Aplikasi Radiolaria
Aplikasi Radiolaria
Abstrak
Mikrofosil merupakan fosil yang berukuran mikroskopis dimana untuk mengamatinya
membutuhkan alat bantu, yaitu mikroskop. Mikrofosil terbagi menjadi 4 jenis berdasarkan
komposisi dingding cangkang, yaitu Calcareous, Siliceous, Phospatic dan organic. Jenis
calcareous contohnya foraminifera, calcareous alga. Jenis Phospatic terdiri dari jenis
conodonta. Jenis siliceous misalnya diatom dan radiolaria. Jenis organik terbagi menjadi 2
yaitu pollen dan spora. Beberapa mikrofosil yang sangat penting bagi manusia khususnya
dalam kajian ilmu geologi, yaitu Diatom, Radiolaria, dan Calcareoaus alga. Diatom
meruapakan mikroalga uniseluler berwarna coklat keemasan yang distribusinya sangat
universaldi semua tipe perairan Diatom termasuk dalam kelompok mikroalga utama
umumnya berukuran 10 100 m yang mengandung banyak fitoplankton baik di ekosistem
perairan tawar maupun laut. Diatom merupakan mikrofosil yang sangat baik dalam
merekonstruksi lingkungan masa lampau (paleoenvironment). Karena mikrofosilnya lebih
resisten dan dapat hidup di semua jenis perairan khususnya perairan di daratan. Radiolaria
merupakan zooplankton filum Radiozoa (Cavalier-Smith, 1987) berdiameter antara 50 200
m. Radiolaria banyak digunakan dalam indicator paleogeografi dan aktivitas tektonik pada
cekungan samudera. Hal ini disebabkan fosilnya ditemukan pada laut dalam, teteapi
radiolaria tidak hidup di laut dalam. Calcareous alga atau alga karbonatan/alga gampingan
merupakan alga yang banyak ditemukan dalam terumbu karang sebagai kesatuan penjaga
kelestarian ekosistem. Calcareous Alga banyak digunakan sebagai bioindikator batugamping
sebagai resevoir minyak bumi dengan porositas dan permeabilitas yang sangat baik, untuk
menentukan umur relatif endapan laut, paleotermometer, dan digunakan dalam
kronostratigrafi.
Kata kunci: bioindikator, calcareous alga , diatom, paleoenvironment , radiolaria, umur relatif
I.
Pendahuluan
Radiolaria merupakan zooplankton
filum Radiozoa (Cavalier-Smith, 1987)
yang hidup di laut. Radiolaria (sel
tunggal/individu) berdiameter antara 50
200 m. Radiolaria hidup di laut pada
kedalaman sampai 400 meter di bawah
pembangun
terumbu
(Carbonate
Environment) yang paling penting. Jika
alga mati, dia akan meninggalkan fosil
skeleton yang sebenarnya bukanlah
skeleton se-sungguhnya, tetapi endapan
kalsium karbonat yang terbentuk seperti
skeleton. Skeleton-skeleton inilah yang
nantinya akan membentuk sedimen pada
tropikal lagoon dan reef.
Mikrofosil calcareous alga adalah
mikrofosil alga yang kompisisi dinding
cangkangnya dari karbonat (CaCO3).
Calcareous alga atau bisa disebut alga
karbonatan/alga
gampingan
banyak
ditemukan di daerah terumbu karang.
Karena, daerah terumbu karang berada di
kedalaman kurang dari 4000 meter. Itu
disebabkan karena pada kedalaman lebih
dari 4000 meter karbonat akan larut. Batas
ini disebut CCD atau Carbonate
Compression Depth, sehingga calcareous
alga hanya akan ditemukan di atas batas
CCD.
I.
Metode
Dalam hal ini, kami mengguanakan
metode overview dan studi literatur. Data
yang digunakan adalah data yang sudah
ada di literatur mikropaleontolgi dan
beberapa karya ilmiah yang berhubungan.
Kemudian, mereview data tersebut.
Kesimpulan
Mikrofosil merupakan fosil yang
memiliki ukuran kurang dari 50 m.
diantaranya diatom, radiolarian dan alga
karbonatan.
Ketiga
mikrofosil
ini
merupakan fosil yang habitatnya di
perairan baik di daratan maupun lautan.
Mikrofosil relative digunakan dalam
penelitian
karena
kelimpahannya,
keresistenannya,
dan
menyimpan
informasi yang lengkap dari masa ke masa.