Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesehatan Jiwa


1. Pengertian
Kesehatan jiwa adalah kondisi sehat emosional, psikologis, dan social
dilihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku, dan koping yang
efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Jhonson, 1997, dalam
Videbeck, 2012). Sedangkan Menurut World Health Organization (WHO)
kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiawaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya
(Yosep, 2010).
2. Ciri-ciri sehat jiwa
Menurut Nasir (2011) ciri-ciri sehat jiwa adalah sebagai berikut :
a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan (berani
menghadapi kenyataan)
b. Mendapat kepuasan dari usahanya
c. Lebih puas memberi daripada menerima
d. Bebas (relatif) dari cemas
B. Konsep Gangguan Jiwa
1. Definisi
Gangguan jiwa adalah manifestasi perilaku menyimpang akibat
adanya distorsi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah
laku.Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya penurunan semua fungsi
kejiwaan (Nasir, 2011). Selain itu, gangguan jiwa juga didefinisikan sebagai

suatu gangguan dalam pikiran, perilaku, serta perasaan yang termanifestasi


dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU No.18 tahun 2014 pasal 1
ayat 3).
2. Keriteria umum gangguan jiwa
Kriteria Umum Gangguan Jiwa Menurut Videbeck (2008) dalam
Nasir, 2011).dibagi menjadi enam meliputi beberapa hal yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ketidak puasan dengan karakteristik, kemampuan, dan prestasi diri.


Hubungan yang tidak efektif atau tidak memuaskan.
Tidak puas hidup di dunia.
Koping yang tidak efektif terhadap peristiwa.
Tidak terjadi pertumbuhan kepribadian.
Terdapat perilaku yang tidak diharapkan

3. Tanda dan gejala gangguan jiwa


Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala gangguan jiwa.
a) Gangguan Kognitif
Kognitif adalah suatu proses mental seseorang dimana individu tersebut
menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkunganya, baik
lingkungan dalam maupun lingkungan luar (fungsi mengenal).
b) Gangguan Perhatian
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi, menilai dalam suatu
proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsangan.
c) Gangguan Ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesangupan untuk mencatat,
menyimpan, memproduksi isi, dan tanda-tanda kesadaran seseorang.
d) Gangguan asosiasi

Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan, atau
gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran
ingatan respons/konsep lain, yang sebelumnya berkaitan.
e) Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk
membandingkan menilai beberapa penilaian dalam suatu kerangka kerja
dengan memberikan nilai nili untuk memtuskan maksud dan tujuan dari
suatu aktifitas.
f) Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah melakukanhubungan antara berbagai bagian dan
pengetahuan seseorang.
g) Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuaan seseorang untuk mengadakan hubungan
dengan lingkungan, serta dirinya melihat melalui pancaindra dan
mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.
h) Gangguan kemauan
Kemauaan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan,
dipertimbangkan terlebih dahulu yang kemudian diputuskan untuk
dilaksanakan sampai mencapai tujuan.
i) Gangguan Emosi dan Afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh
pada aktivitas tubuh serta menghasilan sensasi organic dan kinetis. Afek
adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, baik
yang menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa
berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologis.
j) Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.
4. Jenis Gangguan Jiwa

Beikut ini adalah beberapa jenis masalah gangguan jiwa yang sering kita
temukan di Masyarakat :
a. Skizofrenia
Kelainan jiwa ini terutama menunjukan penggunaan dalam fungsi
kognitif (pikiran) berupa disorganisasi. Jadi, gangguanya ialah
mengenai pembentukan arus setra isi dalam pikiran. Skizofrenia
ditemukan 7 per 1.000 orang dewasa dan terbanyak usia 15-35
tahun. Pada skizofrenia tidak ditemukan banyak kasus baru karna
skizofrenia lebih disebabkan oleh Faktor internal.
b. Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan
(afektif atau mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
tidak bergairah, perasaan tidak berguna, putus asa dan sebagainya.
Depresi merupakan masalah gangguan jiwa yang banyak ditemukan
pada saat masyarakat mengalami kesulitan ekonomi. Data WHO
menunjukan bahwa 5-10% dari populasi masyarakat menderita
depresi yang memerlukan pengobataan psikiatri dan psikososial.
c. Cemas
Gejala kecemasan baik akut maupun kronis, mrupakan komponen
utama bagi semua gangguan psikiatri. Sebagian dari komponen
kecemasan itu menjelma dalam bentuk gangguan panic, Fobia,
obsesi kompulsi, dan sebagainya. Angka kejadian cemas dikaitkan
dengan kesulitan ekonomi estimasinya berkisar antara 10-15%.
5. Penyebab gangguan jiwa

Menurut Yosep (2010), sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi


oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling
mempengaruhi, antara lain:
a. Faktor-faktor somatik (somatogenik) atau psikoedukatif.
1) Neroanatomi
2) Nerofisiologi
3) Nerokimia
4) Tingkat kematangan dan perkembangan organik.
5) Faktor-faktor pre dan peri-natal.
b. Faktor-faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif.
1) Interaksi ibu - anak: normal (rasa percaya dan rasa aman) atau
abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang
2)
3)
4)
5)
6)

terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan).


Peran ayah.
Persaingan antara saudara kandung.
Inteligensi
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat.
Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu

atau rasa salah.


7) Konsep diri: pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang
tidak menentu.
8) Keterampilan, bakat, dan kreativitas.
9) Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya.
10) Tingkat perkembangan emosi.
c. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural.
1) Kestabilan keluarga.
2) Pola mengasuh anak
3) Tingkat ekonomi.
4) Perubahan: perkotaan lawan pedesaan.
5) Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan
fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak
memadai.
6) Pengaruh rasial dan keagamaan.
7) Nilai-nilai.

C. Konsep Skizofrenia
1. Definisi
Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak dapat
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang
aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit
tersendiri, melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit
yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala (Videbeck, 2008 dalam
Purnamasari, 2013).
Skizofrenia suatu keadaan yang ditandai dengan terbelahnya hubungan
normal antara persepsi, mood, perilaku, pikiran, serta kontak dengan
kenyataan (Katona.,dkk 2012).
2. Faktor Penyebab Skizofrenia
Hingga saat ini belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti
mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal lain tidak. Ternyata
dari penelitian-penelitian sebelumnya tidak ditemukan factor tunggal
penyebab skizofrenia . Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir
antara lain :
1. Faktor genetic
2. Virus
3. Auto antibody
4. Malnutrisi (Yosep.,2010)
Sedangkan menurut Arif., 2006 etiologi skizofrenia yaitu :
1. Factor factor genetik (keturunan)
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi seseorang,
sangat kuat mempenagruhi resiko seseorang mangalami skizofrenia. Studi
pada kelaurga telah menunjukkan bahwa semakain dekat realsi seseorang

dengan pasien skizofrenia, semakin besar resikonya untuk mengalmi


penyakit tersebut.
2. Blochemistry (ketidakseimbangan kimiawi otak)
Beberapa bukti menunjukkan bahwa skizofrenia mungkin berasal dari
ketidakseimbangan kimiawi otak yang di sebut neurotransmitter yaitu
kimiawi yanhg memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama
lain. Beberapa kali menagatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas
neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak
dikarenakan sensitivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk
skixofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin dan
neropinephrine lain seperti serotonin dan neropinephirine tampak juga
memainkan peranan.
3. Neuroanatomy (abnormalitas struktur otak)
Berbagai teknik imaging, seperti MRI dan PET telah membantu para
ilmuan untuk menemukan anbormalitas struktur spesifik pada otak pasien
skizofrenia. Misalnya, pasien skizofrenia yang kronis cenderung memiliki
ventrikel otak yang lebih besar. Mereka juga memiliki voluke jaringan
otak yang lebih sedikit dipada orang normal. Pasien skizofrenia
menunjukkan aktivitas yang sangat renadah npada lobus frontalis otak.
Ada juga kemungkinan abnormalitas dib again-bagian lain otak seperti di
lobus temporalis, basal ganglia, thalamus, hippocampus dan
superiortemporior gyrus.Magnetic resonance imaing (MRI) menunjukkan
perbedaan structural antara otak orang dewasa normal di sebalah kiri

dengan otak pasien skizofrenia di sebalah sebalah kanan. Otak pasien


skizofrenia menunjukkan pembesaran ventrikel, namun tidak semua
pasien skizofrenia menunjukkan abnormalitas ini.
3. Gambaraan Klinis
Gambaran klinis skizofrenia secara khas mencakup hal-hal berikut :
a. Perubhan dalam berpikir
b. Perubahan dalam persepsi
c. Afek tumpul atau tidak sesuai
d. Penurunan tingkat fungsi social
4. Tipe-Tipe Skizofrenia
a. Skizofrenia paranoid
Gambaran klinis didominasi oleh adanya gejala-gejala paranoid,
seperti :
1. Waham kejar (persecution), seperti mempercayai bahwa orang
lain bersekutu melawan dia.
2. Waham rujukan (reference), seperti mempercayai bahwa orang
asing atau televisi , radio atau Koran terutama mengarah kepada
pasien.
3. Waham perubahan tubuh
4. Waham cemburu
5. Suara-suara halusinasi yang bersifat mengancam atau
memerintahkan pasien
6. Halusinasi pendengaran non-verbal, seperti tertawa, bersiul, dan
bergumam
7. Halusinasi bentuk lainnya, seperti penghiduan, pengecapan,
pengelihatan, sensasi somatic seksual atau sensasi somatic
lainnya.
b. Skizofrenia Hebefrenik
Gambaran-gambaran berikut khas untuk bentuk skizofrenia ini :

1. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat


diprediksi; pasien sering memperlihtkan manerisma dan
berkelakar (pranks)
2. Bicara inkoheren dan meluntur
3. Perubahan afektif, termasuk afek tidak kongruen danmood
dangkal, seinng cekikikan (giggling) dan tampak tolol
4. Waham yang tidak beraturan
5. Halusinasi yang mengambang dan terputus-putus
c. Skizofrenia katatonik
Dalam bentuk skizofrenia ini , gejala-gejala katatonik, seperti yang
telah dijelaskan, menonjol.
d. Skizofrenia simple
Dalam bentuk ini terdapat awitan mendadak penurunan fungsi.
e. Skizofrenia residual atau kronik
Bentuk skizofrenia ini didahului oleh salah satu jenis skizofrenia
diatas dan ditandai dengan gejala-gejala negative (Puri.,dkk, 2013).
5. Gejala Skizofrenia
Menurut Videbeck (2008) terdapat gejala positif dan gejala negatif pada
pasien skizofrenia antara lain :
a. Gejala Positif ( Gejala Nyata )
Halusinasi
: Persepsi sensori yang salah atau pengalaman
Waham
Ekopraksia

persepsi yang tidak terjadi dalam kenyataan.


:Keyakinan yang salah akan tetapi dipertahankan.
: Tingkah laku berupa peniruan gerakan dan
gestur orang lain yang diamati klien.

Flight of ideas

: sebuah aliran verbalisasi yang terus-menerus


saat individu melompat dari satu topik ke
topik lain dengan tepat.

Asosiasi longgar

: adanya pikiran atau gagasan yang terpecahpecah.

Ambivalensi

: Mempertahankan keyakinan atau perasaan


yang tampak kontradiktif tentang seseorang.

b. Gejala Negatif ( Gejala Samar )


Apatis
: Perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas
Alogia
Afek datar

maupun peristiwa.
: cenderung berbicara sangat sedikit.
: Tidak adanya ekspresi wajah yang menunjukkan

Afek tumpul
Anhedonia

emosi ataupun mood.


: keadaan perasaan emosional atau mood yang terbatas.
: Merasa tidak senang atau tidak gembira dalam
mejalani hidup, aktivitas, serta hubungan.

Katatonia

: Imobilitas karena faktor psikologis, kadang kala


ditandai oleh periode agitasi atau gembira, kadang
klien tampak tidak bergerak seolah-olah dalam
keadaan setengah sadar.

Tidak memiliki kemauan : Tidak adanya keinginan, ambisi, maupun


dorongan untuk bertindak atau melakukan tugas-tugas.

Sedangkan menurut Arif.,2006 beberapa gejala psikotik yang utama pada


pasien Skizofrenia yaitu :
1. Delusi (waham)

Suatu delusi (waham) adalah suatu keyakinan yang salah yang tidak
dapat dijelaskan oleh latar belakang budaya pasien ataupun pendidikan;
pasien tidak dapat diyakinkan oleh orang lain bahwa keyakinan salah,
meskipun banyak bukti yang dapat di ajukan untuk membantah keyakinan
pasien tesebut. Ada berapa jenis delusi, yaitu:
a. Grandeur (waham kebesaran)
Pasien yakin bahwa mereka adalah seseorang yang sangat luar
biasa, misalnya seorang artis terkenal, atau seorang nabi atau
bahkan merasa diri Tuhan
b. Gulit (waham rasa bersalah)
Pasien merasa bahwa merak telah melakukan dosa yang sangat
besar.
c. Ill health (waham penyakit)
Pasien yakin bahwa meraka mengalami penyakit yang sangat
serius
d. Jealousy (waham cemburu)
Pasien yakin bahwa pasangan mereka telah berlaku tidak setia.
e. Passivity (waham pasif)
Pasien yakin bahwa mereka dikendalikan atau dimanipulasi oleh
berbagai kekuatan dari luar, misalnya oleh suatu pacaran sinyal
radio mahluk Mars.
f. Persecution (waham kejar)
Pasien merasa mereka di kejar kejar oleh pihak pihak tertentu yang
ingin mencelakainya
g. Poverty (waham kemiskinan)
Pasien takut mereka mengalmi kebangkrutan, di mana pada
kenyataannya tidak demikian
h. Reference (waham rujukan)

Pasien meresa mereka dibicarakan oleh orang lain secara luas,


misalnya menjadi pembicaraan masyarakat atau disiarkan di
tellevisi.
2. Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah dimana tidak terdapat
stimulus sensorik yang berkaitan dengannya. Halusinasi dapat berwujud
pengindraan kelima indra yang keliru, tetapi yang paling sering adalah
halusinasi dengar (audiotory) dan halusinasi penglihatan (visual). Contoh
halusinasi : pasien merasa mendengar suara suara mengajaknya berbicara
padahal kenyataannya tidak ada orang yang mengajknya bicara; atau
pasien merasa ia melihat sesuatu yang pada kenyataan tidak ada.
3. Disorganized speech (pembicaraan kacau)
Dalam pembicaraan yang kacau, terdapat asosiasi yang terlalu longgar,
asosiasi mental tidak diatur oleh logika, tetapi oleh aturan aturan tertentu
yang hanya dimiliki oleh pasien.
4. Disorganized behavior (tingkah laku kacau)
Berbagai tingkah laku yang tidak terrarah pada tujuan tertentu.
Misalnya: membuka baju di depan umum, berulang kali membuat tanda
salib tanpa makna, dan lain-lain.
5. Sintom-sintom negative
Berkurangnya ekspresi emosi, berkurangnya kelancaran dan isi
pembicaraan, kehilangan minat untuk melakukan berbagai hal (avolation)
Skizofrenia adalah salah satu bentuk gangguan psikologis yang
menunjukkan beberapa gejala psikologis diatas, di tambah dengan kriteria

lain seperti jangka waktu, konsekuensi dari gangguan tersebut dan tidak
boleh tumpang tindih dengan gangguan lain yang mirip. Beikut
merupakan kriteria diagnostic skizofrenia menurut Diagnostic and
Statistical Manual of mental Disorders-IV text Revision (DSM-IV TR)

6. Epidemiologi
Kejadian skizofrenia adalah antara 15 sampai 30 kasus baru per
100.000 populasi per tahun. Prevalensi titik kurang dari 1%. Terdapat risiko
seumur hidupp terjadinya skizofrenia sekitar 1% pada populasi umum.
Usia awitan biasanya antara 15 -45 tahun, dengan usia awitan rerata
lebih dini pada laki-laki daripada perempuan. Rasio jenis kelami sama, yaitu,
skizofrenia terjadi sama seringnya pada laki-laki dan perempuan.
Insidensinskizofrenia lebih tinggi pada mereka yang tidak menikah. Orang
tua pasien dengan skizofrenia mempunyai distribusi kelas social yang lebih
normal tetapi pasien sendiri dapat terjun kegolongan social lebih rendah.
7. Proses terjadinya Skizofrenia
Di dalam otak terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel
menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan
sel yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut
neurotransmitters yang membawa pesen dari ujung sambungan sel yang satu
ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang terserang Skizofrenia,
terdapat kesalahan atau kerusakam pada sistem komunikasi tersebut.

Bagi keluarga dengan penderita schizophrenia di dalamnya, akan


mengerti dengan jelas apa yang dialami penderita schizophrenia dengan
membandingkan otak dengan teleon. Pada orang yang normal, sistem switch
pada otak bekerja dengan normal. Sinyal-sinyal persepsi yang datang
dikirim kembai dengan sempurna tanpa ada gangguan sehingga
menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan tindakan sesuai
kebutuhan saat itu. Pada otak klien schizophrenia, sinyal-sinyal yang
dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan
sel yang dituju.
Skizofrenia terbentuk secara bertahap diman keluarga maupun klien
tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknua dalam kurun
waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi
skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara
perlahan-lahan bisa saja menjadi skizofrenia acute. Periode skizofrenia akut
adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi halusinasi,
penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir.
Kadang kala skizofrenia menyerang secara tiba-tiba. Perubahan
perilaku yang sangat dramatis trjadi dalam beberapa hari atau minggu.
Serangan yang mendadak selalu memicu terjadinya periode akut secara
cepat. Beberapa penderita mengalami gangguan seumur hidup, tapi banyak
juga yang bisa kembali hidup secara normal dalam periode akut tersebut.
Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita depresi yang

hebat, dan tidak dapat berfiungsin sebagaimana layaknya orang normal


dalam lingkungannya. Dalam beberapa kasus, serangan dapat meningkat
menjadi apa yang disebut skizofrenia kronis. Klien menjadi buas,
kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehidupan social, tidak
memiliki motivasi , depresi, dan tidak memiliki kepekaan tentang
perasaanya sendiri.

D. Pengetahuan (Knowledge)
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2012).
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
tang berbeda-beda , Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan,
yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu memiliki arti sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah
tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang
air besar,penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aides
Agepti, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu objek tersebut, tidak sekedar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang
memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya
sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi
harus dapat menjelaskan mengapa harus dapat menjelaskan mengapa
harus menutup , menguras, dan sebagainya, tempat-tempat penampungan
air tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi, diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahuai tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah
paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan
program kesehatan ditempat ia bekerja atau di mana saja, orang yang telah
paham metodologi penelitian, ia akan dengan mudah membuat proposal
penelitian dimana saja, dan seterusnya.
d. Analisis (analysis)
analisis diartikan suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas


objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. Misalnya dapat membuat atau
meringkas dengan kata atau kalimat dengan kata atau kalimat sendiri
tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat
kesimpulan tentang artikel yang sudah dibaca.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya seorang ibu dapat
menilai atau menetukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak,
seseorang ibu dapat menilai mafnfaat ikut keluarga berencana bagi
keluarga, dan sebgainya (Notoadmojo, 2014).
3. Cara memperoleh tahu
Ada beberapa cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmojo, 2010
yaitu sebagai berikut:
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba-salah
Cara ini digunakan untuk kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan lain sampai masalah tersebut berhasil dipecahkan.


Disebut metode Trial (coba) dan error (gagal atau salah).
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Kebiasaan sering kali dilakukan tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini
biasanya diwariskan ke generasi penerus berikutnya tanpa terlebih
dahulu di uji atau di buktikan kebenarannya. Hal ini disebabkan
karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap
bahwa yang dikemukakan tersebut benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman
itu merupakan cara memperoleh pengetahuan.
b. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan
Cara baru untuk memperoleh pengetahuan saat ini lebih sistematis,
logis dan secara ilmiah yaitu dengan metode ilmiah (Notoatmojo, 2012).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan,
pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga,
pekerjaan bukan sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang


dan banyak tantangan.
3) Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal meliputi: faktor lingkungan dan kebudayaan
(Notoatmojo, 2012).
5. Kriteria penilaian pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) dalam (Budiman dan Riyanto, 2014)
memuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang
didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya 75%
b. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74%
c. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%
Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan
menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai
berikut:
a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%
b. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya 50%
Namun, jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka
persentasenya akan berbeda yaitu:
a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 75%
b. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya 75%
E. Sikap (Attitude)
1. Definisi

Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen


sosiopsikologis,karena merupakan kecenderungan bertindak, dan
berpersepsi. Sikap merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting)
sebelum memberikan Respons yang konkret (Allport, 1924).
2. Komponen pokok sikap
Menurut Allport (1954) sikap mempunyai 3 komponen pokok yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, artinya
bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap suatu
objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya factor emosi ) orang
tersebut terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau prilaku terbuka.
(Notoatmodjo, 2014).

3. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
a. Menerima (reciving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek atau menerima stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa
hamil (ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu
untuk mendearkan penyuluhan tentang ante natal care di lingkunganya.

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini artinya memberikan jawaban atau tanggapan


terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu
yang mengikuti penyuluhan ante natal tersebut ditanya atau diminta
menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau
menanggapinya.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, memiliki arti membahasnya dengan
orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan
orang lain merespons.
d. Bertanggung Jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatanya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap
tertentu berdasarkan keyakinanya, dia harus berani mengambil risiko
bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain
(Notoadmodjo, 2014).
4. Pengukuran Sikap
Hasil pengukuran berupa kategori sikap, yaitu mendukung (positif),
menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan
berperilaku pada seseorang. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan
untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan tersebut didukung atau
ditolak melalui rentang nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang
diajukan kedalam dua kategori, yaitu pernyataan positif dan pernyataan

negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert,
pernyataan-pernyataan yang diajukan , baik pernyataan positif maupun
pernyataan negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak
punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju. Sekala Likert merupakan
skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu. Ada dua bentuk
sekala Likert yaitu pernyataan positif yang diberi skor: 5, 4, 3, 2, dan 1,
sementara pernyataan negative deberi skor: 1, 2, 3, 4, dan 5 (Budiman dan
Riyanto, 2014).
Memuat kategori pengukuran sikap seseorang yang didasarkan pada nilai
persentase yaitu sebagai berikut: (Hidayat, 2011)
a. 0-25% : Sangat tidak setuju (sangat tidak baik)
b. 26-50% : Tidak setuju (tidak baik)
c. 51-75% : Setuju (baik)
d. 76-100% : Sangat setuju (sangat baik).
F. Konsep Keluarga
1. Definisi
Menurut Friedman (1998), keluarga merupakan suatu system
social.Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari
imdividu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling
tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai
tujuan tertentu.
2. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaiman keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di
Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam , diantaranya adalah :

a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusan melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagii pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.

3. Fungsi keluarga
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yakni :
a. Fungsi afektif (The Affective Function)
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga.Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui
keluarga yang bahagia. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
untuk fungsi afektif antara lain:
1) Memelihara saling asuh (mutual nurturance).
2) Keseimbangan saling menghargai.
3) Pertalian dan identifikasi.
b. Fungsi sosialisasi (The Socialization Function).
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami
individu yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam
lingkunngan social (Gegas, 1979 dan Friedman, 1998).
c. Fungsi reproduksi (The Reproductive Funtion).

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan


menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol, disisi lain banyak kelahiran
yang tidak diharpkan atau di luar ikatan perkawinan, sehingga lahirlah
keluarga baru dengan satu orang tua (single parent).
d. Fungsi ekonomi (The Economic Function).
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti: makanan, pakaian, dan
perumahan, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini
sulit dipenuhi oleh keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan.
Perawat bertangggung jawab untuk mencari sumber-sumber di
masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga dalam meningkatkan
status kesehatan.
e. Fungsi perawatan keluarga/pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function).
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selaim
keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga
berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk
mecegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.
4. Tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut
(Padila, 2012) :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukanya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaa ketertiban amggota keluarga.


g. Membangkitkan dorangan dan semangat para anggotanya.
5. Peran perawat keluarga
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi
dan tugas kesehatan. Peran perawat dalam melakukan kesehatan keluarga
antara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan (educator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelaurga agar melakukuan program asuhan kesehatan
keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu didukung oleh
kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses
belajar mengajar.

b. koordinator (Coordinator)
menurut AHA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik
keperawatan yang umum, menyeluruh, dan berlanjut. Keperawatan
berkelanjutan dapat dilaksanakan jika direncanakan dan dikoordinasikan
dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang
bekerja dengan keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan
perawatan lanjutan dirumah, maka diperlukan koordinasi lanjutan asuhan
keperawatan di rumah.
c. Pelaksanaan perawatan dan pengawas perawatan langsung

Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota


keluarganya yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga,
baik di rumah, klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan langsung atau mengawasi keluarga memberikan
perawatan pada anggota yang dirawat di rumah sakit, perawat melakukan
perawatan langsung atau domenstrasi asuhan yang di saksikan oleh
keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukannya di rumah,
perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga untuk
melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh
perawat kesehatan masyarakat.
d. Pengawas kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan melakukan home visit yang teratur
untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga.
e. Konsultan atau penasihat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,
perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Dengan demikian
keluarga mau meminta nasihat kepada perawat tentang masalah yang
bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai
narasumber untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
f. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah


sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap
kesehatan keluarga yang optimal.
g. Advokasi
Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di
masyarakat, kadangkala kurang tidak menyadari mereka telah dirugikan.
Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak
keluarga.
h. Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat
kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan
kesehatan karena berbagai kendala yang ada.
i. Penemu kasus
Peran perawat sangat penting dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit.
j. Modifikasi lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.
G. Konsep Pengobatan
1. Pengertian
Obat adalah bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan,diagnosis,pencegahan,penyembuhan,pemulihan,peningkatan
kesehatan,dan kontrasepsi (wijoyo,2011 dalam Ningrum, 2014).
Penggunaan obat,baik obat yang bebas maupun bebas terbatas harus
diketahui sifat dan cara memakainya, agar penggunaanya tepat dan aman.

Informasi tersebut dapat kita peroleh dari etiket atau brosur pada kemasan
obat yang ada di dalam kemasan obat merupakan hal penting untuk menjamin
keberhasilan pengobatan ( Wijoyo,2011).
Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Nama Obat : Menunjukan nama zat aktif yang berkhasiat untuk
mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit.
b. Komposisi : Menunjukan macam-macam komponen zat aktif yang
terdapat dalam bentuk sediaan obat tersebut.
c. Indikasi : Menunjukan kegunaan obat untuk menyembuhkan suatu
penyakit tertentu.
d. Informasi cara kerja obat : Menunjukan khasiat masing-masing zat aktif
yang ada dalam kompesisi.
e. Aturan pakai : Menunjukan dosis, frekuensi, dan masa pemberian obat.
f. Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas) : Memuat informasi
penting yang harus diperhatikan selama penggunaan obat.
g. Perhatian : Memuat hal-hal penting yang menyebabkan penggunaan
menjadi waspada selama menggunakan obat.
h. Nama produsen : Menunjukan pabrik obat yang memproduksi obat
dengan bentuk sediaan tersebut.
i. Nomor batch/lot : Menunjukan nomor kode produksi obat tersebut.
Nomor batch ini berbda-beda penomorannya antar pabrik obat.
j. Nomor registrasi : Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda izin
edaran abash yang diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan oabt.
k. Tanggal kadaluwarsa : Menunjukan suatu waktu obat sudah tidak boleh
digunakan/dikonsumsi lagi.
2. Perhatian penting dalam obat
a. Kemasan wadah
Kemasan haruslah tersegel dengan baik, tidak rusak,tidak berlubang, dan
tanggal kadaluwarsa jelas terbaca.

b. Penandaan pada wadah


Dalam setiap wadah obat terkandung berbagai informasi. Hal-hal
sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Baca zat berkhasiat dan manfaat obat
Jika membaca zat berkhasiat berikut manfaat obat, akan diperoleh
informasi pentinf tentang kegunaan obat yang akan diminum. Apabila
mengetahui kegunaanya , maka pasien dapat memastikan bahwa obat
tersebut adalah benar untuk penyakit yang dideritanya sehingga
terhindar dari salah minum obat.
2) Baca aturan pakai
Walaupun tampak sepele, aturan pakai obat memegang peranan
penting dalam menyembuhkan pasien dari penyakit yang diderita.
Apabila mengetahui dan mematuhi aturan pakai secara benar, maka
tingkat keberhasilan terapi menjadi lebih tinggi.
3) Baca dan pahami kontraindikasi
Jika mencermati kontraindikasi, maka pasien akan terhindar dari
kemungkinan bahaya toksisitas yang disebabkan oleh obat.
4) Baca dan waspadai terhadap efek samping obat yang mungkin akan
timbul.
Efek samping adalah efek yang tidak dikehendaki yang timbul pada
pemakaian dosis terapi, Jika membaca dan memahami efek samping
obat, pasien akan mengetahui/memperkirakan berbagai kondisi
anomaly yang mungkin terjadi selama pemakaian obat.
5) Baca cara menyimpan
Obat yang sudah dikonsumsi, perlu disimpan dengan baik. Akan
sangat baik bila pasien memiliki tempat khusus untuk menyimpan

obat, misalnya P3K. Apabila tidak terdapat tempat khusus, simpanlah


ditempat yang sejuk dan kering serta terhindar dari cahaya matahari
langsung (Wijoyo,2011).
3. Petunjuk pengggunaan obat oral
a. Minum obat dengan segelas air merupakann cara menggunakan obat yang
paling lazim,
b. Perhatikan petunjuk minum obat, apakah obat diminum
sebelum/sesudah/selama makan. Hal ini penting supaya obat terabsorbsi
dengan sempurna dalam tubuh sehingga memberikan efek yang
optimalbagi keberhasilan terapi. Pengabain aturan ini akan menyebabkan
obat bekerja tidak sempurna sehingga proses kesembuhan menjadi tidak
optimal ( Wijoyo,2011).
4.

Lima benar untuk pemberian medikasi


a. Benar obat : menetapkan keakuratan persamaan. Bila pasan medikasi
medikasi tampak tidak benar atau tidak tepat, konsulpada pemberi resep
sebelum memberikan obat.
b. Benar dosis : pemeriksaan gandapenghitungan obat. Bila tidak yakin
tentang penghitungan obat, mintak orang lain untuk pemeriksaan
penghitungan.
c. Benar pasien : memastikan identitas pasien
d. Benar rute : berikan obat berdasarkan rute yang ditetapkan. Gunakan
medikasi dengan persiapan yang tepat untuk rute yang ditetapkan.
e. Benar waktu : ikuti jadwal pemberian medikasi secara rutin. Semua obat
diberikan dengan tepat (Perry, 2005 dalam Ningrum, 2014).
5. Pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga tentang pengobatan

Setiap pasien mendapay terapi obat dari dokter maka pada saat
pemakaian obat perlu dijelaskan informasi tentang obat. Hal ini diperlukan
untuk mengurangi ketidak patuhan obat yang merupakan salah satu
penyebab kekambuhan pasien (keliat, 2011)
Isi pendidikan kesehatan meliputi :
a. Jenis atau macam obat
Pasien dan keluarga dijelaskan tentang jenis obat yang dipakai ya
itu nama obat disertai guna dan manfaatnya. Termasuk jelaskan
warna obat yang bisa di temukan.
b. Dosis
Jelaskan dosis obat, dapat dikaitkan dengan warna dan besar
kecilnya obat disertai ukuran 1 mg, 10 mg, dan seterusnya.
c. Waktu pemakaian obat
Pemakaian obat sering disebut 1 kali per sehari, 2 kali per sehari,
atau 3 kali per sehari. Sering pula ditambahakan dengan minum
obat setelah makan. Pemahaman pasien dan kelaurga dapat
berbeda-beda, oleh karena itu, informasi perawat harus jelas.
Misal, makan obat 3 kali per hari setelah makan pada pukul 7 pagi,
1 siang, dan 7 malam.
d. Akibat berhenti obat
Perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarga tentang akibat
penghentian obat tanpa konsultasi, yaiu terjadi kekambuhan karena
pada tubuh pasien tidak cukup zat yang dapat mengontrol perilaku,
pikiran, atau perasaan. Dosis obat atau memberhentikan obat
hanya boleh dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter, jika
dosis di kurangi atau di berhentikan sendiri, maka kemungkinan
kambuh akan tinggi
e. Nama pasien
Perlu pula dijelaskan pada pasien dan keluarga pasien agar meraka
mengecek nama pasien pada botol obat atau kantong obat sesuai
dengan nama pasien.

H. Kepatuhan Pasien
Kepatuahn (Compliance), juga dikenal sebagai ketaatan (adherence)
adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang
mengobatinya. Contoh dari kepatuhan adalah mematuhi perjanjian, mematuhi
dan menyelesaikannya program pengobatan, menggunakan medikasi secara
tepat dan pasien juga mengikuti anjuran perubahan prilaku atau diet. Perilaku
kepatuahan tergantung pada situasi klinis tertentu, sifat penyakit dan program
pengobatan (Kaplan & Sadock, 2010).
Kepatuhan dalam pengobatan (medication compliance) adalah
mengkonsumsi obat-obatan yang resepkan dokter pada waktu dan dosis yang
tepat dan pengobatan hanya akan efektif apabila anda mematuhi peraturan
dalam penggunaan obat (Maharani, 2007).
Menurut Siregar (2006), yang dimaksud dengan kepatuhan dalam
pengobatan adlah mengkonsumsi obat-obatan yang di resepkan pada waktu
dan dosis yang tepat. Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai tingkat ketepatan
perilaku seorang individu dengan nasihat medis atau kesehatan , pasien yang
berpengetahuan tentang obatnya menunjukaan ketaatan yang meningkat
terhadap regimen obat yang ditulis sehingga menghasilkan hasil terapi yang
meningkat.
1. Jenis ketidakpatuhan
Pengobatan akan efektif apabila memenuhi aturan dalam pengobatan,
Menurut Siregar (2006) adapun beberapa jenis ketidakpatuhan yang
terjadi adalah disebabkan oleh sebagai berikut :

a. Ketidakpatuhan pada terapi obat, mencakup kegagalan menebus resep,


mealalaikan dosis, kesalahan dosis, kesalahan dalam waktu
pemberian / konsumsi obat, dan penghentian obat sebelum waktunya.
b. Tidak menebus resepnya, yaitu karena pasien/keluarga pasien tidak
merasa memerlukan obat atau tidak menghendaki mengambilnya. Ada
juga pasien tidak menebus resepnya karena tidak mampu membelinya.
c. Kesalahan pada waktu konsumsi obat, yaitu dapat mencakup situasi
yang obatnya dikonsumsi tidaka tepat dikaitkan dengan waktu makan
contohnya : 1jam sebelum makan dan 2 jam sesudah makan.
d. Penghentian pemberian obat sebelum waktunya, pasien harus
diberitahu pentingnya penggunaan antibiotic yang dikonsumsi samapai
habis selama terapi.
e. Pemberian obat kurang dari dosis yang tertulis dan penghentian obat
sebellum waktunya, Faktor lain yaitu ketidakpatuan mencakup
pengetiketan yang tidak benar dan penggunaan sendok the yang
mempunyai berbagai volume yang berbeda.
f. Pasien rawat jalan yang tidak patuh karena tidak mengerti instruksi
penggunaan dengan benar dan ada yang salah menginterpretasikan,
selain itu kemungkinan ketidakpatuhan pasien rawat jalan karena
kurangnya pengawasan terapi.
2. Akibat Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat yang
kurang. Dengan cara demikian, pasien kehilangan manfaat terapi yang
diantisipasi dan kemungkinan mengakibatkan kondisi yang diobati secra
bertahap menjadi buruk.

Ketidakpatuhan juga dapat berakibat dalam penggunaan suatu obta


berlebih. Apabila dosis berlebih digunakan atau apabila obat doberikan
lebih sering dari pada yang dianjurkan, akan ad resiko reaksi merugikan
yang meningkat . Masalah yang berkaitan dengan salah penggunaan dan
penyaklahgunaan obat, baik tidak disengja maupun disengaja telah benarbenar diketahuai .

Anda mungkin juga menyukai