Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker lambung terus berkurang di Amerika Serikat. Namun, ini
masih menjadi masalah serius dengan jumlah 14.700 kematian setiap
tahunnya, kebanyakan pada individu dengan usia lebih dari 40 tahun, dan
kadang-kadang pada individu yang lebih muda. Kebanyakan kanker
lambung

terjadi pada kurvatura kecil atau antrum lambung dan

adenokarsinoma. Insidens kanker lambung lebih banyak di jepang, yang


telah menyebabkan diadakannya skrining massa untuk diagnosis awal di
Negara ini. Kanker lambung pada pria merupakan keganasan terbanyak
ketiga setelah kanker paru dan kanker kolorectal, sedangkan pada wanita
merupakan peringkat keempat setelah kanker payudara, kanker servik dan
kolorektal (Christian, 1999).
Secara umum kanker lambung lebih sering terjadi pada laki-laki
dengan perbandingan 2:1, pada kanker kardia lambung, insidens pada lakilaki tujuh kali lebih banyak dari wanita. Kanker lambung lebih sering terjadi
pada usia 50-70 tahun, tetapi sekitar 5% pasien kanker lambung berusia
kurang dari 35 tahun dan 1 % kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996).
Di Negara selain Jepang, kelangsungan hidup lebih dari 5 tahun
setelah pembedahan tumor gaster kurang dari 10% sedangkan di Jepang
dapat

mencapai

90%

karena

adanya

peningkatan

cara

diagnostic

(endoskopi dan endoskopi ultrasound).


Oleh karena itu kita sebagai perawat perlu mengetahui lebih jelas
tentang karsinoma kanker dan cara penanganannya, karena dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat memberikan motivasi dan
penyuluhan serta mencegah komplikasi yang mungkin terjadi sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Dalam hal ini kita juga
berkolaborasi dengan tim medis lainnya.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
Tujuan umum : Menjelaskan asuhan keperawatan ca gaster

Tujuan khusus : Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker Gaster


1. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker Gaster
2. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker Gaster
3. Menjelaskan patofisiologi kanker Gaster
4. Menjelaskan Stadium kanker Gaster
5. Menjelaskan manifestasi klinis kanker Gaster
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada
kanker Gaster
7. Menjelaskan komplikasi pada kanker Gaster
C. Metode Penulisan
Dalam membuat makalah ini penulis menggunakan metode
deskriptif. Adapun bahan makalah yang didapat dengan cara studi
kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan
dengan makalah ini.
D. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya masalah dan terbatasnya kemampuan,maka
penulis membatasi pembahasan hanya pada Asuhan Keperawatan Ca
Gaster
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terbagi dalam beberapa BAB, antara lain :
BAB I merupakan pendahuluan yang meliputi Latar belakang, Tujuan
penulisan, Manfaat dan Sistematika penulisan.
BAB II merupakan Landasan teoritis, yang terdiri dari Konsep Dasar Medis
meliputi Definisi, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala,
Pemeriksaan Diagnosis, Penatalaksanaan Medis, Komplikasi.

Konsep Dasar Keperawatan meliputi Pengkajian, Diagnosa keperawatan dan


Rencana Keperawatan dan evaluasi.
BAB III Merupakan Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1) Anatomi Fisiologi

a. Anatomi lambung
Lambung merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus
halus, sebelah kiri abdomen di bawah diafragma. Lambung merupakan saluran yang dapat
mengembang karena adanya gerakan peristaltik, tekanan organ lain, dan postur tubuh. Struktur
lambung:
a. Fundus ventrikuli

Bagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum kardiakum dan biasanya berisi
gas. Pada batas dengan esophagus terdapat katup sfingter kardiak.
b. Korpus ventrikuli
Bagian ini merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang
tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara bagian distal dan
berlanjut ke duodenum.

c. Antrum pylorus
Merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal
membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara distal yang berlanjut ke
duodenum.
d. Kurvatura minor
Terletak di sebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum kardiak sampai ke pylorus.
Kurvatura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor. Suatu lipatan ganda dari
peritoneum.
e. Kurvatura mayor
Lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui
fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus inferior. Ligamentum gastrolienalis
terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
f.

Osteum kardiak
Merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini
terdapat orifisium pilorik yang tidak mempunyai sfincter khusus, hanya berbentuk cincin
yang membuka dan menutup osteum dengan kontraksi dan relaksasi. Osteum dapat
tertutup oleh lipatan membran mukosa dan serta otot pada dasar esophagus.

b. Fisiologi Lambung
Fungsi lambung:
1. Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan makanan
dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan
dengan dua cara:
a) Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus
ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik.

b) Kimiawi

bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam

lambung dan enzim-enzim tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan


antara lain pepsin asam garam, renin dan lapisan lambung.
2)

Getah cerna lambung yang dihasilkan:


a) Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar dapat
diabsorbsi di intestinum minor.
b) Asam garam (HCl) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan desinfektan yang
masuk ke dalam makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi pepsin
dalam suasana asam.
c) Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membentuk kasein dari kasinogen
(kasinogen dan protein susu).
d) Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang sekresi
getah lambung.
c. Sekresi getah lambung
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan apabila melihat, mencium, dan
merasakan makanan maka sekresi lambung akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga
menimbulkan rangsang kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang
disebut sekresi getah lambung. Sekresi getah lambung mengalami 3 fase yaitu:
a.

Fase serebral
Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat dari otak ke nervus vagus
sampai ke lambung yang merupakan kelenjar yang terstimulasi untuk mensekresi
hormon gastrin yang disekresi oleh membran mukosa kanalis pylorus yang
menghasilkan getah lambung.

b.

Fase gastric
Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.

c.

Fase intestinal
Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi getah lambung
membentuk lebih banyak gastrin.
2. Definisi Ca Gaster
Karsinoma gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada gaster (Simadibrata, 2000).

Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung, sebagian besar adalah dari
jenis adenokarsinoma (Muttaqin, 2011).
Kanker lambung adalah tumor ganas di lambung, bisa berkembang di bagian manapun
dilambung dan menyebar dari lambung ke organ lain (William & Mellisa, 2010).
3. Klasifikasi tumor ganas
a. Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan
histopatologis dapat dibagi atas :
a).Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub
mukosa yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak
rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
b).Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
1). Elevated type
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I,
terdapat sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
2). Flat type
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat
perubahan pada warna mukosa.
3). Depressed type
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular)
hiperemik/ perdarahan.
c). Tipe III (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai
kombinasi seperti II c III atau III II c dan II a II c.
b. Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).
Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.

Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat
nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.
Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.

4. Etiologi
Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan
merupakan faktor penting dalam kejadian karsinoma Gaster, meliputi halhal sebagai berikut:
a. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.
Makanan yang diasinkan menjadi factor utama peningkatan kanker
lambung. Kandungan garam yang masuk ke dalam lambung akan
memperlambat pengosongan lambung sehingga memfasilitasi konversi
golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam lambung.
b. Faktor infeksi oleh kuman H. Pylory.
Adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus duodenum dan 80%
tukak lambung (Fuccio, 2007).
c.

Sosioekonomi.
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan risiko
kanker lambung, namun tidak spesifik. Dimana dihubungkan dengan
factor-faktor asupan diet, kondisi lingkungan miskin dengan sanitasi
buruk. Berbagai kondisi tersebut memfasilitasi transmisi infeksi H.pylori
yang menjadi predisposisi penting peningkatan terjadinya kanker
lambung (Yarbro, 2005).

d.

Mengkonsumsi rokok dan alcohol.


Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan
dikombinasi dengan konsumsi alcohol kronik akan meningkatkan risiko
kanker lambung (Gonzalez, 2003).

e.

NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi
NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dan hal ini (polip lambung)
dapat menjadi precursor kanker lambung. Kondisi polip lambung

f.

berulang akan meningkatkan risiko kanker lambung (Houghton, 2006).


Factor genetic.
Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi
dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya
riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga
dihubungkan dengan kondisi genetic pada kanker lambung (Bresciani,

g.

2003).
Anemia pernisiosa.
Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi
kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya factor instrinsik
sekresi lambung. Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori
memberikan kontribusi penting terbentuknya tumorigenesis pada
dinding lambung (Santacroce, 2008).

5.

Tanda dan Gejala


Keluhan utama pada ca gaster adalah berat badan menurun, nyeri
epigastrium, muntah, keluhan pencernaan, anoreksia, disfagia, nausea,
kelemahan, hematemesis, regurgitasi dan lekas kenyang.

6. Patofisiologi
Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi muskularis
propia dan akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening regional.
Lesi pada kanker lambung memberikan berbagai macam keluhan yang
timbul, gangguan dapat dirasakan pada pasien biasanya jika sudah pada
fase progresif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti dyspepsia,
anoreksia, penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia, mual serta
muntah. Kondisi ini akan memberikan berbagai masalah keperawatan.

Dapat disimpulkan bahwa kebiasaaan hidup mempunyai peran penting,


makanan panas dapat merupakan faktor timbulnya tumor ganas seperti juga
makanan yang di asap, ikan asin yang mungkin mempermudah timbuknya
tumor ganas gaster.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor herediter, dan faktor
infeksi H. Pylori.
Karsinoma gaster berasal dari pertumbuhan epitel pada membran mukosa
gaster. Kabanyakan karsinoma gaster berkembang pada bagian bawah
gaster. Sedangkan pada atrofi gaster disapatkan bagian atas gaster dan
secara multisenter.
Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk.
1.

Seperempatnya berasal dari propria yang berbentuk fungating yang tumbuh ke


lumen sebagai massa.

2.

Seperempatnya berbentuk tumor yang berulserasi.

3.

Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot.

4.

Penyebarannya melalui dinding yang disemari penyebaran pada permukaan.

5.

Bentuk linisplastika.

6.

Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas.


Prognosis yang baik berhubungan dengan bentuk polipoid dan kemudian
berbentuk ulserasi dan yang paling jelek ada bentuk scirrhous. Penyebaran
karsinoma gaster sering kehati, arteri hepatika dan celiac, pankreas dan hilus
selitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru, otak dan bagian lain saluran
cerna.

Diagram Patoflow
Meroko
k&
alkohol

Faktor
geneti
k

Konsum
si OAINS

Kontak
agen
karsino
gen

Mutasi
gen ECadheri
n

Polip
lambun
g
berulan

Kondisi sosio
ekonomi
rendah

Infeksi
Helicobacter
pylori

Anemia
pernisios
a

Konsumsi
makanan yang di
asinkan,
diasap
atau
yang
diawetkan

Limfom
a MALT
Carcinogenic
nitrosamines
didalam lambung

Perubahan metaplasia
pada epithelium di dinding
lambung
Kanker lambung

Invasi jaringan & efek


kompresi oleh tumor

Kompresi saraf
lokal
Nyeri
retrosternal

Nyeri

Respon
Serabut
lokal

Disfagia
Anoreksia

Intervensi
radiasi dan
kemoterapi

Asupan
Nutrisi tidak
Adekuat
Aktual/Resiko
ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Kerusakan
jaringan lunak
pasca bedah

Resiko
injuri

Respon
Psikolo
gis
Kecemasan
pemenuhan
informasi

Perubaha
n intake
nutrisi

Pasca
Bedah

Penurunan kemampuan batuk


efektif

Intervensi bedah
Gastrektomi

Pre Operatif

Luka Pasca
bedah
Port de entre
pasca bedah

10

Aktual/Resiko ketidakefektifan
bersihan jalan napas

Risiko Infeksi

7. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan fisis.
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan
menurun dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu
massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati yang
iregular, dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
2. Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda
dengan berbagai posisi seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai
dengan komprsi.
3. Gastroskopi dan Biopsi.
Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk
melihat adanya tumor gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan
biopsi ditemukan 94 % pasien dengan tumor ganas gaster sedangkan
dengan sitologi lavse hanya didapatkan 50 %.
4. Pemeriksaan darah pada tinja.
Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult
blood), untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
5. Sitologi.
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan
tumor ganas lambung dengan hasil 80 90 %. Tentu pemeriksaan ini
perlu dilengkapi dengan pemeriksaan gastroskopi dan biopsi.

8. Komplikasi
1. Perforasi

11

Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.


2. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas
lambung sehingga dapat menimbulkan anemia.
3. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang
disertai keluhan muntah-muntah.
4. Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan
infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut
5. Penyebaran
Pada berbagai organ seperti hati, pancreas dan kolon.

9.

Penatalaksanaan
1. Bedah
Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik
adalah

pembedahan.

Walaupun

telah

terdapat

daerah

sebar,

pembedahab sudah dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reaksi


kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak
ada sisa Ca pada irisan lambung, reseksi cairan sekitar yang terkena,
dari pengambilan kelenjar limfa secukupnya.
2. Radiasi
Pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.
3. Kemoterapi
Pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau
kombinasi kemoterapi. Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU,
trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan
hasil 18 30 %.
4. Diit
Diit yang diberikan adalah makanan yang tidak mengiritasi lambung,
suplemen makanan harus tinggi kalori; vitamin A dan C serta besi

12

3)

sehingga perbaikan jaringan dipermudah. Bila gastrektomi

total

dilakukan, vitamin B12 parenteral akan perlu diberikan untuk jangka


waktu yang tidak terbatas.
Makan makanan reguler boleh dilakukan

6 bulan setelah reseksi

lampung parsial. Awalnya makanan diberikan sedikit dan sering, atau


nutrient diberikan melalui selang; nutrisi parenteral total mungkin perlu
dilakukan.

B.

Konsep Asuhan
Keperawatan

1. Pengkajian
a. Pre operasi
Identitas pasien
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
Pengkajian yang didapatkan sesuai stadium kanker lambung.
Keluhan yang dikaji seperti anoreksia, nyeri epigastrium, berat
badan menurun dengan cepat, melena, dan anemia; pada kondisi
ini biasanya sudah ada metastasis dalam kelenjar getah bening,
regional, paru, otak, tulang, dan ovarium.
Pengkajian riwayat penyakit yang pernah diderita seperti ulkus
peptikum atau gastritis kronis yang disebabkan oleh infeksi H.pylori,
perilaku/ kebiasaan yang mendukung peningkatan risiko penyakit
ini, seperti konsumsi alcohol dan tembakau kronis, konsumsi
makanan yang diasinkan, terdapat penurunan berat badan selama
ada riwayat penyakit tersebut.
Psikososial
Pengkajian psikososial biasanya didapatkan adanya kecemasan
berat setelah pasien mendapat informasi menenai kondisi kanker
lambung. Kaji pengetahuan pasien tentang program pengobatan
kanker meliputi: radiasi, kemoterapi, dan pembedahan gastrektomi,
kaji tentang status perkawinan dan adanya orang yang memberikan
dukungan emosional.

13

4)

Pemeriksaan fisik
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan
palpasi massa, observasi adanya acites. Organ ini diperiksa untuk
nyeri tekan atau massa. Nyeri biasanya merupakan gejala lambat.

5)

Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan yang diperlukan seperti radiografi, endoskopi, biopsy,
sitologi, dan laboratorium klinik.
Pengkajian penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium

6)

dan pengelompokan stadium tumor. Intervensi yang lazim dilakukan


adalah tindakan endoskopi, kemoterapi, radioterapi, dan intervensi
bedah.
b.

Post operasi
1) Melakukan pengkajian awal dan melanjutkan dengan segala
intervensi keperawatan segera.
2) Pada pasca operasi, pasien di kaji terhadap komplikasi sekunder
akibat

intervensi

bedah

seperti

hemoragi,

abdomen, atau penurunan status nutrisi.


3) Pengkajian segera pasien bedah saat

infeksi,

kembali

ke

distensi
ruangan

perawatan:
Respirasi: kepatenan jalan napas; kedalaman, frekuensi, dan
karakter pernapasan; sifat dan bunyi napas.
Sirkulasi: Tanda-tanda vital termasuk tekanan darah; kondisi kulit.
Neurologi: Tingkat respons
Drainase: Adanya drainase; keharusan untuk menghubungkan
selang ke system drainase yang spesifik; adanya dan kondisi
balutan.
Kenyamanan: tipe nyeri dan lokasi; mual atau muntah; perubahan
posisi yang dibutuhkan.
Psikologi: sifat dari pertanyaan pasien; kebutuhan akan istirahat
dan tidur; gangguan oleh kebisingan, pengunjung; ketersediaan bel
pemanggil atau lampu pemanggil.
14

Keselamatan: Kebutuhan akan pagar tempat tidur; drainase selang


tidak tersumbat; cairan IV terinfus dengan tepat dan letak IV
terbebat dengan baik.
Peralatan: Diperiksa untuk fungsi yang baik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan tidak adekuat.
3) Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit dan rencana
pembedahan.
4) Pemenuhan

informasi

berhubungan

dengan

adanya

evaluasi

diagnostic, intervensi pengobatan, dan rencana perawatan rumah.


b. Post-Op
1) Ketidakefektifan pola nafas b.d kemampuan batuk menurun, nyeri
pasca bedah
2) Nyeri berhubungan dengan insisi bedah.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan system gastrointestinal pada pasca operatif..
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entre luka
pasca bedah.
5) Risiko

injuri

berhubungan

dengan

pacsa

prosedur

bedah

gastrektomi.
3. Rencana Keperawatan
a. Pre-Operasi

1). Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker


Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
15

Criteria hasil : TTV dalam batas normal, klien mengatakan nyeri


berkurang, klien tampak rileks
Rencana Tindakan:
1)

Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekuensi (PQRST)


Rasional: mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk
intervensi selanjutnya
2)

Lakukan manajemen nyeri sesuai skala nyeri:


a.
Atur posisi fisiologis
Rasional: meningkatkan rasa nyaman dengan mengurangi
sensasi tekan pada area dapat yang sakit.
b. Ajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam pada saat rasa
nyeri dating
Rasional: hipoksemia local dapat menyebabkan rasa nyeri dan
peningkatan suplai oksigen pada area nyeri dapat membantu
menurunkan rasa nyeri.
c. Ajarkan metode distraksi
Rasional: pengalihan rasa nyeri dengan cara distraksi dapat
meningkatkan respons pengeluaran endorphin untuk memutus
reseptor rasa nyeri.
d. Beri manajemen sentuhan berupa pemijatan ringan pada area
sekitar nyeri.
Rasional: meningkatkan respons aliran darah pada area nyeri

3)

dan merupakan salah satu metode pengalihan perhatian.


e. Beri kompres hangat pada area nyeri.
Rasional: meningkatkan respons aliran darah pada area nyeri.
Kolaborasi dengan pemberian analgesic secara periodic.
Rasional: mempertahankan kadar obat dan menghindari puncak
periode nyeri.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan tidak adekuat.
Tujuan: nutrisi dapat terpenuhi
Criteria hasil: pemasukan nutrisi adekuat, BB pasien stabil, mukosa
mulut lembab, turgor kulit elastic, TTV dalam batas normal, Hasil
laboratorium normal.
16

Intervensi:
1. Kaji pola makan pasien
Rasional: mengidentifikasi

kekuatan/defisiensi

nutrisi

dan

membantu dalam menentukan intervensi yang tepat.


2. Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep.
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional: membantu dalam identifikasi mal nutrisi protein-kalori,
khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik
kurang dari normal.
3. Berikan makan porsi kecil tapi sering dengan memberi makanan
yang tidak mengiritasi lambung.
Rasional: memaksimal intake nutrisi tanpa kelelahan dan energy
besar serta menurunkan iritasi saluran cerna.
4. Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan mengunyah
makanan dengan saksama.
Rasional: agar makanan dapat lewat dengan mudah ke lambung.
5. Anjurkan dan bantu pasien untuk mempertahankan hygiene oral
yang baik.
Rasional: menurunkan rasa tidak enak karena sisa makanan.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan
jenis diet yang tepat.
Rasional: merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup
untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori
sehubungan dengan status hipermetabolik klien.
7. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN,
protein serum, dan albumin.
Rasional: menilai kemajuan

terapi

diet

dan

membantu

perencanaan intervensi selanjutnya.


8. Kolaborasi untuk pemberian multivitamin
Rasional: multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
vitamin yang tinggi sekunder dari peningkatan laju metabolisme
umum.
3). Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan

17

Criteria hasil: Kecemasan pasien berkurang, klien tampak lebih


rileks dan santai, klien dapat berpartisipasi aktif dalam aturan
pengobatan.
Rencana Tindakan:
1.

Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien


Rasional:

pasien

kooperatif

dalam

segala

tindakan

dan

mengurangi kecemasan pasien


2.

Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan


ketakutannya
Rasional: untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang
diagnosa medik
Rasional: memberikan informasi yang perlu untuk memilih
intervensi yang tepat
4. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dank lien.
Rasional: hubungan saling percaya membantu memperlancar
5.

proses terapeutik.
Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.
Rasional: rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila
sudah

teridentifikasi

dengan

baik,

maka

perasaan

yang

mengganggu dapat diketahui.


6. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari
memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional: dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan
pasien membuat keputusan/pilihan berdasarkan realita.
7. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya dan potensial
efek samping. Membantu pasien menyiapkan pengobatan.
Rasional: tujuan pengobatan kanker menghancurkan sel-sel
maligna sambil meminimal kerusakan pada sel yang normal.
4) Pemenuhan informasi berhubungan dengan adanya evaluasi
diagnostic, intervensi pengobatan, dan rencana perawatan rumah.
Tujuan: informasi kesehatan terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

18

Criteria hasil: pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan


kesehatan yang diberikan.
Rencana tindakan:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang prosedur diagnostic,
program pengobatan, dan rencana perawatan di rumah.
Rasional: tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi
sosioekonomi

pasien,

perawat dapat lebih

terarah

dalam

memberikan pendidikan sesuai dengan pengetahuan pasien


secara efektif dan efisien.
2. Cari sumber yang meningkatkan penerimaan informasi.
Rasional: keluarga terdekat pasien perlu dilibatkan
pemenuhan
3.

informasi

untuk

menurunkan

risiko

dalam

kesalahan

interpretasi terhadap informasi yang diberikan.


Jelaskan pada pasien tentang pemeriksaan diagnostik yang akan
dilakukan.
Rasional : persiapan dan penjelasan yang rasional meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pemeriksaan diagnostic.


4. Jelaskan dan lakukan pemenuhan dan persiapan pembedahan.
Rasional: manfaat dari instruksi praoperatif telah diketahui sejak
lama.

Setiap

pasien

mempertimbangkan

diajarkan
segala

sebagai

keunikan,

individu
tingkat

dengan
ansietas,

kebutuhan, serta harapan-harapannya terhadap prosedur bedah


yang akan dijalani.
5. Berikan informasi pada pasien dan keluarga yang akan menjalani
perawatan rumah.
Rasional: informasi

yang

akurat

membantu

pasien

dalam

melakukan perawatan diri dirumah.


b.

Post-Operasi
1). Ketidakefektifan pola nafas b.d kemampuan batuk menurun, nyeri pasca bedah
Tujuan : kebersihan jalan napas pasien tetap optimal setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

19

Criteria hasil : jalan napas bersih, bunyi napas normal, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan, TTV dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1.
2.

Kaji dan monitor jalan napas.


Rasional: deteksi awal untuk interpretasi intervensi selanjutnya.

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels,
ronchi.
Rasional:

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan

obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya


bunyi nafas adventisius misalnya: penyebaran, krekels basah
(bronkitis), bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema)
atau tidak adanya bunyi nafas (asma berat).
3.

Instruksikan pasien untuk napas dalam dan melakukan batuk efektif.


Rasional: pada pasien pasca bedah dengan tingkat toleransi yang
baik, pernapasan diafragma dapat meningkatkan ekspansi paru.

4.

Batuk juga didorong untuk melonggarkan sumbatan mucus.


Beri oksigen 3 liter/menit.
Rasional: pemberian oksigen dilakukan pada fase awal pasca
bedah. Pemenuhan oksigen dapat membantu meningkatkan PaO2
di cairan otak yang akan memengaruhi pengaturan pernapasan.
5. Bersihkan secret dan lakukan suctioning apabila kemampuan
mengevaluasi secret tidak berhasil.
Rasional: kesulitan bernapas dapat terjadi akibat sekresi lendir
yang berlebihan.
6. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional: Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Sokongan tangan/kaki
dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot
dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

2). Nyeri berhubungan dengan insisi bedah.

20

Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan


keperawatan.
Criteria hasil : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan :
1.

Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekuensi (PQRST).


Rasional: mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk
intervensi selanjutnya
2.

Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam


Rasional: tehnik relaksasi dapat mengatasi rasa nyeri karena
asupan oksigen terpenuhi.

3.

Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.


Rasional: distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan

stimulasi internal.
4.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik intravena.


Rasional: analgetik membantu menghambat stimulasi nyeri ke
pusat persepsi nyeri di kortek serebri sehingga nyeri dapat
berkurang.

3).Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


perubahan system gastrointestinal pada pasca operatif.
Tujuan: asupan nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Criteria hasil: pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan
yang tepat, terjadi penurunan refluk esophagus, TTV dalam batas
normal, Berat Badan normal/meningkat.
Rencana tindakan:
1. Kaji kondisi dan toleransi gastrointestinal pascagastrektomi.
Rasional: parameter penting adalah dengan melakukan auskultasi
bising

usus.

Apabila

bising

usus

terdengar

artinya

fungsi

gastrointestinal sudah pulih setelah anestesi umum.


2. Lakukan perawatan mulut.
Rasional: intervensi ini menurunkan risiko infeksi oral.
3. Masukkan 10-20 ml cairan sodium klorida setiap sif melalui selang
nasogastrik.

21

Rasional: pembersihan ini selain untuk menjaga kepatenan selang


nasogastrik juga untuk meningkatkan penyembuhan pada area
pascagastrektomi.
4. Berikan nutrisi cair melalui selang nasogastrik atau atas instruksi
medis.
Rasional: pemberian nutrisi cair dilakukan untuk memenuhi asupan
nutrisi melalui gastrointestinal.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nutrisi yang akan
digunakan pasien.
Rasional: ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan
jenis makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
individu.
6. Hindari makan 3 jam sebelum tidur.
Rasional: intervensi untuk mencegah terjadinya refluks.
4).Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entre luka pasca
bedah.
Tujuan: terjadi perbaikan pada integritas jaringan lunak dan tidak
terjadi infeksi.
Criteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada
area luka pembedahan, leukosit dalam batas normal, TTV dalam
batas normal.
Rencana tindakan:
1. Jaga kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering.
Rasional: kondisi bersih dan kering akan menghindari kontaminasi
komensal-yang akan menyebabkan respons inflamasi local dan
akan memperlambat proses penyembuhan luka.
2. Lakukan perawatan luka steril pada hari ke dua pasca bedah.
Rasional: perawatan luka sebaiknya tidak dilakukan setiap hari
untuk mengurangi kontak dengan luka yang steril, sehingga
mencegah kontaminasi kuman pada luka bedah.
3. Angkat drain pasca bedah sesuai instruksi medis.
Rasional: pengangkatan drain sesuai indikasi bertujuan untuk
menurunkan risiko infeksi.
4. Kolaborasi penggunaan antibiotic.

22

Rasional: antibiotic injeksi diberikan selama tiga hari pasca bedah


5)

kemudian dilanjutkan oral sampai jahitan dilepas.


Resiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur

bedah

gastrektomi.
Tujuan:pasien tidak mengalami injuri
Criteria hasil: TTV dalam batas normal, tidak terjadi infeksi pada
daerah insisi, kondisi kepatenan selang dada optimal.
Rencana tindakan:
1. Lakukan perawatan diruang intensif.
Rasional: untuk menurunkan risiko injuri dan memudahkan
intervensi pasien selama 48 jam diruang rawat.
2. Kaji factor-faktor yang meningkatkan risiko injuri.
Rasional: saat kondisi pasca bedah, akan terdapat banyak drain
pada tubuh pasien.
3. Pertahankan status hemodinamik yang optimal.
a. Pantau pengeluaran urine rutin
Rasional: pasien pasca prosedur esofagektomi

akan

mengalami transudasi cairan ke interstisial.


b. Evaluasi secara hati-hati dan dokumentasikan intake dan
output cairan.
Rasional: perawat mendokumentasikan jumlah urine dan
waktu pencatatan, serta memeriksa kepatenan saluran
urine.
4. Monitor kondisi selang nasogastrik.
Rasional: menurunkan risiko kerusakan anastomosis.
5. Monitor adanya komplikasi kebocoran anastomosis pasca bedah,
seperti hipertermi, nyeri inflamasi,takipnea,takikardi, hipoksemia,
dan perubahan warna pada selang drainase.
Rasional: kebocoran merupakan salah satu komplikasi tersering
pada pasca bedah gastrektomi.
6. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic pasca bedah.
Rasional: antibiotic menurunkan
risiko infeksi

yang

akan

menimbulkan reaksi inflamasi local dan dapat memperlambat


proses penyembuhan pascafunduplikasi lambung.
4. Evaluasi
a. Diagnosa pre operasi
1) Terjadi penurunan respon nyeri
23

2) Mendapatkan nutrisi optimal.


3) Kecemasan berkurang.
4) Informasi kesehatan berkurang.
b. Diagnosa post operasi
1) Pola napas efektif.
2) Mendapatkan tingkat kenyamanan.
3) Mendapatkan nutrisi optimal.
4) Infeksi tidak terjadi.
5) Tidak mengalami injuri dan komplikasi pascabedah.

BAB III
PENUTUP

24

A. KESIMPULAN
Setelah mempelajari tinjauan teoritis, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Carsinoma Gaster merupakan tumor ganas yang mengandung atau terdiri dari
jaringan lemak. Bila lipoma ini tumbuh pada daerah retroperitoneal dan perirenal
sering menjadi liposarcoma: tumor ganas yang tumbuhnya cepat dan infiltrat.
Maka untuk pencegahan dini hal tersebut di atas bagi tenaga kesehatan terutama
perawat profesional untuk memberi penyuluhan kepada para pasien yang
mengalami adanya benjolan untuk periksa dan perlunya pengangkatan benjolan
tersebut untuk menghindari komplikasi lebih lanjut dan dapat membahayakan
nyawa pasien

B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan ialah :
1. Diharapkan pasien dan keluarga untuk tetap menjaga pola makan agar
tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang instan dan dimasak
dengan cara di bakar atau diasapkan.
2. Diharapkan kepada perawat agar tidak menganggap remeh terhadap
tanda dan gejala ketika masih ringan karena jika penyakit ini terlambat
ditangani maka akan mengakibatkan komplikasi yang berat pada pasien
serta mengancam nyawa pasien.
3. Diharapkan kepada pasien dan keluarga untuk rutin control ke dokter
untuk pemantauan terapi.

Daftar Pustaka

25

Smeltzer, S. C, & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah


Brunner & Suddarth. Edisi 8, Vol. 2. Jakarta:EGC
Carpenito, L. J. (1999). Diagnosa dan rencana keperawatan. Ed 3. Jakarta : Media
Aesculappius.
Purnawan, A. S., & Husna, A. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Buku ajar gangguan gastrointestinal aplikasi
asuhan keperawatan medical bedah. Jakarta:Salemba Medika.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Marcellus, S. K., & Setiati, S. (2009). Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5, jilid 3. Jakarta:InternaPublishing
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2000). Rencana asuhan
keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta:EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai