Anda di halaman 1dari 29

REAKSI ANTIGEN ANTIBODI

Dr Nurhayati M.Kes

Reaksi Antigen Antibodi


Landasan teori reaksi antigen antibodi :
1.
2.

Antigen dikenali dan merangsang


sistem imun antibodi
Antibodi bersifat spesifik :
permukaanantibodi mempunyai
reseptor antigen yang sesuai
epitopnya

Reaksi Antigen Antibodi


3.

4.

Bentuk reseptor antigen dari antibodi ditentukan


rangkaian asam amino rantai H dan L. Bentuk
reseptor antigen bersifat komplementer / saling
mengisi thd epitopnya ikatan antigen antibodi
yang spesifik
Manifestasi reaksi spesifik ini tampak dalam
bentuk :
- Presipitasi
- Aglutinasi
- Ikatan komplemen

Reaksi Presipitasi
Landasan teori :
1. Permukaan antibodi minimal 2 reseptor
antigen
Permukaan molekul antigen : banyak
epitop
Antigen berbentuk larutan
2. Antigen terlarut dicampur antibodi yang
sesuai terjadi ikatan silang antara
reseptor antigen pada permukaan
antibodi dengan epitop dari antigen

Reaksi Presipitasi
3.

Ikatan tersebut baru menimbulkan


reaksi presipitasi maksimal bila ratio
antigen antibodi terdapat dalam
jumlah yang optimal
- Kelebihan antigen : presipitat melarut
kembali
- Kelebihan antibodi : kompleks
antigen-antibodi tetap dalam bentuk
larutan

Percobaan presipitasi
1.

2.

3.

Kedalam sederet tabung dituangkan


volume tertentu serum dalam jumlah
sama banyak
Tambah larutan antigen dengan
konsentrasi semakin meningkat,
inkubasi 370C 30 menit
Presipitat yang terbentuk dalam tiap
tabung diukur, buat kurva presipitasi

Kelebihan Antigen :
Tidak terjadi ikatan silang ekstensif sehingga tidak
mungkin menghasilkan kisi-kisi 3 dimensi.
Kompleks Ag-Ab dihasilkan dalam jumlah sangat
sedikit dan bukan merupakan agregat besar shg
tetap dalam keadaan suspensi

Kelebihan antibodi :
Tiap antigen determinan diikat satu antibodi.
Karena itu tidak mungkin terjadi ikatan silang atau
kisi2 3 dimensi. Molekul Ag-Ab yang terbentuk
berupa kompleks kecil2 dan tetap dalam suspensi
koloid

Reaksi Presipitasi dalam Agar


1.
2.
3.

Difusi tunggal dalam agar


Difusi ganda dalam agar
Imunoelektroforesis

Antigen berbentuk larutan / koloid

Difusi tunggal dalam agar


1. Antibodi di inkorporasikan di dalam medium
agar yang terletak pada lempeng agar
2. Bagian tengah dibuat lubang
3. Isi larutan antigen
4. 4 -12 jam difusi radial dari antigen itu
reaksi antigen antibodi reaksi antigenantibodi reaksi presipitasi maksimal
tampak dalam bentuk lingkaran presipitat

Difusi tunggal dalam agar

Difusi ganda dalam agar


Medium agar dilekatkan pada lempeng
gelas
Buat 2 buah lubang pada lapisan agar
Satu diisi antigen, yang lain antiserum
Bila ratio antigen-antinbodi optimal
reaksi Presipitasi berupa garis presipitat
Teknik ini menentukan banyak jenis antigen
atau antibodi dalam larutan yang diperiksa

Imunoelektroforesis

Siapkan objek gelas dengan agar


Buat lubang, isi serum
Masukkan pada alat elektroforese
Buat lubang memanjang, diisi anti serum
Inkubasi 24 jam
Terjadi difusi dalam agar
Timbul garis-garis presipitat bentuk busur2

Reaksi Aglutinasi
Antigen berupa partikel ukuran besar

tidak

larut dalam air, dibuat suspensi


Ke dalam sederet tabung dimasukkan suspensi
antigen dengan konsentrasi yang sama
Ke dalam tiap tabung ditambah serum imun
dengan pengenceran 1:2, 1:4, 1:8 dst
Lihat aglutinasi yang terjadi dengan
pengenceran tertinggi

Crooss Matching

- Mayor : eritrosit donor dan serum resipien


- Minor : eritrosit resipien dan serum donor
Tes dari Coomb

Pembuatan serum Coomb


Imunoglobulin manusia disuntikkan pada seekor
kelinci akan membentuk antibodi (anti human
imunoglobulin) serum Coomb

Indirect Coombs Test


Serum Coomb ditambahkan pada serum

resipien dan eritrosit donor


Anti human imunoglobulin akan mengikat
antibodi yang sudah melekat pada eritrosit donor
shg terjadi ikatan silang ekstensif terbentuk
kisi2 3 dimensi aglutinasi

Direct Coombs Test


Untuk diagnosis imune haemolytic anemia
Tubuh penderita sendiri membentuk antibodi

yang ditujukan terhadap membran eritrositnya


sendiri eritrosit sudah dilapisi antibodi, bila
dicampur serum Coomb aglutinasi

Tes Widal
Salmonella typhi (antgen) masuk tubuh antibodi
CARA :
1. Kedalam sederet tabung dituangkan serum penderita yang
ditipiskan secara bertingkat
2. Tambah suspensi kuman penyebab penyakit
3. Tentukan tabung dgn penipisa serum tertinggi yang masih
terjadi aglutinasi titer antibodi
Interpretasi :
Titer O aglutinasi < 1/40 dianggap normal, bila 1 mg kemudian
diulang terjadi peningkatan menunjang diagnosis

Uji Kehamilan

Ovum + Sperma zygote terus membelah diri, trofoblast


janin menghasilkan Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
masuk plasenta peredaran darah ibu dikeluarkan
melalui ginjal urin
HCG adalah hormon, protein
HCG disuntikkan pada kelinci kelinci membentuk antibodi
thd HCG (anti HCG)
HCG + anti HCG kompleks HCG-anti HCG, karena HCG
antigen merupakan molekuler yang terlarut, reaksi presipitasi
tidak dapat segera terlihat HCG dilekatkan pada partikel
lateks + anti HCG ikatan anti HCG-HCG-lateks yang
besar dan kuat aglutinasi positif

Cara kerja uji kehamilan metode


hambatan aglutinasi
Urin wanita yang diduga hamil + anti HCG +
partikel HCG-lateks
1. Aglutinasi : antiHCG masih bebas shg
berikatan dgn HCG-lateks dalam urin HCG
negatif wanita tidak hamil
2. Tidak aglutinasi : anti HCG berikatan dgn HCG
dalam urin, partikel HCG-lateks tidak kebagian
wanita tidak hamil

Imunofluoresensi

Imunoglobulin terdiri dari 4 rantai


polipeptida NH2 bebas
Pada gugus NH2 bebas dapat diikatkan zat
warna yang bersifat fuoresen misal
fluorescein isothiocyanate
Antigen-antibodi dengan gugus zat warna
disinari gelombang cahaya tertentu
sehingga timbul fluoresensi dibawah
mikroskop fluoresen

Reaksi toksin antitoksin


1.

2.

Eksotoksin
- Bahan yang bersifat racun yang dibuat
kuman sewaktu masih hidup
- Larut dalam air
- Dapat berdifusi kedalam cairan tubuh
- diedarkan oleh darah keseluruh tubuh
Endotoksin
- Bahan yang bersifat racun dan dikeluarkan dari
tubuh kuman setelah kuman mati dihancurkan
oleh pertahanan tubuh

1.

EKSOTOKSIN
Antigen yang baik

1.

ENDOTOKSIN
Bukan antigen

2.

Gejala penyakit baru


tampak sesudah masa
inkubasi lewat

2.

Gejala penyakit segera


tampak sesudah
endotoksin disuntikkan
tidak ada inkubasi

3.

Gejala yang timbul


bersifat khas untuk
penyakit yang disebabkan
kuman tersebut

3.

Semua jenis endotoksin


hanya menimbulkan satu
gambaran penyakit

4.

Termolabil, sangat peka


terhadap bahan kimia,
enzim atau penyimpanan
yang lama

4.

Termostabil

Antitoksin

Toksoid :
Eksotoksin yang sudah dihilangkan sifat racunnya
melalui: penyimpanan lama, pemanasan suhu 570 C 30
menit atau dicampur bahan kimia
Antigenik determinan dari toksoid tidak rusak shg
masih menimbulkan respon kekebalan
Kuda disuntik toksoid berulang kali kuda menjadi
kebal, bila titer antitoksin cukup tinggi maka darah
kuda diambil bb liter diproses
Antitoksin mengikat toksin kerusakan sel dapat
dicegah

Sitolisin dan komplemen

1.

2.

Proses lisis terdiri dari 2 fase


Antigen diikat antibodi yang sesuai
kompleks Ag-Ab antigen menjadi
sensitif terhadap komplemen
Antigen sensitif + komplemen yang
bekerja secara enzim lisis

Reaksi fiksasi komplemen


1.

2.

Reaksi fiksasi komplemen spesifik :


komplemen diikat kompleks Ag-Ab
dimana antibodi telah berikatan dengan
antigen spesifik
Reaksi fiksasi komplemen non spesifik :
komplemen diikat kompleks Ag-Ab
dimana antibodi telah berikatan dengan
antigen non spesifik
Contoh : reaksi dari Wassermann

Reaksi Wassermann
Bahan yang dibutuhkan
1. Serum orang yang diduga sifilis
Panaskan 560 C 30 menit komplemen
inaktif
2. Serum segar cavia normal : sumber
komplemen
3. Suspensi antigen : ekstrak jantung sapi (terdiri
dari kardiolipin + lesitin = 1 : 5)
4. Indikator dalam bentuk sistem hemolitik

Cara kerja reaksi Wassermann

Serum yang diperiksa ditipiskan di dalam


tabung dengan urutan konsentrasi
Tiap tabung dituang suspensi Antigen +
serum cavia normal. Biarkan beberapa jam
untuk mengikat komplmen
Dibubuhi sistem hemolitik, inkubasi di
waterbath 370 C 30 menit

Sistem indikator (hemolitik)

E : eritrosit domba
A : antibodi terhadap eritrosit domba
C : komplemen
E + A EA
hemolisis negatif
EA + C EA-C
hemolisis positif

Tes WR positif
Ag + serum (ada Ab)
kompleks Ag-Ab
2.
Ag-Ab + C
kompleks Ag-Ab-C
3.
Ag-Ab-C + EA
Ag-Ab-C + EA hemolisis negatif
Cairan suspensi tidak berubah menjadi merah tidak
hemolisis
Komplemen sudah habis dipakai sistem I dalam tabung
ada Ab terhadap sifilis WR+
1.

Tes WR negatif
1.
2.
3.

Ag + serum ( tidak ada Ab)


Antigen
Ag + C
Ag + C
Ag + EA
Ag + kompleks EA-C
hemolisis +

Anda mungkin juga menyukai