Anda di halaman 1dari 4

1.

Silahkan
jelaskan
perbedaan
pengertian
antara Absorption
Costing dan Variable
Costing termasuk perbedaan pembebanan biaya produknya (mana yang lebih tinggi/rendah?)
Absorption Costing dan Variable Costing merupakan dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan
harga pokok produk dengan tujuan untuk melakukan penilaian persediaan dan penentuan harga pokok
penjualan.
Variabel Costing adalah metode yang hanya membebankan biaya manufaktur variabel kepada produk
sedangkan Absorption Costing adalah metode yang membebankan seluruh biaya manufaktur baik itu
variabel cost maupun fixed cost ke dalam produk.
yang dimaksud biaya manufaktur adalah :
Biaya yang terdiri dari biaya bahan baku langsung (direct material), biaya tenaga kerja langsung (direct
labour) dan biaya overhead pabrik (factory overhead).
perbedaan metode Variable Costing dengan metode Absorption Costing dapat ditinjau dari segi :

Penentuan harga pokok produk

Pada metode Absorption Costing atau Full Costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun
variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu elemen harga pokok produk meliputi:
-

raw material cost


direct labor cost
BOP variabel (variable FOH)
BOP tetap (fixed FOH)

Sedangkan pada metode variabel costing hanya memasukkan atau membebankan biaya produksi
variabel ke dalam harga pokok produk. Elemen harga pokok produk meliputi:
- raw material cost
- direct labor cost
- BOP variabel (variable FOH)
Penentuan harga pokok persediaan
Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi (production cost) kepada produk antara
metode Absorption Costing dengan metode Variable Costing, mengakibatkan pula perbedaan harga
pokok persediaan. Pada metode Absorption Costing, BOP tetap (fixed FOH) dibebankan ke dalam harga
pokok produk. Oleh karena itu jika sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual
maka sebagian BOP tetap (fixed FOH) masih melekat pada harga pokok persediaan. Metode Variable
Costing tidak membebankan BOP tetap (fixed FOH) ke dalam harga pokok produk, akan tetapi BOP tetap
(fixed FOH) langsung dibebankan ke dalam laba-rugi sebagai biaya periode. Oleh karena itu produk yang
masih ada dalam persediaan atau belum terjual hanya dibebani biaya produksi variabel.

Penyajian Laporan Laba Rugi

Perbedaan di dalam penyajian laporan laba-rugi antara metode full costing dengan variable costing dapat
ditinjau dari penggolongan biaya dalam laporan laba-rugi

Pada metode Absorption Costing, biaya digolongkan menjadi dua, yaitu:


1. Biaya produksi, meliputi raw material cost, direct labor cost dan BOP tetap (fixed FOH) maupun BOP
variabel (variable FOH).
2. Biaya non produksi atau biaya periode (period cost), meliputi semua biaya yang tidak termasuk dalam
harga pokok produk sehingga harus dibebankan langsung ke laporan laba-rugi periode terjadinya.
Pada metode Variable Costing, biaya digolongkan menjadi:
1. Biaya variabel (variable costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya berubah secara
proporsioanal sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini dikelompokkan ke dalam:
-

Biaya variabel produksi, yaitu raw material cost, direct labor cost dan BOP variabel (variable
FOH).

Biaya variabel non produksi, yaitu biaya pemasaran variabel (variable of marketing expense),
biaya adminstrasi dan umum variabel (variable of general & administative expense), biaya
finansial variabel (variable of financial expense).

2. Biaya tetap (fixed costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi
oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada konsep variable costing disebut pula dengan
biaya periode (period cost) atau disebut pula biaya kapasitas (capacity cost).
**********
pembebanan biaya produk akan lebih tinggi jika menggunakan Absortion Costing karena ketika
menggunakan metode variabel costing maka biaya tetapnya hanya pada periode berjalan saja sedangkan
jika menggunakan metode absorption costing maka biaya tetap yang sebelumnya telah mengalami
proses pada periode sebelumnya akan diakumulasikan kembali pada periode berjalan karena metode ini
beranggapan persediaan awal pada periode berjalan telah mengalami proses produksi pada periode
sebelumnya dan itu harus diperhitungkan pada periode berjalan.
2. PT Jaya menggunakan system biaya aktual dan memproduksi satu produk tunggal yaitu
Produk X. Informasi mengenai Produk X tahun lalu adalah sebagai berikut:

Mengacu pada data diatas, maka:


a) biaya produk X per unit dengan menggunakan variable costing adalah:
(Bahan langsung + Tenaga kerja langsung + Overhead variable) / Produksi (unit)
(160.000.000 + 480.000.000 + 80.000.000) / 200.000
720.000.000 / 200.000 = 3.600
b) biaya produk X per unit dengan menggunakan absorption costing adalah:
(Bahan langsung + Tenaga kerja langsung + Overhead variable + Overhead tetap) / Produksi (unit)
(160.000.000 + 480.000.000 + 80.000.000 + 400.000.000) / 200.000
1.120.000.000 / 200.000 = 5.600
c) biaya produk terjual (cost of goods sold) dengan menggunakan variable costing adalah:
Penjualan variable / Penjualan (unit)
96.000.000 / 160.000 = 600
d) biaya produk terjual (cost of goods sold) dengan menggunakan Absorption Costing adalah:
(Penjualan variable + Penjualan tetap) / Produksi (unit)
(96.000.000 + 40.000.000) / 160.000
136.000.000 / 160.000 = 850

Marlita Dyta Putri


NIM 023797793

Anda mungkin juga menyukai