2 dan kolam 4 sebesar 7,1. Lalu pada pengmatan kualitas air minggu
kedua pada kolam 1 didapatkan nilai pH 8,5, pada kolam 2 sebesar 8,3 ,
kolam 3 sebesar 8,3 dan kolam 4 sebesar 8,1. Kemudian pada
pengamatan pH minggu ketiga pada kolam 1 yaitu 8,5, pada kolam 2
sebesar 8,2 , kolam 3 sebesar 8,1 dan kolam 4 sebesar 8,3. Pada minggu
keempat tidak ada kegiatan pengukuran kualitas air. Hal ini dikarenakan
pada akhir minggu ketiga dilakukan pemanenan pada kolam 1 dan kolam

44

3. Pada minggu keempat kolam 2 didapat nilai 7,8 dan pada kolam 4
sebesar 7,9. Dari pengamatan pH mulai minggu pertama hingga minggu
keempat didapat nilai pH tertinggi pada pengamatan minggu kedua dan
ketiga pada kolam 1 yakni sebesar 8,5. Sementara nilai pH terendah
didapat pada pengukuran minggu pertama pada kolam 1 dan 4 yakni
sebesar 7,1. Kisaran pH air ini cocok untuk pemeliharaan ikan sidat. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Usui (1974), lokasi pemeliharaan ikan sidat
harus memiliki tingkat derajat keasaman antara 6,5-8,0. Forrest (1976)
menyatakan bahwa pada pH antara 4,5-6,5 diduga dapat menyebabkan
gangguan pada aktivitas makan dan pertumbuhan ikan sidat.
Konsentrasi derajat keasaman optimum untuk budidaya ikan sidat
adalah pada tingkat 7-8. Nilai derajat keasaman (pH) diatas 9,5 sering
menyebabkan penurunan nafsu makan dan kandungan amonia tinggi.
Sedangkan PH turun dapat menyebabkan proses metabolism ikan
terganggu, ikan mudah terserang penyakit dan pertumbuhan lambat.
Solusi tebar kapur saat pengeringan ,pengendapan sebelum ditambah air
dan penggantian air (Affandi,1995).
4.6.4 Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat
padat yang terlarut dalam 1kg air laut jikalau semua brom dan yodium
digantikan dengan khlor dalam jumlah yang setara, semua karbonat
diubah menjadi oksidanya dan semua zat organic dioksidasikan. Nilai
salinitas dinyatakan dalam g/kg yang umumnya dituliskan dalam atau
ppt yaitu singkatan dari part-per-thousand (Arief, 1984). Berikut
merupakan hasil pengukuran salinitas pada kolam indoor ikan sidat di
UPT. PBAP Bangil :

45

4.5
4
3.5
3
2.5

salinitas (ppt)

Kolam 1

Kolam 2

1.5

Kolam 3

Kolam 4

0.5
0
1

Minggu ke

Gambar 13. Grafik Hasil Pengukuran Salinitas


Pada praktek kerja magang di UPT. PBAP Bangil alat yang digunakan
untuk mengukur nilai salinitas adalah refraktometer. Dari hasil pengukuran
salinitas kolam sidat (Anguilla bicolor) indoor pada minggu pertama pada kolam 1
hingga kolam 4 didapatkan nilai salinitas 3 ppt. Pada minggu kedua pada semua
kolam didapatkan nilai salinitas 4 ppt. Kemudian pada minggu ketiga didapatkan
nilai kadar salinitas 3 ppt untuk semua kolam. Pada minggu keempat tidak ada
kegiatan pengukuran kualitas air pada kolam 1 dan kolam 3. Hal ini dikarenakan
pada akhir minggu ketiga dilakukan pemanenan pada kolam 1 dan kolam
3.Terahir pada pengamatan minggu keempat untuk kolam 2 dan kolam 4
didapatkan nilai salinitas 3 ppt.

46

Kisaran salinitas 3 ppt 4 ppt ini masih termasuk kisaran salinitas yang
baik untuk kehidupan ikan sidat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Liviawaty dan
Afrianto, (1998) bahwa salinitas yang bisa ditolerans ikan sidat berkisar 0-35
ppm. Affandi & Riani (1995) melaporkan bahwa saat kritis pemeliharaan benih
sidat yang ditangkap dari alam adalah pada pemeliharaan larvanya (glass eelelver), kisaran salinitas air yang baik untuk pemeliharaan diperkirakan antara 07.
4.6.5 Amonia (NH3)
Amonia merupakan bagian dari salah satu siklus nitrogen yang
dihasilkan oleh hewan air. Amonia adalah racun dalam kehidupan
perairan dan toksisitas amonia ini dipengaruhi oleh pH. Amonia memiliki
tingka konsentrasi racun yang tinggi pada saat pH perairsn tinggi dan
mengalami penurunan toksisitas pada pH rendh. Selain itu toksisitas
amonia meningkat pula ketika suhu perairan meningkat (Wurts, 2003).
Berikut merupakan hasil pengukuran amonia pada kolam indoor ikan
sidat:
0.8
0.7
0.6
0.5

amonia (ppm)

0.4

Kolam 1

0.3

Kolam 2
Kolam 3

0.2

Kolam 4

0.1
0
2

Minggu ke

47

Gambar 14. Grafik Hasil Pengukuran Amonia


Pengukuran amonia pada kolam sidat (Anguilla bicolor) indoor di
UPT. PBAP Bangil dimulai pada minggu kedua. Hal ini dikarenakan pada
minggu pertama bahan-bahan untuk mengukur ammonia belum tersedia.
Sehingga pengukuran ammonia dilakukan mulai minggu kedua dengan
hasil pada kolam 1 didapatkan nilai amonia 0,06 mg/l, pada kolam 2
sebesar 0,33 mg/l, kolam 3 sebesar 0,04 mg/l dan kolam 4 sebesar 0,23
mg/l. Kemudian pada pengamatan amonia minggu ketiga pada kolam 1
yaitu 0,19 mg/l, pada kolam 2 sebesar 0,24 mg/l, kolam 3 sebesar 0,16
mg/l dan kolam 4 sebesar 0,25 mg/l. Pada minggu keempat tidak ada
kegiatan pengukuran kualitas air. Hal ini dikarenakan pada akhir minggu
ketiga dilakukan pemanenan pada kolam 1 dan kolam 3. Pada minggu
keempat kolam 2 didapat nilai 0,73 mg/l dan pada kolam 4 sebesar 0,32
mg/l.
Dari pengamatan amonia mulai minggu kedua hingga minggu
keempat kisaran nilai amonia 0,04 mg/l - 0,73 mg/l. Kisaran nilai amonia
<1mg/l sudah sesuai untuk pemeliharaan ikan sidat. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Lesmana (2005) bahwa kadar ammonia terukur yang
dapat menyebabkan kematian adalah lebih dari 1 ppm (1 mg/l) maka nitrit
lebih dari 0,1 ppm (0,1 mg/l). Bila kadarnya kurang dari kadar tersebut,
tetapi dalam jangka setengahnya maka dalam jangka lama ikan akan
stress, sakit, dan pertumbuhannya lambat. Selain itu Degani et al., (1985)
menyatakan

bahwa

konsentrasi

48

amonia

antara

1-2

ppm

tidak

menyebabkan pertumbuhan sidat menurun asalkan pH berada dalam


rentang 6,8-7,9.

4.6.6

BOD (Biological Oxigen Demand)


BOD atau biochemical oxygen demand adalah suatu karakteristik
yang menunjukkan jumlah oxygen yang diperlukan oleh mikroorganisme
dalam perairan tambak (biasanya bakteri) untuk mengurangi atau
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Hariyadi, 1992).
Menurut Effendi (2003), secara tidak langsung BOD merupakan
gambaran kadar garam organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dan air. Dengan kata lain, BOD menunjukkan jumlah
oksigen yang diinkubasi pada suhu sekitar 200C selama lima hari, dalam
keadaan tanpa cahaya dan waktu tersebut sudah mewakili kebutuhan
oksigen mikroorganisme dalam mengurai bahan organik pada kolam ikan
sidat indoor . Berikut merupakan hasil pengukuran BOD pada kolam
indoor ikan sidat:

Kolam
1
Kolam
3

Kolam
2
Kolam
4

Gambar 15. Grafik hasil pengukuran BOD

49

Berdasarkan pengukuran BOD di kolam sidat indoor dilakukan 2


kali dalam satu bulan. Pada periode pertama kolam 1 diperoleh 11 mg/l,
pada kolam 2 didapat 10 mg/l, pada kolam 3 didapat 11 mg/l dan pada
kolam 4 didapat 9 mg/l. kemudian pada periode kedua tidak ada kegiatan
pengukuran kualitas air pada kolam 1 dan kolam 3. Hal ini dikarenakan
pada akhir minggu ketiga dilakukan pemanenan pada kolam 1 dan kolam
3. Pengukuran BOD periode kedua pada kolam 2 dan kolam 4 sebanyak
17 mg/l. Kisaran BOD ini masih dalam kategori sedang. BOD dianggap
sebagai suatu Proses dimana organisme hidup bertindak sebagai
medium untuk menguraikan bahan organik. Pengujian BOD merupakan
hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung
sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Menurut Wirosarjono
(1974) dalam Salimin (2005) tingkat pencemaran pada perairan adalah
sebagai berikut:
Tingkat Pencemar
Rendah
Sedang
Tinggi

Parameter
DO (ppm)
>5
0-5
0

BOD
0-10
10-20
25

Bila suatu badan air dicemari oleh bahan organik maka bakteri
dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan dapat menjadikan
kondisi perairan menjadi anaerob, sehingga mengakibatkan kematian
ikan. Tinggi rendahnya pencemaran pada suatu perairan sangat
mempengaruhi kadar oksigen pada saat pemecahan bahan organik. Jika
DO diatas 5 ppm dan BOD antara 0-10 maka tingkat pencemarannya
rendah. Jika DO antara 0-5ppm dan BOD antara 10-20 maka tingkat
pencemarannya sedang. Dan jika DO 0 ppm dan BOD 25 maka tingkat
pencemarannya tinggi. Kelimpahan di suatu perairan bergantung pada

50

pencemaran yang terjadi oleh zat organik, selama proses oksidasi bakteri
menghabiskan

oksigen

terlarut

dan

mengakibatkan

ikan

mati

(Wirosarjono, 1974).
4.6.7

Plankton
Plankton merupakan organisme renik yang melayang dalam air
yang kandungan nutrisinya sangat berpotensial untuk pakan ikan dan
udang karena protein yang dicerna sebanyak 80% (Odum, 1993).
Fitoplankton merupakan sumber makanan bagi zooplankton disamping
larva hewan tingkat tinggi lainnya dan sebagai penyedia oksigen dalam
perairan. Sedangkan pada zooplankton dapat langsung dimanfaatkan
seperti larva ikan dan udang yang dapat digunakan sebagai sumber
protein (Nontji, 1993).

Tabel 2. Data Hasil Analisis Kelimpahan Plankton Pada Kolam INDOOR Ikan
Sidat (Anguilla bicolor)
Kolam Pemeliharaan (ind/L)
Jenis plankton

Genikularia

6.036

6.072

7.042

6.054

Sceletonema

11.066

10.060

6.036

10.060

Vorticella

6.036

8.048

5.030

9.054

Oscillatoria

7.462

2.462

9.174

6.435

Limnocalanus

6.036

5.030

3.018

5.030

Euchlanis

3.018

2.126

5.030

3.018

Simocephalus

5.030

3.018

6.036

4.118

Daphnia
Nauplius
Ceridaphnia

9.054
5.030
7.042

7.042
7.080
9.054

4.024
13.078
7.042

7.042
6.130
4.042

Fitoplankton

Zooplankton

51

Peridinium

8.048

19.114

9.054

10.078

Hasil pengamatan plankton ditemukan 11 jenis plankton pada


kolam indoor ikan sidat (Anguilla bicolor). Dari 11 jenis plankton tersebu
ditemukan 8 jenis plankton yang menguntungkan diantaranya :
Genikularia, Limnocalanus, , Euchlanis, Simocephalus, Sceletonema,
Daphnia, Nauplius, Ceridaphnia. Komunitas fitoplankton didominasi oleh
jenis yang menguntungkan dan keberadaannya dibutuhkan guna
mendukung

keberhasilan

Skeletonema,

Chaetoceros,

usaha

budidaya.

Thalassionema

Fitoplankton
dan

seperti

Pseudonitzschia

merupakan jenis fitoplankton yang dibutuhkan sebagai sumber makanan


(Fathurrahman dan Aunurohim, 2014). Namun 3 jenis plankton yang lain
termasuk dalam kategori plankton yang merugikan yakni : Vorticella,
Oscillatoria, Peridium. Penyebab bloomingnya plankton ini diantaranya:
pemberian pakan yang berkualitas rendah dan berlebihan (over feeding).
Plankton merugikan ini juga menyebabkan beberapa masalah di perairan,
diantaranya: menyebabkan ikan strees dan terinfeksi bakteri, bersifat
parasit yang menempel pada insang dan seluruh bagian tubuh ikan dan
memakan plankton jenis baik sebagai makanannya. Namun adanya
plankton merugikan ini sebenarnya dapat dicegah dengan cara:
pergantian air

secara teratur, pemberian pakan pada organisme

budidaya disesuaikan dengan biomasanya dan juga dapat diberikan


probiotik.
Menurut Basmi (2000), mikro alga yang sering ditemukan pada
perairan tercemar yaitu Anacystis, Chlorella, Oscillatoria, Tetracaron,
Carteria, Euglena, Chlorogonium, Spirogyra, Pyrobotrys, Gomphomema.
Di samping itu, yang dapat menimbulkan rasa dan bau pada air adalah
Asterionella, Anabaena, Uroglenopsis, Hidrodictyon, Microcytis, Synedra,

52

Peridinium, Aphanizomens, Staurastum, Ceratium, Dinobryon, Tabellaria,


Synura, Pendorina, Nirella, Volvox.
4.7 Pengendalian Penyakit Ikan Sidat
Dalam budidaya perikanan kewaspadaan terhadap penyakit perlu sekali
mendapatkan perhatian utama. Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh agen
infeksi seperti parasit, bakteri, dan virus, serta agen non infeksi seperti kualitas
pakan yang jelek, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang bagi
kehidupan ikan. Timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang
tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme atau gen penyebab
penyakit (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Selama praktek kerja magang penyakit

yang menyerang ikan

sidat antara lain white spot dan penyakit akibat serangan Trichordina.
Serangan white spot terjadi akibat kondisi lingkungan yang menurun dan
serangan Trichordina terjadi akibat pakan yang diberikan kurang steril.
Ikan yang terserang white spot akan muncul bintik-bintik putih pada
bagian tubuhnya dan sering menggosokkan tubuhnya ke tepian kolam.
Hal ini sesuai dengan pernyataan (Suhaeri, 2008) White spot atau
dikenal juga sebagai penyakit "ich", merupakan penyakit ikan yang
disebabkan oleh parasit. Secara potensial white spot dapat berakibat
mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di
sekujur tubuh dan juga sirip. Inang white spot yang bervariasi, siklus
hidupnya serta caranya memperbanyak diri dalam air memegang
peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut.
Selain itu penyakit yang pernah menyerang sidat di PBAP Bangil
ini adalah penyakit yang ditimbulkan karena bakteri Aeromonas
hydropila. Penyakit ini disebabkan DO (oksigen terlarut) pada kolam
pemeliharaan kolam 4 minggu kedua hanya 2,3 mg/l dan amonia 0,13

53

ppm, kedua parameter ini sangat berpengaruh besar pada kolam


pemeliharaan ikan sidat. Dengan rendahnya DO pada kolam, maka
amonia dalam wadah menjadi sulit untuk diuraikan. Ini menyebabkan
bakteri A. hydrophila dapat berkembang dengan baik dan menyebabkan
ikan sidat mudah diserang oleh bakteri A. hydrophila. Tanda - tanda sidat
yang terserang penyakit ini adalah timbulnya bercak putih pada tubuh
sidat kemudian akan menjadi luka dan lama kelamaan luka tersebut
akan meradang dan sidat akan mati. Cara penanggulangannya yaitu
sidat yang sakit di pisahkan terlebih dahulu kemudian dipelihara bersama
ikan nila di kolam 5. Dalam proses pemeliharaan bersama ikan nila akan
timbul simbiosis mutualisme yaitu sangat menguntungkan bagi sidat
yang sakit karena bakteri yang menempel ditubuh sidat akan dimakan
oleh ikan nila tersebut. Adapun penanggulangannya diberi anti oksida
berupa garam sesudah dipisahkan ikan sidat yang terkena penyakit.
Tinggi air 10 cm kemudian direndam dengan obat 130 menit kemudian
diberi air baru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sasongko et al (2007),
cara untuk mengatasi penyakit ini yaitu memisahkan ikan yang terinfeksi
dengan ikan yang sehat. Ikan sakit diletakkan di kolam karantina dan
ditaburi garam dengan dosis 0,5 gram/l.
Menurut Kabata dalam Haryani et.al., (2012) bakteri A. hydrophila
sangat berpengaruh dalam budidaya ikan air tawar dan sering
menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi (80
100%) dalam waktu yang singkat (1 2 minggu). Penularan bakteri A.
hydrophila sangat cepat melalui perantara air, kontak bagian tubuh ikan,
atau peralatan budidaya yang tercemar atau terkontaminasi bakteri.
Bakteri ini menyebar secara cepat pada padat penebaran yang tinggi.

54

Gambar 16. Ikan Sidat yang Terserang White Spot


4.8 Pemanenan
Panen merupakan langkah terahir dari rangkaian kegiatan usaha
budidaya. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari
untuk mengurangi

fluktuasi suhu yang terlalu tinggi dan dapat

menimbulkan stres pada ikan sidat yang sedang dipanen. Hal ini sesuai
dengan pendapat dan Suhaeri (2008) bahwa pemanenan ikan sidat
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Panen dilakukan dengan
jarring 1,5 x 1,5 meter atau lebih. Saputra (2013), pemanenan dilakukan
pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau
scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati
untuk menghindari ikan terluka.
Sistem pemanenan yang dilakukan di UPT PBAP Bangil adalah
sistem pemanenan keseluruhan dan sebagian. Kedua sistem ini sama
sama dilakukan dengan menggunakan jaring, tetapi pada pemanenan
secara keseluruhan dilakukan pembukaan outlet dan diberi saringan.
Cara pemanenan yang dilakukan pada kedua sistem tersebut hampir
sama, namun pada sistem panen sebagian tidak dilakukan pengurangan
air. Cara pemanenan keseluruhan yakni dilakukan pengurangan air
mencapai 30 50 persen sehingga ikan sidat mudah untuk disaring.
Pengurangan

air

dilakukan

dengan

cara

pembukaan

saluran

pembuangan air. Selama praktek kerja magang pemanenan dilakukan


setelah ikan sidat telah mencapai ukuran permintaan konsumen. Proses
pemanenan keseluruhan yang dilakukan dengan cara menutup inlet

55

saluran dan membuka outlet, sehingga ketinggian air dalam kolam 10


15 cm. Lalu memasang jaring

dan diikat dengan kuat pada saluran

tersebut, agar ikan tidak lepas. Kemudian ikan sidat di serok dengan
jaring dan dipindahkan kedalam wadah yang berisi air.

Gambar 17. Proses Pemanenan

56

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil PKM (Praktek Kerja Magang)
ini menunjukkan bahwa manajemen kualitas air yang dilakukan di UPT PBAB
Bangil adalah melalui penyiponan, pergantian air,pemberian dosis pakan yang
tepat serta manajemen kualitas air. Dari manajemen kualitas air tesebut yang
terdiri dari parameter fisika, kimia, dan biologi sebagai berikut: dari parameter
fisika yakni suhu masih dalam keadaan yang optimal bagi kehidupan ikan sidat.
Dari parameter kimia meliputi DO, pH, salinitas dan ammonia masih dalam
keadaan yang optimal bagi kehidupan ikan sidat. Namun nilai BOD pada kolam
sidat sudah termasuk kategori sedang. Sementara untuk parameter biologi
ditemukan 11 jenis plankton yang terdiri dari 8 jenis plankton yang
menguntungkan dan 3 jenis plankton yang merugikan. 8 jenis plankton yang
menguntungkan tersebut diantaranya : Genikularia, Limnocalanus, Euchlanis,
Simocephalus, Sceletonema, Daphnia, Nauplius, Ceridaphnia. Sementara 3 jenis
plankton lainnya termasuk dalam kategori plankton yang merugikan yakni :
Vorticella, Oscillatoria, Peridium.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil PKM (Praktek Kerja Magang) disarankan agar
lebih diperhatikan padat penebaran, manajemen pakan, dan manajemen
kualitas air pada kolam indoor ikan sidat. Sehingga ikan sidat dapat hidup
dan tumbuh secara optimal. Disarankan pula untuk melatih dan
membimbing pengawai lapang agar kegiatan pengukuran dilakukan
sesuai prosedur penggunaan alat. Selain itu diperlukan penambahan

57

peralatan uji kualitas air sehingga kegiatan pengukuran dapat dilakukan


tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. & Riani. 1995. Pengaruh salinitas terhadap derajat kelangsungan


hidup pertumbuhan benih ikan sidat (elver), Anguilla bicolor bicolor. Jurnal
Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan. 3 (1): 39- 48.
Affandi, R., M.F. Rahardjo & Sulistiono. 1995. Distribusi juvenile ikan sidat
(Anguilla spp.) di perairan segara anakan Cilacap, Jawa Tengah. Jurnal
Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan. 3(1): 27-38.
Arfiati, D. 1992. Survey pendugaan kepadatan Fitoplankton sebagai Produktivitas
Primer di rawa bureng, Desa Sukosari, Kecamatan Gondanglegi,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya. Malang.
Arief, M., D. K. Pertiwi dan Y. Cahyoko. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan
Buatan, Pakan Alami, dan Kombinasinya terhadap Pertumbuhan, Rasio
Konversi Pakan dan Tingkat Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguilla bicolor).
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3 (1) : 61-65.
Arief,Dharma.1984. Pengukuran Salinitas Air Laut dan Peranannya dalam Ilmu
Kelautan. Jurnal oceanografi. 9 (1) : 3-10.
Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Jakarta: Gramedia.
Astuti, L.P dan H. Satria. 2009. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton di
Danau Sentani, Papua. Limnotek. 16 (2): 88-98.
Basmi, J. 2000. Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
Bloom, J. H. 1988. Chemicaland Physical Water Quality Analysis. Nuffic.
Unibraw/Luw/Fish. Malang.
Craig, S dan L.A. Helfrich. 2002. Understanding Fish Nutrition Feeds and
Feeding. Virgia Tech.
Degani, G., A. Horowitzh and D. Levanon. 1985. Effect of protein level in purified
diet and density ammonia and O2 on growth of juvenile European Eel
(Anguilla anguilla L.). Aquaculture, 46 : 193-200.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

58

Faradiba, Diatra. 2015. Teknik Pemeliharaan Benih Ikan Sidat (Anguilla


Marmorata) Di UD. Tunas Harapan Kepuhrejo, Ngatru, Tulungagung.
Universitas Airlangga : Surabaya.
Fathurrahman dan Aunurohim. 2014. Kajian Komposisi Fitoplankton dan
Hubungannya dengan Lokasi Budidaya Kerang Mutiara (Pinctada Maxima)
di Perairan Sekotong, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Teknik Pomits. 3 (2):
93-98.
Forrest, D.M. 1976. Eel capture, culture, processing and marketing. 2nd ed.
Fishing News Books. Hal 205.
Gunawan, Surya.2014.Kupas Tuntas Budi Daya Bisnis Lele.Jakarta:Penebar
Swadaya.
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta.
Hadie, W. dan EL. Hadie. 1992. Pembenihan Udang Galah. Kanisius: Jakarta.
Hadiroseyani Y., 2003. Modul Pemeliharaan Larva sampai Ukuran Pasar Ikan
Neon Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Handaryono, P. Sasmito dan Abdul R. Faqih. 2013. Teknik Pembesaran Ikan
Bandeng (Chanos chanos) dengan udang vanname (Litopeanaeus
vannamei) Secara Polikultur Tradisional di UPT PBAP Bangil Kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur. FPIK UB: Malang.
Handayani, D. 2009. Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan
Pasang Surut Tambak Blanakan, Subang. Skripsi: Program Studi Biologi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : Jakarta.
Hariyadi, S., Suryadiputra dan B. Widigdo. 1992. Limnologi Metode Kualitas Air.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Haryani, A., R. Grandiosa, I.D. Buwono dan A. Santika. 2012. Uji Efektivitas Daun
Pepaya (Carica papaya) untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila pada Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 3 (3): 213-220.
Haryono. 2008. Sidat, belut bertelinga: potensi dan aspek budidayanya. Fauna
Indonesia.8 (1): 2226.
Hasan. 2002. Metode Penelitian. Universitas Diponegoro Semarang: Jawa
Tengah.
Hendri J. 2009. Riset Pemasaran. Universitas Gunadarma: Jakarta.
Herawati, Endang Yuli dan Kusriani. 2005. Planktonologi. Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya Malang.

59

Herianti I. 2005. Rekayasa lingkungan untuk memacu perkembangan gonad ikan


sidat (Anguilla bicolor). Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 37 : 2-41.
Kagawa H, Tanaka H, Ohta H, Unuma T, Nomura K. 2006. The first success of
glass eel production in the world: basic biology on fish reproduction
advances new applied technology in aquaculture. Fish Phisyiol Biochem.
31:193-199.
Kordi M.G dan Tanjung A.B. 2007.Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan.Jakarta : Rineka Cipta.
Lesmana, D. S. 2001. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Liviawaty, E dan Afrianto, E. 1998. Pemeliharaan Sidat. Kanisius : Yogyakarta
Madinawati., N. Serdiati dan Yoel. 2011. Pemberian Pakan Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus). Universitas Tadulako. Palu. Jurnal Media Litbang
Sulteng. 4 (2) : 83 87.
Mardalis, Ahmad. 2008. Metode Research : Penelitian Ilmiah. Percetakan Bumi
Aksara : Jakarta.
Matsui, I. 1982. Theory and practice of eel culture. AA. Balkema/Rotterdam.
Moleong, Lexy J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Mulyana, Trinaldi Zicky. 2004. Efisiensi Pemberian Pakan Beberapa Pakan
Buatan Ikan Sidat (Anguilla sp.) yang Dipelihara dalam Sistem
Resirkulasi. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen
Akuakultur. Jurusan Budidaya Perairan. FPIK. IPB. Bogor. Hal 24-26.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. P.372.
Odum , E. p. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Sounders Company.
Philadelphia, London.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah mada University
Press. Jogjakarta. Hal 134-162.
Pusat penyuluhan BPSDM Kelautan dan Perikanan. 2011. Budidaya Ikan Sidat.
Jakarta. Ditjen Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan. 53 hal.
Rovara, O., I.E. Setiawan & M.H. Amarullah. 2007. Mengenal sumberdaya ikan
sidat.BPPT-HSF. Jakarta.
Salimin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana 30 (3): 21 26.

60

Sarah, Ainun. 2010. Teknik Pembesaran Sidat (Anguilla sp) di Dempond Udang
Galah Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur. Skripsi. UNAIR:
Surabaya.
Sarwono, J. 2010. Pintar Menulis Karangan Ilmiah Kunci Sukses dalam Menulis
Ilmiah. C.V. ANDI OFFSET : Yogyakarta.
Sasongko, A. 2007. Sidat: Panduan Agribisnis Penangkapan, Pendederan, dan
Pembesaran. Depok: Penebar Swadaya
Setianto, D. 2012. Usaha Budidaya Ikan Kerapu. Pustaka Baru Press :
Yogyakarta.
Shafrudin, Dadang. 2003. Pembesaran Ikan Karper. Di Karamba Jaring Apung
(Modul: Penyiapan KJA Dan Penebaran Benih).Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan: Jakarta.
Sholeh, S. A. 2004. Peranan Jumlah Shelter yang Berbeda Terhadap
pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sidat (Anguilla sp.)
Skripsi. Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Departemen Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 36 Hal.
Sriati. 2003. Distribusi benih sidat (Elver) di Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan
Ratu, Jawa Barat. Prosiding Forum Nasional Sumberdaya Perikanan
Sidat Tropik, 11 April, UPT Baruna Jaya, BPPT. Jakarta.
Subaidah, Pramudjo, Oktiandi, Manijo, dan M. Yunus. 2006. Pembenihan Udang
Vannamei (Litopenaeus Vannamei). Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya.Situbondo. 51 hal
Subarjanti, H.U. 2015. Pengantar Ekologi Perairan.FPIK UB: Malang.
Sudaryono, Agung ,Sapto P. Putro, Suminto. 2013. Tinjauan Potensi
Pegembangan dan Aplikasi Teknologi Budidaya Sidat. Universitas
Diponegoro : Semarang.
Sugianti, Y, S.A.K. Adriani dan W. Andri. 2009 . Keanekaragaman Fitoplankton
pada Perairan Calon Suaka Perikanan di Waduk Koto Panjang Riau. Jurnal
Lit Perikanan Ind. 15 (1) : 23 32.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Alfabeta :
Bandung.
Suitha, I. M dan A. Suhaeri. 2008. Budidaya Sidat. PT. Agromedia pustaka :
Jakarta.
Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik
(Edisi Revisi). Penerbit Tarsito : Bandung.
Tri Suryono dan Muhammad Badjoei. 2013.Kualitas Air Pada Uji Pembesaran
Larva Ikan Sidat (Anguilla Spp.) Dengan Sistem Pemeliharaan Yang
Berbeda.Limnotek. 20 (2). 169-177.

61

UNESCO/WHO/UNEP. 1992. Water quality assesments. Edited by Chapman, D.


Chapman and Hall Ltd., London. Hal 585
USUI, A., 1974. Eel culture. Fishing News (Books) Ltd. London. England : 19
86.
Utami, F. Yulia. 2014. Studi Komposisi Zooplankton Akibat Letusan Gunung
Kelud di Waduk Selorejo Desa Pandansari Kecamatan Ngantang
Kabupaten Malang Jawa Timur. Praktek Kerja Lapang. FPIK UB: Malang.
Wandansari, N. P. 2013. Perlakuan Akuntansi atas PPH Pasal 21 pada PT. Artha
Prima Finance Kotambagu. Jurnal EMBA. 3(1) : 561.
Wulandari, D. 2009. Keterikatan Antara Kelimpahan Fitoplankton dengan
Parameter Fisika Kimia di Estuari Sungai Brantas (Porong) Jawa Timur.
FPIK-IPB. Bogor.
Wurts, W.A. 2003. Daily pH Cycle and Ammonia Toxicity. World Aquaculture, 34
(2) : 20-21

62

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Magang (PKM)


Parameter
Suhu

Satuan
o

Alat
Fisika
Termometer Hg

Bahan
1

Air sampel

1
2

Air sampel
Tissue

1.
2
1
2
3

Air sampel
Tissue
Air sampel
Aquades
Tissue

Kimia
1

DO Meter

pH Meter

Refraktometer

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Spectroquant
Pipet
Erlenmeyer
Kertas saring
Corong
Tabung
Hach

DO

mg/l

pH
Salinitas

0 00

Ammonia /
mg/l
NH3

1. Air sampel
2. Reagen Salicylate
3. Reagen ammonium
salicylate

Lanjutan Lampiran 1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Magang (PKM)


Parameter

Satuan

BOD

mg/l

Alat
Kimia
1. Botol Kapasitas 1
Liter
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Aerator
Corong
Corong
Beaker Glass
Incubator
DO meter
Washing Bottle
Biologi

63

Bahan
1. Air

Sampel

Kolam
2. Kertas Saring
3. Aquades
4. Tissue

Plankton

sel/l

1. Botol Film (no. 25)

(Fitoplankton

2. Ember Kapasitas

) dan ind/l
(Zooplankton
)

3.
4.
5.
6.
7.

5L
Pipet Tetes
Objec Glass
Cover Glass
Washing Botlle
Mikroskop

64

1. Air

Sampel

kolam
2. Larutan Lugol
3. Aquades
4. Tissue

Lampiran 2. Peta Wilayah Kecamatan Bangil


UPT PBAP Bangil, Desa Kalianyar, Kec. Bangil

65

Lampiran 3. Denah Prasarana Gedung dan Kantor UPT PBAP Bangil

66

67

Lampiran 4. Formulasi Fermentasi Pellet


Formulasi Fermentasi Pelet 30 Kg
Pelet
= 30 kg (1 sak)
Air
= 15 liter
Probiotik
= 1/4 liter
Tetes Tebu
= 2 liter
Formulasi Fermentasi Pelet 10 Kg
Pelet
= 10 kg
Air
= 5 kg
Probiotik
= 0,083 liter = 83 ml
Tetes Tebu
= 666 ml
Formulasi Fermentasi Pelet 5 Kg
Pelet
= 5 kg
Air
= 2,5 liter
Fermentasi
= 42 ml
Tetes Tebu
= 333 ml

68

Lampiran 5. Daftar Tabel Hasil Pengukuran Suhu, DO, Salinitas, dan pH


Kolam 1
Minggu Pertama
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

27-Juli-15

29,3

7.68

7,3

28-Juli-15

29,2

7,64

6,9

29-Juli-15

29,6

7,67

7.2

30-Juli-15

29,5

7,66

7,1

31-Juli-15

29,4

7,65

7,0

Rata-rata

29,4

7,66

7,1

Minggu Kedua
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

3-Agustus-15

28,0

6,7

8,7

4-Agustus-15

27,9

6,3

8,3

5-Agustus-15

28,3

6,6

8,6

6-Agustus-15

28,2

6,5

8.5

7-Agustus-15

28,1

6,4

8.4

Rata-rata

28.1

6,5

8.5

Minggu Ketiga
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

10-Agustus-15

28,3

6,11

8,4

11-Agustus-15

28,2

6,10

8,3

12-Agustus-15

28,6

6,14

8,7

13-Agustus-15

28,5

6,13

8,6

14-Agustus-15

28,4

6,12

8,5

Rata-rata

28,4

6,12

8,5

69

Lanjutan Lampiran 5. Daftar Tabel Hasil Pengukuran Suhu, DO, Salinitas,


dan pH
Kolam 2
Minggu Pertama
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

27-Juli-15

29,2

5.78

7,4

28-Juli-15

29,1

5,74

7,0

29-Juli-15

29,5

5,77

7.3

30-Juli-15

29,4

5,76

7,2

31-Juli-15

29,3

5,75

7,1

Rata-rata

29,3

5,76

7,2

Minggu Kedua
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

3-Agustus-15

28,4

8,5

4-Agustus-15

28,3

8,1

5-Agustus-15

28,7

5,1

8,4

6-Agustus-15

28,6

5,7

8.3

7-Agustus-15

28,5

6,7

8.2

Rata-rata

28.5

5,3

8.3

70

Lanjutan Lampiran 5. Daftar Tabel Hasil Pengukuran Suhu, DO, Salinitas,


dan pH
Kolam 2
Minggu Ketiga
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

10-Agustus-15

28,9

4,89

8,4

11-Agustus-15

28,5

4,85

8,0

12-Agustus-15

28,8

4,88

8.3

13-Agustus-15

28,7

4,87

8,2

14-Agustus-15

28,6

4,6

8,1

Rata-rata

28,7

4,87

8,2

Minggu Keempat
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

17-Agustus-15

28,4

5,3

8,0

18-Agustus-15

28,3

4,9

7,6

19-Agustus-15

28,7

5,2

7,9

20-Agustus-15

28,6

5,1

7,8

21-Agustus-15

28,5

5,0

7,7

Rata-rata

29,1

5,1

7,8

71

Lanjutan Lampiran 5. Daftar Tabel Hasil Pengukuran Suhu, DO, Salinitas,


dan pH
Kolam 3
Minggu Pertama
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

27-Juli-15

29,2

5,53

7,4

28-Juli-15

29,1

5,49

7,0

29-Juli-15

29,5

5,52

7.3

30-Juli-15

29,4

5,51

7,2

31-Juli-15

29,3

5,50

7,1

Rata-rata

29,3

5,51

7,2

Minggu Kedua
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

3-Agustus-15

28,3

4,5

8,5

4-Agustus-15

28,2

4,4

8,1

5-Agustus-15

28,6

4,8

8,4

6-Agustus-15

28,5

4,7

8,3

7-Agustus-15

28,4

4,6

8,2

Rata-rata

28.4

4,6

8,3

Minggu Ketiga
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

10-Agustus-15

28,7

3,77

8,0

11-Agustus-15

28,6

3,76

7,9

12-Agustus-15

29,0

3,80

8,3

13-Agustus-15

28,9

3,79

8.2

14-Agustus-15

28,8

3,78

8.1

Rata-rata

28,8

3,78

8.1

Lanjutan Lampiran 5. Daftar Tabel Hasil Pengukuran Suhu, DO, Salinitas,


dan pH
72

Kolam 4
Minggu Pertama
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

27-Juli-15

29,2

4,47

7,3

28-Juli-15

29,1

4,46

6,9

29-Juli-15

29,5

4,50

7.2

30-Juli-15

29,4

4,49

7,1

31-Juli-15

29,3

4,48

7,0

Rata-rata

29,3

4,48

7,1

Minggu Kedua
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

3-Agustus-15

28,4

2,5

8,0

4-Agustus-15

28,3

2,1

7,9

5-Agustus-15

28,7

2,4

8,3

6-Agustus-15

28,6

2,3

8.2

7-Agustus-15

28,5

2,2

8.1

Rata-rata

28.5

2,3

8.1

73

Lanjutan Lampiran 5. Daftar Tabel Hasil Pengukuran Suhu, DO, Salinitas,


dan pH
Kolam 4
Minggu Ketiga
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

10-Agustus-15

28,7

4,40

8,5

11-Agustus-15

28,6

4,36

8,1

12-Agustus-15

29,0

4,39

8,4

13-Agustus-15

28,9

4,38

8,3

14-Agustus-15

28,8

4,37

8,2

Rata-rata

28,8

4,38

8,3

Minggu Keempat
Tanggal

Suhu (0C)

DO (mg/l)

Salinitas ( o/oo )

pH

17-Agustus-15

29,1

3,23

8,1

18-Agustus-15

28,7

3,19

7,7

19-Agustus-15

29,0

3,22

8,0

20-Agustus-15

28,9

3,21

7,9

21-Agustus-15

28,8

3,20

7,8

Rata-rata

28,9

3,21

7,9

74

Lampiran 6. Daftar Tabel Hasil Pengukuran Ammonia

Hasil Pengukuran Ammonia (mg/l)

Kolam 1

Kolam 2

Kolam 3

Kolam 4

Minggu

Hasil

Minggu

Hasil

Minggu

Hasil

Minggu

Hasil

0,06

0,33

0,04

0,23

0,19

0,24

0,16

0,25

O,73

0,32

75

Lampiran 7. Daftar Tabel Hasil Pengukuran BOD

Hasil Pengukuran BOD (mg/l)

Kolam 1

Kolam 2

Kolam 3

Kolam 4

Minggu

Hasil

Minggu

Hasil

Minggu

Hasil

Minggu

Hasil

11

10

11

17

17

76

Lampiran 8. Gambar dan Klasifikasi Plankton yang Menguntungkan Pada


Kolam indoor Ikan Sidat (Angilla bicolor)

No

Gambar Foto (Perbesaran

Gambar literature

Klasifikasi

100x) (Dokumentasi Pribadi)

(Zipcodezoo, 2014)

(Shirota, 1996)

1.
Divisi
: Chlorophyta
Sub divisi: Chlorophyceae
Ordo
: Zygnematales
Famili
: Mesotaeniaceae
Genus
: Genikularia

2.
Filum : Crustacea
Kelas : Copepoda

Ordo : calanoida
Famili :Centropagidae
Genus: Limnocalanus

3.
Filum : Rotifera
kelas : Monogononta
Ordo : ploima
Famili : Euchlanidae
genus : Euchlanis

4.
Filum : crustacea
kelas : Crustacea
ordo : Anomopoda
Famili : Daphniidae

genus : Simocephalus

77

Lanjutan

Lampiran

8.

Gambar

dan

Klasifikasi

Plankton

yang

Menguntungkan Pada Kolam indoor Ikan Sidat (Angilla bicolor)


No

Gambar Foto (Perbesaran 100x)

Gambar literature

Klasifikasi

(Dokumentasi Pribadi)

(Zipcodezoo, 2014)

(Shirota, 1996)

5.
Divisi: Chrysophyta
Kelas: Bacillariophy- ceae
Ordo : Centrales
Fami : Coscinodisca-ceae
Genus: Skeletonema

6.

Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus

: Arthropoda
: Branchiopoda
: Cladocera
: Daphnidae
: Daphnia

7.
Filum

: Copepoda

Ordo

: Calanoida

Famili :Paracalanidae
Genus : Nauplius

8.
Filum : Crustacea
Ordo : Anomopoda
Famili :daphniidae
Genus : Ceriodaphnia

78

Lampiran 9. Gambar dan Klasifikasi Plankton yang Merugikan Pada Kolam


indoor Ikan Sidat (Angilla bicolor)

No

Gambar Foto (Perbesaran 100x)


(Dokumentasi Pribadi)

Gambar literature

Klasifikasi

(Zipcodezoo, 2014)

(Shirota, 1996)

9.
Divisi : Ciliophora
Kelas:Oligohymenophorea
Ordo : Peritrichida
Famili : Vorticellidae
Genus: Vorticella

10.

Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus

: Cyanophyta
: Cyanophyceae
: Oscillatoriales
:Oscillatoriaceae
: Oscillatoria

11.

79

Filum

: Myzozoa

Kelas

: Dinophyceae

Ordo

: Peridinales

Famili

: Peridineaceae

Genus

: Peridinium

Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM)


Jenis Kegiatan
Pengukuran suhu

Foto

Pengukuran DO

Pengukuran pH

Pengukuran salinitas

80

Lanjutan Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM)


Pengukuran ammonia

Pengukuran BOD

Pengukuran Sampel plankton

Pemanenan

Pemberian pakan

81

Anda mungkin juga menyukai