Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA

NERVEUS PULPOSUS

A.

DEFINISI
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) adalah ruptur pada dikus vebrata
yang diakibatakan oleh menonjolnya materi nukleus pulposus yang
menekan anulus fibrosus yang menyebabkan kompresi pada syaraf
terutama banyak terjadi di daerah lumbal dan servikal sehingga
menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri punggung) yang
didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan.

2. ETIOLOGI
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai
berikut :
1) Riwayat trauma
2) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama.
3) Sering membungkuk.
4) Posisi tubuh saat berjalan.
5) Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
6) Struktur tulang belakang.
7) Kelemahan otot-oto perut, tulang belakang.
C. PATIFISOLOGI
Trauma, posisi tubuh yang tidak benar, sering membungkuk proses
degeneratif, struktur tulang belakang, kelemahan otot
Ruptur / kerusakan tulang belakang
Kelemahan elastisitas dikus vertebralis
Robeknya diskus vertebralis, anulus fibrosus
Menonjolnya nukleus pulposus ke diskus intervertebralis
Terjepitnya serabut syaraf spinal

Kerusakan sendi faset dan mengganggu suplai darah kejaringan


Nyeri punggung menyebar ke ekstremitas bawah, spasme otot, deformitas,
penurunan fungsi sensori, motorik, penurunan kemampuan beraktivitas.
Keterangan:
Hernia Nukleus Pulposus atau ruptur diskus intervetebralis (HNP)
Dapat terjadi oleh karena adanya trauma seperti kecelakaan, mengangkat
beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu yang lama, posisi tubuh
yang tidak benar saat berjalan maupun beraktivitas, sering membungkuk,
proses degeneratif, kelemahan otot perut, punggung, serta struktur tulang
belakang. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan ruptur/kerusakan tulang
belakang dan kelemahan elastisitas diskusvertebralis dan anulus fibrosus
sehingga dapat menyebabkan keluarnya nukleus pulposus yang ada di
dalam anulus fibrosus ke diskus vertebralis. Kondisi ini dapat
menimbulkan kerusakan sendi faset dan gangguan suplai darah kejaringan
akibat dari terjepitnya serabut syaraf spinal. Bila terjadinya keadaan yang
demikian berlangsung akan muncul adanyakeluhan nyeri punggung yang
menyebar ke ekstremitas bawah bokong, bahu atau lengan. Nyeri seperti
tertusuk-tusuk akan semakin bertambah apabila terjadi penekanan disaat
batuk, mengedan, bersin, membungkuk, mengangkat beban berat, berdiri
secar tiba-tiba dari posis duduk. Terjadi penurunan sensorik dan motorik,
kesemutan, kekakuan dan kelemahan ekstremitas serta ketidakmampuan
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan. Akibat lanjut dari proses
penyakit ini adalah kelemahan, atropi oto, trauma pada serabut saraf dan
jaringan lain, kehilangan kontrol sphinter, paralis/ketidakmampuan
pergerakan, pendarahan. Tindakan yang dapat dilakukanuntuk mengoreksi
penyakit HNP yaitu dengan therapi konservatif dan pembedahan.
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat tulang, kartilago dan materi
penyebab herniasi tetapi tindakan ini juga dapat menyebabkan infeksi dan
inflamasi di tingkat pembedahan diskus spinal.
D. TANDA DAN GEJALA
1) Nyeri punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah.
2) Spasme otot.
3) Peningkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk,
mengangkat beban berat, berdiri secara tiba-tiba.
4) Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada ekstermitas.
5) Deformitas.
6) Penurunan fungsi sensori, motorik.
7) Konstipasi, kesulitan saat defekasi dan berkemih.
Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan.

E. KOMPLIKASI
1) Kelemahan dan atropi otot
2) Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
3) Kehilangan kontrol otot sphinter
4) Paralis / ketidakmampuan pergerakan
5) Perdarahan
6) Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Metodekonservatif.
1)
Peride tirah baring dengan pembatasan aktivitas
2)
Pemberian analgenik bila timbul rasa nyeri
3)
Pemberian obat relaxan (Diazepam / Valium)
4)
Posisi yang nyaman saat tidur yaitu terkentang / kepala
tempat tidur dan kaki elevasi.
5)
Message / Pemijatan area lumbal
6)
Korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang
berlebihan
7)
Traksi pelvis bertujuan untuk efek tirah baring total (Kurang
lebih 2 minggu)
8)
Penggunaan papan / matras yang keras saat tidur
9)
Latihan fisik yang memperkuat otot-otot abdominal
10)
Kompres area nyeri
11)
Hindari membungkuk, mengedan dan mengangkat beban
berat yang dapat memperberat nyeri
12)
Membiasakan postur yang tegak saat berjalan dan duduk.
b. Pembedahan.
1)
Disektomi.
Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertebralis
2)
Laminotomi
Pembagian lamina vertebrata
3)
Laminektomi
Mengangkat lamina / lempeng untuk mengurangi penekanan pada
saraf yang sering dikombinasikan dengan pengangkatan nukleus
pulposus (Nucletomi)
4)
Faraminotomi.
Pembedahan diskus dan permukaan sendi untuk mengangkat
tulang yang menekan syaraf.
5)
Mikrodisektomi
Penggunaan mikroskop saat operasi untuk melihat potongan yang
mengganggu dan menekan serabut syaraf
6)
Disektomi dengan peleburan.

Graf tulang (Dari krista illaka atau bank tulang) yang digunakan
untuk menyatukan dengan prosessus spinokus vertebrata. Tujuan
peleburan spinal adalah untuk menstabilkan tulang belakang dan
mengurangi kekambuhan.
7)
Spinal fusion
Penempatan keping tulang diantara vertebrata agar dapat kembali
normal.
8)
Kemonucleolitis
Penyuntikan enzim kimopapain (eksak tumbuhan pepaya) kedalam
nukleus pulposus. Enzim ini menghidrolisis nukleus pulposus
sehingga ukuran herniasi berkurang. Efek sampingnya berupa
reaksi analfilakis, paraplegia, perdarahan otak dan melitis
transversa. Prosedur ini jarang dilakukan secara rutin.
G.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


I.
PENGKAJIAN
1.
Pengkajian
a.
Identigikasi klien
1) Pola aktivitas/istirahat : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat
beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan
papan / matras yang keras saat tidur, penurunan rentang gerak dari
ekstermitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan
aktivitas yang biasanya dilakukan.
2) Eliminasi : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam difekasi adanya
inkontinesia / retensi urine.
3) Integritas Ego : Ketakutan akan timbulnya paralisis, aneetas masalah
pekerjaan, finansial keluarga.
4) Nyeri / kenyamanan : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan
semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan
badan, mengangkat kkaki atau fleksi pada lehar, nyeri yang tidak
hentinya atau adnya episode nyeri yang lebih berat secara
intermiten, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atu bahu /
lengan, kaku pada leher (servikal), terdengar adanaya suara krek
saat nyeri baru timbul / saat trauma atau merasa punggung patah,
keterbatasan untuk mobilisasi / membungkuk ke depan.
5) Keamanan : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja
terjadi.
6) Neurologi : Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada tangan dan kaki.
b.
Pemeriksaan fisik
1) Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkana
2) Gangguan / perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincangpincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh terkena.
3) Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang terdekat.
4) Penurunan refleks tendon dalam.

5) Kelemahan otot hipotonia.


6) Nyeri tekan / spasme otot paravertebralis.
7) Penurunan persepsi nyeri (sensiri).
c.
Pemeriksaan penunjang
1) Foto rontgen spinal : Memperlihatkan adanya degeneratig pada
tulang belakang / ruang interverbralis atau mengetahui patologi lain
(tumor, ostaomilitis).
2) Elektromiografi
: dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar syaraf
spinal terutama yang terkena.
3) Venogram epidural
4) Fungsi lumbal
: Mengetahui adanya infeksi dan darah.
5) Tanda leseque (tes mengangkat kaki lurus keatas).
Mendukung diagnosa awal dari herniasai diskus intervertevralis ketika
muncul nyeri pada kaki pesterior.
6) Skan CT
: Dapat menunjukkan kanal spinal yang
mengecil, adanya protursi diskus intervertebralis.
7) MRI
: Pemeriksaan noninvasif yang dapat menunjukkan
adanya perubahan tulang dan jaringan lunak serta dapat memperkuat
bukti adanya herniasi secara spesifik.
8) Mielogram : Mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan
dari ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara
spesifik.
II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre operasi
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kompresi syaraf,
spasme otot.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketidakmampuan
spasme otot, therapi restriktif (tirah baring, traksi),kerusakan
neuromuskular.
3) Koping indifidu inefektif, cemas berhubungan dengan krisis situasi,
status kesehatan, status sosioekonomik, peran fungsi gangguan nyeri
berulang, ketidakkuatan relaksasi dan metode koping.
4) Kurang pengetahuan mengenai sumber-sumber informasi.
b. Post operasi
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan /
terhentinya aliran darah (edema area operasi, pembentukan
hematoma), hipovolemia.
2) Resiko tinggi trauma (spinal) berhubungan dengan kelemahan
temporer dari kolumna spinal, kesulitan keseimbangan, perubahan
dalam koordinasi otot.
3) Pola nafas inefekif behubungan dengan obstuksi / edema trakeal,
bronkial, penurunan ekspansi paru paru, nyeri.

4) Gangguan rasa nyaman : nyeri behubungan dengan tindakan


pembedahan, edema, inflamasi.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromoskular,
keterbatasan akibat kondisi, nyeri.
6) Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi berhubungan dengan nyeri dan
bengkak pada area bedah, imobilisasi, penurunan aktivitas fisik,
perubahan stimulasi syaraf, stres emosi, kurang privasi, perubahan /
pembatasan masukan diet.
7) Resiko tinggi gangguan eliminasi urine : retensi berhubungan dengan
nyeri dan bengkak pada area operasi, kebutuhan terhadap tetap
berbaring di tempat tidur.
8) Resti infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
9) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
tindakan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
III.

PERENCANAAN
a. Pre Operasi
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kompresi syaraf,
spasme otot
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan rasa nyaman : nyeri
dapat teratasi.
Kriteria hasil
Melaporkan nyeri hilang / terkontrol. (skala 0-3) dapat melakukan tehnik
relaksasi.
Intervensi
Kaji adanya keluhan nyeri, catatan lokasi, lamanya, faktor pencetus,
intensitas (skala 0-10); pertahankan tirah baring selama fase akut, posisi
semifowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut fleksi, posisi
terlentang atau lateral; Gunakan logroll (papan) selamamelakukan
perubahan posisi; Bantu pemasangan brace / korset; Batasi aktivitas
selama fase akut sesuai dengan kebutuhan; Letakan senua kebutuhan
agar mudah di jangkau pasien; Anjurkan untuk melakukan mekanika
tubuh yang tepat; Berikan analgesik sesuai indikasi.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan,
spame otot, therapi restriktif (tirah baring, traksi) kerusakan
neuromuskular.
Tujuan
Setalah dilakukan tindakan keperawatan, aktivitas klien bertahap.
Kriteria Hasil
Pemahaman tentang situasi / faktor resiko dan aturan therapi,
Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang
sakit.

Intervensi
Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi, Bantu pasien untuk
melakukan latihan rentang gerak aktif-pasif, anjurkan pasien untuk
melatih kaki bagian bawah, catat adanya edema, eritma, dan tanda
homan, Berikan perawatan kulit dengan baik / message dan periksa
keadaan kulit di bawah korset pada priode tertentu, berikan obat
penghilang rasa nyeri kurang lebih 30 menit sebelum / sesudah
ambulasi.
3) Cemas / koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasi,
status kesehatan, status sosioekonomik, peran fungsi, gangguan nyeri
berulang, ketidak ada kekuatan relaksasi dan metode koping.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, cemas dan koping individu
efektif.
Kriteria hasil
Tampak rileks dan cemas berkurang, memahami / melakukan tehnik
pemecahan masalah, mengidentifikasi ke tidak efektifan koping,
perubahan gaya hidup yang perlu.
Intervensi
Kaji tingkat ansietas, berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan
masalah yang di hadapi seperti kemungkinan paralisis, fungsi sexual
yang terganggu, perubahan dalam pekerjaan / finansial, perubahan peran
dan tanggung jawab, kaji masalah yang menghambat / merintangi
keinginan untuk sembuh, Cata prilaku orang terdekat / keluarga yang
meningkatkan peran sakit asien, Kolaborasi psikotherapi pelayanan
sosial.
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan
berhubungan dengan kesalahan informasi, kesalahan interprestasi
informasi, tidak menganal sumber-sumber informasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pengetahuan klien mengenai
prognosis, kondisi dan tindakan bertambah.
Kriteria Hasil
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan
melakukan perubahan gaya hidup, berperan serta dalam pengobatan.
Intervensi
Jelaskan mengenai proses penyakit dan pembatasan aktivitas, Berikan
informasi dan anjurkan mengenai perubahan mekanika tubuh,
Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya, Anjurkan untuk
menggunakan papan / matras yangkuat, bantal kecil dileher, tidur miring
lutut difleksikan, hindari posisi telungkup, Berikan informasi mengenai
tanda-tanda yang perlu dilaporkan (nyeri tusuk) kehilangan sensasi /
kemampuan untuk berjalan, Kaji kemungkinan penanganan tindakan
alternatif (kemuknekleolisis, intervensi pembedahan).

b. Post Operasi
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan / terhentinya
aliran darah (adema area operasi, pembentukan hematoma),
hipovolemia.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perubahan perfusi jaringan
dapat teratasi.
Kriteria Hasil
Melakukan pergerakan dengan tepat.
Intervensi
Kaji pergerakan / sensasi dari ekstermitas bawah kaki (lumbal),
pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempuna selama beberapa
jam, ukur tanda vital, catat kehangatan dan pengisian kapiler, pantau
pengeluaran drain jika ada, Palpasi area operasi untuk mengetahui
adema dan inspeksi balutan untuk melihat pengeluaran drainse,berikan
therapi cairan / darah sesuai indikasi, Kolaborasi pemeriksaan lab (Hb,
Ht, dan sel darah merah).
2) Resti trauma (spinal) berhubungan dengan kelemahan temporer dari
kolumma spinal, kesulitan keseimbangan, perubahan dalam kordinasi
otot.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan, resti trauma (spinal) tidak terjadi.
Kriteria Hasil
Mempertahankan kesejajaran yang tepat dari spinal. Mengenai
kebutuhan / mencari bantuan dengan aktivitas.
Intervensi
Berikan papan pada bawah tempat tidur / matras yang keras, Batasi
aktivitas klien, Ubah posisi pasien secara bersamaan dari satu sisi ke sisi
yang lain, dan berlahan, Hindari posisi duduk dalam waktu yang lama,
Hindari ketegangan, perputaran, fleksi atau tekanan pada spinal,
Observasi tekanan darah, catat adanya pusing dan kelemahan, pakaikan
brace / korset, limbal yang sesuai, Rujukke ahli fisiotheraphi.
3) pola nafas inefektif berhubungan dengan obstruksi / edema trakea
bronkhial, penurunan ekspansi paru, nyeri.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan. Pola nafas efektif.
Kriteria Hasil
Pola nafas efektif, bebas dari sianosis dan hipoksia. AGD dalam batas
normal.
Intervensi
Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi / wheezing, Bantu dan
ajarkan tehnik batuk efektif, miring kanan-kiri dan nafas dalam, Berikan
O2 tambahan jika diperlukan, Observasi hasil AGD.

4) Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan tindakan tindakan


pembedahan,edema,inflamasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan rasa nyaman : nyeri
dapat teratasi.
Kriteria Hasil
Nyeri hilang sampai dengan terkontrol, dapat melakukan yehnik
relaksasi, tampak rileks.
Intervensi
Kaji keluhan nyeri, lokasi, lama, intensitas (skala 0-10) dan catat
perubahan intensitas nyeri, Berikan posisi yang nyaman, pertahankan
tirah baring, miring kanan kiri, Batasi aktivitas klien sesuai kebutuhan,
Ukur TTV, Ajarkan tehnik relaksasi, Berikan obat analgesik sesuai
indikasi.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
pembatasan aktivitas akibat kondisi / tirah baring, nyeri.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, aktivitas klien bertahap.
Kriteria Hasil
Melakukan aktivitas secara bertahap mempertahankan kekuatan dan
fungsi tubuh, memahami situasi, aturan tindakan dan tindakan
keamanan.
Intervensi
Anjurkan berperan seta dalam kegiatan sehari-hari dengan keterbatasan
yang dialaminya, Pertahankan priode tirah baring yang berjadwal
(miring kanan/kiri tiap 2 jam), Bantu untuk melakukan latihan rentang
gerak aktif pasifdisesuaikan dengan prosedur pembedahan, Bantu
untuk melakukan aktivitas / ambulasi, Periksa keadaan dan posisi korset,
Berikanobat penghilang nyeri kuranglebih 30 menit sebelum / sesudah
ambulasi.
6) Gangguan eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan nyeri dan
bengkak pada area pembedahan, immobilisasi, penurunan aktivitas fisik
perubahan syimulasi syaraf, stres, emosi, kurang privasi, perubahan /
pembatasan masukan diet.
Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan, gangguan eliminasi fekal konstipasi
dapat teratasi.
Kriteria Hasil
Bising usus normal 5 12 x/menit, Konsistensi fases lunak berbentuk
tanpa mengedan.
Intervensi
Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi pristaltik usus, Gunakan
bedpan bila pasien tidak mampu defekasi turun dari tempat tidur,
Berikan privasi, Anjurkan untuk melakukan pergerakan / ambulasi

sesuai kemampuan, Anjurkan banyak minim, Berikan diet yang dapat


meningkatkan peristaltik usus, berikan suppositoria jika diperlukan.
7) Reti gangguan eliminasi urine : retensi urin berhubungan dengan nyeri
dan bengkak pada area operasi, kebutuhan terhadap tetap berbaring di
tempat tidur.
Tujuan
Setelah dilkukan tindakan keperawatan, resti gangguan eliminasi urine :
retensi urine tidak terjadi.
Kriteria Hasil
Pengosongan kandung kemih secara adekuat.
Intervensi
Observasi dan catat frekuensi berkemih, Lakukan palpasi adanya
distensi kandung kemih, tingkatkan pemberian cairan, Berikan stimulasi
terhadap pengosongan urine (letakan air hangat dan dingin secara
bersamaan di area suprapubis), Lakukan kateterisasi, Pertahankan
kateter sesuai kebutuhan.
8) Resti infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
T ujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, resti infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi
Kaji tanda-tanda infeksi (Kalor, rubor, dolor, tumor dan fungsiolaesa),
Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik, Ukur TTV,
Pantau kondisi luka/balutan, Kolaborasi pemberian therapi antibiotik.
9) Kurang pengetahuan mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan
tindakan berhubungan dengan kerang informasi, tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pengetahuan klien mengenai
kondisi prognosis dan kebutuhan tindakan bertambah.
Kriteria Hasil
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi prognosis dan aturan
terapeutik, berpartisipasi dalam pengobatan, melakukan perubahan gaya
hidup.
Intervensi
Nilai / observasi kembali keadaan penyakit dan atau prognosis,
Diskusikan mengenai kegiatan dan tekankan pentingnya peningkatan
aktivitas sesuai kemampuan, diskusikan pentingnya posisi tubuh yang
baik dan hindari posisi duduk / berdiri terlalu lama, Anjurkan untuk
menghidari aktivitas yang meningkatkan fleksi spinal (Memanjat,
mengendarai mobil, memutar pinggang dengan lutut lurus, mengngkat
lebih dari 5 Kg,menekan olah raga / latihan), Anjurkan untuk melakukan
priode istirahat yang diimbangi dengan latihan, Kaji kebutuhan

penggunaan alat bantu imobilisasi sesuai dengan indikasi, Diskusikan


mengenai beberapa alternatif dan perubahan gaya hidup, rujuk untuk
melakukan konseling, therapi psikologi sesuai kebutuhan.
IV.
a.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

EVALUASI
Melaporkan nyeri hilang / terkontrol dan mendemontrasikan tehnik
relaksasi yang tepat.
Klien mampu melakukan aktivitas bertahap sesuai kemampuan.
Meningkatkan kemampuan dan mempertahankan kekuatan fungsi
tubuh.
Kliendapat mendemonstrasikan tehnik pemecahan / koping yang
efektif dan tampak rileks
Klien dapat melakukan pergerakan ekstremitas.
Klien dapat mempertahankan posisi yang tepat dari spinal.
Tidak terdapat adanya tanda-tanda sianosis dan hipoksia, pola nafas
efektif.
Pola defekasi dan pola berkemih adekuat.
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi (Kalor, rubor, tumor dan
fungsiolasea).
Tingkat pengetahuan klien mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
tindakan bertambah dan berperan serta dalam pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai