Laporan KDV 12 Sept2014
Laporan KDV 12 Sept2014
PENDAHULUAN
1 | Page
2 | Page
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titiktitikyang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya
terhadapbidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa ketinggian
muka airlaut rata-rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal. Maksud pengukuran
tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Bilatinggi h diketahui antara dua titik
A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Hadan titik B letak lebih tinggi
daripada titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h. Yang diartikan dengan beda tinggi antara
titik A dan titik B adalah jarak antara duabidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya
bidang nivo adalah bidang yang lengkung,tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil,
maka kedua bidang nivo yang melalui titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang
mendatar. Beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati
tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam hal ini
misalnya elevasi 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata.
b. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur
yang cukup t mkop-eliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat ukur
Theodolit.
c. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis
bidik atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat datar
(waterpass). Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode
pengukuranyang paling teliti. Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan
tinggi hasilpengukuran sipat datar.
2.2 Tujuan Pengukuran Sipat Datar
3 | Page
Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang
relatifakurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang
tercakuplayak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.
Sipat
Datar
KDV
adalah
pembuatan
serangkaian
titik-titik
4 | Page
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada
teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai
sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letaknya searah dengan garis bidik.
Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian
bawah alat ukur penyipat datar.
Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat
dilakukan dengan tiga cara penempatan alat sipat datar tergantung pada keadaan di lapangan,
adapun tiga cara penempatan alat sipat datar, yaitu:
a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan
diukur beda tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya telah berdiri
rambu ukur. Sebagai contoh, hasil bidikan tadi kita beri nama a. Setelah di ketahui a,
pindahkan alat sipat datar ke titik A, lakukan bidikan yang sama terhadap titik B, maka di
ketahuilah hasil bidikan terhadap titik B yaitu b. Beda tinggi dari kedua titik tersebut ( h)
dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu diketahui bahwa dalam setiap pengukuran, letak
gelembung nivou harus berada di tengah-tengah.
b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk
suatu garis lurus, ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B, Arahkan garis
bidik dengan gelembung di tengahtengah ke titik A (belakang) dan ke titik B (muka) yang
telah berdiri rambu ukur, dan misalkan pembacaaan pada dua mistar berturut turut ada b
(belakang) dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa angkaangka pada rambu selalu
menyatakan jarak antara angka dan alas mistar, maka dengan mudahlah dapat dimengerti,
bahwa beda tinggi antara titiktitik A dan B ada h = b m.
c. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tdak diantara titik A dan B, tidak pula diatas
salah satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi
diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A dan B
sekarang adalah berrturut-turut b dan m lagi, sehingga digambar didapat dengan mudah,
bahwa beda tinggi t = b m. 7
6 | Page
7 | Page
Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas. Garis singgung
pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah niveau. Niveau kotak dikatakan
seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah. Cara mengaturnya dengan memutar tiga
sekrup penyetel. Sekrup-sekrup pada waterpass dan fungsinya : Sekrup koreksi niveau,
mengatur agar garis arah niveau berubah dari keadaan semula terhadap garis bidik teropong
dan sumbu tegak. Sekrup koreksi diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar
berubah terhadap garis arah niveau dan sumbu tegak. Sekrup penyetel, mengatur kedudukan
bagian atas seluruhnya berubah terhadap bagian bawah. Sekrup helling, mengatur kedudukan
garis bidik dan garis arah niveau bersama-sama berubah terhadap sumbu tegak.
b. Mistar / Rambu ukur Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4
meter, bahkan ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar
ini dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap cm ada
blok 10 merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih
dan hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.
c. Statip Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai
kaki untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk
menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata karena
dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.
d. Pita Ukur Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam
minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50 meter. Pita
ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.
e. Payung Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu
sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak menguap.
f. Tabel Pengukuran Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel
pengukuran untuk memudahkan analisa data.
g. Alat tulis dan Kalkulator Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan
menghitung koreksi kesalahan pembacaan benang.
h. Patok kayu dan paku Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil
pengukuran, dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan
menggunakan patok/paku. Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pengukuran menyipat datar
8 | Page
dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila dua titik tentu itu terletak
jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-kira 2 km, maka beda tinggi antara dua titik itu
ditentukan dengan mengukur beda tinggi titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang
tentu itu. Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah cara
menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar ditempatkan
antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak antara alat
penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini memberi hasil
paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran dapat saling
memperkecil.
9 | Page
BAB III
TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR
11 | P a g e
- Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB), BA
BB
- Periksa syarat BT 0 . 001 , jika sesuai teruskan dengan langkah 2 berikutnya, jika tidak
ulangi pembacaan,
- Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( B A B B ) x100 ,
- Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,
- Hitung koreksi garis bidik (Kgb),
- Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama),
- Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi patok-patok pada
jalur ukuran,
- Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang telah tersedia
(buat slagnya genap),
- Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA), benang bawah (BB),
dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan rambu muka,
- Mengukur jarak belakang (db) dan muka (dm) (jarak mendatar) menggunakan pita ukur,
- Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag satu, dan.NB :
Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan penghapus /tipe x. jika salah
angka dicoret nilai yang benar ditulis diatas atau sebelahnya.
Menghitung beda tinggi koreksi dengan cara menjumlahkan beda tinggi awal ( BTbk
BTmk) dengan perkalian Control beda tinggi hasil koreksi Menghitung tinggi titik titik
pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi titik sebelumnya dengan beda tinggi koreksi.
13 | P a g e
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTEK
: Rabu
Tanggal
: 12 September 2013
Kegiatan
Pukul
Lokasi
: Helipad
2. Hari
: Rabu
Tanggal
: 19 September 2013
Kegiatan
Pukul
Lokasi
: University Centre
3. Hari
14 | P a g e
: Rabu
Tanggal
: 26 September 2013
Kegiatan
15 | P a g e
BAB V
PENGOLAHAN DATA
BA2m
BB1
BB2
BT1
BT2
BA1
BA2
BB2
BB1b b
BT1
BT2
b
b
1,34
Yuli
Lukma
1,341
1,332
1,277
1,269
1,308
1,308 1,299
0 1,331
1,34
1,342
1,355
1,284
1,295
1,313
1,310 1,322
0 1,353
1,32
Intan
1,330
1,319
1,275
1,262
1,302
1,301 1,291
9 1,319
1,31
Mauritz
1,316
1,309
1,268
1,260
1,292
1,291 1,285
6 1,311
1,32
Hafri
1,317
1,317
1,271
1,272
1,294
1,298 1,299
0 1,322
16 | P a g e
RAMBU MUKA
BA
BTm
BB
1,887 1,836
1,787
1,78 1,732
1,683
2,331 2,231
2,131
1,858 1,807
1,758
1,946 1,887
1,826
1,523 1,443
1,363
1,154 1,075
0,994
1,292 1,222
1,152
1,129 1,079
1,03
0,519
0,48
0,439
0,555 0,515
0,974
0,535 0,495
0,455
1,302 1,252
1,202
1,312 1,271
1,232
1,152 1,103
1,053
1,105 1,042
1,042
JARAK
Db
Dm
10
10
10
10
20
20
10
10
12
12
16
16
16
16
14
14
10
10
8
8
8
8
8
8
10
10
8
8
10
10
17,78
17,78
Btbk
BTb-(kgb.db)
BTmk
BTm-(kgb.dm)
BTbk-BTmk
db + dm
Bobot
Hk
H-( . bobot
Ti
Kemiringan
T + Hk
T 2T
d 12
d
(d )
TiT
d'+ d
9.
x 100%
x 100%
:
A
+920
C
10,5233
48,8828
B
17 | P a g e
+916
10,5233
= 920 + ( 48,8828
x (916-920)
= 919, 138896
Jadi ketinggian awalnya adalah 919,138896
No
1
:
:
BTm-(kgb.dm)
BTb-(kgb.db)
BTmk
BTmk = 1,836-(-0,00019x10)
= 1,8341
2
BTmk = 1,732-(-0,00019x10)
= 1,7301
3
BTmk = 2,231-(-0,00019x20)
= 2,2272
4
BTmk = 1,807-(-0,00019x12)
= 1,8051
5
BTmk = 1,887-(-0,00019x10)
= 1,8847
6
BTmk = 1,443-(-0,00019x16)
= 1,43996
7
BTmk = 1,075-(-0,00019x16)
= 1,07196
8
BTmk = 1,222-(-0,00019x14)
= 1,2193
9
BTmk = 1,079-(-0,00019x10)
= 1,0771
10 BTmk = 0,480-(-0,00019x8)
= 0,47848
11 BTmk = 0,515-(-0,00019x8)
= 0,51348
12 BTmk = 0,495-(-0,00019x8)
= 0,49348
13 BTmk = 1,252-(-0,00019x10)
= 1,2501
14 BTmk = 1,271-(-0,00019x8)
= 1,26948
15 BTmk = 1,103-(-0,00019x10)
= 1,1011
16 BTmk = 1,042-(0,00019x17,78)
18 | P a g e
= 1,03862
kgb = -0,00019
BTbk
BTbk = 0,479-(-0,00019x10)
= 0,4771
BTbk = 0,726-(-0,00019x10)
= 0,7241
BTbk = 0,498-(-0,00019x20)
= 0,4942
BTbk = 0,785-(-0,00019x12)
= 0,7831
BTbk = 0,675-(-0,00019x10)
= 0,67272
BTbk = 0,998-(-0,00019x16)
= 0,99496
BTbk = 1,110-(-0,00019x16)
= 1,10696
BTbk = 1,670-(-0,00019x14)
= 1,66834
BTbk = 1,282-(-0,00019x10)
= 1,2801
BTbk = 2,117-(-0,00019x8)
= 2,11548
BTbk = 2,031-(-0,00019x8)
= 2,02948
BTbk = 2,141-(-0,00019x8)
= 2,13948
BTbk = 1,516-(-0,00019x10)
= 1,5141
BTbk = 1,348-(-0,00019x8)
= 1,34648
BTbk = 1,502-(-0,00019x10)
= 1,5001
BTbk = 1,576-(-0,00019x17,78)
= 1,57262
MENCARI H DAN d
Rumus :
1
2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
H
d
:
:
BTbk-BTmk
db + dm
H
H = 0,4771 - 1,8341
= -1,357
H = 0,7241 - 1,7301
= -1,006
H = 0,4942 - 2,2272
= -1,733
H = 0,7831 - 1,8051
=-1,022
H = 0,67272 - 1,88472
= -1,212
H = 0,99496 - 1,43996
= -0,445
H = 1,10696 - 1,07196
= 0,035
H = 1,66834 - 1,21934
= 0,449
H = 1,2801 - 1,0771
= 0,203
H = 2,11548 - 0,47848
= 1,637
H = 2,02948 - 0,51348
= 1,516
H = 2,13948 - 0,49348
= 1,646
H = 1,5141 - 1,2501
= 0,264
H = 1,34648 - 1,26948
= 0,077
H = 1,5001 - 1,1011
19 | P a g e
d
d = 10 + 10
= 20m
d =10 + 10
= 20m
d = 20 + 20
= 40m
d = 10 + 10
= 20m
d = 12 + 12
= 24m
d =16 + 16
= 32m
d =16 + 16
= 32m
d = 14 + 14
= 28m
d =10 + 10
= 20m
d = 8 + 8
= 16m
d = 8 + 8
= 16m
d = 8 + 8
= 16m
d = 10 + 10
= 20m
d =8 + 8
= 16m
d =10 + 10
16
= 0,399
H = 1,57262 - 1,03862
= 0,534
= 20m
d =17,78 + 17,78
= 35,56m
TITIK KONTROL
(H)
: H1 + H2 + H3 + H4 + H5 + H6 + H7 + H8 + H9 + H10 +
H11 +H12 + H13 + H14 + H15 + H16
: (-1,357) + (-1,006) + (-1,733) + (-1,022) + ( -1,212) + (-0,445) + (0,035) +
(0,449) + (0,203) +(1,637) + (1,516) + (1,646) + (0,264) + (0,077) + (0,399)
+ (0,534)
: -0,015
(d)
: d1 + d2 + d3 + d4 + d5 + d6 + d7 + d8 + d9 + d10 + d11
+ d12 + d13 + d14 + d15 + d16
: 20 + 20 + 40 + 20 + 24 + 32 + 32 + 28 + 20 + 16 + 16 + 16 + 20 + 16 + 20 +
35,56
: 375,56 m
20 | P a g e
MENCARI BOBOT
Rumus :
Bobot =
( d)
(d )
TITIK KONTROL
bobot
:1
22 | P a g e
MENCARI Hk
Rumus :
Hk
: H (h.bobot)
Hk
Hk
Hk
Hk
Hk
Hk
Hk
= 0,45011833
Hk
= 0,203798807
10 Hk
= 1,637639046
11 Hk
= 1,516639046
12 Hk
= 1,646639046
13 Hk
= 0,264798807
14 Hk
= 0,077639046
15 Hk
= 0,399798807
16 Hk
= 0,535420279
23 | P a g e
MENCARI Ti
Rumus
Ti
= Ti2
1
2
Ti
Ti
+ HK1
= 919,1389
= 919,1389
+ (-1,356201193)
= 917,782699
3
Ti
=917,782699 + (-1,005201193)
Ti
= 916,777498
=916,777498 + (-1,021201193)
Ti
=915,046095
= 915,046095 + (-1,021201193)
Ti
= 914,024894
=914,024894 +(-1,211041431)
Ti
= 912,813853
=912,813853 + (-0,443721909)
Ti
= 912,370131
=912,370131 + (0,036278091)
Ti
= 912,406409
=912,406409 + (0,45011833)
4
5
10 Ti
=912,856527
=912,856527 + (0,203798807)
11 Ti
= 913,060326
=913,060326 + (1,637639046)
12 Ti
= 914,697965
=914,697965 + (1,516639046)
13 Ti
= 916,214604
=916,214604 + (1,646639046)
14 Ti
= 917,861243
=917,861243 + (0,077639046)
24 | P a g e
= 918,126042
15 Ti
=918,126042 + (0,077639046)
16 Ti
= 918,203681
=918,203681 + (0,399798807)
= 918,60348
17 Ti
= 918,60348 + (0,535420279)
= 919,1389
MENCARI KEMIRINGAN
Rumus :
Kemiringan = HK / d * 100 %
1
-1,356201193 / 20 * 100 %
= -6,781005964
-1,005201193 / 20 * 100 %
= -5,026005964
-1,731402386 / 40 * 100%
= -4,328505964
-1,021201193 / 20 * 100%
= -5,106005964
-1,211041431 / 24 * 100%
= -5,046005964
-0,443721909 / 32 *100%
= -1,386630964
0,036278091 / 32 * 100%
= 0,113369036
0,45011833 / 28 *100%
= 0,607565464
0,203798807 / 30 *100%
=1,018994036
10 1,637639046 / 16 *100%
= 10,23524404
11 1,516639046 / 16 *100%
= 9,478994036
12 1,646639046 / 16 *100%
= 10,29149404
13 0,264798807 / 20 *100%
25 | P a g e
= 1,323994036
14 0,077639046 / 16 *100%
= 0,485244036
15 0,399798807 / 20 *100%
=1,998994036
16 0,535420279 / 35,56 * 100%
=1,505681325
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian tertentu.
Bidang ketinggian ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL)
atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar
dengan titik kerangka dasarvertikal. Maka Para mahasiswa mampu memahami,
mendeskripsikan, dan mengaplikasikanpenentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan
metoda pengukuran beda tinggi denganpesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan
pemetaan Ilmu Ukur Tanah. Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan
laporan ini penyusunmenyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut
penyusun berlapangdada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca
demi kesempurnaanpenyusunan laporan ini di kemudian hari.
5.2 Saran
Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi waterpass
Pastikan alat waterpass, statif, pita ukur, dan lainnya layak pakai
26 | P a g e
LAMPIRAN
27 | P a g e
1. WATERPASS
3. UNTING-UNTING
5. RAMBU UKUR
28 | P a g e
2. PAYUNG
4. PITA UKUR
6. STATIF
7. PAPAN DADA
29 | P a g e