1. PENDAHULUAN
Pendidikan umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak
(Dewantara, 1977: 14). Pendidikan pada hakekatnya berlangsung dalam suatu
proses. Proses itu berupa transformasi nilai-nilai pengetahuan, teknologi dan
keterampilan. Pendidikan seni adalah pemberian pengalaman estetik kepada
siswa. Pengalaman estetik adalah pengalaman menghayati keindahan. Pendidikan
seni diharapkan dapat membuat siswa menginternalisasi (meresapi, mengakarkan)
nilai-nilai estetik yang berfungsi untuk melatih kepekaan rasa, kecerdasan
intelektual, dan menggambarkan imajinasinya (Jazuli 2008: 16). Pendidikan seni
diberikan di sekolah karena keunikan, keberagaman dan kebermanfaatan terhadap
kebutuhan perkembangan siswa yang terletak pada pemberian pengalaman estetik
dalam bentuk kegiatan apresiasi dan kreasi.
Berkait dengan apresiasi dan kreasi dalam pembelajaran seni budaya menuju
tercapainya pengalaman estetik bahwa apresiasi itu sendiri secara konsep adalah
suatu pengenalan seni melalui perasaan dan kepekaan batin terhadap seni yang
diperkenalkan sampai memahami serta mengakui terhadap nilai-nilai keindahan
yang diungkapkan oleh seniman (Malarsih 2011). Kegiatan apresiasi dilakukan
dengan siswa berperan sebagai penikmat atau pengamat yang menghayati suatu
karya seni atau gejala keindahan untuk kemudian menanggapi dan menilainya.
Kreasi pada haekatnya adalah melahirkan sesuatu , menciptakan sesuatu yang
belum ada. Sensivitas menjadi urutan pertama dari sifat kreatif karena tanpa
pengalaman sensitif suatu karya kreatif tidak akan lahir (Jazuli 2008: 88).
Seni tari sebagai salah satu unsur kebudayaan memiliki peranan penting
sebagai alat pendidikan yang efektif dalam rangka membantu membentuk
kepribadian yang utuh. Nilai-nilai pendidikan pada seni tari secara mudah dapat
ditemukan pada ragam gerak, tema-tema yang digunakan, sikap-sikap gerak yang
ada didalamnya. Semua itu dapat membantu ke arah pembentukan sikap, perilaku
dan pola pikir seorang anak. Hal itu akan membuat anak senantiasa terkontrol
dalam setiap aktivitasnya.
Tari Melinting merupakan tarian tradisional masyarakat adat keratuan
Melinting yang merupakan peninggalan dari Ratu Melinting pada abad ke-16.
Tarian ini awalnya digelar untuk menyambut para tamu agung Raja-Raja atau
Residen pada acara adat atau resmi. Tari Melinting pada saat ini sudah mendapat
sentuhan pola garapan dari sebuah tarian, baik dari gerak, musik, kostum dan
tempat penyajiannya. Dengan demikian tari Melinting sudah menjadi tarian yang
hanya berfungsi sebagai tarian ucapan selamat datang atau dapat pula dikatakan
untuk penyajian estetis. Pada pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama kelas
VII, tarian yang dipelajari adalah tari daerah setempat. Tari Melinting adalah salah
satu tari tradisional kelompok daerah Lampung yang dapat dijadikan materi dalam
pembelajaran. Ragam gerak tari Melinting memiliki makna yang dapat
membentuk kepribadian dan karakteristik siswa. Melalui kegiatan apresiasi dan
kreasi pada pembelajaran seni budaya khususnya tari Melinting maka siswa dapat
meningkatkan kepekaan estetisnya.
ekspresi dengan konsep kreasi dipahami/ dimengerti rancu. Kerancuan ini bisa
dimengerti sebab dalam dunia seni, berekspresi dalam bentuk mewujudkan sebuah
karya seni bisa dimengerti sebagai berkreasi namun berekpresi dalam bentuk
penjiwaan dan atau pembawaan sebuah karya seni tanpa menghasilkan wujud
karya seni baru tertentu hanya bisa dimengerti sebagai berapresiasi. Sehingga
konsep ekspresi bisa dimengerti sebagai suatu penjiwan atau pembawaan dalam
sebuah tataran apresiasi namun juga bisa dimengerti sebagai sebuah bentuk
Tari Melinting semula bernama tari Cetik Kipas. Tari Cetik Kipas adalah tarian
adat yang dipentaskan pada saat acara (begawi). Begawi adalah pesta adat yang
dilakukan oleh masyarakat Lampung untuk pemberian gelar adat.
Tarian ini
Baju putih (wanita) adalah pakaian yang digunakan penari wanita adalah baju
panjang berwarna putih. Baju ini menggunakan kain brukat yang dilapisi kain
panjang berwarna putih. Baju ini menggunakan kain polos berwarna putih.
Celana putih panjang adalah celana panjang ini digunakan penari pria. Celana
muda.
Tuppal yang digunakan penari pria tidak disulam dengan benang emas. Tapis
ini berwarna merah dan hitam dengan hiasannya berwarna kuning keemasan.
Tapis ini digunakan setelah menggunkan celana panjang berwrna putih. Cara
putih.
Gaharu adalah salah satu aksesoris yang digunakan penari wanita. Gaharu
diletakkan di atas sanggul. Gaharu terbuat dari lempengan logam yang dicat
kuning emas.
Peneken adalah salah satu aksesoris yang digunakan penari wanita di kepala.
Peneken terbuat dari kain beludru berwarna merah dan dihiasi manik-manik.
Siger Melinting adalah salah satu aksesoring yang digunakan penari wanita.
Siger merupakan ikon dari burung elang yang mengepakkan sayapnya. Siger
terbuat dari kain beludru yang dihiasi lempengan logam berbentuk daun.
Bulu Serttei adalah aksessoris yang diletakkan dikopiah emas penari pria.
Pemakaiannaya dengan ditancapkan mengelilingi kopiah emas. Bulu serttei
terbuat dari lempengan logam yang dibentuk seperti bulu-bulu. Tangkainya
Pada pinggir gelang ruwi diletakkan lempengan logam yang dibentuk duri.
Gelang Burung digunakan pada lengan tangan paling atas. Gelang burung
terbuat dari lempengan logam yang dicat warna emas. Gelang burung berbentuk
gelang pipih bagian atas agak lebar dan ditempel lempengan logam berbentuk
burung yang sedang terbang. Gelang burung ini digunakan penari pria dan
wanita.
Gelang Kano terbuat dari lempengan logam yang dibentuk menyerupai ban dan
bagian tengah terbentuk garis lurus sehingga membelah antara kanan dan kiri.
Gelang kano digunakan pada bagian kiri dan kanan di bawah gelang burung.
dan berjumlah 7. Ikat pinggang ini digunakan penari pria dan wanita.
Kipas yang digunakan dalam tari Mellinting adalah sepasang kipas yang terbuat
dari rangkaian bambu dan kain. Kerangka sebuah kipas adalah bambu
berkukuran panjang 30 cm. Warna kipas penari pria adalah merah dan penari
wanita adalah putih.
Lapah Alun
Ragam gerak Lapah Alun yaitu penari wanita berjalan lambat memasuki
panggung. Posisi kedua tangan berada di samping pinggang membawa kipas.
Lapah alun dalam kehidupan masyarakat Melinting dikonotasikan dalam
melakukan segala aktifitas sebaiknya tidak tergesa-gesa.
Babar Kipas
Ragam gerak Babar Kipas adalah gerakan penari berjalan dengan kedua tangan
menekuk di depan dada dan membuka di samping badan. Babar kipas
dikonotasikan kegagahan dan kesiapan dalam mencari rejeki.
Nyembah
Ngiyow Bias
Ngiyow Bias memiliki arti mencuci beras. Ngiyow Bias adalah gerakan kedua
tangan di samping bawah. Kedua telapak tangan di putar ke dalam. Kemudian
tangan di ayun ke kiri. Sedangkan gerakan kaki bisa menggunakan injak lado dan
injak tahi manuk. Nginyow bias dikonotasikan wanita yang mempunyai sifat
lembut dan pandai menjaga kepribadian serta mampu mengatur rumah tangga.
Kenui Melayang
Kenui Melayang berarti burung terbang. Gerak Kenui Melayang adalah gerak tangan
kanan serong ke depan, tangan kiri serong ke belakang dan sebaliknya. Sedangkan
gerakan kaki bisa menggunakan injak lado dan injak tahi manuk. Gerak kenui
melayangi dikonotasikan kebebasan dan kemerdekaan dalam berkreasi.
Injak Tahi Manuk adalah gerak yang dilakukan kaki. Kaki kanan jinjit di samping
kaki kiri, ketika kaki kanan melangkah maka diikuti kaki kiri. Begitu sebaliknya,
kaki kiri jinjit di samping kaki kanan, lalu kaki kiri melangkah dan diikuti kaki
kanan.
Injak Lado
Injak Lado memiliki arti menginjak lada. Kaki kanan terlebih daluhu digerakkan
yaitu jempol dihentakkan dan dilanjutkan dengan tumit bergeser ke depan. Jempol
dihentakkan kembali dan tumit kembali ke belakang. Kemudian dilanjutkan
dengan kaki kiri.
Mampang Randu
Mampang Randu memiliki arti membawa batang randu. Mampang randu adalah
gerakan tangan kiri sejajar bahu dan tangan kanan menekuk di depan dada. Kaki
kanan dihentakkan. Kipas digoyangkan ke kiri ke kanan. Gerak mampang randu
dikonotasikan keperkasaan laki-laki Melinting dalam bekerja mencari nafkah.
Gerak membuka tangan dikonotasikan jiwa besar dalam menjaga marabat
keluarga.
Cak Ambung
Cak Ambung memiliki arti ke atas. Cak Ambung adalah gerakan kaki kanan
melangkah terlebih dahulu dikuti kaki kiri dengan melompat. Kedua tangan serong
ke atas.
kelincahan pria.
Surung Sekapan
Surung Sekapan memiliki arti tarik jendela. Surung Sekapan adalah gerakan
berjalan dengan tangan kanan dan kiri bergantian di dorong ke depan dada. Surung
sekapan merupakan simbol dari mendorong membuka jendela. Pada masyarakat
Melinting dikonotasikan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dimulai dari
rumah.
2.8 Proses Pembelajaran Tari Melinting
Pembelajaran apresiasi
Tahap pengenalan awal (deskripsi) dalam konteks apresiasi seni tari adalah
penggambaran tentang pesan tarinya/ isi tarinya yang pesan itu selalu
berhubungan dengan aspek jaman dan atau kehidupan tertentu (Malarsih 2014:
307). Guru merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh siswa dalam pembelajaran
tari Melinting. Guru menjelaskan sejarah, fungsi, kostum dan ragam gerak tari
Melinting. Guru menampilkan video tari Melinting dan menganalisis struktur
bentuk tari yang terdiri dari delapan ragam gerak. Kemudian guru mengamati
respon para siswa ketika menyaksikan tayangan tersebut. Jika siswa merespon
dengan menirukan gerakannya, berinteraksi setelah mendengar iringannya dan
memberi kritik, maka siswa dapat dikatakan melalukan apresiasi aktif. Tetapi jika
siswa hanya diam saja memperhatikan dan tanpa ada respon apa pun, berarti siswa
tersebut melakukan apresiasi pasif, tetapi jika siswa tidak memperhatikan
tayangan dan hanya mengganggu teman lainnya yang menyaksikan tayangan,
siswa tersebut belum melakukan apresiasi.
Pijakan guru dalam memberikan nilai kepada siswanya adalah melalui
pengamatan proses pembelajaran berapresiasi dan bukan dari hasil pembelajaran
berpresiasi. Dengan demikian jika siswa sudah melakukan apresiasi walau hanya
apresiasi pasif, maka siswa tersebut sebenarnya sudah melakukan apresiasi. Jadi
yang penting dalam pembelajaran apresiasi adalah siswa sudah dapat menghargai
kaya seni tersebut.
Pembelajaran kreasi
Pertama-tama kita dapat menganalisis teksnya atau bisa kita sebut dengan
analisis tekstual. Analisis tekstual, kita bisa menganalisis struktur bentuk tarinya.
Dalam menganalisis bentuk tari itu nanti kita akan bicara tentang ragam gerak tari
(Malarsih
2014:
308).
Guru
melanjutkan
pembelajaran
dengan
mendemonstrasikan ragam gerak terlebih dahulu dan diikuti oleh siswa. Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Kemudian siswa berlatih tari
Melinting bersama kelompoknya. Latihan dilanjutkan dengan menggunakan
iringan musik. Siswa menata gerak tari yang telah diberikan sesuai dengan iringan
musik. Guru memberikan penilaian untuk proses dan hasil pembelajaran tari
Melinting. Pada kegiatan ini siswa dapat mengekspresikan diri sesuai dengan
karakter pada tarian tersebut. Laki-laki yang mencerminkan keperkasaan dan
perempuan yang memiliki perilaku lembut.
2.9 Kontribusi tari Melinting
Pengalaman estetik muncul dari kegiatan apresiasi dan kreasi. Pengalaman
estetik merupakan pengalaman tentang keindahan: bagaimana menghayati nilainilai keindahan atau bagaimana keindahan itu dimaknai melalui pengindraan
(Jazuli 2008: 70). Tari Melinting sebagai salah satu materi dalam pembelajaran
seni tari diarahkan untuk memberikan siswa pengalaman estetis. Melalui kegiatan
apresiasi siswa berperan sebagai penikmat atau pengamat yang mencerap /
menghayati suatu karya seni atau gejala keindahan (alam) untuk kemudian
menanggapi dan menilainya (Jazuli: 2008, 80). Kegiatan kreasi dilakukan dengan
memberikan pengalaman kepada siswa untuk memproduksi karya baru atau yang
sudah ada. Kegiatan apresiasi dan kreasi pada pembelajaran tari Melinting ini
ditujukan untuk memperoleh pengalaman baru, menanamkan cinta budaya
setempat, menanamkan nilai-nilai pendidikan (kesopanan, disiplin dan tanggung
jawab), meningkatkan ketahanan budaya dan potensi kreatif siswa.
Pertama, untuk memperoleh pengalaman baru. Pada kegiatan pembelajaran
teori, siswa diarahkan untuk memahami sejarah, fungsi, kostum dan ragam gerak
tari Melinting. Hal ini merupakan materi baru yang dipelajari siswa. Ragam gerak
tari Melinting memiliki keunikan dan kekhasan, gerakkannya berbeda dengan
tarian yang ada di Lampung lainnya. Sehingga mempelajari teori dan praktik
menjadikan pengalaman yang baru bagi siswa.
ketahanan budaya.
Keempat, menanamkan nilai-nilai positif yaitu kesopanan, disiplin dan
tanggung jawab. Tari Melinting mencerminkan karakteristik masyarakat
Melinting yaitu saling menghargai. Ragam gerak laki-laki memiliki makna
tanggung jawab, keperkasaan dan kepiawaian dalam melakukan pekerjaan.
Sedangkan pada ragam gerak perempuan memiliki makna kelembutan dan pandai
dalam mengurus rumah tangga. Proses penataan gerak tari Melinting menjadikan
siswa disiplin karena dalam penataan gerak tari harus tepat sesuai iringan musik,
waktu dan membutuhkan kerja sama antar individu.
Kelima, meningkatkan potensi kreatif. Potensi kreatif ditandai dengan berfikir
kritis, percaya diri, berani mengambil resiko dan tampil beda. Ketika siswa
melakukan penataan gerak tari Melinting maka siswa dituntut memiliki ide-ide
kreatif yang menjadikan susnan gerak menjadi berbeda dan indah. Siswa juga
harus tampil percaya diri dalam menata dan menampilkan tari Melinting.
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran apresisi siswa dilakukan dengan mengamati, memahami dan
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan
Taman Siswa.
Haryono, Slamet. 2014. Pendidikan Seni: Membentuk Siswa Kreatif Melalui
Pembelajaran seni Di Sekolah dalam makalah Seminar Nasional
Pendidikan Seni. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang.
Igama IV, Sultan Ratu Idil M.T. 2011. Mengenal Dari Dekat Tari Daerah
Lampung. Lampung: Bukit Ilmu.
Jazuli, Muhammad. 2008. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni
Tari, Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
.2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa
University Press.
Juwita, Dwi Tiya. 2014. Kemampuan Menari Meliniting Dengan Menggunakan
Metode SAS Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pekalongan Lampung
Timur dalam Skripsi. Universitas Negeri Lampung.
Malarsih & Wadiyo. 2009. Pendidikan Estetika Melalui Seni Budaya Di Fakultas
Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang dalam Jurnal Harmonia.
9(1) UNNES.
, dkk. 2011. Model Pengembangan Metode Pembelajaran Seni Tari Dalam
Konteks Pendidikan Apresiasi Dan Kreasi Untuk Siswa Sekolah Menengah
Pertama dalam Artikel Penelitian.UNNES.