Disusun Oleh :
Afizal Dicky Antono
Aniniken Ningsih
Fatihatul Khamilah
Firdha Nuzulul
Fitriani
Fransisca Ruth W
Ikhsani Asri Ashari
Melia Resti Utami
Nuzul Khasanah
Retno Tri Indiyani
Rifqi Fadhlurrahman M
Rosilia Uswatul
Sitti Ainatul Lailiah
Sofia Nur Fadhila
(P27228015 061)
(P27228015 066)
(P27228015 081)
(P27228015 083)
(P27228015 084)
(P27228015 085)
(P27228015 088)
(P27228015 095)
(P27228015 101)
(P27228015 103)
(P27228015 105)
(P27228015 109)
(P27228015 111)
(P27228015 113)
PENDAHULUAN
Okupasi Terapi adalah suatu profesi kesehatan yang berfokus pada pasien yang
mengalami gangguan atau disabilitas yang berfokus pada 3 area yaitu self-care, productivity,
dan leisure. OT memandang klien/pasien secara holistic. Tindakan atau terapi yang diberikan
okupasi terapis adalah tindakan yang terstruktur yang biasa dikenal dengan konsep OT. Salah
satu kerangka acuan dalam mempersiapkan terapi oleh okupas terapis adalah kerangka Model
Of Human Occupation (MOHO) dimana OT melihat kemampuan pasien melakukan aktivitas
berdasarkan 3 area subsistem Volition, Habituation, dan Performance. Subsistem Volition
yaitu berupa kemauan, yaitu berupa pengaruh yang kuat yang mendasari atau mempengaruhi
seseorang mengerjakan aktivitas, mengapa orang mengerjakan aktivitas. Subsistem
habituation merupakan subsistem yang menjadi pencetus dan penunjuk kebiasaan rutin,
terdiri atas roles dan habits. Sedangkan subsistem performance merupakan struktur biologi
atau proses yang terorganisasi sehingga menjadi keterampilan dan digunakan untuk
mengerjakan aktivitas.
Dalam konsep MOHO mengenal istilah performance capacity component(s)/skill(s)
yang terdiri dari 4 komponen, yaitu sensorymotor, kognitif, psikologis, dan interpersonal.
Komponen sensorimotor terdiri dari diskriminasi taktil, visual persepsi, koordinasi gerak
halus, koordinasi gerak kasar, kekuatan otot, lingkup gerak sendi, koordinasi bilateral,
koordinasi mata tangan. Komponen kognitif terdiri dari manajemen waktu, pentahapan,
diskriminasi sebab-akibat, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kreativitas.
Komponen psikologis terdiri dari mengatasi dua hal yang berbeda, control diri, mengatasi
risiko, kompetensi, dan asertif. Dan komponen interpersonal terdiri dari kesadaran akan
adanya orang lain, berbagi pengalaman, dan kerjasama.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sensorymotor
a. Diskriminasi Taktil/Tactile Diskrimination
dapat
menyebabkan
gangguan
belajar
atau
manusia
untuk
membedakan,
mengelompokkan
dan
Objek yang kita amati di sekitar kita selalu muncul sebagai wujud (figure)
sedangkah hal- hal lainya namun tidak menjadi fokus yang diamati disebut latar
(ground). Sebagai contoh apabila kita melihat meja di dalam ruangan, maka meja
itu adalah suatu wujud, sedangkan hal lain seperti lantai, dinding, jendela dan lain
sebagainya merupakan suatu latar. Ada kalanya perbedaan antara wujud dan latar
tidak begitu jelas, sehingga kita harus memilih mana yang dianggap wujud dan
sebaliknya mana yang dianggap sebagai latar. Pemilihan fokus dari hal yang
dilihat menimbulkan pesan yang berbeda, sehingga terkadang muncul bentuk
yang
ambigu
(ambiguous
figure)
atau
disebut
pula
stabilitas
ganda
(multistability). Dalam dunia arsitektur kita juga mengenal hal seperti itu, yaitu
pada ruang aktif dan ruang pasif.Salah satu contoh bentuk ambigu dapat dilihat
pada gambar berikut. Apabila kita terfokus pada warna yang putih, maka kita
melihat sebuah bentuk pot/vas sedangkan apabila kita terfokus pada warna hitam
maka kita dapat melihat siluet wajah yang berhadap-hadapan.
-
Pola Pengelompokan.
Secara sadar atau tidak sadar, kerapkali kita mengkelompokkan beberapa hal
dalam persepsi kita. Pengelompokan tersebut menentukan bagaimana kita
mengamati suatu hal. Dalam ilmu psikologi kecenderungan manusia untuk
mengelompokkan persepi dinamakan hukum Gesalt. Termasuk di dalamnya
adalah hukum kesamaan, hukum kedekatan dan hukum. Dalam gambar hukum
kesamaan terlihat delapan buah kolom yang berjejer ke samping dengan variasi
persegi dan lingkaran. Dalam kumpulan bentuk ilustrasi hukum kedekatan terlihat
kumpulan enam lingkaran yang vertical dan enam lingkaran yang tersusun
horizontal. Sedangkan pada gambar ketiga yang merupakan ilustrasi hukum
keutuhan, kita akan melihat sebuah bentuk smiley sebagai lingkaran yang utuh
walaupun lingkaran tersebut terpotong, hal ini dikarenakan hukum keutuhan
berlaku.
-
Normal
5/5
Baik
4/5
Sedang
3/5
Buruk
2/5
Sedikit
1/5
Tidak ada
0/5
atau
memperbaiki
tingkat
kesempurnaan
kemampuan
1.
Tujuan ROM
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
Manfaat ROM
ROM bermanfaat untuk :
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi,dan otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f.Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
ROM itu ada dua jenis, yaitu :
1. ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing
klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang
gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya
secara aktif .
2. ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang
lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien
sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna
untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot
orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki
pasien.
Macam-macam gerakan ROM, yaitu:
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
a. Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah
latihan.
b. Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien.
c. Ulangi gerakan sebanyak 3 kali
Gerakan ROM
Berdasarkan bagian tubuh, yaitu :
a. Leher
- Fleksi
- Ekstensi
- Hiperekstensi
- Fleksi lateral
- Rotasi
b. Bahu
- Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi
diatas kepala.
- Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.
- Hiperekstensi : menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus.
- Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala dengan telapak
tangan jauh dari kepala
- Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh
mungkin.
- Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakkan lengan
sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang
- Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu jari ke atas
dan samping kepala.
- Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan gerakan penuh.
c. Siku
- Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu
dan tangan sejajar bahu.
- Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan.
d. Lengan Bawah
- Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap ke atas
- Pronasi
: memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke
bawah
e. Pergelangan Tangan
- Fleksi
- Ekstensi
f.Jari-Jari Tangan
- Fleksi
: membuat genggaman
- Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan
- Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
- Abduksi : meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain
- Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan
g. Ibu Jari
- Oposisi
: menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang
sama.
h.
Pinggul
- Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas
- Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain
- Hiperekstensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
- Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh
- Adduksi : menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan melebihi jika
mungkin
- Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain
- Rotasi luar : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain
- Sirkumduksi : menggerakkan tungkai memutar
i.Kaki
- Inversi : memutar telapak kaki ke samping dalam (medial)
- Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral)
j.Jari-Jari Kaki
- Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah
- Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki
- Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain
- Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama.
g. Koordinasi Bilateral/Bilateral Coordination
merangkai
manik-manik,
mengancingkan),
tugas
motorik
visual
menulis,
makan,
membuang,
dll
landasan
penting
dalam
naik tangga, dll); melibatkan proprioception, yang merupakan umpan balik dari
otot dan sensasi sendi. Anak-anak yang tidak memiliki kesadaran tubuh yang
memadai mungkin tampak sedikit canggung, berhati-hati dengan gerakan atau
takut dengan kaki dari tanah (melempar di udara, berayun, dll), mencari (atau
menghindari) masukan dalam atau terlalu kasar dengan teman sebaya / mainan
(gulat, menerjang, membawa / mendorong / menarik benda berat). Selanjutnya,
anak-anak yang tidak memiliki rasa yang baik di mana / bagian tubuh tubuh
mereka 'berada dalam ruang dapat hadir dengan kesulitan mengkoordinasikan
kedua sisi tubuh mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas bilateral (yaitu
memakai kaus kaki dan sepatu, melempar / menangkap bola besar dengan 2
tangan
Contoh aktivitas yang melibatkan koordinasi bilateral:
Melompat malaikat jack Salju Bertepuk permainan bergulir pin & plastisin
Memanjat tangga / bar monyet Mengendarai sepeda roda tiga atau sepeda
Memotong memutar puncak dari & pada Menuangkan cairan dari teko ke
gelas
2. Kognitive
a. Manajemen waktu/Time Management
Manajemen memiliki pengertian sebagai cara penggunaan dari sumber daya
yang efektif sehingga dapat mencapai sasaran. Sedangkan waktu adalah segala
rangkaian yang terjadi saat proses, pelaksanaan dan juga ketika kegiatan sedang
berlangsung. Pengertian manajement waktu itu sendiri adalah bagaimana dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan lebih cepat dan juga dengan lebih cerdas.
sedangkan menurut orr manajement waktu dalah suatu cara untuk bisa
menggunakan waktu se-efisien dan juga se- efektif mungkin sehingga mampu
memperoleh hasil penggunaan waktu yang maksimal. Dapat pula di katakan
bahwa manajement waktu adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan juga pengawasan mengenal
produktivitas tertentu atau cara yang dapat di lakukan untuk meyeimbangkan
waktu yang digunakan untuk kegiatan belajar atau bekerja, bersenang senang
atau bersantai dan beristirahat secara efektif. Tanpa disadari setiap saat kita
sesungguhnya telah membuat beberpa putusan terkaitan managemen waktu.
contohnya : kita memutuskan kapan kita akan ke kampus olahraga ibadah dan
lain lain.
produktifitas akan meningkat, dan terpenting tingkat stress kita akan terkurangi.
Dengan menata waktu kita akan menemukan keseimbangan antara kapan belajar
bekerja bersantai dan beristirahat yang akhirnya akan membuat hidup kita sedikit
lebih muda dan bahagia
Manajement waktu juga tidak akan lepas dari bagaimana anda bisa
menentukan skala prioritas. Ketika kita di hadapkan dengan beberapa hal yang
penting namun hanya di berikan alokasi waktu yang sedikit maka tugas kita untuk
menentukan skala prioritas, mana kegiatan yang penting untuk dilakukan dan
memerlukan lebih banyak perhatian dan mana kegiatan yang bisa di tinggalkan
sehingga dapat menghemat alokasi waktu. Skala prioritas ini juga di pengaruhi
dengan apakah suatu pekerjaan tersebut termasuk pekerjaan yang mendesak atau
tidak hal ini biasanya di pengaruhi dengan tenggat waktu tertentu. Pelaksanaaan
manajemen waktu juga memerlukan kedisplinan yang tinggi dan juga komitmen
dari orang yang melakukannya. Pelaksana dari manajemen waktu akan di tuntut
untuk dapat mematuhi dan juga menjalankan apa yang telah di putuskan dalam
perencanaan manajement waktu tersebut baik untuk hal hal yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun hal hal yang berhubungan dengan aktivitas sehari
hari.
b. Pentahapan/Sequencing
Pentahapan dalam melakukan suatu aktivitas dapat diartikan sebagai suatu
rancangan awal dalam melakukan suatu aktivitas. Adapun beberapa bagian dalam
pentahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan
merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau
tahap penerapan atas desain perencanaan yang sudah ditentukan. Evaluasi
merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan yang terjadi setelah
melakukan aktivitas tersebut.
Contohnya misalnya seorang okupasi terapis akan memberikan terapi kepada
pasien disabilitas. Salah satu yang menjadi keluhan pasien adalah sulitnya
melakukan aktivitas makan secara mandiri, pentahapan yang dilalui okupasi
terapis bermula dari perencanaan rancangan terapi, mulai dari menyiapkan
peralatan makan dan beberapa alat bantu untuk menunjang aktivitas makan.
diantara
berbagai
alternatif
untuk
menyelesaikan
masalah.
chooshing
among
alternative
courses
of
action.
pengertian-pengertian
pengambilan
keputusan
diatas
maka
dapat
suatu
cara
pemecahan
masalah.
Dasar-dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan bermacammacam tergantung permasalahannya. Oleh Terry (dalam Hasan, 2002:12), dasardasar
pengambilan
keputusan
yang
berlaku
adalah
1.
sebagai
berikut:
Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat
subektif,
2.
sehingga
mudah
terkena
pengaruh.
Pengalaman
cara
penyelesaiannya.
3.
Fakta
rela
dan
lapang
dada.
4.
Wewenang
orang
yang
lebih
randah
kedudukannya.
5.
Rasional
rasional
Kejelasan
ini
terdapat
masalah:
tidak
beberapa
ada
hal,
keraguan
dan
sebagai
berikut:
kekaburan
masalah.
Pengetahuan
alternatif:
seluruh
alternatif
diketahui
jenisnya
dan
konsekuensinya
d.
Preferensi
yang
jelas:
alternatif
bisa
diurutkan
sesuai
kriteria.
ideal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan
pengambilan keputusan. Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar diri individu.
Menurut Noorderhaven (1995: 46), faktor-faktor dari dalam diri individu yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain adalah kematangan
emosi, kepribadian, intuisi, umur. Sedangkan Cervone dkk (1991: 17) dalam
keputusan
1.
adalah
Pria
sebagai
berikut:
dan
wanita
Pria umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan cepat mengambil keputusan
dan wanita pada umumnya relatif lebih lambat dan sering ragu-ragu.
2.
Peranan
pengambil
keputusan
Peranan bagi orang yang mengambil keputusan itu perlu diperhatikan, mencakup
kemampuan
mengumpulkan
informasi,
kemampuan
menganalisis
dan
depan
3.
yang
lebih
Keterbatasan
baik.
kemampuan
dapat
bersifat
institusional
ataupun
bersifast
pribadi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Baradell & Klein (1993: 63) menyatakan
bahwa peristiwa-peristiwa hidup yang tidak menyenangkan berhubungan dengan
rendahnya kualitas pengambilan keputusan. Selanjutnya dikatakan oleh Bandura
& Jourden (1991: 24) pengambilan keputusan dapat dipermudah atau dihambat
oleh adanya efikasi diri. Hal yang hampir senada dikemukakan oleh Blascovich
dkk (1993: 42) yang mengatakan bahwa sikap individu terhadap objek atau
masalah dapat mempermudah atau menghambat proses pengambilan keputusan.
Miner (1992: 51) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi cara
seseorang dalam mengambil keputusan adalah kreativitas. Keputusan-keputusan
yang kreatif akan membantu dalam memberikan kontribusi bagi perbaikan
produktivitas organisasi dan berperan dalam penelitian produk baru. Berdasarkan
pandangan ini, kreativitas didefinisikan sebagai pencapaian prestasi yang diakui
secara sosial dalam hal produk-produk baru seperti penemuan-penemuan teori,
publikasi, keperluan medis, dan lain sebagainya. Keputusan kreatif ini asli,
berbeda dengan orang lain tetapi bukan keputusan yang eksentrik dan mampu
memberikan
kontribusi
sosial.
Sebuah keputusan yang kreatif juga memerlukan inteligensi, dan untuk menjadi
kreatif seseorang harus belajar dan mengembangkan pengetahuan yang didasarkan
pada bidang tertentu. Inteligensi ini merujuk pada kemampuan analisis logis dan
pemecahan masalah yang dapat membantu menghasilkan keputusan yang
berkualitas (Kolb dkk, 1984: 58). Meskipun demikian, tingkat inteligensi yang
tinggi dan pengetahuan yang cukup kadang-kadang belum menjamin tercapainya
prestasi yang kreatif karena masih ada faktor lain yang mungkin berpengaruh pada
terbentuknya
keputusan
kreatif.
Mondi dkk (1990: 47) mengemukakan faktor dari dalam diri individu yang
dapat mempengaruhi seorang manajer atau pimpinan dalam mengambil
keputusan, yaitu kemampuan personal sebagai pengambil keputusan. Kemampuan
dan sikap manajer sebagai pengambil keputusan dianggap sebagai faktor
terpenting untuk dapat mengambil keputusan yang tepat. Seberapapun besarnya
kemampuan seorang manajer dalam membuat keputusan dan bertanggung jawab,
ia
memerlukan
kemampuan
agar
menghasilkan
keputusan
yang
tepat.
dalam
pengambilan
keputusan
Memilih dan mengambil keputusan merupakan dua tindakan yang sangat erat
kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam sepanjang hidupnya manusia selalu
diperhadapkan pada pilihan-pilihan atau alternatif dan pengambilan keputusan
(Simatupang, 1986 dalam Kuntadi, 2004: 13). Hal ini sejalan dengan teori real life
choice, yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan atau
membuat pilihan-pilihan di antara sejumlah alternatif. Pilihan-pilihan tersebut
biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian masalah (Gladwin, 1980
dalam
Kuntadi,
2004:
13).
Menurut Matlin (1998 dalam Kuntadi, 2004: 13), tahapan individu dalam
pengambilan
keputusan
melewati
beberapa
tahapan,
antara
lain:
individu yang lain akan berbeda. Matlin (1998 dalam Kuntadi, 2004: 14), pada
penjelasan berikutnya, juga menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan
yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan
keputusan.
2. Tindakan, dalam hal ini individu mempertimbangkan, menganalisa, melakukan
prediksi, dan menjatuhkan pilihan terhadap alternatif yang ada. Dalam tahap ini
reaksi individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda sesuai dengan kondisi
masing-masing individu. Ada beberapa individu dapat segera menentukan sikap
terhadap pertimbangan yang telah dilakukan, namun ada individu lain yang
nampak mengalami kesulitan untuk menentukan sikap mereka. Tahap ini dapat
disebut sebagai tahap penentuan keberhasilan dari suatu proses pengambilan
keputusan
(Matlin,
1998
dalam
Kuntadi,
2004:
14).
keberhasilan
suatu
proses
pengambilan
keputusan.
Situasi
atas
tiga
fase
1.
keputusan,
yaitu
sebagai
Fase
berikut.
intelegensia
untuk
memecahkannnya.
2.
Fase
desain
fase
-Identifikasi
ini
terdiri
atas
sebagai
berikut.
masalah
Merupakan perbedaan antara situasi yang terjadi dengan situasi yang ingin
dicapai.
-Formulasi masalah
Merupakan langkah di mana masalah dipertajam sehingga kegiatan desain dan
pengembangan sesuai dengan permasalahan yang sebenarnya. Cara yang
dilakukan
dalam
Menentukan
formulasi
permasalahan
batasan-batasan
adalah
sebagai
berikut.
pemasalahan.
pokok kedalam
sub-sub
masalah.
pemilihan
Merupakan fase seleksi alternatif atau tindakan yang dilakukan dari alternatifalternatif tersebut. Alternatif yang dipilih kemudian diputuskan dan dilaksanakan.
Jadi merupakan kegiatan memilih tindakan atau alternatif tertentu dari bermacammacam
kemungkinan yang
akan
ditempuh.
a.Merumuskan
problem
yang
b.Menganalisa
problem
tersebut
c.Menetapkan
sejumlah
alternatif
d.Mengevaluasi
alternatif
e.Memilih
alternatif
keputusan meliputi:
dihadapi
keputusan
yang
akan
dilaksanakan
2008,
para.
a.Menetapkan
masalah
b.Manganalisa
masalah
c.Mengembangkan
d.Mengambil
35)
proses
pengambilan
keputusan
meliputi:
alternatif
keputusan
yang
tepat
oleh pembuat keputusan. Konsekuensi dari sebuah tindakan yang diharapkan akan
terwujud oleh seseorang, terutama sekali yang memberikan hasil positif terhadap
pencapaian tujuan, disebut sebagai manfaat (benefit). Manfaat merupakan
konsekuensi yang akan dapat menghindari terwujudnya resiko. Konsekuensi yang
tidak masuk dalam perhitungan, karena dianggap bernilai kecil atau tidak terlalu
penting dalam analisis pencapaian tujuan, namun tetap memiliki pengaruh
terhadap pencapain tujuan kelompok atau orang lain diistilahkan sebagai spillover
atau externalities.(Dermawan, 2004: 76).
f. Kreativitas/Creativity
Kreativitas di definisikan dalam empat jenis dimensi sebagai Four Ps
Creativity, yaitu Person, Process, Press, dan Product, sebagai berikut:
1. Dimensi Person
Definisi Kreativitas pada dimensi person adalah kreativitas yang berfokus
pada individu atau person yang dapat disebut kreatif. Definisi kreativitas menurut
para ahli yang berfokus pada kepribadian:
Kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri
seseorang yang erat kaitannya dengan bakat (Guilford).
Kreativitas adalah tindakan kreatif yang muncul dari keunikan keseluruhan
kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya (Hulbeck, 1945).
Contoh: Orang tua memahami bahwa setiap anak memiliki pribadi yang berebeda
baik dari bakat, minat, maupun keinginan.
2. Dimensi Process
Definisi Kreativitas pada dimensi process adalah kreativitas yang berfokus
pada proses berfikir sehingga memunculkan ide-ide unik dan kreatif. Kreatifitas
sebagai sebuah proses yang trjadi di dalam otak manusia dalam menemukan
sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berfikir).
Contoh: Orang tua menghargai kreasi anaknya tanpa komentar negatif, misalnya
memberi pujian pada anak.
3. Dimensi Press
Definisi Kreativitas pada dimensi press adalah kreativitas yang menekankan
faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan
dan hasrat untuk menciptakan atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan
eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Kreativitas kurang berkembang
apabila dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbuka
terhadap perubahan atau perkembangan baru.
Contoh: Memberi fasilitas dan sarana yang mendukung anak untuk berkreasi.
Misalnya, puzzle, balok susun, lego, dan sebagainya.
4. Dimensi Product
Definisi Kreativitas pada dimensi product adalah kreativitas yang berfokus
pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/
original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. Kreativitas tidak
hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu
yang suadah ada sebelumnya.
Contoh: Pajang hasil kreasi anak di kamar anak atau ruang bermain.
Jadi kesimpulannya, Kreativitas adalah suatu aktivitas yang menghasilkan
suatu pandangan baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang original,
bermanfaat, variatif(bernilai seni), dan inovatif(berbeda/lebih baik), dalam bentuk
aptitude maupun non aptitude.
Contoh: Seorang anak berpura-pura menjadi dokter dan bergabung dengan
teman-temannya untuk menjadi seorang dokter dan pasien yang sedang sakit.
Membuat eksperimen gunung berapi menggunakan sebotol cuka, baking soda,
pewarna makanan supaya menarik, kardus karton bekas, botol bekas dan ember
kecil. Kemudian, bahan tersebut dicampur menjadi satu, dan jadilah gunung
berapi dengan lava pijar yang menyala-nyala.
3. Psikologis
a. Mengatasi 2 Hal yang Berbeda/Conflict(s) Management
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1997) manajemen adalah proses
penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk Spiritual tujuan.
Manajemen merupakan proses penting yang menggerakkan organisasi karena
tanpa manajemen yang efektif tidak akan ada usaha yang berhasil cukup lama.
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995) konflik adalah situasi dimana tindakan
salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan
pihak lain. Kendati unsur konflik selalu terdapat setiap bentuk hubungan antar
pribadi, pada umumnya masyarakat memandang konflik sebagaikeadaan yang
kadang-kadang
sangat
menakutkan
hingga
menjauhkan
diri
ketika
dengan orang lain (interaksi social). Hal ini dikarenakan kita senantiasa hidup
dalam kelompok atau masyarakat dan tidakbisa hidup sendirian. Seluruh
kebutuhan hidup kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan orang lain, begitu pula
kebutuhan psikologis dan social kita. Oleh karena itu agar kita dapat memenuhi
seluruh kebutuhan hidup ini dibutuhkan kerjasama dengan orang lain dan
kerjasama dapat berlangsung dengan baik jika kita mampu mengendalikan diri
dari perbuatan yang merugikan orang lain.
kita (nilai diri). Seringkali seseorang memberikan penilaian dari apa yang kita
lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kontrol diri merupakan salah satu aspek
penting dalam mengelola dan mengendalikan perilaku kita. Kontrol diri menjadi
aspek yang penting dalam aktualisasi pola pikir, rasa dan perilaku kita dalam
menghadapai setiap situasi. Seseorang yang dapat mengendalikan diri dari hal-hal
yang negatif tentunya akan memperoleh penilaian yang positif dari orang lain
(lingkungan sosial), begitu pula sebaliknya.
memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Adapun cara yang sering
digunakan antara lain dengan mencegah atau menjauhi situasi tersebut, memilih
waktu yang tepat untuk memberikan reaksi atau membatasi intensitas munculnya
situasi tersebut.
2.
3.
tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri
dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan,
kebebasan atau kemungkinan untuk memilih berbagai kemungkinan (alternative)
tindakan.
4.
mengenai kejadian yang menekan, kapan akan terjadi, mengapa terjadi dan apa
konsekuensinya. Kontrol informasi ini dapat membantu meningkatkan
kemampuan seseorang dalam memprediksi dan mempersiapkan yang akan terjadi
dan mengurangi ketakutan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang tidak
diketahui, sehingga dapat mengurangi stress.
5.
kepercayaan mengenai apa atau siapa yang menyebabkan sebuah peristiwa yang
menekan setelah hal tersebut terjadi. Individu berusaha mencari makna dari setiap
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini bukan berarti individu
mengontrol setiap peristiwa yang terjadi, namun individu berusaha memodifikasi
pengalaman stress tersebut untuk mengurangi kecemasan.
Ciri-ciri seseorang mempunyai kontrol diri antara lain :
perilaku agar dapat mencapai sesuatu yang lebih berharga atau lebih diterima oleh
masyarakat.
membeli, tidak jadi menyewa, tidak jadi menerima, simpanan barang, tidak jadi
membangun, dan sebagainya. Jelaslah bahwa roda perekonomian tidak akan
berputar jika tidak ada yang berani menanggung resiko.
Dapat disimpulkan bahwa, cara untuk mengatasi resiko dilakukan Antara lain
berupa :
1.
Menerima (Retention)
Apabila diperkirakan kerugian yang mungkin timbul tidak terlalu besar jika
dibandingkan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan
pencegahannya, oleh yang bersangkutan diputuskan untuk diterima saja resiko
yang mungkin akan timbul tersebut. Demikian pula apabila keuntungan yang
diperoleh diperkirakan akan lebih besar daripada kerugian yang mungkin terjadi.
2.
Menghindari (Avoidance)
Dengan menghindari resiko berarti yang bersangkutan menjauhkan diri dari
perbuatan atau peristiwa yang dapat menimbulkan resiko baginya. Apabila setiap
orang selalu menghindar dari setiap perbuatan atau peristiwa yang dianggap
mengandung resiko, namun apabila berhadapan dengan resiko, harus tetap
dihadapi agar tujuan yang lebih baik dapat tercapai. Dengan perkataan lain untuk
menghindari resiko banyak bergantung kepada berbagai factor. Suatu hal yang
tidak disangkal bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari resiko
kematian yang merupakan rahasia tuhan.
3.
Mencegah (Prevention)
Mencegah adalah melakukan beberapa usaha himgga akibat yang tidak
diharapkan yang mungkin timbul dapat diatasi atau dihindari. Dalam
kenyataannya, usaha pencagahan tersebut tidak selalu berhasil. Banyak contoh,
sebuah rumah yang penjagaannya ketat, tetapi tetap berhasil dimasuki pencuri.
Demikian pula, seorang anak dapat terlibat perbuatan jelek meskipun
keluarganya telah membatasi pergaulannya.
4.
Mengalihkan/Membagi (Transver or Distribution)
Mengatasi resiko dapat juga dilakukan dengan cara mengalihkan atau membagi
kepada atau dengan pihak lain. Melalui cara ini, ada pihak ketiga yang bersedia
menerima resiko yang mungkin akan diderita oleh orang lain.
d. Kompetensi/Competency
Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan atau
tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh
sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi dalam dunia kerja
lain,
mampu
1.
Karena sikap asertif memiliki ketegasan untuk menolak atau menerima apa
yang dikehendaki orang lain. Sikap asertif juga akan membuat seseorang
terhindar dari stres dan tekanan yang tidak perlu dari lingkungan.
2.
3.
4.
4. Interpersonal
a. Kesadaran akan adanya orang lain
Dalam kehidupan, setiap manusia membutuhkan orang lain. Oleh karena itu,
kesadaran sosial (berupa kesadaran akan adanya orang lain) setiap individu harus
dibina dan dikembangkan. Dimulai dari lingkungan keluarga, dan melalui proses
sosialisasi, sehingga kesadaran sosial dapat tumbuh. Kesadaran sosial tersebut
b. Berbagi Pengalaman
Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
dilakukan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Komunikasi
antarpribadi memiliki bermacam-macam tujuan salah satunya untuk berbagi
pengalaman kepada orang lain.
Berbagi pengalaman dapat membuat seorang individu erasa lebih tenang dan
lega, dan dapat mengurangi stress serta trauma yang pernah dihadapinya. Berbagi
pengalaman kepada dapat memberi manfaat kepada orang yang mendengarkan.
Karena orang yang mendengar cerita kita tentu akan mengambil hikmah dari
cerita atau peristiwa yang kita ceritakan. Membagi pengalaman dapat merupakan
pengalaman menyenangkan ataupun menyedihkan, namun dalam berbagi
pengalaman tidak disampaikan kepada semua orang, melaikan kepada orang
terdekat kita saja.
Contoh berbagi pengalaman misalnya antar Okupasi Terapis, saling berbagi
pengalaman mengenai kondisi dan penanganan terhadap pasien sehingga dapat
menambah ilmu dan pengetahuan untuk Okupasi Terapis yang lain. Atau berbagi
pengalaman dalam cakupan antara terapis dan pasien, ketika pasien menceritakan
pengalamannya sebelum akhirnya dalam kondisi yang memerlukan terapi, itu
dapat membantu si terapis itu sendiri dalam pengambilan tindakan
c. Kerjasama
merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yaitu
apabila suatu kelompok masyarakat mempunyai pandangan yang sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Kerjasama dapat dilakukan antara orang-perorangan
atau anatr kelompok, tergantung tujuan yang ingin dicapai. Kerjasama timbul
karena orientasi orang-perorangan dengan kelompoknya (in group) dan kelompok
lainnya (out grup),
Menurut Charles H. Cooley kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan kesadaran terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingannya.
motivasi seseorang atau suatu kelompok melakukan suatu kerjasama dengan pihak
lain dapat dipengaruhi oleh :
1. Orientasi perorangan terhadap kelompoknya sendiri yang meliputi arah,
tujuan, atau kepentingan-kepentingan lain. Untuk mencapainya setiap
anggota kelompok mengharapkan bantuan dari anggota kelompok lainnya.
Misalnya kerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok.
2. Ancaman dari luar (musuh bersama) yang dapat mengancam ikatan
kesetiaan atau persaudaraan yang secara tradisional dan institusional telah
tertanam di setiap anggota kelompoknya. Misalnya adanya semangat
membela tanah air dari setiap ancaman dan gangguan dari negara lain.
3. Rintangan dari luar, untuk mencapai cita-cita kelompoknya kadangkadang muncul kekecewaan atau rasa tidak puas karena apa yang
diinginkan tidak tercapai. Hal inilah yang menimbulkan sifat agresif dan
membutuhkan kerjasama diantara anggotanya.
4. Mencari keuntungan pribadi. Dalam kerjasama, seseorang kadang
berharap mendapatkan keuntungan yang diinginkan, hal inilah yanng
mendorong untuk bekerjasama. Motivasi ini biasanya tidak baik sehingga
terkadang dapat menimbulkan perpecahan.
5. Menolong orang lain. Kerjasama dilakukan
semata-mata
untuk
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis Edisi III. Penerbit : Erlangga. Surakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret