Anda di halaman 1dari 20

PENGGOLONGAN OBAT

PUSPA DEWI TRIANINGSIH


K211 12 010

DEFINISI OBAT

Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan


untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis
penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi
tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau
melumpuhkan otot rangka selama pembedahan

DEFINISI OBAT
obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat
bersifat sebagai racun.

Obat akan bersifat


sebagai obat apabila
tepat digunakan dalam
pengobatan suatu
penyakit dengan dosis
dan waktu yang tepat.

Bila digunakan salah


dalam pengobatan atau
dengan kelebihan dosis
akan menimbulkan
keracunan. Bila dosisnya
lebih kecil kita tidak
memperoleh
penyembuhan.

PENGGOLONGAN OBAT
Untuk memudahkan pengawasan, penggunaan dan
pemantauan, obat digolongkan sebagai berikut :
1. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan
2. Berdasarkan Cara Atau Jalur Pemakaian
3. Berdasarkan Sumber Atau Asalnya
4. Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan,
5. Berdasarkan Bentuk Sediaan
6. Berdasarkan Penamaan
7. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan Jika Diberikan
Selama Kehamilan
8. Penggolongan Obat Berdasarkan Kelas Terapi

Penggolongan Obat Berdasarkan


Keamanan
Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 Tentang Daftar Wajib Obat Jadi, bahwa
yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri
dari Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib Apotek, Obat Keras, Psikotropika dan
Narkotika.
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat Bebas dalam
kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contohnya adalah Parasetamol,
Vitamin-C, Asetosal (aspirin), Antasida Daftar Obat Esensial (DOEN), dan Obat Batuk Hitam
(OBH).

CONTOH OBAT BEBAS

2. Obat Bebas Terbatas


Disebut daftar W . Obat golongan ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan
pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran berwarna biru dan 6
peringatan khusus. Sebagaimana Obat Bebas, obat ini juga dapat diperoleh tanpa resep
dokter di apotek, toko obat atau di warung-warung. Contohnya obat flu kombinasi (tablet),
Klotrimaleat (CTM), dan Mebendazol.

CONTOH OBAT BEBAS TERBATAS

3. Obat Wajib Apotek (OWA)


Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Nomor : 347/ MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat
Wajib Apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek
tanpa resep dokter. Obat yang termasuk dalam obat wajib apotek ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
a. Empat obat wajib apotek menjadi obat bebas terbatas yaitu:
1. Aminofilin dalam bentuk supositoria menjadi obat bebas terbatas.
2. Bromheksin menjadi obat bebas terbatas
3. Heksetidin sebagai obat luar untuk mulut dan tenggorokan dengan kadar sama atau
kurang dari 0,1% menjadi obat bebas terbatas.
4. Mebebndazol menjadi obat bebas terbatas.
b. Satu obat wajib apotek menjadi obat bebas yaitu:
1. Tolnaftat sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal dengan kadar sama atau kurang
dari 1% menjadi obat bebas.

4. Obat Keras
Disebut golongan G (gevaarlijk) yang artinya berbahaya. Obat keras adalah obat yang hanya
bisa diperoleh dengan resep dokter. Kemasan obat ditandai dengan lingkaran yang di
dalamnya terdapat huruf K berwarna merah yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna
hitam. Contoh obat ini adalah Amoksilin, Asam Mefenamat, semua obat dalam bentuk injeksi,
dan semua obat baru.

5. Obat Narkotika
Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan addiksi (ketergantungan) dan
toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Karena berbahaya, dalam peredaran, produksi, dan
pemakaiannya narkotika diawasi secara ketat. Kemasan obat golongan ini ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya
terdapat palang (+) berwarna merah. Contoh dari obat narkotika antara lain: Opium, coca, ganja/marijuana, morfin, heroin,
dan lain sebagainya. Dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi / obat bius dan
analgetika / obat penghilang rasa sakit.

6. Obat Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
(Undang-undang Psikotropika nomor 5 tahun 1997 pasal 1). Psikotropika sebenarnya termasuk golongan obat keras, tetapi
bedanya dapat mempengaruhi aktivitas psikis. Psikotropika dibagi menjadi :
-Golongan I, sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan
untuk pengobatan.
-Contohnya : Metilen Dioksi Metamfetamin, Lisergid Acid Diathylamine (LSD), dan Metamfetamin.
- Golongan II, III, dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan. Namun, kenyataannya saat ini
hanya sebagian dari golongan IV saja yang terdaftar dan digunakan, seperti Diazepam, Fenobarbital, Lorasepam, dan
Klordiazepoksid.

Berdasarkan Cara Atau Jalur


Pemakaian
a. Obat Luar

b. Obat Dalam

Obat Luar ialah obat yang


pemakaiannya tidak melalui
saluran pencernaan (mulut).
Termasuk obat luar adalah salep,
injeksi, lotion, tetes hidung, tetes
telinga, dan krim..

Ialah semua obat yang


penggunaannya melalui mulut,
masuk pada saluran
pencernaan, bermuara pada
lambung, dan usus halus.
Contohnya obat-obat yang
berbentuk tablet, kapsul, dan
sirup.

Berdasarkan Sumber Atau Asalnya


a. Tanaman
Obat dapat
bersumber dari
akar, batang, daun,
dan biji tanaman
tertentu atau dari
kandungan
tanaman seperti
alkaloid, glikosida,
resin, karbohidrat
atau protein.

b. Hewan
Dapat berupa
hormon atau
enzim, misalnya
insulin.

c. Mineral
Dapat berupa
elemen-elemen
organik atau
bentuk garamnya,
misalnya
alumunium
hidroksida,
magnesium trisilat,
natrium karbonat,
dan garam inggris.

d. Sintesis
Kebanyakan obat
yang digunakan
sekarang
bersumber dari
semisintesis atau
sintesis.

Berdasarkan Efek Yang


Ditimbulkan

Misalnya :
a. Antiinfeksi
b. Antijamur
c. Antihitamin
d. Antihipertensi
e. Vaksin
f. Antikanker

Berdasarkan Bentuk
Sediaan

a. Padat, meliputi ekstrak, serbuk,


pil, tablet, suppositoria, kapsul,
dan ovula.
b. Cair, meliputi sirup, larutan,
suspensi, linimen, lotion, dan
infus.
c. Semi padat, meliputi salep, krim,
gel, dan pasta.
d. Gas, yaitu aerososl, oksigen, dan
inhaler.

Berdasarkan Penamaan
a. Obat Generik
b. Obat dengan nama dagang, obat diberi nama sesuai
keinginan dari produsennya, seperti panadol, ponstan,
amoksan, dan adalat.
c. Obat dengan nama kimia. Penamaan ini jarang digunakan
dalam praktek sehari-hari karena sulit dihafalkan dan
disebutkan, nama itu hanya untuk di buku-buku untuk
menjamin tidak keliru dengan zat lain. Contoh penamaan
obat seperti asetosal (generik), asam asetil salisilat (nama
kimia), dan aspirin (nama dagang).

Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan


Jika Diberikan Selama Kehamilan
a.

b.

Kategori A
Obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan
frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya. Misalnya Parasetamol,
Penisilin, Eritromisin, Digoksin, Isoniazid, dan Asam Folat.
Kategori B
Obat-obat yang pengalaman pemakaiannya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi
tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada
janin. Kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi toksikologi pada
hewan, yaitu:
- B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin.
Contoh simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin.
- B2: Data dari penelitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak
meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contoh tikarsilin, amfoterisin, dopamin,
asetilkistein, dan alkaloid belladonna.
- B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi
belum tentu bermakna pada manusia. Misalnya karbamazepin, pirimetamin,
griseofulvin, trimetoprim, dan mebendazol.

Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan


Jika Diberikan Selama Kehamilan
c.

d.

e.

Kategori C
Obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai
malformasi anatomic semata-mata karena efek farmakologiknya. Efeknya bersifat
reversibel. Contoh narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, AINS, dan diuretika.
Kategori D
Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin
pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel. Obatobat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang merugikan
terhadap janin. Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton, kinin,
klonazepam, asam valproat, dan steroid anabolik.
Kategori X
Kategori obat yang telah terbukti mempunyai resiko tinggi terjadinya pegaruh
buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa kehamilan.
Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan.
Misalnya isotretionin dan dietilstilbestrol, talidomid.

Penggolongan Obat Berdasarkan


Kelas Terapi
Penggolongan berdasarkan kelas terapi umumnya digunakan
dalam buku-buku seperti DOEN, formularium (daftar obat yang
digunakan Rumah Sakit), dan panduan terapi. Contoh kelas
terapi :
a. Analgetik, antipiretik, antiinflamasi non steroid
b. Anestetik
c. Antialergi
d. Antidotum dan obat lain untuk keracunan

Anda mungkin juga menyukai