Anda di halaman 1dari 31

BAB III

BESARAN FISIS MATAHARI DAN


BINTANG
3.1

Besaran Fisis Matahari

3.1.1 Jarak bumi matahari


Matahari atau Surya adalah bintang di
pusat Tata Surya. Bentuknya nyaris bulat
dan terdiri dari plasma panas bercampur
medan magnet. Secara kimiawi, sekira
tiga perempat massa Matahari terdiri
dari
hidrogen,
sedangkan
sisanya
didominasi helium. Sisa massa tersebut
(1,69%, setara dengan 5.629 kali massa
Bumi) terdiri dari elemen-elemen berat
seperti oksigen, karbon, neon, besi, dan
lain-lain. Matahari terbentuk sekitar 4,6
miliar tahun yang lalu akibat peluruhan
gravitasi suatu wilayah di dalam sebuah
awan molekul besar. Sebagian besar
materi berkumpul di tengah, sementara
sisanya
memipih
menjadi
cakram
beredar yang kelak menjadi Tata Surya.
Jarak rata-rata Matahari dari Bumi
sekitar 149.6 juta kilometer (1 AU),
meski
jaraknya
bervariasi
seiring
pergerakan Bumi menjauhi perihelion
pada bulan Januari hingga aphelion pada
bulan Juli. Pada jarak rata-rata ini,
cahaya bergerak dari Matahari ke Bumi
selama 8 menit 19 detik. Energi sinar
Matahari ini membantu perkembangan
1

nyaris semua bentuk kehidupan di Bumi


melalui fotosintesis dan mengubah iklim
dan cuaca Bumi.
3.1.2 Massa matahari
Untuk mengukur massa matahari di sini
ilmuwan
menggunakan
pendekatan
teoritis, dengan menggunakan hukum
Gravitasi Universal Newton. Dengan
menggunakan hukum tersebut maka
didapatkan besar nya massa matahari
yaitu 1,922 x 1030 kg. Bumi juga
dianggap sebagai gerak melingkar
dalam mengelilingi matahari dengan
jari-jari r yaitu sebesar:
2

F sentripetal=m

v
r

[3.1]

Pada
hakikatnya
setiap
partikel
bermassa
selain
mempunyai
sifat
lembam juga mempunyai sifat menarik
partikel bermassa yang lain. Gaya tarik
antara
partikel-partikel
bermassa
tersebut. Begitu juga, antara planet
dengan planet atau antara matahari
dengan planet terjadi gaya tarik-menarik
yang disebut dengan gaya gravitasi atau
disebut juga gaya gravitasi universal
yang dinyatakan dengan:

F gravitasi=G

mM
r2

[3.2]
[3.2]

Besarnya
gaya
sentripetal
bumi
mengelilingi
matahari
akan
sama
dengan
gaya
gravitasi
matahari
terhadap bumi. Maka, dari kedua gaya
tersebut didapatkan:

F Sentripetal=F gravitasi

[3.3]

v2
mM
=G 2
r
r

v2
M
=G 2
r
r
v2 r
M=
G
Kita ketahui bahwa dalam
melingkar kecepatan adalah:

v =r

[3.5]
gerak

[3.5]

Dimana :

2
T

[3.6]

dengan mensubstitusi persamaan 3.5


dan 3.6 ke persamaan 3.4, maka
persamaannya menjadi:

M=

( r )2
G

2
r)
(
T
M=

2 3

M=

4 r
2

[3.7]

Dengan:
M = massa matahari (kg)
r = jarak bumimatahari = 1,496 x 10 11
m
G = tetapan umum gravitasi = 6,67 x
10-11 Nm2kg-2
T = periode bumi mengelilingi matahari
= 365 hari
= 3,1536 x 107 s
Dengan memasukkan nilai-nilai r, G, dan
T ke dalam persamaan tersebut maka
diperoleh massa matahari sebesar 1,922
x 1030 kg.

3.1.3 Luminositas matahari


Luminositas Matahari, L, adalah satuan
luminositas atau tenaga radian (tenaga
yang dikeluarkan dalam bentuk foton)
yang digunakan oleh astronom untuk
menghitung luminositas bintang. Satuan
ini sama dengan luminositas Matahari
yang disetujui, 3.8391026 W, atau
3.8391033 erg/s. Nilainya sedikit lebih
tinggi, 3.9391026 W (sama dengan
4.382109 kg/s atau 2.1071015 M/d)
bila
radiasi
neutrino
Matahari
dimasukkan
bersama
radiasi
elektromagnetik.
Matahari
adalah
sebuah bintang variabel yang lemah dan
luminositasnya mengambang (fluktuasi).
Fluktuasi besar adalah siklus Matahari
sebelas tahun (siklus bintik Matahari),
yang menyebabkan variasi periodik
sekitar 0.1%. Variasi lain dalam 200300 tahun terakhir dianggap lebih kecil
daripada jumlah ini.
Luminositas Matahari terus bertambah
kuat secara tetap sepanjang hidupnya,
dan sejak pertama kali menjadi bintang
deret utama sudah bertambah sebanyak
40%. Matahari juga telah tercatat
melakukan perubahan periodik dalam
luminositas,
sesuatu
yang
bisa
menyebabkan
akibat-akibat
yang
signifikan atas kehidupan di atas Bumi.
Misalnya periode minimum Maunder,

yang sampai menyebabkan fenomena


zaman es kecil pada Abad Pertengahan.
Ciri-ciri yang akan dimiliki oleh suatu
bintang secara garis besar ditentukan
oleh massa awalnya: semakin besar
massanya, maka semakin tinggi pula
luminositasnya, dan semakin cepat pula
ia akan menghabiskan bahan bakar
hidrogen pada inti. Lambat laun, bahan
bakar hidrogen ini akan diubah menjadi
helium, dan bintang yang bersangkutan
akan mulai berevolusi. Untuk melakukan
fusi helium, diperlukan suhu inti yang
lebih tinggi, oleh sebab itu intinya akan
semakin padat dan ukuran bintang pun
berlipat ganda. Bintang ini telah menjadi
sebuah raksasa merah.
Di dalam astronomi, luminositas adalah
jumlah cahaya atau energi yang
dipancarkan oleh sebuah bintang ke
segala arah per satuan waktu. Biasanya
satuan luminositas dinyatakan dalam
watt (satuan internasional), erg per detik
(satuan cgs) atau luminositas matahari.
Dengan menganggap bahwa bintang
adalah sebuah benda hitam sempurna,
maka luminositasnya adalah
2

L=4 R T e

[3.8]

dimana L adalah luminositas, adalah


tetapan Stefan-Boltzmann, R adalah jari-

jari bintang dan Te adalah temperatur


efektif bintang. Jika jarak bintang dapat
diketahui,
misalnya
dengan
menggunakan
metode
paralaks,
luminositas
sebuah
bintang
dapat
ditentukan melalui hubungan :

E=

L
42

[3.9]

dengan E adalah fluks pancaran, L


adalah luminositas dan d adalah jarak
bintang ke pengamat.
3.1.4 Radius matahari
Dalam astronomi, radius Matahari
adalah satuan panjang yang digunakan
untuk menggambarkan ukuran bintang.
Satuan ini sama dengan radius Matahari.
Rumusnya adalah:
8

1 R =6,955 10 m=0,004652 AU ( AU )
[3.10]
Radius Matahari sekitar 432.450 mil
(695.500 kilometer) atau sekitar 110 kali
radius Bumi, atau 10 kali radius rata-rata
Jupiter. Sedikit berbeda dari kutub ke
khatulistiwa karena rotasinya, yang
mendorong kepepatan 10 bagian per
juta.
7

3.1.5 Temperature efektif matahari


Atmosfer Matahari diketahui memiliki
suhu efektif pada kisaran 5.504,9 derajat
celcius. Dari sini diketahui bahwa panas
inti Bumi bahkan melebihi panas
atmosfer Matahari.
Para peneliti yang berasal dari Pusat
Penelitian
Ilmiah
Prancis
(CNRS),
organisasi riset teknologi Prancis (CEA),
dan European Synchrotron Radiation
Facility (ESRF) di Grenoble Prancis itu
menggunakan model geofisika yang
menunjukkan perbedaan temperatur
antara lapisan padat inti Bumi dengan
lapisan di atasnya. Perbedaan suhu
tersebut mencapai 1.500 derajat celcius
dan seiring rotasi bumi menghasilkan
medan magnetik bumi.
Dalam riset laboratoriumnya, para
peneliti mengamati titik leleh besi pada
berbagai tekanan untuk menentukan
gambaran akurat tentang temperature
inti Bumi. Dari pengukuran tersebut
diketahui bahwa titik leleh besi ada
pada kisaran 4.800 derajat celcius
dengan tekanan 2,2 juta kali lebih besar
dari tekanan di atas permukaan laut
Bumi.
3.2

Besaran Fisis Bintang

3.2.1 Jarak Bintang

Di malam hari yang gelap, kita dapat


melihat taburan ratusan bintang di
langit. Bintang-bintang tersebut hanya
tampak sebagai titik-titik terang dan
redup yang sama ukurannya di lihat
mata kita. Namun lebih jauh, seberapa
terang suatu bintang tidak menentukan
jaraknya
terhadap
kita.
Untuk
menentukan
jarak
bintang,
para
astronom
menggunakan
berbagai
metode, yang akan dibahas di bagian
selanjutnya.

Gambar 3.1 Skema penentuan jarak


bintang dengan metode paralaks.
a) Parallaks
Jika
kita
merentangkan
tangan
dengan jari jempol teracung di depan
wajah kita, maka kita akan melihat
bahwa letak jempol kita berubah saat
9

kita melihatnya dengan sebelah mata,


bergantian. Letak jempol bergeser
terhadap gambar di belakangnya, dan
pergeseran ini dinamakan parallaks.
Para astronom menggunakan efek ini
untuk menghitung jarak ke bintang
dengan menghitung sudut antara
garis-garis pandang bintang, yang
diamati di dua tempat yang berbeda.
b) Parsek (Parsec)
Karena jarak bintang yang teramat
jauh, sudut parallaksnya sangat kecil
dan biasanya diukur dalam satuan
detik busur. Parsek atau Parsec sendiri
berasal dari kata parallax second,
yaitu objek yang memiliki sudut
parallaks satu detik. Besarnya detik
busur sama dengan 1/3600 derajat.
Kecil sekali bukan? Namun, kita dapat
mengamati adanya perubahan kecil
pada letak posisi bintang tersebut.
Satu detik busur () sama dengan
seperenam puluh menit busur (), dan
satu menit busur sama dengan
seperenam puluh derajat.
Para astronom menggunakan satuansatuan yang tidak biasanya di pakai
sehari-hari. Seperti dalam menghitung
jarak ke bintang, tidak mengunakan
satuan meter atau km, karena tidak
cocok untuk jarak yang begitu besar.
Maka untuk mempermudah, mereka
menggunakan satuan-satuan seperti
parsek dan tahun cahaya. 1 parsek (pc)

10

= 3,26 tahun cahaya = 3,09 x 10 13 km =


206 265 SA (Satuan Astronomi, jarak
Bumi ke Matahari).
Bintang yang terdekat dengan Bumi kita,
yaitu Matahari, jaraknya 1 SA, sedang
bintang terdekat dari Matahari adalah
bintang Proxima Centauri yang berjarak
1,294 pc.
Parallaks bintang
Untuk menghitung jarak ke bintang, para
astronom menghitung pergeseran yang
tampak pada bintang dalam kurun waktu
satu
tahun.
Para
astronom
menggunakan dua waktu yang berbeda
dalam mengamati bintang selama satu
tahun periode ini, yaitu ketika bumi
berada di tempat yang bersebrangan.
Sepanjang bumi mengelilingi Matahari,
astronom melihat pergerakan bintang
terhadap
bintang-bintang
di
belakangnya yang karena jaraknya lebih
jauh, terlihat diam. Semakin dekat
bintang, parallaksnya semakin besar.

11

Gambar 3.2 Paralaks Bintang


Paralaks bintang merupakan metode
untuk mengukur jarak bintang. Seperti
yang kita lihat pada gambar, garis-garis
pandang
dan
garis
yang
menghubungkan
posisi
pengamatan
membentuk segitiga dengan bintang
sebagai puncaknya. Andaikan dmatahari
adalah jarak Bumi-Matahari, d adalah
jarak Matahari bintang, dan p adalah
sudut parallaks, didapatkan formula
parallaks:
d (parsek) = 1 / p (detik busur)
Semakin jauh bintang, semakin kecil
parallaksnya, dan dibutuhkan baseline
pengukuran yang lebih besar pula.
Namun, baseline pengamatan dari bumi
terbatas karena orbit planet kita
mengelilingi Matahari. Oleh karena itu,
pengukuran menggunakan parallaks ini

12

terbatas hanya sampai sudut paralllaks


sebesar 0,01 detik busur, artinya
bintang yang jaraknya lebih dari 100
parsek tidak dapat diukur menggunakan
metode ini. Namun, pada tahun 1989,
ESA
(Eroupean
Space
Agency)
meluncurkan
misi
Hipparcos
yang
bertujuan menghitung sudut parallaks
bintang-bintang di dalam galaksi kita.
Hipparcos telah menghitung parallaks
lebih dari 120.000 bintang yang jaraknya
mencapai 650 parsek (500 tahun
cahaya) dari Matahari.
3.2.2 Magnitudo Bintang
Magnitudo
bintang
menjadi dua :

dapatdibedakan

a. Magnitude Semu
Magnitude Semu adalah
tingkat
terang suatu bintang yang dilihat oleh
pengamat dibumi. Terangnya cahaya
ini merupakan fungsi dari luminositas
bintang, jarak dan bumi perubahan
cahayanya saat melintasi atmosfer
bumi.

13

Magnitude
Jumlah
Semu
Bintang
0
4
1
15
2
48
3
171
4
513
5
1.602
6
4.800
7
14.000
Tabel 3.1 jumlah Bintang Yang Lebih
Terang Dari Magnetudo
b. Magnitudo Mutlak
Magnitude bintang sesungguhnya
yang akan dimiliki oleh sebuah
bintang jika diletakkan pada jarak 10
parsek (32,6 tahun cahaya) dari bumi.
3.2.3 Magnitudo Mutlak Bintang
Magnitudo mutlak atau magnitudo
intrinsik adalah magnitudo semu sebuah
bintang jika jarak antara bumi dengan
bintang tersebut adalah 10 parsec
(32,6 tahun
cahaya),
sehingga
berhubungan
langsung
dengan
luminositas bintang dan menyatakan
kecerahan bintang yang sebenarnya.
Baik skala magnitudo semu maupun
magnitudo
mutlak
adalah
satuan

14

logaritmis
di
mana
selisih
satu
magnitudo sama dengan perbedaan
kecerahan sekitar 2,5 kali (akar pangkat
5 dari 100, atau mendekati 2,512). Hal
ini
berarti
bintang
dengan
nilai
magnitudo +1 kira-kira 2,5 kali lebih
terang daripada bintang dengan nilai
magnitudo +2, dan kira-kira 100 kali
lebih terang daripada bintang dengan
nilai magnitudo +6. Bintang teredup
yang dapat dilihat mata telanjang dalam
kondisi pengamatan yang baik adalah
bintang dengan nilai magnitudo kira-kira
+6.
Dalam skala magnitudo semu maupun
magnitudo tampak, semakin kecil nilai
magnitudonya, maka semakin terang
pula bintang tersebut; semakin besar
nilai magnitudonya, semakin redup.
Bintang-bintang paling terang pada
kedua skala tersebut memiliki nilai
magnitudo yang negatif. Perbedaan
terang cahaya (L) antara dua bintang
dihitung dengan mengurangkan nilai
magnitudo bintang yang lebih terang
(mb) dari nilai magnitudo bintang yang
lebih redup (mf), lalu menggunakan
selisihnya sebagai eksponen untuk
bilangan pokok 2,512. Dapat juga ditulis
dengan persamaan berikut:

m=mf mb

[3.11]

15

2.512 m = L

[3.12]

Walau
keduanya bergantung pada
luminositas dan jarak bintang dari bumi,
magnitudo mutlak sebuah bintang (M)
tidaklah
sama
dengan
magnitudo
semunya (m). Sebagai contoh, bintang
Sirius yang terang memiliki nilai
magnitudo semu 1,44, memiliki nilai
magnitudo mutlak +1,41.
Matahari memiliki nilai magnitudo semu
26,7, namun magnitudo mutlaknya
hanyalah +4,83. Sirius, bintang paling
cemerlang di langit malam, kira-kira 23
kali lebih terang dari matahari, sedang
Canopus, bintang paling cemerlang
kedua
di
langit
malam
dengan
magnitudo mutlak 5,53, kira-kira
14.000 kali lebih terang daripada
matahari. Walaupun Canopus jauh lebih
terang daripada Sirius, namun Sirius
tampak
lebih
cemerlang
daripada
Canopus. Hal ini disebabkan jarak Sirius
yang hanya 8,6 tahun cahaya dari bumi,
sementara Canopus jauh lebih jauh
dengan jarak 310 tahun cahaya.
Berdasarkan data tahun 2006, bintang
dengan magnitudo absolut paling tinggi
yang diketahui adalah LBV 1806-20,
dengan nilai magnitudo 14,2. Bintang
ini paling tidak 5.000.000 kali lebih
terang dari matahari. Sedang bintang-

16

bintang dengan luminositas paling


rendah yang diketahui saat ini terdapat
di gugus NGC 6397. Bintang katai merah
paling redup dalam gugus tersebut
memiliki nilai magnitudo 26, sementara
ditemukan juga bintang katai putih
dengan nilai magnitudo 28. Bintangbintang redup ini sangatlah samar
sehingga cahayanya sama dengan
cahaya lilin ulang tahun di bulan jika
dilihat dari bumi.

3.2.4 Modulus Jarak


magnitudo semu(m) dan Magnitudo
mutlak (M) sebuah bintang dihubungkan
dengan jarak (d) dalam parsek oleh
persamaan : m-M=-5 + 5 log d ;
kwantitas m-M dikenal sebagai modulus
jarak. Jika magnitudo absolut bintang
dapat diperoleh dengan baik (misalnya,
dari penampilan spektrum bintang
tersebut) dan magnitudo semunya dapat
diukur, jarak bintang dapat diperoleh
dengan persamaan tersebut di atas 5 log
d = m-M+5log d = m-M+5/5 = 0,2 (mM+5), jadi d= 10* [(*)=0,2(m-M+5)].;
Sebagai contoh, jika m=M maka m-M=0
dan d=10*=10 parsek; dgn *=0,2(0+5).

17

ini sesuai dengan magnitudo absolut


(M=m kalau d= 10 parsek).
3.2.5 Radius Bintang
Garis tengah sudut bintang tidak bisa
ditentukan secara langsung dengan
mengukur sudut bentangnya seperti
halnya Matahari.
a. sudut bentang bintang terlalu
kecil
Untuk menentukan garis tengah
bintang dapat digunakan beberapa
cara diantaranya adalah dengan
1. Interferometry (single stars)
2. Lunar Occultation (single stars)
3. Eclipsing binaries (need distance)
b. Prinsip interferometer Michelson
Interferometer bintang pertama kali
digunakan oleh Michelson pada tahun
1920. Prinsip kerjanya adalah sebagai
berikut :
1. Di depan teleskop dipasang empat
buah cermin A, B, U dan V. Cermin
A dan B berjarak sama ke sumbu
utama teleskop, dan jarak cermin A
dan B dapat diubah-ubah

18

Gambar 3.3 Teleskop


2. Cahaya bintang yang jatuh di
cermin A dipantulkan ke cermin U,
dan dipantulkan lagi ke objektif
teleskop
3. Demikian juga cahaya yang jatuh di
cermin B dipantulkan ke cermin V,
dan dipantulkan lagi ke objektif
teleskop

Gambar 3.4 Pemantulan Cahaya


Pada Teleskop
4. Apabila kita mengamati bintang
tunggal
yang
berupa
sumber
cahaya
titik,
bayangan
yang

19

diperoleh berupa garis-garis gelap


terang.
5. Garis ini terjadi karena gelom-bang
cahaya yang datang dari A dan B
saling berinterferensi.

Gambar 3.5 Garis Interferensi


Cahaya Dan Bintang
6. Apabila jarak D diperbesar, maka
pada suatu saat pola interferensi
yang berasal dari setiap bagian
permukaan bintang akan saling
meniadakan, sehingga pola gelap
terang akan lenyap.

20

Gambar 3.6 Pola Interferensi Yang


Berasal Dari Setiap Bagian
Permukaan Bintang Akan Saling
Meniadakan
7. Dari jarak D yang diperlukan untuk
melenyapkan pola gelap terang itu
kita
dapat
menentukan
garis
tengah sudut bintang yaitu,

Gambar 3.7 Pola Gelap Terang Itu


Kita Dapat Menentukan Garis
Tengah Sudut Bintang
Jika = garis tengah bintang, maka
dari perhitungan diperoleh bahwa

2D

[3.13]

=0,41

[3.14]

Sehingga

21

0,41 =

2D

[3.15]

=1,22

2D

[3.16]

Atau

Interferometer Michelson seperti ini


digunakan di Observatorium Mount
Wilson yang bergaris tengah 2,54 m.
Jarak maksimum antara cermin A dan B
adalah 10 m. Dengan cara ini dapat
diukur garis tengah sudut bintang
sampai 0,01. Selain interferometer
Michelson, dikenal juga interferometer
lainnya.

Bintang

Antares
Aldebara
n
Betelgeu
s
Arcturus

Diameter
Linier
(dalam 2

Diamet
er
Sudut

Jarak
(PC)

0,040
0,020

150
21

640
45

0,034
0,042
0,020

150

500
750
23

11

R )

22

Tabel 3.2 Diameter Sudut Beberapa


Bintang Yang Diukur Dengan
Interferometer
3.2.6 Massa Bintang
Salah satu bintang paling masif yang
diketahui adalah Eta Carinae. Dengan
massa hingga 100150 kali massa
matahari, bintang ini pun memiliki
jangka hidup yang hanya beberapa juta
tahun. Penelitian terhadap gugus Arches
menunjukkan bahwa batas tertinggi
massa bintang dalam era sekarang alam
semesta
adalah
150 kali
massa
matahari. Alasan untuk batas ini belum
diketahui secara pasti, tapi sebagiannya
disebabkan oleh luminositas Eddington,
yaitu jumlah maksimal luminositas yang
dapat melewati atmosfer bintang tanpa
harus melontarkan gas ke ruang
angkasa.
Namun,
sebuah
bintang
bernama R136a1 dalam gugus bintang
RMC136a,
diukur
memiliki
massa
265 kali massa matahari, membuat
batas tersebut dipertanyakan. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa bintangbintang dalam gugus bintang R136 yang
bermassa lebih besar dari 150 kali
massa
matahari
terbentuk
akibat
tabrakan dan penggabungan bintangbintang masif dari beberapa sistem biner
yang berdekatan; sehingga bintangbintang tersebut mampu melewati batas
150 kali massa matahari.

23

Gambar 3.8 Nebula NCG


Nebula NGC 1999 disinari dengan terang
oleh V380 Orionis (tengah), sebuah
bintang variabel dengan massa sekitar
3,5 kali massa matahari. Bagian langit
yang hitam adalah lubang besar ruang
kosong dan bukannya nebula gelap
seperti yang dikira sebelumnya.
Bintang-bintang pertama yang terbentuk
setelah Dentuman besar kemungkinan
berukuran lebih besar dari yang ada
sekarang, mencapai hingga 300 kali
massa matahari, bahkan lebih, akibat
tiadanya unsur yang lebih berat dari
litium dalam kandungannya. Namun,
generasi bintang-bintang populasi III
yang masif ini sudah lama punah dan
hanya ada secara teoritis.
Dengan massa hanya 93 kali massa
Jupiter, AB Doradus C, bintang teman AB
24

Doradus A, merupakan bintang terkecil


yang diketahui masih melakukan fusi
nuklir dalam intinya. Untuk bintang
dengan metalisitas yang mirip dengan
matahari, massa minimum teoritis yang
dapat dimiliki bintang, namun masih
tetap dapat melakukan fusi nuklir di
intinya, diperkirakan adalah sekitar
75 kali massa Jupiter. Namun jika
metalisitas sebuah bintang sangat
rendah, massa minimumnya adalah
sekitar 8,3% dari massa matahari atau
sekitar
87 kali
massa
Jupiter,
berdasarkan penelitian terkini atas
bintang-bintang paling redup. Bintang
yang lebih kecil lagi disebut katai
cokelat, yang menempati daerah abuabu yang belum terdefenisi secara jelas
antara bintang dan raksasa gas.
Besar gravitasi permukaan sebuah
bintang ditentukan oleh diameter dan
massanya.
Bintang-bintang
raksasa
memiliki gravitasi permukaan yang jauh
lebih rendah dari bintang-bintang deret
utama, sementara kebalikannya untuk
bintang-bintang kompak seperti katai
putih.
Gravitasi
permukaan
mempengaruhi
tampilan
spektrum
sebuah bintang, dengan gravitasi yang
lebih tinggi menyebabkan pelebaran
garis serapan.

25

Soal
1. Sebutkan ciri-ciri bintang secara garis
besar..
Jawab : Ciri-ciri suatu bintang secara
garis besar ditentukan oleh
massa awalnya: semakin besar
massanya, maka semakin tinggi
pula luminositasnya, dan
semakin cepat pula ia akan
menghabiskan bahan bakar
hidrogen pada inti.
2. Dalam astromi, jelaskan secara
singkat tentang radius Matahari
.
Jawab : Radius Matahari adalah
satuan panjang yang digunakan
untuk menggambarkan ukuran
bintang. Radius Matahari
sekitar 432.450 mil (695.500
kilometer) atau sekitar 110 kali
radius Bumi, atau 10 kali radius
rata-rata Jupiter.
3. Magnitudo mutlak sebuah bintang adalah M
= 5 dan magnitudo semunya adalah m =
10. Jika absorpsi oleh materi antar bintang

26

diabaikan,
berapakah
jarak
tersebut ?
Jawab: m = 10 dan M = 5
dari rumus Pogson :

bintang

mM =5+5 log d
105=5+5 log d

5 log d=10
log d=2
Jadi,d = 100 pc
4. Tiga bintang diamati magnitudo dalam
panjang gelombang visual (V) dan biru (B)
seperti yang diperlihatkan dalam tabel di
bawah.
No
1
2
3

B
8,52
7,45
7,45

V
8,82
7,25
6,35

Tentukan bintang nomor berapakah


yang paling terang ? Jelaskanlah
alasannya
Jawab: Bintang paling terang adalah
bintang
yang
magnitudo
visualnya paling kecil. Dari
tabel tampak bahwa bintang
yang
magnitudo
visualnya
paling kecil adalah bintang no.
3, jadi bintang yang paling
terang adalah bintang no. 3

27

5. Berdasarkan soal no 4, Tentukanlah bintang


mana yang paling panas dan mana yang
paling dingin. Jelaskanlah alasannya.
Jawab: terlebih
dahulu
kita
tentukan indeks warna ketiga
bintang tersebut, karena makin
panas atau makin biru sebuah
bintang maka semakin kecil
indeks warnanya
No
Bintan
g
1

8,25

8,82

2
3

7,45
7,45

7,25
6,35

BV
0,30
0,20
1,10

Dari tabel di atas tampak


bahwa
bintang
yang
mempunyai
indeks
warna
terkecil adalah bintang no. 1.
Jadi bintang terpanas adalah
bintang no. 1.

28

DAFTAR PUSTAKA

Astrolearningcenter.
Magnitudo
Bintang.
(online),
http://astrolearningcenter.blogspot.com/
2012/05/magnitudo-bintang.html
(diakses pada tanggal 12 Maret 2015)
Bibit Supriadi,S.Pd.2004. Fisika Modern dan
Astronomi. Erlangga : Jakarta.
Dunia Astronomi. Luminositas.
http://duniaastronomi.com/

(online),
label/

29

luminositas/ (diakses pada tanggal 11


Maret 2015)
Fisika Astronomi. Mengukur Jarak Bintang.
(online), http://fisika-astronomy.blogspot.
com/2012/11/ mengukur-jarak-bintangmenggunakan.html
(diakses
pada
tanggal 12 Maret 2015)
Hosborntwelve. Matahari, bintang dan alam
semesta.
(online),
http://hosborntwelve.blogspot.com/2010
/
12
/matahari-bintang-dan-alamsemesta .html (diakses pada tanggal 12
Maret 2015)
Imprez.
Fluks
Pancaran
Luminositas.
(online), http://imprez07.blogspot.com /
2011/02/fluks-pancaran-luminositasdan.html (diakses pada tanggal 12 Maret
2015)
Informasiana.
Satuan
kecahayaan
Magnetudo
Semu
dan
Magnetudo
Mutlak. (online), http://informasiana.com
/satuan-kecahayaan-magnitudo-semudan-magnitudo-mutlak/ (diakses pada
tanggal 12 Maret 2015)
Mafiola.
Pengukuran
Massa
Matahari.
(online), http://www.mafiaol.com /2012/
08/
pengukuran-massamataharidengan- hukum .html (diakses pada
tanggal 12 Maret 2015)

30

Rlarasari. Radiasi Matahari dan Bumi.


(online)
https://rlarasati.wordpress.com/2012/05/
12/radiasi-matahari-dan-bumi-bagian-1/
(diakses pada tanggal 11 Maret 2015)
Wikipedia.
Bintang.
(online),
http://id.wikipedia.org/wiki/Bintang
(diakses pada tanggal 11 Maret 2015)
Wikipedia. Luminositas Matahari. (online),
http://id.wikipedia.org/wiki/Luminositas_
matahari (diakses tanggal 11 Maret
2015)
Wikipedia.
Radius
Matahari.
(online)
http://id.wikipedia.org/wiki/Radius_matah
ari (diakses pada tanggal 11 Maret
2015)
Yosuaferianolga.
Modulus
jarak.
(online),http://yosuaferianolga.blogspot.c
om/2011/12/modulus-jarak.html (diakses
pada tanggal 12 Maret 2015)

31

Anda mungkin juga menyukai