BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering dialami oleh
wanita, yaitu 16% dari keganasan yang dialami oleh wanita
dan merupakan
keganasan yang paling sering menyebabkan kematian pada wanita usia paruh
baya.1,2 Dengan angka kejadian pada negara maju dan pada negara berkembang.
Di Amerika serikat sekitar 12% dari populasi wanita dapat mengalami kanker
payudara yang invasive selama masa hidupnya. 3Kejadian kanker payudara
semakin meningkat di dunia. Pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 231.840
wanita Amerika Serikat didiagnosis dengan kanker payudara.4,5
Kanker payudara menempati urutan dari seluruh keganasan yang terjadi di
Indonesia sendiri juga angka kejadian kanker payudara adalah sekitar 23140 per
tahun.2
Angka mortalitas kanker payudara pada wanita yang hidup di amerika
adalah .. dan sebagian
mortalitas pada wanita yang hidup di Indonesia lebih tinggi karena ditemukan
pada stadium IIIA, IIIB ataupun stadium IV. 2
Pengobatan kanker payudara adalah operasi, kemoterapi dan radioterapi.
Modalitas pengobatan kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadium
klinis dan jenis kanker payudara. Pada stadium dini yaitu stadium I dan Stadium II
pembedahan merupakan modalitas utama. Sementara pasien dengan stadium local
lanjut seperti stadium III terapi yang dilakukan adalah dengan operatif (MRM
atau CRM), kemoterapi, dan radioterapi. Pasien dengan stadium lanjut (stadium
IV) membutuhkan terapi sistemik seperti hormonal dan kemoterapi. 2
3
4
2.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Payudara
Definisi
Kanker payudara merupakan karsinoma yang berasal dari epitel duktus maupun
lobulus payudara. Jaringan payudara terdiri atas lobulus yang memproduksi air
susu, duktus yang mengalirkan air susu ke putting susu, jaringan lemak, pembuluh
darah dan jaringan ikat. 2
2.3
Etiologi
Faktor resiko
terjasinya kanker payudara adalah hormonal dan genetik. Kanker payudara yang
bersifat sporadik memiliki relasi dengan paparan hormon, adanya kasus yang
diturunkan, dan mutasi germline.
Kanker
payudara
herediter
terjadi
pada
5-12%
dari
kanker
Tabel 2.1. Mutasi Gen Tunggal yang Memiliki Asosiasi dengan Kanker
Payudara Herediter.7
Gen
% dari
Resiko
Hubungan
Fungsi
karier gen
kanker
dengan Gen
kanker
Payudara
lain
pada Usia
70 tahun
BRCA 1 52% (2%
40-90%
Ovarian, kanker Tumor supressor
(17q21)
dari
payudara pria,
gene ,transkripsi
Familial seluruh
prostat,
dan regulasi,
breast
kanker
pancreas, tuba
perbaikan dari
and
payudara)
fallopii
double stranded
ovarian
DNA yang rusak
cancer
(1:860)
BRCA 2 32% (1%
30-90%
Ovarian, kanker Mutasi bialleic
(13q12dari semua
payudara
germline yang
13)
kanker
pria,prostat,
menyebabkan
Familial payudara)
pankreas,
anemia fanconi
breast
lambung,
yang langka
and
melanoma,
ovarian
gallbradder, bile
cancer
duct, faring
(1: 740)
P53
3% (<1%
>90%
Sarkoma,
Tumor supressor
(17p31.1 dari
leukemia, tumor gene yang berperan
)
seluruh
otak,
pada kontrol siklus
Likejadian
adenocortical
sel, replikasi DNA,
Fraumeni kanker
carcinoma, dll
Perbaikan DNA,
(1:5000) payudara)
dan apoptosis
CHEK2
5% (1%
10-20%
Prostat, tiroid,
Check point kinase
(22q12.1 dari
ginjal dan kolon pada siklus sel,
) Liseluruh
perbaikan DNA,
Fraumeni kanker
aktivasi dari
payudara)
BRCA1 dan
fosforilasi p53
Resiko untuk terjadinya kanker payudara sporadis adalah paparan hormon,
yaitu usia saat menars,menopause, riwayat reproduksi, menyusui,dan estrogen
eksogen. Kanker payudara sporadis biasanya terjadi pada wanita yang telah
mengalami menopause dan biasanya berjenis ER positif. Paparan hormon
meningkatkan potensi sel target dengan menstimulasi sel saat pubertas ,
menstruasi dan kehamilan. Paparan juga mengakibatkanploriferasi yang
Faktor Resiko
Faktor resiko dari kanker payudara adalah jenis kelamin wanita dengan insidensi
wanita banding pria 100:1. Di Amerika Serikat 1 dari 9 wanita akan mengalami
kanker payudara semasa hidupnya. Resiko ini meningkat sesuai dengan
pertambahan usia seorang wanita. Insiden kanker payudara akan meningkat pada
dekade ke-4 dan terus meningkat hingga usia 50-60 tahun. 7
Paparan esterogen seperti usia menarche, nullipara, anak pertama yang
lahir di usia tua juga merupakan faktor resiko terjadinya karsinoma payudara.
Usia menarche yang lebih muda dari 11 tahun akan meningkatkan resiko kanker
payudara sebesar 20 % jika dibandingkan dengan wanita yang mengalami
menarche pada usia 14 tahun. Wanita yang memiliki anak di bawah usia 20 tahun
akan memiliki resiko karsinoma payudara lebih kecil separuhnya jika
dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki anak ataupun wanita yang
meiliki anak di atas usia 35 tahun. 7
Faktor resiko keluarga terutama derajat satu ( ibu, saudara perempuan,
adik) merupakan faktor resiko kanker payudara, terutama pada usia muda.
Meskipun begitu, sebagian besar wanita tidak memiliki riwayat keluarga dan
hanya 13 % dari penderita kanker payudara yang memiliki keluarga dengan
riwayat penyakit yang sama. Sekitar 87% dari wanita yang memiliki saudara yang
mengalami kanker payudara juga tidak mengalami kanker payudara. 7,2
Paparan estrogen eksogen seperti penggunaan hormone replacement theraphy
meningkatkan resiko hingga 1,2-1,7 kali lipat. Penambahan Progesteron
mengakibatkan peningkatan resiko yang semakin tinggi.
Tabel 2.2. Faktor Resiko Kanker Payudara 3
Relative
Risk
Faktor
>4.0 Perempuan
2.1-4.0
1.1-2.0
faktor yang
mempenga
ruhi
sirkulasi
hormon
1.1-2.0
faktor lain
2.5
Klasifikasi
1-6
Apocrine carcinoma
1-4
Medullary carcinoma
5-7
Metaplastic carcinoma
<5
Tubular carcinoma
1-2
Invasive lobular carcinoma
5-15
Adenoid cystic carcinoma
0,1
Mucinous carcinoma
<3
Neuroendocrine carcinoma
2-5
Mammary Paget disease
1-4
Micropapillary carcinoma
1-2
Ductal carcinoma in situ meupakan tipe karsinoma payudara dengan
frekuensi terbanyak yaitu 15% dari seluruh karsinoma payudara di Amerika
Serikat. Ductal carcinoma in situ di deteksi dengan adanya gambaran kalsifikasi,
periductal fibrosis dan massa yang bisa diraba. Secara arsitektural ductal
carcinoma in situ dibagi atas comedocarcinoma, solid, cribiform, papillary,dan
micropapillary. Comedocarcinoma memiliki
sering bermanifestasi sebagai lesi multipel bilateral yang sering dijumpai pada
biopsi secara insidental. 7
2.6
Epidemiologi
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau lobulus
payudara, merupakan masalah global dan issue kesehatan internasional yang
penting. Kanker payudara adalah keganasan paling sering pada wanita di Negara
maju dan no. 2 setelah kanker servik di Negara berkembang dan merupakan 29%
dari seluruh kanker yang didiagnosa tiap tahun. Secara keseluruhan merupakan
penyebab kematian no.2 karena kanker, setelah kanker paru. Insiden kanker
payudara terus meningkat, saat ini lebih dari 170.000 kasus ditemukan pertahun.
Insidennya bervariasi ditiap Negara, tertinggi di Swedia dengan rata- rata insiden
129,5/100.000 wanita dan terendah di Jepang dengan 37,0/100.000 wanita
(International Opportunities in Cancer Management, SRI International, 1994). Di
negara berkembang insiden lebih tinggi di Amerika Selatan, Karibia, Asia Barat,
dan Afrika Utara.2
Di Amerika Serikat pada tahun 2005, ditemukan kasus baru berkisar
212.930 kasus dan sekitar 40.870 meninggal. Menurut National Cancer Institutes
Surveillance. Epidemiology and Result Program insiden kanker payudara
meningkat cepat selama dekade ke empat kehidupan. Setelah menopaouse insiden
terus meningkat tapi lebih lambat, puncaknya pada dekade 7 dan 8 dan menurun
setelah umur 80 tahun. Insiden juga meningkat pada wanita dengan sosial
ekonomi yang lebih tinggi. Rata- rata hidup 5 tahun (5 year survival rate)
tergantung stadium saat diagnosis ditegakkan dan berkisar 100% untuk stadium 0
sampai 16% untuk stadium IV.2
Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi
no.1 dan terdapat kecenderungan meningkat tiap tahunnya. Sebagian besar
keganasan payudara datang pada stadium lanjut. Jumlah kanker payudara di
Indonesia didapatkan kurang lebih 23140 kasus baru setiap tahun. Muchlis Ramli
dkk pada penelitiannya di RSCM, mendapatkan stadium IIIA dan IIIB sebanyak
43,4% , stadium IV sebanyak 14,3%, berbeda dengan negara maju dimana kanker
payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium dini. 2
2.7
Staging
10
2.8
Patofisiologi
Sel-sel di dalam tubuh kita berada dalam keseimbangan yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor yang menyebabkan sel berproliferasi. Bila proliferasi
sudah memadai, ada isyarat agar sel tidak berproliferasi/bertumbuh lebih lanjut.
Sementara itu, sel atau jaringan yang sudah tua dimusnahkan dengan suatu
program kematian sel sehingga ada sel yang baru dan ada sel yang mati. Faktor
yang
pertama
dinamakan
proto-onkogen
yang
menghasilkan
protein
11
pertumbuhan; yang kedua disebut gen supresor yang menghasilkan protein yang
menghambat pertumbuhan sel; dan yang terakhir disebut gen apoptosis yang
menghasilkan bahan yang memprogram kematian sel.9
Bilamana ada kelainan satu atau lebih dari gen-gen (mutasi) tersebut,
protein yang dihasilkan dapat meningkat misalnya proto-onkogen bermutasi
menjadi onkogen dan menghasilkan protein onkogen yang berubah fungsi atau
protein pertumbuhan yang dihasilkan berlebihan sehingga sel-sel terus didorong
untuk berproliferasi; atau fungsi untuk menghambat proliferasi sel hilang
sehingga proliferasi sel berjalan terus tanpa ada hambatan; atau proses kematian
sel dihambat sehingga sel akan tetap hidup terus. Ada juga gen lain yang berperan
dalam mempertahankan sel tetap normal yaitu gen mismatch. Gen ini berfungsi
memulihkan gen rusak sehingga gen menjadi normal kembali. Seandainya sel
yang mengandung sel rusak tadi tidak mengalami proses apoptosis dan lolos dari
mekanisme kontrol di dalam proses siklus sel, maka sel-sel yang dihasilkan
menjadi sel sesuai dengan induknya dan bila ada proses lain yang bekerja
berulang-ulang pada sel tersebut, bisa saja sel tadi berubah perangai menjadi sel
bertumbuh tak terkendali dan pada akhirnya menjadi sel ganas.9
Weinberg dan Hanahan telah mengemukakan 8 hal yang dapat
menyebabkan kanker, yaitu menstimulasi pertumbuhan, menghambat kerja signal
inhibitor dalam pertumbuhan, menghambat proses apoptosis, menginduksi
angiogenesis, mengaktivasi invasi dan metastasis, memprogram ulang siklus
metabolism, dan menghambat kerja sistem imun. Semua hal ini akan
mengakibatkan instabilitas genom dan inflamasi persisten.10
Banyak hal yang dapat menyebabkan sel epitel normal payudara tumbuh menjadi
sel tumor, salah satunya teori proto-onkogen yang berubah menjadi onkogen.
Proto-onkogen adalah suatu gen normal yang berfungsi dalam proses pembelahan
sel dan menghambat proses diferensiasi sel. Sedangkan onkogen adalah suatu gen
yang dapat meningkatkan pembelahan sel dan stress replikasi, mengurangi
diferensiasi sel dan menghambat proses kematian sel (biasanya apoptosis). Hal ini
dapat terjadi karena tranlokasi kromosom, amplifikasi gen, mutasi point, delesi,
12
2.9
Diagnosis
Diagnosis keganasan payudara ditentukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Ananmnesis memberikan riwayat
munculnya
keluhan dan faktor resiko yang ada. Sedangkat pemeriksan fisik dapat membantu
menentukan tindakan pengobatan sesuai dengan tatalaksananya.
2.9.1 Anamnesis
Anamnesis bertujuan untuk mengidentifikasi identitas penderita, faktor risiko,
perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan, dan
riwayat penyakit yang pernah diderita. Sistematika anamnesis meliputi:1
dan pekerjaan
Anamnesis penyakit: keluhan utama, keluhan tambahan, faktor risiko,
riwayat penyakit dan pengobatan
13
o Keluhan utama2
Keluhan utama pada kanker payudara umumnya adalah:
1. benjolan yang padat keras dengan atau tanpa rasa sakit
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mamae yang tidak nyeri, seringkali
ditemukan tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas,
umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak
licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks).
Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besa
secara jelas.
2. Perubahan pada kulit
tersumbat
sel
kanker,
hambatan
drainase
limfe
bawah.
Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik
subkutis masing-masing membentuk nodul metastasis, di sekitar
lesi primer dapat muncul banyak nodul tersebar, secara klinis
3. Perubahan puting
Retraksi,
distorsi
papila
mamae:
umumnya
akibat
tumor
14
15
Batur). Untuk
Inspeksi3
Inspeksi dilakukan dengan posisi pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas,
dan
posisi
tangan
diamping
badan,
di
atas
kepala,
dan
kacak
16
Palpasi3
Palpasi dilakukan pada kelenjar mamae dan kelenjar getah bening sekitarnya.
Palpasi parenkim payudara dilakukan dengan posisi berbaring (supine), lengan
ipsilateral di atas kepala (agar jaringan payudara menjadi lebih datar pada
dinding dada sehingga ketebalan jaringan payudara yang dipalpasi berkurang)
dan bila perlu punggung sesisi payudara yang dipalpasi diganjal bantal kecil
(area payudara lebih tersentralisasi). Waktu periksa rapatkan jari 2-4, gunakan
ujung jari dengan menggunakan pola vertical strip (dianggap lebih superior
dibandingkan pola lingkaran konsentrik atau radier searah ataupun berlawanan
arah jarum jam). Mulai palpasi lembut seluruh jaringan payudara (termasuk
puting dan sekitarnya, bukan memeras) dari aksila. Palpasi dilakukan dengan
3 penekanan: ringan, sedang, dan dalam untuk memfokuskan pada jaringan
subkutan, pertengahan, hingga dinding dada. Jika teraba massa (paling sering
pada kuadran lateral atas dan dibawah puting dan areola), dengan rinci periksa
dan catat lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan, mobilitas,
nyeri tekan. Untuk memeriksa apakah massa melekat ke dasarnya, pasien
diminta untuk memposisikan lengannya bertolak pinggang agar m. pektoralis
mayor berkontraksi. Jika teraba massa yang melekat ke dasar, imobile,
kemungkinan kanker sangat besar. Hanya jika terdapat sekret yang keluar
spontan saat palpasi yang akan dibuat sediaan apus untuk pemeriksaan
sitologi, tidak dianjurkan untuk memijit papila mamae untuk mengeluarkan
sekret. 2,11,12
17
18
Palpasi kelenjar getah bening aksilaris dilakukan dengan posisi duduk dengan
lengan pasien dan pemeriksa saling menopang. Palpasi kelenjar getah bening
infra dan supraklavikula juga dengan posisi pasien duduk namun pemeriksa
berdiri di belakang penderita dan mempalpasi menggunakan kedua tangan
secara bersamaan. Yang perlu diperhatikan: adanya pembesaran, jumlah,
konglumerasi, dan nyeri.2,11,12
19
20
disekitarnya. Lesi solid benigna dengan batas tegas dan lobulated yang terlihat
sebagai lesi hipoekoik homogeni dan orientasi horizontal diduga adalah
fibroadenoma. USG secara umum diterima sebagai metode terpilih untuk
membedakan masa kistik dengan solid dan sebagai guide untuk biopsi disamping
untuk pemeriksaan pasien usia muda (kurang dari 35tahun).
Transfer frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi dapat juga
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas
skrining oleh karena didasarkan pada penelitian ternyata USG gagal menunjukkan
efikasinya. Peran USG lain adalah untuk evaluasi metastasis ke organ visceral.
Protokol PERABOI 2003 merekomendasikan pemeriksaan USG abdomen
(Hepar) secara rutin untuk penentuan stadium.
2.9.3.2 Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara,
sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau
tanda. Lesi dengan ukuran 2mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi.
Akurasi mamografi untuk prediksi malognansi adalah 70-80%. Namun akurasi
pada pasien muda (kurang dari 30 tahun) dengan payudara padat adalah kurang
akurat.
Terdapat dua tipe pemeriksaan mamografi, yaitu skrining dan diagnosis.
Skrining mamografi dilakukan pada wanita asimptomatik. Skrining mamografi
direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk wanita usia 40 tahun dan setiap tahun
untuk usia diatas 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu direkomendasikan
sebelum usia 40 tahun (missal wanita dengan keluarga tingkat pertama menderita
kanker payudara). Untuk skrining mamografi, masing masing payudara dibuat
dalam posisi cranio-caudal (CC) dan medo-lateral oblique (MLO). MLO
memberikan gambaran jaringan mame yang lebih luas, termasuk kuadran lateral
atas dan axillary tail of spence. Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan
21
visualisasi yang lebih baik pada aspek medial dan memungkinkan kompresi
payudara yang lebih besar.
Mamografi diagnosis dilakukan pada wanita yang simptomatik. Tipe ini lebih
rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama disbanding mamografi skrining
dan digunakan untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas
payudara, evaluasi jaringan sekitar, dan kelenjar getah bening sekitar payudara.
Untuk mamografi diagnosis, masing-masing payudara difoto dalam posisi craniocaudal (CC), medo-lateral oblique (MLO), lateral-medial (LM), atau medio-lateral
(ML).
Protokol PERABOI 2003 merekomendasikan pemeriksaan mamografi untuk
tumor dengan ukuran kurang dari 3 cm. namun, Anderson Cancer Centre
menganjurkan untuk melakukan mamografi pada ukuran berapa pun dengan
tujuan untuk skrining adanya lesi nonpalpable pada kedua payudara (ipsilateral
dan kontralateral) untuk mengevaluasi resiko malignansi lesi tumor. Gambaran
mamografi untuk lesi ganas dibagi atas tanda primer dan sekunder.
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi
atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mamae yang tanpa
nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini
merupakan tanda penting karsinoma pada wanita muda. Ketepatan diagnosis
sekitar 80%.
Tanda primer berupa:
a. Densitas yang meninggi pada tumor
b. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan
c.
d.
e.
f.
22
mikrokalsifikasi
dan
perubahan
densitas.
Mikrokalsifikasi
dapat
23
24
adalah biopsy core, biopsi insisi, biopsi eksisis, potong beku dan ABBI (advance
breast biopsy instrument). Large needle biopsy (core needle) mengambil bagian
sentral atau inti jaringan dengan jarum besar. Open biopsy dengan lokal anestesi
sebagai prosedur awal sebelum memutuskan tindakan definitive merupakan cara
diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau core needle biopsy, ketika
hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang
rendah, tetapi ketika hasilnya negative maka harus dilanjutkan dengan open
biopsy.
Open biopsy dapat berupa biopsi insisional atau eksisional. Pada biopsi insisional
mengambil sebagian masa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak
tersedianya core needle biopsy atau masa tersebut hanya menunjukkan gambaran
DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory carcinoma.Pada biopsi
eksisional, seluruh masa payudara diambil.
Biopsi eksisi direkomendasikan untuk tumor ukuran kurang dari 3 cm. Biopsi
insisi dilakukan pada tumor operable dengan ukuran lebih dari 3cm atau
inoperable. Potong beku dilakukan saat operasi, teknik pengambilan specimen
bisa insisi atau eksisi. Dari biopsi ini dapat sekaligus dilakukan pemeriksaan
immunohistokimia dari esterogen reseptor, progesterone reseptor, p53, dan
cathepsin D.
25
Skrining
26
kelainan.
Wanita yang beresiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI dan
tidak.
Wanita resiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI periodic setiap
tahun.
Wanita termasuk resiko tinggi apabila:
Mempunyai mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
Mempunyai kerabat dekat tingkat pertama (orangtua, kakak-adik) yang
memiliki gen mutasi BRCA1 atau BRCA2 tetapi belum pernah melakukan
pemeriksaan genetic.
Pernah mendapat radioterapi pada dinding dada saat umur 10-30 tahun
Mempunyai li-Fraumeni Syndrome, Cowden Syndrome, atau BannayanRiley-Ravulcaba Syndrome, atau ada kerabat dekat tingkat pertama
2.10
Diagnosis Banding
Fibroadenoma mamae, sering timbul pada wanita muda, tersering berusia 18-25
tahun. Riwayat penyakit ini panjang dan progresi lambat. Tumor berbentuk
sedang, permukaan licin, mobilitas baik.
27
Hiperplasia kistik kelenjar mamae, umumnya pada wanita setengah baya dan
sering berkaitan dengan haid. Beberapa hari sebelum haid mulai terasa kencang
nyeri, setelah haid rasa kencang nyeri hilang dan tumor menyusut. Pemeriksaan
ditemukan korpus glandular tebal kasar atau berbentuk pita atau glandular, ada
yang teraba kistik (disebabkam secret dalam duktus kelenjar yang sangat
melebar).
Tumor papilifor intraduktal besar, umumnya pada wanita setengah baya.
Gejala utama berupa secret papilla mamae (paling sering cairan berwarna merah
gelap), ini disebabkan tumor disertai infeksi peradangan mengalami perembesan
darah. Bila area arela atau agak ketepinya ditekan ringan secara cermat kadang
kala teraba tumor, tetapi umumnya tidak jelas. Ketika lesi ditekan dapat tampak
keluar secret dari pori duktus laktiferi yang bersangkutan.
Kista retensi susu, sering ditemukan pada fase paska laktasi atau setelah henti
laktasi beberapa tahun. Dewasa ini dianggap dasar penyakitnya adalah sumbatan
duktus laktiferi. Sumbatan disebabkan peradangan atau dapat juga kurang baiknya
struktur mame sejak lahir. Gejala klinis berupa benjolan bundar kelenjar mamae,
konsistensi sedang. Aspirasi jarum dapat menegakkan diagnosis.
Tuberculosis kelenjar mamae, umumnya pada wanita setengah baya. Tumor
membesar secara lambat, seperti manifestasi radang kronis. Sebagian pasien
disertai tuberculosis kelenjar limfe aksilar dan paru-paru.14
2.11
Tatalaksana
28
2.11.1 Pembedahan
Merupakan modalitas utama penatalaksanaan kanker payudara. Tidakan bedah
dilakukan pada pasien dengan stadium dibawah IIIA. Berbagai jenis pembedahan
pada kanker payudara adalah:
1. CRM (classic radical mastectomy)
Pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta kompleks puting-areola, kulit
diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III.
Biasanya pada kasus denga infiltrasi hingga ke fasia atau otot pektoralis tanpa
metastasis jauh.
2. MRM (modified radical mastectomy)
Pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, kompleks puting-areola,
kulit diatas tumor, fasia pektoralis serta diseksi aksila level I-II. Merupakan jenis
operasi yang paling sering dilakukan pada kanker payudara.
3. SSM (skin sparring mastectomy)
Pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dan kompleks putingareola,dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level
I-II. Biasanya diikuti dengan rekonstruksi payudara langsung, biasanya TRAM
flap (transverse rectus abdominis musculocutaneous flap) dan LD flap (latissimus
dorsi flap) atau implant sllicon. Biasanya dilakukan pada tumor stadium dini
dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2cm)
4. NSP (nipple sparring mastectomy)
Pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dengan mempertahankan
kompleks puting-areola dan kulit serta diseksi aksila level I-II. Biasanya diikuti
dengan rekonstruksi payudara langsung, biasanya TRAM flap (transverse rectus
abdominis musculocutaneous flap) dan LD flap (latissimus dorsi flap) atau imlant
sillicon. Biasanya dilakukan pada tumor stadium dini dengan ukuran tumor kecil
(<2cm) letak perifer, kgb N0, histopatologi baik, dan potong beku subareola bebas
tumor.
5. BCT (breast conserving treatment)
Terapi dengan komponen yang terdiri dari lumpektomi atau segmentektomi atau
kuadrantektomi dan diseksi aksila erta radioterapi. Terapi ini memiliki resiko
29
rekurensi besar. Terdapat 3 syarat yangng harus dipenuhi dalam pemilihan jenis
terapi ini, yaitu:
a. Tepi sayatan bebas tumor (dibuktikan dengan potong beku)
b. Radioterapi dapat dilakukan
c. Kosmeik dapat diterima.2
2.11.2 Kemoterapi
Dilakukan pada sebagai terapi adjuvan pada pasien yang telah menjalani BCT
atau CRM atau MMR dengan ukuran tumor awal T3 dan batas/dasar sayatan
tidak bebas dengan tumor serta jika terdapat metastasis. 2
Mekanisme utama kematian sel akibat radiasi adalah kerusakan DNA dengan
gangguan proses replikasi. Radioterapi juga menurunkan resiko rekurensi lokal
dan berpotensi menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker
payudara.2
2.11.3 Radiasi
Merupakan penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk menghancurkan sel
kanker, biasanya bekerja dengan menghambat atau mengganggu sintesis DNA
dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan
pembedahan atau radiasi.
Tiga jenis setting kemoterapi:
1. Adjuvan kemoterapi
Terapi
tambahan
setelah
terapi
utama
(pembedahan),
bertujuan
untuk
30
Diberikan pada stadium lanjut (stadium IV), untuk mengendalikan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit kanker. Bertujuan untuk mempertahankan kualitas
hidup yang baik, kontrol progresi tumor dan memperpanjang harapan hidup.1
Respon terhadap kemoterapi, didefinisikan sebagai:
a. Complete reponse: seluruh kanker atau tumor menghilang; tidak terlihat
lagi adanya kanker atau metastasis. Tumor marker turun ke dalam batas
normal. Respon bertahan lebih dari 1 bulan
b. Partial response: volume kanker mengecil lebih dari 50%, tidak ada lesi
baru ataupun metastasis. Tumor marker angkanya menurun, tetapi
penyakit masih ada dan reponse bertahan lebih dari 1 bulan.
c. Minimal response: volume kanker mengecil <25% atau kanker tidak
mengecil, juga tidak membesar. Tumor marker juga tidak berubah secara
signifikan.
d. Disesase progression: kanker terlihat tumbuh membesar. Penyakit
menunjukkan peningkatan ukuran volume, juga peningkatan yang
signifikan dari tumor marker.2
Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal pada kanker payudara adalah untuk menghilangkan atau
mengurangi estrogen dalam sel tumor (estrogen deprivation). Diberikan terutama
untuk pasien dengan reseptor ER(+) atau PR(+)..
Obat-obatan hormonal yang sering digunakan antara lain: anti-esterogen
(tamoksifen, toremifen), penyekat aromatase selektif (anastrazol, letrozol), atau
agen-progestasional ( megesterol asetat).1,2
Terapi Target
Menghambat proses yang berperan dalam pertumbuhan sel-sel kanker. Yang
termasuk target terapi untuk kanker payudara antara lain:
1. Trastuzuma, dengan menginduksi penurunan reglasi HER2/neu, mencegah
heterodinamisasi, reestablishingsensitifitas sel kanker terhadap terapi
hormonal dan kemoterapi.
2. Bevacizumab, memblok aksi dari vascular endothelal growth factor
(VEGF) dalam pembentukan sel darah baru .
31
Komplikasi
32
Kanker dapat menyebabkan sakit oleh kanker itu sendiri, tumor tumbuh dan
mengambil alih daerah yang sebelumnya sehat tubuh. Kanker dapat menekan
organ, saraf, dan tulang, menyebabkan sakit yang tajamseperti ditusuk-tusuk.
Beberapa jenis kanker bahkan mengeluarkan bahan kimia tertentu yang dapat
menyebabkan sensasi menyakitkan.
2.12.2 Komplikasi tulang
Kanker payudara sering menyebar ke tulang, dan bisa ada sejumlah komplikasi
skeletal sebagai hasilnya. Masalah-masalah ini sering disebabkan oleh resorpsi
tulang.
2.12.2.1 Nyeri tulang dan Kelemahan tulang
Rasa sakit pada tulang sering menjadi tanda pertama bahwa kanker telah
menyebar ke tulang. Sebagai kondisi berlangsung, resorpsi menyebabkan
penipisan dan melemahnya tulang. Ketika tulang menjadi terlalu lemah, patah
tulang dapat terjadi, kadang-kadang tanpa cedera besar menyebabkan kerusakan.
2.12.3 Hiperkalsemia
Hiperkalsemia adalah peningkatan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi
ketika tingkat resorpsi meningkat, dan kalsium dari tulang dilepaskan ke dalam
aliran darah. Hiperkalsemia dapat menyebabkan masalah serius, seperti:
Batu ginjal
33
Gagal ginjal
Denyut jantung tidak teratur
Masalah neurologis, termasuk kebingungan, demensia, atau koma
2.12.6 Reaksi sistem kekebalan tubuh yang tidak biasa untuk kanker.
Dalam beberapa kasus sistem kekebalan tubuh dapat bereaksi terhadap adanya
kanker dengan menyerang sel-sel sehat. Disebut sindrom paraneoplastic, reaksi ini
sangat jarang dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, seperti kesulitan
berjalan dan kejang.
2.12.7 Limphoedema
Limphoedema adalah pembengkakan jaringan yang disebabkan oleh kegagalan
sistem limfatik. Pada pasien dengan kanker payudara biasanya lengan di sisi
34
35
2.13
Prognosis
2.13.1 Stadium
Stadium kanker payudara merupakan faktor prognostik penting. Stadium yang
lebih rendah memiliki lebih sedikit risiko kanker datang kembali (berulang) dan
prognosis yang lebih menguntungkan. Stadium yang lebih tinggi memiliki risiko
lebih besar kekambuhan dan prognosis yang kurang menguntungkan.
36
Faktor-tahap terkait yang paling penting adalah keterlibatan kelenjar getah bening
dan ukuran tumor.
Kanker
payudara
inflamasi
memiliki
prognosis
yang
kurang
menguntungkan.
37
38
Wanita dengan kanker datang kembali lebih dari 5 tahun setelah diagnosis mereka
memiliki hasil yang lebih baik daripada mereka yang memiliki kekambuhan
kurang dari 2 tahun setelah diagnosis.Jangka waktu yang lama seorang wanita
bebas penyakit, semakin baik hasilnya.
Jenis kekambuhan
Jenis metastasis
Hati, paru-paru atau otak metastasis memiliki hasil yang lebih buruk daripada
metastasis lokal pada payudara, dinding dada atau ketiak (aksila).
Metastase tulang memiliki prognosis menengah, di antara yang hati, paru-paru
dan otak metastasis dan metastasis dinding lokal atau dada.
39
5
6
BAB III
LAPORAN KASUS
: YFP
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Alamat
Pekerjaan
Status Perkawinan
: sudah nikah
: 00.65.24.32
Tgl Masuk
: 25 Augustus 2015
6.1.2
Anamnesis
Keluhan Utama
Telaaah
Hal ini dialami pasien sejak lebih kurang 2 tahun ini. Awalnya berupa
benjolan pada payudara kanan yang dialami sejak 2 tahun lalu. Benjolan
berjumlah 1 buah yang semakin lama semakin membesar hingga sebesar telur
ayam, dan akhirnya menjadi borok. Luka mengeluarkan nanah dan terkadang
terjadi perdarahan yang dapat berhenti spontan.
Rasa nyeri pada payudara kanan dijumpai Pasien mengeluhkan perubahan
pada kulit di payudara kanan berupa kemerahan dan luka. Pasien juga pernah
mengalami penurunan berat badan kurang lebih 10 kg dalam waktu kurun 6 bulan.
Usia saat haid pertama 13 tahun. Usia melahirkan pertama kali umur 20
tahun. Jumlah anak 1 orang.
Riwayat keluarga mempunyai penyakit kanker payudara disangkal.
Riwayat merokok disangkal. Riwayat konsumsi alkohol tidak dijumpai. Riwayat
operasi tumor jinak payudara disangkal.
40
RPT
:-
RPO
:-
6.1.3
Status Prasens
VAS
: 3-4
Karnofsky score
: 60%
Sensorium
: CM
TD
: 130/80 mmHg
Nadi
: 96x/menit, kuat/cukup
RR
: 28x/menit
Temp
: 36,5 C
6.1.4
Pemeriksaan Fisik
: sawo matang
Kepala
:Simetris
Mata
dijumpai
Toraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sulit dinilai
41
Auskultasi : SP: vesikuler pada lapangan paru kiri dan lapangan paru atas dan
tengah paru kanan, suara pernafasan menghilang pada lapangan paru kanan, ST:
(-)
Abdomen
Inspeksi
: simetris
Palpasi
: Soepel
Perkusi
: Timpani
Inferior
: Payudara kanan
konsistensi padat, permukaan tidak rata, batas tidak tegas, immobile, nyeri (+)
Payudara kiri : Tidak dijumpai kelainan
Pembesaran KGB
42
Hematologi
Hb
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
Renal Function Test
Ureum
Creatinin
Metabolisme Glukosa
KGD ad Random
6,7gr%
2,59 x 106 /mm3
37,52 x 103 /mm3
22,60%
305 x 106 /mm3
11,7-15,5
4,20-4,87
4,5-11,0
38-44
150-450
122
4,4
101
135-155
3,6-5,5
96-106
32,90
0,3
<50
0,50-0,90
104,50
<200
43
Follow Up di Ruangan
44
Tanggal
25-08
2015
S
Nyeri
pada
payuda
ra
O
-
Sens : CM
TD :
120/70
mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 26 x/i
: 370C
Terapi
Rencana
(R) Breast - O2 6L/i - Koreksi Hb
Cancer
Nasal
660cc
T3bNoM1 +
Canul
- Koreksi
Anemia +
natrium
Hipoalbunem - IVFD
NaCl
1000cc/24
ia +
20gtt/i
jam
Hiponatermia
makro
- Koreksi
- Injeksi
albumin
ketorola
1fls/hari
c 30
selama 2
mg/8jam
hari
- Injeksi
ranitidin
e 50
mg/12ja
m
26-08
2015
Nyeri
(+)
Sens : CM
TD :
120/70
mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 27 x/i
: 370C
- Injeksi
ketorola
c 30
mg/8jam
- Injeksi
ranitidin
e 50
mg/12ja
m
- Transfusi
PRC
360cc
- Cek ulang
Darah
Lengkap
post
koreksi
- Koreksi Hb
660cc
- Koreksi
natrium
1000cc/24
jam NaCl
3%
- Koreksi
albumin
1fls/hari
selama 2
hari
- USG
Liver
Hasil USG:
Tidak
tampak
tanda-tanda
metastasis
hepar
ataupun
pembesaran
KGB
paraaorta
45
9,4gr%
3,40 x 106 /mm3
23,1 x 103 /mm3
29,20%
126 x 106 /mm3
11,7-15,5
4,20-4,87
4,5-11,0
38-44
150-450
129
3,7
105
135-155
3,6-5,5
96-106
46
Tanggal
31-082014
S
Nyeri
(+)
O
-
Sens : CM
TD :
130/70
mmHg
Pols : 84 x/i
RR : 16 x/i
T :
36.70C
A
(R) Breast
Cancer
T3bNoM1
P
Terapi
- O2 6L/i
Nasal
Canul
Rencana
- IVFD
NaCl
0,9%
20gtt/i
- Injeksi
ketorola
c 30
mg/8jam
- Injeksi
ranitidin
e 50
mg/12ja
m
- Aminoflui
d
1fls/har
01-092015
Nyeri
(+)
VAS 8
Sens : CM
TD :
130/70
mmHg
Pols : 84 x/i
RR : 16 x/i
T :
36.70C
(R) Breast
Cancer
T3bNoM1
- O2 6L/i
Nasal
Canul
- IVFD
NaCl
0,9%
20gtt/i
- Injeksi
ketorola
c 30
mg/8jam
- Injeksi
ranitidin
e 50
mg/12ja
m
- Aminoflui
d
1fls/har
- Pethidine
100mg/h
r
02-092015
Nyeri
(+)
Sens : CM
TD :
130/70
47
8,3gr%
3,08 x 106 /mm3
30,27 x 103 /mm3
28,30%
121 x 106 /mm3
11,7-15,5
4,20-4,87
4,5-11,0
38-44
150-450
138
3,8
103
135-155
3,6-5,5
96-106
48
Tanggal
07-092015
S
Nyeri
(+)
O
-
Sens : CM
TD :
120/80
mmHg
Pols : 88 x/i
RR : 16 x/i
T :
36.90C
Terapi
(R) Breast - O2 6L/i
Cancer
Nasal
T3bNoM1(par
Canul
u)
- IVFD
NaCl
0,9%
20gtt/i
Rencana
Cek lab
DL,
Elektrolit
- Injeksi
Ozid
40mg/12
jam
- Antasida
syr 3 x
CI
- Aminoflui
d
1fls/har
- Pethidine
100mg/h
r
08-092015
Nyeri
(+)
Sens : CM
TD :
120/80
mmHg
Pols : 88 x/i
RR : 16 x/i
T :
36.90C
49
O
Sens : CM
TD :
120/80
mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 18 x/i
T :
36.50C
7,0gr%
11,7-15,5
A
P
2,81 x 106 /mm3 Terapi4,20-4,87
Rencana
12,1Breast
x 103 /mm3
(R)
- IVFD 4,5-11,0
Koreksi
24,80%
38-44
Cancer 6
NaCl
darah
175
x
10
/mm3
150-450
T3bNoM1(par
0,9%
528cc
u)
20gtt/i
130
135-155
3,7
- Injeksi 3,6-5,5
104
96-106
Ozid
40mg/12
jam
- Antasida
syr 3 x
CI
- MST 2x1
- Aminoflui
d
1fls/har
- Pethidine
100mg/h
r
10-092015
Nyeri
(+)
Sens : CM
TD :
120/80
mmHg
Pols : 92 x/i
RR : 16 x/i
T :
36.80C
Transfusi
darah 3
bag @
175cc
Rencana
Kemotera
pi
- Antasida
syr 3 x
CI
- Aminoflui
d
1fls/har
- Pethidine
100mg/h
r
50
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Pasien wanita usia 30 tahun datang dengan luka borak pada payudara
kanan yang telah dialami lebih kurang 2 tahun lalu.
Dari pemeriksaan fisik dijumpai massa pada payudara kanan teraba ukuran
57 x 45 mm, konsistensi padat, permukaan tidak rata, batas tegas, immobile, nyeri
dijumpai.
Pasien didiagnosis dengan ((R) Breast Cancer T3bN0M1(paru) dan
direncanakan kemoterapi setelah dikoreksi Hb, dan albumin
8
9
10
11
12
13
14
15
16
51
17 DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Kumar, V., Abbas, A., Fausto, N., Robbins, S. and Cotran, R. (2005).
Robbins and Cotran pathologic basis of disease. Philadelphia: Elsevier
Saunders.
3.
4.
5.
6. Snell, RS, 2006. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
7. Kumar V, Abbas A, Fausto N, Robbins S, Cotran R. Robbins and Cotran
8.
9.
10.
52
53