Anda di halaman 1dari 3

Thin Layer Chromatography

Penggunaan umum KLT (Kromatografi Lapis Tipis) adalah untuk menentukan


banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau proses
reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk
kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi kolom, melakukan
screening sampel untuk obat (Rohman, 2007).
Prinsip kerja
Pemisahan dengan cara kromatografi dibedakan dalam dua fase yaitu fase diam
dan fase gerak. Sehingga dapat dikatakan bahwa kromatografi ialah teknik
pemisahan yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponenkomponen yang dibedakan atas dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Apabila
dua fase tersebut tidak ada maka proses kromatografi tidak akan berjalan. Oleh
karena itu pada kromatografi selalu ada fase yaitu:

Zat yang dianalisis merupakan fase mobile (bergerak)

Fase stationer (diam) tempat dimana zat (sampel) bergerak.

Fase diam pada KLT sering disebut penyerap, biasanya dapat melewati ayakan 250
mesh dengan ukuran partikel lebih kecil dari 63m. (Gritter, et al., 1991). Banyak
penyerap yang telah digunakan, termasuk silika gel dengan ketebalan sekitar 0,10
sampai 0,25 mm, didukung oleh plat kaca, aluminium atau plastik (Wall, 2005).
Permukaan polar dari gugus hidroksi silika gel berfungsi menarik molekul sampel.
Lapisan silika gel harus sesedikit mungkin mungkin mengandung air, sehingga
harus diaktifkan dengan pemanasan pada 100o C selama 1-3 jam. Jika suhu
pengaktifan jauh di atas 110o C terjadi dehidrasi yang tak bolak-balik menyebabkan
pemisahan kurang efektif (Gritter, et al., 1991).
Fase gerak adalah medium angkut, terdiri dari satu atau beberapa pelarut, yang
bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya
kapiler (Stahl, 1985). Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip
like dissolves like, artinya untuk memisahkan sampel yang bersifat nonpolar
digunakan sistem pelarut yang bersifat nonpolar juga. Proses pengembangan akan
lebih baik bila ruangan pengembangan tersebut telah jenuh dengan uap sistem
pelarut (Adnan, 1997).

Nilai Rf dihitung dengan menggunakan perbandingan sebagaimana persamaan


sebagai berikut:

Nilai maksimum adalah 1, solut bermigrasi dengan kecepatan sama dengan fase
gerak. Nilai minimum adalah 0, dan ini teramati jika solut tertahan pada posisi titik
awal di permukaan fase diam (Rohman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf pada KLT, antara lain: struktur kimia dari
senyawa yang dipisahkan, sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya, tebal dan
kerataan lapisan penyerap, derajat kemurnian fase gerak, derajat kejenuhan uap
pengembang pada bejana, jumlah cuplikan dan suhu (Sastrohamidjojo, 1991).
Foto

(sumber : reachdevices.com/TLC.html)
Dokumentasi (?)
Daftar Pustaka

Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta :


Penerbit Andi.
Banjarnahor, Elizabet R. 2011. Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Triterpenoid Dari
Umbi Bawang Sabrang (Eleutherinae bulbus). Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22237 (diakses 26
Desember 2015 pukul 20.34)
Basset, J., et al. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Gritter, R.J., Bobbit, J.M. dan Schwarting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi.
Terbitan Kedua. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung : Penerbit
ITB.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sastrohamidjojo, H. 1991. Kromatografi. Yogyakarta : Penerbit Liberty
Wall, P. E. (2005). Thin Layer Chromatography : A Modren Practical Approach. Great
Britain : Royal Society of Chemistry.

Anda mungkin juga menyukai