Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan pembangunan pada era globalisasi pada saat ini sangatlah pesat.
Dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk mempermudah para ahli
untuk menyelesaikan segala masalah dalam pengembangan pemanfaatan alam dalam hal ini
bidang terkait adalah bidang teknik sipil, dalam laporan ini menjabarkan danmelaporkan hasil
pengamatan yang mengenai pengukuran tanah tentang kerangka dasarvertikal. Oleh karena ,
perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang tekniksipil seperti pengukuran
kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titikyang nantinya dapat
dipergunakan untuk mengetahui kontur dari tanah tempat bangunanakan didirikan dan segala
perangkat untuk mempermudah dan mempercepat pengukuranKDV serta pengolahan datanya
telah tersedia di dalam laporan ini.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran KDV.
2. Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran KDV.
3. Dapat mengolah data hasil pengamatan KDV dengan benar.
1.3 Prinsip Dasar Pengukuran
Untuk menghindari kesalahan kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas
mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu:
1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah
2. Tidak adanya kesalahan kesalahan dalam pengukuran
1.4 Volume Perkejaan
Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan. Berikut adalah
hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan :

1 | Page

a. Persiapan perlengkapan alat ukur.


b. Persiapan pengukuran
c. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik.
d. Pengukuran sipat datar profil melintang.
1.5 Metode Penulisan
Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan praktikum survey
dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan studi lapangan dan studi
literatur.
1.6 Studi Lapangan
Metode penulisan yang digunakan untuk pengisian data pada tabel hasil pengamatan
praktikum sipat datar (Waterpass) adalah dengan studi lapangan atau pengamatan langsung di
lapangan.
1.7 Studi Literatur
Metode penulisan yang digunakan untuk menghitung data hasilpengamatan lapangan
serta penyusunan laporan adalah dengan metode literatur atauberdasarkan rumusan-rumusan
yang didapat dari berbagai macam sumber buku yangberhubungan dengan ilmu ukur tanah.

2 | Page

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan
Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titiktitikyang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya
terhadapbidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa ketinggian
muka airlaut rata-rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal. Maksud pengukuran
tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Bilatinggi h diketahui antara dua titik
A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Hadan titik B letak lebih tinggi
daripada titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h. Yang diartikan dengan beda tinggi antara
titik A dan titik B adalah jarak antara duabidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya
bidang nivo adalah bidang yang lengkung,tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil,
maka kedua bidang nivo yang melalui titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang
mendatar. Beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati
tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam hal ini
misalnya elevasi 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata.
b. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur
yang cukup t mkop-eliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat ukur
Theodolit.
c. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis
bidik atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat datar
(waterpass). Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode
pengukuranyang paling teliti. Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan
tinggi hasilpengukuran sipat datar.
2.2 Tujuan Pengukuran Sipat Datar

3 | Page

Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang
relatifakurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang
tercakuplayak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.

2.3 Metode Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran

Sipat

Datar

KDV

adalah

pembuatan

serangkaian

titik-titik

dilapanganyang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan


ketinggiantitik-titik lain yang lebih detail dan banyak.
Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:
1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat
diatasharus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus
diaturterlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi. Pengukuran dengan cara
menyipat datar adalah dengan memahami bahwa bedatinggi dua titik adalah jarak antara
kedua bidang nivo yang melalui titiktitik itu. Selanjutnyabidang nivo dianggap mendatar
untuk jarakjarak yang kecil antara titiktitik itu. Apabilademikian, beda tiggi h dapat
ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yangsembaranng dan dua mistar yang
dipasang di atas kedua titik A dan B.

2.4 Macam-Macam Alat Ukur Sipat Datar


Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi menjadi empat
macamutama, yaitu:
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan
diatas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu
putar. Arah Garis Nivo dan Bidik

4 | Page

b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada
teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai
sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letaknya searah dengan garis bidik.
Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian
bawah alat ukur penyipat datar.
Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat
dilakukan dengan tiga cara penempatan alat sipat datar tergantung pada keadaan di lapangan,
adapun tiga cara penempatan alat sipat datar, yaitu:
a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan
diukur beda tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya telah berdiri
rambu ukur. Sebagai contoh, hasil bidikan tadi kita beri nama a. Setelah di ketahui a,
pindahkan alat sipat datar ke titik A, lakukan bidikan yang sama terhadap titik B, maka di
ketahuilah hasil bidikan terhadap titik B yaitu b. Beda tinggi dari kedua titik tersebut ( h)
dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu diketahui bahwa dalam setiap pengukuran, letak
gelembung nivou harus berada di tengah-tengah.
b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk
suatu garis lurus, ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B, Arahkan garis
bidik dengan gelembung di tengahtengah ke titik A (belakang) dan ke titik B (muka) yang
telah berdiri rambu ukur, dan misalkan pembacaaan pada dua mistar berturut turut ada b
(belakang) dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa angkaangka pada rambu selalu
menyatakan jarak antara angka dan alas mistar, maka dengan mudahlah dapat dimengerti,
bahwa beda tinggi antara titiktitik A dan B ada h = b m.
c. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tdak diantara titik A dan B, tidak pula diatas
salah satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi
diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A dan B
sekarang adalah berrturut-turut b dan m lagi, sehingga digambar didapat dengan mudah,
bahwa beda tinggi t = b m. 7

2.5 Penyetelan Instrumen Sipat Datar


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat datar adalah :
5 | Page

- Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertikal.


- Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.
- Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat datar.
Penyetelan instrument sipat datar wye adalah sebagai berikut :
- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis garis rangka teleskopnya.
- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivau tabung dari teleskopnya.
- Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertical.

Gambar Dumpy Level (type kekar)


Keterangan:
1. Teropong
2. Nivo Tabung
3. Pengatur nivo
4. Pengatur diafragma
5. Kunci horizontal
6. Skrup kiap
7. Tribrach
8. Trivet

6 | Page

9. Kiap (leveling head)


10. Sumbu ke-1 6

2.6 Kesalahan-keslahan Pada Sipat Datar


Sesuai dengan karateristik, kesalahan dapat di bedakan dalam 3 klasifikasi
sebagaiberikut :
1. kesalahan acak
2. kesalahan sistematis
3. kesalahan Blunder

2.7 Pengenalan Alat Ukur


Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat penyipat
datar(waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel pengukuran, serta alat
tulis dankalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai alat ukur serta bagian-bagiannya.
a. Waterpass Bagian bagian penting dari alat waterpass Teropong jurusan Teropong
jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat Susunan lensa- lensa yang terdiri dari
lensa objektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat
kaca yang dibalur dengan bingkai dari logam (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat
goresan benang silang.
Niveau Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat araharah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi menjadi dua macam yaitu
niveau kotak dan niveau tabung. Pada waterpass yang digunakan adalah niveau kotak. Niveau
kotak, terdiri atas kotak dari gelas yang dimasukkan dalam montur dari logam sedemikian
hingga bagian atas tidak tertutup. Kotak tersebut diisi dengan cairan atsiri (ether atau
alkohol), bidang atas dari gelas diberi bentuk bidang lengkung dengan jari-jari besar. Bagian
kecil kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga bagian ini dari atas terlihat sebagai gelembung.

7 | Page

Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas. Garis singgung
pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah niveau. Niveau kotak dikatakan
seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah. Cara mengaturnya dengan memutar tiga
sekrup penyetel. Sekrup-sekrup pada waterpass dan fungsinya : Sekrup koreksi niveau,
mengatur agar garis arah niveau berubah dari keadaan semula terhadap garis bidik teropong
dan sumbu tegak. Sekrup koreksi diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar
berubah terhadap garis arah niveau dan sumbu tegak. Sekrup penyetel, mengatur kedudukan
bagian atas seluruhnya berubah terhadap bagian bawah. Sekrup helling, mengatur kedudukan
garis bidik dan garis arah niveau bersama-sama berubah terhadap sumbu tegak.
b. Mistar / Rambu ukur Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4
meter, bahkan ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar
ini dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap cm ada
blok 10 merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih
dan hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.
c. Statip Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai
kaki untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk
menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata karena
dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.
d. Pita Ukur Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam
minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50 meter. Pita
ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.
e. Payung Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu
sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak menguap.
f. Tabel Pengukuran Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel
pengukuran untuk memudahkan analisa data.
g. Alat tulis dan Kalkulator Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan
menghitung koreksi kesalahan pembacaan benang.
h. Patok kayu dan paku Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil
pengukuran, dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan
menggunakan patok/paku. Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pengukuran menyipat datar
8 | Page

dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila dua titik tentu itu terletak
jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-kira 2 km, maka beda tinggi antara dua titik itu
ditentukan dengan mengukur beda tinggi titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang
tentu itu. Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah cara
menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar ditempatkan
antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak antara alat
penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini memberi hasil
paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran dapat saling
memperkecil.

9 | Page

BAB III
TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR

3.1 Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan dan mengaplikasikan berbagaimetoda
pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktik pengukuran
danpemetaan Ilmu Ukur Tanah.

3.2 Tujuan Instruksional Khusus


Pengukuran Sipat Datar KDV Dapat menyebutkan jenis jenis alat yang digunakan
pada pengukuran sipat datar KDV. Dapat menyebutkan tahapan tahapan pengukuran sipat
datar KDV. Dapat menggambarkan bentuk formulir ukuran yang digunakan. Dapat
memberikan nilai kesalahan garis bidik alat sipat datar yang digunakan. Dapat membuat tabel
untuk pengolahan data sipat datar KDV. Dapat memasukan angka angka hasil survey ke
dalam tabel. Dapat memberikan nilai pengolahan data sipat datar KDV baik secara manual
maupun secara komputerisasi. Dapat menggambarkan hasil pengolahan data pada jalur
memanjang pengukuran menggunakan metode manual / grafis digital.
3.3 Prosedur Persiapan Peralatan
o Alat sipat datar optis ( catat nomor serinya )
o Statif ( perhatiakan kecocokannya dengan alat )
o Unting unting
o Rambu ukur 2 buah
o Alat tulis dan formulir ukuran
o Payung 1 buah ( untuk memayungi alat )
o Pita ukur 1 buah
o Meteran 1 buah
10 | P a g e

o Patok pengukuran ( disesuaikan dengan wilayah pengukuran )


o Peta wilayah situasi ( dengan bebas pengukuran )
o Bon peminjaman alat dan absensi kelompok

3.4 Prosedur Pengukuran


Adapun prosedur pengukuran dengan menggunakan alat theodolite untuk menentukan
beda tinggi tanah, diantaranya:
- Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan,
- Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir peminjaman alat,
- Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,
- Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,
- Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya,
- Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,
- Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),
- Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tsb,
- Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup kaki kiap keluar atau
kedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,
- Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan muka,
- Menghimpitkan gelembung nivo tabung,
- Membidik rambu ukur belakang dan visir,
- Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,
- Memperjelas obyek rambu ukur dengan memutar skrup focus di atas teropong,
- Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang vertical diafragma
berhimpitdengan bagian tengah rambu,

11 | P a g e

- Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB), BA
BB
- Periksa syarat BT 0 . 001 , jika sesuai teruskan dengan langkah 2 berikutnya, jika tidak
ulangi pembacaan,
- Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( B A B B ) x100 ,
- Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,
- Hitung koreksi garis bidik (Kgb),
- Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama),
- Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi patok-patok pada
jalur ukuran,
- Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang telah tersedia
(buat slagnya genap),
- Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA), benang bawah (BB),
dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan rambu muka,
- Mengukur jarak belakang (db) dan muka (dm) (jarak mendatar) menggunakan pita ukur,
- Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag satu, dan.NB :
Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan penghapus /tipe x. jika salah
angka dicoret nilai yang benar ditulis diatas atau sebelahnya.

3.5 Prosedur Pengolahan Data


Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar KDV. Masukan nilai kesalahan garis
bidik kedalam tabel Masukan nilai benang atas BT,BB, d belakang d muka kedalam tabel
Hitung BT koreksi disetiap slag Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah
koreksi belakang dan muka Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menggunakan beda
tinggi setiap slag Hitung jarak pita ukur setiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan
jarak muka Menghitung total jarak jalur pengukuran dengan menggunakan semua jarak slag
Hitung bobot koreksi setiap slag dengan membagi jarak slag dengan total jarak pengukuran
12 | P a g e

Menghitung beda tinggi koreksi dengan cara menjumlahkan beda tinggi awal ( BTbk
BTmk) dengan perkalian Control beda tinggi hasil koreksi Menghitung tinggi titik titik
pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi titik sebelumnya dengan beda tinggi koreksi.

3.6 Prosedur Penggambaran


Mengetahui jarak total pengukuran dan selisih beda tinggi terbesar
- Prinsip skala vertical berbeda dengan skala horizontal ( skala horizontal kurang dari skala
vertical )
- Tetapkan ukuran kertas ( lebih baik menggunakan kertas millimeter )
- Contoh skala horizontal 1:100 dan skala vertical 1:2
- Design / rancang tata letak penggambaran yang meliputi muka gambar, legenda, notasi dan
skala gambar ( sebaiknya di grafis )

13 | P a g e

BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTEK

4.1 Lokasi Pengukuran

4.2 Waktu Pengukuran


1. Hari

: Rabu

Tanggal

: 12 September 2013

Kegiatan

: Pengenalan alat sipat datar

Pukul

: 15.00 sampai selesai

Lokasi

: Helipad

2. Hari

: Rabu

Tanggal

: 19 September 2013

Kegiatan

: Pencarian nilai Koreksi Garis Bidik (KGB)

Pukul

: 13.00 sampai selesai

Lokasi

: University Centre

3. Hari

14 | P a g e

: Rabu

Tanggal

: 26 September 2013

Kegiatan

: Pengukuran di University Center

4.3 Pelaksanaan Praktikum


Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka saya
bersama rekan dari kelompok 5 melaksankan praktikum pengukuran sipat datar di Univercity
Center. Adapun langkah-langkah yang dilakukan :
1. Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.
2. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan praktikum
pengukuran sipat datar.
3. Setelah ke lapangan buat sketsa untuk memberikan tanda buat penyimpanan rambu
ataupun alat sipat datar.
4. Dalam membuat seketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan kontur yang
ada di lapangan
5. Jumlah slag yang di buat 16 slag. Setelah di buat 16 slag, kasih tanda dengan paku dan cat.
7. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah disediakan.
8. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan program
excel dan menampilkan gambar dengan AutoCAD.

15 | P a g e

BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1 Data hasil Pengukuran Koreksi Garis Bidik


BA1
Nama

BA2m

BB1

BB2

BT1

BT2

BA1

BA2

BB2
BB1b b

BT1

BT2

b
b
1,34

Yuli
Lukma

1,341

1,332

1,277

1,269

1,308

1,300 1,372 1,363

1,308 1,299

0 1,331
1,34

1,342

1,355

1,284

1,295

1,313

1,325 1,370 1,383

1,310 1,322

0 1,353
1,32

Intan

1,330

1,319

1,275

1,262

1,302

1,291 1,357 1,348

1,301 1,291

9 1,319
1,31

Mauritz

1,316

1,309

1,268

1,260

1,292

1,285 1,342 1,337

1,291 1,285

6 1,311
1,32

Hafri

1,317

1,317

1,271

1,272

1,294

1,295 1,343 1,344

1,298 1,299

0 1,322

5.2 Data Hasil Lapangan Univercity Center


RAMBU BELAKANG
BA
BTb
BB
0,529 0,479
0,43
0,778 0,726
0,672
0,598 0,498
0,398
0,835 0,785
0,735
0,735 0,675
0,615
1,08 0,998
0,914
1,189
1,11
1,032
1,723 1,671
1,618
1,333 1,282
1,232
2,159 2,117
2,075
2,071 2,031
1,989
2,18 2,141
2,1
1,567 1,516
1,465
1,388 1,348
1,308
1,553 1,502
1,453
1,633 1,576
1,52

16 | P a g e

RAMBU MUKA
BA
BTm
BB
1,887 1,836
1,787
1,78 1,732
1,683
2,331 2,231
2,131
1,858 1,807
1,758
1,946 1,887
1,826
1,523 1,443
1,363
1,154 1,075
0,994
1,292 1,222
1,152
1,129 1,079
1,03
0,519
0,48
0,439
0,555 0,515
0,974
0,535 0,495
0,455
1,302 1,252
1,202
1,312 1,271
1,232
1,152 1,103
1,053
1,105 1,042
1,042

JARAK
Db
Dm
10
10
10
10
20
20
10
10
12
12
16
16
16
16
14
14
10
10
8
8
8
8
8
8
10
10
8
8
10
10
17,78
17,78

5.3 Analisa Data Hasil Pengukuran


1. Diketahui Titik Tinggi = 919,1389
Nilai kgb = -0,00019

Rumus Yang Di Gunakan

Btbk

BTb-(kgb.db)

BTmk

BTm-(kgb.dm)

BTbk-BTmk

db + dm

Bobot

Hk

H-( . bobot

Ti

Kemiringan

T + Hk
T 2T
d 12

d
(d )

TiT
d'+ d
9.

x 100%
x 100%

:
A

+920
C

10,5233

48,8828
B

17 | P a g e

+916

10,5233

= 920 + ( 48,8828
x (916-920)
= 919, 138896
Jadi ketinggian awalnya adalah 919,138896

MENCARI BTmk DAN BTbk


Rumus :
BTmk
BTbk

No
1

:
:

BTm-(kgb.dm)
BTb-(kgb.db)

BTmk
BTmk = 1,836-(-0,00019x10)
= 1,8341
2
BTmk = 1,732-(-0,00019x10)
= 1,7301
3
BTmk = 2,231-(-0,00019x20)
= 2,2272
4
BTmk = 1,807-(-0,00019x12)
= 1,8051
5
BTmk = 1,887-(-0,00019x10)
= 1,8847
6
BTmk = 1,443-(-0,00019x16)
= 1,43996
7
BTmk = 1,075-(-0,00019x16)
= 1,07196
8
BTmk = 1,222-(-0,00019x14)
= 1,2193
9
BTmk = 1,079-(-0,00019x10)
= 1,0771
10 BTmk = 0,480-(-0,00019x8)
= 0,47848
11 BTmk = 0,515-(-0,00019x8)
= 0,51348
12 BTmk = 0,495-(-0,00019x8)
= 0,49348
13 BTmk = 1,252-(-0,00019x10)
= 1,2501
14 BTmk = 1,271-(-0,00019x8)
= 1,26948
15 BTmk = 1,103-(-0,00019x10)
= 1,1011
16 BTmk = 1,042-(0,00019x17,78)
18 | P a g e
= 1,03862

kgb = -0,00019

BTbk
BTbk = 0,479-(-0,00019x10)
= 0,4771
BTbk = 0,726-(-0,00019x10)
= 0,7241
BTbk = 0,498-(-0,00019x20)
= 0,4942
BTbk = 0,785-(-0,00019x12)
= 0,7831
BTbk = 0,675-(-0,00019x10)
= 0,67272
BTbk = 0,998-(-0,00019x16)
= 0,99496
BTbk = 1,110-(-0,00019x16)
= 1,10696
BTbk = 1,670-(-0,00019x14)
= 1,66834
BTbk = 1,282-(-0,00019x10)
= 1,2801
BTbk = 2,117-(-0,00019x8)
= 2,11548
BTbk = 2,031-(-0,00019x8)
= 2,02948
BTbk = 2,141-(-0,00019x8)
= 2,13948
BTbk = 1,516-(-0,00019x10)
= 1,5141
BTbk = 1,348-(-0,00019x8)
= 1,34648
BTbk = 1,502-(-0,00019x10)
= 1,5001
BTbk = 1,576-(-0,00019x17,78)
= 1,57262

MENCARI H DAN d
Rumus :
1
2

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

H
d

:
:

BTbk-BTmk
db + dm

H
H = 0,4771 - 1,8341
= -1,357
H = 0,7241 - 1,7301
= -1,006
H = 0,4942 - 2,2272
= -1,733
H = 0,7831 - 1,8051
=-1,022
H = 0,67272 - 1,88472
= -1,212
H = 0,99496 - 1,43996
= -0,445
H = 1,10696 - 1,07196
= 0,035
H = 1,66834 - 1,21934
= 0,449
H = 1,2801 - 1,0771
= 0,203
H = 2,11548 - 0,47848
= 1,637
H = 2,02948 - 0,51348
= 1,516
H = 2,13948 - 0,49348
= 1,646
H = 1,5141 - 1,2501
= 0,264
H = 1,34648 - 1,26948
= 0,077
H = 1,5001 - 1,1011

19 | P a g e

d
d = 10 + 10
= 20m
d =10 + 10
= 20m
d = 20 + 20
= 40m
d = 10 + 10
= 20m
d = 12 + 12
= 24m
d =16 + 16
= 32m
d =16 + 16
= 32m
d = 14 + 14
= 28m
d =10 + 10
= 20m
d = 8 + 8
= 16m
d = 8 + 8
= 16m
d = 8 + 8
= 16m
d = 10 + 10
= 20m
d =8 + 8
= 16m
d =10 + 10

16

= 0,399
H = 1,57262 - 1,03862
= 0,534

= 20m
d =17,78 + 17,78
= 35,56m

TITIK KONTROL

(H)

: H1 + H2 + H3 + H4 + H5 + H6 + H7 + H8 + H9 + H10 +
H11 +H12 + H13 + H14 + H15 + H16
: (-1,357) + (-1,006) + (-1,733) + (-1,022) + ( -1,212) + (-0,445) + (0,035) +
(0,449) + (0,203) +(1,637) + (1,516) + (1,646) + (0,264) + (0,077) + (0,399)
+ (0,534)
: -0,015

(d)

: d1 + d2 + d3 + d4 + d5 + d6 + d7 + d8 + d9 + d10 + d11
+ d12 + d13 + d14 + d15 + d16
: 20 + 20 + 40 + 20 + 24 + 32 + 32 + 28 + 20 + 16 + 16 + 16 + 20 + 16 + 20 +
35,56
: 375,56 m

20 | P a g e

MENCARI BOBOT

Rumus :
Bobot =

( d)
(d )

, dik (d) = 375,56

Bobot = 20 / 375,56 = 0,053253808

Bobot = 20 / 375,56 = 0,053253808

Bobot = 40 / 375,56 = 0,106507615

Bobot = 20 / 375,56 =0,053253808

Bobot = 24 / 375,56 = 0,063904569

Bobot = 32 / 375,56 = 0,085206092

Bobot = 32 / 375,56 = 0,085206092

Bobot = 28 / 375,56 = 0,074555331

Bobot = 20 / 375,56 =0,053253808

10 Bobot = 16 / 375,56 = 0,042603046


11 Bobot = 16 / 375,56 =0,042603046
12 Bobot = 16 / 375,56 =0,042603046
13 Bobot = 20 / 375,56 =0,053253808
14 Bobot = 16 / 375,56 =0,042603046
15 Bobot = 20 / 375,56 =0,053253808
16 Bobot = 35,56 / 375,56 =0,09468527
21 | P a g e

TITIK KONTROL
bobot

: bobot1 + bobot2 + bobot3 + bobot4 + bobot5 + bobot6 + bobot7 + bobot8 +


bobot9 + bobot10 + bobot11 + bobot12 + bobot13 + bobot14 + bobot15 +
bobot16
: 0,053253808 + 0,053253808 + 0,106507615 + 0,053253808 + 0,063904569
+ 0,085206092 + 0,085206092 + 0,085206092 + 0,085206092 + 0,074555331
+ 0,053253808 + 0,042603046+ 0,042603046 + 0,042603046 + 0,053253808
+ 0,042603046 + 0,053253808 + 0,09468527

:1

22 | P a g e

MENCARI Hk

Rumus :
Hk

: H (h.bobot)

Hk

=(-1,357) ((-0,015). 0,053253808) = -1,356201193

Hk =(-1,006 ) - ((-0,015). 0,053253808) = -1,005201193

Hk

=(-1,733) - (( -0,015). 0,106507615) = -1,731402386

Hk

=(-1,022) - ((-0,015). 0,053253808) = -1,021201193

Hk

=(-1,212) - ((-0,015). 0,063904569) = -1,211041431

Hk

=(-0,445) - ((-0,015).0,085206092) = -0,443721909

Hk

=(0,035) - ((-0,015). 0,085206092) = 0,036278091

Hk

=(0,449) - ((-0,015). 0,074555331)

= 0,45011833

Hk

=(0,203) - ((-0,015). 0,053253808)

= 0,203798807

10 Hk

=(1,637) - ((-0,015). 0,042603046)

= 1,637639046

11 Hk

=(1,516) - ((-0,015). 0,042603046)

= 1,516639046

12 Hk

=(1,646) - ((-0,015). 0,042603046)

= 1,646639046

13 Hk

=(0,264) - ((-0,015). 0,053253808)

= 0,264798807

14 Hk

=(0,077) - ((-0,015). 0,042603046)

= 0,077639046

15 Hk

=(0,399) - ((-0,015). 0,053253808)

= 0,399798807

16 Hk

=(0,534) - ((-0,015). 0,09468527)

= 0,535420279

23 | P a g e

MENCARI Ti
Rumus
Ti

= Ti2
1
2

Ti
Ti

+ HK1

= 919,1389
= 919,1389

+ (-1,356201193)

= 917,782699
3

Ti

=917,782699 + (-1,005201193)

Ti

= 916,777498
=916,777498 + (-1,021201193)

Ti

=915,046095
= 915,046095 + (-1,021201193)

Ti

= 914,024894
=914,024894 +(-1,211041431)

Ti

= 912,813853
=912,813853 + (-0,443721909)

Ti

= 912,370131
=912,370131 + (0,036278091)

Ti

= 912,406409
=912,406409 + (0,45011833)

4
5

10 Ti

=912,856527
=912,856527 + (0,203798807)

11 Ti

= 913,060326
=913,060326 + (1,637639046)

12 Ti

= 914,697965
=914,697965 + (1,516639046)

13 Ti

= 916,214604
=916,214604 + (1,646639046)

14 Ti

= 917,861243
=917,861243 + (0,077639046)

24 | P a g e

= 918,126042
15 Ti

=918,126042 + (0,077639046)

16 Ti

= 918,203681
=918,203681 + (0,399798807)
= 918,60348

17 Ti

= 918,60348 + (0,535420279)
= 919,1389
MENCARI KEMIRINGAN

Rumus :
Kemiringan = HK / d * 100 %
1

-1,356201193 / 20 * 100 %
= -6,781005964

-1,005201193 / 20 * 100 %

= -5,026005964
-1,731402386 / 40 * 100%

= -4,328505964
-1,021201193 / 20 * 100%

= -5,106005964
-1,211041431 / 24 * 100%

= -5,046005964
-0,443721909 / 32 *100%

= -1,386630964
0,036278091 / 32 * 100%

= 0,113369036
0,45011833 / 28 *100%

= 0,607565464
0,203798807 / 30 *100%

=1,018994036
10 1,637639046 / 16 *100%
= 10,23524404
11 1,516639046 / 16 *100%
= 9,478994036
12 1,646639046 / 16 *100%
= 10,29149404
13 0,264798807 / 20 *100%

25 | P a g e

= 1,323994036
14 0,077639046 / 16 *100%
= 0,485244036
15 0,399798807 / 20 *100%
=1,998994036
16 0,535420279 / 35,56 * 100%
=1,505681325
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian tertentu.
Bidang ketinggian ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL)
atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar
dengan titik kerangka dasarvertikal. Maka Para mahasiswa mampu memahami,
mendeskripsikan, dan mengaplikasikanpenentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan
metoda pengukuran beda tinggi denganpesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan
pemetaan Ilmu Ukur Tanah. Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan
laporan ini penyusunmenyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut
penyusun berlapangdada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca
demi kesempurnaanpenyusunan laporan ini di kemudian hari.

5.2 Saran

Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi waterpass

Pastikan alat waterpass, statif, pita ukur, dan lainnya layak pakai

Ikuti peraturan dan langkah peraturan dengan benar.

Lakukan pengukuran dengan teliti untuk menghindari kesalahan.

Saling berkoordinasi antar anggota kelompok untuk saling bekerjasama dalam


pelaksanaan pengukuran.

26 | P a g e

LAMPIRAN

27 | P a g e

ALAT-ALAT PRAKTIKUM KDV

1. WATERPASS

3. UNTING-UNTING

5. RAMBU UKUR

28 | P a g e

2. PAYUNG

4. PITA UKUR

6. STATIF

7. PAPAN DADA

29 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai