PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker lambung terus berkurang di Amerika Serikat. Namun, ini
masih menjadi masalah serius dengan jumlah 14.700 kematian setiap
tahunnya, kebanyakan pada individu dengan usia lebih dari 40 tahun, dan
kadang-kadang pada individu yang lebih muda. Kebanyakan kanker
lambung
mencapai
90%
karena
adanya
peningkatan
cara
diagnostic
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1) Anatomi Fisiologi
a. Anatomi lambung
Lambung merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus
halus, sebelah kiri abdomen di bawah diafragma. Lambung merupakan saluran yang dapat
mengembang karena adanya gerakan peristaltik, tekanan organ lain, dan postur tubuh. Struktur
lambung:
a. Fundus ventrikuli
Bagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum kardiakum dan biasanya berisi
gas. Pada batas dengan esophagus terdapat katup sfingter kardiak.
b. Korpus ventrikuli
Bagian ini merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang
tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara bagian distal dan
berlanjut ke duodenum.
c. Antrum pylorus
Merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal
membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara distal yang berlanjut ke
duodenum.
d. Kurvatura minor
Terletak di sebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum kardiak sampai ke pylorus.
Kurvatura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor. Suatu lipatan ganda dari
peritoneum.
e. Kurvatura mayor
Lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui
fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus inferior. Ligamentum gastrolienalis
terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
f.
Osteum kardiak
Merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini
terdapat orifisium pilorik yang tidak mempunyai sfincter khusus, hanya berbentuk cincin
yang membuka dan menutup osteum dengan kontraksi dan relaksasi. Osteum dapat
tertutup oleh lipatan membran mukosa dan serta otot pada dasar esophagus.
b. Fisiologi Lambung
Fungsi lambung:
1. Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan makanan
dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan
dengan dua cara:
a) Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus
ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik.
b) Kimiawi
Fase serebral
Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat dari otak ke nervus vagus
sampai ke lambung yang merupakan kelenjar yang terstimulasi untuk mensekresi
hormon gastrin yang disekresi oleh membran mukosa kanalis pylorus yang
menghasilkan getah lambung.
b.
Fase gastric
Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.
c.
Fase intestinal
Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi getah lambung
membentuk lebih banyak gastrin.
2. Definisi Ca Gaster
Karsinoma gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada gaster (Simadibrata, 2000).
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung, sebagian besar adalah dari
jenis adenokarsinoma (Muttaqin, 2011).
Kanker lambung adalah tumor ganas di lambung, bisa berkembang di bagian manapun
dilambung dan menyebar dari lambung ke organ lain (William & Mellisa, 2010).
3. Klasifikasi tumor ganas
a. Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan
histopatologis dapat dibagi atas :
a).Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub
mukosa yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak
rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
b).Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
1). Elevated type
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I,
terdapat sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
2). Flat type
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat
perubahan pada warna mukosa.
3). Depressed type
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular)
hiperemik/ perdarahan.
c). Tipe III (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai
kombinasi seperti II c III atau III II c dan II a II c.
b. Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).
Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat
nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.
Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
4. Etiologi
Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan
merupakan faktor penting dalam kejadian karsinoma Gaster, meliputi halhal sebagai berikut:
a. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.
Makanan yang diasinkan menjadi factor utama peningkatan kanker
lambung. Kandungan garam yang masuk ke dalam lambung akan
memperlambat pengosongan lambung sehingga memfasilitasi konversi
golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam lambung.
b. Faktor infeksi oleh kuman H. Pylory.
Adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus duodenum dan 80%
tukak lambung (Fuccio, 2007).
c.
Sosioekonomi.
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan risiko
kanker lambung, namun tidak spesifik. Dimana dihubungkan dengan
factor-faktor asupan diet, kondisi lingkungan miskin dengan sanitasi
buruk. Berbagai kondisi tersebut memfasilitasi transmisi infeksi H.pylori
yang menjadi predisposisi penting peningkatan terjadinya kanker
lambung (Yarbro, 2005).
d.
e.
NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi
NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dan hal ini (polip lambung)
dapat menjadi precursor kanker lambung. Kondisi polip lambung
f.
g.
2003).
Anemia pernisiosa.
Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi
kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya factor instrinsik
sekresi lambung. Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori
memberikan kontribusi penting terbentuknya tumorigenesis pada
dinding lambung (Santacroce, 2008).
5.
6. Patofisiologi
Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi muskularis
propia dan akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening regional.
Lesi pada kanker lambung memberikan berbagai macam keluhan yang
timbul, gangguan dapat dirasakan pada pasien biasanya jika sudah pada
fase progresif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti dyspepsia,
anoreksia, penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia, mual serta
muntah. Kondisi ini akan memberikan berbagai masalah keperawatan.
2.
3.
4.
5.
Bentuk linisplastika.
6.
Diagram Patoflow
Meroko
k&
alkohol
Faktor
geneti
k
Konsum
si OAINS
Kontak
agen
karsino
gen
Mutasi
gen ECadheri
n
Polip
lambun
g
berulan
Kondisi sosio
ekonomi
rendah
Infeksi
Helicobacter
pylori
Anemia
pernisios
a
Konsumsi
makanan yang di
asinkan,
diasap
atau
yang
diawetkan
Limfom
a MALT
Carcinogenic
nitrosamines
didalam lambung
Perubahan metaplasia
pada epithelium di dinding
lambung
Kanker lambung
Kompresi saraf
lokal
Nyeri
retrosternal
Nyeri
Respon
Serabut
lokal
Disfagia
Anoreksia
Intervensi
radiasi dan
kemoterapi
Asupan
Nutrisi tidak
Adekuat
Aktual/Resiko
ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Kerusakan
jaringan lunak
pasca bedah
Resiko
injuri
Respon
Psikolo
gis
Kecemasan
pemenuhan
informasi
Perubaha
n intake
nutrisi
Pasca
Bedah
Intervensi bedah
Gastrektomi
Pre Operatif
Luka Pasca
bedah
Port de entre
pasca bedah
10
Aktual/Resiko ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Risiko Infeksi
7. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan fisis.
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan
menurun dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu
massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati yang
iregular, dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
2. Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda
dengan berbagai posisi seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai
dengan komprsi.
3. Gastroskopi dan Biopsi.
Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk
melihat adanya tumor gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan
biopsi ditemukan 94 % pasien dengan tumor ganas gaster sedangkan
dengan sitologi lavse hanya didapatkan 50 %.
4. Pemeriksaan darah pada tinja.
Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult
blood), untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
5. Sitologi.
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan
tumor ganas lambung dengan hasil 80 90 %. Tentu pemeriksaan ini
perlu dilengkapi dengan pemeriksaan gastroskopi dan biopsi.
8. Komplikasi
1. Perforasi
11
9.
Penatalaksanaan
1. Bedah
Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik
adalah
pembedahan.
Walaupun
telah
terdapat
daerah
sebar,
12
3)
total
B.
Konsep Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pre operasi
Identitas pasien
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
Pengkajian yang didapatkan sesuai stadium kanker lambung.
Keluhan yang dikaji seperti anoreksia, nyeri epigastrium, berat
badan menurun dengan cepat, melena, dan anemia; pada kondisi
ini biasanya sudah ada metastasis dalam kelenjar getah bening,
regional, paru, otak, tulang, dan ovarium.
Pengkajian riwayat penyakit yang pernah diderita seperti ulkus
peptikum atau gastritis kronis yang disebabkan oleh infeksi H.pylori,
perilaku/ kebiasaan yang mendukung peningkatan risiko penyakit
ini, seperti konsumsi alcohol dan tembakau kronis, konsumsi
makanan yang diasinkan, terdapat penurunan berat badan selama
ada riwayat penyakit tersebut.
Psikososial
Pengkajian psikososial biasanya didapatkan adanya kecemasan
berat setelah pasien mendapat informasi menenai kondisi kanker
lambung. Kaji pengetahuan pasien tentang program pengobatan
kanker meliputi: radiasi, kemoterapi, dan pembedahan gastrektomi,
kaji tentang status perkawinan dan adanya orang yang memberikan
dukungan emosional.
13
4)
Pemeriksaan fisik
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan
palpasi massa, observasi adanya acites. Organ ini diperiksa untuk
nyeri tekan atau massa. Nyeri biasanya merupakan gejala lambat.
5)
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan yang diperlukan seperti radiografi, endoskopi, biopsy,
sitologi, dan laboratorium klinik.
Pengkajian penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium
6)
Post operasi
1) Melakukan pengkajian awal dan melanjutkan dengan segala
intervensi keperawatan segera.
2) Pada pasca operasi, pasien di kaji terhadap komplikasi sekunder
akibat
intervensi
bedah
seperti
hemoragi,
infeksi,
kembali
ke
distensi
ruangan
perawatan:
Respirasi: kepatenan jalan napas; kedalaman, frekuensi, dan
karakter pernapasan; sifat dan bunyi napas.
Sirkulasi: Tanda-tanda vital termasuk tekanan darah; kondisi kulit.
Neurologi: Tingkat respons
Drainase: Adanya drainase; keharusan untuk menghubungkan
selang ke system drainase yang spesifik; adanya dan kondisi
balutan.
Kenyamanan: tipe nyeri dan lokasi; mual atau muntah; perubahan
posisi yang dibutuhkan.
Psikologi: sifat dari pertanyaan pasien; kebutuhan akan istirahat
dan tidur; gangguan oleh kebisingan, pengunjung; ketersediaan bel
pemanggil atau lampu pemanggil.
14
informasi
berhubungan
dengan
adanya
evaluasi
injuri
berhubungan
dengan
pacsa
prosedur
bedah
gastrektomi.
3. Rencana Keperawatan
a. Pre-Operasi
3)
Intervensi:
1. Kaji pola makan pasien
Rasional: mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi
nutrisi
dan
terapi
diet
dan
membantu
17
pasien
kooperatif
dalam
segala
tindakan
dan
proses terapeutik.
Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.
Rasional: rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila
sudah
teridentifikasi
dengan
baik,
maka
perasaan
yang
18
pasien,
terarah
dalam
informasi
untuk
menurunkan
risiko
dalam
kesalahan
Setiap
pasien
mempertimbangkan
diajarkan
segala
sebagai
keunikan,
individu
tingkat
dengan
ansietas,
yang
akurat
membantu
pasien
dalam
Post-Operasi
1). Ketidakefektifan pola nafas b.d kemampuan batuk menurun, nyeri pasca bedah
Tujuan : kebersihan jalan napas pasien tetap optimal setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
19
Criteria hasil : jalan napas bersih, bunyi napas normal, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan, TTV dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1.
2.
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels,
ronchi.
Rasional:
4.
20
3.
stimulasi internal.
4.
usus.
Apabila
bising
usus
terdengar
artinya
fungsi
21
22
bedah
gastrektomi.
Tujuan:pasien tidak mengalami injuri
Criteria hasil: TTV dalam batas normal, tidak terjadi infeksi pada
daerah insisi, kondisi kepatenan selang dada optimal.
Rencana tindakan:
1. Lakukan perawatan diruang intensif.
Rasional: untuk menurunkan risiko injuri dan memudahkan
intervensi pasien selama 48 jam diruang rawat.
2. Kaji factor-faktor yang meningkatkan risiko injuri.
Rasional: saat kondisi pasca bedah, akan terdapat banyak drain
pada tubuh pasien.
3. Pertahankan status hemodinamik yang optimal.
a. Pantau pengeluaran urine rutin
Rasional: pasien pasca prosedur esofagektomi
akan
yang
akan
BAB III
PENUTUP
24
A. KESIMPULAN
Setelah mempelajari tinjauan teoritis, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Carsinoma Gaster merupakan tumor ganas yang mengandung atau terdiri dari
jaringan lemak. Bila lipoma ini tumbuh pada daerah retroperitoneal dan perirenal
sering menjadi liposarcoma: tumor ganas yang tumbuhnya cepat dan infiltrat.
Maka untuk pencegahan dini hal tersebut di atas bagi tenaga kesehatan terutama
perawat profesional untuk memberi penyuluhan kepada para pasien yang
mengalami adanya benjolan untuk periksa dan perlunya pengangkatan benjolan
tersebut untuk menghindari komplikasi lebih lanjut dan dapat membahayakan
nyawa pasien
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan ialah :
1. Diharapkan pasien dan keluarga untuk tetap menjaga pola makan agar
tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang instan dan dimasak
dengan cara di bakar atau diasapkan.
2. Diharapkan kepada perawat agar tidak menganggap remeh terhadap
tanda dan gejala ketika masih ringan karena jika penyakit ini terlambat
ditangani maka akan mengakibatkan komplikasi yang berat pada pasien
serta mengancam nyawa pasien.
3. Diharapkan kepada pasien dan keluarga untuk rutin control ke dokter
untuk pemantauan terapi.
Daftar Pustaka
25
26