Anda di halaman 1dari 195

DIKTAT

METODOLOGI PENELITIAN
MK: PW 09-1321

PENELITIAN KUALITATIF

Tim Penyusun
Rimadewi Supriharjo
Dian Rahmawati
Karina Pradinie

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2013

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN


KATA PENGANTAR
Dalam sebuah penelitian metodologi merupakan salah satu hal pokok dalam
penyusunan karya ilmiah, Pada dasarnya metodologi penelitian merupakan cara berfikir dan
berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian,
yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu pengetahuan secara
ilmiah atau untuk pengujian hipotesis suatu penelitian. Metodologi penelitian adalah
sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin
ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode.
Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah
pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk
menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat
dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan
penelitian.
Salah satu unsure terpenting dalam metodologi penelitian adalah penggunaan metode
ilmiah tertentu yang digunakan sebagai sarana yang bertujuan untuk mengidentifikasi besar
kecilnya objek atau gejala dan mencari pemecahan masalah yang sedang diteliti, sehingga
hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pada
dasarnya fakta-fakta tidak tergeletak disekitar begitu saja tetapi butuh suatu metode untuk
mengetahui dan mengambil masalah tersebut. Setiap orang mempunyai motivasi yang
berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan
tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian
merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu.
Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan
dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.
Peneliti harus menyadari kekuatan diri dan kelemahannya ketika akan melakukan
penelitian, khususnya saat memilih paradigm dan metoda penelitian. Penelitian kualitatif
dan fenomenologi mensyaratkan kemampuan membuat "deskripsi mendalam" (thick
description) dengan baik. Diktat ini disusun untuk dapat memberikan pemahaman dan
pegangan yang benar bagaimana menyusun proposal penelitian dan melakukan proses
penelitian dengan prosedur yang baik dan benar. Fokus pembahasan pada diktat
Metodologi Penelitian ini di konsentrasikan pada penelitian Humaniora/social engginering,
dengan pendekatan kualitatif. Hal tersebut didasarkan bahwa konsep-konsep perencanaan
(planning) saat ini sudah mengalami pergeseran paradigma, dari positifistik menuju
fenomenologi-naturalistik sehingga teknik-teknik yang digunakan lebih banyak pada teknik
yang berdekatan dengan fakta-fakta dan data-data dalam bentukkualitatif.
Demikian, semoga diktat ini bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen yang
memerlukan dalam proses penyusunan proposal dan proses pengerjaan penelitian.

Tim Penyusun
i

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................
TINJAUAN MATA KULIAH............................................................................................

i
ii
iv
v
vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Pemahaman Metodologi Penelitian dan Metode Penelitian................................
1.2.Fungsi Metodologi Penelitian dalam penyusunan proposal penelitian................

I-2
I-13

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR METODOLOGI PENELITIAN


2.1. Pemahaman Filsafat Ilmu Dalam Metode Penelitian..........................................
2.2. Paradigma Ilmu Pengetahuan.............................................................................
2.3. Jenis dan Macam Metode Penelitian...................................................................

II-2
II-12
II-21

BAB III. PENELITIAN KUALITATIF


3.1. Dasar Pemilihan Metode Kualitatif......................................................................
3.2. Kelebihan Metode Analisa Kualitatif....................................................................
3.3. Tipologi Metode dan Teknik Analisa Kualitatif.....................................................
3.4. Teknik Sampling Metode Kualitatif.....................................................................
3.5. Sumber Data Penelitian Kualitatif.......................................................................
3.6. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif...................................................
3.7. Validitas dan Realibilitas Dalam Metode Kualitatif.............................................

III-2
III-2
III-7
III-18
III-21
III-24
III-43

BAB IV. METODE DAN TEKNIK ANALISA KUALITATIF


4.1. Content Analysis....................................................................................................
4.2. Conversational Analysis.........................................................................................
4.3. Descriptive Analysis...............................................................................................
4.4. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Fenomenologi ...............................
4.5. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Studi Kasus.....................................
4.6. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Ethnografi......................................
4.7. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Multiple Case Narrative................
4.8. Cognitive/Perceptual Mapping.............................................................................
4.9. Teknik Analisa Delphi............................................................................................
4.10. Teknik Analisa RAFHAM......................................................................................

IV-2
IV- 11
IV-12
IV-13
IV-14
IV-16
IV-17
IV-21
IV-21
IV-26
ii

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

BAB V. PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN


5.1. Peran dan Fungsi Proposal Penelitian..............................................................
5.2. Jenis-jenis Proposal..........................................................................................
5.3
Teknik Penyusunan Proposal Penelitian..........................................................
5.4. Elaborasi Struktur Penulisan Proposal.............................................................

V-2
V-2
V-3
V-11

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


6.1. Kesimpulan......................................................................................................
6.2. Rekomendasi...................................................................................................

VI-2
VI-3

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR TABEL
Tabel : 1.1. Tipe Utama Metode Penelitian ...............................................................
Tabel : 1.2. Tipe Kuantitatif dan Kualitatif 1................................................................
Tabel : 1.3. Tipe Kuantitatif dan Kualitatif 2................................................................
Tabel : 2.1. Pembagian Paradigma Ilmu Pengetahuan................................................
Tabel : 2.2. Tipologi pendekatan Penelitian................................................................
Tabel : 2.3. Perbedaan Aksioma paradigm positivistik dan naturalistik.....................
Tabel : 3.1. Simpulan Tipologi Pure, Quench dan Quasi Qualitative Research............
Tabel : 3.2. Jenis Strategi Sampling dan Tujuan Penggunaannya................................
Tabel : 3.3. Contoh Data-Data Kualitatif......................................................................
Tabel : 3.4 Kriteria pembentuk grup dalam kasus penelitian Knodel..........................
Tabel : 3.5 Pengukuran Realibilitas Penelitian Kualitatif Moleong..............................
Tabel : 3.6. Pengukuran Realibilitas Penelitian Kualitatif Denzin & Lincoln...............
Tabel : 4.1. Contoh Distribusi Frekuensi......................................................................

I-5
I-11
I-12
II-13
II-18
II-20
III-17
III-19
III-24
III-39
III-44
III-45
IV-12

iv

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Diagram alir proses penelitian ..............................................................
Gambar 1.2. Jenis Data dalam Penelitian....................................................................
Gambar 2.1.Skema Terbangunnya Ilmu Pengetahuan ...............................................
Gambar 2.2. Skema dasar ontology Ilmu.....................................................................
Gambar 2.3. Skema Proses Berpikir Metode Keilmuan..............................................
Gambar 2.4. Skema Metode Keilmuan........................................................................
Gambar 2.5. Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 1............
Gambar 2.6 .Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 2..............
Gambar 2.7 .Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 3.............
Gambar 2.8 Skema Macam Penelitian Menurut Metode............................................
Gambar 2.9 Skema Kerangka Macam Metode............................................................
Gambar 2.10 Skema Penelitian Opini..........................................................................
Gambar 2.11 Skema Penelitian Empiris.......................................................................
Gambar 2.12 Skema Penelitian Kearsipan...................................................................
Gambar 2.13 Skema Penelitian Analitik......................................................................
Gambar 3.1. Perbedaan Ethnografi, Ethnomethodology dan Ethno..........................
Gambar 3.2 Sumber data kualitatif.............................................................................
Gambar 4.1 Kerangka proses Content Analysis...........................................................
Gambar 4.2. Analisis Konten: Menjawab Pertanyaan dengan mempertimbangkan
Konteks dari Teks.........................................................................................................
Gambar 4.3. Contoh Analisis Vertikal..........................................................................
Gambar 4.4.Contoh Analisis Vertikal...........................................................................
Gambar 4.5.Contoh Analisis Vertikal...........................................................................
Gambar 4.6.Contoh Analisis Peta Kategori..................................................................
Gambar 4.7.Contoh Perwujudan Cognitive Mapping..................................................
Gambar 5.1 Posisi Rumusan Permasalahan................................................................
Gambar 5.2.Skema Pikir Merumuskan Masalah.........................................................
Gambar 5.3. Teknik Penemuan Permasalahan...........................................................
Gambar 5.4. Perumusan Masalah Yang Baik..............................................................
Gambar 5.5. Arti Dan Makna Tinjauan Pustaka...........................................................
Gambar 5.6. Kegunaan Kajian Pustaka 1.....................................................................
Gambar 5.7. Kegunaan Kajian Pustaka 2.....................................................................
Gambar 5.8. Kegunaan Kajian Pustaka 3.....................................................................
Gambar 5.9. Kegunaan Kajian Pustaka 4.....................................................................

I-16
I-16
II-9
II-10
II-11
II-11
II-19
II-19
II-20
II-21
II-22
II-23
II-24
II-25
II-26
III-15
III-23
IV-3
IV-8
IV-19
IV-19
IV-19
IV-20
IV-21
V-12
V-12
V-13
V-16
V-18
V-18
V-19
V-19
V-20

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN


TINJAUAN MATA KULIAH
Mata Kuliah Metode Penelitian pada Jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah
mendapatkan kode MK: PW 09-1321. Mata kuliah ini diberikan pada tahap semester VI
(enam), dengan bebab SKS : 3 (tiga).
Maksud diberikan mata kuliah Metode Penelitian ini adalah untuk mendukung dan
mendidik mahasiswa agar mampu memahami apa itu penelitian, dan bagaimana melakukan
penelitian dengan baik dan benar. Proses penelitian dalam hal ini diperlukan sebagai sarana
untuk dapat membangun logika ilmu pengetahuan dan memahami dari mana ilmu
pengetahuan tersebut dibentuk.
Tujuan Umum dari mata kuliah Metode Penelitian adalah supaya mahasiswa dapat
menguasai cara bagaimana melakukan penelitian (research) dalam rangka menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi di lapangan dengan metode pendekatan penelitian yang sesuai
dengan permasalahannya. Adapun tujuan khususnya adalah :
Mahasiswa mampu memahami falsafah ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip
dasarpenelitian
Mahasiswa mampu memahami metodologi dan metode penelitian serta teknik analisa yang
diperlukan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan ilmu-ilmu Perencanaan
Wilayah dan Kota ( PWK)
Mahasiswa mengetahui kasus-kasus penelitian dalam PWK yang tertuang dalam road map
yang telah ditetapkan
Mahasiswa mampu menggali permasalahan-permasalahan wilayah dan perkotaan yang
muncul dilapangan
Mahasiswa mampu menyusun proposal penelitian untuk kasus-kasus PWK
Mahasiswa mampu melakukan penelitian dengan pendekatan penelitian dan metode yang
benar
Pokok bahasan yang diberikan di dalam Mata Kuliah ini, terinci sebagai berikut :
Mempelajari Ilmu yang mendasari terbangunnya Ilmu pengetahuan, sejarah dan
perkembangannya.
Mempelajari filsafat ilmu dan hakekat penelitian untuk dapat membangun logika penelitian
yang didasarkan atas paradigm keilmuan yang benar
Mempelajari dan memahami tipologi dan jenis-jenis penelitian
Prinsip penyusunan proposal penelitian/TA
Menyusun Desain penelitian : Teknik pengambilan data, Teknik analisis Data
Etika menulis karya ilmiah yang baikdanbenar

Rincian pembelajaran secara detail selama 18 (delapan belas minggu) dapat di uraiakan
pada table Satuan Acara Perkuliahan di bawah ini :

vi

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN


Tabel Satuan Pembelajaran
Mg

Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan
Pengantar Perkuliahan:

Kasus-kasus Penelitian Dalam


PWK:

Kasus perkotaan

Kasus wilayah

Kasus transportasi

Kasusspasial
PrinsipPenyusunan Proposal
penelitian/TA

Penjelasan SAP
Pengantar Metlit

Bagaimana menyusun
Proposal

9
10

11

12
13
14
15
16
17
18

Memahami ilmu yang mempelajari metoda-metoda penelitian


Mengenal berbagai bentuk metodologi penelitian, pendekatan penelitian dan berbagai
paradigma penelitian

Unsur-unsur Proposal Penelitian


i. Perumusan masalah
ii. Perumusan tujuan penelitian
iii. Kajian Pustaka

Pemahaman apa itu Penelitian Kualitatif


Jenis-jenis penelitian kualitatif
Jenis2 teknik-teknik yang digunakan
Contoh :
Teknik analisa Triangulasi
Teknil Analisa Delphi
Teknik analisa snow ball
Dan lain sejenis

Pemahaman metode/teknik
analisa dalam penelitian
kuantitatif

Metode analisa kuantitatip


8

Mahasiswa mengetahui materi keseluruhan perkuliahan, sistem penilaian, dan format


tugas
Filsafatilmu/ Hakekatpenelitian
Apakah yang ingin kita ketahui, Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan, dan
apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita

Mahasiswa memahami Road Map-PWK

Mahasiswa mengetahui berbagai kasus-kasus dalam konteks PWK yang dapat


dijadikan topik penelitian

Mahasiswa sudah dapat memperkirakan rencana topik proposalnya

Kode Etik Penelitian dan penulisan dokumen ilmiah

Persiapan Tugas I/pembagian tugas dan kelompok

Pemahaman metode/teknik
analisa dalam
penelitianKualitatif

Tujuan yang ingin dicapai

Pemahaman apa itu Penelitian Kuantitatif


Jenis-jenis penelitian kuanitatip
Jenis2 teknik-teknik yang digunakan
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik-teknik analisis kuantitatif dalam penelitian
Mahasiswa mampu menentukan teknik analisis yang digunakan pada topik penelitiannya

Desain Penelitian:
Mahasiswa mengetahui dan memahami cara menentukan hipotesis dan memilih variabel

Penentuan Hipotesis
Mahasiswa mampu menyusun hipotesis penelitian da nmemilih variable penelitian

Pemilihan Variabel
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik penentuan sampling

Teknik Sampling
Mahasiswa mampu menentukan sampling untuk penelitiannya

PENGUMPULAN TUGAS II (Bab I II )Asistensi


Teknik-teknikpengambilan
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik-teknik pengambilan data melalui
data:
wawancara dan observasi

Wawancara
Mahasiswa mampu memilih teknik yang tepat dalam pengambilan data untuk topic

Observasi
proposalnya
Teknik-teknikpengambilan
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik-teknik pengambilan data melalui survey
data:
(kuisioner)
Survey (penyusunankuisioner
Mahasiswa mampu memilih teknik yang tepat dalam pengambilan data untuk topic
proposalnya
Pembahasan
Bab I dan II
Pembahasan
Draft Proposal
Pembahasan
Draft Proposal
Pembahasan
Draft Proposal
Pembahasan
Draft Proposal
Pembahasan
Draft Proposal

Mahasiswa mampu menyusun dan memaparkan draft proposal Bab I-II

Asisitensi /Konsultasi

Assistensi/ Konsultasi

Assistensi/ Konsultasi

Assistensi/ Konsultasi

Assistensi/ Konsultasi/presentasi

Assistensi/ Konsultasi/presentasi
PENGUMPULAN TUGAS PROPOSAL

vii

BAB 1
PENDAHULUAN

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

BAB I . PENDAHULUAN
1.1.

Pemahaman Metodologi Penelitian dan Metode Penelitian


Metodologi jelas terdiri dari dua kata, method dan logos, yang artinya ilmu
tentang metode. Berbeda dengan metode yang hanya terdiri dari satu kata, method,
yang artinye metode atau cara

1.1.1. Metodologi Penelitian.


Methodology didefinisian sebagai a set of system of method, principles and
rules of regulating a given discipline (dictionary.com/methodology). Sedangkan
method artinya: a procedure, technique, or way of doing somethings, especially in
accordance with a definite plan (dictionary.com/method).
Metodologi lebih bersifat general.Metodologi adalah sistem panduan untuk
memecahkan persoalan, dengan komponen spesifiknya adalah bentuk, tugas,
metode, teknik dan alat.Dengan demikian, metode berada di dalam metodologi,
atau dengan kata lain, metode lebih berkenaan dengan teknis saja dari keseluruhan
yang dibahas dalam metodologi.Dalam konteks penelitian, yang termasuk metode
adalah teknik penggalian data, teknik pengolahan data, penentuan populasi serta
sampel dan sejenisnya.
Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di antaranya:
a. Rene Descartes : Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam
) prinsip metodologi yaitu:
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal
sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal
sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak
memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas
ilmiah.
Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan
dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat)
langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu:
1) Jangan menerima baik apa saja sebagai sesuatu yang benar, jika tidak
mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya,
dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang
terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan
lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu
diragukan lagi
2) Pecahkanlah setiap kesulitan menjadi sebanyak mungkin bagian dan
sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya
secara lebih baik.
3) Arahkan pemikiran secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling
sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi

I-2

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

4)

5)

Bab I

sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks,


dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara objek yang
sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru.
Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin,
dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga dapat dirasakan
pasti tidak ada suatu pun yang ketinggalan.
Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap
skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.

Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan


metode sebagai berikut:
1) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, dan berpegang
pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.
2) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling
meyakinkan maupun yang paling meragukan.
3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan
dunia.

Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang sering kali terkecoh oleh


indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun
kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti
kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita
dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan
kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua
substansi yaitu rescogitans (jiwa bernalar) dan res-extensa (jasmani yang
meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya
karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik.Atas ketergantungan antara
dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak
mungkin mati bersama dengan tubuh karena Jiwa manusia itu abadi.

b. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan
prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:

Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran
suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan
Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk
menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa
depan sebagai pernyataan yang mengandung makna
Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataanpernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang
meaning less (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun

I-3

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

c. Karl Raimund Popper


K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam
prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah
ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:

Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat
dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu
bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori
selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari
pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki.
Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri
umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan
dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya.
Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum.
K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa
sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi
pengamatan empiris.
K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan
prinsip falsifabilitas, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan
kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya
bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada
di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih
melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan
berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah
pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan
segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh
(corroboration).

1.1.2. Metode Penelitian


Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti
melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode
adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Metode (method),
secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa
Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode
bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini,
yakni teknik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang
ditemukan dalam melaksanakan prosedur.

I-4

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata
penelitian. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai
upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah dan termasuk keabsahannya(Ruslan,2003). Adapun pengertian
penelitianadalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan
secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis
data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif,
eksperimental
maupun
non
eksperimental,
interaktif
maupun
non
interaktif(Sukmadinata,2005).
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa metode penelitian adalah
suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Secara lebih luas
Sugiyono(2009) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Banyak metode penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian sosial dan
pendidikan. Namun McMillan dan Schumacher (2001) memberikan pemahaman
tentang metode penelitian dengan mengelompokkannya dalam dua tipe utama yaitu
kuantitatif dan kualitatif yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis metode
sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut, (Online: http://belajarpsikologi.com)
Tabel 1.1. Tipe Utama Metode Penelitian
Kuantitatif
Experimen
Non Experimen
True Experiment
Deskriptif

Kualitatif
Interaktif
Non Interaktif
Etnogfari
Analisis Konsep

Quasi
Experiment

Komparatif

Fenomenologis

Subjek Tunggal

Korelasi

Studi Kasus

Survei

Teori Dasar

Ex Post Facto

Studi Kritis

Analisis Sejarah

Adapun pengertian dan definisi metode menurut para ahli antara lain :

Rothwell & Kazanas: Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk
menyampaikan informasi.

I-5

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

Titus: Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk
menegaskan bidang keilmuan.
Macquarie :Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan rencana tertentu.
Wiradi: Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang
tersusun secara sistematis (urutannya logis).
Almadk (1939):Metode adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Ostle (1975): Metode adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh
sesuatu interelasi.
Drs. Agus M. Hardjana :Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masakmasak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna
mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Hebert Bisno (1969) :Metode adalah teknik-teknik yg digeneralisasikan dgn baik
agar dapat diterima atau digunakan secara sama dalam satu disiplin, praktek,
atau bidang disiplin dan praktek.
Max Siporin (1975):Metode adalah sebuah orientasi aktifitas yg mengarah
kepada persyaratan tugas-tugas dan tujuan-tujuan nyata.
Rosdy Ruslan (2003:24) :Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek
penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.
Nasir (1988:51) :Metode adalah cara yang digunakan untuk memahami sebuah
objek sebagai bahan ilmu yang bersangkutan, digunakan peneliti untuk
mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
Winarno (1994) :Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang
dilakukan dengan teknik yg teliti dan sistematik.
Muhiddin Sirat (2006) :Metode penelitian adalah suatu cara memilih masalah
dan penentuan judul penelitian.
Arti Kata :Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki
(http://artikata.com/arti-340805-Metode.html).
Kamus Bahasa Indonesia : Metode adalah cara kerja yg bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg
ditentukan.
Depatemen Sosial RI :Metode adalah cara teratur yg digunakan utk
melaksanakan pekerjaan agar tercapai hasil sesuai dgn yg diharapkan.

1.1.3. Penelitian .
Penelitian atau riset berasal dari bahasa inggrisresearch yang artinya
adalah proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi
atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok penyelidikan.Pada

I-6

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

dasarnya riset atau penelitian adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu
pengetahuan. Adapun pengertian penelitian menurut para ahli adalah :
Fellin, Tripodi & Meyer (1996) :Penelitian adalah suatu cara sistematik untuk
maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang
dapat di sampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.
Kerlinger (1986: 17-18): Penelitian adalah investigasi yang sistematis, terkontrol,
empiris dan kritis dari suatu proposisihipotesis mengenai hubungan tertentu
antarfenomena
Indriantoro & Supomo (1999: 16):Penelitian merupakan refleksi dari keinginan
untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam.
David H. Penny: Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai
jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran
fakta-fakta.
J. Suprapto :Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan
yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan
sabar, hati-hati, serta sistematis.
Sutrisno Hadi: Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
Mohammad Ali: :Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui
penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan
masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh
pemecahannya.
Tuckman :Penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menemukan
jawaban ilmiah terhadap suatu masalah (a systematic attempt to provide answer
to question). Sistematis artinya mengikuti prosedur atau langkah-langkah
tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan, generaliasi, baik berupa
teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan
melalui alat primernya yaitu empiris dan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja
atas dasar asumsi, teknik dan metode.
Hilway (1956) :Penelitian merupakan suatu metode studi melalui penyelidikan
yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
Woody (1927) :Penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan
kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking).
Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah,
merumuskan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan
sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua
kesimpulan untuk menentukan kecocokan dengan hipotesis.
Parson (1946) :Penelitian merupakan pencarian atas sesuatu (inquiry) secara
sistematis terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
Nazir (1988): Penelitian adalah percobaan yang hati-hati dan kritis untuk
menemukan sesuatu yang baru.

I-7

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

Sutrisno Hadi (1987:3) :Penelitian adalah usaha untuk menemukan,


mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, yang dilakukan
dengan metode-metode ilmiah.
Emzir (2007:3) :Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.
Hamidi (2007:6) :Penelitian merupakan aktivitas keilmuan yang dilakukan
karena ada kegunaan yang ingin dicapai, baik untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia maupun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Parson (1946): Penelitian adalah pencarian terhadap sesuatu (inquiry) secara
sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dulakukan terhadap masalah
yang dapat dipecahkan.
John (1949): Penelitian adalah pencarian fakta menurut metode objektif yang
jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau
hukum.
Dewey (1936): Penelitian adalah transpormasi yang terkendalikan atau terarah
dari suatu situasi yang dikenal dalam kenyataan-kenyataan yang ada padanya
dan hubungannya, seperti mengubah unsur dari situasi orisinal menjadi
keseluruhan yang terpadu.
Soerjano Soekanto :Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan
konsisten.
Arti Kata :Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyajian data yg dilakukan secara sistematis dan objektif untuk
memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Depdiknas RI :Kerjasama ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dalam rangka memperoleh informasi/temuan/produk baru
melalui metodologi yang berkaitan erat dengan satu atau beberapa disiplin ilmu.

1.1.4. Macam dan Jenis Metode Penelitian.


Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta
desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan
pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan
dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga
pertanyaan pokok (Nazir, 1985) yaitu:

Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan
suatu penelitian?
Alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun
dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam
menganalisis data?

I-8

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?

Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutan-urutan


pekerjaan yang terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu
peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan serta
mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian. Metode penelitian
menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah
yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data
tersebut diperoleh dan diolah/ dianalisis. Didalam prakteknya terdapat sejumlah
metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian.

Beberapa pandangan metode penelitian secara khusus menurut para ahli:

Metode Penelitian Historis :Menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen (1990 :
411) dalam Yatim Riyanto (1996: 22), dalam Nurul Zuriah (2005: 51) metode
penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada
masa lalu, sedangkan menurut Donald Ary, dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996:
22) dalam Nurul Zuriah (2005: 51) metode penelitian sejarah adalah penelitian
untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu.
Metode Penelitian Survey : Menurut Zikmund (1997) metode penelitian survey
adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah
sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan, menurut Gay & Diehl (1992)
metode penelitian survey merupakan metode yang digunakan sebagai kategori
umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara, sedangkan
menurut Bailey (1982) metode penelitian survey merupakan satu metode
penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan tertulis
atau lisan.
Metode Penelitian Kuantitatif :Menurut Jonathan Sarwonno (2006) metode
penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagianbagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Metode Penelitian Eksperimen :Menurut Arikunto (2006) metode penelitian
eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan
kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu.
Metode Penelitian Naturalistic :Bogdan dan Tylor dalam Moleong (1993:3) metode
penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
Metode Penelitian Kebijaksanaan (Deskriptif) :Menurut Suharsimi Arikunto
metode penelitian kebijaksanaan adalah metode penelitiaan yang tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan
tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.

I-9

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

Metode Penelitian Tindakan : MenurutKemmis (1988) metode penelitian tindakan


adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik social, sedangkan menurut
Kemmis & Taggar (1988) dalam Zuriah (2003: 54) metode penelitian tindakan
adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri secara kolektif dilakukan peneliti dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan pratek pendidikan sosial
mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktek dan terhadap situasi tempat
dilakukan praktek-praktek tersebut.

Berdasarkan sifat-sifat masalahnya, Suryabrata (1983) mengemukakan sejumlah


metode penelitian yaitu sebagai berikut:

Penelitian Historis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau


secara sistematis dan obyektif.
Penelitian Deskriptifyang yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah
tertentu.
Penelitian Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan
pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungansuatu obyek
Penelitian Korelasional yang bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara
variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi
Penelitian Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali
Penelitian Eksperimental semu yang bertujuan untuk mengkaji kemungkinan
hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada
kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan
pengendalian.
Penelitian Kausal-komparatif yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan
pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai
pembanding.
Penelitian Tindakanyang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau
pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.

I-10

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

McMillan dan Schumacher (2001) memberikan pemahaman tentang METODE


PENELITIAN dengan mengelompokkannya dalam dua tipe utama yaitu KUANTITATIF
DAN KUALITATIF yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis metode sebagaimana
ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 1.2. Tipe Kuantitatif dan Kualitatif 1

I-11

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

Tabel No: 1.3. Tipe Kuantitatif dan Kualitatif 2

I-12

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

1.2.

Bab I

Fungsi Metodologi Penelitian dalam penyusunan proposal penelitian


Tujuan Penelitian adalah melakukan proses penemuan, pembuktian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.

a. Penemuan. Data yang diperoleh dari penelitian merupakan data-data yang baru
yang belum pernah diketahui.
b. Pembuktian. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk membuktikan
adanya keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu.
c. Pengembangan. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk memperdalam
dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Kegunaan penelitian dapat dipergunakan untuk memahami masalah,
memecahkan masalah, dan mengantisipasi masalah.
a. Memahami masalah. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk
memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya
diketahui.
b. Memecahkan masalah. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk
meminimalkan atau menghilangkan masalah.
c. Mengantisipasi masalah. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk
mengupayakan agar masalah tersebut tidak terjadi.
Proposal Penelitian adalah sebuah usulan yng diajukan untuk melaksanakan
penelitian. Seluruh proses penelitian dalam proposal harus dilakukan dengan caracara atau langkah-langkah ilmiah.
1.2.1. Pengertian dan Proses Metode Ilmiah dalam penyusunan proposal
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method
adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan
terkontrol. Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan
masalah,sehingga dengan demikian
metode ilmiah berangkat dari suatu
permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah
dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula
berdasarkan data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah
lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka
dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang
dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan
menuntun proses selanjutnya.
a. Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan
bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran

I-13

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah,
proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis
dan berurutan.
b. Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris.maksudnya
adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu
harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada
atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam
metode ilmiah.Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris,
maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
c. Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Pada waktu melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan
secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah
itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin
membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang
berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan
tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
d. Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka
terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam
pelaksanaannya.Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan
terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
i. Merumuskan Masalah:
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan
adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk
kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan
orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan
masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah
permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum
dirumuskan?

I-14

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

ii. Merumuskan Hipotesis


Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih
memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode
ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan
hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam
metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa
semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik
akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar
dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan.
iii. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapantahapan sebelumnya dalam metode ilmiah.Pengumpulan data dilakukan di
lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu
mengumpulkan
data
berdasarkan
hipotesis
yang
telah
dirumuskannya.Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah,
sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah
hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
iv. Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban
sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada
hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau
langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan
hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut.Karena itu, sebelum
pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin
tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi
karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu
pengujian hipotesis itu sendiri.
v. Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah
adalah kegiatan perumusan kesimpulan.Rumusan simpulan harus bersesuaian
dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya.Kesimpulan atau simpulan ditulis
dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas.Harus dihindarkan

I-15

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan,
walaupun dianggap cukup penting.Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti
terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya
tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

Gambar 1.1.Diagram alir proses penelitian

Gambar 1.2.Jenis Data dalam Penelitian

I-16

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab I

e. Langkah Dalam Metode Ilmiah


Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti
langkah-langkah tertentu.Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil
oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian.
Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian
dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.


Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin
dipecahkan.
Membangun sebuah bibliografi.
Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya
dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokokpokok dasar dalam masalah.
Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
Menulis laporan penelitian.

I-17

BAB 2
PRINSIP PRINSIP DASAR METODOLOGI
PENELITIAN

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

BAB II. PRINSIP-PRINSIP DASAR METODOLOGI PENELITIAN


2.1 Pemahaman Filsafat Ilmu Dalam Metode Penelitian
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu[1]. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan
ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan
ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti:
apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah,
bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan,
memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan
validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macammacam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu
pengetahuan
2.1.1. Pengertian Filsafat Ilmu
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan
pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang
disusun oleh Ismaun (2001)

Robert Ackerman philosophy of science in one aspect as a critique of current


scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of
science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice. (Filsafat
ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah
dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian
cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of
scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific
enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai
suatu keseluruhan)
A. Cornelius Benjamin That philosopic disipline which is the systematic study of the
nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its
place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati
yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya,
konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka
umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
Michael V. Berry The study of the inner logic if scientific theories, and the relations
between experiment and theory, i.e. of scientific methods. (Penelaahan tentang

II-2

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan
teori, yakni tentang metode ilmiah.)
May Brodbeck Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral
analysis, description, and clarifications of science. (Analisis yang netral secara etis
dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan landasan ilmu.
Peter Caws Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for
science what philosophy in general does for the whole of human experience.
Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about
man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other,
it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action,
including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error.
(Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa
yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat
melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang
dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk
teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan
kesalahan
Stephen R. Toulmin As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to
elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational
procedures, patens of argument, methods of representation and calculation,
metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their
validity from the points of view of formal logic, practical methodology and
metaphysics. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedurprosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan
perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya
menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika
formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu
merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat
ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan
kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :

Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang
membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu?
Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)

II-3

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S.
Suriasumantri, 1982).
2.1.2. HakikatIlmu, Konsep dan Pernyataan Ilmiah.
Ilmu berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya
dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di
alam. Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksilogis serta
pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat.
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia.[1] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih
jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari
epistemologi. IlmuAlam hanya bias menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke
dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bias meramalkan
perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari
perilaku manusia yang konkret.
Ilmu berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya
dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di
alam. Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksilogis serta
pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat.
Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau
ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu
pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidupkita. Di sini,
pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman.
Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai
pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat
selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap
sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang
bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.

II-4

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan
ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun
1919-20 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari
konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang
dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan
mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika
pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
Definisi Ilmu: Ilmu adalah kumpulan pengetahuan (tidak boleh dibalik :
kumpulan pengetahuan adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu
apabila memenuhi syarat obyek material dan obyek formal:

Obyek Material (subject matter) atauPokokPersoalan :


Mencakup hal-hal yang konkrit (manusia, tumbuhan, binatang, bangunan,
dsb)
Mencakup hal-hal yang abstrak (ide, ni;ai-nilai, kerohanian, kebudayaan,
pandangan hidup, dsb)

Obyek Formal :

Cara atau sudut pandang terhadap obyek material


obyek formal ilmu akan membedakannya dengan ilmu-ilmu lain
obyek formal ilmu memberikan syarat-syarat dan metode kerja yang spesifik
misal: manusia dapat ditinjau dari berbagai macam obyek formal
(kedokteran, sosiologi, anthropologi, psikologi, dsb)

Setiap bidang ilmu memiliki cara kerja dan metode tertentu otoritas/otonomi
keilmuan (wewenang untuk mengembangkan ilmu tanpa campur tangan)
2.1.3. Fungsi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu,
fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara
keseluruhan, yakni :

Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.


Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya.
Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia.
Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai
aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)

II-5

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk


memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu
disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu:
sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara
hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan
berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
2.1.4. Substansi Filsafat Ilmu
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam
empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2)
kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
a. Fakta atau kenyataan
Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari
sudut pandang filosofis yang melandasinya.

Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi


antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian
kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya
korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi
moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik
dengan skema rasional, dan
Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi
antara empiri dengan obyektif.
Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.

Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta


obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian
realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia.
Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran
manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa
tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini
bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang
diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu
deskripsi ilmiah.
b. Kebenaran (truth)
Terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara
tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan

II-6

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5


teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi,
kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan,
Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik.
(Ismaun; 2001)
Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara
sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu
unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada
tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikirtentang terbuktinya sesuatu itu
relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian
sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara
fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan
menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun
yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila
memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan
memiliki kegunaan praktis.
Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang
merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran
dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi
benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain
yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya,
melainkan dilihat dari benar materialnya.
Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan
perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi,

II-7

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada
korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan
struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi
eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
c. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan
datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan
sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut
biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar.
Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk
membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian
probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
d. Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX
adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan
kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan
korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang
memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak
general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan
ideografik.
Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara
rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba
menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme
metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal
dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan
kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9)
Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan
kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan
menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika
terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.
2.1.5. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu
Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu,
diantaranya:
Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta
ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.

II-8

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means.


Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide
manusia.
Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan
sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan
produk alasan praktis.

Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan
logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk
alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik
dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain,
atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.
2.1.6. Perspektif Ilmu dalam Pemahaman filsafat
Sejarah munculnya ilmu pengetahuan adalah dari keinginan manusia dalam
memahami dunia. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pemahaman tentang
filsafat ilmu adalah bagaimana manusia membangun logika untuk menemukan ilmu
pengetahuan baru.

ILMU DALAM PERSPEKTIF

Manusia
Berpikir
Dasar
Berpikir

Upaya mendapatkan

Pengetahuan

1. "Apa" yang ingin diketahui (ONTOLOGI)


TEORI TENTANG "ADA"

2. "Bagaimana" memperoleh pengetahuan (EPISTIMOLOGI)


TEORI TENTANG " PENGETAHUAN"

3. "Apakah" Nilai pengetahuan tersebut (AXIOLOGI)


TEORI TENTANG " NILAI"

Cara
Berpikir

Analisa
Kefalsafahan

Falsafah : Radikal - Menyeluruh - Mengupas


Mempersoalkan Jawaban

Hakekat
Buah pikiran
( PENGETAHUAN)

ILMU
1. Salah satu dari buah pikiran manusia
2.Kumpulan pengetahuan yang mempunyai
ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan
pengetahuan yang lain

Gambar 2.1 Skema Terbangunnya Ilmu Pengetahuan

II-9

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

I. DASAR ONTOLOGI ILMU


Pengkajian teori tentang "ADA"
Apa yang ingin diketahui ILMU
CIRI ILMU : Orientasi terhadap
dunia Empiris
EMPIRIS

Sifat-kejadian yang terjangkau


fitrah pengalaman manusia

FAKTA
EMPIRIS

Fakta yang dialami langsung


oleh manusia dengan menggunakan
"Panca Indra"

DUNIA
EMPIRIS

: Panca Indra dan peralatan yang

ILMU

CIRI

Ruang lingkup kemampuan

dikembangkan sebagai pembantu


Panca Indra

OBYEK
EMPIRIS

HAKEKAT

PROSES
KEILMUAN

DIANGGAP

SIFAT : Keragaman
Berulang
Terjalin teratur

ASUMSI

PENGETAHUAN
MENGENAI OBYEK

Gambar 2.2. Skema dasar ontology Ilmu

II-10

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Gambar 2.3. Skema Proses Berpikir Metode Keilmuan

Gambar 2.4. Skema Metode Keilmuan

II-11

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

2.2 Paradigma Ilmu Pengetahuan


Paradigma penelitian adalah sebuah konsep dasar mengenai kepercayaan yang
didasarkan pada asumsi-asumsi ontologis, epistemologis dan metodologis pada
penelitian (Guba dan Lincoln dalam Denzin & Lincoln,1997).
Bagi para peneliti, berbagai paradigma penelitian memberikan penjelasan
mengenai apa yang hendak mereka lakukan dan apa saja yang masuk kedalam dan di
luar batas-batas penelitian yang sah. Kepercayaan dasar yang menentukan berbagai
paradigma penelitian dapat diringkas berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan
oleh para penganut sebuah paradigma tertentu untuk menjawab tiga pertanyaan
fundamental yang saling berkaitan sedemikian rupa, pertanyaan tersebut adalah (Guba
dan Lincoln dalam Denzin & Lincoln,1997):
a. Pertanyaan Ontologis
Pertanyaan ontologis menekankan akan persepsi peneliti mengenai bentuk
sebuah realitas, apabila semisal seorang peneliti telah mengakui bahwa realitas yang
ada adalah nyata, maka pertanyaan yang ada dalam penelitian akan menjelaskan
bagaimana keadaan segala sesuatu itu secara nyata (se sungguhnya) dan bagaimana
cara kerja segala sesuatu secara sesungguhnya atau secara nyata. Sehingga segala
realitas yang bersifat abstrak tertolak.
b. Pertanyaan Epistemologis
Pertanyaan epistemologis menentukan bagaimana sebuah penelitian dipandang
dari sudut peneliti, semisal dengan mengakui secara ontologis bahwa realitas dalam
penelitian nyata maka secara epistemologis haruslah memaparkan secara obyektif
mengenai sifat nyata tersebut. Adapun pertanyaan yang ada dalam epistemologis ini
adalah apakah sifat hubungan yang terjalin antara yang mengetahui atau calon yang
mengetahui (peneliti) dengan sesuatu yang dapat diketahui? untuk menjawab
pertanyaan ini tidak dapat dipakai hubungan yang bersifat sembarang sehingga harus
terkait secara benar dengan jawaban dari pertanyaan ontologisnya.
c. Pertanyaan Metodologis
Pertanyaan metodologis adalah apa saja cara yang akan ditempuh oleh peneliti
(calon yang akan mengetahui) untuk menemukan apa yang ingin diketahui? cara-cara
yang dipilih untuk menganalisis tidak dapat berdiri sendiri namun juga disesuaikan
dengan jawaban dari pertanyaan ontologis dan pertanyaan epistemologisnya. Sehingga
tidak sembarang metode yang sesuai untuk semua penelitian, metode tersebut harus
sesuai dengan bagaimana peneliti memandang realitas dan sifat hubungan peneliti
dengan obyek yang dikaji.

II-12

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Guba & Lincoln dalam Denzin & Lincoln,1997 menyatakan bahwa ada 4
paradigma besar yang memayungi model-model penelitian kualitatif yaitu positivisme,
post-positivisme, teori kritis (dimana pada teori juga terdiri atas aliran post
strukturalisme dan post modernisme) dan juga paradigma Konstruktivisme/naturalistik.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel xx berikut ini :
Tabel .2.1
Pembagian Paradigma Ilmu Pengetahuan
Pertanyaan
Ontologi

Positivisme
Realisme naifrealisme nyata
namun dapat
dipahami

Epiestemologi

Dualis/obyektifitis
, temuan yang
benar

Metodologi

Experimental/
Manipulatif,
verifikasi
hipotesis
terutama
metode-metode
kuantitatif

Post Positivisme
Realisme kritisrealisme nyata
namun hanya
dapat dipahami
secara tidak
sempurna atau
secara
probabilitik

Teori Kritis,dkk
Realisme
historis/realisme
maya yang
dibentuk oleh
nilai-nilai sosial,
politik, ekonomi,
etnik dan gender
mengkristal
seiring dengan
perjalanan
waktu
Dualis/obyektifitis Transaksional/su
yang dimodifikasi, byektivistis,
tradisi/komunitas temuan-temuan
kritis; temuanyang
temuan yang
diperantarai
mungkin benar
nilai
Experimental/ma Dialogis/diaklekt
nipulatif yang
is
dimodifikasi;
keragaman kritis,
falsifkasi
hipothesis bisa
jadi meliputi
metode-metode
kualitatif

Konstruktivisme
Relativisme/realitas
yang
dikonstruksikan
secara lokal dan
spesifik

Transaksional/temu
an yang diciptakan

Hermenutis/dialekti
s

Sumber: Guba & Lincoln dalam Denzin & Lincoln,1997

Paradigma Positivistik
Berikut akan dijelaskan mengenai apa yang ada dalam paradigma
positivistic/analisis intraparadigma menurut Guba & Lincoln dalam Denzin &
Lincoln,1997
Ontologis : secara ontologis penelitian positivisme disebut sebagai realisme naf atau
sebuah realitas yang dapat dipahami diasumsikan hadir, yang dikendalikan oleh hokum-

II-13

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

hukum alam dan mekanisme yang tidak dapat diubah. Dalam paradigma ini keadaan
alami obyek penelitian dirangkum dalam sebuah bentuk generalisasi yang bebas waktu
dan bebas konteks, sebagian berupa hokum kausalitas. Penelitian ini juga berpendapat
bahwa penelitian tersebut mampu mendekati keadaan alami obyek penelitian yang
sesungguhnya dengan mereduksi dan mendeterminasikan obyek tersebut. Sikap
tersebut dipandang sebagai penelitian dengan ciri reduksionis dan deterministik.
Epistemologi : Dualis dan obyektivitis, peneliti dan obyek yang diteliti dianggap jauh
atau tidak dekat dengan obyek penelitian atau dalam kata lain obyek penelitian diteliti
dengan sebuah kondisi tdak terpengaruh ataupun mempengaruhi peneliti.
Metodologi : Eksperimental dan manipulatif dimana pertanyaan dan/atau hipothesis
dinyatakan dalam bentuk proposisi dan tunduk pada pengujian empiris dalam
mengujinya.
Paradigma positivisme merupakan pearadigma tertua yang muncul semenjak
400 tahun yang lalu, pada saat itu matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan
bergitu juga dengan fisika, sehingga segala sesuatu yang shahi bagi penganut aliran
positivisme adalah segala sesuatu yang memiliki tujuan memverifikasi dan
menggunakan angka yang menjadi bukti keshsahian. Paradigma ini semula dipakai
untuk meneliti segala bidang baik fisik maupun social, namun pada perkembangannya
ditemukan beberapa kelemahan pendekatan ini terutama untuk pendekatan ilmu-ilmu
social yang merasa bahwa manusia dan social tidak dapat didekati hakikatnya secara
matematis, adapun kritik lain dikemukakan oleh Basrowi dan Suwandi, 2008 tentang
paradigma ini diantaranya kritik intraparadigmatik dan ekstraparadigmatik. Adapun
kritik intraparadigmatik adalah sebagai berikut :
Kajian kuantitatif yang ada pada paradigma positivisme bersifat ekslusif dan hanya
membahas variable-variabel tertentu sehingga makna generalisasi menghilang
Kajian positivism menyamakan kajian kebendaan dengan kajian manusia yaitu
kbersifat statis dan linier, yang mana kajian ini mulai tidak dapat diterima oleh
umum.
Kajian ini tidak dapat mempertemukan grand theory atau teori umum dengan
sesuatu yang bersifat local, sehingga dijumpainya dilemma etik dan emik.
Pendekatan ini kabur dalam mengungkap kasus atau keunikan individu.
Segala sesuatu dalam pendekatan ini harus bersifat empirik atau dapat diukur.
Di sisi yang lain kritik ekstraparadigmatik pada penelitian ini juga diungkapkan,
yaitu :
Mulai ditolaknya penggunaan data hanya sebagai pembuktian terhadap
hipothesis tertentu dalam pola kajian konvensional, terlebih apabila
menggunakan data yang tidak diketahui bebas nilai atau tidak, maka fakta atau
kebenaran ibaratnya hanya diintip melalui jendela oleh penelitian ini.

II-14

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Kebenaran riil dalam penelitian ini tidak dapat diketahui.


Fakta hanya dapat dilihat pada jendela teori namun tidak dapat dilihat dalam
jendela nilai.
Dalam paradigma ini peneliti seolah hanya berdiri di belakang cermin sehingga
diragukan keabsahan penelitiannya.

Paradigma Post Positivistik


Seiring dengan kritik yang terjadi dalam paradigma positivistik baik secara
intraparadigmatik maupun ekstra paradigmatik, berkembang metode post positivistik
yang mengakui bahwa manusia memang tidak hanya didekati oleh angka, namun di sisi
yang lain paradigma ini tetap mempertahankan unsur-unsur konvensional yaitu
keabsahan, keshahihan ataupun legitimasi penelitian termasuk validitas maupun
reliabilitas penelitian (denzin & Lincoln,1997, Basrowi & Suwandi 2008)
Berbeda dengan paradigma positivistik, paradigma post positivistik dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif dalam desain yang lebih fleksibel, dengan
menggunakan realita yang ada sebanyak-banyaknya dan menganjurkan penelitian
kualitatif menggunakan analisa statistik tingkat rendah hanya sebagai data pendukung
temuan temuan kualitatif yang ada (Denzin & Lincoln,1997).
Adapun pembahasan intrapardigmatik dapat dilihat sebagaimana berikut ini
(Denzin & Lincoln,1997):
Ontologis: secara ontologis dikatakan sebagai realisme kritis yang berarti realitas
tersebut diasumsikan ada namun tidak dapat dipahami secara sempurna. Disebut
realisme kritis karena realita dituntut untuk tunduk pada pengujian kritis yang seluasluasnya guna memahami realitas sedekat-dekatnya. Dengan kata lain, segala sesuatu
yang dianggap benar secara realita harus dibuktikan secara empiri dengan pengujianpengujian yang ada, apabila hasil pengujian tersebut tidak sesuai dengan realita yang
ada maka yang digunakan atau diasumsikan benar dalam paradigma ini adalah
pengujian yang ada.
Epistemologis: secara epistemology inilah yang mencolok perbedaannya dengan
positivisme yang menggunakan epistemology dualisme, epistemology dalam post
positivistis menggunakan modifikasi dari dualisme. Modifikasi tersebut berupa
kebolehan pada peneliti untuk mendekati obyeknya, namun dengan beberapa
persyaratan yaitu tradisi kritis (apakah hasil-hasil penelitian sesuai dengan ilmu
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya) dan komunitas kritis (seperti editor, juri dan
rekan-rekan professional).
Metodologi : Eksperimental/Manipulatif yang dimodifikasi, dimana yang diberi
penekanan adalah keragaman kritis atau sebuah versi baru dari triangulasi sebagai satu
cara memfalsifikasi bukan memferivikasi hipotesis. Metodologi dalam post positivisme

II-15

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

juga memperbolehkan peneliti melakukan penelitian dalam setting yang lebih alami,
mengumpulkan informasi yang lebih situasional terutama dalam ilmu-ilmu social dan
memberikan sumbangsih pada teori grounded dengan pemanfataan teknik-teknik
kualitatif yang makin meningkat
Paradigma Teori Kritis
Paradigma teori kritis merupakan paradigma baru yang sangat berlawanan
dengan positivistism dan post positivism, dibandingkan dengan penelitian lain,
penelitian jenis ini lebih merupakan pemberdayaan individu dimana para peneliti
terlibat secara aktif dengan obyek penelitiannya, dan seringkali penelitiannya memihak
pada suatu obyek yang diteliti (Denzin & Lincoln,1997).
Untuk mencapai sebuah gelar ilmuwan dalam teori kritis, penelitian ini harus
dikaitkan dengan usaha menentang ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat
tertentu. Yang menjadi tantangannya adalah untuk mencari metode alternatif dalam
mengevaluasi penelitian yang merupakan kesan alami, emosionalitas, tanggung jawab
pribadi dan lain-lain. Penelitian ini menolak segala jenis kuantitifikasi dan evaluasi ala
positivism dan post positivism seperti realibilitas dan validitas penelitian (Denzin &
Lincoln,1997).
Dalam perkembangannya teori kritis berkembang menjadi beberapa jenis aliran
paradigma dan perspektif, paradigma yang berkembang adalah post modernisme dan
post strukturalisme. Sedangkan perspektif yang menyertai penelitiannya ini dapat
dilihat pada penelitian model marxis yang mengkritisi mengenai pemerintahan di
Jerman, model feminisme, materailisme dan penelitian partisipatif (Denzin &
Lincoln,1997).
Masih dalam Denzin
intrapardigma akan teori kritis :

&

Lincoln,1997

berikut

merupakan

penjelasan

Ontologis: secara ontologis memandang bahwa realita terbentuk dari histori yang ada,
histori ini dibentuk oleh serangkaian faktor politik,social, budaya dan ekonomi. Realita
inilah yang dipandang sebagai penganut aliran teori kritis sebagai realitas yang nyata
(walaupun keadaan sebenarnya adalah realitas maya), realitas dalam bentuk ini disebut
realitas histori/maya.
Epistemologi : secara epistemology peneliti terhubung dan terkait erat dengan obyek
yang diteliti dan bahkan seringkali memihak yang diteliti, oleh karena itu disebut
epsitemologi transaksional atau sbyektivitis.
Metodologi : metodologi penelitian ini dilakukan secara dialogis dan dialektis. Dialogis
karena mengharuskan adanya interaksi antara peneliti yang obyek penelitian, sifat

II-16

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

dialektis diperlukan agar peneliti mamp menerima apabila pemahaman dari peneliti
salah.
Paradigma Post Modernism
Paradigma post modernisme memiliki prinsip untuk menolak metode dan
asumsi poitivitis dan segala jenis analisa kuantitatif, secara teoritis post modern
menggunakan titik pijakan penolakan asumsi rasionalitas yang telah tertanam kuat
dalam epistemology barat.
Adapun sasaran kritis yang ingin dicapai oleh paradigma ini adalah :
a. mendekonstruksikan metanasi barat tentang kebenaran
b. Meragukan setiap metode/teori/wacana/genre dan mencurigai segala
bentuk kebenaran absolut dan mendukung segala sesuatu yang bersifat local, cultural
dan politis (Kincheloe &Mclaren dalam Denzin & Lincoln,1997).
Paradigma Post Strukturalisme
Paradigma post structuralism adalah perkembangan dari post modernisme yang
menganggap bahwa bahasa subyektivitas, organisasi soial dan kekuasaan memiliki
keterikatan. Post structuralism mengarahkan pada dua hal penting dalam penelitian,
yaitu (Denzin dalam Denzin & Lincoln,1997):
a. Mengajarkan peneliti agar mau mendengarkan dan mempelajari diri sendiri
sebagai orang dalam posisi dan waktu tertentu mengalami kejadian
tertentu. Atau dengan kata lain penelitian yang bersifat kasuistik yang
dialami oleh seseorang yang dituangkan dalam bentuk tekstual,dimana
pengalaman ini bisa jadi dialami oleh orang yang lain.
b. Tidak menulis teks tunggal ataupun teks yang terlalu ambisius
Paradigma Konstruktivisme/Naturalistik
Paradigma konstruktivisme mencakupi paradigma yang bersifat naturalistic
termasuk didalamnya adalah intrepretivis dalam fenomenologi maupun hermenutik.
Paradigma ini adalah perkembangan akhir dari bentuk intrepretivis yang meyakini
bahwa untuk memahami dunia makna ini seorang peneliti harus
mengintrepretasikannya, peneliti juga harus menjelaskan proses-proses pembentukan
makna dan menerangkan ihwal bagaimana makna tersebut terkandung dalam bahasa
dari tindakan aktor social. Upaya-upaya intrepretasi yang dilakukan peneliti dalam
penelitian tidak lain adalah upaya peneliti melakukan konstruksi terhadap aktor yang
ditelitinya (Schawndt dalam Denzin & Lincoln,1997).
Pembahasan intraparadigma konstruktivisme oleh Denzin & Lincoln,1997 adalah
sebagaimana berikut :

II-17

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Ontologis : relativis, realitas yang digunakan oleh paradigma ini adalah bentuk
konstruksi mental yang bermacam-macam dan tidak dapat diindra, yang didasarkan
secara social dan pengalaman, berciri local dan spesifik.
Epistemologi: Transaksional dan subyektivistis, dimana peneliti dan obyek penelitian
dianggap terhubung secara timbal balik.
Metodologi : Hermenutik dan dialektis, dimana sifat variable dan personal dari
konstruksi social menunjukkan bahwa konstruksi individu hanya dapat diciptakan dan
disempurnakan melalui interaksi antara dan di antara peneliti dengan para responden.
Tabel 2.2.Tipologi pendekatan Penelitian

POSITIVISTIK

ONTOLOGI

EPISTEMOLOGI

AKSIOLOGI

RASIONALISTIK

FENOMENOLOGI

Realitas parsial

Realitas ganda

Realitas independen
dapat dikontrol

Realitas terikat
settingnya

Realitas
ganda

Realitas terikat settingnya

Konteks parsial

Konteks natural

Konteks natural

Sangat terikat oleh


teori-teori yang telah
ada

Teori yang ada tidak


mengikat, hanya dipakai
untuk langkah awal

Menolak pengguna-anteori.

Perdekatan parsial

Pendekatan holistik

Pilahnya ilmuwan dan


obyek

Menuju ilmu
nomothetik
(generalisasi)

Hubungan sebab-akibat
(kausal linier)

Metode deduksi

Mengakui kebenaran :
sensual dan logik

Teori diperlakukan sebagai


background knowledge

Pendekatan holistik

Pilahnya ilmuwan dan


obyek

Bersatunya ilmuwan dan


obyek

Menuju ilmu nomothetik


(generalisasi)

Menuju ilmu idiographis


(berlakulokal)

Hubungan reflektif
(mondar-mandir)

Hubungan reflektif (mondarmandir)

Metodededuksi-induksi

Metode induksi

Mengakui kebenaran :
sensual, logik, etik

Mengakui kebenaran:
sensual, logik, etik dan
transendental

Bebasnilai, berlaku
dimana saja

Tidak bebas nilai, perlu


penyesuaian

Terikat nilai, hanya berlaku


lokal

Obyektif, general dan


replikatif

Obyektif, kontekstual,
transferable

Kontekstual

Berlakulokal

Berlaku umum, tanpa


penyesuaian lokal

Berlaku umum, dengan


penyesuaian lokal

II-18

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Gambar 2.5.Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 1

Gambar2.6.Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 2

II-19

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Gambar 2.7. Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 3

Tabel 2.3.Perbedaan Aksioma paradigm positifistik dan naturalistik

II-20

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

2.3 Jenis dan Macam Metode Penelitian


Beberapa jenis dan macam proses pikir dalam metode penelitian di gambarkan
dalam skema-skema di bawah ini :

Gambar 2.8 Skema Macam Penelitian Menurut Metode

II-21

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Gambar 2.9 Skema Kerangka Macam Metode

II-22

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Gambar 2.10 Skema Penelitian Opini

II-23

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Gambar 2.11 Skema Penelitian Empiris

II-24

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Gambar 2.12 Skema Penelitian Kearsipan

II-25

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab II

Gambar 2.13 Skema Penelitian Analitik

II-26

BAB 3
PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif itu dalam, bermakna
dan mengungkap wawasan dalam wawasan

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

BAB III. PENELITIAN KUALITATIF


3.1 Dasar Pemilihan Metode Kualitatif
Melakukan penelitian tidak selalu menjadi proses yang rapi dimana setiap
tahap bisa benar-benar selesai untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya. Faktanya,
terutama bagi mereka yang melakukan penelitian untuk pertama kali, seringkali kita
melihat dan mempertimbangkan kembali keputusan sebelumnya seiring
pengetahuan dan kedalaman kita terhadap obyek penelitian kian bertambah.
Russell (2000) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan salah satu
penelitian dimana tahapannya banyak membutuhkan penyesuaian seperti ini.
Penelitian kualitatif tidak berfokus pada pelibatan perhitungan dan angkaangka/numerik. Tapi lebih berdasar pada informasi yang terekspresikan melalui
kata-kata seperti deskripsi, opini, perasaan, dan sebagainya. Pendekatan seperti ini
sesuai untuk penelitian yang berfokus pada manusia, baik dalam grup maupun
individual. Selain itu penelitian kualitatif juga bisa digunakan untuk mempelajari
suatu kepercayaan, norma, dan adat yang berkembang di suatu kelompok.
Pendekatan melalui penelitian kualitatif umumnya diasosiasikan dengan
perspektif interpretasi dalam riset sosial, dimana logika penelitian bukan sematamata untuk menguji teori mengenai perilaku manusia melainkan untuk
membangun atau mengkonstruksi teori mengenai sesuatu yang memotivasi dan
mengarahkan manusia dalam berperilaku. Mengingat penelitian kualitatif sesuai
untuk memahami motivasi dan alasan dari perilaku manusia maka peneliti perlu
memahami dulu makna lingkungan/dunia sekitar bagi seseorang atau suatu
kelompok karena makna inilah yang kemudian memotivasi dan mengarahkan
seseorang dalam berperilaku. Titik berat atau emphasis yang diberikan dari seorang
peneliti kualitatif untuk studi mereka melibatkan studi terkait perspektif berpikir,
baik ide, perilaku, motif, keinginan maupun ketertarikan seseorang atau suatu
kelompok (Henn et al, 2006).Pendekatan kualitatif sangat sesuai apabila digunakan
untuk mempelajari dan mendapatkan sesuatu terkait nilai, makna, persepsi, dan
preferensi seseorang atau sekelompok masyarakat mengenai suatu hal yang
menjadi obyek penelitian.Penelitian kualitatif bersifat menjelaskan, menerangkan,
menemukan sesuatu yang baru yang kemudian bisa didukung dan mendukung
analisis kuantitatif.
3.2 Kelebihan Metode Analisa Kualitatif
Metode penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus sebagai berikut
sebagaimana dijelaskan Henn et al (2006):

Penelitian dilakukan dengan setting kehidupan nyata/real-life setting;


Untuk membangun pemahaman mengenai pengalaman, persepsi, dan
preferensi seseorang dengan lingkungannya, serta mengidentifikasi perilaku
III- 2

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

orang tersebut maka peneliti harus berusaha untuk melakukan kegiatan yang
sifatnya alami dan selaras dengan kehidupan nyata dengan sesedikit mungkin
melakukan intervensi. Metode kuantitatif seperti menyebar kuisioner dan
percobaan justru akan mengarahkan ke situasi studi yang relatif artifisial
dimana kondisi tersebut sangat tidak memungkinkan untuk mendapatkan
pemikiran dan perilaku yang nyata.
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan secara detil mengenai perilaku dan
pemikiran seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan makna atau
nilai-nilai sosial;
Implikasi dari tujuan ini adalah berusaha untuk mempelajari pola pikir serta
perspektif orang dalam sebagai obyek dalam penelitian. Hubungan kedekatan
antara peneliti dengan seseorang yang dijadikan obyek studi perlu tercipta
dengan baik dan perlumenghindari hubungan yang sifatnya impersonal dan
berjarak. Hubungan atau kedekatan yang positif diharapkan dapat menciptakan
kepercayaan dan menumbuhkan percaya diri seseorang untuk menyampaikan
pendapatnya secara jujur dan terbuka mengenai topik yang dijadikan fokus
studi.
Terdapat kemungkinan bahwa peneliti mengadopsi pendekatan awal yang tidak
persis secara spesifik terhadap isu dan konsep;
Fokus penelitian dapat berubah selama proses pengumpulan data seiring
dengan ide-ide yang terus berkembang dan teridentifikasinya berbagai isu
penting.
Pendekatan kualitatif cenderung membangun teori daripada menguji teori;
Ide teoritis berkembang dari pengumpulan data awal yang kemudian
berpengaruh terhadap pengumpulan data selanjutnya. Terdapat sebuah spiral
kumulatif antara pembangunan teori dan pengumpulan data.

Penelitian kualitatif berhubungan dengan teks, tidak bisa dikuantitaskan


(kecuali jika menggunakan metode khusus yang mengkombinasikan dengan teknik
kuantitatif), berfokus pada nilai, proses, pengalaman, bahasa, dan makna. Data
seringkali berupa kalimat atau teks yang bahkan tidak selalu tertulis, dan bukan
menggunakan angka sebagai basis analisis. Jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan penemuan yang tidak dicapai dengan menggunakan prosedurprosedur statistik atau cara-cara kuantifikasi lainnya, seringkali jenis penelitian ini
digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, gerakan
sosial dan hubungan kekerabatan.
Dalam proses pengumpulan data awal seringkali tidak mungkin untuk
menentukan secara tepat data apa saja yang akan diambil sebagaimana situasi atau
proses belum sepenuhnya dipahami. Analisis berkala mengenai data yang telah
terkumpul dapat membantu mengarahkan ke pengumpulan data selanjutnya.
Penyesuaian terhadap apa yang akan dipelajari selanjutnya, pertanyaan apa yang
akan diajukan, dan apa yang akan dilakukan adalah berdasarkan apa yang telah
dilihat, terjawab, dan diselesaikan/dipahami. Proses reiterasi dan interpretasi ini
merupakan emphasis dari penelitian kualitatif. Dalam pengumpulan data maupun
III- 3

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

analisis terdapat proses theme coding atau pengkodean berdasarkan tema atau
kesamaan untuk menemukan variabel.
Penelitian kualitatif memiliki beberapa elemen utama dalam prosesnya yang
menjadi ciri sebagaimana dijelaskan Russell (2000). Elemen-elemen tersebut adalah:
Naturalistic inquiry (pertanyaan yang bersifat alamiah);
Membutuhkan desain penelitian yang fleksibel;
Purposeful sampling;
Dilakukan secara personal dan dekat dengan obyek penelitian;
Data dan metode yang membutuhkan kedalaman;
Jauh dari prasangka dan memiliki empati;
Berorientasi pada kasus yang unik;
Induktif analisis;
Perspektif holistik tidak hanya terpaku pada variabel;
Berorientasi pada proses, bukan pada hasil;
Manusia/peneliti sebagai alat dimana keabsahan penelitian.
Dalam mendeskripsikan sesuatu, penelitian kualitatif berfokus pada
kedalaman, makna, dan detail. Kata sifat seperti kaya akan.., dalam, dan penuh
sering digunakan dalam penjelasan. Deskripsi juga berusaha membangun
pemahaman dari bawah keatas /ground up. Seringkali jika dibandingkan dengan
penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif cenderung memiliki skala lebih kecil dan
mengadopsi struktur pendekatan yang lebih bebas untuk mendorong partisipan
berbicara detil mengenai makna dan nilai-nilai yang mereka miliki dan kemudian
berpengaruh terhadap perilaku mereka. Fitur penting lainnya yang mewarnai
penelitian kualitatif adalah berikut ini.
1. Sebuah penelitian pada kasus yang berjumlah sedikit membutuhkan waktu yang
cukup lama. Dalam arti, proses pengumpulan data diperoleh secara intensif;
merupakan penelitian yang sangat detail dan disertai dengan pengumpulan
data dalam jumlah banyak (secara kuantitas) dari segelintir informan. Pada
umumnya responden penelitian dipilih menggunakan theoretical sampling atau
snowball sampling. Melalui snowball sampling, peneliti bertujuan untuk
mencari keunikan daripada kesamaan melalui strategi sampling yang mereka
gunakan.

III- 4

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Apa dan bagaimana mengambil sampel kualitatif?


Dalam penelitian kualitatif, tujuan utama peneliti adalah pemahaman terhadap proses-proses
sosial daripada menghasilkan sampel yang representatif. Responden dipilih menggunakan
snowball sampling dan theoretical sampling. Snowball sampling digunakan ketika tidak ada
kriteria tertentu yang mampu menyamakan responden utama untuk digunakan dalam penelitian.
Hal ini bergantung pada peneliti dalam mendapatkan pihak penting yang dapat dihubungi untuk
dapat merekomendasikan pihak lain yang sekiranya dapat dilibatkan ke dalam penelitian.
Sementara itu, theoretical sampling secara keseluruhan dipengaruhi oleh pemilihan responden
yang dapat memaksimalkan theoretical development. Sampling harus bertujuan untuk
meletakkan data strategis dan mengoreksi hipotesis yang salah. Sampling berhenti ketika
kejenuhan/saturasi (theoretical saturation) didapatkan, yaitu dimana tidak ditemukan lagi
temuan analisis yang muncul dari situasi yang tengah ada.

Pendekatan tersebut diatas memang sedikit kontras dengan


pengambilan sampling secara kuantitatif seperti survey melalui kuisioner.
Hakim dalam Henn (2006) menganalogikan sebagai berikut:
Survey memperlihatkan pandangan mata burung (birds eye view),
sedangkan pendekatan kualitatif menawarkan pandangan mata cacing
(worms eye view).
2. Berusaha mengenali fokus awal secara luas daripada menguji sebuah hipotesis
yang sudah terkerucutkan. Peneliti kualitatif cenderung memulai dengan
mengambil tema-tema yang luas di awal penelitiannya (general interestsebagai
isu). Saat proses pengambilan data isu-isu ini kemudian dipersempit pada
beberapa fokus yang menjadi masalah di lapangan.
3. Beragam tipe data digunakan, tidak hanya satu. Hasil dari observasi dan/atau
wawancara tidak terstruktur biasanya menjadi sumber data utama, namun
penggunaannya juga berasal dari dokumen publikmaupun pribadi dan bahkan
data statistik resmi serta kuisioner.Data-data kuantitatif tetap bisa diproses
melalui analisis data kualitatif dengan teknik kombinasi tertentu.

III- 5

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Apa pentingnya memanfaatkan berbagai tipe data untuk keperluan penelitian


kualitatif?
Berbagai tipe data sebenarnya dapat memperkaya hasil penelitian kualitatif yang
berfokus pada kedalaman. Misalnya penelitian mengenai indikasi menurunnya
modal sosial di sebuah desa dengan variabel utama adalah hubungan sosial,
institusi sosial, dan karakteristik masyarakat; penelitian ini jelas akan menuntut
peneliti untuk melakukan observasi dan in-depth interview untuk mengukur
variabel hubungan sosial di masyarakat. Tapi tidak menutup kemungkinan
bahwa kuisioner serta beberapa data statistik terkait profil penduduk dan
lembaga/institusi yang menjadi manifestasi fisik dari adanya modal sosial juga
dapat melengkapi bahan kajian. Kombinasi dari penggunaan berbagai tipe data
ini bermanfaat hal-hal berikut :
- Mendeskripsikan sejauh mana penurunan modal sosial di Desa A terjadi;
- Mengidentifikasi situasi dan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
penurunan modal sosial di Desa A;
- Menjelaskan hasil observasi mengenai hubungan antar elemen masyarakat;
- Menjelaskan pemahaman yang berkembang mengenai bagaimana persepsi
seseorang terkait modal sosial di wilayahnya;
- Menjelaskan hasil kajian mengenai apa yang telah dilakukan oleh institusi lokal
dalam mengatasi penurunan modal sosial tersebut dan bagaimana
pengaruhnya.

4. Mengumpulkan data dengan minimal pre-struktur. Hal ini berlaku bagi


penelitian kualitatif yang memulai dengan melakukan observasi dan wawancara
dengan tidak terstruktur. Pada dasarnya dalam melakukan observasi, peneliti
biasanya membuat catatan lapangan dimana mereka berusaha
mendeskripsikan apa yang telah mereka amati dan dengar secara detail,
daripada hanya sekedar melakukan checklist beberapa kategori yang sebagian
mereka amati.
5. Mempresentasikan data kualitatif akan lebih mengarah kepada penjelasan
verbal dan deskripsi, dimana kuantifikasi dan data statistik seringkali hanya
dipresentasikan sebagai penunjang atau subordinat.

III- 6

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Contoh mempresentasikan data kualitatif:


Pesan yang konsisten dari serangkaian wawancara di masyarakat pesisir di
Brondong, Lamongan mengenai kondisi mata pencaharian nelayan di wilayah
tersebut adalah mata pencaharian tersebut tidak lagi disukai oleh generasi muda di
Brondong terutama untuk pekerjaan nelayan tangguh. Adapun anak-anak muda
yang menjadi nelayan tangguh di Brondong sebagian besar adalah karena tidak ada
pilihan lain atau karena membantu orangtuanya yang juga nelayan. Seandainya
terdapat pilihan mereka memilih untuk menjadi pedagang ikan atau entrepreneur
pengolah ikan. Selain itu mereka juga menginginkan untuk meneruskan sekolah
yang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan. Hal ini terjadi
karena selama hidupnya mereka telah mempelajari pola kehidupan yang tidak stabil
terutama secara finansial karena mata pencaharian ayah mereka adalah nelayan.
Pesan ini merupakan makna dari beberapa potongan transkrip berikut:
Jadi gini, kalau dulu saya masih kecil itu hampir semua nelayan aktif. Ibu-ibunya
rata-rata tidak bekerja. Anak-anaknya rata-rata bercita-cita jadi nelayan. Kemudian
tahun 1974 ada pergeseran dari gerakan motorisasi yang dilakukan oleh
kementerian waktu itu masih kementerian pertanian dirjen perikanan ada
motorisasi kemudian ada sarana-sarana komunikasi yg memungkinkan nelayan
tidak ingin menjadikan anak-anaknya menjadi nelayan. Disekolahkan. (Responden
A. Dikutip dari wawancara penelitian tahun 2013)
sebetulnya waktu saya SD mau ke SMP jujur saja dari keluarga minus, saya betulbetul minus. Waktu SD saya diajak bapak ke laut pas mau masuk SMP,nah itu saya
diajak ke laut sambil menunggu pengumuman. Saya melaut di Blimbing, kemudian
habis pengumuman kan masuk kan, terus begitu lulus SMP kita kan mau
melanjutkan ke SMA, nah SMA di sini waktu dulu yang negeri belum ada yang
tingkat kecamatan.Akhirnya yang ada di Kabupaten Tuban sama Lamongan. Di
Kabupaten Lamongan yang ada SMPP dan SMA 1. Kemudian saya masukkan di sana
sama bapak, dan saya masuk di SMPP. Waktu masuk situ sambil menunggu
pengumuman saya juga diajak ke laut sama orang tua. Jadi saya melaut itu kan
sambil nunggu istilahnya (Responden B, 2013. Dikutip dari wawancara penelitian
tahun 2013)
Sumber: Penelitian Lab. Kota PWK ITS 2013; Pengembangan Konsep Permukiman Minapolis di
Brondong, Lamongan oleh Dian Rahmawati, Rimadewi Suprihardjo, Rulli Pratiwi, Karina Pradinie

3.3 Tipologi Metode Penelitian Kualitatif


Denzin (1989) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah many thing to
many people pernyataan Denzin tersebut memperjelas bahwa seiring dengan
perkembangan penelitian kualitatif, jangka dan ruang lingkup penelitian kualitatif
terus berkembang dan tidak ada batasan tertentu mengenai bagaimana melakukan
penelitian kualitatif.
Dalam diktat ini, penulis membagi 3 tipologi desain penelitian kualitatif yaitu,
tipologi pure qualitative, quench qualitative dan quasi qualitative. Pemahaman ini
III- 7

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

disusun berdasarkan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian kualitatif. Perlu


kiranya bagi peneliti kualitatif untuk memahami tipologi ini, dalam rangka memahami
konskeuensi dan pelaksanaan desain penelitian yang diinginkan :
1. Tipologi 1 Pure Qualitative
Penelitian kualitatif ini merupakan perwujudan penelitian kualitatif dengan
kedalaman tertentu (filosofi). Penelitianjenis ini lebih baik dilakukan oleh
peneliti kualitatif yang berpengalaman1. Tipologi ini adalah tipologi yang
dimaksud oleh Bungin (2007) bahwa penelitian kualitatif mengharuskan
peneliti melampaui berbagai tahapan berpikir kritis ilmiah, yang mana seorang
peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta dan
fenomena-fenomena sosial melalui pengamatan lapangan kemudian
menganalisisnya dan kemudian sebagai hasil akhir berupaya untuk
menteorisasi berdasarkan apa yang diamati tersebut, sebelum memberi
sumbangan/hasil pada ilmu pengetahuan.
Karakteristik dari tipologi pure qualitative ini adalah 1). Paradigma penelitian
yang digunakan adalah naturalistik2/fenomenologi3, 2). Pendekatan penelitian
yang digunakan adalah induktif4, biasanya peneliti berangkat dalam keadaan
tanpa hipothesis dan terkadang tanpa background knowledge, 3). Hasil yang
dihasilkan berada pada tataran konsep atau teori4). Subyektivitas dalam
penelitian ini relatif tinggi dengan validitas dan realibiltas yang hanya dapat
dipertanggungjawabkan oleh peneliti tersebut 5). Biaya yang dikeluarkan
seringkali tinggi.

Beberapa hal yang menjadi kekuatan tipologi ini adalah:


Range penelitian yang luas karena kebolehan meneliti hal hal yang
belum pernah diteliti sebelumnya.
Dapat mengenerate teori baru yang belum pernah ada.
Dapat menyingkap makna dan wawasan yang belum pernah diperoleh.
Fleksibel dalam desain survey dan memungkinkan peneliti untuk
kembali ke lapangan mengumpulkan kekurangan data.
Tipologi ini sangat rentan terhadap beberapa hal krusial, yakni :
Penelitian mengenai hal yang baru dan belum pernah diangkat
sebelumnya akan berpengaruh terhadap adanya list data yang
dikumpulkan kurang lengkap, responden yang belum teridentifikasi
dan peer reviewer yang tidak memiliki pengetahuan di bidang tersebut.
Kesalahan mengidentifikasi responden/partisipan penelitian.
1

Mahasiswa S1 tidak dianjurkan dalam melakukan penelitian ini. Mahasiswa S2, dapat melakukan penelitian ini dengan persyaratan
pernah melakukan penelitian kualitatif sebelumnya atau mendapat rekomendasi dari promotor.
2Dalam paradigma lain juga dinyatakan sebagai paradigma social constructivism
3
Dapat merujuk pada chapter 2
4
Induktif bermakna bahwa penelitian dimulai dari data data lapangan

III- 8

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Adanya kemungkinan peneliti tidak dapat melakukan screening pada


responden disebabkan adanya kesensitifan pada isu yang diangkat
(semisal: penggusuran rumah, dll) yang menyebabkan responden bisa
jadi tidak memenuhi kriteria yang diajukan di awal, seperti
keterbukaan responden, kejujuran responden, dll.
Kesalahan
dalam
mengidentifikasi
fenomena/merumuskan
permasalahan awal. Hal ini disebabkan adanya kekurangan data pada
fakta empirik.
Teori atau hipothesis yang diajukan seringkali telah ditemukan oleh
peneliti lain atau dalam hal ini penelitian dapat dinyatakan gagal.

Jenis Jenis penelitian yang seringkali termasuk dalam kategori ini adalah :
1) Penelitian fenomenologi
Penelitian fenomenologi adalah penelitian tentang makna pengalaman
berbagi tentang suatu fenomena5. Target utamanya adalah memahami
makna hubungan konkrit yang menjelaskan pengalaman orisinil dari
situasi spesifik. Peneliti melakukan interpretasi data yang dikumpulkan
melalui wawancara yang panjang untuk mengungkapkan esensi atau
makna pengalaman berbagi dari beberapa nara sumber yang dilibatkan
(Creswell,1998).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang berakar dari filosofi,
psikologi dan pendidikan. Tujuannya adalah untuk membentuk laporan
studi mengenai pengalaman hidup dan sebuah fenomena
(Creswell,1998).
Studi fenomenologi dalam konteks tata ruang telah banyak digunakan
untuk mengidentifikasi dan merestrukturisasi sebuah fenomena
keruangan dengan tujuan menyingkap apa yang nampak dari sebuah
fenomena yang terjadi. Penelitian ini paling baik digunakan untuk
mencari sebuah penjelasan terhadap perilaku masyarakat terhadap
pola ruang tertentu. Sebagai contoh kasus yakni bagaimana makna
ruang terhadap sekelompok orang yang tinggal di kawasan sempadan
kereta api.
2) Penelitian ethnomethodology
Penelitian ethnomethodology, merupakan sebuah perwujudan dari
alternatif dari sosiologi yang diterima atau diyakini oleh masyarakat
pada saat ini (Sharrock,2013). Dalam bahasa yang lebih sederhana
penelitian ini merupakan penelitian yang menyelidiki anomali sosial
5Fenomena didefinisikan sebagai obyek pengalaman hidup yang dialami sekolompok responden

III- 9

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

dan bagaimana pelaku atau responden tersebut mampu menerima


anomali tersebut menjadi common sense. Studi ini setidaknya
memiliki dua fokus, yakni 1). Mengetahui bagaimana aktivitas sosial
melalui percakapan dengan responden terkait. 2). Bagaimana aktivitas
sosial dideskripsikan, diamati dan dilaporkan dengan tujuan tertentu
yang ingin dicapai.
Ethnomethodologi sendiri merupakan gabungan dari ilmu linguistik
dengan ilmu sosial,sebagai konsekuensinya dalam penelitian ini
transkrip percakapan antara responden dengan peneliti harus
ditampilkan dan disarikan dalam brief resume yang disusun dalam
conversational analysis (CA)6 dalam rangka menguji kompetensi dari
hasil penelitian tersebut (Sharrock,2013).
Perbedaan utama antara ethnografi dengan ethnomethdology adalah
keberadaan breacher7. Pada ethnografi, peneliti murni sebagai pihak
luar yang meneliti sebuah budaya tertentu ataupun memberikan
campuran sebagai bentuk advocacy. Namun, dalam ethnomethodology
peneliti terlibat dalam memberikan stimulus yang bertentangan
dengan norma sosiologi yang diterima masyarakat pada umumnya,
stimulus ini dinamakan sebagai breacher
Pada ilmu tata ruang, ethnomethodology dapat digunakan untuk
menganalisis motivasi, kemauan dan niat yang sesungguhnya dari
responden sebagai misal dapat dilakukan untuk mencari motivasi pada
masyarakat yang tinggal di daerah rawan (sempadan kereta api, sungai,
dll), dapat pula dilakukan pada masyarakat yang tinggal di permukiman
yang kurang dari umumnya permukiman rata rata.

3) Ethnografi
Penelitian etnografi merupakan penelitian yang memiliki fokus untuk
mendeskripsikan dan mengintrepretasikan budaya suatu grup
(Creswell,2007). Dalam definisi atau pengertian lain etnografi adalah
penelitian tentang suatu budaya atau kelompok masyarakat
berdasarkan observasi-observasi peneliti yang tinggal lama di lapangan.
Peneliti mendengarkan dan mencatat persepsi informan dengan tujuan
mengeneralisasi suatu potret budaya (Thomas,1993, Walcott,1994).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian yang bergerak
dalam bidang Antropologi dan sosiologi (Creswell,2007). Beberapa ciri

6
7

Dapat dilihat lebih lengkap pada chapter 4


Stimulus dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan

III- 10

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

atau karakteristik penelitian etnografi adalah sebagaimana diterangkan


oleh Atkinson & Hammersley dalam Denzin & Lincoln,1997 bahwa :
a) Lebih menekankan upaya eksplorasi terhadap hakikat/sifat
dasar fenomena tertentu dan bukan melakukan pengujian
hipothesis atas fenomena tersebut
b) Bekerja dengan data yang tidak berstruktur atau dengan kata
lain, data yang telah dirumuskan dalam bentuk kode sebagai
seperangkat kategori tertentu masih menerima peluang akan
analisis tertentu.
c) Penelitian terhadap sejumlah kecil kasus, mungkin satu kasus
kecil secara mendetail
d) Menganalisis data yang meliputi intrepretasi makna dan fungsi
berbagai tindakan manusia secara eksplisit sebagai sebuah
produk yang secar umum mengambil bentuk-bentuk deskripsi
dan penjelasan verbal tanpa harus memanfaatkan analisa
kuantitatif dan statistik.
Pada prosesnya penelitian etnografi merupakan penelitian yang
sepenuhnya bersandar pada metode observasi partisipan, walaupun
ada beberapa yang hanya sebagian saja. Setidaknya ada dua jenis
etnografi yang ada dalam wacana, yang pertama adalah etnografi
realist yang ditulis oleh pihak ketiga yang netral, dimana pihak ini tidak
boleh berada dalam satu budaya yang sama dengan obyek yang
diteliti. Yang kedua adalah etnografi kritis, dimana peneliti bertindak
sebagai advokat dalam suatu masyarakat tertentu (Creswell,2007).
Contohnya dalam konteks tata ruang, dapat digunakan untuk mencari
persepsi, preferensi, perilaku suatu komunitas ataupun kelompok
budaya tertetu dalam menyikapi pembangunan, kebijakan maupun isu
tata ruang.

4) Grounded Theory
Grounded theory merupakan metode umum untuk mengembangkan
teori. Metodologi pengembangan teori tersebut berbasis pada
pengumpulan dan analisis data (Strauss & Corbin dalam Denzin &
Lincoln,1997).
Dalam metodologi ini teori dikembangkan secara langsung dari data
atau, apabila telah bersesuaian dengan wilayah penelitian, teori
tersebut dapat diolah atau dikembangkan sesuai dengan data-data
yang diperoleh sesudahnya. Grounded theory sesungguhnya adalah
aktivitas pengembangan teori dan praktik penelitian sosial sebagai satu
proses yang padu. Perbedaan Grounded theory dengan metode lain
III- 11

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

terletak pada aktivitas pengembangan teori, ketika penelitian kualitatif


lainnya bisa berhenti dalam tahap apa saja, aktivitas grounded theory
harus mencapai tahapan teori tertentu. (Strauss & Corbin dalam
Denzin & Lincoln,1997).
Sebagai contoh, dalam konteks penelitian mengenai ruang, dapat
digunakan untuk menjelaskan mengapa terdapat perbedaan dalam
penggunaan ruang pada aktivitas di desa dan di kota.
2. Tipologi 2 Quench Qualitative
Pada tipologi kedua ini, penulis menamakan sebagai tipologi quench
qualitative, yang bermakna bahwa penelitian kualitatif yang memuaskan
dalam kata lain, penelitian ini dapat menghasilkan tahapan konsep bahkan
teori namun dengan teknik atau strategi yang lebih mudah
dipertanggungjawabkan validitas dan realibilitasnya.
Perbedaan utama dengan pure qualitative adalah pada cara pengumpulan dan
jenis data yang dikumpulkan. Pada tipologi pure qualitative, kebanyakan data
yang digunakan untuk analisis adalah berupa pengamatan, wawancara tak
terstuktur dan catatan catatan tentang temuan peneliti yang seringkali tidak
dapat diperiksa ulang oleh pihak lain sedangkan pada quench qualitative, data
yang dikumpulkan dan analisis dapat dipertanggungjawabkan dan diperiksa
ulang oleh pihak lain, sehingga validitas dan realibilitasnya lebih terukur.
Tipologi ini dapat digunakan oleh peneliti kualitatif pemula hingga expert8.
Karakteristik dari tipologi quench qualitative ini adalah 1). Paradigma
penelitian yang digunakan bervariasi mulai dengan naturalistik, rasionalistik
hingga post positivistik9, 2). Pendekatan penelitian yang digunakan fleksibel
dapat induktif maupun deduktif10. Apabila peneliti memilih menggunakan
pendekatan induktif, maka diwajibkan untuk memiliki background knowledge,
3). Hasil yang dihasilkan berada pada yang luas mulai studi identifikasi hingga
teoritisasi 4). Penelitian tipologi ini masih memiliki subyektivitas penelitian,
namun di sisi yang lain obyektivitasnya lebih dapat dipertanggungjawabkan 5).
Biaya yang dikeluarkan tergantung pada jenis penelitian yang dipilih.
Beberapa hal yang menjadi kekuatan tipologi ini adalah:
Range penelitian yang luas karena kebolehan meneliti hal hal yang
belum pernah diteliti sebelumnya.
Memiliki set desain survey yang terkontrol, mulai dari pemilihan
responden, panduan diskusi hingga analisis.
Validitas dan realibilitas lebih mudah direview oleh peer reviewer.
8

Dapat digunakan mulai tataran pengerjaan tugas S1 hingga mengerjakan disertasi.

9Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada chapter 2


10

Deduktif bermakna bahwa peneliti harus terlebih dahulu memiliki backgrond knowledge, proposisi maupun hipothesis

III- 12

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Subyektivitas dalam penelitian lebih terkontrol dan tereduksi.

Tipologi ini sangat rentan terhadap beberapa hal krusial, yakni :


Desain survey yang sejak awal harus rigor dan terukur.
Peer reviewer yang tidak memahami desain penelitian kualitatif akan
mengarahkan pada desain penelitian kualitatif yang bersifat pure atau
bahkan ke arah quasi qualitative.
Kemampuan peneliti dalam mengumpulkan dan mengidentifikasi data
kualitatif.
o Kesalahan mengidentifikasi responden/partisipan penelitian,
semisal ada pihak krusial yang belum dilibatkan.
o Kebingungan peneliti terhadap desain survey yang diinginkan
(misal berapa grup/orang yang dibutuhkan untuk wawancara).
o Peneliti tidak handal dalam melaksanakan detail lapangan,
sehingga membuat proses penelitian di lapangan terhambat.
Jenis Jenis penelitian yang seringkali termasuk dalam kategori ini adalah :
1) Case Study Research
Penelitian studi kasus adalah salah satu strategi dan metode analisis
data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi
pada obyek analisis (Bungin,2007). Pada umumnya studi kasus juga
digunakan dalam menganalisis data kuantitatif, namun lebih terkenal
digunakan untuk menganalisis data kualitatif.
Beberapa tipe studi kasus menurut Bogdan Biklen,1992 dalam Bungin,
2007 adalah :
Studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Domain penting
dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian
mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi
sosial tertentu dalam jangka wkatu yang tertentu pula.
Studi kasus observasi. Penekannya adalah penggunaan
observasi dalam penelitian untuk menjaring informasi-informasi
empiris yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian.
Studi kasus life history. Studi ini mencoba untuk menyingkap
dengan lengkap dan rinci perjalanan hidup seseorang sesuai
dengan tahapan-tahapan, dinamika, liku-liku hidup yang paling
mempengaruhi hidup seseorang.
Studi kasus sosial atau kemasyarakatan. Studi ini bertujuan
untuk melihat keunikan dalam suatu masyarakat.
Studi kasus situasional. Studi kasus pada suatu fenomena
tertentu yang terjadi dalam masyarakat semisal lumpur lapindo.
Studi kasus Mikroetografi. Studi kasus yang dilakukan terhadap
sebuah unit sosial terkecil.
III- 13

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Sementara Yin,1989 memiliki tipologi studi kasus tersendiri yakni:


a. Studi kasus eksplanatoris dimana menjawab pertanyaan mengapa.
b. Studi kasus eksploratorif yang menjawab pertanayaan bagaimana
c. Studi kasus deskriptif yang menjawab pertanyaan apa.
Dalam studi kasus dikenal beberapa jenis studi kasus yaitu studi kasus
dengan kasus tunggal dan multiple kasus. Pada studi kasus dengan
kasus tunggal Azis dalam Bungin,2007 menyebutkan bahwa sekurangkurangnya ada tiga macam rasionalitas yang harus diperhatikan yakni :
Bahwa kasus tunggal pada dasarnya analog dengan eksperimen
tunggal dalam penelitian kuantitatif
Sebuah kasus merefleksikan sesuatu yang ekstrem atau penuh
keunikan sehingga menarik dan bermakna untukditelusuri
Sebuah kasus dapat dikatakan sebagai kasus penyingkapan
Di sisi lain untuk mendesain studi kasus dalam konteks multikasus
biasanya dilakukan dengan cukup ketat. Setiap kasus yang diangkat
diarahkan ke tujuan yang spesifik dalam ruang lingkup inquiri secara
menyeluruh, kasus multikasus seringkali dianalogikan sebagai
multieksperimen. Beberapa logika replika yang disarankan dalam
menyusun desain studi kasus dengan multikasus adalah :
Setiap kasus yang harus dipilih diharapkan dilakukan dengan
hati-hati dan cermat agar dapat memprediksi hasil yang serupa
ataupun membuahkan hasil yang bertolak belakang tetapi
untuk alasan alasan yang dapat diprediksi. Dalam kerangka
demikian diperlukan pengembangan kerangka teoritis ini adalah
untuk menjembatani penarikan generalisasi ke arah kasus-kasus
baru.
Logika multikasus berbeda dengan sampling dan bukan
merupakan penelitian survey, studi kasus digunakan untuk
menilai fenomena maupun konteksnya.
2) Ethno
Ethno pada dasarnya pengembangan dari teknik survey Participant
Observation, namun dalam perkembangannya saat ini teknik ini telah
menjadi suatu jenis penelitian tersendiriyakni penelitian yang berfokus
pada pengamatan terhadap responden atau subyek/obyek penelitian
tertentu. Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan seharihari obyek yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber
data penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan
apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya.

III- 14

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Pengamatan berperan serta pada dasarnya mengadakan


pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada hal
yang sekecil-kecilnya. Bogdan (1972) mendefinisikan pengamatan
berperanserta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang
memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam
lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan
dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.
Perbedaan Ethno dengan ethnografi dan ethnomethdology dapat
dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 3.1.
Perbedaan Ethnografi, Ethnomethodology dan Ethno
Sumber : Adaptasi penulis dari Bogdan,1972, Creswell,2007 &
Sharrock,2013
3) Semua jenis penelitian kecuali Grounded Theory yang termasuk ke
dalam pure qualitative11 dengan beberapa persyaratan khusus, yakni:
a) Keberadaan background knowledge/grand theory.
b) Fakta empirik yang telah teridentifikasi.
c) Responden telah teridentifikasi/ mudah teridentifikasi.
3. Tipologi 3 Quasi Qualitative
Tipologi terakhir adalah quasi qualitative yakni yang penelitian qualitatif yang
bersifat semu. Tipologi ini dinyatakan semu karena orientasi terhadap hasil
kuantitatif dalam rangka mencapai validitas dan realibilitas yang rigor masih
kuat terhadap penelitian ini.

11

Phenomenology, Ethnomethdology dan Ethnography

III- 15

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Tidak terdapat jenis penelitian khusus dalam penelitian ini, yang memberikan
perbedaan dengan tipologi yang lain adalah penggunaan angka, skala ordinal
maupun alat statistik deskriptif dalam penelitian, dimana angka/skala tersebut
tidak berfungsi sebagai penunjang data kualitatif namun sebagai sentra atau
temuan utama dari sebuah penelitian.
Pada tipologi pure dan quench qualitative angka digunakan sebagai penunjang
temuan kualitatif saja dan terkadang digunakan pula sebagai triangulator dari
hasil yang ditemukan secara kualitatif. Sebagai contoh ditemukan tingkat
kriminalitas tertentu di wilayah A dinyatakan tinggi dan meresahkan oleh
responden, maka angka/skala kuantitatif berupa laporan kepolisian dapat
digunakan oleh peneliti kualitatif sebagai penunjang. Di sisi yang lain pada
quasi qualitative data kuantitatif/ skala menjadi poin utama dan penggunaan
kualitatif dipergunakan untuk memberikan eksplanasi terhadap hasil temuan
tersebut, sebagai contoh adalah penggunaan statistik deskriptif (contoh: 80%
masyarakat menolak pembangunan ruang), skala likert (skala preferensi,
contoh: faktor A memiliki skala likert 5), delphi (menggunakan statistik
deskriptif), AHP, content analysis12(yang berorientasi pada penghitungan
angka untuk menentukan koding).
Karakteristik dari tipologi quasi qualitative ini adalah 1). Paradigma penelitian
yang digunakan bervariasi mulai dengan positivistik atau rasionalistik 2).
Pendekatan penelitian yang digunakan deduktif. 3). Hasil yang dihasilkan
berada pada yang relatif sempit, biasanya terfokus pada verifikasi kajian
teoritik 4). Penelitian tipologi ini bersifat obyetif 5). Biaya yang dikeluarkan
tergantung pada jenis penelitian yang dipilih.
Beberapa hal yang menjadi kekuatan tipologi ini adalah:
Memiliki set desain survey yang terkontrol
Tingkat obyektivitas lebih tinggi dibandingkan dengan dua tipologi yang
lain.
Validitas dan realibilitas lebih mudah direview oleh peer reviewer.
Relatif mudah dan dapat digunakan oleh pemula.
Tipologi ini sangat rentan terhadap beberapa hal krusial, yakni :
Topik penelitian yang mudah untuk mencapai tingkat kejenuhan
tertentu.
Kedalaman penelitian kualitatif tidak sesuai yang diharapkan.
Seringkali jenis penelitian ini tidak bersifat eksploratif ataupun
eksplanatif seperti setting alamiah penelitian kualitatif, sehingga
penelitian ini seringkali hanya bersifat verifkatif terhadap suatu kasus.
4. Simpulan

12

Terdapat perdebatan mengenai konten analisis, banyak penelitian kualitatif yang mengabaikan words counting pada analisa konten,
sehingga tidak semua konten memiliki output hitungan jumlah kata,

III- 16

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Berdasarkan penjelasan yang ada, maka simpulan yang dihasilkan oleh penulis
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1.
Simpulan Tipologi Pure, Quench dan Quasi Qualitative Research

Pendekatan

Induktif

Background
knowledge,
hipothesis, proposisi
Kerumitan
penelitian
Pelaksana penelitian

Tidak wajib

Quench Qualitative
Penelitian yang
menggunakan metode
dan teknik analisa
kualitatif dengan
desain survey dan
tingkat validitas dan
realibilitas yang lebih
terukur.
Naturalistik/
Fenomenologi
Post positivistik
Rasionalistik
Deduktif/Induktif
dengan background
knowledge
Dianjurkan untuk ada

Tinggi

Sedang

Mudah

Expert/ berpengalaman
dalam melakukan
penelitian kualitatif (S2S3)
Obyektif/Subyektivit Subyektivitas tinggi
as Penelitian
Hasil penelitian
Teori, makna, nilai dari
suatu topik
(depth qualitative)

Pemula Expert (S1S3)

Pemula menengah
(S1- S2)

Subyektivitas
terkontrol
Persepsi, preferensi,
motivasi dari suatu
topik

Obyektif

Validitas penelitian

Tingkat kebiasan tinggi

Tingkat kebiasan
menengah

Realibilitas
penelitian

Tingkat kebiasan tinggi

Kekuatan Tipologi
Penelitian

Range isu/topik
peneitian yang dapat
diangkat luas
Dapat menghasilkan
teori baru
Menghasilkan hasil

Dapat dilihat dari


desain survey yang
diajukan
Range isu/topik
peneitian yang
dapat diangkat luas
Memiliki desain
survey yang dapat
diukur realibilitas

Definisi

Paradigma

Pure Qualitative
Penelitian yang
dilakukan dengan
metode dan teknik
analisa kualitatif dan
berorientasi pada
temuan kualitatif
dengan tingkat
kedalaman tertentu.
Naturalistik/
constructivism
Fenomenologi

Quasi Qualitative
Penelitian
kualitatif
yang masih memiliki
orientasi
pada
kuantitatif
(angka,
skala,dll).

Post positivistik
Rasionalistik

Deduktif

Wajib

Verifikasi
terhadap
teori
sebelumnya/hipothesi
s/ proposisi
Dapat dilihat dari hasil
pengolahan
data
(kebiasan rendah)
Dapat dilihat dari
desain survey yang
diajukan
Memiliki desain
survey yang dapat
diukur realibilitas
oleh reviewer
Validitas dan
realibilitas
III- 17

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN


yang mendalam
(depth qual)
Fleksibel

Kekurangan Tipologi
Penelitian

Adanya kemungkinan
list kebutuhan data
yang dikumpulkan di
awa tidak lengkap
sehingga peneliti
harus mengulangi
proses
Lack of empirical
background dalam
perumusan masalah
Salah mengenali
fenomena
Responden yang
diinginkan ada
kemungkinan tidak
memenuhi kriteria
Gagal dalam
merekonstruksi teori

Jenis Jenis
penelitian

Phenomenologi
Ethnomethodology
Ethnografi
Grounded Theory

Bab III

oleh reviewer
Validitas dan
realibilitas
terkontrol
Less subjective
Desain penelitian di
awal harus terdesain
dengan baik, apabila
tidak terdesain
dengan baik akan
berpengaruh
terhadap realibilitas
dan validitas
penelitian
Hasil, validitas dan
realibilitas penelitian
bergantung pada
kemampuan peneliti
Kemampuan
reviewer dalam
penelitian kualitatif
seringkali
berpengaruh
terhadap hasil
penelitian

terkontrol
More objective
Relatif mudah
digunakan

Semua penelitian
pada pure
qualitative, dengan
persyaratan :
memiliki latar
belakang
pengetahuan,
memiliki fakta
empirik yang telah
teridentifikasi dan
narasumber mudah
teridentifikasi
Case study research
(CSR)
Ethno

Tidak terdapat jenis


penelitian tertentu

Topik penelitian
yang dipilih pada
suatu saat akan
mencapai titik jenuh
Seringkali tidak
dapat menampilkan
hasil penelitian
kualitatif dengan
kedalaman yang
diharapkan

Sumber : Penulis, 2013


3.4 Teknik Sampling Metode Kualitatif
Teknik sampling yang dikenal di PWK dalam penelitian kualitatif selama ini
hanya dua jenis, yakni purposeful sampling dan snowballing sampling. Namun
sebenarnya pada tahun 1990, M.Patton telah mengembangkan dan menspesifikan
sampling pada penelitian kualitatif, seperti yang dapat telah dispesifikasikan dan
diadaptasi oleh penulis dalam Tabel 3.2.
III- 18

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Patton (1990) telah menspesifikan jenis jenis purposeful sampling menjadi


enam belas (16) jenis sampling yakni extreme or deviant case sampling, intensity
sampling, maximum variation sampling, homogeneous sampling, typical case
sampling, stratified purposeful sampling, critical case sampling, snowball or chain
sampling, criterion sampling, theory based or operational construct sampling,
confirming and disconforming case sampling, opportunistic sampling, random
purposeful sampling, sampling politically important, convenience sampling dan
combination or mixed purposeful sampling.
Ke-enambelas sampling memiliki karakteristik sampling kualitatif, yakni : a).
Fokus pada sample yang dapat memberikan informasi/pengetahuan terhadap
tujuan penelitian dan b). Relatif kecil dan tidak terlalu memperhatikan banyaknya
sampling yang diambil.
Tabel 3.2.
Jenis Strategi Sampling dan Tujuan Penggunaannya
Jenis Sampling
Extreme
deviant
sampling

Definisi dan Tujuan


Keterangan
Purposeful Sampling
or Strategi sampling yang digunakan untuk Dapat digunakan dalam
case penelitian yang bertujuan meneliti kasus yang penelitian CSR dan juga
khusus (ekstrem ataupun menyimpang/tidak Ethnomethodology
biasa).
Contoh: Kasus penyimpangan tata ruang,dari
data yang diperoleh penyimpangan rata rata
suatu kota 5%, namun beberapa kota mencapai
angka 10%. Sampling yang dipilih dengan
metode ini adalah yang memiliki simpangan
10%

Intensity
sampling

Strategi sampling yang mengambil partisipan Dapat digunakan di hampir


dengan karakteristik yang mewakili populasi semua jenis penelitian
pada umumnya.

Contoh: Kasus penyimpangan tata ruang,dari


data yang diperoleh penyimpangan rata rata
suatu kota 5%, namun beberapa kota mencapai
angka 10%. Sampling yang dipilih dengan
metode ini adalah yang memiliki simpangan 5%
Maximum
Strategi sampling yang digunakan dalam
variation
mencari generalisasi pada penelitian kualitatif
sampling
dengan memaksimalkan variasi responden
Homogeneous
Pada umumnya, sampling kualitatif yang terbaik
sampling
adalah menggunakan pendekatan sample yang
homogen, karena temuan yang didapatkan akan
semakin dalam
Typical
case Strategi sampling yang digunakan untuk
sampling
meneliti kasus kasus yang umum, untuk

Dapat digunakan di hampir


semua jenis penelitian,
terutama penelitian CSR
Dapat digunakan di hampir
semua jenis penelitian,
terutama penelitian CSR
Dapat digunakan pada jenis
penelitian Ethno, kurang
III- 19

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Stratified
purposeful
sampling

Critical
sampling

case

Snowball or chain
sampling
Criterion
sampling

Theory based or
operational
construct
sampling

Confirming and
disconforming
case sampling

Opportunistic
sampling
Random
purposeful
sampling
Sampling

Bab III

dipergunakan sebagai pemahaman bagi yang dapat digunakan untuk


tidak bisa melakukan hal yang umum.
penelitian dengan tipoogi
pure qualitative.
Strategi sampling ini hampir serupa dengan Dapat digunakan di hampir
maximum variation sampling, namun berbeda semua jenis penelitian
tujuan. Tujuan dari sampling ini adalah
mendapatkan variasi eksplanasi sebanyakbanyaknya dengan merekrut narasumber yang
bervariasi (namun tidak semua variasi diambil
seperti pada MVS)
Strategi sampling ini digunakan bagi penelitian Digunakan untuk penelitian
yang berorientasi pada masa depan seperti yang bertujuan
antisipasi, pengembangan dan lain sebagainya. memberikan efek
semisal untuk penelitian mengenai disaster. dramatisasi.
Dengan adanya sampling kasus ini diharapkan
memberikan efek dramatis pada wilayah
wilayah lain untuk melakukan DRM cycle.
Strategi sampling ini tidak digunakan secara Dapat digunakan di hampir
langsung untuk penelitian, namun lebih semua jenis penelitian
berorientasi untuk mencari narasumber kunci.
Sampling dengan kategori ini pada dasarnya Dapat digunakan di hampir
merupakan penjabaran dari sampling samling semua jenis penelitian
yang lain, dimana sampling ini membuat set
kriteria di awal untuk menentukan sample yang Selalu digunakan pada
di ambil.
quench
qualitatve,
walaupun menggunakan
Sampling ini akan menunjukkan jenis sampling strategi sample lain
apa yang dicari oleh peneliti, apakah critical
case sampling atau maximum variation
sampling.
Sampling dengan strategi ini memerlukan Dapat digunakan di hampir
background knowledge, siapa saja yang menjadi semua jenis penelitian
narasumber penelitian. Merupakan awal dari
pembuatan criterion sampling.
Selalu digunakan pada
quench
qualitatve,
Dengan kata lain, sample yang dicari disusun walaupun menggunakan
berdasarkan konstruksi dari background strategi sample lain
knowledge peneliti.
Sampling dengan strategi ini diperuntukkan Digunakan pada penelitian
untuk jenis penelitian yang bertujuan untuk yang
membutuhkan
menguji suatu konsep/produk dan sebagian konfirmasi
besar bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
temuan
Strategi sampling ini mengharuskan peneliti Hanya dignakan pada
untuk turun lapangan terlebih dahulu, sehngga tipologi pure qualitative
dapat melihat kebutuhan sample
Strategi
sampling
ini
dapat
bersifat Digunakan pada penelitian
komplementer terhadap strategi sampling yang yang
membutuhkan
lain, sifatnya hanya melakukan pengacakan konfirmasi
pada pemilihan populasi sampling.
Strategi sampling ini digunakan untuk mencari Digunakan pada penelitian
III- 20

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

politically
important

sample yang terkait dengan pemerintahan yang


melibatkan/
setempat
membutuhkan assesment
terkait political will
Convenience
Sampling berdasarkan keyakinan peneliti, Sebisa
mungkin
tidak
sampling
sebagai contoh saya yakin ketua Balitbangda dilakuka/dipilih.
akan mampu menjadi responden saya. Sample
jenis ini cepat dan murah, namun dinilai tidak
kredible oleh sebagian besar peneliti kualitatif.
Combination or Sample ini menggabungkan antara dua strategi Sebisa mungkin dilakukan
mixed purposeful sampling yang telah dijabarkan di awal.
oleh
peneliti
dengan
sampling
tipologi quench qualitative
dengan minimal gabungan
antara criterion sampling
dan theory based or
operational
construct
sampling

Sumber: Adaptasi dari Patton, 1990

3.5 Sumber Data Penelitian Kualitatif


Seperti yang kita ketahui, penelitian sosial sering dicirikan oleh sejumlah
dikotomi: metode kuantitatif dan kualitatif, epistimologi positivistik dan antipositivistik, kasus objektif dan subjektif. Diskusi mengenai data sosial secara pasti
berlanjut seiring dengan berbagai ciri khas diantara kedua metode tersebut yang
sifatnya bertolak belakang. Tipe data itu sendiri dapat diindetifikasikan melalui
keunikan kuantitatif (numerik) atau kualitatif (non-numerik). Hal yang sama juga
terjadi pada perlakuan data yang mengikuti pola yang ditentukan oleh asumsi
secara metodologi. Data kuantitatif diperlakukan sebagai data yang terukur secara
tertutup, sementara data kualitatif dalam keberagaman makna yang ada
ditunjukkan dengan bahasa dan tanda-tanda visual. Peneliti kuantitatif seringkali
menganalisa data untuk menguji teori (deduksi), sementara peneliti kualitatif
berupaya membangun teori dari data yang telah dimiliki (induksi).
Data kualitatif dapat ditemukan di sekitar kita. Di dalam surat kabar yang
kita baca, iklan televisi yang kita lihat, memo yang kita terima di kantor, atau pesan
singkat pada telepon seluler, kita menemui banyak sekali data kualitatif pada
keseharian kita. Hal-hal ini secara alami menjadi sumber data kualitatif yang
dihasilkan untuk suatu tujuan tertentu daripada penelitian kita; selain itu hal-hal
tersebut masih memberikan kita data yang sangat kaya untuk dianalisa. Hal ini
sangat memungkinkan untuk membawa informasi proyek penelitian yang
berkualitas tinggi yang berbasis pada sang analis data itu sendiri, dan beberapa
lainnya, seperti analis media, ini yang paling sering terjadi. Peneliti kualitatif
cenderung memilih untuk mengumpulkan data mereka sendiri yang berdasarkan
temuan di lapangan. Berikut contoh representasi mengenai perbedaan data yang
didapat secara kualitatif dan data yang diperoleh secara kuantitatif:

III- 21

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Contoh perbedaan antara data kualitatif dan kuantitatif


Sebuah badan pembangunan kota tertarik untuk menemukan
bagaimana teknologi baru dapat diimplementasikan olah staf tata ruang dalam
membantu proses pengendalian tata ruang. Penelitian tersebut memiliki dua
sasaran utama: (1) untuk menemukan cakupan penggunaan teknologi baru
dalam bidang tata ruang; dan (2) untuk mencoba dan memahami mengapa para
staf tata ruang menggunakan teknologi atau sebaliknya, apa yang mungkin
menjadi penghalang untuk pengaplikasian teknologi tersebut dalam kegiatan
pengendalian tata ruang.
Untuk memperoleh cakupan dari penggunaan teknologi tersebut, sebuah
kuisioner dibagikan kepada seluruh staff di divisi tata ruang pada badan
pembangunan kota tersebut. Hasil yang diperolah menyebutkan bahwa faktanya
75% dari seluruh staf tata ruang menggunakan perangkat lunak untuk melakukan
presentasi untuk membantu proses pengembangan tata ruang, dan bahwa
seluruh staff mampu berkomunikasi dengan masyarakat melalui email,
sementara itu hanya 10% dari staf tata ruang yang menggunakan perangkat
lunak dalam bekerja. Data ini membantu menemukan tipe dan cakupan dari
suatu fenomena: Apa yang mereka lakukan? Seberapa sering? Untuk tujuan apa?
Data ini kemudian menjawab sasaran utama dari penelitian. Untuk
menghubungkannya dengan sasaran kedua, dilakukan in-depth interview dengan
beberapa responden tertentu dengan beragam tingkat pengalamannya dalam
menggunakan teknologi. Pertanyaan-pertanyaan dalam.. wawancara bersifat
jauh lebih terbuka daripada kuisioner, dan pertanyaaan seperti: Apa yang
membuat anda mulai menggunakan email daripada papan pengumuman atau
surat edaran ke masyarakat? atau Apakah ada elemen lain yang dapat
mempermudah proses pengendalian dan pengembangan tata ruang selain
dengan penggunaan teknologi baru? Data-data yang dihasilkan dari jawaban
tersebut akan lebih detail dan natural. Hal ini menghasilkan sebuah temuan pada
pengalaman para staf dalam menggunakan teknologi baru yang mungkin tidak
terduga dalam jawaban wawancara tersebut. Data ini berguna dalam menjawab
pertanyaan seperti: Mengapa Anda melakukan hal tersebut? atau Bagaimana
pendapat Anda tentang penggunaan teknologi ini? Dengan begitu data yang
dihasilkan dapat dipertemukan dengan sasaran kedua secara lebih efektif
daripada dikumpulkan dengan survey kuantitatif.
Contoh ini menekankan pada perbedaan penggunaan kesesuaian antara
data kuanitatif dan kualitatif: data kuantatif lebih sesuai untuk menjelaskan hal
apa yang sedang terjadi, sementara data kualitatif sangat membantu dalam
pemahaman bagaimana dan mengapa sesuatu hal terjadi, dengan lebih
mengeksplornya secara lebih mendalam. Contoh di atas juga menyajikan
beberapa karakteristik dari kedua tipe data yang akan dibahas lebih lanjut pada
bab berikutnya.
III- 22

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Data Primer sebagai Data Kualitatif


Seringkali terdapat kebingungan pada peneliti mengenai apa yang dimaksud
dengan data kualitatif dan bagaimana bentuk data tersebut. Sebagian besar data yang
dimaksud dalam penelitian kualitatif berupa teks. Teks tersebut merupakan hasil
transkripsi13 dari proses pengumpulan data terhadap narasumber, catatan lapangan
(log book).
Guba & Lincoln (1981) mengidentifikasi bahwa data kualitatif yang ada
merupakan hasil intrepretative peneliti terhadap dokumen sekunder, gambar/foto dan
audio. Bungin, 2007 menyatakan bahwa gambar dan audio merupakan data mentah
penelitian kualitatif,Lebih lanjut, sumber data kualitatif dapat dilihat pada Gambar.3.2.
Pada Gambar tersebut terlihat bahwa setidaknya ada 5 sumber data untuk
penelitian kualitatif, yakni : 1). Audio, yang biasanya merupakan hasil rekaman dari
proses pengumpulan data, 2). Video, 3). Gambar/foto, 4). Dokumen sekunder, semisal
data BPS, penelitian lain 5). Dokumen pribadi yang meliputi buku harian, surat
menyurat, dan lain sebagainya.
Data mentah tersebut kemudian diproses hingga menjadi 2 jenis data utama
untuk dianalisis dalam penelitian kualitatif yakni teks dan pementaan/visual.

Gambar 3.2
Sumber data kualitatif

Meskipun data kualitatif cukup banyak ditemukan di kehidupan sehari-hari,


peneliti seringkali memiliki beberapa peratanyaan penelitian yang spesifik untuk
memperolah data yang spesifik pula. Penggunaan dari teknik wawancara dan
13

Contoh transkrip dapat dilihat pada lampiran

III- 23

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

observasi sebagai metode pengumpulan data primer adalah hal yang umum dalam
penelitian kualitatif dan dikedua kasus memungkinkan peneliti untuk
mempengaruhi tingkat kontrol pada data yang dikumpulkan. Sementara baik pada
sistuasi wawancara maupun observasi membuat peneliti bergantung pada
responden dalam penghasilan data, seting data yang dikumpulkan masih
ditentukan oleh peneliti dan juga diharapkan data tersebut sesuai dengan sasaran
dari penelitian.
Baik data yang dikumpulkan dari sumber dokumen eksisting maupun teknik
pengumpulan yang sengaja direncanakan untuk sebuah penelitian, data kualitatif
dapat dikategorisasikan menjadi informasi tekstual, audio, maupun visual. Tabel di
bawah ini memberikan sedikit contohmengenai pemilihan yang umum digunakan.

Tabel 3.3 Contoh Data-Data Kualitatif:


Tipe Data
Catatan Lapangan Tekstual
Audio
Visual

Contoh
jurnal reflektif, artikel koran, memo, transkrip,
email/pesan singkat
rekaman suara: wawancara, pidato,
pembicaraan santai, siaran radio, music
tayangan televisi, film, foto, lukisan, ukiran,
rekaman video (proses FGD, observasi, kegiatan
harian)

Data kualitatif mengandung begitu banyak spectrum yang sangat lebar


mengenai objek-objek kebudayaan dan sosial yang dibuat oleh manusia. Seluruh data
tersebut menyampaikan informasi yang bermakna daripada hanya sekedar angka.

3.6 Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif


Teknik pengumpulan data yang dibahas dalam buku ini adalah
wawancara/interview dimana dalam sub bab ini telah termasuk in depth interview,
kemudian pengamatan/observasi, mengintrepretasikan dokumen dan yang terakhir
adalah FGD.
a. Wawancara/Interview
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Maksud
diadakannya wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985) antara
lain : mengonstruksi perihal orang, kejadian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan

III- 24

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

harapan pada masa yang akan mendatang, memverifikasi, mengubah dan


memperluas informasi dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia.
Konsep dalam melakukan wawancara sangat bervariasi; mulai dari interaksi
yang bersifat tidak terstruktur, situasi semi-terstruktur, hingga interaksi yang sangat
formal dengan responden. Wawancara dapat dilakukan melalui telepon, surat, atau
bahkan melalui komputer. Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview)
seringkali digunakan di berbagai ilmu sosial sebagai awal penyusunan kuisioner,
dan beberapa ilmu khusus seperti antropologi budaya bahkan digunakan sebagai
metode utama. Wawancara tidak terstruktur bisa dilakukan bersamaan saat
melakukan observasi di wilayah studi, sedangkan wawancara semi-terstruktur dan
wawancara mendalam, yang merupakan metode pengumpulan data dalam
penelitian etnografi, cenderung membutuhkan waktu dan guide sebagai pengarah
berjalannya wawancara. Terdapat beberapa jenis wawancara yang berbeda
berdasarkan seberapa besar kontrol yang kita lakukan untuk mendapatkan
respon/jawaban dari responden. Jenis wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wawancara informal
2. Wawancara tidak terstruktur
3. Wawancara semi-terstruktur
4. Wawancara terstruktur
Wawancara Informal
Memiliki karakteristik struktur dan kontrol yang minim. Peneliti harus
memiliki ingatan yang kuat mengenai pelajaran yang diperolehnya di lapangan. Hal
ini perlu didukung dengan catatan spontan maupun rutin mengenai apa yang sudah
didapatkan serta mengembangkan catatan lapangan/fieldnotes. Informal berbeda
dengan lightweight/ringan. Wawancara informal terkadang akan menjadi hal yang
berat bagi peneliti untuk membuat proses menjadi sealami mungkin, mampu
membuat responden menganggap bahwa mereka sedang berkomunikasi biasa, dan
di akhir, peneliti mampu mencatat kembali hal penting dari yang didapatkan dari
proses diskusi atau wawancara informal yang telah dilakukan. Salah satu contoh
riset yang menggunakan metode utama berupa wawancara informal dilakukan oleh
Connolly (1990) mengenai gamines, atau anak jalanan, di Guatemala City dan
Bogota. Anak-anak ini hidup, makan, dan tidur di jalan. Duduk dan mengobrol
dengan anak-anak ini adalah satu-satunya cara bisa mengakses informasi dengan
baik dari mereka.
Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur dilakukan berdasarkan rencana yang jelas yang
menjadi pengarah meskipun berada di dalam pikiran, dan disertai dengan kontrol
yang minim terhadap respon/jawaban dari responden. Diharapkan dari wawancara
jenis ini dapat menggugah seseorang untuk berbicara secara terbuka,
mengekspresikan dirinya melalui istilahnya dan kecepatannya sendiri. Jenis
wawancara ini seringkali digunakan dalam proses wawancara etnografis.
III- 25

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Wawancara Semi-Terstruktur
Dalam situasi dimana kita mendapatkan kesempatan melakukan wawancara
terhadap seseorang yang belum tentu bisa dilakukan lagi dianjurkan menggunakan
jenis wawancara semi-terstruktur. Wawancara semi-terstruktur membutuhkan
kemampuan yang sama dalam melakukan wawancara seperti pada umumnya,
hanya saja diperlukan sebuah interview guide atau discussions guide; yaitu sebuah
daftar tertulis mengenai pertanyaan dan topik yang perlu dilakukan dalam tatanan
yang telah ditentukan. Wawancara semi-terstruktur merupakan wawancara yang
paling populer untuk dilakukan termasuk di kalangan lembaga survey profesional.
Pewawancara (interviewer) memang tetap memimpin arah diskusi (secara halus),
namun dalam interview guide terdapat rangkaian instruksi seperti berikut: Selidiki
untuk melihat apakah informan (baik perempuan maupun laki-laki) yang memiliki
anak perempuan cenderung memiliki nilai-nilai yang berbeda mengenai konsep
pergaulan remaja dibandingkan informan yang memiliki anak laki-laki. Instruksi
seperti disebutkan merupakan instruksi untuk melakukan probing.
Wawancara Terstruktur
Dalam proses wawancara terstruktur, responden diminta untuk merespon
seidentik mungkin terhadap satu set stimulus jawaban yang telah disediakan. Hal
ini digambarkan seperti melakukan pengisian kuisioner secara lisan. Wawancara
terstruktur lainnya adalah meminta responden memberikan peringkat secara lisan
terhadap serangkaian kriteria peringkat yang telah ditetapkan untuk suatu
pertanyaan.
Patton, 1980 mengklasifikasikan tipe wawancara sebagai berikut :
Wawancara Pembicaraan Informal
Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada
pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam
mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai, tipe ini biasa digunakan
pada tipologi pure qualitative.

14Contoh

Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara


Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis
besar pokok-pokok pertanyaan dalam wawancara, tetapi tidak harus
dipertanyakan secara berurutan, pada umumnya digunakan untuk tipologi
quench qualitative dan panduan yang ada dinamakan discussion guide (DG)14.

Wawancara Baku Terbuka


Jenis wawancara ini adalah yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.
Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara penyajian pun sama untuk setiap

DG dapat dilihat pada Lampiran 3

III- 26

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

responden. Wawancara demikian digunakan jika dipandang sangat perlu untuk


mengurangi variasi yang bisa terjadi.
Pembagian lain menurut jenis wawancara, dikemukakan oleh Guba &
Lincoln,1981 yakni:

Wawancara oleh Tim atau panel


Wawancara oleh tim berarti wawancara yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih terhadap seorang yang diwawancarai.

Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka (Covert and Overt)


Pada wawancara tertutup yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak
menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan
wawancara. Cara demikian tidak terlalu sesuai dengan penelitian kualitatif yang
biasanya berpandangan terbuka. Jadi, dalam penelitian kualitatif sebaiknya
menggunakan wawancara terbuka yang para subjeknya tahu bahwa mereka
sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara.

Wawancara Riwayat Secara Lisan


Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat
sejarah atau yang membuat karya ilmiah, sosial, pembangunan, perdamaian,
dan sebagainya. Maksud wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa
sehingga si yang diwawancarai berbicara terus-menerus, sedangkan
pewawancara mendengarkan dengan baik diselingi dengan sekali-kali
mengajukan pertanyaan.

Wawancara Terstruktur dan Wawancara Tak Terstruktur


Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara ini
bertujuan mencari jawaban hipotesis. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan disusun
secara ketat. Jenis ini dilakukan pada situasi jika seluruh sampel yang
representatif.
Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan
wawancara terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan abiter. Wawancara
semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan buku atau
informasi tunggal. Hasil wawancara semacam ini menekankan kekecualian,
penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan
baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal.

In-depth interview
Pada dasarnya terdapat dua tipe wawancara kualitatif in-depth interview.
Pendekatan yang pertama disertai wawancara secara personal (one-to-one) dimana
III- 27

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

responden diwawancarai secara cukup lama mengenai isu, pengalaman atau


peristiwa. Metode yang kedua yaitu dengan menggunakan diskusi kelompok (group
discussion) yang memang didesain bagi siapa saja yang menilai bagaimana orangorang tertentu bereaksi dalam mengutarakan pendapat dan rentang jenis
pendapat, mengeni sebuah topik. (Fielding dalam Henn, 2006).
Terdapat dua perbedaan pendekatan yang cukup besar dalam membaca
bentuk data wawancara kualitatif. Pertama, menurut Silverman (2000), sebagai
pendekatan yang realistis, jawaban responden diperlakukan dengan
mendeskripsikan beberapa kenyataan eksternal (misal: fakta, peristiwa) atau
pengalaman internal (misal: perasaan, maksud), sebagaimana sebuah data tersebut
memberikan gambaran faktual bagi hidup seseorang. Sebuah pendekatan alternatif
berupa narasi memperlakukan data wawancara melalui berbagai cerita atau narasi
yang mampu mendiskripsikan dunia mereka dimana interviewer dan interviewee
menghasilkan gambaran yang beralasan mengenai dunia (Silverman 2000).
Inti dari wawancara in-depth interview adalah wawancara tersebut
menghasilkan kualitatif yang mendalam dengan memungkinkan interviewee untuk
berbicara mengenai subjek selama masih dalam pandangan dan referensi pribadi
mereka. Oleh karena itu, metode ini memumngkinkan interviewer untuk
memaksimalkan pemahaman mereka pada sudut pandang responden.
Beberapa kritik pada pendekatan kualitatif akan akan memberi alasan
bahwa kedekatan antara interviewer dan interviewee yang terjadi dalam
wawancara, diduga bahwa metode tersebut pasti terjadi adanya kesubjektifan
yang kurang ilmiah. Proses percakapan informal, seperti yang dijelesakan,
memberikan terlalu banyak ruang bagi interviewer untuk mempengaruhi jawaban
dari interviewee, apabila sebagai berikut:

Menunjukkan pandangan pribadi mereka terhadap sesuatu


Penggunaan gaya pertanyaan
Menunjukkan bahasa tubuh
Berperilaku dan mengarahkan wawancara

Meski demikian, peneliti tetap harus mengarahkan penelitian kualitatif,


namun yang berdasarkan prosedur untuk meningkatkan keilmiahan dan
mensistemasikan pendekatan secara umum. Beberapa isu seperti mengobservasi
lebih dari berbagai situs dan rekaman wawancara dibahas lebih lanjut pada bab
selanjutnya.
Banyak peneliti kualitatif juga menolak beberapa kritik yang telah
disebutkan di atas dengan menyatakan bahwa tidak mungkin mendapatkan
keobjektifan absolut dalam penelitian ini. Untuk membuktikan in-depth interview
kualitatif dalam hal ini tidak mempedulikan kenyataan yang bagi kebanyakan
penelitian adalah hal yang subjektif: sebenarnya desain penelitian kualitatif

III- 28

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

dipengaruhi oleh nilai-nilai dan asumsi dari pihak yang memiliki kewenangan dan
mengarahakan dengan syarat:

Pertanyaan yang ditanyakan (dan sebagai dampaknya, hal tersebut yang


ternyata tidak dilakukan)
Kelompok target dan setting yang terpilih untuk penelitian
Metode penelitian yang dipilih
Metode analisis yang dipilih
Penekanan yang diberikan pada aspek-aspek tertentu pada data dalam analisis
temuan (dan sebagai dampaknya, penurunan kualitas data)
Interpretasi yang diberikan pada data
Laporan penelitian, selama tetap menjaga titik fokus, seleksi dan pembobotan
diberikan kepada elemen-elemen yang berbeda dari hasil temuan.

Keunggulan pengumpulan data menggunakan metode wawancara, yaitu:


Dapat memperoleh tingkat responsi yang tinggi, yaitu antara 80 85%, lebihlebih bila dibandingkan dengan mail questioner, karena kemungkinan tidak
dikembalikannya sangat besar.
Dapat melindungi responden terhadap pertanyaan yang ruwet/ rumit
Dapat melakukan observasi sekaligus terhadap hal-hal yang dibutuhkan.
Ada fleksibilitas karena bisa mengulang pertanyaan, dan bisa membuktikan
jawaban yang tidak meyakinkan.
Bisa menggali informasi yang nonverbal.
Tata urutan pertanyaan bisa diurutkan sedemikian rupa.
Wawancara dapat berjalan spontan.
Responden bisa menjawab pertanyaansendiri.
Bisa mencakup semua pertanyaan.
Bisa memilih waktu yang sesuai dengan kejadian yang diinterview.
Membantu responden untuk pertanyaan yang complicated.
Kelemahan pengumpulan data menggunakan metode wawancara yaitu:
Ongkos mahal.
Menghabiskan waktu yang lama.
Bias karena banyaknya faktor subjektivitas yang masuk.
Tidak ada kesempatan untuk berkonsultasi dengan beberapa catatan terhadap
hal-hal yang membutuhkan ingatan.
Transkrip wawancara sebagai data
Transkrip wawancara menampilkan bentuk yang paling umum dari data
kualitatif yang kemudian akan peneliti temukan sendiri apa yang akan dianalisa.
Pada intinya, transkrip tak lain merupakan versi data aktual dari sebuah proses.
Misalnya terdapat data dasar, seringkali berupa rekaman kaset, yang telah
ditranskripkan atau memasukkan kata-kata tersebut ke dalam alat analisa di
computer.
III- 29

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Mengelola data wawancara


Biasanya perekaman lebih banyak dipilih karena memberikan presentasi
yang lebih lengkap mengenai apa saja yang dibicarakan. Pada beberapa contoh
kasus, perekaman juga bisa jadi tidak memungkinkan. Hammersley and Atkinson
(1995) mengingatkan bahwa terkadang responden/interviewee menolak untuk
wawancara tersebut direkam; terkadang peneliti mungkin memutuskan bahwa
perekaman akan menghalangi kejujuran atau meningkatkan kegugupan hingga
pada level yang tidak dapat ditentukan. Pada kasus ini, pentingnya catatan yang
penuh dan koheren tidak dapat dipaksakan.
b.

Pengamatan (Observasi)

Berbeda dengan in-depth interview, metode utama lainnya yang sesuai


untuk digunakan dalam penelitian kualitatif adalah etnografi studi yang
mengobservasi institusi, grup, atau suatu setting yang secara terkait masih diteliti
dan mengenai hal kecil apa yang telah diketahui yang juga saling saling terkait.
Pendekatan etnografi digunakan untuk maksud-maksud tertentu, seperti: untuk
menghasilkan secara sistematis mengenai apa yang dilihat, dan untuk membangun
teori mengenai dunia sosial. Hal tersebut menjadi adalah penting untuk dicatat.
Peneliti melakukan studi etnografi untuk memandang dunia melalui sudut pandang
yang baru dari responden yang sedang diinvestigasi, tidak hanya sekedar
mengkonfirmasi presepsi mereka mengenai suatu isu tertentu yang ada di
kelompok/organisasi mereka. Hal ini disertai dengan mencari tahu seluruh aspek
yang sedang terjjadi, bukan mengambil salah satu atau dua dari peristiwa dan
menggunakannya untuk mengkonfirmasi pandangan secara begitu saja tentang
kelalamian dunia sosial mereka.nuntuk itu, para etnografer jangan hanya
mengobservasi dan merekam perilaku-perilaku yang tidak biasa atau ekstrim,
namun juga ikut serta dalam aktivitas keseharian para objek yang sedang diteliti.
Para peneliti mengobservasi interaksi sosial dan berkomunikasi secara
informal dengan para anggota kelompok, dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan budaya, mengidentifikasinya dan memahami pola interaksi sosial di
lingkungan kelompok setempat secara alami. Tipe penelitian seperti ini mengarah
pada naturalistik (Hammersley 1992b, pp.1635), yang mengasumsikan bahwa
penelitian engenai perilaku manusia hanya bisa diterapkan pada situasi dimana
manusia tersebut tidak merasa sedang diobservasi secara tertutup. Hal yang harus
dilakukan oleh peneliti adalah melakukan observasi dengan cara yang tidak terlalu
mencolok dan sensitif. Biasanya hal ini disertai dengan menghabiskan waktu di
lapangan sehingga peneliti bisa lebih diterima oleh kelompok masyarakat yang
sedang diinvestigasi. Cara ini menjadi penting untuk menciptakan kondisi yang
memungkinkan baik bagi peneliti maupun yang diteliti untuk mendapatkan
kedekatan secara natural dan rasa saling percaya yang bebas dari kecurigaan dan

III- 30

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

bahaya dari adaptasi perilaku yangdapat merusak situasi dimana mereka merasa
diinterogasi orang lain.
Etnografi mengarah tidak hanya pada proses observasi; termasuk mengulur
durasi wawancara (baik perbincangan informal maupun in-depth interview dengan
individu atau kelompok) kapanpun dan dimanapun bisa dilakukan, dan bisa
termasuk, misalnya, analisis dokumen (seperti memorandum organisasi atau
dokumen pribadi). Pendekatan etnografi juga dapat disertai dengan penggunaan
metode kuantitatif seperti kuisioner. Peneliti etnografi memiliki lapangan penelitian
yang pragmatis, fleksibel dan kaya narasumber dalam pendekatan yang mereka
gunakanbaik pada metode atau simber data manapun yang merekam kehendaki
kualitatif atau kuantitatif. Kunci untuk memastikan bahwa pendekatan penelitian
adalah memeilih salah satu yang paling sesuai dengan pertanyaan
penelitian.Metode utama penelitian yang digabungkan dengan etnografi
merupakan observasi partisipatif. Seperti yang ditekankan di atas, observasi
partisipatif disertai dengan keikutsertaan peneliti ke dalam bagian dari kelompok
masyarakat yang sedang diteliti, meskipun tidak harus menjadi anggota dari
kelompok tersebut.
Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif. Dengan observasi, peneliti dapat mendokumentaiskan dan merefleksi
secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian (Burns, 1990).
Semua yang dilihat dan didengar asalkan sesuai dengan tema penelitian
semuanya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan
terbuka. Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa observasi merupakan salah satu
metode pengumpulan data di mana peneliti melihat mengamati secara visual
sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer.
Apabila orang yang melakukan observasi subjektivitasnya sangat tinggi, hal
ini akurasi data sangat terganggu, sehingga harus diadakan lebih dari satu orang
yang melakukan observasi dalam satu fenomena, dan bisa diukur reliabilitas antara
observasi/reliabilitas antarrater.
Beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln
(1981) sebagai berikut :
Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.
Tampaknya pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes
suatu kebenaran.
Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keadaan sebenarnya
Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat xxx dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan xxx porsional maupun pengetahuan yang
langsung diperoleh dari data.
Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data
yang dijaringnya ada yang menceng atau bias.
III- 31

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasisituasi yang rumit.
Keenam, dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Misalkan seseorang mengamati perilaku bayi yang belum bisa berbicara atau
mengamati orang-orang luar biasa, dan sebagainya.

Jenis jenis pengamatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif,


diantaranya adalah :
1) Observasi Terbuka
Observasi terbuka dapat dimulai dengan suatu kepala kosong tanpa teori,
sehingga pengamat harus berimprovisasi dalam merekam tonggak-tonggak
penting dalam pegelaran proses sosial yang terjadi. Tujuan pengamatan
terbuka ini agar pengamat mampu menggambarkan secara utuh atau mampu
merekonstruksi proses yang terjadi.
2) Observasi Terfokus
Observasi terfokus merupakan salah satu jenis pengamatan yang secara cukup
spesifik mempunyai rujukan pada rumusan masalah atau teman penelitian.
3) Observasi Terstruktur
Observasi ini dicirikan dengan adanya tindakan perekaman data secara
terstruktur dan rinci. Misalnya, peneliti melakukan observasi kepada sebanyak
mungkin masyarakat sesuai dengan pedoman pengamatan.
4) Observasi Sistematik
Observasi sistematik dilakukan secara lebih sistematis. Peneliti melakukan
pengkategorian kemungkinan bentuk atau jenis data amatan secara terstruktur.
5) Observasi Berperan serta (Participant Observation)
Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.
Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap dan tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang tampak. Dalam suatu perusahaan misalnya, peneliti dapat berperan sebagai
karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja,
bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu dengan yang lainnya,
hubungan karyawan dengan supervisor dan pimpinan, keluhan dalam
melaksanakan pekerjaan.
Pengamatan berperan serta pada dasarnya mengadakan pengamatan dan
mendengarkan secermat mungkin sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Bogdan
(1972) mendefinisikan pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang
bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan
subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan
lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.
III- 32

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

6) Observasi Nonpartisipan
Dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen. Misalnya dalam suatu pusat belanja, peneliti dapat
mengamati bagaimana perilaku pembeli terhadap barang-barang, barangbarang apa saja yang paling diminati pembeli saat itu. Peneliti mencatat,
menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku
pembeli. Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan
mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna.
Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan yang
tertulis.
7) Pengamatan Tidak Testruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti
tidak tahu secara pasti tentang apa yang diamati. Dalam melakukan
pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi
hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
8) Pengamatan Terstruktur
Pengamatan terstruktur adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematik,
karena peneliti telah mengetahui aspek-aspek apa saja yang relevan dengan
masalah serta tujuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti mempersiapkan
pedoman pengamatan secara detail sekaligus menyediakan tabel cek list yang
bisa digunakan sebagai pedoman pengamatan. Pengamatan bisa dilakukan di
lapangan atau laboratorium. Pengamatan bisa terhadap manusia, hewan, atau
tumbuh-tumbuh-tumbuhan. Dalam desain noneksperimental, meskipun peneliti
tidak mempunyai kontrol terhadap variabel, akan tetapi peneliti masih dapat
secara lebih awal menentukan secara umum perilaku apa saja yang diamati agar
masalah yang dipilih dapat dipecahkan. Pada desain eksperimental peneliti
dapat mengadakan pengaturan terhadap beberapa perlakuan dan mengadakan
kontrol yang sesuai dengan keperluan menguji hipotesis dan memecahkan
masalah penelitian (Nazir, 1984)
Mengelola Jurnal dan Catatan Lapangan
Pengambilan catatan merupakan proses yang sudah sangat familiar bagi
kebanyakan orang, baik dari catatan perkuliahan, catatan rapat, tulisan memo dari
pesan telepon, atau banyak hal lain yang menjadi contoh dalam keseharian kita
yang memerlukan kertas untuk menuliskan ide. Pada semua contoh pengambilan
catatan untuk tujuan yang sama: untuk menangkap esensi mengenai apa yang
diobservasi dan direkam untuk referensi selanjutnya.
Beberapa tipe catatan lapangan tertentu merupakan jurnal reflektif. Jurnal
reflektif menempatkan peneliti pada pengalamannya secara kuat ke dalam proses
penelitian itu sendiri sehingga mampu membawa penekanan nilai secara penuh ke
dalam penelitian. Jurnal reflektif merupakan elemen inti terhadap aksi peneliti
dimana:

III- 33

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Memungkinkan anda dalam menggabungkan informasi dan pengalaman


yang ketika dipahami dapat membantu untuk mengerti maksud dari proses dan
konsekuensi dari perilaku serta mengantisipasi pengalaman sebelum memulai lagi
langkah yang baru. Menuliskan jurnal secara rutin menuntut disiplin dan menagkap
pengalaman anda pada peristiwa kunci secara lebih dekat ketika sedang terjadi dan
sebelum seiring berjalannya waktu dapat mengubah persepsi anda terhadap hal
tersebut (Coghlan and Brannick 2001)
Beberapa petunjuk penting diberikan oleh Guba dan Lincoln, 1981
mengenai pembuatan catatan observasi adalah berikut :
Buatlah catatan. Catatan lapangan adalah alat yang umum digunakan oleh para
pengamat dalam situasi pengamatan tak berperan serta. Pengamat dalam hal
ini relatif bebas membuat catatan, dan biasanya dilakukan pada waktu malam
sesudah pengamatan dilakukan. Pengamat dapat mencatat apa saja yang
dikehendakinya.
Buku harian pengalaman lapangan, Buku harian dibuat dalam bentuk yang lebih
terorganisasi dan harus diisi setiap hari.
Catatan tentang satuan-satuan matematis. Jika peneliti tertarik terhadap suatu
tema tertentu, maka ia perlu membuat catatan yang mendetail tema-tema yang
sesuai yang muncul.
Catatan kronologis. Catatan kronologis dilakukan secara rinci dan secara
kronologis dari waktu-kewaktu. Bisa terjadi suatu peristiwa penting yang
berlangsung sehari saja, kemudian dibuatkan catatan kronologis, dan catatan
itu diberi nomor urut, kemudian pencatatan disertai waktu.
Peta konteks. Peta konteks biasanya berupa peta, skema, diagram tentang latar
penelitian, misalnya latar kelas, tempat bermain, tempat menyimpan alat.
Taksonomi dan sistem kategori. Catatan demikian biasanya dibuat pada
pengamatan terstruktur yang kategorinya secara taksonomi dibuat mewakili
hipotesis yang telah disusun terlebih dahulu. Contoh-contoh dibuat menurut
kategori dan dapat dibuat secara terbuka.
Jadwal, Jadwal pengamatan berisi waktu secara mendetail tentang apa yang
akan dilakukan, di mana, bilamana, apa yang diamati, dan semacamnya.
Sosiometrik. Sosiometrik adalah diagram hubungan pembicaraan para subjek,
siapa berbicara dengan siapa, siapa berbicara tentang apa, dan siapa bermain
dengan apa.
Panel. Pengamatan yang dilakukan secara berkala, terhadap seseorang atau
sekelompok orang, misalnya dilakukan setiap dua minggu atau setiap sebulan,
terutama untuk menentukan perubahan-perubahan yang terjadi.
Balikan melalui kuesioner. Kuesioner dibuat untuk diisi oleh pengamat, bukan
oleh subjek. Maksud utamanya ialah untuk memberikan umpan balik kepada
pengamat sehingga ia lebih dapat mengarahkan apa yang akan diamati dan
dalam hal-hal tertentu dapat memperbaiki teknik pengamatannya.
Balikan melalui pengamat lainnya. Pengalaman pengamat lain dapat saling
dipertukarkan dengan pengamat sendiri, dan hal itu dapat lebih memperbaiki
teknik pengamatannya.
III- 34

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Daftar cek. Daftar cek dibuat untuk mengingatkan pengamat apakah seluruh
aspek informasi sudah diperoleh atau belum. Selain itu, digunakan sebagai
pembimbing bagi pengamat dan sebagai jadwal waktu dan isi informasi yang
akan dijaring.
Alat elektronika/perekam yang disembunyikan.
c. Intrepretasi Dokumen
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia
dalam catatan dokumen. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal
dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan
pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara mendalam.
Guba dan Lincoln (1981) mendefinisikan dokumen dan record adalah
sebagai berikut: record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh
seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau
menyajikan akunting, dan dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film,
lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang
penyidik.
Dokumen dan record digunakan untuk penelitian, menurut Guba dan
Lincoln (1981), karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
seperti berikut.
Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang
stabil, kaya, dan mendorong.
Berguna sebagai bukti untuk pengujian.
Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena
sifatnya yang ilmiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam
konteks.
Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen
harus dicari dan ditemukan.
Keduanya tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan
teknik kajian isi.
Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Apabila dilihat dari sumbernya, data dokumentasi bisa dibedakan menjadi
beberapa jenis.
Catatan resmi (official of formal record) misalnya : jumlah pemilikan
tanah dari Badan Pertahanan Nasional, nilai siswa dari suatu sekolah,
dan sebagainya.
Dokumen-dokumen ekspresif (expressive documents) misalnya
biografi, autobiografi, surat-surat pribadi, dan buku harian.
Laporan media massa (mass media report).

III- 35

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Adapun kebaikan menggunakan metode dokumentasi sebagai alat


pengumpul data, sebagai berikut.
Lebih hemat tenaga, waktu dan biaya, karena biasanya sudah
tersusun dengan baik.
Peneliti mengambil data dari peristiwa yang lalu.
Tidak ada kesangsian masalah lupa (kecuali dokumen hilang).
Lebih mudah mengadakan pengecekan.
d.

Focus Group Discussion (FGD)


Focus group dilakukan untuk mendiskusikan topik khusus dan
memahami sikap dan reaksi sekelompok orang terhadap sebuah kebijakan
publik, pelayanan sosial, dan lain sebagainya. Metode ini berawal dari hasil
kerja Paul Lazarfeld dan Robert Merton pada tahun 1941 di Columbia
University Office of Radio Research. Sekelompok responden diundang untuk
mendengarkan sebuah rekaman program radio dimana program tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran moral publik terhadap
keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II. Responden diminta untuk
menekan tombol merah ketika mendengarkan sesuatu yang membuat
mereka bereaksi negatif, dan menekan tombol hijau sebagai representasi
reaksi positif. Reaksi tersebut direkam secara otomatis melalui sebuah
poligraf. Setelah sesi tersebut selesai, seorang pewawancara/interviewer
mengajak mereka berdiskusi dalam sebuah grup untuk mengetahui lebih
dalam mengenai reaksi yang telah mereka indikasikan saat mendengarkan
rekaman program radio. Proses perekaman live mengenai reaksi seseorang
dikombinasikan dengan diskusi grup yang diinisiasi Lazarfeld dan Merton
tersebut menjadi populer hingga saat ini terutama di bidang advertising
research. Saat ini terdapat berbagai firma yang menyediakan jasa
penyelenggaraan focus group secara profesional dimana di dalamnya
terdapat metode rekrutmen responden dan instruksi khusus dalam
melaksanakan sesi focus group.
Meskipun metode focus group telah muncul dan banyak digunakan
sejak tahun 1950an, namun metode ini baru diakui untuk bisa digunakan di
dunia akademis sekitar tahun 1970an. Hal ini disebabkan karena metode
focus group tidak banyak melibatkan data statistik hingga akhirnya para
peneliti sosial membuktikan dan mengakui manfaat dari mengkombinasikan
metode kualitatif dan kuantitatif. Focus group tidak mensubstitusi
keberadaan survey, tetapi lebih pada konteks melengkapi. Beberapa peneliti
memanfaatkan focus group untuk merancang dan mengevaluasi kuisioner
yang telah disusun sebelum disebar ke responden yang lebih luas. Focus
group juga dapat membantu menginterpretasikan hasil survey. Selain itu
focus group juga sangat bermanfaat sebagai studi awal dalam proses
pengambilan keputusan. Focus group dapat menjadi media yang efektif dan
untuk mengumpulkan data yang kredibel mengenai kecenderungan sikap,
perasaan, preferensi, dan beberapa alasan dari timbulnya reaksi tertentu.

III- 36

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Focus Group Discussion (FGD) disebut juga grup interview yang


tergolong dalam jenis wawancara terfokus atau terstruktur. Minichiello
(1990) mengemukakan wawancara jenis ini menggunakan panduan diskusi
tersusun dari beberapa topik tetapi urutan pertanyaannya tidak disusun
secara kaku, melainkan lebih fleksibel, FGD menurut Hoed (1995), dirancang
dengan tujuan mengungkapkan persepsi kelompok mengenai suatu gejala
budaya (misalnya sebuah merek produk, program, atau kebijaksanaan
tertentu). Sementara Krueger (1998) menyebutkan :
Focus group produce qualitative data that provide insights into the
attitudes, perceptions, and opinions of participants.

Lebih lanjut Krueger mengatakan karakteristik FGD mencakup lima hal,


yaitu:
Sejumlah orang, yang memiliki karakteristik tertentu, memberikan data,
tentang sifat atau keadaan kualitatif tertentu, dalam sebuah diskusi terfokus.

Krueger (1988) menyatakan bahwa pelaksanaan FGD tidak bertujuan


mencari consensus, tidak mencari pemecahan masalah, dan tidak bertujuan
memberikan rekomendasi atau membuat keputusan. Penelitian kualitatif disini
lebih kepada proses.
FGD menurut Bugin (2000) teknik pengumpulan data yang umumnya
dilakukan pada penelitian kualitatif. FGD dibangun berdasarkan asumsi : (a)
keterbatasan individu selalu tersembunyi pada ketidaktahuan kelemahan pribadi
tersebut, (b) masing-masing anggota kelompok saling memberi pengetahuan satu
dengan lainnya dalam pergaulan kelompok, (c) setiap individu dikontrol oleh
individu lain, sehingga ia berupaya agar menjadi yang terbaik, (d) kelemahan
subjektif terletak pada kelemahan individu yang sulit dikontrol oleh individu yang
bersangkutan, (e) intersubjektif selalu mendekati kebenaran yang terbaik.
Peneliti juga harus mempertimbangkan siapa saja yang akan menjadi
anggota FGD, dan siapa saja pula yang menjadi narasumber. Pertimbangan
menentukan siapa yang terlibat dalam FGD berkaitan dengan beberapa hal, yaitu :

Keahlian atau kepakaran seseorang dalam kasus yang akan didiskusikan.


Pengalaman praktis dan kepedulian terhadap fokus masalah.
Pribadi terlibat pada fokus masalah.
Tokoh otoritas terhadap kasus yang didiskusikan.
Masyarakat awam yang tidak tahu menahu dengan masalah tersebut
namun ikut merasakan persoalan yang sebenarnya.

Memilih informasi untuk FGD, peneliti biasanya akan mengambil anggota


yang memenuhi syarat berdasarkan kriteria15 yang telah ditetapkan yaitu anggota
ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu. Berdasarkan kriteria yang dipaparkan
oleh Bungin (2003) sebagai berikut.
15

Berdasarkan screener yang telah dikembangkan dengan menggunakan strategi sampling yang telah ditentukan

III- 37

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Memiliki keahlian atau kepakaran dalam kasus yang akan didiskusikan.


Memiliki pengalaman praktisi dan kepedulian terhadap fokus masalah.

Anggota FGD menurut Krueger (1988) menganggap 4 sampai 6 orang


merupakan jumlah yang ideal karena lebih akrab, lebih mudah merekrut, dan lebih
nyaman. Sedangkan peneliti yang lain menempatkan jumlah anggota FGD yang baik
antara 7 sampai 10 orang.
Pelaksanaan diskusi dipimpin oleh seorang pimpinan diskusi dan juga bisanya
dibantu oleh seorang sekretaris yang akan mencatat jalannya diskusi. Namun bisa
saja pimpinan diskusi mencatat sendiri jalannya diskusi. Pada awal diskusi pimpinan
diskusi mengarahkan fokus dan jalannya diskusi serta hal-hal yang akan dicapai pada
akhir diskusi. Sasaran diskusi dapat dirumuskan sendiri oleh pimpinan diskusi agar
peserta melakukan diskusi secara terfokus. Pada saat diskusi berlangsung, pimpinan
diskusi selain menjadi katalisator, ia selalu menjaga dinamika agar diskusi berjalan
dengan lancar.
Tahapan analisis dilakukan oleh peneliti berdasarkan transkrip FGD yang
telah dibuat. Pada tahap analisis, FGD memiliki kesamaan dengan analisis isi, dalam
arti metode ini memiliki langkah-langkah dimaksud adalah :

Melakukan coding terhadap sikap, pendapat peserta yang memiliki


kesamaan.

Menentukan kesamaan sikap dan pendapat berdasarkan konteks yang


berbeda.

Menentukan persamaan istilah yang digunakan, termasuk perbedaan


pendapat terhadap istilah yang sama.

Melakukan klasifikasi dan kategorisasi terhadap sikap dan pendapat peserta.

Mencari hubungan diantara masing-masing kategorisasi yang ada untuk


menentukan bentuk bangunan hasil diskusi atau sikap dan pendapat
kelompok terhadap masalah yang didiskusikan (fokus diskusi).

Menyiapkan draft laporan FGD untuk didiskusikan pada kelompok yang


lebih besar untuk mendapat masukan lebih luas, sebelum diseminarkan
dalam forum ilmiah.
Contoh kasus dalam Focus Group
Knodel, dkk (1984) melakukan serangkaian focus groups untuk mempelajari
perubahan tingkat fertilisasi di Thailand. Penelitian ini menyelenggarakan beberapa
sesi grup diskusi. Grup dibentuk dengan beberapa kriteria yaitu berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan jumlah anak yang ada/diinginkan. Untuk kasus penelitian ini
terbagi empat grup yaitu:

III- 38

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Tabel 3.4. Kriteria pembentuk grup dalam kasus penelitian Knodel


Kriteria
Jenis Kelamin:
Perempuan
Laki-laki
Usia:
35 tahun
50 tahun
Status:
Menikah
Jumlah anak yang
diinginkan:
3 orang
5 orang
Tingkat Pendidikan:
SD

Grup 1

Grup 2

Grup 3

Grup 4

Knodel kemudian mengulang pembentukan grup berdasarkan kriteria diatas


di enam wilayah di Thailand dengan tambahan kriteria etnis dan agama namun
dengan mempertahankan fokus diskusi di setiap grup adalah tetap, yaitu: berapa
jumlah anak yang diinginkan dan mengapa?. Knodel memilih studi ini dengan latar
belakang terjadi menurunnya jumlah anak pada generasi keluarga baru di Thailand.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama penyebab menurunnya
fertilisasi adalah karena adanya pembatasan anak karena biaya hidup terutama
pendidikan anak cukup mahal sehingga memunculkan persepsi umum bahwa
semakin banyak anak maka akan semakin banyak pula uang yang harus disiapkan
untuk membiayai pendidikan mereka.
Dari contoh kasus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian
tersebut tidak hanya dilakukan melalui sebuah focus group saja, tetapi serangkaian
focus group. Setiap grup mewakili sebuah sub-grup yang dibentuk dengan
mekanisme yang bersifat factorial design.Prinsip factorial design ini merupakan hal
yang kritis dalam metode focus group karena memiliki sifat replicable.
Pembentukan sub-grup ini dapat diulang di berbagai wilayah lain oleh peneliti lain
dengan fokus diskusi yang sama yang bertujuan untuk mendapatkan sifat dan unit
data yang serupa. Selain itu dapat dipahami pula bahwa setiap grup memiliki
homogenitas berdasarkan satu atau beberapa variabel independen.Beberapa
contoh lain dalam pembentukan sub-grup FGD melalui factorial design dapat
dilihat di form screening responden di Lampiran (form screening responden
penelitian pesisir Brondong, Lamongan dan penelitian cagar budaya Kemasan,
Gresik).

III- 39

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Validitas Focus Group


Secara umum, focus group seperti metode participant observation, indepth interview, dan metode kualitatif yang sistematis lainnya sebaiknya
digunakan untuk pengumpulan data atau informasi terkait content, baik itu makna,
nilai, pendapat, sikap, dan lainnya. Sedangkan jika data yang dibutuhkan adalah
untuk menilai proporsi dalam sebuah populasi yang cenderung bersifat statistik,
maka focus group bukanlah metode yang tepat. Contoh kebutuhan data terkait
proporsi bida digambarkan dengan pertanyaan : Berapa tingkat penurunan yang
dialami masyarakat pesisir terkait pergeseran mata pencaharian nelayan di desa
A?Proporsi terkait dengan angka, dan untuk kebutuhan data yang bersifat
numerik/angka maka pengumpulan data melalui survey seperti menyebar kuisioner
akan lebih membantu. Namun jika yang dibutuhkan adalah content, seperti
Mengapa masyarakat pesisir di desa A lebih memilih bermatapencaharian nonnelayan pada satu dekade terakhir ini?; maka metode focus group adalah metode
yang tepat.
Ukuran, Komposisi, dan Jumlah Focus Group
Focus group umumnya terbentuk dari 6-12 orang beserta seorang
moderator. Ukuran yang paling populer biasanya antara 7-8 orang. Jika sebuah grup
terlalu sedikit maka akan sangat mudah didominasi oleh beberapa yang paling
vokal, sedangkan jika terlalu banyak maka akan semakin susah untuk
diarahkan/difokuskan. Bagaimanapun grup yang lebih kecil justru lebih baik ketika
yang dibutuhkan adalah terungkapnya isu yang sifatnya sensitif. Diperlukan
moderator dengan skill tertentu yang mampu mengungkap insight dari responden.
Komposisi di dalam sebuah focus group sebaiknya bersifat homogen. Penentu
homogenitas adalah dari sudut pandang peneliti. Sebagai contoh kasus penelitian
pelestarian kawasan cagar budaya; untuk mendapatkan persepsi mengenai potensi
kawasan cagar budaya dari sudut pandang penghuni kawasan tersebut maka
dibutuhkan grup yang salah satu kriteria respondennya adalah telah menghuni di
bangunan cagar budaya di kawasan tersebut minimal untuk periode tertentu.
Wawancara kualitatif dilaksanakan bersama sekelompok peserta (kelompok
terfokus) dengan tujuan yang berbeda daripada hanya sekedar pada satu
responden. Tujuan utama dari keduanya adalah untuk mengumpulkan data secara
akurat yang menunjukkan pemikiran, perasaan, dan opini dari responden; meski
demikian dalam focus group penekanan dilakukan untuk menstimulasi diskusi dari
seluruh peserta dan membahas respon yang mungkin di lain hal menjadi kurang
sering dibahas. Seperti diskusi yang memungkinkan peserta mengklarifikasi
pandangan dan opininya atau bergabung dengan pembicaraan dasar dengan yang
lain untuk lebih memperjelas opini masing-masing. Interksi yang dinamis menjadi
yang elemen paling krusial dalam pendekatan
foucs group. Interviewer
(moderator) akan menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan proses debat
para responden mengenai suatu topik atau isu, untuk menyangkal opini dari yang

III- 40

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

lain, mengidentifikasi area konsensus dan ketidaksepakatan, serta mengumpulkan


beberapa contoh yang dapat membantu menjelaskan suatu konsep.
Para peserta focus group biasanya ditentukan melalui beberapa atribut yang
akan didiskusikan kepada seluruh peserta diskusi. Atribut tersebut dapat berupa
pengalaman, opini yang telah beredar, karakteristik sosial-demografi, atau beberpa
variabel lainnya. Untuk itu, beberapa bentuk metode theoretical sampling
digunakan dalam pemilihan anggota kelompok sehingga tingkat ke-homogenitas-an
nya jelas. Hal ini menjadi penting karena: terlalu banyak perbedaan dan terlalu
heterogen, membuat focus group menjadi tidak tajam dan susah diatur; berbeda
dengan apabila para peserta dari kelompok tertentu berbagi sebuah atribut penting
yang memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi posisi pendapat dalam diskusi
(dan area ketidaksepakatannya atau adanya potensi kemiripan pendapat) serta
membandingkan beragam opini yang muncul dari focus group lain, yang
anggotanya berdasakan atribut alternatif lainnya.
Pada focus group, peran moderator adalah untuk meningkatkan diskusi dari
para peserta mengenai sejumlah topik, membenturkan opini dari kelompok yang
lain, dan untuk mengindetifikasi posisi diskusi. Untuk menstimulasi diskusim
berbagai jenis metode pengumpulan data dapat digunakan. Moderator akan
berusaha untuk mengukur reaksi terhadap beberapa pertanyaan yang spesifik
ditanyakan dari panduan topik secara umum. Selain itu dapat juga menggunakan
kalimat-kalimat petunjuk, benda-benda visual (seperti: kartu bergambar, leaflet,
kliping Koran dan video.Apabila memungkinkan, asisten moderator juga dapat
diminta untuk membantu proses focus group. Peranan asisten moderator bisa
bermacam-macam, seperti memastikan pengoperasian alat perekam. Hal ini
disebabkan sangat mudah bagi moderator terlalu larut dalam diskusi sehingga lupa
untuk mematikan alat perekam ketika diskusi telah berakhir. Untuk itu peran
asisten sangan krusial untuk betanggungjawab pada alat-alat praktek semacam ini.
Jika anda dapat mengatur seorang asisten untuk membantu dalam focus group,
anda dapat meminta asisten untuk menyusun format catatan lapangan.
Focus group dapat menjadi sangat sulit untuk diatur. Selalu ada resiko
dalam memaksimalkan peran serta seluruh peserta dalam diskusi. Beberapa
peserta akan melihat hal ini sebagai tanda untuk membuat dirinya menjadi yang
paling dominan diantara peserta lainnya. Moderator harus mengantisipasi
bagaimana mengelola kejadian seperti ini dengan mengurangi porsi berpendapat
seseorang yang paling dominan dan memancing pendapat dari anggota lainnya
secara halus dan tanpa memaksa. Ada beberapa teknik bertanya untuk beberapa
kasus seperti ini, namun kunci utama untuk mengelola dinamika kelompok dalam
sebuah focus group adalah menjelaskan peraturan dasar untuk sesi diskusi, diluar
topic perbincangan sebelum diskusi dimulai. Pada saat inilah moderator dapat
menjelaskan secara detail mengapa ketika diskusi nanti moderator akan meminta
kontribusi mereka mengutarajan pandangan dan observasi agara dapat
memaksimalkan cakupan pendapat-pendapat yang direkam.

III- 41

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Contoh pertanyaan atau kalimat yang dapat digunakan dalam FGD


(diadaptasi dari Krueger 1994)
Menjaga diskusi agar tetap fokus:
Menarik sekali ya kedengarannya. Nanti akan kita bahas labih lanjut lagi.
Peserta yang terlalu mendominasi:
Terimakasih Pak/Bu.., apakah yang lain ada komentar mengenai pertanyaan tadi?
Apakah yang lain memiliki pendapat berbeda?
Baik, itu tadi merupakan salah satu sudut pandang. Apakah ada pandangan yang lain?
Responden yang membingungkan dan berbicara panjang lebar:
Berhenti menatap mata setelah 15-20 detik (asisten moderator juga melakukan hal yang
sama)
Pandangan (penekanan dan kesepakatan/ketidaksepakatan):
Pendapat yang sangat jelas sekali. Apakah ada yang sepakat dengan hal itu? Mengapa?
Seberapa yakin Anda merasa demikian?
Apakah ada yang tidak sepakat dengan pandangan ini? Mengapa? Seberapa yakin Anda
merasa demikian?
atau Apakah ada pandangan yang berbeda? Atau ada yang memiliki pandangan lain?
Ada kalanya moderator perlu balik bertanya kepada peserta:
Mengakhiri pertanyaan/pertanyaan penutup:
Jadi semuanya telah disampaikan ya. Jika Anda diberi waktu satu menit untuk kembali
menegaskan isu apa yang yang paling penting, yang sedang kawula muda hadapi saat ini
dan mengapa. Apa yang akan Anda sampaikan?
Memberi ringkasan secara berkala (bagi seluruh pedapat, termasuk pendapat yang minoritas)
Diam:
Seringkali pertanyaan yang paling baik, bukanlah berupa pertanyaan. Hanya dengan diam
menunggu respon jawaban, akan memungkinkan bagi beberapa peserta yang
membutuhkan waktu atau yang tidak yakin dengan jawabannya, untuk menyusun jawaban.
Menginvestigasi (probing) dan mengisyaratkan (prompting):
Berhenti sesaat (sekitar 5 detik, disertai dengan tatap mata) untuk memberi kesempatan
responden untuk mengelaborasi/menambahkan pendapat.
Menginvestigasi (probing):
Dapatkah Anda jelaskan lebih lanjut lagi? atau Bisakah Anda memberi contoh apa
yang Anda maksudkan? atau Bisakah diperjelas lagi? atau Apakah ada hal lain lagi?
atau Tolong jelaskan maksud Anda? atau Saya masih kurang paham.

III- 42

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Contoh pembukaan dalam sesi FGD (dari Henn et al. 2002)


1.
2.
3.

Salam pembuka.
Tujuan dari FGD.
Anda terpilih dalam peserta FGD ini karena Anda memiliki dan sesuai dengan kriteria berikut
(sebutkan detail organisasai peyelenggara FGD/analisis rasional (terdapat 6 kelompok, masingmasing terdiri dari sekian orang)
4. Menjelaskan prosedur perekaman wawancara dan akan digunakan untuk apa rekaman tersebut
(menghindari pembuatan catatan). Yakin dan beranilah pada tahap ini, dan segera lanjutkan
pertanyaan.
5. Pernyataan mengenai data diri: seperti nama depan, tapi ketika menuliskan laporan, tidak ada
nama yang yang akan dicantumkan dalam komentar. Yakin dan beranilah pada tahap ini, dan
segera lanjutkan pertanyaan.
6. Maksud dari keberadaan dua asisten moderator.
7. Insentif pada awal sesi dan biaya transport pada akhir sesi, jika ada.
8. Dilarang merokok.
9. Matikan telepon seluler.
10. Waktu berakhirnya sesi diskusi.
11. Peraturan bagi peserta.

3.7 Validitas dan Realibilitas Dalam Metode Kualitatif


Validity and reliability are two factors which any qualitative researcher should be concerned
about while designing a study, analysing results and judging the quality of the study. This
corresponds to the question that How can an inquirer persuade his or her audiences that the
research findings of an inquiry are worth paying attention to?" (Patton, 1990)

Realibilitas, pada dasarnya merupakan istilah yang digunakan dalam


penelitian kuantitatif untuk mengevaluasi apakah penelitian yang dilakukan sudah
baik atau belum, dapat diaplikasikan atau tidak. Namun dalam penelitian kualitatif,
realibilitas tidak diukur berdasarkan standar kuantitatif yang ada, namun
berdasarkan beberapa standar baru, yang akan dijelaskan kemudian di sub bab ini.
Validitas di sisi yang lain adalah pengukuran apakah penelitian yang
dilakukan beserta hasilnya telah benar dan telah menjawab tujuan dari penelitian
yang sebenarnya. Kedua hal ini akan dijabarkan lebih lanjut pada sub bab berikut
ini.
a) Realibilitas
Dalam penelitian kualitatif, pengukuran realibilitas digantikan oleh beberapa
definisi baru seperti yang dinyatakan Moleong dalam Bungin,2007 dan
pengembangannya dalam Denzin & Lincoln, 1997, berikut ini ;

III- 43

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Krteria yang dievaluasi dalam penelitian kualitatif menurut moleong dalam


bungin,2007 adalah :

Kredibilitas/derajad kepercayaan
Kepastian
Kebergantungan
Tabel 3.5
Pengukuran Realibilitas Penelitian Kualitatif Moleong

KRITERIA
Kredibilitas
(derajat sejauh
mana penelitian
ini dapat
dipercaya)

TEKNIK PEMERIKSAAN
(1) Perpanjangan keikutsertaan

(2) Ketekunan pengamatan


(3) Trianggulasi
(4) Pengecekan sejawat

(5) Kecukupan referensial


(6) Kajian kasus negatif

(7) Pengecekan
narasumber/responden

Kepastian

(8) Uraian rinci

Kebergantungan

(9) Audit kebergantungan

PENJELASAN
Lama pengamatan yang
dilakukan di lapangan dan
seberapa terlibat dengan
setting studinya, apabila
tingkat keterlibatan rendah
maka advisor dapat
menyarankan untuk
memperpanjang
Diukur berdasarkan data
yang didapatkan
Apakah peneliti melakukan
triangulasi pada data yang
diperoleh
Apabila terdapat rekan
kerja, bagaimana pendapat
rekan kerja tersebut
terhadap hasil penelitian
Apakah referensi (data)
yang diperoleh sudah
memadai atau tidak
Apakah ada peneitian
sebelumnya yang
mempunyai hasil yang
berbeda
Bagaimana responden yang
telah dijadikan narasumber
baik secara kredibilitas
maupun kemampuannya
Melengkapi penelitian
dengan transkrip (apakah
sudah lengkap dan benar)
Melengkapi penelitian
dengan screener
responden dan discussion
guide
Melengkapi penelitian
dengan metode dan
teknik analisis yang
digunakan
Memeriksa kembali,
apakah peneliti mengambil
III- 44

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Kepastian

(10)

Audit Kepastian

Bab III

orang yang dikenal sebagai


narasumber
Memeriksa kembali
perspektif peneliti dan
hasil temuan lapangan,
apakah telah memiliki
obyektifitas yang
diinginkan
Memeriksa transkrip
(apakah sudah lengkap
dan benar)
Memeriksa kembali
discussion guide yang
diusulkan, apakah
sudah mencakupi
semua data yang
dibutuhkan
Memeriksa hasil analisa
konten dan koding

Sumber :Adaptasi Penulis dari Moleong dalam Bungin, 2007


Di sisi yang lain, Denzin & Lincoln, 1997 membuat kriteria yang dapat dievaluasi
dalam penelitian kualitatif adalah :
Kredibilitas peneliti
Kredibilitas metode pengumpulan data
Kredibilitas teoritis dan referensial
Kepastian
Kebergantungan
Tabel 3.6.
Pengukuran Realibilitas Penelitian Kualitatif Denzin & Lincoln
KRITERIA
Kredibilitas
(derajat
kepercayaan)

TEKNIK PEMERIKSAAN
(1) Perpanjangan
keikutsertaan
(2) Menemukan siklus
kesamaan Data
(3) Ketekunan pengamatan
(4) Trianggulasi kejujuran
peneliti
(5) Pengecekan melalui
diskusi
(6) Kajian kasus negatif

Kredibilitas Metode
Pengumpulan Data

(7) Trianggulasi Metode


Trianggulasi Sumber Data

PENJELASAN
Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong

Apakah data yang


diperoleh telah
memiliki derajad
saturasi

Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong

Apakah data dan


temuan yang
III- 45

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Kredibilitas Teoritis
dan Referensial

(10) Trianggulasi teori


(11) Kecukupan referensial

Kepastian

(12) Uraian Rinci

Kebergantungan

(13) Audit Kebergantungan

Bab III

diperoleh telah di
cek berdasarkan
hasil triangulasi
dari sumber data
yang lain/ dengan
metode yang lain
Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong
Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong
Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong

Sumber :Adaptasi Penulis dari Denzin & Lincoln, 1997


b) Validitas
Berbeda dengan penelitian pada analisis kuantitatif, yang menekankan validitas
pada mekanisme perulangan. Validitas yang digunakan untuk jenis penelitian
kualitatif adalah validitas intrepretatif. Yang dimaksud dengan validitas intrepretatif
adalah bagaimana seorang peneliti mempertangungjawabkan penelitiannya
terhadap audiens (bisa peneliti lain atau bukan peneliti) terutama kalangan
akademisi Altheide & Johnson dalam Denzin & Lincoln,1997), namun di sisi yang
lain penelitian yang valid juga dapat diukur dari derajad saturasi (kejenuhan) data
yang diperoleh.

c) Strategi Meningkatkan Validitas dan Kredibilitas Penelitian


Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh peneliti dalam meningkatkan validitas
dan realibilitas penelitian adalah dengan cara melakukan triangulasi.
Cohen and Manion (1986) mendeskripsikan trianggulasi sebagai usaha
untuk memberikan gambaran, menjelaskan lebih banyak, lebih kaya dan
lebih kompleks dibandingkan dari satu sudut pandang.
Altrichter et al. (2008) menyatakan bahwa trianggulasi memberikan detail
dan gambaran yang seimbang mengenai suatu situasi
Menurut ODonoghue and Punch (2003), triangulation adalah methode
untuk cross check data dari berbagai macam sumber.
Penggunaan trianggulasi biasanya digunakan pada suatu keadaan dimana data yang
ada tidak memadai, sehingga bagaimanapun keadaan sebuah data tetap lebih baik
dibandingkan dengan ketiadaan data. Sehingga jangan pernah membuang data
yang buruk Penggunaan trianggulasi biasanya tidak sebagai alat analisis utama
dalam sebuah penelitian namun digunakan untuk meningkatkan validitas dan
realibilitas data kualitatif.
III- 46

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab III

Jenis jenis triangulasi ;

Data triangulation: melibatkan waktu, ruang dan responden/narasumber,


dengan kata lain apabila data masih meragukan, maka peneliti dapat
melakukan pengecheckan ulang yang melibatkan waktu, ruang dan
responden yang bersangkutan
Investigator triangulation: melibatkan peneliti lain dalam penelitian untuk
memberikan pandangan, apakah data/temuan yang diperoleh telah valid
atau tidak
Theory triangulation: menggunakan beberapa teori untuk menjelaskan
fenomena
Methodological triangulation: menggabungkan dua penelitian kualitatif dan
kuantitaif dalam melakukan triangulasi.

III- 47

BAB 4
METODE DAN TEKNIK ANALISA
KUALITATIF
Qualitative research is many thing to many people (Denzin,1989)

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

BAB IV. METODE DAN TEKNIK ANALISA KUALITATIF

Data kualitatif sering dicirikan sebagai data yang memiliki struktur yang tidak
kaku dan sedikit tidak beraturan. Berbeda dengan data kuantitatif yang bersifat
statistik dan lebih mudah untuk diletakkan di struktur analisis yang telah ditentukan
sebelumnya, data kualitatif tidak memberikan kemewahan tersebut pada peneliti
kualitatif. Ketidakberaturan data, temuan-temuan yang muncul dalam proses
pengumpulan data menjadi tantangan bagi para peneliti kualitatif untuk
memahaminya dan hal ini dapat diatasi selama dapat ditentukan bahwa tidak ada
pendekatan yang benar maupun yang salah. Untuk itu diperlukan pendekatan umum
untuk menganalisa data kualitatif dengan ciri yang istimewa tersebut, dimana
diagram kerja penelitian dapat menyesuaikan dengan karakter data. Selain itu,
seperti yang seharusnya telah kita ketahui bahwa pengenalan analisis kualitatif
tidaklah sistematis sehingga dapat diatasi dengan penggunaan aplikasi untuk
pendekatan tertentu dan mengorganisasikan serta menstrukturkan data dengan
baik. Kita harus memandang perlunya metode analisis induksi ke dalam beberapa
detail, selama mereka dapat diaplikasikan pada sejumlah pilihan data, namun
sebelum melakukannya alangkah baiknya bahwa pendekatan analisis lainnnya juga
tersedia untuk peneliti kualitatif. Hal ini menjadi fokus pada tipe data spesifik dan
telah dibangun untuk memenuhi tujuan.
4.1.

Content Analysis

Content analysis merupakan salah satu teknik analisis yang paling penting di
ilmu sosial. Content analysis melihat data bukan sebagai representasi fisik belaka,
namun juga sebagai teks, gambaran, dan ekspresi yang tercipta untuk dilihat,
diibaca, diinterpretasikan, bahkan dilaksanakan berdasarkan maknanya, dan
tentunya memerlukan proses analisis dalam pemikiran manusia. Menganlisis teks
berdasarkan konteks kegunaannya membedakan content analysis terhadap metode
penelitian lainnya. Saat ini content analysis telah menjadi alternatif yang terbukti
efisien dalam menganalisis opini publik, menganalisi pasar/market, proses politik,
dan ide-ide yang sedang berkembang. Content analysis bahkan juga digunakan
dalam menyelesaikan sengketa hukum dan juga sebagai pendekatan eksplorasi
terhadap pikiran manusia secara individu, serta persepsi masyarakat yang terbentu
dan dibentuk oleh media massa. Content analysis adalah teknik analisis untuk
membuat pemahaman terhadap teks (atau data bermakna lainnya) mengenai
konteksnya yang sifatnya replicable dan valid. Sebagai sebuah teknik, content
analysis melibatkan prosedur khusus. Hal ini bisa dipelajari dan diambil dari
wewenang individu seorang peneliti. Content analysis mampu memudahkan peneliti
untuk mendapatkan insight baru, mengembangkan pemahaman peneliti terkait
fenomena tertentu atau menginformasikan tentang makna sebuah tindakan
praktis/perilaku. Content analysis adalah sebuah scientific tool.

IV-2

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Sebuah teknik analisis diharapkan dapat dipercaya atas ketetapannya yaitu


teruji atau reliabel. Dan lebih spesifik lagi teknik analisis sebaiknya membuahkan
hasil yang bersifat replicable yang artinya peneliti yang bekerja di ruang dan waktu
yang terpisah dapat menghasilkan temuan yang kurang lebih sama ketika
mengaplikasikan teknik yang sama terhadap data yang sama. Replikabilitas adalah
bentuk paling penting dari sebuah reliabilitas. Dalam literatur terkait content
analysis, terdefinisikan tiga kategori definisi terhadap metode ini, yaitu:
1. Definisi yang mengambil isi/konten untuk dipahami dari sebuah teks
2. Definisi yang mengambil isi/konten untuk menjadi properti sumber dari sebuah
teks
3. Definisi yang mengambil isi/konten untuk berkembang dalam proses analisis
dalam memahami sebuah konteks

Dalam kerangka di Gambar 4.1 digambarkan secara umum dan sederhana


mengenai komponen konseptual dari content analysis yang meliputi:

Sebuah teks; merupakan data awal yang dibutuhkan dalam content analysis untuk
memulai sebuah proses analisis
Pertanyaan penelitian; merupakan hal yang ingin dijawab melalui teks yang tersedia
Konteks terpilih; merupakan perspektif yang ditentukan peneliti untuk memahami
teks yang tersedia
Konstruksi analisis; operasionalisasi mengenai apa yang dipahami mengenai konteks
Inferences/penjelasan; penjelasan yang berusaha menjawab pertanyaan penelitian
yang merupakan pencapaian awal dari sebuah proses content analysis
Validasi bukti; merupakan justifikasi akhir dari sebuah proses content analysis.
Gambar 4.1 Kerangka proses Content Analysis

Sumber: Krippendorf, 2004


IV-3

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Berikut adalah penjelasan lebih detail terkait masing-masing komponen


dalam kerangka diatas:
Teks
Data merupakan titik awal dari setiap penelitian ilmiah. Data dianggap
sebagai hal yang given sehingga peneliti sebaiknya tidak meragukan mengenainya.
Terkait data primer yang diperoleh melalui survey, focus group, maupun percobaan,
peneliti telah melakukan pengontrolan di awal sehingga data yang muncul dianggap
telah valid.
Pertanyaan Penelitian
Menjawab pertanyaan penelitian adalah target dari pemahaman terhadap
teks yang tersedia sebagai data. Secara umum, tipe pertanyaan tertentu telah
mendelineasi beberapa jawaban awal dianggap sebagai kemungkinan dan akan diuji
kebenarannya. Terkait hal ini maka pertanyaan penelitian merupakan analog dari
serangkaian hipotesis.
Konteks
Konteks selalu merupakan konstruksi konseptual seseorang terhadap sebuah
teks dan merupakan situasi yang berperan dalam dipilihnya serangkaian teks atau
bahkan munculnya sebuah teks. Dalam sebuah content analysis, konteks
menjelaskan hal-hal yang dilakukan peneliti terhadap sebuah teks; hal ini bisa
dianggap sebagai hipotesis terbaik seorang peneliti agar serangkaian teks terkait
makna, kutipan, maupun tindakan yang diharapkan muncul dari perekaman data
primer. Pengetahuan terhadap konteks dalam menganalisis konten dapat
diklasifikasikan menjadi:

Hubungan korelasi yang stabil; dimana dipercaya dapat menghubungkan teks


yang tersedia terhadap jawaban dari pertanyaan penelitian;

Kondisi yang kontributif; dimana terdiri dari berbagai faktor yang diketahui
berpengaruh terhadap hubungan korelasi stabil diatas.
Konstruksi Analisis
Konstruksi analisis mengoperasionalkan hal-hal yang dipahami oleh peneliti
mengenai konteks terutama terhadap jaringan korelasi yang diasumsikan dapat
menjelaskan bagaimana teks yang tersedia berhubungan dengan jawaban yang
diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian.
Penarikan Kesimpulan (Inferences)
Penarikan kesimpulan dari hasil konstruksi analisis dapat dilakukan dengan
baik pada tahap ini. Penjelasan bisa dilakukan secara tersembunyi melalui
pengkodean jika melalui prosedur analisis tertentu seperti pengkodean digital atau
indikator yang telah ditemukan sebelumnya.
IV-4

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Secara logika, setidaknya terdapat 3 tipe dalam menarik kesimpulan, yaitu:


1. Penarikan Kesimpulan secara Deduktif (Deductive Inferences)
Penjelasan deduktif merupakan penyimpulan secara logika. Pemahaman
ini diproses dari umum ke khusus. Contoh menarik kesimpulan secara deduktif
adalah sebagai berikut:
- Kota-kota besar di negara berkembang pasti menghadapi permasalahan
terkait kemiskinan kota. Surabaya, sebagai salah satu kota besar di Indonesia
pasti juga memiliki masalah kemiskinan kota.
2. Penarikan Kesimpulan secara Induktif (Inductive Inferences)
Penjelasan induktif merupakan kebalikan dari penjelasan deduktif.
Pemahaman ini menarik generalisasi dari tipe yang sama, secara statistik dari
sampel yang lebih kecil terhadap populasi yang lebih luas (hal ini umum dilakukan
di ilmu sosial). Pemahaman ini tidak sepenuhnya logis, namun juga memiliki
beberapa kemungkinan terhadap kebenarannya. Contoh menarik kesimpulan
secara induktif adalah sebagai berikut:
- Surabaya memiliki seputar masalah terkait kemiskinan kota. Disimpulkan
bahwa kota-kota yang memiliki karakteristik seperti Surabaya, yaitu sebagai
kota besar dan mengalami urbanisasi di negara berkembang seperti Jakarta,
Kuala Lumpur, dan Manila kemungkinan juga memiliki permasalahan seputar
kemiskinan kota.
3. Penarikan Kesimpulan secara Abduktif (Abductive Inferences)
Menyimpulkan secara abduktif adalah menarik kesimpulan secara logis
berdasarkan satu contoh/kasus di suatu tipe terhadap tipe yang berseberangan
atau berbeda. Ini adalah tipe inferences of interest terhadap content analysis,
dimana akan melalui content analysis, data berupa teks akan dianalisis untuk
menjawab atau menjelaskan pertanyaan penelitian dari seorang peneliti/analis.
Tentu saja seseorang dapat membuat pemahaman dengan beberapa
kemungkinan seperti demikian, namun kemungkinan tersebut dapat diperkuat
jika seseorang itu mampu mengambil variabel yang lain (memberikan kondisi) ke
dalam penjelasan. Beberapa contoh berikut adalah pemahaman yang digunakan
dalam content analysis, yang merupakan abduktif secara alami:
Seseorang dapat mengindikasikan waktu (date) dari suatu dokumen
berdasarkan kosakata yang digunakan di dalamnya.
Seseorang dapat memahami dasar religi/kepercayaan seorang tokoh politik
berdasarkan gambaran metafora yang dipakai pada saat berpidato.
Seseorang dapat memahami tingkat keterbacaan sebuah karya tulis
berdasarkan kompleksitas dari komposisinya.
IV-5

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Seseorang dapat menduga ketika seseorang berbohong berdasarkan perilaku


dan raut wajahnya (nonverbal).
Seseorang dapat menduga/menyimpulkan permasalahan sebuah kota dari
berbagai ekspresi dan pemikiran yang tertuang di berbagai surat yang
dilayangkan kepada walikota.
Validasi Bukti
Pada prinsipnya seluruh content analysis haruslah valid. Karena alasan yang
paling penting dalam content analysis adalah kurangnya bukti observasi langsung,
kevalidasian bisa menjadi sulit atau tidak layak, jika tidak mungkin, dalam
prakteknya. Para akademisi yang mensurvey penelitian content analysis telah
menggunakan beragam kategori untuk mendeskripsikan perkembangan perbedaan
pada teknik penelitian yang digunakan dibawah cakupan content analysis. Janis
(1965) mengusulkan klasifikasi seperti berikut:
1. Pragmatical Content Analysis merupakan prosedur yang mengklasifikasikan
tanda-tanda sesuai dengan penyebab atau dampak yang mungkin muncul dari
kasus tersebut (misal, menghitung seberapa sering suatu hal dikatakan sehingga
berdampak pada melakukan perilaku berguna mengenai kata tertentu pada
pendengar yang telah ada).
2. Semantical Content Analysis merupakan prosedur yang mengklasifikasikan
tanda-tanda berdasarkan makna yang dimiliki (misal, menghitung seberapa
sering Jerman dijadikan acuan, tanpa memperhatikan kata-kata tertentu yang
kemungkinan dapat digunakan dalam membuat acuan):
a. Designation Analysis mampu memperlihatkan frekuensi pada
kecenderungan terhadap beberapa objek tertentu (orang, benda, grup,
atau konsep), termasuk diantaranya, bicara dengan kasar, subject-matter
analysis (misal, mengacu pada peraturan luar negeri Jerman)
b. Attribution Analysis menyediakan frekuensi dengan beberapa kategori
tertentu yang diacu (misal, mengacu pada ketidakjujuran).
c. Assertions Analysis mampu memperlihatkan frekuensi dimana
beberapa objek tertentu dicirikan dengan cara tertentu, termasuk
diantaranya berbicara kasar, thematic analysis (misal, mengacu pada
peraturan luar negeri Jerman sebagai ketidakjujuran).
3. Sign-Vehicle Analysis prosedur yang mengklasifikasikan isi sesuai pada bendabenda psychophysical pada tanda-tanda (misal, menghitung seberapa sering
kata Jerman muncul).

IV-6

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Tolak Ukur
Manusia mengukur fenomena dengan tolak ukur untuk menemukan: (a)
jenis-jenis fenomena apa yang dialami (identifikasi), (b) seberapa baik atau burukkah
fenomena tersebut (evaluasi), dan (c) seberapa dekat fenomena tersebut dengan
harapan (judgments). Dalam content analysis, tolak ukur seringkali implisit.
Orang-orang akan cepat mendukung atau menentang tolak ukur tanpa ada
alasan mengapa yang jelas. Content analysis harus berhati-hati untuk membuat
eksplisit mengapa mereka memahami apa yang mereka lakukan dan ini juga
termasuk mendefinisikan beberapa toak ukur yang digunakan dalam penelitian
mereka.
Merancang proses content analysis
Hal utama pada penelitian pengulangan pencarian dengan data untuk pola
pra perkiraan yang jelas dapat dimengerti mengenai metodologi. Di samping peneliti
menjelaskan secara jelas apa yang telah mereka lakukan, bagaimana mereka dapat
berharap untuk mereplikasikan analisis mereka atau proses yang dilakukan, tidak
hanya sekedar teks, sehingga tidak dapat dibaca sevara individual saja? Di balik itu,
bagaimana mereka memberi pemahaman orang lain bahwa penelitian mereka
terdengar dan hasilnya dapat diterima?
Datum adalah sebuah unit informasi yang direkam pada tingakat cukup dapat
diterima, bentuk yang dapat dibedakan, dan dapat dibandingkan dengan data yang
lain, kemudahan menganalisa melalui penggunaan deliniasi teknik yang jelas dan
relevan suatu masalah tertentu.data umumnya diartikan sebagai tampilan observasi
atau bacaan, namun hal tersebut selalu merupakan hasil dari prosedur terpilih dan
selalu diarahkan pada akhir tertentu pada content analysis, hasil data dari prosedur
yang telah peneliti pilih dalam menjawab pertnyaan tertentu terkait fenomena
dalam konteks yang ada pada teks. Untuk itu data dibuat, bukan ditemukan, dan
peneliti diwajibkan untuk menyampaikan bagaimana mereka membuat data
tersebut.
Hubungan langkah-langkah yang diambil peneliti dalam mengarahkan sebuah
penelitian disebut dengan desain penelitian dan yang merangkai langkah-langkah
prosedural dengan desain penelitian yang koheren adalah logika penelitian.
Umumnya logika ini mengacu pada dua kualitas: tingkat efisiensi pada langkahlangkah prosedur (menghindari hal-hal yang tidak lagi berguna secara structural
dengan mencegah noise sejak dari awal analisa) dan kemiripan perlakuan dalam
pengolahan data (mencegah penerimaan suatu hasil yang bertumpukan dengan hasil
yang lain). Logika pemikiran iini memnugkinkan analis untuk menjelaskan komunitas
ilmiah mengenai bagaimana penelitian tersebut diarahkan.
Mengenai desain penelitian yang replikabel bukan hanya dimengerti,
penjelasan deskriptif peneliti mengenai analisisnya, haruslah lengkap dalam
menyajikan sebuah set data tentang instruksi pada orang yang mengkodekan,
peneliti yang lain dan penguji, sebagaimana sebuah program komputer yang
IV-7

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

menentukan apa yang harus dilakukan oleh mesin tersebut. Meskipun kedetailan
sebuah program komputer dapat menghasilkan keilmiahan secara ideal, pada
penelitian sosial, harapan yang terbaik yang paling mendekati dengan ideal. Content
analysis terkadang harus mampu mengimbangi dengan keimplisitan yang baik dalam
instruksinya. Panduan tradisional pada metode penelitian diharuskan bahwa semua
pengujian hipotesis pada penelitian ilmiah, baik yang mengacu pada pola maupun
yang tidak, adalah bukti pada data. Meski demikian, content analysis telah
mangajukan pertanyaan utama mengenai mengapa teks yang tersedia dimunculkan,
apa maknanya dan ditujukan kepada siapa, bagaimana teks tersebut menjembatani
antara hal di masa lalu dengan kondisi saat ini, dan yang terakhir, apakah teks
tersebut memungkinkan analis untuk menyeleksi jawaban yang valid terhadap
pertanyaan yang mengacu pada konteks mereka.
Oleh sebab itu logika pada desain content analysis memiliki alasan yang
bagus tidak hanya sesuai dengan tolak ukur keilmiahan pengolahan data yang dapat
diterima (efisiensi dan kemiripan perlakuan), namun juga dengan mengacu pada
konteks hubungan pada teks mana yang perlu dianalisis. Gambar 4.2
merepresentasikan usaha untuk mengkoseptualisasikan situasi yang harus
diobservasi oleh analis. Pada gambar di bawah dapat terlihat desain content analysis
yang sederhana. Dalam hal ini analis hanya bergantung pada teks jawaban dari
pertanyaan penelitian, yang tersedia. Meskipun gambar ini meletakkan teks, input
hasil, dan output hasil dalam analisis pada konteks terpilih, hal ini tidak berarti
apapun mengenai keaslian konteks yang memberi alasan pada analisis atau
mengenai hubungan ketergantungan pada langkah-langkah analisis.

Konteks
Ditentukan oleh Content Analysts
Jawaban

Inferences/Pemahaman

ke Pertanyaan
Penelitian

Analisis Konten

Teks

Gambar 4.2
Analisis Konten: Menjawab Pertanyaan dengan mempertimbangkan Konteks dari Teks
Sumber: Rahmawati et al, 2013 (adaptasi dari metode Krippendorff)

IV-8

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Komponen
Sekarang kita membahas kotak content analysis pada gambar 4.2 dan menilai
komponen yang dibutuhkan analisis untuk memproses teks menjadi hasil. Mendata
komponen-komponen ini tak lain adalah menyesuaikan dengan kebutuhan pada
partisi, konseptulaisasi, perbincangan dan evaluasi desain content analysis secara
bertahap. Sebagai penjelasan mengenai kompinen mana yang juga harus disajikan
sebaga instruksi untuk mereplikasikan hal tersebut di hal yang lainsetiap komponen
telah memiliki ketetapan secara deskriptif dan opersional:
Unitizing
: bergantung pada skema pengunitan.
Sampling
: bergantung pada rencana sampling.
Recording/Coding
: bergantung pada instruksi pengkodean.
Reducing Data : agar representasi dapat diatur bergantung pada teknik
statistik yang telah terbangun atau metode lain untuk merangkumatau
menyederhanakan data.
Pemahaman fenomena kontekstual secara abduktif : bergantung pada
konstruksi analisis atau model pada konteks terpilih sebagai alasan yang baik.
Menarasikan jawaban dari pertanyaan penelitian : bergantung pada budaya
naratif atau perpindahan budaya dengan disiplin ilmu content analysis.
Bersama dengan itu, hal pertama dari keempat komponen bagian yang dapat
dirangkum, disebut pembuatan data yaitu membuat data yang terbaca oleh
computer dari data dasar atau teks yang belum diedit. Dalam ilmu alam, keempat
komponen ini termasuk dalam insturmen pengukuran secara fisik. Dalam ilmu sosial,
penggunaan perangkat mesin jarang untuk digunakan bahkan tidak mungkin
digunakan dan pembuatan data harus dimulai dari observasi. Komponen kelima,
pemehaman fenomena konteksual secara abduktif, merupakan hal unik untuk
content analysis dan menjadi atribut representasi pada data.
Pengunitan adalah system pembedaan segmen antara teks-gambar, suara, dan halhal observasi lainnya yang merupakan pemahaman terhadapa suatu analisa.
Pengunitan dapat membuat beberapa tempat pada desain content analysis. Analis
konten harus menjelaskan metode pengunitan, dan untuk itu mereka harus
menunjukkan informasi yang mereka butuhkan untuk analisis merekayang
ditampilkan pada kumpulan unit, bukan pada hubungan antar unit yang tidak
dibutuhkan dalam pengunitan.
Sampling memungkinkan analis untuk memperhitungkan upaya-upaya dalam
penelitian dengan membatasi observasi menjadi subset unit yang dapat dikelola
yang secara konsep maupun statistic menunjukkan sebuah set unit yang
memungkinkan, populasi atau keseluruhan kepentingan. Idealnya, sebuah analisis
pada keseluruhan populasi dan analisis dari sampel yang representatif harus
berakhir pada kesimpulan yang sama. Hal ini hanya mungkin terjadi jika populasi
IV-9

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

menjelaskan hal-hal yang tidak dibutuhkan yang tidak perlu diulang dalam sampel
yang tergambar untuk analisis. Namun sampel teks tidak berkaitan dengan populasi
secara individual mengenai kewenangan survey pada opini publik, sebagai contoh.
Teks dapat dibaca pada beberpa levele tertentu pada beberapa level kata, kalimat,
paragraph, bab, atau keseluruhan publikasi; sebagai pekerjaan yang sesungguhnya
atau diskusi penting; atau sebagai konsep, kerangka, isu, plot, genre, dan
kemungkinan untuk disampel secara sesuai.
Dikarenakan membuat sampel yang representatif untuk content analysis jauh lebih
kompleks dari membuat sampel untuk, misalnya, eksperimen psikologi atau
konsumen riset, yang fokusnya mengarah menjadi satu unit level, umumnya
responden individual dengan beberapa atribut tertentu. Dalam penelitian kualitatif
sampel bisa jadi tidak digambarkan sesuai dengan aturan statistika. Akan tetapi
kutipan dan contoh yang penelitian kualitatif tampilkan kepada pembaca memiliki
fungsi yang sama sebagaimana kegunaan sampel pada umumnya. Mengutip sampelsampel tertentu utnuk mendukung poin umum mengusulkan yang mereka tampilkan
sama jika tidak melupakan kasus.
Perekaman / Pengkodean menjembatani antara teks yang telah diunitkan dan
pembaca, antara gambar-gambar yang berbeda dan apa yang orang lihat di
dalamnya, atau antara observasi yang terpisah dan situasi pemahaman mereka.
Sebuah alasan untuk komponen analisis ini adalah peneliti perlu untuk membuat
rekaman yang dapat disimpan untuk fenomena sementara, seperti kata-kata yang
terucap atau gambar-gambar yang ditemui. Seketika fenomena tersebut direkam,
analis dapat mengkomparasikannya sewaktu-waktu. Terapkan metode yang berbeda
pada perekaman tersebut dan replikasikan analisis tersebut kepada peneliti yang
lain. Teks yang tertulis selalu siap untuk dipahami dan juga mudah untuk dibaca.
Teks tertulis memiliki material dasar seperti audiotape yang dapat diputar ulang
tanpa dijadikan bentuk yang dapat dianalisa. Alasan kedua untuk
perekaman/pengkodean adalah karena content analisis perlu mentransformasikan
teks yang belum diedit, gambar asli dan/atau suara yang belum distrukturkan ke
dalam tampilan yang dapat dianalisis.
Reducing data menyediakan kebutuhan analis untuk menampilkan data secara
efisien, khususnya pada data yang sangat luas. Jenis/fakta statistik (daftar jenis-jenis
dan frekuensi hal yang tergabung secara masing-masing), misalnya, lebih
menampilkan secara efisien daripada mentabulasikan seluruh data yang ada. Hal
inihanyamenggantiduplikasidenganfrekuensi. Karenasatutampilandapatdibuat dari
yang lain, tanpaterkecuali. Banyak teknik statistik untuk mengagregatkan unit
analisis koefisien korelasi, distribusi parameter, indikasi, dan informasi pengujian
hipotesis, yang hilang. Dalam kualitatif reartikulasi dan rangkuman memiliki
pengaruh yang sama: kedua hal tersebut menreduksi keberagaman teks ke dalam
beberapa persoalan.

IV-10

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Memahami fenomena kontekstual dari teks yang dapat mengarahkan analisis


terhadap suatu data. Hal ini menjembatani antara teks penjelasan deskriptif dan
berikut artinya, baik itu merujuk pada sesuatu, merupakan bagian dari hasil,
provokasi maupun penyebab. Hal ini mengacu pada fenomena yang belum
terobservasi dalam konteks kepentingan pada seorang analis. Seperti yang telah
diterangkan sebelumnya, bahwa pemahaman abduktif tidak seperti pemahaman
deduktif atau induktif yang memerlukan penjelasan atau bukti yang selanjutnya
dapat didukung oleh pembuktian. Dalam content analysis, ha-hal seperti penjelasan
disediakan dalam konstruksi analisis yang didukung oleh segala hal yang diketahui
mengenai konteks. Pemahaman abduktif membedakan content analysis dari modamoda lain tentang investigasi.
Menarasikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian membuat hasil yang
komprehensif dengan yang lain. Terkadang, hal ini berarti menjelaskan signifikasi
praktis terhadap temuan atau kontribusi yang mereka buat ke dalam literature yang
ada. Di lain hal, hal ini berarti mendebatkan kesesuaian penggunaan content analysis
daripada teknik observasi langsung. Hal ini juga dapat menjadi bagian dari
pembuatan rekomendasi untuk tindakan legal atau penelitian lebih lanjut.
Menarasikan hasil content analysis adalah proses yang dibentuk oleh tradisi
yang diyakini oleh peneliti bahwa mereka berbagi dengan pembaca mereka atau
kebermanfaatan dari penelitian mereka (misalnya klien). Secara alami, tradisi yang
sering terjadi adalah dampak dari aturan ilmuwan sosial itu sendiri. Jurnal akademik
dapat mempublikasikan panduan formal untuk peneliti agar dapat mengikuti dan
menarasikan hasil mereka dan melibatkan peer reviewers menentukan content
analisis seperti apa yang digunakan, menarik, dan bermanfaat. Desain content
analysis juga meliputi iterasi pengulangan bagian tertentu hingga mencapai pada
kualitas tertentu.
4.2.

Conversation Analysis

Analisis percakapan atau Conversation Analysis diprakarsai oleh Harvey Sacks


pada 1960-1970an dan telah mengakar pada bidang etnometodologi. Analisis ini
secara populer dikenal juga dengan istilah CA. Analisis ini memperlakukan
percakapan sebagai data series dari sebuah dialog, baik langsung maupun rekaman,
yang bertujuan untuk menunjukkan suatu fungsi tertentu selain pelaporan sebuah
hasil observasi. Seorang peneliti akan mengamati percakapan untuk memahami
bagaimana
peserta
dalam
percakapan
tersebut
menggunakan
dan
menginterpretasikan elemen percakapan yang dikenal sebagai gaya berbicara
(speech acts). Gaya berbicara dipandang sebagai fungsi performatif, dimana
pemahaman makna dapat disimpulkan. Makna tersebut seringkali bergantung pada
interpretasi dari gaya berbicara lainnya, sehingga konteks menjadi perhatian utama
bagi peneliti. Sebagai contoh, mengatakan Saya akan mengambil rute lain hari ini
dapat menunjukkan sikap memberi tahu atau mempertanyakan, bergantung pada
hubungan antara peserta di dalam percakapan tersebut dan konteks dimana suara
tersebut terjadi. Analisis ini pada umumnya menggunakan alat perekam suara
IV-11

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

sebagai sumber data. Percakapan digambarkan dalam hal tindakan performatif yang
memungkinkan adanya struktur kompleks dari sebuah percakapan untuk dikaitkan.
Untuk bacaan lebih lanjut, silahkan mengacu pada Silverman (1998) and Sacks
(1995).
4.3. Descriptive Analysis
Ketika kita memiliki data kuantitatif, akan ditemui kesulitan dalam
mendapatkan makna dari data tersebut. Peneliti kualitatif nantinya akan membuat
catatan lapangan yang ekstensif dan menghabiskan banyak waktu bersama
responden, selain itu mereka juga memiliki rasa di setiap data pada saat data
tersebut dikumpulkan. Salah satu hal yang pertama kali ingin dilakukan oleh seorang
peneliti kualitatif adalah mendapatkan snapshot pada data. Hal ini akan
memberikan dasar yang baik bagi penelitian lebih lanjut dan akan memungkinkan
beberapa perubahan pada sampel yang akan dilakukan. Analisis deskriptif
menyediakan ringakasan yang sangat mendasar bagi tiap variabel data yang kita
miliki dengan menunjukkan rincian proporsional pada kategori di setiap variabel. Hal
ini paling umum ditampilkan pada distribusi frekuensi. Contoh dari distribusi
frekuensi dapat dilihat pada berikut.
Tabel 4.1 CONTOH DISTRIBUSI FREKUENSI

Petanyaan: Moda utama yang digunakan dalam perjalanan menuju tempat bekerja?
Kode
Label
Frekuensi
Prosentase
1
Jalan kaki
50
8.5
2
Sepeda
67
11.4
3
Kereta
1
0.2
4
Bus
63
10.7
5
Pengendara mobil
373
63.3
6
Penumpang mobil
26
4.4
7
Pengendara sepeda motor
8
1.4
Penumpang sepeda motor
1
0.2
Tabel di atas memungkinkan kita untuk melihat moda yang paling populer
digunakan dalam menempuh perjalanan menuju kantor, dengan pengendara mobil
sejumlah 373 dari 589, yang menjadi kasus pada kategori ini. Secara penting, hal ini
juga menyediakan informasi mengenai bagaimana proporsi berikut dapat
ditunjukkan sebagai prosentase. Ketika melakukan penelitian kuantitatif, jarang
sekali untuk memperoleh sensus, dimana seluruh populasi yang sedang diteliti
termasuk di dalam sampel. Untuk itu, ketika kita berusaha mencari analisis, kita
mencari bukti dari sampel yang dapat digunakan sebagai alat generalisasi dari
populasi secara keseluruhan. Jika dilihat bahwa sebenarnya organisasi yang
bersangkutan terdiri dari 589 anggota staff karyawan, maka untuk mengatakan
373karyawan yang merupakan pengendara mobil akan memberi kita refleksi data
yang akurat mengenai proporsinya. Jadi, organisasi ini memiliki 4.763 karyawan, dan
IV-12

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

penelitian hanya mengambil sampel dari keseluruhan (Aldridge and Levine 2001,
p.79). Sekarang besaran frekuensi menjadi kurang berguna: untuk menunjukkan
informasi bahwa 373 dari 589 ketika kita berbicara mengenai organisasi yang
memiliki karywan sejumlah 4763 karyawan, tidak akan memberikan refleksi yng
akurat sebagaimana sejumlah satu populasi secara keseluruhan. Sebuah prosentase
menawarkan solusi yang berguna pada masalah ini, selama berapapun ukuran dari
organisasi tersebut, prosentase sebesar 63.3 tetap menunujukkan proporsi yang
sama. Terdapat tambahan keuntungan dari penggunaan prosentase, selama
memungkinkan untuk adanya perbandingan diantara sampel. Apabila kita ingin
membandingkan pola perjalanan para karyawan dari dua ukuran organisasi yang
berbeda, membandingkan besaran frekuensi menjadi tidak berguna, berbeda
dengan jumah prsosentase untuk perbedaan total nilai pada kasus di setiap sampel.
4.4. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Fenomenologi
a. Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dapat ditempuh dalam fenomenologi menurut
Creswell, 1998 adalah :
in-depth interview/FGD
dokumen
hasil observasi lapangan
diary peneliti
b. Tahapan/teknik analisa data
Tahapan analisis data pada penelitian fenomenologi, dapat dilihat pada Gambar
berikut ini:
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian fenomenologi menurut
Creswell,1998 adalah sebagai berikut :
a. Horizonalisasi
Horizonalisasi adalah suatu proses dimana data yang ada dikoreksi secara
menyeluruh baik pernyataan yang signifikan, kutipan yang menyediakan
pemahaman akan apa yang dialami oleh partisipan.
b. Pengelompokkan makna
Data-data yang telah dihorizonalisasi dikelompokkan dalam suatu kategori
kategori tertentu dan dicari maknanya.
Dalam pendapat lain Colaizzi,1978 dalam Goulding,2004 menyarankan ada tujuh
langkah yang harus ditempuh oleh peneliti yang menggunakan metode etnografi,
yaitu :
Peneliti harus mampu untuk membaca partisipan/ narasumber secara
naratif untuk memahami gagasan keseluruhan

IV-13

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Peneliti juga dituntut untuk dapat extracting significant statements1


dimana peneliti harus dapat mengidentifikasi kata kunci dan kalimat yang
terkait dengan fenomena yang sedang diteliti
Kata kunci dan kalimat-kalimat yang didapatkan kemudian diformulasikan
oleh peneliti berdasarkan makna-makna yang tersirat dan yang tersurat
Proses ini dilakukan dengan membandingkan antar partisipan dan maknamakan yang ditemukan berulang akan dibentuk menjadi sebuah kluster
tertentu. Untuk memvalidasinya peneliti dapat menanyakan kembali
pada partisipan mengenai kalimat yang dimaksud.
Setelah adanya kluster-kluster/tema-tema yang didapatkan, peneliti
seharusnya dapat menghasilkan tema dengan deskripsi yang kaya
mengenai fenomena yang diteliti
Langkah selanjutnya yang ditempuh peneliti adalah mereduksi tema-tema
yang terbentuk menjadi struktur esensial yang menjelaskan perilaku dari
fenomena yang diteliti
Terakhir, peneliti dapat kembali pada partispan untuk mengumpulkan
interview lebih lanjut atau memperkelas opini yang digunakan untuk
analisis, langkah ini ditempuh untuk memverifikasi interpretasi peneliti.

4.5. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Studi Kasus


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam studi kasus dapat diperoleh
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, hal ini lah yang menyebabkan metode studi
kasus sebagai metode kualitatif yang memiliki waktu yang relatif lebih singkat apabila
peneliti memilih menggunakan metode kuantitatif sebagai salah satu komponen
analisisnya (Yin,1989).
a. Teknik pengumpulan data
Wawancara/In depth interview
Observasi
Dokumen
Fokus Group Discussion
b. Tahapan/teknik analisis data
Metode analisis yang digunakan dalam CSR (Case Study Research) menurut
Yin,1989 ada beberapa jenis, yang pertama adalah metode analisis
umum,kemudian metode analisis dominan dan analisis non dominan. Adapun
teknik tersebut akan dijelaskan berikut ini.
1. Analisis Umum

1Disebut

juga dengan verbatim/kutipan

IV-14

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Dalam analisis secara umum Yin,1989 menggunakan teknik yang digunakan


dalam hampir semua penelitian kualitatif yang ditemukan oleh Miles &
Hubberman,yaitu;
mengkategorikan informasi ke dalam lokasi yang berbeda-beda
membuat matrik kategori dan meletakkan bukti-bukti yang ditemukan
dalam lapangan sesuai dengan kategori yang ada.
Menciptakan data display yang mudah dicerna semisal tabel, flowchat,
dll
Menghitung nilai frekwensi dari pengolahan data kuantitatif bila ada
Menghitung lebih lanjut seperti means dan mediannya
Meletakkan informasi berdasarkan alur kronologisnya.

2. Analisis Dominan
Analisis dominan, merupakan teknik analisis yang digunakan secara dominan
dalam jenis penelitian CSR ini yang terdiri dan dijelaskan sebagimana berikut
ini ;
a. Teknik Analisis Penjodohan Pola
Teknik analisis penjodohan pola dilakukan dengan beberapa cara,
yakni dengan:
menguji pola variabel dependen dengan hasil analisis yang ada,
apabila pola yang diyakini peneliti dalam variabel dependen
terjadi sesuai dengan kenyataan yang ada yaitu dibangun oleh
variabel independennya maka dapat dikatakan hasil tersebut
shahih. Dalam penelitian studi kasus diperlukan sebuah
proposisi atau bahasa lain dari hipothesis. Namun, berbeda
dengan hiphotesis, proposisi mempunyai beberapa elemen
yakni proposisi mayor dan minor yang keduanya terdiri atas
variabel dependen dan independen dan biasanya digunakan
dalam penelitian kualitatif.
Setelah pola ditemukan atau bahkan proposisi tidak terbukti,
peneliti diarahkan untuk mulai membangun analisis penjelasnya
ataupun analisis tandingan dari proposisi yang ada.
b. Teknik Analisis Membangun Penjelasan
Yang dimaksud dengan analisis ini adalah ian dari penjodohan pola
namun memiliki teknik yang lebih rumit, aapun tahapnnya adalah
sebagai berikut:
Membuat pernyataan teoritik atau proposisi mengenai kasus
yang diteliti
Membandingkan antara pernyataan atau proposisi tersebut
dengan temuan yang didapatkan dari lapangan
Merevisi statement atau proposisi tersebut
Membandingkan detail temauan dengan proposisi yang telah
direvisi
IV-15

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Membandingkan hasil revisi dengan fakta-fakta yang terdapat


pada kasus lain (dalam penelitian multiple case)
Mengulang-ulang proses ini apabila dibutuhkan.
c. Teknik Analisis Runtut Waktu (Time series)
Teknik analisis runtut waktu pada dasarnya adalah membandingkan
keadaan kasus berdasarkan periode-periode waktu yang ada.
Sehingga didapatkan kecenderungan/trend yang terjadi dalam sebuah
kasus.
3. Analisis non dominan
Dalam analisis non dominan dikenal beberapa metode yakni, menganalisis
beberapa unit analisis, mengulang observasi dan menganalisis lintas kasus.
Keseluruhan analisis baik dari poin no 1-3 merupakan teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian studi kasus yang juga bertujuan untuk
memelihara validitas dan realibilitas penelitian sesuai dengan kategori postpositivism.
4.6. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Ethnografi
a. Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut (Creswell, 1998):
in-depth interview/FGD
dokumen
Hasil observasi lapangan
diary lapangan
b. Tahapan/teknik analisis data:
Metode analisis etnografi terdiri atas empat tahapan teknik yakni:
Analisis Domain (Domain analysis)2. Analisis domain pada hakikatnya adalah
upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk
menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data 3
secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa
saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu
membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya
untuk memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa
pengetahuan tingkat permukaan tentang berbagai ranah konseptual. Dari
hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau bahkan
kalimat untuk dibuat catatan pinggir4.
Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis)5. Pada tahap analisis taksonomi,
peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah
2Pada

bahasan lain/dalam konten analisis dinamakan koding


membaca transkrip atau setelah diolah menjadi konten analisis
4Dikenal pula dalam istilah lain sebagai verbatim/kutipan
5
Tahapan ini/analisis ini hampir sama dengan teknik analisa mapping dalam metode multiple case narrative
3Bisa

IV-16

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara


mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain
itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada
lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa
mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dan
mendalami bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih
dalam.
Analisis Komponensial (Componential Analysis). Pada tahap ini peneliti
mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh . Unsurunsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi/ koding
baru yang lebih relevan. Kedalaman pemahaman tercermin dalam
kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah,
juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui
warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan
perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian
menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan.
Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes). Analisis Tema Kultural
adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis
sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus
budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain.
Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang
terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu
kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan
mana yang kurang dominan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti
adalah: (1) membaca secara cermat keseluruhan catatan penting, (2)
memberikan kode pada topik-topik penting, (3) menyusun tipologi, (4)
membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian.
Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk
deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan,
kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa menarik kesimpulan
secara umum sesuai sasaran penelitian.

4.7. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Multiple Case Narrative
Metode dan teknik analisa data pada jenis penelitian multiple case narrative
pada umumnya berlaku pula untuk penelitian kualitatif jenis lainnya. Jenis penelitian
multiple case narrative memang tidak dijelaskan pada sub bab sebelumnya, karena jenis
ini lebih mengacu pada desain penelitian psikologi, namun disisi yang lain teknik analisis
yang digunakan dapat dipergunakan untuk semua jenis penelitian kualitatif. Berikut ini
merupakan penjabaran dari tahapan analisis dalam multiple case narrative.
a. Teknik pengumpulan data
In depth Interview
Observasi Partisipatif
Focus group discussion (FGD)
IV-17

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Stimulated recall interview

Metode pengumpulan data dari 1-3telah dibahas dalam chapter 3. Sedangkan,


pengumpulan data pada tahap d akan dibahas sekilas dalam sub bab ini.
Metode stimulated recal interview pada hakikatnya adalah pelengkap tambahan
dari metode pengumpulan data yang lain baik observasi maupun interview.
Pada prinsipnya teknik ini digunakan untuk menggali apa yang telah didapatkan
dari sebuah pengamatan atau dari interview. Metodenya bisa bermacammacam, diantaranya adalah menunjukkan rekaman baik rekaman secara visual
menggunakan TV tentang pengamatan, ataupun secara transkrip tentang apa
yang narasumber telah katakan sebelumnya. Teknik ini bertujuan untuk
mengeksplorasi lebih lanjut mengenai bagian tertentu dari sebuah data.

b. Tahapan/ teknik analisis


Pada metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat beberapa
prinsip-pinsip dasar, yaitu :
Adanya langkah awal dan kategorisasi data/ koding data
Menyajikan data secara valid
Merumuskan perspektif kontekstual
Mencatat informasi yang didapatkan dengan menggunakan memo,
pohon kategori, konstruksi dari cerita
Menyadari adanya limitasi dalam analisis yang dilakukan dengan
menggunakan software pada analisis data kualitatif
Dianjurkan untuk menggunakan data kuantitatif pada beberapa
komponen yang memungkinkan
Tahapan Metode Analisis dalam penelitian ini adalah :
Tahap I : Tahapan Analisis Awal
Pada tahapan analisis awal terdapat beberapa tahapan yang harus ditempuh,
tahapan tersebut adalah :
a. Mengkategorisasikan dan memberikan inisial pada data-data yang ada, cara
ini dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu :
Menghubungkan tema/topik pada interview diary
Mengutip paragraph dan memberikan penjelasan akan ide-ide
pokoknya
Menyajikan dan menganalisis secara menyeluruh
b. Memperlebar spesifikasi, dalam arti kata walaupun sudah ada kategorikategori yang terbentuk namun peneliti sebaiknya tetap membuka peluang
untuk memperlebar spesifikasi
c. Mengevaluasi validitas dan realibilitas
Tahap II : Tahapan Analisis Mapping
Tahapan pemetaan analisis dalah sebagai berikut :
1. Menemukan koneksi antar kategori
2. Mengurutkan kategori dalam sumbu vertikal
IV-18

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Pada prinsipnya pengurutan kategori dalam sumbu vertikal adalah membagi


kategor-kategori yang ada menjadi beberapasub kategori secara vertikal tema
besar/kategori, sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berkut ini;

Gambar 4.3. Contoh Analisis Vertikal

3. Mengurutkan kategori dalam sumbu horizontal


Mengurutkan kategori dalam sumbu horizontal adalah momen untuk
mengevaluasi lagi kategori kategori yang telah tersusun, apakah ada tema
yang dapat dipisah ataukah ada tema yang dapat disatukan. Contoh berikut
ini akan memperlihatkan bagaimana terjadi penambahan kategori secara
horizontal.

Gambar 4.4. Contoh Analisis Vertikal

Gambar 4.5. Contoh Analisis Vertikal

4.

Menyusun dari tahap inisial/awal menjadi peta kategoriPeta kategori adalah


menggabungkan antara sumbu horizontal dan sumbu vertikal, sebagaimana
yang dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
IV-19

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Gambar 4.6. Contoh Analisis Peta Kategori


5.

Mengidentifikasi hubungan-hubungan
antar kategoriHubungan antar
kategori yang dapat dianalisis adalah hubungan-hubungan sebagaimana
berikut ini :
Hubungan kasualitas/sebab akibat
Hubungan Kontextual
Hubungan yang bersifat intervensi
Meredokumentasikan data

Tahap III : tahapan pemilihan fokus analisisadapun tahapan ini adalah :


a. Mengenerate kategorisasi inti
b. Mengenali pola-pola yang ada dalam kategorisasi yang ada dalam tahap
II dan memilih fokus hasil temuan
c. Membuat laporan yang fokus

IV-20

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

4.8.

Bab IV

Cognitive/Perceptual Mapping
Metode dan teknik analisa yang dikenal dengan cognitive mapping
merupakan sebuah rekonstruksi pemikiran manusia yang diterjamahkan ke
dalam bentuk pemetaan. Pemetaan ini bisa berupa pemetaan pikiran
(sekumpulan kata kata) dan pemetaan spatial (berupa gambar/peta lokasi)
yang dikonstruksi berdasarkan pemikiran seseorang (group) (Tolman, 1948).
Ilmu ini telah digunakan dalam ranah yang luas, mulai dari psikologi,
pemasaran, antropologi, sosiologi, hingga perencanaan kota (Peter, 2002).
Salah satu penterjemah cognitive mapping ke dalam ranah Urban Planning
adalah Kevin Lynch, 1960. Hasil yang diterjemahkan antarnya adalah konsep
mengenai edge, node, path, districts dan landmark.
Lynch, 1960 pada saat itu tertarik untuk menganalisis bentuk kota
dan lebih spesifiknya adalah aspek fundamental dalam persepsi manusia
mengenai lingkungan perkotaan yang dharapkan ada oleh masyarakat
wilayah tersebut. Berikut merupakan perwujudan permasalahan
kenampakan kota dari perceptual mapping yang diilakukan oleh Kevin
Lynch,1960.

Gambar 4.7. Contoh Perwujudan Cognitive Mapping


Sumber: Lynch,1960
4.9.

Teknik Analisa Delphi

Metode/teknik Delphi adalah prosedur peramalan pendapat untuk


memperoleh, menukar, dan membuat opini tenatng peristiwa di masa depan (Dunn,
2000)6. Teknik Delphi7 dikembangkan sejak tahun 1948 oleh peneliti peneliti di
6

Diambil dari Buku Pengantar Analisis Kebijakan William N Dunn Tahun 2000

IV-21

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

road corporation dan sejak itu telah digunakan dalam ratusan usaha peramalan di
sector publik maupun sector swasta. Pada awalnya teknik ini diterapkan untuk
masalah masalah strategi militer, tetapi secara bertahap dapat diterapkan untuk
konteks yang lain: pendidikan, teknologi, pemasaran, transportasi, media massa,
obat, proses informasi, penelitian dan pengembangan, eksplorasi luar angkasa,
perumahan, anggaran dan kualitas hidup(Sackman, 1975)8.
Dalam literature lain Delphi diartikan sebagai metode menggunakan group
group yang terstruktur untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks seperti
kutipan berikut ini (Linstone & Turrof, 2002) :
Delphi may be characterized as a method for structuring a group communication
process so that the process is effective in allowing a group of individuals, as a whole, to
deal with a complex problem.

Penerapan Delphi pada awalnya didorong oleh kepedulian terhadap tidak


efektifnya kerja panitia, panel ahli dan proses kelompok yang lain. Teknik ini
dirancang untuk menghindari berbagai sumber distorsi komunikasi yang dijumpai
pada kelompok kelompok tersebut. Dalam aplikasinya Delphi ternyata digunakan
sebagai alat bagi multi disiplin ilmu seperti :

Mengumpulkan data sejarah ataupun kekinian yang tidak tercatat dengan baik
Meneliti peristiwa bersejarah
Mengevaluasi kemungkinan pendanaan
Mendalami perencanaan wilayah dan perkotaan
Merencanakan dan mengembangkan Universitas
Mendeliniasi pro dan kontra pada pilihan kebijakan yang mungkin terjadi
Mengembangkan sebab- akibat pada permasalahan sosial- ekonomi yg kompleks
Mengekspos nilai-nilai dan tujuan sosial seseorang

Yang menjadi pertanyaan adalah kapan metode delphi dapat digunakan


dalam penelitian. Delphi dapat digunakan apabila dalam berjalannya penelitian
timbul pertanyaan pada siapa hal ini dikomunikasikan, alternative mekanisme
apakah yang tersedia untuk masalah ini, dan apa yang dapat kita harapkan dengan
alternatif yang tersedia.
a) Jenis Jenis Delphi
Berbagai literatur mengenai Delphi mengungkapkan bahwa metode atau teknik
Delphi memiliki 2 jenis yaitu :
1. Delphi Konvensional
2. Delphi kebijakan yang dikembangkan tahun 1969-1970
Delphi kebijakan adalah suatu tanggapan yang konstruktif terhadap
keterbatasan Delphi konvensional dan merupakan usaha untuk menciptakan
prosedur baru yang sesuai dengan rumitnya masalah masalah kebijakan.
7
8

Nama Delphi diambil dari kuil Apollo di Delphi, di mana ada dukun Yunani yang bersumpah untuk melihat masa depan.
Diambil dari buku Delphi critique Harold Sackman tahun 1975

IV-22

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

Perbedaan mendasar mengenai Delphi konvensional dan Delphi kebijakan


terletak pada perbedaan kepakaran group yang dikumpulkan. Apabila dalam
Delphi konvensional orang orang yang dikumpulkan merupakan pakar dalam
bidang masing masing dalam Delphi kebijakan yang dikumpulkan bukanlah
pakar pakar melainkan sekumpulan orang tanpa kepakaran namun diberikan
informasi mengenai isu oleh pendamping- pendamping yang berkaitan.
Perbedaan lain pada Delphi konvensional dan Delphi kebijakan adalah output
yang diharapkan, pada Delphi konvensional outputnya adalah penyelesaian
masalah sedangkan pada Delphi kebijakan outputnya adalah alternative
kebijakan yang paling mungkin untuk diterapkan. Yang perlu diketahui di sini
adalah group yang terlibat dalam Delphi kebijakan tidak diperkenankan untuk
memiliki kepentingan tertentu pada suatu kebijakan. Dalam ranah perencanaan
wilayah dan kota, atau yang berkaitan dengan isu kebijakan seringkali
menggunakan Delphi kebijakan dibandingkan dengan Delphi konvensional.
Catatan penting dalam Delphi kebijakan adalah Delphi ini merupakan alat
analisis bukanlah suatu alat untuk mengambil keputusan.
b) Aplikasi Teknik Delphi
Delphi konvensional
Delphi konvensional memiliki 5 prinsip dasar dalam penerapannya yang juga
digunakan dalam delphi kebijakan namun dengan beberapa perbedaan:
1. anonimitas; semua pakar memberikan tanggapan secara terpisah dan
tanpa nama atau tidak saling mengenal di antara mereka. Hal ini untuk
menghindari Dominasi terhadap kelompok oleh satu orang atau
beberapa orang, tekanan untuk mengikuti opini kelompok inti,
perbedaan personalitas dan konflik intrapersonal dan kesulitan
menentang orang yang berwenang secara terbuka.
2. iterasi, penilain setiap individu dihimpun dan dikomunikasikan kembali
kepada semua pakar yang ikut berkomentar dalam dua putaran atau
lebih, sehingga beerlangsungnya proses belajar sosial ini memungkinkan
penilaian awal seseorang berubah.
3. tanggapan balik yang terkontrol; pengkomunikasian penilaian dilakukan
dalam bentuk rangkuman jawaban tehadap kuesioner
4. Jawaban statistik; rangkuman dari tanggapan setiap orang yang
disampaikan dalam bentuk ukuran tendensi sentral (biasanya median),
dispersi (interkuartil) dan distribusi frekuensi (histogram dan poligon
frekuensi)
5. Konsensus pakar; sebagai tujuan utama.
Delphi kebijakan
Delphi kebijakan sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan delphi
konvensional, namun terdapat beberapa aspek yang memiliki perbedaan,
berikut merupakan prinsip dari delphi kebijakan:
IV-23

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

1. anonimitas yang selektif; partisipan dalam suatu delphi kebijakan tetap


anonim hanya selama putaran awal dari upaya peramalan itu. Setelah
argumen- argumen tandingan tentang alternatif kebijakan bermunculan,
partisipan diminta untuk memperdebatkan pandangan mereka secara
terbuka.
2. advokasi ganda orang orang yang berpengetahuan; proses untuk
menyeleksi partisipan didasarkan pada kriteria minat dan tingkat
pengetahuan, bukan kepakaran semata. Dalam membentuk suatu kelompok
delphi, investigator harus berusaha untuk menyeleksii wakil dari suatu
kelompok advokat yang berpengetahuan yang mungkin ada dalam situasi
tertentu.
3. tanggapan yang terpolarisasi secara statistik; dalam merangkum penilaian
atau pendapat para pakar, digunakan cara-cara yang menkankan
ketidaksepakatn atau konflik. Sementara ukuran-ukuran konvensional dapat
pula digunakan (ukuran tendensi sentral (biasanya median), dispersi
(interkuartil) dan distribusi frekuensi (histogram dan poligon frekuensi),
delphi kebijakan menembahinya dengan berbagai ukuran polarisasi di antara
individu dan kelompok.
4. Konflik yang terstruktur; bermula dari asumsi bahwa konflikn adalah sesuatu
yang wajar dalam kebijakan, berbagai upaya dilakuka untuk mengguanakan
ketidaksepakatan dan pertentangan untuk secara kreatif mengeksplor
alternatif dan konsekuensi.
5. konferensi melalui komputer; jika mungkin konsultasi lewatr komputer
dipakai untuk merancang suatu proses anonim yang terus-menerus antar
individu yang secara fisik terpisah. Konferensi lewat komputer menghapus
kebutuhan akan beberapap putaran delphi yang terpisah.

c) Tahapan Delphi
Tahapan tahapan ini berlaku untuk kedua delphi baik delphi konvensional
maupun delphi kebijakan.
Langkah 1 : Spesifikasi Isu
Dalam hal ini analis harus menentukan isu apa yang harus dikomentari oleh para
advokat. Isu yang ada datang dari dua sumber yaitu advokat dan analis. Advokat
bebas menambahkan atau mengurangi isu. Namun isu tersebut harus sesuai
dengan topik.
Langkah 2 : Menyeleksi Advokat/Responden
Menyeleksi advokat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
menentukan dan menyeleksi pelaku pelaku kunci (analisa stakeholder)
penyeleksian didasarkan pada pertentangan pertentangan pendapat
yang terjadi pada pelaku kunci terhadap suatu isu (menggunakan teknik
bola salju)
para advokat sebisa mungkin harus berbeda posisi dan kewenangan,
afiliasi kelompok dan pengaruh relatifnya
IV-24

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

sample advokat berkisar antara 10-30 orang, walaupun hal ini tergantung
pada sifat dari isu itu sendiri, semakin kompleks permasalahnnya maka
semakin heterogen partisipannya sehingga perlu sample lebih banyak

Langkah 3 : Membuat Kuesioner


Delphi terdiri atas beberapa putaran sehingga analis harus membuat beberapa
kuesioner dan memtuskan item mana yang akan dipakai pada putaran pertama
dan mana yang dipakai pada putaran putaran selanjutnya. Namun,
bagaimanapun kuesioner putaran selanjutnya baru bisa dibuat setelah
menganalisis hasil kueisoner putaran sebelumnya. Kuesioner pertama dapat
mencakup beberapa pertanyaan :
Pertanyaan mengenai kemungkinkan terjadinya suatu peristiwa
Pertanyaan yang meminta responden untuk mengurutkan penting
atau tidaknya suatu isu
Pertanyaan dengan tujuan meminta penilaian terhadap suatu isu
Pertanyaan dengan tujuan meminta alternatif tindakan yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Bentuk kuesioner ini disebarkan dengan memberi skala untuk masing masing
pertanyaan misalnya 1-5 dan seminimal mungkin untuk memberi peluang
jawaban yang bersifat netral.
Langkah 4 : Analisis Hasil Putaran Pertama
Setelah kuesioner kembali pada analis maka :
analis berusaha menentukan posisi awal advokat (pro kontra terhadap
suatu isu)
mengkalkulasi dan mempresentasikan ukuran ukuran secara statistik
(seperti ukuran gejala pusat, dispersi dan polarisasi) sebaiknya
ditampilkan dalam bentuk grafik
menganalisis adanya perbedaan pendapat dan inkonsistensi yang dapat
digunakan untuk membuat kuesioner berikutnya
membuat
kuesioner
selanjutnya
dengan
meminta
para
responden/advokat memberikan alasan, asumsi dan argumentasi
terhadap jawaban mereka.
Langkah 5 : Pengembangan kuesioner selanjutnya
Kuesioner harus dibuat lagi untuk putaran kedua, ketiga hingga putaran terakhir
(kebanyakan delphi kebijakan menggunakan tiga hingga lima putaran). Putaran
putaran selanjutnya ini merangkum argumen yang ditawarkan bagi pendapat
yang saling bertentangan. Dalam tahap ini delphi kebijakan memberikan suatu
debat yang logis dan memaksimalkan probabilitas hilangnya deviasi dan
pendapat atas dasar perasaan. Pada akhir tahap ini semua advokat
diperkenankan untuk merubah atau tetap pada pendapat awal yang dimilikinya.
Langkah 6 : Mengatur pertemuan kelompok
penting untuk mengatur agar para advokat dapat bertatapmuka secara langsung
untuk mendiskusikan alasan, asumsi dan argumen yang melandasi posisi mereka
IV-25

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

masing masing sehingga mereka dapat saling menerima umpan balik secara
langsung dan segera.
Langkah 7 : Menyiapkan laporan akhir
Tidak ada jaminan bahwa responden/advokat akan mencapai konsensus, namun
yang diharapkan adalah ide- ide kreatif tentang isu, tujuan, pilihan dan
konsekuensi mereka adalah yang paling penting dari suatu delphi, laporan akhir
haruslah mencakup ulasan tentang berbagai isu dan pilihan yang muncul dan
menjelaskan konflik apa yang terjadi serta argumen yang melandasinya.
d) Kritik Terhadap Delphi
Adapun kritik terhadap metode delphi ini adalah :
1. Teknik delphi ini dapat sangat sensitif terhadap :
a. Keahlian pakar
b. Komposisi responden/advokat
c. Kejelasan pertanyaan yang diajukan
d. Cara analis melaporkan hasilnya
e. Administrasi kuesioner
2. Mengasumsikan bahwa seorang ahli dapat merubah argumennya hanya
karena opini orang lain
3. Panel ahli dapat terpengaruh oleh beberapa hal yaitu:
a. Kebosanan akan suatu kasus tertentu
b. Tidak tertarik pada subyek penelitian
c. Ketidaktersediaan waktu untuk mengisi kuesioner
4. Terkadang ada analis yang menggunakan uang untuk membayar ahli hal ini
dapat menimbulkan bias dalam penelitian
5. Ada resiko konsensus yang dicapai disebabkan karena anggota panel
menganggap bahwa ini adalah pandangan grup sedangkan pandangannya
sendiri tetap berbeda
6. Tidak hemat waktu
4.10. Teknik Analisa RAFHAM
Teknik analisa RAFHAM (Rapid Assesment For Heritage Area Method),
merupakan salah satu teknik analisa yang dikembangkan analisa konten dan
cognitive mapping. Pengembangan RAFHAM dilakukan oleh anggota
Laboratorium Kota PWK ITS, pada tahun 2013, yang saat ini masih dalam tahap
penyempurnaan (versi ) dan dalam penyusunan paten. (Pradinie,et all, 2013).
Pengembangan RAFHAM didasarkan pada dua pendekatan yakni
pendekatan deduktif yang dikumpulkan dari berbagai literatur, terutama literatur
dan hasil penelitian yang dikembangkan oleh Supriharjo,et.all pada tahun 2010 2011 dan serta pendekatan induktif yang digunakan untuk melengkapi hasil awal
RAFHAM pada tahun 2013. Draft ini merupakan versi beta pengembangan
RAFHAM. Tujuan pengembangan RAFHAM adalah menentukan apakah obyek
cagar budaya yang ada di suatu wilayah layak untuk diteliti dan dikembangkan
untuk menjadi area cagar budaya.
IV-26

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV

RAFHAM terbagi atas 4 tahapan yakni;


1. Tahap penilaian obyek cagar budaya, dimana pada tahap ini dibutuhkan
expert judgment. Apabila obyek cagar budaya telah dinilai oleh yang
berwenang menilai, maka anda dapat melewati tahap ini dan hanya
menyertakan bukti dokumen penilaian dan daftar obyek cagar budaya serta
peta. Namun apabila tidak ada, maka anda akan membutuhkan beberapa
tahapan yang mengharuskan ada pendapat pakar mengenai obyek cagar
budaya. Apabila anda adalah mahasiswa yang sedang meneliti atau tidak
memiliki pengalaman minimal 10 tahun dalam meneliti obyek cagar budaya,
maka anda memerlukan pendampingan pakar.
Daftar obyek kawasan cagar budaya (expert judgment)
Peta obyek dan kawasan cagar budaya
Penilaian aestetic value
Penilian historical value
Penilaian Scientific value
Penilaian Culture signifikansi
2. Tahap deliniasi kawasan cagar budaya. Tahapan ini digunakan untuk
menentukan deliniasi kawasan cagar budaya baik secara fisik maupun
imaginer dari penghuni kawasan. Tahapan ini juga digunakan untuk
mendeliniasi area inti cagar budaya dan area penyangga (buffer) kawasan
cagar budaya.
Area inti -dimana obyek masih saling berdekatan,
Area penyangga- dinilai dari batas imajiner (persepsi masyarakat)
mengenai keterkaitan kawasan
Area penunjang
Area pengembangan
3. Tahap Assesment aktivitas masyarakat dan wilayah/ keterkaitan antara obyek
cagar budaya terhadap masyarakat
4. Tahap Assesment persepsi dan preferensi masyarakat dalam pengembangan
kawasan cagar budaya

IV-27

BAB 5
PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

BAB V. PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL


5.1.

Peran dan Fungsi Proposal Penelitian

Pengertian dari proposal adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh si penulis
yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelasan sebuah tujuan kepada si
pembaca (individu atau perusahaan) sehingga mereka memperoleh pemahaman
mengenai tujuan tersebut lebih mendetail.Diharapkan dari proposal tersebut dapat
memberikan informasi yang sedetail mungkin kepada si pembaca, sehingga
akhirnya memperoleh persamaan visi, misi, dan tujuan.
Sebelum melakukan penelitian, hendaknya penulis/peneliti membuat
proposal. Dengan membuat proposal penelitian pembaca akan mendapat
gambaran awal dari penelitian atau tulisan karya ilmiah yang akan dibuat. Proposal
tersebut dapat menjelaskan tentang kegiatan yang menghasilkan rancangan atau
produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang
disebut Proposal Penelitian Pengembangan.Selain itu proposal juga sebagai telaah
yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya
bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka
yang relevan atau disebut Proposal Penelitian Kajian Pustaka. Proposal juga
digunakan dalam penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.
Usulan penelitian yang sering disebut Project Statement atau Research
Proposal merupakan rencana penelitian mahasiswa yang hasilnya disusun dalam
bentuk skripsi sebagai tugas akhir mahasiswa sebelum memperoleh gelar
kesarjanaan (S-1) di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, teknik penulisan proposal
penelitian sangat penting sekali kita pelajari. Sebelum kita menuju bagaimana cara
atau teknik dalam penyusunan proposal penelitian.
5.2.

Jenis-jenis Proposal

Jenis-jenis Proposal Penelitian dibagi 4 yaitu: (i) Proposal Penelitian


Pengembangan,(ii) Proposal Penelitian Kajian Pustaka, (iii) Proposal Penelitian
Kualitatif, dan (iv) Proposal Penelitian Kuantitatif
1. Proposal Penelitian Pengembangan:
Kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai
untuk memecahkan masalah-masalah aktual.Dalam hal ini, kegiatan pengembangan
ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau
temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah.
Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja
pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi,
tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik
kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda.
Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban terhadap
suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya menerapkan
temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan.
V-2

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

2. Proposal Penelitian Kajian Pustaka


Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya
bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka
yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara
mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian
disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru.
Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk
menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan
deduksi dari pengetahuan yang sudah ada, sehingga kerangka teori baru dapat
dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah.

3. Proposal Penelitian Kualitatif


Penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistikkontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri
peneliti sebagai instrumen kunci.Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya.Oleh
karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat
kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh
keotentikan.
4. Proposal Penelitian Kuantitatif
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktifinduktif.Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli,
ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian
dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahanpemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam
bentuk dukungan data empiris di lapangan.
5.3 .Teknik Penyusunan Proposal Penelitian
Ada beberapa bagian penting dalam penyusunan proposal penelitian atau
proposal skripsi, diantaranya akan dijabarkan dibawah ini:
A. HALAMAN JUDUL
Halaman judul memuat : judul, jenis laporan, lambang Perguruan Tinggi,
nama dan NIM, nama jurusan, nama program studi, nama perguruan tinggi dan
tahun pengajuan.

Judul Usulan Penelitian : Judul hendaknya dibuat singkat dan jelas,


menggambarkan konsep dan topik dari penelitian dan menggambarkan
adanya keterkaitan antara variable, lokasi penelitian dan tahun
V-3

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

penelitian. Diketik dengan menggunakan huruf kapital, tidak boleh


disingkat dan format ketikan dalam bentuk piramida terbalik ( V ).
Jenis Laporan : Jenis laporan adalah usulan penelitian.
Lambang Institusi Perguruan Tinggi
Nama mahasiswa dan NIM
Nama Jurusan
Nama Program Studi
Nama Perguruan Tinggi
Tahun Pengajuan : Tahun pengajuan adalah tahun dimana usulan
penelitian tersebut diajukan

Judul Penelitian
Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat proposal adalah bagaimana
susunan dan isi proposal yang seharusnya.Pertama, proposal dibuka dengan
adanya Judul.Setelah kita membahas bagaimana cara menemukan masalah,
langkah selanjutnya adalah membuat Judul Penelitian. Dalam membuat judul
penelitian, beberapa hal yang harus diketahui adalah judul itu harus:

Komunikatif, mudah dipahami maksudnya oleh pembaca


Memuat variabel penelitian
Menjawab apa yang ingin ditingkatkan
Dengan cara apa/upaya apa untuk meningkatkannya.
Sasaran dan Lokasi tercermin dalam judul;
Banyak kata sekitar 15-20 kata

Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili
gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk
menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi. Alasan
pemilihan judul juga harus:
Menarik minat
Layak diteliti
Bermanfaat bagi masyarakat, dll.
Judul dan Hubungannya dengan Bidang Ilmu
Tuliskan bidang ilmu (Jurusan) dari Ketua Peneliti dan kajian masalah yang
diteliti. Bidang penelitian yang diteliti sebaiknya relevan dengan disiplin ilmu,
misalnya mahasiswa PWK tidak membahas pembelajaran yang ada di pelajaran
Arsitektur. Begitupun sebaliknya.Terkecuali penelitian yang ditekuninya masih ada
hubungannya dengan disiplin ilmu yang dimiliki.
B. HALAMAN PERSETUJUAN
Halaman persetujuanmemuat : judul usulan penelitian, persetujuan dosen
pembimbing beserta tanda tangan dan waktu persetujuan

V-4

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

C. DAFTAR ISI
Daftar Isi merupakan daftar yang menunjukkan isi bagian-bagian dalam
skripsi maupun sub-sub bagiannya beserta nomor halamannya.
D. ISI
Dibagian isi terdiri dari beberapa bab dan dari beberapa bab tersebut masih
terdapat beberapa sub bab:
Penjelasan :BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang memuat: gambaran tema permasalahan di lokasi penelitian
yang akan dibahas dan berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan, diuraikan
dari masalah yang luas ke arah masalah yang khusus. Oleh karena itu diperlukan data
studi awal di lokasi tempat penelitian.
Ada 4 kriteria latar belakang yang baik:

Adanya seriousness of problem,


Adanya sense of urgency ( masalah yang harus segera ditangani
Adanya political will (kebijaksanaan dari organisasi atau politis
Adanya manage ability ( direkomendasikan oleh pihak manajemen ).

Latar belakang ini juga harus mampu menjawab pertanyaan mengapa


memilih topik tersebut
2. Perumusan Masalah
Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah
yang diteliti, sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (yang meliputi:
perencanaan-tindakan-observasi/ evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau
siklus). Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan
dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.
Perumusan masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang tegas
dan jelas, serta menggambarkan arah hubungan antar dua variabel atau lebih.
Misalnya adakah, apakah, bagaimanakah, dan lainnya.Rumuskan masalah
penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas.Dalam
perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi
batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya
dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang
diantisipasi.
Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah
masalah yang nyata terjadi di kelas, penting dan mendesak untuk
V-5

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

dipecahkan.Setelah didiagnosis (diidentifikasi) masalah penelitiannya, selanjutnya


perlu diidentifikasi dan dideskripsikan akar penyebab dari masalah tersebut.
Pada perumusan masalah perlu diperhatikan :

Substansi: Perlu mempertimbangkan bobot dan manfaat tindakan yang


dipilih untuk meningkatkan dan/atau memperbaiki pembelajaran
Orisinalitas : Perlu mempertimbangkan belum pernah tidaknya tindakan
dilakukan guru sebelumnya
Formulasi: dirumuskan dalam kalimat tanya, tidak bermakna ganda, lugas
menyatakan secara eksplisit dan spesifik apa yang dipermasalahkannya,
dan tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut
Teknis: Mempertimbangkan kemampuan peneliti untuk melaksanakan
penelitian, seperti kemampuan metodologi penelitian, penguasan materi
ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan
menyediakan fasilitas (dana, waktu, dan tenaga).

3. Batasan Masalah
Batasan masalah adalah pembatasan ruang lingkup yang dilakukan dalam
penelitian, dimana pembatasan tersebut meliputi: tema/topik, area atau wilayah
yang diteliti, sumber informasi, lokasi penelitian serta waktu penelitian
4. Tujuan Penelitian
Kemukakan secara singkat tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan
mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan.Tujuan umum dan khusus
diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.
Tujuan penelitian meliputi :

Tujuan Umum ; Meliputi tujuan yang akan dicapai secara menyeluruh


yang dapat menjawab tema / judul penelitian
Tujuan Khusus ; Meliputi jabaran atau rincian dari tujuan umum secara
operasional sesuai dengan perumusan dan pembatasan masalah. Tujuan
khusus akan menggambarkan hasil dan pembahasan yang akan diperoleh
dari penelitian ini.

5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian meliputi: 1) manfaat bagi pengguna (user), 2)
pengembangan keilmuan dan 3) bagi peneliti, sehingga scara khusus hasil penelitian
memberikan masukan bagi si peneliti, masyarakat, instansi terkait dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta diharapkan dapat dijadikan
pertimbangan sebuah kebijakan

V-6

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

6. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian mencerminkan kemampuan mahasiswa untuk menelusuri
dan mengidentifikasi penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian yang
dilakukannya.Setiap penelitian dilakukan dalam konteks lingkungan yang berbeda
dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sekalipun penelitian tersebut merupakan
replikasi penelitian sebelumnya. Pernyataan tentang keaslian penelitian meliputi
identifikasi persamaan penelitian sebelumnya yang sangat relevan dan
perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukannya.
Perbedaan dan persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu dapat
meliputi : kerangka teori, penerapan teori dalam situasi spesifik atau populasi khusus
atau generalisasi teori pada populasi yamg lebih luas, kerangka konsep, rancangan
penelitian, instrument penelitian, dan teknik analisis atau pemodelan
data. Penyajiannya dapat dalam bentuk matriks persamaan dan perbedaan
penelitian sebelunya.
Penjelasan BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan
yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan
bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk
menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi
permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka
berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir
dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan
yang diharapkan/diantisipasi.
Tinjauan
pustaka
merupakan
penelusuran
kepustakaan
untuk
mengidentifikasi makalah dan buku yang bermanfaat dan ada hubungannya dengan
penelitian yang dilakukan serta merujuk pada semua hasil penelitian terdahulu pada
bidang tersebut. Tinjauan pustaka disusun berdasarkan tujuan penelitian,
pertanyaan penelitian dan masalah yang akan dipecahkan. Sumber yang dipakai
dalam tinjauan pustaka harus disebutkan dengan mencantumkan nama penulis dan
tahun terbit dengan model Vancouver. Format penyajiannya dimulai tinjuan teori
untuk variabel independen, variabel dependen dan keterkaitan antar variabel yang
diteliti dengan mengacu pada penelitian sebelumnya.
a. Landasan Teori
Landasan teori menguraikan kerangka teori yang merujuk pada referensi
berbagai ahli tertentu maupun berbagai teori-teori yang ada yang nantinya akan
mendasari hasil dan pembahasan secara detail, dapat berupa definisi-definisi atau
model matematis yang langsung berkaitan dengan tema atau masalah yang diteliti.
Teori-teori yang dirujuk harus mengacu pada variabel-variabel yang diteliti. Dimulai
dari penjelasan tema, variabel independen dan variabel dependennya atau faktor-

V-7

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

faktor yang diteliti serta dijelaskan teori-teori tersebut untuk mendukung hipotesis
yang akan diajukan.
b. Kerangka Teori
Kerangka teori terdiri dari teori-teori atau isu-isu dimana penelitian kita
terlibat di dalamnya dan memberikan panduan pada saat peneliti membaca
pustaka.Kerangka teori tidak dapat dikembangkan kalau peneliti belum mempelajari
pustaka dan sebaliknya kalau peneliti belum mempunyai kerangka teori maka
peneliti tidak akan dapat membaca pustaka dengan efektif.
c. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian merupakan operasionalisasi keterkaitan antar
variabel-variabel yang berasal dari kerangka teori dan biasanya berkonsentrasi pada
satu bagian dari kerangka teori.Kerangka konsep menggambarkan aspek-aspek yang
telah dipilih dari kerangka teori untuk dijadikan dasar masalah penelitiannya.Jadi
kerangka konsep timbul dari kerangka teori dan berhubungan dengan masalah
penelitian yang spesifik.
d. Hipotesis
Hipotesismemuat : pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori
atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
dihadapi. Hipotesis tidak selalu harus ada tergantung pada jenis dan tujuan
penelitian.Oleh karena itu hipotesis harus diuji kebenarannya dan pengujiaannya
harus mendasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan (scientific methods) yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Ciri-ciri hipotesis yaitu :

Dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan kalimat tanya


Hipotesis hendaknya berkaitan dengan bidang ilmu yang akan diteliti
Hipotesis harus dapat diuji yaitu terdiri dari variable yang dapat diukur
dan dapat dibanding-bandingkan sehingga diperoleh hasil yang obyektif
Hipotesis
hendaknya
sederhana
dan
terbatas
(
tidak
menimbulkan perbedaan pengertian dan tidak terlalu luas sifatnya )

Penjelasan BAB III. METODE PENELITIAN


Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan
obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas.Prosedur hendaknya dirinci dari
perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau
siklis.Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat
keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya.Jumlah
siklus disyaratkan lebih dari dua siklus.

V-8

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Metode penelitian memuat : jenis penelitian, populasi dan sample penelitian,


lokasi dan waktu penelitian, hubungan variable dan definisi operasional, instrumen
penelitian, pengumpulan dan pengolahan data, metode analisis data dan
keterbatasan
a. Jenis Penelitian
Berisi langkah-langkah yang akan diambil untuk membuktikan kebenaran
hipotesis.
b. Populasi dan Sample
Berisi cara pengambilan sample, besar sample, cara pengumpulan sample,
teknik penarikan sample.
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau wilayah generalisasi yang
terdiri dari subyek maupun obyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulan.Populasi bukan hanya orang, tetapi semua benda yang
memiliki sifat atau cirri yang bisa diteliti.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut
c. Lokasi dan Waktu Penelitian
Berisi mengenai tempat / lokasi penelitian beserta waktu yang dipergunakan
melakukan penelitian
d. Variabel
Berisi keterangan tentang variable atau factor yang diamati atau diteliti
dalam suatu penelitian
e. Definisi Operasional
Menjelaskan bagaimana suatu variable akan diukur serta alat ukur apa yang
digunakan untuk mengukurnya. Definisi ini mempunyai implikasi praktis dalam
proses pengumpulan data. Definisi operasional mendiskripsikan variable sehingga
bersifat spesifik (tidak berintegrasi ganda), terukur, menunjukkan sifat atau macam
variable sesuai dengan tingkat pengukurannya dan menunjukkan kedudukan variable
dalam kerangka teoritis.
f.

Teknik Pengumpulan Data

Berisi cara pengumpulan data yang dapat berupa data primer maupun data
sekunder. Berdasarkan caranya pengumpulan data dapat berupa observasi,
wawancara langsung, angket, pengukuran / pemeriksanaan
V-9

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

g. Instrument Penelitian
Instrument ( alat ukur ) penelitian dapat berupa kuesioner, cek list yang
digunakan sebagai pedoman observasi dan wawancara atau angket
h. Teknik Pengolahan Data
Berisi cara pengolahan data yang akan dilakukan peneliti sehingga data hasil
penelitian dapat menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil
kesimpulan penelitian
i.

Metode Analisis Data

Metode analisa data menjelaskan bagaimana seorang peneliti mengubah


data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil
kesimpulan penelitian. Kegiatan analisa data ini meliputi : persiapan, tabulasi dan
aplikasi data. Pada tahap analisa data inidapat menggunakan uji statistik jika
memang data dlam penelitian tersebut harus diuji dengan uji statistik
j. Keterbatasan
Dalam setiap penelitian pasti mempunyai kelemahan-kelemahan dimana
kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan. Dalam bab ini disajikan keterbatasan
peneliti secara teknis yang mungkin mempunyai dampak secara metodologis
maupun substantif, seperti : keterbatasan pengambilan sampel, keterbatasan jumlah
sampel, keterbatasan instrumen penelitian, keterbatasan waktu dan sebagainya
E. DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka merupakan keterangan tentang bacaan yang dijadikan
sebagai bahan rujukan dari penulisan skripsi. Dalam daftar pustaka dapat
dimasukkan tentang pustaka dari buku teks, jurnal, artikel, internet atau kumpulan
karangan lain.
Daftar Pustaka, yang dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA atau
Turabian.

F. JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar
chart.Contohnya, jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.

V-10

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

G. LAMPIRAN
Lampiran memuat : keterangan atau informasi yang diperlukan pada
pelaksanaan penelitian seperti : peta, surat penelitian, kuesioner, atau data lain yang
sifatnya melengkapi usulan atau proposal penelitian.

Contoh Lampiran-lampiran Lain


Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti (Bila penelitian
berkolaborasi)
Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan telah dihasilkan
sampai saat ini

5.4. Elaborasi Struktur Penulisan Proposal


Menyusun proposal tidak hanya sekedar mengisi format dengan diskripsi apa
adanya, namun harus memahami dan mengerti apa yangb harus di-diskripsikan
dengan makna yang benar. Dibawah ini akan diuraikan penjelasan yang berkaitan
dengan susunan dan isi/makna yang harus tertuang dalam sebuah proposaL
5.4.1. Abstrak Proposal.
Abstrak didalam proposal berbeda dengan abstrak dalam laporan hasi
penelitian.
Terdiri dari 3 (tiga) bagian Utama ,atau terdiri dari 3 (tiga) paragraph :

Bag I : diskripsi singkat dari Latar Belakang dipilihnya penelitian ini, Latar
belakang Permasalahan, Rumusan Permasalahan,Tujuan Penelitian.
Bag II : Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah penelitian,
teknik yang dipilih dan di gunakan
Bag III : Hasil yang diharapkan

5.4.2. Elaborasi Bab I. Pendahuluan.


i.

LATAR BELAKANG
Bag I : Sebagai latar belakang Penelitian
o Menjelaskan mengapa tema dan topik ini diangkat dalam penelitian ini,
o Belum pernah diangkat oleh peneliti lain,
o Apa yang menjadi spesifik dari penelitian ini

Bag II : Sebagai Latar Belakang Permasalahan


o Mendiskripsikan fenomena empiri/ fakta yang terjadi di lapangan yang
menunjukan adanya permasalahan yang memang sangat signifikan untuk
diteliti.
V-11

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Bag III : Ditutup dengan ringkasan dari permasalahan penelitian yang akan
diteliti

ii.

RUMUSAN MASALAH PENELITIAN


Pernyataan yang ditulis dalam satu kalimat yang singkat dan padat (rumus), yang
mengungkapkan permasalahan inti dari penelitian ini yang diturunkan dari Latar
Belakang Permasalahan.
Diakhiri dengan : Pertanyaan Penelitian

Cara mengeksplorasi Permasalahan :


a. Keterkaitan rumusan permasalahan dengan aspek yang lain.

Gambar 5.1 Posisi Rumusan Permasalahan

b. Langkah-langkah Perumusan masalah

Gambar 5.2.skema Pikir merumuskan masalah


V-12

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

c. Cara atau teknik Merumuskan masalah

Gambar 5.3. Teknik Penemuan Permasalahan

Penemuan Permasalahan Cara Formal


i. REKOMENDASI SUATU RISET
ii. ANALOGI ( mengambil pengetahuan dari bidang ilmu lain dan
menerapkannya ke bidang yang diteliti)
iii. RENOVASI ( untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu
teori)
iv. DIALEKTIK (untuk menghasilkan suatu teori yang merupakan tandingan
atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada)
v. EKSTRAPOLASI (membuat tren suatu teori atau tren permasalahan)
vi. MORFOLOGI ( mengkaji kemungkinan kombinasi yang terkandung dlm
suatu permasalahan yg rumit,kompleks)
vii. DEKOMPOSISI
(penjabaran
suatu
permasalahan
ke
dalam
komponen2nya)
viii.AGREGASI ( mengambil hasil2 peneliti atau teori dari beberapa bidang
penelitian dan mengumpulkannya untuk membentuk suatu
permasalahan yang lebih rumit, kompleks)
Penemuan Permasalahan Cara Informal
i. Konjektur ( permasalahan dapat ditemukan secara konjektur atau
naluriah, tanpa dasar2 yang jelas, tapi jika kemudian, dasar2 atau latar
belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat
diteruskan)
ii. Fenomenologi (permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan
fenomena atau kejadian/ perkembangan yang dapat diamati
iii. Konsensus (konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan
permasalahan)
iv. Pengalaman ( pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya
permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut.
V-13

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebabsebab keberhasilan


d. Pengecekan permasalahan

Faedah: pengecekan faedah ditelitinya suatu permasalahan dikaitkan dengan


pengembangan ilmu pengetahuan dan atau penerapan pada praktek/
pembangunan
Lingkup : lingkup penelitian, biasanya cukup sempit tapi diteliti secara
mendalam; bila terlalu luas akan memerlukan waktu penelitian yang lama
Kedalaman : penelitian bukan sekedar mengumpulkan data, menyusunnya
dan memprosesnya untuk mendapatkan hasil, tetapi diperlukan pula adanya
interpertasi ( atau pembahasan atas hasil perhatikan beberapa contoh
permasalahan yang bukan untuk penelitian)

e. Kiat-kiat Perumusan Masalah.


Uraian latar belakang permasalahan perlu diakhiri oleh rumusan
permasalahan
Rumusan permasalahan perlu dinyatakan secara sederhana dan langsung,
tidak berbelit-belit
Rumusan permasalahan yang jelas (tajam) akan sanggup memberi arah
(gambaran) tentang macam data yang diperlukan, cara pengolahannya yang
cocok, dan memberi batas lingkup tertentu pada temuan yang dihasilkan
f. Bentuk-bentuk Rumusan Permasalahan

PERTANYAAN ( question):
Contoh :

Seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah


pada perumahan KPR ?
Faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing-masing
faktor pada presepsi penghuni terhadap desain rumah sub inti ?

PERNYATAAN ( statement ):
Contoh :

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat


penghasilan pada perubahan fisik rumah perumahan KPR
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor dan
besar pengaruh masing-masing faktor pada persepsi penghuni
terhadap desain rumah sub inti
Persepsi penghuni merupakan hal yang belum diperhitungkan dalam
design rumah.

V-14

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

SATU PERTANYAAN UMUM (main question) :


Contoh :

Pertanyaan umum : Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil


desain seorang arsitek dan seberapa pengaruh tiap-tiap faktor ? Lebih
spesifik lagi, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai
berikut :
a. apakah sekian faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang
arsitek secara umum di Amerika terjadi pula di Indonesia?
b. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut mempengaruhi
hasil desain arsitek di Indonesia ?

Catatan : Setiap pertanyaan yang spesifik (terinci) seperti diatas


haruslah merupakan satuan yang dapat diteliti (a researchable
unit) dan keseluruhan pertanyaan rinci merupakan satu sistim
(ada keterkaitan)

SATU PERNYATAAN UMUM ( main statemen) disusul oleh beberapa


pertanyaan rinci.
Contoh :

Pernyataan Umum : Maksud penelitian ini adalah untuk


mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil desain
seorang arsitek dan seberapa pengaruh tiap-tiap faktor. Lebih
spesifik lagi, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci
sebagai berikut :
apakan sekian faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang
arsitek secara umum di Amerika terjadi pula di Indonesia ?
Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut mempengaruhi
hasil desain arsitek Indonesia ?
Catatan : kalimat pertanyaan dapat dibalik menjadi kalimat
pernyataan

V-15

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

g. Landasan pikir perumusan masalah

Gambar 5.4. Perumusan Masalah yang baik

iii.

iv.

v.

TUJUAN PENELITIAN

Merupakan sebuah kalimat yang menggambarkan hasil yang akan


didapat dari penelitian ini

Harus mempunyai benang merah dengan judul, atau jawaban dari Judul
SASARAN PENELITIAN
Adalah langkah2 untuk mencapai tujuan tersebut
Merupakan sebuah proses analisa, bukan langkah pengumpulan data
Semakin rinci dan bertingkat akan lebih mudah melakukan analisa dalam
tahap selanjutnya (dapat menggambarkan metoda atau teknik analisa apa
yang nanti akan digunakan)
LINGKUP PENELITIAN ( batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian
ini)

Lingkup Wilayah Studi :

Batas Administratif lokasi studi


Batas wilayah studi ( berkaitan dengan survey lapangan dan
responden yang akan diambil)
Dilengkapi dengan Peta

Lingkup Aspek yang akan di Studi :

Berkaitan dengan aspek apa saja yang akan di bahas dan


diselesaikan dalam penelitian ini

V-16

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Lingkup Substansi ( lingkup Materi) :

Bab V

Menentukan substansi ilmu apa yang akan digunakan sebagai


landasan teori atau konsep2 yang akan berpengaruh dalam
penelitian ini
Sebagai bahan yang akan digunakan di bab II. Kajian Pustaka)

Manfaat Penelitian :

Manfaat Teoritis : Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan secara


Makro ataupun mikro
Manfaat Praksis : Sebagai rekomendasi, arahan atau panduan
aplikasi pemecahan permasalahan di lapangan

5.4.3. Elaborasi Bab.II Tinjauan Pustaka/Kajian Pustaka


Kegunaan Tinjauan Pustaka :

Mengkaji Sejarah Permasalahan


Mempertajam Permasalahan Penelitian.
Membantu pemilihan prosedur penelitian
Mendalami Landasan Teori yang berkaitan dengan permasalahan
Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu yang
bermanfaat untuk peneltian ini
Menghindari duplikasi penelitian
Untuk menghindari duplikasi penelitian :
tidak semua hasil penelitian dipublikasikan
Peneliti perlu mengetahui sumber2 informasi pustaka
Tinjauan Pustaka, berkaitan dengan hal ini berguna untuk membeberkan
seluruhpengetahuan yang ada sampai saat ini berkaitan dengan permasalahan
yang dihadapi
Menunjang perumusan masalah:Pengkajian Pustaka yang meluas (tapi tajam),
komprehensif dan bersistem, pada akhirnya harus diakhiri dengan suatu
kesimpulan yang memuat permasalahan apa yang tersisa, yang memerlukan
penelitian, yang membedakan penelitian yang diusulkan dengan penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya

Arti dan makna Tinjauan Pustaka.


Tinjauan Pustaka atau kajian pustaka adalah uraian yang tidak sekedar
memindah informasi dari literature,laporan ilmiah atau sumber-sumber lain kedalam
bagian ini. Prinsip kajuan pustaka dapat dilihat dari skema-skema dibawah ini :

V-17

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Gambar 5.5. arti dan Makna Tinjauan Pustaka

gambar 5.6. Kegunaan Kajian Pustaka 1

V-18

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Gambar 5.7. Kegunaan Kajian Pustaka 2

Gambar 5.8. Kegunaan Kajian Pustaka 3

V-19

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Gambar 5.9. Kegunaan Kajian Pustaka 4

Langkah Dan Prinsip Yang Harus Dilakukan

Mencari literatur, sumber2 ilmiah , jurnal dan penelitian yang sejenis yang
pernah dilakukan, sesuai dengan lingkup substansi yang ditetapkan di bab I.
Menyusun struktur pembahasan sesuai hirarkhi teori atau konsep yang akan
dibahas.
Mengkaji semua (berbagai ) konsep atau teori tersebut diarahkan oleh
permasalahan penelitian yang diangkat
Bukan memindah literatur atau pendapat para pakar demikian saja tanpa ada
kajian (diskusi) dengan permasalahan penelitian
Bila mengupas penelitian lain yang sejenis dengan penelitian ini, maka harus
menemukan perbedaannya, unsur apa yang dapat dilanjutkan dalam penelitan
ini
Tidak dibenarkan mengkaji Standard, kebijakan, Program dan hal2 yang diluar
konteks Ilmu Pengetahuan

Cara Mengkaji Teori/Konsep (Pustaka)


Setiap teori/konsep yang dikaji dicari dasar-dasar pokok yang berkaitan dengan
penelitian dan yang dapat diangkat sebagai indikator untuk penyelesaian
permasalahan penelitian
Setiap teori/konsep harus dikaitkan satu dengan lainnya dalam menetapkan
indikator2 penelitian
Kajian-kajian harus jelas alur dan prosesnya, tidak merupakan hasil yang tiba2
muncul

V-20

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Kajian bisa menggunakan berbagai teknik ( evaluasi, analogi, dikotomi,


komparasi, dll sejenisnya)
Setiap pernyataan dari pakar harus di satukan dengan substansi teori yang sama,
dan ditulis sumbernya secara jelas
Tidak dibenarkan melakukan copy paste dari hasil laporan penelitian lain tanpa
ada alasan atau tanpa kaitan dan ulasan dengan penelitian yang akan dilakukan

Langkah Lanjut Dari Kajian Pustaka

Menyusun Sintesa Kajian Pustaka

Sintesa merupakan hasil dari peneliti dalam melakukan kajian


Tidak dibenarkan ada kutipan pakar lagi didalam sintesa
Hasil akhir sintesa adalah kerangka konsep penelitian atau dasar2 yang akan
dipakai dalam penelitian ini
Menyusun indikator2 penelitian yang nantinya akan di eksplore dilapangan,
eksplorasi indikator harus dilalui dengan menyusun variabel2 penelitian dari
indikator tersebut (variabel adalah hal-hal apa yang akan diukur dilapangan)
Menutup dengan sebuah skema kerangka konsep

Organisasi/struktur Tinjauan/Kajian Pustaka

Terdiri dari 3 bagian :


Pendahuluan
pembahasan
ringkasan atau kesimpulan

Bagian pendahuluan Tinjauan Pustaka

Mempunyai dua alternatif pola isi :

Menyebutkan topik-topik dan keterkaitannya


( sebagai organisasi topiktopik)
Menampilkan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh topik-topik dalam
tinjauan Pustaka
o Catatan : seluruh topik merupakan satu kesatuan sistem
Bagian pembahasan Tinjauan Pustaka

Tersusun sesuai organisasi topik atau daftar pertanyaan yang ditetapkan oleh
bagian pendahuluan
Pembahasan merupakan diskusi atau debat antar pustaka ( bukan seperti
resensi buku atau pindahan dari literatur)
Tidak hanya bersumber dari satu pustaka/satu literatur
Satu tema/topik kajian harus di cross cek dengan banyak pakar

Bagian kesimpulan Tinjauan Pustaka(merupakan hasil kajian per sub bab)


Menjawab :

Apakah permasalahan telah tuntas dijawab oleh pustaka yang ada ?


V-21

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Apakah ada peluang atau sesuatu yang dapat


dimanfaatkan dari kajian
tersebut
Seperti apa faktor2 penelitian atau indikator penelitian yang didapatkan
Bagaimana kedudukan dan peran penelitian yang diusulkan dalam konteks
ilmu pengetahuan yang ada

Bagian :Sintesa Kajian Pustaka

Sintesa BUKAN.kesimpulan
Sintesa adalah hasil kajian teori2yang didiskusikan dengan permasalahan
penelitian
Menghasilkan :Kerangka konsep penelitian
Menemukan indikator penelitian
Mengurai indikator menjadi variabel dan parameter

Membangun Kerangka Teori Atau Kerangka Konsepsual


Kerangka teori : rangkaian terpadu dari teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil,
model-model, dan bukan himpunan dari teori-teori, konsep-konsep, atau
dalil-dalil
Kerangka teori : sedikitnya terdiri dari 2 (dua) teori, konsep, dalil, atau model
Landasan penalaran pembangunan teori :
o Menuju pada spesifikasi nilai teori, konsep, dalil, atau model
o Konsekuensi penentuan unit analisis dan pengujian/analisis empirik

Gambar 5.10. Cara Membangun Konsep Kerangka Penelitian

V-22

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Contoh Membangun Kerangka Teori:


TAHAP I
tinggi

:Menggali proposisi, definisi, konsep, statemen yang bernilai informatif

Contoh : (Rose, 1994).

Kelompok memperlihatkan partisipasi lebih tinggi dari pada public


Publik memperlihatkan keperdulian yang lebih rendah daripada kerumunan
Kelompok memperlihatkan keperdulian yang tinggi daripada massa

TAHAP II :Mengidentifikasi konsep-konsep yang relevan

Kelompok
Publik
Kerumunan
Massa

TAHAP III :Merumuskan konsep/definisi sendiri tentang konsep-konsep tersebut


TAHAP IV :Membandingkan nilai spesifikasi atau ciri-ciri dari konsep-konsep
tersebut
TAHAP V : Menyederhanakan atau mereduksi konsep-konsep tersebut menjad
hipotesis dan konsep-konsep yang operasional
TAHAP VI :Merumuskan variabel dan menentukan unit analisis

Kaitan Tinjauan Pustaka Dengan Daftar Pustaka

Semua pustaka yang diacu dalam tinjauan pustaka masuk dalam daftar
pustaka
Pilih cara pengacuan pustaka (citation) yang efisien dan efektif
Dianjurkan hanya menulis nama belakang penulis dan tahun terbit
pustakanya (plus nomor halaman bila perlu)

Menulis Kutipan
A. Kutipan Tidak Langsung

Yang dikutip adalah : isi, maksud, ide, jiwa, konsep


Yang dikutip bukan kalimat demi kalimat
Kalimat dibuat sendiri oleh pengutip

Contoh :
Abad ke 19, yang diyakini sebagai abad pembangunan modern, nampaknya tidak
dapat mengingkari hutang budinya terhadap filsafat positivisme, sehingga abad ini sering
disebut sebagai abad positivisme (Wibisono, 1982). Pembangunan dan kemajuan pada
abad ini ditandai oleh dominasi kerja ilmu pengetahuan modern atau ilmu-ilmu positip.

V-23

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

Secara sangat singkat, dibawah ini akan disajikan perkembangan kredo-kredo filsafat
positivisme mulai dari August Comte, Karl, R.Popper, sampai pada Rostow.

B. Kutipan Langsung

Yang dikutip adalah keseluruhan pendapat ahli tanpa perubahan sedikitpun


Yang dikutip semua kalimat persis sama

Contoh :
Through history, the nineteenth century was recognized as the century of positivism.
Auguste Comte (1798-1857), the one who known as the father of positivism, defined the
word positive as : real, clear, toward the better, future, useful, and fixed. According to him, the
positive era are lead by industrialist and scientists. The basic belief of positivism was rooted in Law of
Three Stages of August Comte, as what Popper (1982) observed as follows :
The law stated that the human mind, booth as an individual and as a totality, as well as a
society, developed through three stages : the theological ar fictive stage, the metaphysical or abstract
stage, and the positive or real stage.. The positive stage, represents a phase in which man has
progressed even further. He is capable of thinking positively or in a real sense, based on the
knowledge he has garnered, which he has developed in a positive manner through observations,
experiments and comparisons (Popper, 1982:121)
The influence of positivism on planning thoughts could be seen in the works of : (1) Patrick
Geddes with his planning doctrine; (2) Thomas adam with The Regional Plan for New York and Its
Environs; (3) Patrick Abercrombie with his greater London Plan; and (4) British planning legislation
of 1947.

Contoh Penulisan Daftar Pustaka

1. BUKU
Abrams, C (1964). Mans Struggle for Shelter in Urbanizing World, Cambridge, MIT press.
2. DISERTASI / THESIS
Amin, A.T.M.N. (1982). An Analysis of labour Force and Industrial Organization of the Informal Sector in
Dacca, Unpublished Ph.D thesis submitted to the University of Manitoba, Canada, 1982, pp.130, 346-372.
3. JURNAL ILMIAH
Amos, F.J.C. (1986). Cost, Self-Help and Politics, Habitat Internasional, Vol.10, No.1, pp.181-186
4. DOKUMEN
Anonymous (1985a). Rencana Induk Kota Jember (Master Plan of Jember City), Bappeda Kabupaten
Jember.
Anonymous (1985b). Rencana Induk Kota Yogyakarta (Master Plan of Yogyakarta City), Bappeda
Kotamadya Yogyakarta.
Anonymous (1988). RUTRK Jakarta (Integrated Urban Infrastructrure Development Programme),
Bappeda DKI Jakarta, March.
5. PAPER SEMINAR
Baros, P., and Nientied, P. (1987). Future of Informal Housing, a seminar paper on Habitat day, Nagoya,
Japan, December 12-16.
6. ACUAN / PUSTAKA DALAM TULISAN ORANG LAIN
Husserl, Edmund (1969). Formal and Transcendental Logic, in Hindess, B. (1977)., Philosophy and
Methodology in the Social sciences, Sussex,The Harvester Press Ltd.

V-24

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

5.4.4.Elaborasi Bab III. Metodologi Penelitian.

Menetapkan sudut pandang (paradigma) keilmuan yang akan digunakan dalam


penelitian ini, dengan dasar :
o Sumber Kebenaran ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai dasar ( fakta empiri
) yang dapat ditangkap dilapangan
o Fungsi kerangka teori sebagai persiapan penelitian
o Kedudukan obyek dengan lingkungannya
o Hubungan obyek penelitian dengan peneliti
o Hasil penelitian merupakan langkah generalisasi pengetahuan
o Tujuan dari hasil penelitian merupakan ilmu yang bersifat nomothetik atau
idiographik

Menetapkan Jenis dan macam Penelitian :


o
o
o
o

Berdasar langkah yang akan dilakukan dilapangan


Berdasar dari bentuk data yang digunakan
Berdasar pembentukan ilmunya (induktif atau deduktif)
Berdasar strategi yang digunakan

Penetapan variabel Penelitian


o Melakukan eksplorasi variabel didasarkan atas indikator penelitian yang
ditemukan di kajian pustaka
o Menyusun parameter dari setiap variabel dan definisi operasionalnya
o Menetapkan setiap variabel tersebut akan digunakan dalam tiap langkah2 analisa

Teknik Pengumpulan Data


o Metode survai data primer
o Metode survai data sekundair

Teknik /metode analisa


o Menentukan teknik atau metode yang tepat disesuaiakan dengan sasaran
penelitian
o Menjelaskan alasan mengapa memilih teknik tersebut, apa kekurangan dan
kelebihannya.

Teknik penentuan sampel dan responden


o Disesuaikan dengan teknik yang akan dipakai
o Disesuaikan dengan populasi dari wilayah penelitian

Bab III diakhiri dengan :


o skema tahap penelitian,
o skema proses analisa

V-25

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab V

PROPOSAL DIAKHIRI DENGAN:


o Jadwal Pelaksanaan Penelitian (TA-Thesis-Disertasi)
o Daftar Pustaka
o Lampiran bila perlu

V-26

BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab VI

BAB VI. Kesimpulan dan Rekomendasi


6.1. Kesimpulan

Diktat ini memberikan gambaran yang cukup komprehensif tentang apa itu ilmu
pengetahuan, bagaimana membangun sebuah pengetahuan, filsafat ilmu yang mendasari
terbangunnya ilmu pengetahuan. Di samping itu pemahaman terhadap proses
pembangunan ilmu pengetahuan di tuntun dengan pemahaman tentang apa itu
penelitian, serta bagaimana melakukan penelitian dengan benar.
Penelitian adalah sebuah proses yang panjang dan terstruktur secara sistimatis, maka
dari itu pemahaman tentang metodologi penelitian sangat penting untuk menunjukkan
bahwa proes penelitian yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Proposal adalah pintu masuk untuk memulai melakukan penelitian, sehingga
penyusunan proposal menjadi sangat penting bagi peneliti maupun pemberi tugas untuk
mendapatkan gambaran apa yang akan dilakukan, proses apa yang akan dilalui dan metode
apa yang digunakan menjadi jelas.
Proposal harus dapatmemberikan gambaran tentang substansi ilmu yang diangkat,
tema dan topik yang relevan dengan bidang ilmu yang di pelajari. Sehingga keutuhan
proposal tercermin pada elaborasi pengangkatan permasalahan yang akan diteliti, tujuan
penelitian sertaapa yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
Penetapan paradigm penelitian, jenis penelitian serta teknik analisa mencerminkan
bahwa peneliti paham akan prosedur yang harus dilakukan dan paham akan prinsip
penemuan ilmu pengetahuan. Dari paradigm yang ditetapka nmaka akan tereksplorasi
proses analisis yang tepat dan mencapai tujuan sasaran yang benar. Perbedaan memilih
paradigm akan mempunyai konsekwensi penentuan proses dan teknik analisa yang
digunakan dalam penelitian tersebut.
Pemahaman terhadap tekkik-teknik analisis, terutama untuk penelitian kualitatif
menjadi sangat penting. Hal tersebut akan terhindar dari pemahaman proses analisis
diskriptip kualitatif yang tidak sekedar menuliskan hal-hal yang tidak terukur dengan jelas,
tanpa mengikuti kaidah-kaidah yang baku. Beberapa jenis metode dan teknik analisa
dipaparkan dengan cukup sistimatis dan mudah untuk diikuti, sehingga kemudian mudah
diacu sebagai panduan dalam proses penelitian dan proses penyusunan proposal.

VI-2

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

Bab VI

6.2. Rekomendasi
Penyusunan diktat ini difokuskan npadapenelitian-penelitian kualitatif yang sering
diperlukan dalam penelitian-penelitian humaniora dan ilmu-ilmu yang diperlukan dalam
konteks social engginering. Sebagai kelengkapan dari kebutuhan panduan untuk kegiatan
penelitian (research), perencanaan (planning), dan perancangan (design), maka akan lebih
lengkap apabila penyusunan diktat ini dilanjutkan dengan memberikan pemahaman semua
metode dan teknik analisa yang diperlukan dalam melakukan ketiga kegiatan di atas.
Eksplorasi lanjut dari peneitian dengan pendekatan-pendekatan kualitatif, kuantitatif
dan gabungan dari keduanya perlu disusun sehingga tidak terjadi percampuran yang salah
dalam menggunakan teknik-teknik tersebut yang didasarkan atas permasalahan yang
diangkat dalam penelitian.
Diperlukan langkah sosialisasi ataupun workshop yang berkaitan dengan bagaimana
memahami metodologi penelitian dan bagaimana menggunakan metode-metode yang
dipilih

VI-3

LAMPIRAN

LAMPIRAN CONTOH SCREENER IDI


Respondents ID

Project name :
Project Number:
Version:
Exec in charge:
Nama responden:
Alamat lengkap :
RT:
RW:
KODE POS:
No telpon rumah:
No telpon kantor:
Nama interviewer:
Tgl/bln/th Interview:
Lama waktu Interview:

P. Heritage IDI
1307002
1
RDS/RPS/KP/DR/AM
No KTP :
KEL:
KOTA :

No Hp:
Alamat email:
Interviewer ID:
Jam mulai:
Jam selesai:

Saya menyatakan bahwa wawancara ini telah


dilaksanakan benar-benar sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dan telah
dilakukan dengan seseorang yang tidak saya
kenal sebelumnya.
TTD Responden

KEC:

Checked by PL

TTD Interviewer

TTD PL

Checked by QC external

6 IDI maximum 1,5 jam


Lokasi : Kampung Kemasan, Gresik
Kriteria responden:
Laki laki atau wanita
Usia 25 - 55 tahun
Kriteria responden :
o 3 IDI Pemilik dan penghuni : Pemilik atau ikut memiliki bangunan cagar budaya di
Kampung Kemasan
Pemilik/Ikut memiliki (warisan) minimal satu bangunan cagar budaya di Kampung
Kemasan
Telah tinggal di kampung kemasan minimal 50 tahun
Masih berencana tinggal di kawasan pada masa mendatang
Mewarisi beberapa sejarah cerita, mitos, quote, dokumen (surat dan diary),
rekaman, gambar/foto tentang perkembangan kampung kemasan
Merasakan kejayaan kampung kemasan dan perbedaan dengan saat ini
o

3 IDI Pemerintah :
Merupakan perwakilan yang ditunjuk dari dinas pariwisata/budaya dan pendidikan/
pekerjaan umum
Pernah melakukan pendampingan/sosialisasi terhadap kawasan Kemasan

Naskah pertanyaan
(catatan: interviewer boleh melakukan improvisasi pada bahasa dengan syarat substansi dan
tahapan pertanyaan harus tetap sesuai pedoman naskah).
Selamat (pagi/siang/sore/malam), nama saya.. dari ITS Surabaya. Dalam waktu dekat
kami, Tim Penelitian, akan mengadakan kelompok diskusi mengenai pendapat masyarakat untuk
suatu topik dan sekarang kami sedang mencari responden yang sekiranya bersedia untuk terlibat
dalam diskusi tersebut. Mohon diingat bahwa kami tidak berniat menjual apapun dan setiap
informasi yang kami kumpulkan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.

Q1a. Jenis Kelamin (Observasi)


Laki-laki
Perempuan

1
2

LANJUTKAN
LANJUTKAN

Q1b. Hanya untuk tujuan klasifikasi tolong sebutkan umur anda (SA)
Umur

Kode
(Q1c)
1
2
3
4
5
6
7

KETERANGAN

15 17 tahun
STOP & TK
18-24 tahun
STOP & TK
25 - 35 tahun
LANJUTKAN UNTUK SEGMEN PEMERINTAH
36 45 tahun
LANJUTKAN UNTUK SEGMEN PEMERINTAH
46 - 55 tahun
LANJUTKAN
Di atas 55 tahun
UNTUK SEGMEN PEMILIK DAN PENGHUNI
Tidak tahu/tidak mau
STOP & TK
menjawab
BERAPAKAH TEPATNYA UMUR ANDA :____TAHUN
Q1c.

Apakah pendidikan terakhir yang Anda selesaikan? (SA)


Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana atau Pasca Sarjana

Q1d.

1
2
3
4
5

STOP & TK
STOP & TK
STOP & TK
LANJUTKAN
LANJUTKAN

Hanya untuk kepentingan pendataan: Apakah status pernikahan anda pada saat ini ? (SA)
Single
Menikah
Tidak tahu/tidak mau menjawab

1
2
3

LANJUTKAN
LANJUTKAN
STOP & TK

Q2.

Dapatkah anda menjelaskan pekerjaan anda saat ini? (SA)

Pelajar

SA
1

Mahasiwa

Pegawai dinas pariwisata

STOP & TK
LANJUTKAN KE Q3a

Pegawai dinas pekerjaan umum


Pegawai dinas lainnya____________
(sebutkan)
Wirausaha/wiraswasta (memiliki usaha
sendiri, warung, toko) / Self employ
Bekerja paruh waktu

LANJUTKAN KE Q3a

5
6
7

Ibu rumah tangga


8
Pengangguran
9
10
Tidak tahu/menolak menjawab
INTERVIEWER
SEGMEN PEMERINTAH :
REKRUT 2 RESPONDEN DINAS PARIWISATA
REKRUT 1 RESPONDEN PU
SEGMEN PEMILIK DAN PENGHUNI :
REKRUT : BEBAS

STOP & TK

LANJUTKAN KE Q4a
LANJUTKAN KE Q4a
LANJUTKAN KE Q4a
LANJUTKAN KE Q4a
STOP & TK
STOP & TK

TANYAKAN HANYA UNTUK SEGMEN PEMERINTAH


Q3a. Apakah anda pernah mendampingi atau melakukan penelitian terkait dengan cagar budaya?
Ya
Tidak
Q3b.

Apakah anda pernah melakukan pendampingan/ sosialisasi/ program /proyek untuk kawasan
Kemasan?
Ya
Tidak

Q3c.

LANJUTKAN
STOP & TK

LANJUTKAN
STOP & TK

Berapa lama anda telah melakukan pendampingan/ sosialisasi/ program /proyek untuk
kawasan Kemasan?
Lebih dari 1 tahun
Kurang dari 1 tahun

LANJUTKAN KE Q5a
STOP & TK

TANYAKAN HANYA UNTUK SEGMEN PEMILIK DAN PENGHUNI


Q4a. Di manakah anda saat ini tinggal ? (SA)
Area Tinggal
Di area Kampung Kemasan
Lainnya _____________________(Tuliskan)

(Q4a)
1
2

Keterangan
LANJUTKAN
STOP & TK

INTERVIEWER: CEK KTP RESPONDEN APABILA TIDAK ADA, CEK RUMAH YANG
BERSANGKUTAN DAN PASTIKAN RESPONDEN MENGHUNI RUMAH TERSEBUT
Q4b. Status anda terhadap bangunan yang anda huni ? (SA)
Status
Saya membeli dan merupakan pemilik tunggal
rumah yang saya huni saat ini
Saya ikut mewarisi/memiliki rumah yang ada di
Kemasan walaupun saat ini saya tidak
menghuni rumah tersebut
Rumah ini merupakan rumah yang diwariskan
turun temurun dari buyut/kakek saya,
kebetulan saya yang menghuni rumah ini
Saya menyewa rumah ini
Saya hanya menjaga dan megelola rumah ini

(Q4b)
1

Keterangan
LANJUTKAN

LANJUTKAN

LANJUTKAN

4
5

STOP & TK
STOP & TK

Q4c. Berapa lama anda tinggal di wilayah kampung kemasan ? (SA)


Status
< 10 tahun
10 29 tahun
30 49 tahun
> 50 tahun
Tidak mau menjawab/ tidak tahu

(Q4c)
1
2
3
4
5

Keterangan
STOP & TK
STOP & TK
STOP & TK
LANJUTKAN
STOP & TK

Q4d. Apakah anda masih mempunyai benda/peninggalan terait dengan kampung Kemasan di masa
yang lalu ? (SA)
Ya
Tidak

LANJUTKAN
STOP & TK

Q4e. Benda apa sajakah yang anda miliki sebagai kenangan kampung kemasan ? (MA)
Benda
Diary/ catatan
Foto
Surat menyurat
Cerita/ hikayat
Artefak
Lainnya__________________ (sebutkan)
Tidak mau menjawab/ tidak tahu

(Q4e)
1
2
3
4
5
6
7

Keterangan
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
STOP & TK

Q4f.

Manakah dari pernyataan berikut ini yang paling sesuai dengan anda ? (SA)

Tinggal di kawasan ini saya merasa nyaman dan


merasa dekat dengan keluarga dan tetangga, saya
berencana menghabiskan seumur hidup di tempat
ini
Saya senang tinggal di kampung ini walaupun
bangunannya sudah tua, sampai saat ini saya
belum merasa akan pindah rumah dalam waktu
dekat
Walaupun anak anak menuntut untuk pindah
rumah saya merasa belum saatnya untuk pindah
Saya senang di kampung ini, namun kebutuhan
ruang membuat saya berpikiran untuk pindah
dalam waktu dekat
Saya pasti akan merencanakan pindah rumah
karena rumah ini sudah terlalu tua
Tidak mau menjawab/ tidak tahu

(Q4f)
1

Keterangan
LANJUTKAN

LANJUTKAN

LANJUTKAN

STOP & TK

STOP & TK

STOP & TK

TANYAKAN PADA SEMUA


Q5.

Diantara pernyataan berikut, manakah yang paling menggambarkan mengenai keadaan anda?
(SA)

Saya tidak pernah dengar sama sekali tentang kawasan cagar


budaya dan tidak tahu apa itu
Saya pernah dengar mengenai kawasan cagar budaya tapi tidak
tahu itu apa dan tidak tahu apakah wilayah saya termasuk
kawasan cagar budaya
Saya pernah dengar mengenai kawasan cagar budaya dan saya
tahu apa itu, tapi saya tidak tahu apakah daerah saya termasuk
kawasan cagar budaya
Saya pernah dengar kalau daerah saya berpotensi masuk di
kawasan cagar budaya, tetapi saya tidak tahu menahu apa
maksudnya
Saya tahu mengenai kawasan cagar budaya dan tahu bahwa
daerah saya berpotensi termasuk didalamnya
Saya ikut berpartisipasi aktif untuk melestarikan cagar budaya
di kawasan saya
Tidak mau menjawab/Tidak tahu

Kode
(Q4)
1

Keterangan

STOP & TK

LANJUTKAN

LANJUTKAN

LANJUTKAN

LANJUTKAN

STOP & TK

STOP & TK

Q6.

Diantara Pernyataan berikut, mana yang paling menggambarkan peran anda dalam
masyarakat ? (SA)
Kode
(Q5)
Saya sangat aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW,
1
kegiatan kampung, bahkan aktif sebagai pengurus masyarakat
Saya terkadang aktif pada kegiatan masyarakat seperti rapat RW,
2
kegiatan kampung apabila tidak sibuk
Saya memang kurang aktif pada kegiatan bermasyarakat seperti
3
rapat RW, kegiatan kampung tetapi saya minta istri atau anak atau
anggota keluarga saya yang lain untuk aktif sehingga saya tahu
perkembangan yang ada di wilayah saya
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW,
4
kegiatan kampung tapi saya tahu dan memperhatikan kegiatan apa
saja yang ada
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW,
5
kegiatan kampung dan saya tidak tahu dan tidak memperhatikan
kegiatan apa saja yang ada
Saya tidak pernah aktif dalam kegiatan masyarakat
6
Tidak menjawab/Tidak tahu
7

Q7a.

Keterangan
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN

STOP & TK

STOP & TK

STOP & TK
STOP & TK

Sekarang saya akan membacakan beberapa pernyataan. Tolong Anda beritahu saya
pernyataan mana yang paling sesuai dalam menggambarkan diri Anda. Sekali lagi, tidak ada
jawaban benar atau salah SA (BACAKAN)
Di dalam sebuah pesta, saya biasanya
Berkumpul dengan beberapa orang yang saya kenal
Berkumpul dengan sejumlah orang, termasuk orang yang saya tidak kenal
Saat saya berada di dalam suatu kelompok, saya biasanya
Memulai pembicaraan
Menunggu untuk didekati dulu
Saat berbicara dengan orang-orang yang saya tidak kenal,
Saya tidak mengalami kesulitan dalam meneruskan pembicaraan
Saya hanya mempunyai sedikit topik pembicaraan
Saya merasa bertemu dengan orang-orang yang saya tidak kenal
Membuat saya tegang dan gugup sampai saya mengenal mereka
Membuat saya merasa senang

1
2*
1*
2
1*
2
1
2*

INTERVIEWER: RESPONDEN HARUS MEMILIH PALING SEDIKIT TIGA PERNYATAAN DARI


EMPAT PERNYATAAN DENGAN TANDA (*). JIKA TIDAK STOP & TK

Q7b.

Seberapa setujunya Anda dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? SA

Saya suka berbincang dengan teman baru dan


membagi pendapat saya dengan mereka
Teman-teman saya merasa saya adalah seseorang
yang ramah
Saya tidak suka bertemu dengan orang-orang baru
atau orang asing
Walaupun saya mempunyai pendapat saya sendiri,
saya menghargai pendapat orang lain

Sangat
tidak
setuju

Tidak
setuju

Antara
setuju dan
tidak
setuju

Setuju

Sangat
setuju

4*

5*

4*

5*

1*

2*

4*

5*

INTERVIEWER: Semua responden HARUS memilih kode-kode yang ada di kotak abu-abu
dengan tanda (*), bila tidak, STOP & TK
Q7c. Bila Anda ada di dalam satu kelompok diskusi bersama-sama dengan orang lain yang tidak
dikenal, apa yang akan Anda rasa dan pikirkan? (BACAKAN PERNYATAAN DI BAWAH)

Saya akan merasa tegang dan kemungkinan tidak berkata apa-apa


Saya senang bertemu dengan orang baru dan akan ikut berpartisipasi dalam
pertemuan tersebut
Saya bukan seorang pemalu di antara orang banyak dan akan banyak berbicara serta
berusaha untuk berpartisipasi
Apabila saya merasa bosan saya tidak akan ikut berpartisipasi lagi
Saya akan merasa sedikit cemas tapi akan mencoba untuk terlibat dalam diskusi

Ya
1*

Tidak
2

1*
1

2
2

INTERVIEWER: KALAU KODE 1* TERPILIH, JANGAN DITERUSKAN STOP & TK.


PASTIKAN BAHWA SEMUA RESPONDEN DAPAT MENGEKSPRESIKAN DIRINYA SENDIRI
KHUSUS UNTUK INTERVIEWER:
Q8.
Jika responden telah melewati screening kuesioner, kemudian adalah tugas Anda sebagai
interviewer untuk menentukan apakah orang tersebut bisa menjadi responden yang
dinamis. Pikirkan apakah dia:
YA

TIDAK

Tersenyum
Kelihatan bersahabat
Terlihat tertarik dengan pertanyaan2 anda
Kelihatan percaya diri
Ketika berbicara, memandang mata lawan bicaranya

Jika ada yang dijawab tidak dari kelima pertanyaan tersebut , maka tolong carikan
responden lain yang lebih dinamis

Q9.

Saya mencari orang seperti Anda untuk suatu sesi obrolan non formal tentang lingkungan
anda. Sesi ini akan berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam dan Anda kami undang untuk
mengikuti sesi obrolan ini. Sebagai gantinya akan ada sedikit kenang-kenangan kepada orang
yang turut berpartisipasi. Apakah Anda bersedia? SA
YAKINKAN KEMBALI BAHWA KITA TIDAK BERNIAT MENJUAL APAPUN DAN HASIL DARI SESI
INI AKAN KAMI JAGA KERAHASIAANNYA
Ya
1
LANJUTKAN
Tidak
2
STOP & TK
HANYA UNTUK INTERVIEWER
Dari manakah Anda memperoleh responden?

INTERVIEWER: BUAT JANJI DENGAN RESPONDEN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM GROUP


DISKUSI

LAMPIRAN CONTOH SCREENER FGD


Respondents ID

Project name :
Project Number:
Version:
Exec in charge:
Nama responden:
Alamat lengkap :
RT:
RW:
KODE POS:
No telpon rumah:
No telpon kantor:
Nama interviewer:
Tgl/bln/th Interview:
Lama waktu Interview:

P. Heritage-FGD
1307002
2
RDS/RPS/KP/DR/AM
No KTP :
KEL:
KOTA :

No Hp:
Alamat email:
Interviewer ID:
Jam mulai:
Jam selesai:

Saya menyatakan bahwa wawancara ini telah


dilaksanakan benar-benar sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dan telah
dilakukan dengan seseorang yang tidak saya
kenal sebelumnya.
TTD Responden

KEC:

Checked by PL

TTD Interviewer

TTD PL

Checked by QC external

4 FGD @ 6 Responden maximum 2,5 jam


Jadwal FGD :
Lokasi : Kampung Kemasan, Gresik
Kriteria responden:
Laki laki dan Wanita
SES KS1,KS2, KS3
Usia 25 - 55 tahun
Bekerja, Ibu rumah tangga
Memiliki kepedulian terhadap lingkungan cagar budaya
Kriteria responden :
o Pemilik dan penghuni : Pemilik atau ikut memiliki bangunan cagar budaya di Kampung
Kemasan
Pemilik/Ikut memiliki (warisan) minimal satu bangunan cagar budaya di Kampung
Kemasan
Telah menjadi pemilik selama minimal 2 tahun dan telah tinggal di kawasan tersebut
minimal 5 tahun
Masih berencana tinggal di kawasan tersebut hingga 5 tahun mendatang
o Pemilik namun tidak menghuni : Salah satu pemilik/memiliki hak waris pada bangunan
cagar budaya namun tidak menghuni bangunan tersebut

Pemilik/Ikut memiliki (warisan) minimal satu bangunan cagar budaya di Kampung


Kemasan
Pernah tinggal di wilayah tersebut namun saat ini tidak bertempat tinggal di kawasan
tersebut
Pengguna : Pengguna kawasan di Kampung Kemasan
Bekerja/beraktivitas di kawasan kampung kemasan
Telah bekerja/beraktivitas di kawasan ini selama minimal 5 tahun
Terdampak : Penghuni di sekitar lingkungan Kampung Kemasan
Menghuni di lingkungan sekitar Kampung Kemasan
Telah menghuni di lingkungan tersebut selama minimal 10 tahun

Semua responden harus mengetahui, setidaknya pernah mendengar, mengenai kawasan cagar
budaya
Semua responden harus terlibat aktif pada kegiatan sosial dan masyarakat yang ada di
wilayahnya
Semua responden harus merupakan pengguna utama, pengambil keputusan dalam aktivitas
yang sedang dijalani
Semua harus aktif, kreatif dan pandai dalam berbicara dan mengemukakan pendapat serta
perasaan

Naskah pertanyaan
(catatan: interviewer boleh melakukan improvisasi pada bahasa dengan syarat substansi dan
tahapan pertanyaan harus tetap sesuai pedoman naskah).
Selamat (pagi/siang/sore/malam), nama saya.. dari ITS Surabaya. Dalam waktu dekat
kami, Tim Penelitian, akan mengadakan kelompok diskusi mengenai pendapat masyarakat untuk
suatu topik dan sekarang kami sedang mencari responden yang sekiranya bersedia untuk terlibat
dalam diskusi tersebut. Mohon diingat bahwa kami tidak berniat menjual apapun dan setiap
informasi yang kami kumpulkan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.

Q1a. Jenis Kelamin (Observasi)


Laki-laki
Perempuan

1
2

LANJUTKAN
LANJUTKAN

Q1b. Hanya untuk tujuan klasifikasi tolong sebutkan umur anda (SA)
Umur

Kode
(Q1c)
1
2
3
4
5
6
7

15 17 tahun
STOP & TK
18-24 tahun
STOP & TK
25 - 35 tahun
LANJUTKAN
36 45 tahun
LANJUTKAN
46 - 55 tahun
LANJUTKAN
Di atas 55 tahun
STOP & TK
Tidak tahu/tidak mau
STOP & TK
menjawab
BERAPAKAH TEPATNYA UMUR ANDA :____TAHUN

KETERANGAN

Q1c.

1d.

Apakah pendidikan terakhir yang Anda selesaikan? (SA)

Tidak tamat SD
SD

1
2

SMP

SMA

Diploma
Sarjana atau Pasca Sarjana

5
6

Hanya untuk kepentingan pendataan: Apakah status pernikahan anda pada saat ini ? (SA)

Single
Menikah
Tidak tahu/tidak mau menjawab
Q2a.

STOP & TK
STOP & TK
LANJUTKAN HANYA
UNTUK SEGMEN
PENGGUNA
LANJUTKAN HANYA
UNTUK SEGMEN
PENGGUNA
LANJUTKAN

1
2
3

LANJUTKAN
LANJUTKAN
STOP & TK

Dapatkah anda menjelaskan pekerjaan anda saat ini? (SA)

Pelajar

SA
1

STOP & TK

Mahasiwa
Pegawai pemerintah (PNS, dosen,
Pegawai Bank, dll)
Pegawai swasta (karyawan toko,
pabrik non BUMN, dll)
Wirausaha/wiraswasta (memiliki usaha
sendiri, warung, toko) / Self employ
Bekerja paruh waktu

STOP & TK
LANJUTKAN

LANJUTKAN

Ibu rumah tangga

LANJUTKAN

Pengangguran

Tidak tahu/menolak menjawab

STOP & TK
STOP & TK

LANJUTKAN

LANJUTKAN

Q2b. Dapatkah anda menyebutkan tepatnya pekerjaan anda saat ini? ___________________(SA)
Q3a.

Di manakah anda saat ini tinggal ? (SA)


Area Tinggal
Di dalam area Kampung Kemasan
Di sekitar area Kampung Kemasan
Lainnya _____________________(Tuliskan)

(Q3a)
1
2
3

Keterangan
LANJUTKAN KE Q3b
LANJUTKAN KE Q3c
LANJUTKAN KE Q3b UNTUK
SEGMEN PEMILIK NAMUN
BUKAN PENGHUNI DAN
LANJUTKAN KE Q3C UNTUK

SEGMEN PENGGUNA
INTERVIEWER:
CEK KTP RESPONDEN APABILA TIDAK ADA, CEK RUMAH YANG BERSANGKUTAN
DAN PASTIKAN RESPONDEN MENGHUNI RUMAH TERSEBUT
CEK PANEL DAN KUOTA PADA HALAMAN 11
Q3b. Status anda terhadap bangunan yang anda huni ? (SA)
Status
Saya membeli dan merupakan pemilik tunggal
rumah yang saya huni saat ini
Saya ikut mewarisi/memiliki rumah yang ada di
Kemasan walaupun saat ini saya tidak
menghuni rumah tersebut
Rumah ini merupakan rumah yang diwariskan
turun temurun dari buyut/kakek saya,
kebetulan saya yang menghuni rumah ini
Saya menyewa rumah ini
Saya hanya menjaga dan megelola rumah ini

(Q3b)
1
2

Keterangan
LANJUTKAN

LANJUTKAN UNTUK
SEGMEN PEMILIK NAMUN
BUKAN PENGHUNI
LANJUTKAN

4
5

STOP & TK
STOP & TK

Q3c. Aktivitas yang dilakukan di dalam area kampung kemasan ? (SA)


Aktivitas
Bekerja (termasuk wiraswasta, self employ,
studi, toko, dll)
Bersosialisasi secara rutin (termasuk di
dalamnya mengunjungi teman atau saudara,
pernikahan, mengantar anak mengaji, dll)
Hanya lewat
Tidak pernah lewat

(Q3c)
1

Keterangan
LANJUTKAN

LANJUTKAN

3
4

STOP & TK
STOP & TK

Q4a. Berapa pengeluaran rutin keluarga anda? Termasuk semua pengeluaran bulanan yang
diperlukan untuk standar kehidupan Anda, yaitu termasuk makanan, listrik, air, telepon, gas,
transportasi untuk keluarga, gaji pembantu atau sopir, uang sekolah (bila masih ada anggota
keluarga yang masih bersekolah) dll. Tetapi tidak termasuk pembelian keperluan pribadi seperti
pakaian, rokok, dll, serta pembelian atau cicilan barang-barang mewah (SA)
KS3++
KS 3+
KS3
KS2
KS1
PS

Di atas Rp. 3,000,000


1
STOP & TK
Rp 2,000,001 3,000,000
2
STOP & TK
Rp 1,500,001 2,000,000
3
LANJUTKAN
Rp 1,000,001 1,500,000
4
LANJUTKAN
Rp 700,001 1,000,000
5
LANJUTKAN
Di bawah Rp 700,000
7
STOP & TK
Tidak tahu / menolak
8
STOP & TK
INTERVIEWER: CEK PANEL DAN KUOTA PADA HALAMAN 11

Q4b. Observasi rumah responden: Kondisi rumah responden. Lingkari tingkat SES yang tepat/sesuai
berdasarkan kondisi rumah.
Batasan Kelas Sosial berdasarkan kondisi fisik rumah
Faktor
KS 3
KS 2
KS 1
Bentuk rumah dan konstruksi rumah
Ukuran

Relatif besar

Bahan

Terbuat dari bahan


bermutu tinggi
(tembok, kayu
berkualitas)

Perawatan
Standard

Halaman

PS

Sedang sampai relatif


besar
Terbuat dari bahan
bermutu sedang

Sedang

Kecil sampai sedang

Terbuat dari bahan


bermutu sederhana

Selalu terawat baik


Rumah standard
real estate, rumah
khas daerah, rumah
model dulu yang
bagus
Jika ada, selalu
terawat baik

Terawat
Rumah standard BTN
atau yang setara

Masih perlu perbaikan


Rumah standard
perumnas atau yang
setara Rumah Petak

Terbuat dari bahan


bermutu rendah,
lantai masih
menggunakan lantai
tanah
Masih perlu perbaikan
Setara rumah petak

Jika ada, bisa terawat


atau kurang terawat

Jika ada biasanya


kurang
terawat/kurang
diperhatikan

Jika ada biasanya


kurang
terawat/kurang
diperhatikan

LANJUTKAN

LANJUTKAN

LANJUTKAN

STOP & TK

KARTU BANTU
Q4c. Di antara perabot berikut, manakah yang dimiliki keluarga anda dan keluarga? (MA)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Televisi
Video / DVD / VCD player
Radio / tape
Telepone (No..........)
Mesin cuci
Kulkas
Mobil (Jumlah..)
Motor

Oven / Microwave
Kartu kredit
Hand phone
Parabola
Komputer
AC
15. Kompor gas
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Lingkari SES yang sesuai berdasarkan kepemilikan barang di atas


KS 3
KS 2
KS 1
PS
Minimal memiliki
Minimal memiliki
Minimal memiliki
Minimal memiliki
9 dari 15
8 dari 15
6 dari 15
2 dari 15
+
+
+
Termasuk mobil
Termasuk Telepon Termasuk Telepon
dan mesin cuci
atau Video/ DVD / atau Video/ DVD /
VCD
VCD
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
STOP & TK

CARA MENENTUKAN KELAS SOSIAL RESPONDEN BERDASARKAN KONDISI FISIK RUMAH DAN
JUMLAH KEPEMILIKAN:
KONDISI FISIK RUMAH
KS3
KS3
KS2
KS2
KS1
KS1
PS

KEPEMILIKAN
KS3
KS3/KS2
KS3/KS2
KS1
KS2/KS1
KS1/PS
PS

KELAS SOSIAL
KS3
KS3-1
KS2
KS2-1
KS2-1
KS1
PS

INTERVIEWER:
GROUP 1-4 : CEK KUOTA DALAM PANEL GROUP HALAMAN 11
PASTIKAN KONSISTEN ANTARA JAWABAN Q3a DAN HASIL SES TERAKHIR

Q5.

Diantara pernyataan berikut, manakah yang paling menggambarkan mengenai keadaan


anda? (SA)

Saya tidak pernah dengar sama sekali tentang kawasan cagar


budaya dan tidak tahu apa itu
Saya pernah dengar mengenai kawasan cagar budaya tapi tidak
tahu itu apa dan tidak tahu apakah wilayah saya termasuk
kawasan cagar budaya
Saya pernah dengar mengenai kawasan cagar budaya dan saya
tahu apa itu, tapi saya tidak tahu apakah daerah saya termasuk
kawasan cagar budaya
Saya pernah dengar kalau daerah saya berpotensi masuk di
kawasan cagar budaya, tetapi saya tidak tahu menahu apa
maksudnya
Saya tahu mengenai kawasan cagar budaya dan tahu bahwa
daerah saya berpotensi termasuk didalamnya
Saya ikut berpartisipasi aktif untuk melestarikan cagar budaya
di kawasan saya
Tidak mau menjawab/Tidak tahu
INTERVIEWER CEK PANEL DAN KUOTA PADA HALAMAN 11

Kode
(Q4)
1

Keterangan

STOP & TK

LANJUTKAN

LANJUTKAN

LANJUTKAN

LANJUTKAN

STOP & TK

STOP & TK

Q6.

Diantara Pernyataan berikut, mana yang paling menggambarkan peran anda dalam
masyarakat ? (SA)
Kode
(Q5)
Saya sangat aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW,
1
kegiatan kampung, bahkan aktif sebagai pengurus masyarakat
Saya terkadang aktif pada kegiatan masyarakat seperti rapat RW,
2
kegiatan kampung apabila tidak sibuk
Saya memang kurang aktif pada kegiatan bermasyarakat seperti
3
rapat RW, kegiatan kampung tetapi saya minta istri atau anak atau
anggota keluarga saya yang lain untuk aktif sehingga saya tahu
perkembangan yang ada di wilayah saya
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW,
4
kegiatan kampung tapi saya tahu dan memperhatikan kegiatan apa
saja yang ada
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW,
5
kegiatan kampung dan saya tidak tahu dan tidak memperhatikan
kegiatan apa saja yang ada
Saya tidak pernah aktif dalam kegiatan masyarakat
6
Tidak menjawab/Tidak tahu
7

Q7a.

Keterangan
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN

STOP & TK

STOP & TK

STOP & TK
STOP & TK

Sekarang saya akan membacakan beberapa pernyataan. Tolong Anda beritahu saya
pernyataan mana yang paling sesuai dalam menggambarkan diri Anda. Sekali lagi, tidak ada
jawaban benar atau salah SA (BACAKAN)
Di dalam sebuah pesta, saya biasanya
Berkumpul dengan beberapa orang yang saya kenal
Berkumpul dengan sejumlah orang, termasuk orang yang saya tidak kenal
Saat saya berada di dalam suatu kelompok, saya biasanya
Memulai pembicaraan
Menunggu untuk didekati dulu
Saat berbicara dengan orang-orang yang saya tidak kenal,
Saya tidak mengalami kesulitan dalam meneruskan pembicaraan
Saya hanya mempunyai sedikit topik pembicaraan
Saya merasa bertemu dengan orang-orang yang saya tidak kenal
Membuat saya tegang dan gugup sampai saya mengenal mereka
Membuat saya merasa senang

1
2*
1*
2
1*
2
1
2*

INTERVIEWER: RESPONDEN HARUS MEMILIH PALING SEDIKIT TIGA PERNYATAAN DARI


EMPAT PERNYATAAN DENGAN TANDA (*). JIKA TIDAK STOP & TK

Q7b.

Seberapa setujunya Anda dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? SA

Saya suka berbincang dengan teman baru dan


membagi pendapat saya dengan mereka
Teman-teman saya merasa saya adalah seseorang
yang ramah
Saya tidak suka bertemu dengan orang-orang baru
atau orang asing
Walaupun saya mempunyai pendapat saya sendiri,
saya menghargai pendapat orang lain

Sangat
tidak
setuju

Tidak
setuju

Antara
setuju dan
tidak
setuju

Setuju

Sangat
setuju

4*

5*

4*

5*

1*

2*

4*

5*

INTERVIEWER: Semua responden HARUS memilih kode-kode yang ada di kotak abu-abu
dengan tanda (*), bila tidak, STOP & TK
Q7c. Bila Anda ada di dalam satu kelompok diskusi bersama-sama dengan orang lain yang tidak
dikenal, apa yang akan Anda rasa dan pikirkan? (BACAKAN PERNYATAAN DI BAWAH)

Saya akan merasa tegang dan kemungkinan tidak berkata apa-apa


Saya senang bertemu dengan orang baru dan akan ikut berpartisipasi dalam
pertemuan tersebut
Saya bukan seorang pemalu di antara orang banyak dan akan banyak berbicara serta
berusaha untuk berpartisipasi
Apabila saya merasa bosan saya tidak akan ikut berpartisipasi lagi
Saya akan merasa sedikit cemas tapi akan mencoba untuk terlibat dalam diskusi

Ya
1*

Tidak
2

1*
1

2
2

INTERVIEWER: KALAU KODE 1* TERPILIH, JANGAN DITERUSKAN STOP & TK.


PASTIKAN BAHWA SEMUA RESPONDEN DAPAT MENGEKSPRESIKAN DIRINYA SENDIRI
KHUSUS UNTUK INTERVIEWER:
Q8.
Jika responden telah melewati screening kuesioner, kemudian adalah tugas Anda sebagai
interviewer untuk menentukan apakah orang tersebut bisa menjadi responden yang
dinamis. Pikirkan apakah dia:
YA

TIDAK

Tersenyum
Kelihatan bersahabat
Terlihat tertarik dengan pertanyaan2 anda
Kelihatan percaya diri
Ketika berbicara, memandang mata lawan bicaranya

Jika ada yang dijawab tidak dari kelima pertanyaan tersebut , maka tolong carikan
responden lain yang lebih dinamis

Q9.

Saya mencari orang seperti Anda untuk suatu sesi obrolan non formal tentang lingkungan
anda. Sesi ini akan berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam dan Anda kami undang untuk
mengikuti sesi obrolan ini. Sebagai gantinya akan ada sedikit kenang-kenangan kepada orang
yang turut berpartisipasi. Apakah Anda bersedia? SA
YAKINKAN KEMBALI BAHWA KITA TIDAK BERNIAT MENJUAL APAPUN DAN HASIL DARI SESI
INI AKAN KAMI JAGA KERAHASIAANNYA
Ya
1
LANJUTKAN
Tidak
2
STOP & TK
HANYA UNTUK INTERVIEWER
Dari manakah Anda memperoleh responden?

INTERVIEWER: BUAT JANJI DENGAN RESPONDEN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM GROUP


DISKUSI

PANEL GROUP
P. Heritage
Hari /Tanggal
Waktu
Tempat
Jenis Kelamin
- Laki laki
- Wanita

GROUP I
01 September
2013
10.00-12.00
Kemasan

GROUP II
01 September
2013
10.00 -12.00
Kemasan

GROUP III
01 September
2013
10.00- 12.00
Kemasan

GROUP IV
TBC

2
2

2
2

3
3

Soft Quota

2
2
-

2
2
-

1
3
2

3
3
-

Soft Quota

Soft Quota

Soft Quota

Soft Quota

Soft Quota

Soft Quota

Soft Quota

Soft Quota

13.00- 15.00
Surabaya

SES
-

KS 3
KS 2
KS 1

Usia (tahun)
- 25 - 35
- 35 55
Status :
Single
- Menikah
Segmen aktivitas :
- Segment
Pemilik
dan
penghuni
- Segment
Pemilik
namun
bukan penghuni
- Segment
pengguna
dan
Segment terdampak

Respondents ID

Project name :
Project Number:
Version:
Exec in charge:
Nama responden:
Alamat lengkap :
RT:
RW:
KODE POS:
No telpon rumah:
No telpon kantor:
Nama interviewer:
Tgl/bln/th Interview:
Lama waktu Interview:

Minapolis Settlements Study


XXXXX
1
DR/RDS/RPS/KP
No KTP :
KEL:
KOTA :

KEC:
No Hp:
Alamat email:
Interviewer ID:
Jam mulai:
Jam selesai:

Saya menyatakan bahwa wawancara ini telah


dilaksanakan benar-benar sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dan telah
dilakukan dengan seseorang yang tidak saya
kenal sebelumnya.

TTD Responden

Checked by PL

7 FGD @ 4 Responden maximum 2,5 jam


Jadwal FGD : Sabtu- Minggu, 6-7 Juli 2013
Lokasi : Brondong, Lamongan
Kriteria responden:

Laki laki dan Wanita


SES PS, KS1, KS2, KS3
Usia 25 - 55 tahun
Menikah dengan anak
Memiliki aktivitas terkait perikanan (kelautan)
Kriteria Aktivitas :
o Segmen A : Nelayan
Juragan dan pandega
Berpengalaman kurang lebih 10 tahun
o Segmen B: Pengolahan hasil ikan
Segala jenis pengolah hasil perikanan

TTD Interviewer

TTD PL

Checked by QC external

Berpengalaman kurang lebih 5 tahun


Segmen C : Pedagang ikan
Pengecer, pengepul dan pedagang besar
Berpengalaman kurang lebih 5 tahun
Segmen D : Industri perikanan dan pendukung
Industri minabisnis
Berpengalaman kurang lebih 5 tahun

Tinggal di Kelurahan Brondong (minimal alamat rumah jelas)


Semua responden harus mengetahui, setidaknya pernah mendengar, mengenai minapolitan
Semua responden harus terlibat aktif pada kegiatan sosial dan masyarakat yang ada di
wilayahnya
Semua responden harus merupakan pengguna utama, pengambil keputusan dalam aktivitas
perikanan yang sedang dijalani
Semua harus aktif, kreatif dan pandai dalam berbicara dan mengemukakan pendapat serta
perasaan
Struktur Grup :

FGD
1

Jenis
Kelamin
Laki Laki

2
3

Laki laki

Wanita

Campuran
Laki laki
Wanita

Pekerjaan
Nelayan
Juragan
Nelayan
Pandega
Pengolah
ikan

Pedagang
besar
Pengecer
dan
pengepul
Industri
perikanan
dan
pendukung

SES

Kategori

KS 2 dan
KS 3
PS dan
KS1
KS2 dan
KS 3
PS dan KS
1
KS 2 dan
KS 3
PS, KS1

Grup 1

KS2 dan
KS 3

Grup 7

Umur
35 55
Tahun

Grup 2
Grup 3
Grup 4
Grup 5
Grup 6

25 55
tahun

Status
Menikah dengan
anak

Naskah pertanyaan
(catatan: interviewer boleh melakukan improvisasi pada bahasa dengan syarat substansi dan
tahapan pertanyaan harus tetap sesuai pedoman naskah).
Selamat (pagi/siang/sore/malam), nama saya.. dari ITS Surabaya. Dalam waktu dekat
(minggu depan) kami, Tim Penelitian, akan mengadakan kelompok diskusi mengenai pendapat
masyarakat untuk suatu topik dan sekarang kami sedang mencari responden yang sekiranya
bersedia untuk terlibat dalam diskusi tersebut. Mohon diingat bahwa kami tidak berniat menjual
apapun dan setiap informasi yang kami kumpulkan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
saja.
Q1a. Jenis Kelamin (Observasi)
Laki-laki

Perempuan

LANJUTKAN UNTUK SEGMEN A, SEGMEN


B, SEGMEN C, DAN SEGMEN D
LANJUTKAN UNTUK SEGMEN B,C DAN D
SAJA, APABILA KODE INI TERPILIH
UNTUK SEGMEN A STOP & TK

Q1b. Di manakah anda saat ini tinggal ? (SA)


Area Tinggal
(Q1b)
Keterangan
Kelurahan Brondong
1
LANJUTKAN
Sekitar Kelurahan Brondong (Masih dalam
2
STOP & TK
Kecamatan Brondong)
Lainnya
3
STOP & TK
INTERVIEWER: CEK KTP RESPONDEN APABILA TIDAK ADA, CEK RUMAH YANG
BERSANGKUTAN DAN PASTIKAN RESPONDEN MENGHUNI RUMAH TERSEBUT
Q1c. Hanya untuk tujuan klasifikasi tolong sebutkan umur anda (SA)
Umur
15 17 tahun
18-24 tahun
25 - 35 tahun

Kode
(Q1c)
1
2
3

KETERANGAN
STOP & TK
STOP & TK
LANJUTKAN HANYA UNTUK GROUP 3, 4, 5, 6
DAN 7
LANJUTKAN
LANJUTKAN
STOP & TK
STOP & TK

36 45 tahun
4
46 - 55 tahun
5
Di atas 55 tahun
6
Tidak tahu/tidak mau
7
menjawab
BERAPAKAH TEPATNYA UMUR ANDA :____TAHUN

Q1d.

Apakah pendidikan terakhir yang Anda selesaikan? (SA)


Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana atau Pasca Sarjana

Q1e.

STOP & TK
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN

1
2
3
4

STOP & TK
STOP & TK
LANJUTKAN
LANJUTKAN

Apakah status pernikahan anda pada saat ini ? (SA)


Single
Menikah tanpa anak
Menikah dan sedang menunggu kelahiran anak
Menikah dengan anak

Q2a.

1
2
3
4
5
6

Dapatkah anda menjelaskan pekerjaan anda saat ini? (SA)


SA
Pelajar
1
Mahasiwa
Pegawai non perikanan (PNS, dosen,
Pegawai Bank, dll)
Wirausaha/wiraswasta di bidang bukan
perikanan (toko, warung, dll)
Pegawai di bidang kelautan (nelayan,
pengepul ikan, pedagang ikan.
Lembaga keuangan, tambak, dll)
Wirausaha/wiraswasta di bidang
kelautan (nelayan, pengepul ikan,
pedagang ikan. Lembaga keuangan,
tambak, dll)

Ibu rumah tangga*

Pengangguran

Tidak tahu/menolak menjawab


INTERVIEWER CEK PANEL DAN KUOTA

STOP & TK
STOP & TK
STOP & TK

STOP & TK

4
5

LANJUTKAN KE PERTANYAAN Q2d

LANJUTKAN KE PERTANYAAN KE Q2d


LANJUTKAN KE PERTANYAAN Q2b UNTUK
SEGMEN 2 DAN 3
STOP & TK
STOP & TK

TANYAKAN PADA YANG MENJAWAB KODE (7) DALAM PERTANYAAN Q2a


Q2b. Apakah anda memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi ibu rumah tangga? (SA)

Q2c.

Ya

SA
1

LANJUTKAN KE Q2c

Tidak

STOP & TK

Dalam 1 tahun terakhir ini apakah jenis pekerjaan sampingan anda? (SA)

Mengolah hasil perikanan laut

SA
1

LANJUTKAN KE Q2d

Berjualan ikan

LANJUTKAN KE Q2d

Toko Meracang

STOP & TK

Berjualan makanan atau sejenis (warung)

STOP & TK

Toko Baju

STOP & TK

Pembantu Rumah Tangga

STOP & TK

Lainnya___________________(Sebutkan)

STOP & TK

TANYAKAN PADA SEMUA :


Q2d. Sebelumnya, anda menyebutkan anda bekerja di sektor perikanan, termasuk kategori
manakah pekerjaan anda di bawah ini ? (SA)
SA
Nelayan :Juragan
1
LANJUTKAN UNTUK GROUP 1
LANJUTKAN UNTUK GROUP 2
Nelayan :Pandega
2
Pengolah hasil perikanan: Pemindangan

LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4

Pengolah hasil perikanan: Pengeringan

LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4

Pengolah hasil perikanan: Es- Esan

LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4

Pengolah hasil perikanan: Petis

LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4

Pengolah hasil perikanan: Kerupuk

LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4

Pengolah hasil perikanan: Pengasap

LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4

Pengolah hasil perikanan: Tepung Ikan

LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4

Pengolah hasil perikanan:Industri


Pedagang hasil perikanan:Pedagang
besar *
Pedagang hasil perikanan: Pengepul
Pedagang hasil perikanan:Pengecer /
Pedagang kecil
Budidaya terumbu karang, rumput laut
(dll)
Industri pariwisata bahari
Lembaga keuangan terkait dengan
perikanan dan kelautan
Petani tambak
Pengrajin hasil laut (kerang,terumbu
karang, dsb)
Lainnya terkait kelautan
(Sebutkan)_____________________
Toko Meracang

10

LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4

20

STOP & TK

Berjualan makanan atau sejenis (warung)

21

STOP & TK

Toko Baju

22

STOP & TK

Pembantu Rumah Tangga

23

STOP & TK

Lainnya___________________(Sebutkan)

24

STOP & TK

11
12
13
14
15
16
17
18
19

LANJUTKAN UNTUK GROUP 5


LANJUTKAN UNTUK GROUP 6
LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
LANJUTKAN UNTUK GROUP 7

Q2e.

Berapa lamakah anda telah menekuni pekerjaan anda tersebut ? (SA)

>10 tahun
5 - 10 Tahun

1
2

LANJUTKAN
LANJUTKAN UNTUK SEGMEN B,C
DAN D, APABILA TERPILIH PADA
SEGMEN A STOP & TK
STOP & TK

Q3a. Berapa
pengeluaran
rutin keluarga anda? Termasuk semua pengeluaran bulanan yang diperlukan untuk standar
kehidupan Anda, yaitu termasuk makanan, listrik, air, telepon, gas, transportasi untuk keluarga, gaji
pembantu atau sopir, uang sekolah (bila masih ada anggota keluarga yang masih bersekolah) dll.
Tetapi tidak termasuk pembelian keperluan pribadi seperti pakaian, rokok, dll, serta pembelian atau
cicilan barang-barang mewah (SA)
< 5 Tahun

KS3++
KS 3+
KS3
KS2
KS1
PS

Di atas Rp. 3,000,000


Rp 2,000,001 3,000,000
Rp 1,500,001 2,000,000
Rp 1,000,001 1,500,000
Rp 700,001 1,000,000
Di bawah Rp 700,000
Tidak tahu / menolak

1
2
3
4
5
7
8

STOP & TK
STOP & TK
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
STOP & TK

Q3b. Observasi rumah responden: Kondisi rumah responden. Lingkari tingkat SES yang tepat/sesuai
berdasarkan kondisi rumah.
Batasan Kelas Sosial berdasarkan kondisi fisik rumah
Faktor
KS 3
KS 2
KS 1
Bentuk rumah dan konstruksi rumah
Ukuran
Relatif besar
Sedang sampai
Sedang
relatif besar
Bahan
Terbuat dari bahan
Terbuat dari bahan
Terbuat dari bahan
bermutu tinggi
bermutu sedang
bermutu sederhana
(tembok, kayu
berkualitas)
Perawatan

Selalu terawat baik

Terawat

Standard

Rumah standard
real estate, rumah
khas daerah, rumah
model dulu yang
bagus
Jika ada, selalu
terawat baik

Rumah standard
BTN atau yang
setara

LANJUTKAN

LANJUTKAN

Halaman

Jika ada, bisa


terawat atau kurang
terawat

Masih perlu
perbaikan
Rumah standard
perumnas atau yang
setara Rumah Petak

Jika ada biasanya


kurang
terawat/kurang
diperhatikan
LANJUTKAN

PS
Kecil sampai sedang
Terbuat dari bahan
bermutu rendah,
lantai masih
menggunakan lantai
tanah
Masih perlu
perbaikan
Setara rumah petak

Jika ada biasanya


kurang
terawat/kurang
diperhatikan
LANJUTKAN

KARTU BANTU
Q3c. Di antara perabot berikut, manakah yang dimiliki keluarga anda dan keluarga? (MA)

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Televisi
Video / DVD / VCD player
Radio / tape
Telepone (No..........)
Mesin cuci
Kulkas
Mobil (Jumlah..)
Motor

15. Oven / Microwave


16. Kartu kredit
17. Hand phone
18. Parabola
19. Komputer
20. AC
15. Kompor gas

Lingkari SES yang sesuai berdasarkan kepemilikan barang di atas


KS 3
KS 2
KS 1
PS
Minimal memiliki
Minimal memiliki
Minimal memiliki
Minimal memiliki
9 dari 15
8 dari 15
6 dari 15
2 dari 15
+
+
+
Termasuk mobil
Termasuk Telepon Termasuk Telepon
dan mesin cuci
atau Video/ DVD / atau Video/ DVD /
VCD
VCD
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN
CARA MENENTUKAN KELAS SOSIAL RESPONDEN BERDASARKAN KONDISI FISIK RUMAH DAN
JUMLAH KEPEMILIKAN:
KONDISI FISIK RUMAH
KS3
KS3
KS2
KS2
KS1
KS1
PS

KEPEMILIKAN
KS3
KS3/KS2
KS3/KS2
KS1
KS2/KS1
KS1/PS
PS

KELAS SOSIAL
KS3
KS3-1
KS2
KS2-1
KS2-1
KS1
PS

INTERVIEWER:
GROUP 1, 3, 5 dan 7 : REKRUT SES KS2, KS2-1, KS3-1 dan KS 3
GROUP 2, 4 dan 6 : REKRUT SES KS1, KS2, KS2-1 dan PS
PASTIKAN KONSISTEN ANTARA JAWABAN Q3a DAN HASIL SES TERAKHIR

Q4.

Diantara pernyataan berikut, manakah yang paling menggambarkan mengenai keadaan


anda? (SA)

Saya tidak pernah dengar sama sekali tentang minapolitan dan


tidak tahu apa itu
Saya pernah dengar mengenai minapolitan tapi tidak tahu itu
apa dan tidak tahu apakah wilayah saya termasuk daerah
minapolitan
Saya pernah dengar mengenai minapolitan dan saya tahu apa
itu, tapi saya tidak tahu apakah daerah saya termasuk
minapolitan

Kode
(Q4)
1

Keterangan

STOP & TK

LANJUTKAN

STOP & TK

Saya pernah dengar kalau daerah saya termasuk minapolitan,


tetapi saya tidak tahu menahu apa maksudnya
Saya tahu mengenai minapolitan dan tahu bahwa daerah saya
termasuk didalamnya
Tidak mau menjawab/Tidak tahu

Q5.

LANJUTKAN

LANJUTKAN

STOP & TK

Diantara Pernyataan berikut, mana yang paling menggambarkan peran anda dalam
masyarakat ? (SA)
Kode
(Q5)
Saya sangat aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW,
1
kegiatan kampung, bahkan aktif sebagai pengurus masyarakat
Saya terkadang aktif pada kegiatan masyarakat seperti rapat RW,
2
kegiatan kampung apabila tidak sibuk
Saya memang kurang aktif pada kegiatan bermasyarakat seperti
3
rapat RW, kegiatan kampung tetapi saya minta istri atau anak atau
anggota keluarga saya yang lain untuk aktif sehingga saya tahu
perkembangan yang ada di wilayah saya
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW,
4
kegiatan kampung tapi saya tahu dan memperhatikan kegiatan apa
saja yang ada
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW,
5
kegiatan kampung dan saya tidak tahu dan tidak memperhatikan
kegiatan apa saja yang ada
Saya tidak pernah aktif dalam kegiatan masyarakat
6
Tidak menjawab/Tidak tahu
7

Q6a.

Keterangan
LANJUTKAN
LANJUTKAN
LANJUTKAN

STOP & TK

STOP & TK

STOP & TK
STOP & TK

Sekarang saya akan membacakan beberapa pernyataan. Tolong Anda beritahu saya
pernyataan mana yang paling sesuai dalam menggambarkan diri Anda. Sekali lagi, tidak ada
jawaban benar atau salah SA (BACAKAN)

Di dalam sebuah pesta, saya biasanya


Berkumpul dengan beberapa orang yang saya kenal
Berkumpul dengan sejumlah orang, termasuk orang yang saya tidak kenal
Saat saya berada di dalam suatu kelompok, saya biasanya
Memulai pembicaraan
Menunggu untuk didekati dulu
Saat berbicara dengan orang-orang yang saya tidak kenal,
Saya tidak mengalami kesulitan dalam meneruskan pembicaraan
Saya hanya mempunyai sedikit topik pembicaraan
Saya merasa bertemu dengan orang-orang yang saya tidak kenal
Membuat saya tegang dan gugup sampai saya mengenal mereka
Membuat saya merasa senang

1
2*
1*
2
1*
2
1
2*

INTERVIEWER: RESPONDEN HARUS MEMILIH PALING SEDIKIT TIGA PERNYATAAN DARI EMPAT
PERNYATAAN DENGAN TANDA (*). JIKA TIDAK STOP & TK

Q6b.

Seberapa setujunya Anda dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? SA

Saya suka berbincang dengan teman baru dan


membagi pendapat saya dengan mereka
Teman-teman saya merasa saya adalah seseorang
yang ramah
Saya tidak suka bertemu dengan orang-orang baru
atau orang asing
Walaupun saya mempunyai pendapat saya sendiri,
saya menghargai pendapat orang lain

Sangat
tidak
setuju

Tidak
setuju

Antara
setuju dan
tidak
setuju

Setuju

Sangat
setuju

4*

5*

4*

5*

1*

2*

4*

5*

INTERVIEWER: Semua responden HARUS memilih kode-kode yang ada di kotak abu-abu
dengan tanda (*), bila tidak, STOP & TK
Q6c.

Bila Anda ada di dalam satu kelompok diskusi bersama-sama dengan orang lain yang tidak
dikenal, apa yang akan Anda rasa dan pikirkan? (BACAKAN PERNYATAAN DI BAWAH)
Saya akan merasa tegang dan kemungkinan tidak berkata apa-apa
Saya senang bertemu dengan orang baru dan akan ikut berpartisipasi dalam
pertemuan tersebut
Saya bukan seorang pemalu di antara orang banyak dan akan banyak berbicara serta
berusaha untuk berpartisipasi
Apabila saya merasa bosan saya tidak akan ikut berpartisipasi lagi
Saya akan merasa sedikit cemas tapi akan mencoba untuk terlibat dalam diskusi

Ya
1*

Tidak
2

1*
1

2
2

INTERVIEWER: KALAU KODE 1* TERPILIH, JANGAN DITERUSKAN STOP & TK.


PASTIKAN BAHWA SEMUA RESPONDEN DAPAT MENGEKSPRESIKAN DIRINYA SENDIRI
KHUSUS UNTUK INTERVIEWER:
Q7.
Jika responden telah melewati screening kuesioner, kemudian adalah tugas Anda sebagai
interviewer untuk menentukan apakah orang tersebut bisa menjadi responden yang
dinamis. Pikirkan apakah dia:
YA

TIDAK

Tersenyum
Kelihatan bersahabat
Terlihat tertarik dengan pertanyaan2 anda
Kelihatan percaya diri
Ketika berbicara, memandang mata lawan bicaranya

Jika ada yang dijawab tidak dari kelima pertanyaan tersebut , maka tolong carikan
responden lain yang lebih dinamis
Q17.

Saya mencari orang seperti Anda untuk suatu sesi obrolan non formal tentang lingkungan
anda. Sesi ini akan berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam dan Anda kami undang untuk
mengikuti sesi obrolan ini. Sebagai gantinya akan ada sedikit kenang-kenangan kepada orang
yang turut berpartisipasi. Apakah Anda bersedia? SA

YAKINKAN KEMBALI BAHWA KITA TIDAK BERNIAT MENJUAL APAPUN DAN HASIL DARI SESI
INI AKAN KAMI JAGA KERAHASIAANNYA
Ya
1
LANJUTKAN
Tidak
2
STOP & TK
HANYA UNTUK INTERVIEWER
Dari manakah Anda memperoleh responden?

INTERVIEWER: BUAT JANJI DENGAN RESPONDEN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM GROUP


DISKUSI

PANEL GROUP
Minapolis Settlements Study

Hari /Tanggal
Waktu
Tempat
Jenis Kelamin
- Laki laki
- Wanita

GROUP I

GROUP II

GROUP III

GROUP IV

GROUP V

GROUP VI

GROUP VII

4
-

4
-

4
-

2
2

2
2

Soft Quota

2
2
-

2
2

2
2
-

2
2

2
2
-

2
2

2
2
-

2
2

Soft Quota

Soft Quota

Soft Quota

Soft Quota

Soft Quota

4
-

4
-

4
-

4
-

4
-

4
-

SES
-

KS 3
KS 2
KS 1
PS

Usia (tahun)
- 25 - 35
- 35 55
Status :
Menikah
dengan anak
Segmen pekerjaan :
- Segment A
- Segment B
- Segment C
- Segment D
-

Tinggal di Kelurahan Brondong (minimal alamat rumah jelas)


Semua responden harus mengetahui mengenai minapolitan
Semua responden harus terlibat aktif pada kegiatan sosial dan masyarakat yang ada di wilayahnya
Semua responden harus merupakan pengguna utama, pengambil keputusan dalam aktivitas perikanan yang sedang dijalani

LAMPIRAN CONTOH SCREENER DISCUSSION GUIDE


P. HERITAGE
Discussion Guide
FGD Pewaris/Pemilik dan Penghuni Kawasan Kampung Kemasan
September 2013
Tujuan Diskusi:

Untuk memahami dan mengumpulkan informasi terkait dengan nilai obyek cagar budaya di kawasan Kemasan dan deliniasi kawasan
Cagar Budaya Kemasan.
Untuk memahami potensi fisik maupun non fisik kawasan cagar budaya serta hambatan dalam pelestariannya.
Untuk Menggali persepsi dan preferensi masyarakat yang tinggal di kampung kemasan/stakeholder tentang pengembangan kawasan
cagar budaya di daerahnya.

Kisi-kisi Diskusi:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengantar (10 menit)


Assesment aktivitas/perilaku masyarakat yang tinggal di kawasan cagar budaya (30 menit)
Persepsi masyarakat mengenai nilai cagar budaya di kawasannya (nilai aestethic, sejarah spiritual dan sosial) (40 menit)
Assesment mengenai potensi fisik dan non fisik kawasan cagar budaya dan hambatan dalam pelestarian cagar budaya (40 menit)
Persepsi dan preferensi masyarakat mengenai pengembangan kawasan cagar budaya di wilayahnya (40 menit)

TOTAL: 150 minutes


1. Pengantar (10 menit total: 10 menit)

Moderator memperkenalkan diri dan menjelaskan secara singkat mengenai diskusi


Moderator menjelaskan topik: Kaitan antara ITS dan pelestarian cagar budaya di kawasan kampung kemasan
Moderator berusaha menciptakan suasana: santai, free-flowing discussions, tidak membenarkan atau menyalahkan opini; berusaha
mendorong responden untuk mengemukakan opini pribadi
Moderator menjelaskan mengenai dokumentasi dan perekaman serta menjamin kerahasiaan.
Responden diminta menjelaskan tentang dirinya: nama, usia struktur keluarga, tempat tinggal, pekerjaan

2. Assesment aktivitas/perilaku masyarakat yang tinggal di kawasan cagar budaya (30 menitTotal : 30 Menit)

Pertanyaan
Mari sejenak kita mengingat tentang keluarga kita, suami atau istri kita yang
bercanda dengan anak anak, sanak saudara yang datang pada hari raya,
kemudian kita mencoba untuk menceritaka mengenai:

Indikator Kunci
Mengidentifikasi kegiatan sehari hari
masyarakat di kampung kemasan secara lengkap
dengan memperhatikan kegiatan pada wkatu hari
kerja dan hari aktif

Bisakah anda menceritakan mengenai aktivitas sehari hari di kampung


Kemasan pada hari kerja?
Bagaimana dengan aktivitas anda sendiri?
Bagaimana aktivitas pada hari libur (weekend)?
Apakah ada kegiatan pada hari hari tertentu di kampung ini yang tidak ada di
daerah lain? Kapan waktunya? Seberapa sering frekwensinya?
(Moderator di harapkan menggambarkan tabel di flip chart sebagai berikut dan
mengisi dengan jawaban responden)

Aktivitas hari Kerja

Aktivitas Hari Libur

Aktivitas kegiatan tertentu

Setelah aktivitas ditulis secara detail, peserta diminta untuk mengurutkan kejadian
yang paling sering hingga yang paling jarang

Bisakah anda menceritakan mengenai aktivitas sosial di Kampung Kemasan, apa


saja bentuk aktivitasnya, siapa saja yang datang?
Bagaimana dengan aktivitas ekonomi? Siapa yang memanfaatkan?
Bagaimana dengan aktivitas spiritual dan yang lain?
(Moderator diharapkan melakukan probing terhadap jenis jenis aktivitas sosial,
ekonomi, spriritual. INDIKASIKAN Siapa saja yang terkait dan dari wilayah mana)

Mengidentifikasi pemanfaatan Kampung


Kemasan secara umum baik eknomi, sosial dan
lain lain dengan mengidentifikasi siapa yang
menggunakan dan sejauh mana masyarakat yang
menggunakan (berfungsi sebagai deliniasi
wilayah pendukung dan buffer)

Kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
cagar budaya, menurut anda adakah perbedaannya dengan kawasan lain
mengenai aktivitas yang terjadi di sini?

Mengidentifikasi pemanfaatan Kampung


Kemasan sebagai kawasan cagar budaya

(Moderator diharapkan melakukan probing terhadap kaitan antara obyek cagar


budaya dengan aktivitas masyarakat)

3. Persepsi masyarakat mengenai nilai cagar budaya di kawasannya (nilai aestethic, sejarah spiritual dan sosial) (50 menit) total:
100 minutes)

Pertanyaan

Kalau kita mengingat kembali masa kecil kita ada orang tua kita, teman teman
masa kecil kita yang biasa mengaji bersama, dan mencoba membayangkan
rumah yang saat ini kita tinggali..bagaimana menurut anda mengenai.....

Nilai estetikanya? Bagian mana yang menurut anda menggambarkan nilai


estetika bangunan yang saat ini anda tinggali? Mengapa menurut anda bagian
tersebut indah?

Nilai spritualnya? Bagian mana yang menurut anda menggambarkan nilai


spriritual bangunan yang saat ini anda tinggali? Mengapa menurut anda bagian
tersebut mewakili nilau spiritual?

Nilai sosialnya? Bagian mana yang menurut anda menggambarkan nilai sosial
bangunan yang saat ini anda tinggali? Mengapa menurut anda bagian tersebut
mewakili nilai sosialnya?

Dapatkah anda menceritakan kembali mengapa bangunan ini bersejarah untuk

Indikator Kunci
Moderator mendapatkan nilai estetika, spriritual
dan sosial obyek cagar budaya dari perspektif
penghuni

anda?

Apakah saat ini bangunan yang anda tinggali telah mengalami perubahan?
Jika mengalami perubahan, di bagian mana yang berubah? Seberapa besar
perubahannya? Bisakah anda menceritakan dahulu bagaimana dan setelah
berubah bagaimana?
Mengapa anda melakukan perubahan terhadap bangunan tersebut?
Jika tidak mengalami perubahan, mengapa tidak ada perubahan?

Moderator mampu mengidentifikasi apakah


obyek saat ini telah terjadi perubahan dan
bagaimana bentuk perubahannya serta motif
perubahannya

Kita berandai andai, apabila bangunan anda dan kawasan ini ditetapkan
sebagai cagar budaya apakah anda bersedia merestorasi kawasan cagar
budaya?

Moderator mampu mengidentifikasi seberapa


besar kemauan responden untuk melakukan
pelestarian

4. Assesment mengenai potensi fisik dan non fisik kawasan cagar budaya dan hambatan dalam pelestarian cagar (30 menitTotal :
120 Menit)
Tunjukkan STIMULUS GAMBAR

Pertanyaan
Berikut ini terdapat beberapa gambar yang telah ditempel di dinding, anda boleh
maju untuk mengamati selama 5 menit, setelah mengamati dapatkah anda
menyebutkan mengenai

Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negatif bangunan cagar budaya yang
anda tinggali selama ini?

Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negarif kawasan yang anda tinggali
selama ini?

Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negatif perekonomian area yang anda
tinggali selama ini?

Indikator Kunci
Identifikasi potensi dan hambatan kawasan yang
ada

Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negatif potensi sosial yang anda
tinggali selama ini?

Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negatif potensi spiritual yang anda
tinggali selama ini?
(Moderator diharapkan untuk menuliskan nama responden dan pilihan di flipchart)

5. Persepsi dan preferensi masyarakat mengenai pengembangan kawasan cagar budaya di wilayahnya (40 menitTotal : 160 Menit)

Pertanyaan
Kalau anda mendengar mengenai cagar budaya, sebutkan satu kata yang
terlintas dalam benak anda?

Apabila cagar budaya ini adalah orang, bagaimana menurut anda orang
tersebut? Dapatkah anda menggambarkan seperti apa orangnya?

Apakah anda berniat melestarikan cagar budaya yang anda miliki selama ini?
Mengapa anda berniat melestarikan bangunan cagar budaya ini?
Apakah anda tahu ada kompensasi yang ditetapkan oleh pemerintah apabila
bangunan ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya?
Kompensasi apakah yang anda tahu?

Indikator Kunci
Perspsi responden mengenai cagar budaya

Motivasi responden mengenai cagar budaya

SEBUTKAN: KOMPENSASI UNTUK PEMILIK OBYEK CAGAR BUDAYA ADALAH


PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Preferensi mengenai cagar budaya

Bagaimana menurut anda mengenai kompensasi tersebut?


Apakah harapan anda mengenai kompensasi yang diberikan oleh pemerintah?
Dalam bentuk apa? Mengapa anda memilih bentuk tersebut?
Apabila anda pewaris namun bukan pemilik, bagaimana menurut anda mengenai
pendapat pewaris yang lain namun tidak menghuni tentang kompensasi
tersebut?
Apa yang anda harapkan dari adanya pengembangan kawasan cagar budaya di
wilayah anda?
Bagaimana bayangan anda mengenai pengembangan kawasan cagar budaya?
Siapa saja yang akan mendukung? Siapa saja yang akan menolak?
Apa saja usaha yang telah atau akan dilakukan masyarakat di sini terkait dengan
pelestarian kawasan cagar budaya?

Yang diharapkan dari pengembangan kawasan


cagar budaya

Studi Permukiman Minapolis


Pedoman dan Catatan Diskusi
Tujuan Diskusi:

Untuk memahami persepsi dan mengidentifikasi kebutuhan bermukim masyarakat di wilayah minapolitan Brondong, Lamongan.

Kisi-kisi Diskusi:
6.
7.
8.
9.

Pengantar(10 menit)
Persepsi mengenai kehidupan bermukim mereka saat ini (20 menit)
Persepsi mengenai kehidupan bermukim yang diinginkan/dibutuhkan (30 menit)
Evaluasi usulan konsep-konsep permukiman minapolis (40 menit)

TOTAL: 100 minutes


1. Pengantar (10 menit total: 10 menit)

Moderator memperkenalkan diri dan menjelaskan secara singkat mengenai diskusi berikut topiknya:
Nama saya ... dari ..., saat ini sedang mempelajari tentang permukiman pesisir di daerah bapak/ibu. Dengan berdiskusi dengan bapak/ibu
saya berharap bisa mendapat banyak cerita dan informasi mengenai wilayah tempat tinggal bapak/ibu.
Moderator berusaha menciptakan suasana: santai, free-flowing discussions, tidak membenarkan atau menyalahkan opini; berusaha
mendorong responden untuk mengemukakan opini pribadi.
Moderator menjelaskan mengenai dokumentasi dan perekaman serta menjamin kerahasiaan.
Responden diminta menjelaskan tentang dirinya: nama, usia struktur keluarga, tempat tinggal, pekerjaan

Nama :
Usia:
Struktur Keluarga:
Tempat Tinggal:
Pekerjaan:

2. Persepsi mengenai kehidupan bermukim mereka saat ini (20 menit - total: 30 menit)

Pertanyaan
Bapak/ibu sudah berapa lama tinggal di .... (mengkonfirmasi data alamat diatas)

(Identifikasi karakteristik lokasi tempat tinggal)


Bisa diceritakan, apakah wilayah tempat tinggal bapak/ibu ramai dan padat, mungkin
dari penduduknya dan aktivitasnya?

(Identifikasi konsentrasi kegiatan di permukiman)


Ada kegiatan apa saja di lingkungan tempat tinggal bapak?

Kegiatan itu menyatu atau terpisah dengan rumah-rumah?

Kalau bapak/ibu sendiri, seberapa jauh jarak tempat kerja dari rumah?

Bapak/ibu merasa nyaman untuk lokasi rumah tinggal bapak/ibu?

Indikator Kunci
Mengetahui persepsi kehidupan bermukim dari
aspek keruangan/spasial

Bisa bapak/ibu sebutkan mana yang tidak ada di lingkungan tempat tinggal bapak/ibu
untuk : air bersih, listrik, saluran pembuangan, persampahan, pengolahan
sampah/limbah, jalan

Mengetahui persepsi kehidupan bermukim dari


aspek fisik(prasarana dan sarana permukiman)

Apakah hal-hal diatas sesuai dengan kebutuhan hidup bapak/ibu sekarang?


Bisa bapak/ibu sebutkan mana yang tidak ada di lingkungan tempat tinggal bapak/ibu
untuk : puskesmas, koperasi, bank, pasar, sekolah, tempat rekreasi, pelabuhan,
terminal
Apakah hal-hal diatas sesuai dengan kebutuhan hidup bapak/ibu sekarang?

(Identifikasi pekerjaan dalam subsistem minapolitan)


Bapak/ibu sudah berapa lama bekerja sebagai ... (mengkonfirmasi data pekerjaan
diatas)

Bisa bapak/ibu sebutkan mana yang tidak ada di lingkungan tempat tinggal bapak/ibu
untuk : permodalan; bantuan fasilitas untuk penangkapan, pengolahan, dan
penjualan ikan.

Saya mendapat kesan bahwa masyarakat nelayan itu karakternya keras dan disiplin.
Menurut pendapat bapak bagaimana karakter masyarakat perikanan di sini?

Saya pernah dengar budaya sesajen dan petik laut di daerah pesisir. Seperti apa
budaya terkait perikanan di sini?

Mengetahui persepsi kehidupan bermukim dari


aspek non-fisik(sosekbud)

3. Persepsi mengenai kehidupan bermukim yang diinginkan/dibutuhkan (30 menit total: 60 menit)

Pertanyaan
Karena bapak/ibu sudah lama tinggal di sini, bisa cerita tentang pembangunan rumahrumah disini?
Rata-rata banyak yang membangun ke daerah mana?

Indikator Kunci
Mengetahui persepsi kehidupan bermukim yang
dibutuhkan (rasional: sesuai dengan aktivitas
mereka saat ini) dan diinginkan (impian/cita-cita
sesuai potensi yang mereka lihat ada di
sekelilingnya) untuk aspek keruangan

Ada pengaruh untuk kehidupan, lingkungan, atau pekerjaan bapak/ibu?


Instrumen:
Apa harapan bapak/ibu untuk rumah tinggal dan lingkungannya?
Bisa bapak/ibu sebutkan mana yang tidak ada di lingkungan tempat tinggal bapak/ibu
untuk hal-hal ini : (perlihatkan list berbentuk instrumen kata/flash cards)
Prasarana dan sarana apa yang paling bapak/ibu butuhkan dan harapkan? Mengapa?

Mengetahui persepsi kehidupan bermukim yang


dibutuhkan (rasional: sesuai dengan aktivitas
mereka saat ini) dan diinginkan (impian/cita-cita
sesuai potensi yang mereka lihat ada di
sekelilingnya) untuk aspek fisik
Instrumen: list kebutuhan prasarana dan sarana
minapolitan per subsistem hulu, produksi, hilir.
Sertakan gambar.

Apa rencana/harapan bapak/ibu dalam pekerjaan ke depannya?


Apa hambatan bapak/ibu untuk mewujudkan harapan itu?
Apa potensi yang kira-kira bapak/ibu punya untuk mewujudkan itu?
Apakah lingkungan dan budaya di sini mendukung?

Mengetahui persepsi kehidupan bermukim yang


dibutuhkan (rasional: sesuai dengan aktivitas
mereka saat ini) dan diinginkan (impian/cita-cita
sesuai potensi yang mereka lihat ada di
sekelilingnya) untuk aspek non fisik

4. Evaluasi usulan konsep-konsep permukiman minapolis (40 menit total: 100 menit)

- Rumah bapak/ibu punya akses khusus ke sungai dan pantai

Indikator Kunci
Mendapatkan feedback terkait usulan konsep
permukiman minapolis (aspek keruangan,
fisik, dan non-fisik terintegrasi dalam beberapa
usulan konsep).

- Di dekat rumah bapak/ibu dibangun tempat penyimpanan dan pengolahan ikan


seperti gudang, cold storage, pusat industri atau pabrik

Instrumen:
- Gambar

Pertanyaan
(Uji konsep ruang bermukim: minapolis work to space zoning concept)
1. Mana yang lebih dibutuhkan/disukai:

- Di dekat rumah bapak/ibu dibangun pasar, pelelangan, pelabuhan, terminal

Jelaskan alasannya:
(Uji konsep ruang bermukim: minapolis HBE concept)j
2. Mana yang lebih dibutuhkan/disukai:
- Rumah bapak/ibu juga dipakai sebagai tempat pengolahan
- Rumah bapak/ibu juga dipakai sebagai tempat penjualan hasil olahan
- Rumah bapak/ibu tidak dipakai untuk tempat usaha
Jelaskan alasannya

Anda mungkin juga menyukai