Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Penelitian
Penelitian tentang praktik tarekat dalam konteks budaya
populer, yang terfokus pada studi atas praktik tarekat Syahadatain
di daerah Cirebon ini, dalam analisanya menghasilkan kesimpulankesimpulan sebagai berikut:
1. Tarekat Syahadatain adalah sebuah tarekat yang hadir
secara murni dari nusantara meskipun pendirinya, yakni
Abah Umar bin Ismail bin Ahmad al-Yahya memiliki garis
keturunan yang tersambung hingga ke Rasulullah Saw.
Ajaran dan praktik amaliyah yang yang terdapat di dalamnya
juga dipenuhi dengan warna lokal dari budaya Cirebon
sebagai

locus

kelahirannya.

Hal

ini

tampak

dalam

penggunaan bahasa daerah Cirebon dalam nazhom-nazhom


yang memuat ajaran dan tuntunan dari Abah Umar sebagai
pedoman bagi jamaah Syahadatain itu sendiri. Ajaran
Syahadatain berfokus pada pemahaman dan pengamalan
syahadat dalam kehidupan. Upaya ini dilakukan melalui
praktik dan bentuk-bentuk amaliyah tarekat, seperti dzikir,
wirid, tawassul, dan lainnya. Tokoh Abah Umar dalam hal ini
tokoh sentral dalam praktik dzikir atau amaliyah harian
Syahadatain ini, terutama karena adanya keyakinan para
penganut

tarekat

Syahadatain,

dan

tarekat

lain

pada

umumnya, bahwa sosok mursyid adalah seseorang yang bisa


membimbing

mereka

menjadi

pribadi

yang

lebih

baik

sekaligus mendekatkan diri kepada Allah Swt.


2. Keberadaan tarekat Syahadatain di daerah Panguragan
Cirebon pada dasarnya telah membawa pengaruh dalam
bidang agama, sosial, ekonomi, budaya, hingga pendidikan
154

bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Berbagai aktivitas


tarekat yang melibatkan masyarakat secara luas menjadi
ruang

interaksi

sosio-ekonomi-budaya

antara

anggota

masyarakat dan para pendatang yang mengikuti agenda


tersebut. Nilai-nilai ajaran Syahadatain yang menyebar
secara

luas

memengaruhi

di

masyarakat
berbagai

juga

bentuk

sedikit
tradisi

banyak
lokal

telah

kultural

masyarakat yang ada.


3. Tarekat Syahadatain adalah salah satu dari sekian banyak
tarekat yang masih eksis dan berkembang di Indonesia di
tengah gencarnya arus budaya populer dengan segenap
karakteristiknya yang seringkali bersifat negatif. Apa yang
ditunjukkan oleh tarekat Syahadatain khususnya melalui
praktik-praktik dan ritualitas tarekatnya, merupakan antitesa
dari

dampak

budaya

populer

secara

umum

kepada

masyarakat kontemporer.
B. Saran-Saran
Penelitian ini adalah sebuah karya tulis yang memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal konsep, metodologi, strategi, teknik,
hingga penulisan pelaporannya. Meski demikian, terlepas dari
berbagai kekurangan tersebut, terdapat beberapa saran dari
peneliti, terutama untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan tarekat dan budaya populer itu sendiri, di antaranya:
1. Kajian tarekat dan sufisme Islam pada dasarnya adalah
kajian yang luas. Terdapat banyak ruang untuk eksplorasi
berbagai perspektif dan pendekatan penelitian yang bisa
dilakukan, dengan pendekatan, metode, dan teknik analisis
yang berbeda dari penelitian ini. Kajian ini bahkan bisa
disandingkan

secara

kontekstual

dengan

bidang-bidang

bahasan lainnya, seperti kajian budaya, psikologi, sosiologi,


antropologi, bahkan ekonomi. Semakin banyak dan beragam

155

bidang kajiannya, maka semakin kaya pula khazanah kajian


yang bisa dihasilkan.
2. Praktik tarekat di nusantara adalah praktik yang jamak dan
sudah banyak dilakukan selama bertahun-tahun dengan
bentuk dan aliran yang berbeda-beda. Meski demikian,
dalam menganalisis keberadaan tarekat ini, ada baiknya
peneliti yang bersangkutan merasakan secara langsung
bagaimana

menjadi

anggota

jamaah

sebuah

tarekat,

melaksanakan praktik-praktik amaliyah tarekat, agar lebih


bisa memahami, terutama secara fenomenologis, tentang
apa yang dirasakan oleh para penganutnya, makna yang
mungkin

didapatkan

di

dalamnya,

serta

pengaruhnya

terhadap diri dan kehidupan.

156

Anda mungkin juga menyukai