Suami
Nama
Ny. M
Tn. A
Umur
38 thn
40 thn
Suku / Bangsa
Jawa
Jawa
Agama
Islam
Islam
Pendidikan
SMP
SMP
Pekerjaan
IRT
Petani
Lampung Timur
Lampung Timur
24 Agustus 2012
Alamat
Masuk RSUD
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 24 Agustus 2012 pukul 13.45 WIB
I.
Keluhan Utama :
Perut terasa kencang sejak 2 hari SMRS
II.
Keluhan tambahan :
Keluar air-air dan lendir
III.
oleh pasien
V.
oleh pasien
VI.
VII.
Riwayat Menstruasi :
a.
Menarche
: 12 tahun
b.
Siklus
c.
Lama haid
: 7 hari
d.
Banyak
e.
Dismenorrhea
: (-)
f.
HPHT
: 27 / 01 / 2012
g.
TP
: 28 hari
: 03 / 10 / 2012
Riwayat Perkawinan :
Menikah satu kali, usia perkawinan 20 tahun, status masih menikah
VIII.
Hamil
Tanggal
Jenis
Jenis
ke
lahir anak
kelamin
Persalinan
Keadaan
Masa
anak
Nifas
03 Februari Perempuan
1999
Aterm
Tidak
Pervaginam
ada
Bidan
3,2 kg
Sehat
Dbn
Bidan
3,4 kg
Sehat
Dbn
spontan
2
20 April
Laki- laki
2001
Aterm
Tidak
Pervaginam
ada
spontan
3
IX.
Riwayat KB
2010
X.
XI.
Riwayat Operasi
Riwayat ANC :
Kontrol ke puskesmas 3x selama kehamilan, tidak rutin: pada
bulan Februari, Mei, Agustus. Hamil saat ini mual (-), muntah (-),
perdarahan (-), riwayat trauma (-), riwayat infeksi (-)
XII.
Riwayat Ginekologi :
Tidak ada.
XIII.
C. PEMERIKSAAN FISIK
I.
STATUS PRESENT
a.
b.
c.
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Status Emosional
:
Stabil
Tanda Vital
Tekanan Darah: 120/70 mmHg
Berat Badan
:Tinggi Badan
:Denyut Nadi
: 80x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,7 oC
II.
Labil
STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
palpebra -/THT
T1 T1
Leher
Thorax
Mammae : Simetris,
membesar,
areola
mammae
hiperpigmentasi
Pulmo
Cor
Abdomen
III.
STATUS OBSTETRIKUS
Inspeksi
Palpasi
a. Leopold I
b. Leopold II
masuk PAP)
His
: (-)
Pemeriksaan Genitalia
Inspeksi
: vulva
Uretra
Laboratorium
Hematologi
Hb
12,5 g/dL
Ht
38,8 %
MCV
78,3 fL
9.600 /uL
MCH
25,2 pg
237.000/ uL
GDS
104 mg/dl
Leukosit
Trombosit
CT
230
2.
Eritrosit
4,96 jt/uL
BT
13
D. DIAGNOSIS
G3P2A0, 38 tahun, gravid 28 minggu
Janin tunggal mati, intrauterin, presentasi bokong, letak sungsang,
belum inpartu
IUFD.
E. PROGNOSIS
Ibu : Dubia ad Bonam
Janin : malam
F. PENATALAKSANAAN
a.
b.
c.
Rencana Terminasi
d.
e.
Follow up
6
Tanggal
25/8/2012
7.00
S
Mules (+),
nyeri perut
bagian bawah
gerak janin (-)
Ku / Kes : TTS /
CM
G3P2A0, 38
- Observasi TTV
tahun, gravid
- Observasi TTI
St. Generalis :
28 minggu,
Janin tunggal
T : 110 / 80
mati,
mmHg
N : 72
x/mnt
S : 36,7
P : 20
x/mnt
intrauterin,
letak sungsang,
belum inpartu
dengan IUFD.
26/8/2012
07.00
Perut
tampak
buncit,
TFU 13
cm, letak
sungsang.
DJJ : (-)
His : (-)
S
Nyeri perut
bagian bawah
(+)
O
Ku / kes : TSS /
CM
St. Generalis :
T : 100 / 80
N : 72
x/mnt
- IVFD RL 20
gtt/mnt
- Ampicillin 3 x 1
gr
- Prostaglandin
F2 tab sublingual
- Induksi 20 u :20
tts/menit
- Terminasi
dengan Pro partus
Pervaginam
St. Obstetri :
Tanggal
A
Post partus
pervaginam
dengan IUFD
H-1
P
- IVFD RL 20
gtt/mnt
- Ampicillin 3x
1gr
- Asam
mefenamat
3x500mg
S : 36,7 C
P : 20 x/mnt
St. Puerperalis :
Abdo:
Genital:
Bayi lahir pada tanggal 25 Agustus 2012 pada pukul 21.00 WIB
Janin tunggal, letak sungsang, dengan BBL 200 gram, PBL 22 cm. Plasenta lahir
spontan lengkap dengan kesan bersih.
Tanggal
27/8/2012
07.00
S
Keluhan (-)
O
Ku / kes : Baik /
CM
St. Generalis :
T : 120/80
N : 80
x/mnt
S : 36,2 C
P : 20 x/mnt
A
Post partus
pervaginam
dengan IUFD
H-2
P
- IVFD RL 20
gtt/mnt
-Ampicillin 3 x 1
gr
- Pasien boleh
pulang
St. Puerperalis :
Abdo:
8
Genital:
ANALISA KASUS
Pada kasus ini wanita, 38 tahun dengan diagnosa kematian janin intra
uterin. Dalam kasus ini, diagnosis Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) ditegakkan
9
dalam
kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol,
merokok, dan minum obat- obatan lama. Pasien juga tidak memiliki binatang
peliharaan.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, inspeksi menjelaskan
tanda- tanda kehamilan pada pasien ini tidak sesuai dengan masa kehamilan.
Ukuran tinggi fundus uteri yang berkurang dari usia kehamilan ditemukan dalam
kasus ini mengingat kematian janin berlangsung 1 minggu sebelum ke rumah
sakit. Pada palpasi, gerak janin (-), dan pada auskultasi dengan pemeriksaan
Doppler tidak terdengar bunyi jantung janin, hal ini turut membuktikan adanya
kematian janin intra uterin. Pada pemeriksaan laboratorium, hanya didapatkan
pemeriksaan darah rutin dalam batas normal pada wanita dengan kehamilan.
Seharusnya dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap yaitu fibrinogen
untuk mengetahui ada tidaknya permasalahan pada faktor pembekuan darah dari
faktor janin terhadap maternal. Pada pemeriksaan USG, ditemukan Janin
Tunggal, Intra uterine dengan letak sungsang. Didapatkan kesan janin IUFD
disertai dengan deskripsi yang menjadi dasar diagnosis IUFD, seperti tidak
adanya gerakan janin dan DJJ ( - ), Spaldings Sign ( + ) sehingga dapat
ditegakkan diagnosis IUFD dengan pasti.
Penyebab IUFD bisa karena faktor maternal dan fetal. Berdasarkan
anamnesis, pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi
dalam
kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol,
10
merokok, dan minum obat- obatan lama. Namun melihat usia ibu 38 tahun, dapat
merupakan faktor ibu yang terlalu tua saat kehamilan.
Faktor fetal belum dapat kita singkirkan karena sebaiknya dilakukan
pemeriksaan autopsi apakah terdapat kelainan kongenital mayor pada janin.
Pasien tidak memiliki binatang peliharaan, makan daging setengah matang, yang
menurut literatur dapat menyebabkan infeksi toksoplasmosis pada janin. Anomali
kromosom biasanya terjadi pada ibu dengan usia diatas 40 tahun, dan dibutuhkan
analisa kromosom. Inkompatibilitas Rhesus juga sangat kecil kemungkinannya
mengingat pasien dan suaminya dari suku yang sama.
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan
dengan penanganan aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih
melalui induksi persalinan pervaginam dengan mempertimbangkan kehamilan
aterm dan mengurangi gangguan psikologis pada ibu dan keluarganya.
Penanganan secara aktif pada pasien ini juga sudah sesuai dengan prosedur yang
seharusnya. Pada kasus ini persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu,
sehingga perlu pematangkan serviks dengan misoprostol atau prostaglandin F2.
Komplikasi IUFD lebih dari 6 minggu akan mengakibatkan gangguan pembekuan
darah, infeksi dan berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa ibu
Penyebab kematian pada janin dalam kasus ini, kemungkinan besar akibat
dari faktor maternal,dimana usia ibu yang terlalu tua (> 35 tahun)
Edukasi pada pasien ini ialah penjelasan mengenai program KB dan
memotivasi ibu untuk mengikutinya, mengingat sudah memiliki anak 2 dan usia
ibu yang sudah tua. Mengedukasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
mengenai kehamilan pada usia ibu yang tua. Memberikan dukungan psikologis
agar pasien tidak terganggu akibat kematian janin yang dialaminya saat ini, dan
menyarankan kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan yang besar
untuk ibu.
TINJAUAN PUSTAKA
INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD)
A. Definisi
11
22 minggu.
2.
WHO dan
2,3
bahwa Intrauterine fetal death adalah kematian pada fetus dengan berat badan 350
gram atau lebih dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
B. Faktor Risiko
Beberapa studi yang dilakukan pada akhir-akhir ini melaporkan sejumlah
faktor risiko kematian fetal, khususnya IUFD. Peningkatan usia maternal juga
akan meningkatkan risiko IUFD. Wanita diatas usia 35 tahun memiliki risiko 4050% lebih tinggi akan terjadinya IUFD dibandingkan dengan wanita pada usia 2029 tahun. Risiko terkait usia ini cenderung lebih berat pada pasien primipara
dibanding multipara. Alasan yang mungkin dapat menjelaskan sebagian risiko
terkait usia ini adalah insiden yang lebih tinggi akan terjadinya kehamilan
multiple, diabetes gestasional, hipertensi, preeklampsia dan malformasi fetal pada
wanita yang lebih tua.
Merokok selama kehamilan berhubungan dengan sejumlah risiko kematian
fetal. Sejumlah hubungan kausatif juga telah dideskripsikan. Merokok
meningkatkan risiko retardasi pertumbuhan intrauterine dan solusio plasenta.
Merokok menjadi faktor kausatif utama stillbirth khususnya pada kehamilan
prematur.
Berat maternal pada kunjungan antenatal care juga mempengaruhi risiko
IUFD. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan IUFD telah dilaporkan
oleh Little dan Cnattingius. Stephansson dkk dalam studi kasus kontrol terhadap
700 primipara dengan IUFD dan 700 kontrol melaporkan bahwa primipara yang
mengalami kelebihan berat badan(IMT 25-29,9) ternyata memiliki risiko dua kali
lipat akan terjadinya IUFD dibandingkan wanita dengan IMT 19,9. Risiko ini
12
akan jauh berlipat pada primipara obesitas (IMT 30). Kenaikan berat badan
yang terjadi selama kehamilan tampaknya tidak memperngaruhi risiko IUFD. 2
Faktor sosial seperti status sosioekonomi dan edukasi juga mempengaruhi
risiko terjadinya IUFD. Mereka yang berada dalam status sosioekonomi rendah
ternyata memiliki risiko dua kali lipat menderita IUFD.2
C. Etiologi
Pengetahuan akan etiologi stillbirth menjadi penting untuk mencapai
penurunan angka mortalitas perinatal. Pemahaman kausa IUFD yang lebih baik
sangat dibutuhkan untuk perencanaan kesehatan yang adekuat dan penentuan
prioritas dalam kesehatan perinatal. 2
13
Faktor fetal
Kehamilan post-term ( 42
Kehamilan ganda
minggu).
Intrauterine
Diabetes
Mellitus
tidak
restriction
terkontrol
growth
(Perkembangan
Janin Terhambat)
Kelainan kongenital
erythematosus
Anomali kromosom
Infeksi
Infeksi
Hipertensi
Pre-eklampsia
Eklampsia
Hemoglobinopati
Penyakit rhesus
Ruptura uteri
Antiphospholipid sindrom
Kematian ibu
Systemic
lupus
(Parvovirus
B-19,
CMV, listeria)
Faktor Plasenta
Insufisiensi plasenta
Vasa previa
Perdarahan Feto-maternal
14
adalah
penyebab
penting
IUFD.
IUGR
diketahui
Penyakit
hipertensif
(hipertensi
gestasional,
preeklampsia,
kromosom
meningkatkan
risiko
terjadinya
IUFD.
2.
17
Abruptio Plasenta. 9
18
5. Infeksi
Plasenta dan janin dapat terinfeksi baik melalui transmisi
transplasental (hematogen) maupun melalui ascending infection dari
vagina. Proporsi IUFD terkait infeksi dilaporkan berkisar 6-15 % dari
seluruh kasus IUFD.
Beberapa agen dipertimbangkan berperan penting terhadap
kematian janin. Infeksi virus kongenital oleh parvovirus B19 dan
cytomegalovirus (CMV) juga sering dilaporkan sebagai pemicu kematian
janin. Infeksi beberapa enterovirus juga dilaporkan berhubungan dengan
IUFD walaupun lebih jarang.
pecahnya ketuban sebelum waktunya yang mengakibatkan persalinan preterm bahkan dapat berakhir dengan kematian janin.
IUFD
yang
tidak
dapat
diidentifikasi
kausanya
22
1)
Anamnesis :
Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
Perut tidak bertambah besar, bahkan mungkin mengecil (kehamilan
tidak seperti
biasanya )
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
3)
23
Spaldings sign. 11
24
4)
5)
TORCH.
Sehingga
dapat
malformasi
bercak/ noda
derajat maserasi
2. Tali pusat
prolaps
3. Cairan Amnion
konsistensi
volume
4. Plasenta
berat plasenta
5. Membran amnion
bercak/noda
ketebalan
Tabel . Diagnosis dan Diagnosis Banding IUFD
terdengar
Kemungkinan
Diagnosis
Solusio Plasenta
perdarahan pervaginam
sesudah hamil 22 minggu
hebat
Ruptur Uteri
mekonium
Gawat Janin
(<100/mnt/>180/mnt)
Gerakan janin/DJJ hilang
Tanda-tanda kehamilan
IUFD
26
F. Komplikasi 3
Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak.
Plasenta yang rusak akan menghasilkan tromboplastin. Tromboplastin masuk
kedalam peredaran darah ibu yang mengakibatkan pembekuan intravaskuler
yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit sehingga terjadi
pembekuan darah yang meluas (Disseminated intravascular coagulationatau
DIC).
Dampak dari adanya DIC tersebutadalah terjadinya hipofibrinogenemia.
Hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu
sesudah IUFD. Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300700mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi perdarahan post
partum. Perdarahan post partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah
janin mati.
Selain dari komplikasi fisik yang serius pada ibu, dampak secara
kejiwaan pun dapat terjadi. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah
lebih dari 2 minggu kematian janin yang dikandungnya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan jiwa ibu. Faktor resiko terjadinya depresi pada ibu
hingga psikosis dapat terjadi
G. Penatalaksanaan 8,12
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
sehingga tidak diobati. 8
1. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5
hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi
columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
2. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda
kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan
ketuban berkurang.
27
10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
11. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
28
Partus Spontan
dalam 2 minggu
diindikasikan
(80%)
Psikologis
Infeksi
Penurunan kadar fibrinogen
Retensi janin lebih dari 2 minggu
Servik matang
Infus Oksitosin
Prostaglandin gel
Diulang setelah 6-8 jam
Gagal
Oksitosin diulang dengan
gagal
Ditambah dengan infus Oksitosin
Ditambah Prostaglandin/vaginam
29
METODE-METODE TERMINASI
1. Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi
pematangan serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan Dextrose 5% melalui tetesan infus intravena. Dua botol infus dapat
diberikan dalam waktu yang bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal,
pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan pada hari berikutnya. Infus
dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% dengan
kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan
menjadi 40 unit. Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus
dipikirkan, oleh karena itu tidak boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu
yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan
resiko tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang setelah
pemberian prostaglandin per vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder
harus disingkirkan bila upaya berulang tetap gagal menginduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks posterior
sangat efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum matang.
Pemberian dapat diulang setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat ditambah
dengan pemberian oksitosin.
DAFTAR PUSTAKA
31
32