Material Cetak
Material Cetak
PENDAHULUAN
A. Definisi Material cetak
Beberapa alat kedokteran gigi, misalnya gigi tiruan sebagian (OTS), gigi
tiruan lengkap (GTL), alat orthodonsi, serta mahkota dan jembatan, dibuat di luar
rongga mulut. Pembuatan alat tersebut memerlukan tiruan/model jaringan rongga
mulut pasien. Model ini dibuat dengan cara mencetak jaringan rongga mulut
pasien, dengan demikian diperlukan material cetak.
Material cetak adalah bahan untuk membuat replika/ tiruan/cetakan akurat
dan jaringan mulut. Jaringan mulut terdiri dari jaringan keras dan lunak. Cetakan
jaringan keras dapat berupa 1 gigi, beberapa gigi, sebagian rahang dan gigi,
rahang dan selunih gigi, atau rahang tanpa gigi. Hasil cetakan berupa reproduksi
negatif, kemudian diisi bahan model (gips) sehingga menghasilkan model positif.
Model gips ini yang digunakan untuk pembuatan alat-alat kedokteran gigi.
B. Persyaratan Material cetak
Syarat material cetak dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu pasien dan dokter gigi
(Tabel I).
Tabel I : Persyaratan material cetak ditinjau dan pasien dan dokter gigi
1.
2.
3.
4.
5.
Pasien
Rasa dan bau netral
Waktu setting pendek
Sendok cetak kecil
Mudah dikeluarkan
Tidak beracun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dokter gigi
Mudah dimanupulasi
Waktu kerja pendek
Mudah dikeluarkan
Kualitas cetakan bagus
Murah
Mudah didisinfeksi
Persyaratan matenal cetak dapat dibahas dengan tepat dalam empat topik
utama, yaitu : (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi cetakan, (2)
Faktorfaktor yang mempengaruhi stabilitas dimensi cetakan, (3) Variabel
manipulatif, seperti kemudahan penanganan, dan karakteristik setting, serta (4)
Faktor-faktor tambahan, seperti biaya, rasa, dan warna.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi cetakan
Ada 3 hal yang mempengaruhi akurasi cetakan, yaitu reologi, perubahan
dimensi saat setting, dan elastisitas. Tiga hal ini merupakan faktor yang
mempengaruhi akurasi material cetak selama penode insersi di dalam rongga
mulut, saat setting, dan pelepasan cetakan dari rongga mulut.
a. Reologi
Agar dapat mencetak rincian halus jaringan keras dan lunak rongga
mulut, material cetak hams berbentuk cair ketika dimasukkan ke dalam
mulut pasien. Hal mi memerlukan viskositas yang rendah atau derajat
pseudoplastisitas. Saat pencetakan, material cetak dapat berinteraksi
dengan saliva. Hal ini dapat mempengaruhi reproduksi rincian halus. Ada
material cetak yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) sehingga dapat
memmbulkan lubang-lubang kecil pada hasil cetakan. Beberapa material
cetak bersifat hidrofilik sehingga Iebih kompatibel dengan kelembaban dan
saliva.
b. Perubahan dimensi saat Setting
Setting material cetak melalui penibahan fisik yang sederhana atau
reaksi kimiawi. Proses tersebut dapat menyebabkan perubahan dimensi
yang biasanya akan mempengaruhi akurasi. Material cetak yang mengalami
kontraksi selama setting akan menghasilkan ekspansi/pembesaran rongga
cetakan, sedangkan material cetak yang mengembang selama setting akan
menghasilkan model yang ukurannya lebih kecil. Material cetak akan
mengalami perubahan temperatur sekitar 100 saat dikeluarkan dan mulut
pasien. Hal tersebut dapa menimbulkan kontraksi termal.
c. Elastisitas
Material cetak harus memiliki elastisitas dan tear resistance yang
cukup baik agar dapat mencetak undercut. Material cetak yang elastis akan
mampu mencetak undercut secara akurat. Material cetak yang plastis akan
mengalami distorsi selama pelepasan cetakan dan tidak dapat mencetak
undercut. Material cetak viskoelastis menghasilkan bentuk yang berubah
dan aslinya. Saat dilepas dari rongga mulut, material cetak akan mengalami
tegangan tank yang besar di daerah undercut. Material cetak hams mampu
menahan tegangan tersebut tanpa robek. Dengan demikian, diperlukan
material cetak dengan tear resistance (ketahanan terhadap perobekan)
yang tinggi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas dimensi hasil cetakan
Setelah cetakan dilepas dan rongga mulut, dilakukan pengisian cetakan
untuk mendapatkan reproduksi positif. Tahap ini seringkali ditunda karena
beberapa alasan, misalnya dokter tidak mengisi cetakan sendiri dan
kombinasi sifat yang paling ideal adalah waktu kerja yang panjang dan
waktu setting yang pendek.
c. Tipe sendok cetak.
Bila sendok cetak tidak tepat, material cetak dapat lepas dan sendok
sehingga terjadi distorsi pada cetakan.
4. Faktor-faktor tambahan
Material cetak harus tidak beracun, tidak iritan, bersih waktu digunakan,
dan mempunyai bau serta rasa yang dapat diterima. Material juga harus
mempunyai shelf life yang panjang, hingga dapat disimpan lama sebelum
digunakan.
C. Klasifikasi Material cetak
Material cetak dapat diklasifikasikan atau dikelompokkan menurut beberapa
cara :
1. Berdasarkan nama kimiawi generiknya. Misalnya: material cetak silikon dan
material cetak zink oksida eugenol.
2. Berdasarkan
sifat
bahan
sebelum
setting
(viskositasnya).
Viskositas
mempengaruhi detil jaringan keras yang dapat dicatat dan tingkat kompresi
jaringan lunak. Material cetak yang awalnya sangat cair disebut mukostatik
karena sedikit menekan jaringan, sedangkan material cetak yang awalnya
sangat kental disebut mukokompresif.
3. Berdasarkan sifat bahan sesudah setting (elastisitasnya). Elastisitas dan
ketegaran material cetak mempengaruhi kemampuan bahan untuk mencetak
undercut. Material cetak dikelompokkan dalam 2 kelompok, yaitu jenis non
elastik (rigid/kaku) dan elastik. Material cetak non elastik adalah material cetak
yang tidak dapat melalui undercut sehingga penggunaannya terbatas pada
pasien tak bergigi dan tanpa undercut bertulang. Material cetak elastik adalah:
material cetak yang dapat melalui undercut, digunakan pada pasien bergigi
lengkap, bergigi sebagian, atau tanpa gigi.
Klasifikasi material cetak yang sering digunakan adalah berdasarkan
elastisitasnya (Tabel II).
NON ELASTIK
Hidrokoloid
Plaster of Paris
1. Agar-agar (reversibel)
Impression Compound 2. Alginat (ireversibel)
Zink oksida eugenol/
ZOE
Impression waxes
ELASTIK (Elastomer)
1. Polisulfida
2. Polieter
3. Silikon
Material cetak
Plaster of Paris
Zink oksida eug.
Compo/ZOE
Alginat
Sendok cetak
Stok/khusus
Khusus
Stok
Stok/khusus
Alginat
Elastomer
Stok/khusus
Khusus
Elastomer
Khusus
->
Komponen tambahan
->
2. Reaksi setting
Serbuk gips plaster bila dicampur dengan air akan bereaksi membentuk
massa kalsium sulfat dehidrat yang kaku. Reaksi yang terjadi sama dengan
reaksi pada gips plaster untuk model.
(CaSO4)2.H2O
+ 3H2O >
Kalsium sulfat
air
hemihidrat
2 CaSO4.2 H20
Kalsium sulfat
dihidrat
3. Sifat-sifat
a. Viskositas rendah sehingga material cetak ini bersifat mukostatik.
b. Hidrofilik sehingga dapat beradaptasi baik dan dapat mencetak detil.
c. Kaku setelah setting sehingga tidak dapat mencetak undercut sehingga
hanya digunakan untuk mencetak rahang tanpa gigi.
d. Menimbulkan sensasi kering pada pasien.
B. Impression Compound
Material cetak ini sekarang jarang digunakan.
1. Komposisi
Komposisi bahan cetak ini sangat bervariasi dan biasanya menjadi
rahasia pabrik. Komposisi material cetak ini adalah campuran resin alami (mis.
shellac, dammar, rosin), wax (beeswax, colophony), plasticiser (guttapercha,
asam stearat), dan bahan pengisi (kalsium karbonat, lime stone).
2. Sifat-sifat
a. Material cetak ini sangat kental maka bersifat mukokompresif sehingga
tidak dapat mencetak detil.
b. Bila dingin kaku sehingga tidak dapat mencetak undercuts.
c. Stabiltas dimensi jelek dan konduktivitas panas rendah.
3. Manipulasi
Material cetak ini sebelum digunakan harus dilunakkan terlebih dahulu
dalam waterbath dengan suhu 55 - 60o C.
4. Aplikasi
Material cetak ini digunakan untuk cetakan awal rahang tak bergigi
Sehingga memerlukan sendok khusus.
C. Pasta Zink Oksida Eugenol
1. Komposisi
Material cetak ini sediaannya berupa 2 pasta dengan warna yang kontras.
Pasta 1 adalah pasta base (dasar) dan pasta 2 adalah pasta katalis. Pasta 1 =
base
Zink oksida
Zink asetat
-> akselerator
Kaolin/talk
2. Reaksi setting
Asam + basa
2C101H2O2 + ZnO
g. Melekat pada kulit, maka kulit disekitar rongga mulut pasien perlu dilindungi
dengan petroleum jelly.
b. Borax 0,2%
c. Potasium sulfat 2%
d. Air 83,8%
5. Aplikasi
Material cetak agar-agar
agar agar digunakan untuk pencetakan dalam pembuatan
gigi tiruan, mahkota dan jembatan.
C. Material cetak Alginat
Bahan dasar material cetak alginat adalah
ah asam alginat yang berasal dari
rumput laut. Beberapa atom hidrogen pada gugus karboksil diganti oleh natrium,
potasium, atau ammonium. Senyawa tersebut larut dalam air. Formula struktur
yang sodium alginat dapat dilihat pada Gambar 2.
1. Komposisi
a. Sodium alginat 18%
c. Sodium fosfat 2%
Sodium silikofluorida 4%
-> kontrol pH
(2) NanAlg
g + n CaSO4
Gambar 3 :
3. Manipulasi
Material cetak alginat tersedia dalam kantung besar (untuk beberapa kali
pencetakan) atau sachet. Sebelum digunakan, material cetak harus dikocok
agar homogen atau komponennya tersebar merata. Perbandingan serbuk
dengan air (Water- powder ratio , atau W/P ratio) diukur sesuai petunjuk pabrik.
Biasanya telah disediakan sendok ukur untuk serbuk dan gelas ukur untuk
aimya. Digunakan air dengan suhu ruang. Bila air Iebih panas dan suhu ruang
akan mempercepat
empercepat reaksi, dan bila lebih
lebih dingin akan memperlambat reaksi.
Pengadukan air dan material cetak dilakukan dalam rubber bowl
(mangkuk plastik) dengan memakai spatula. Retensi alginat dengan sendok
cetak dapat melalui pemakaian sendok cetak berlubang atau bahan adesif
(sticky wax atau metil selulosa). Cetakan alginat harus dilepas dan secara
cepat dan jaringan mulut agar elastisitasnya tetap baik. Setelah dilepas,
cetakan alginat sebaiknya dicuci den
dengan
gan air dingin untuk menghilangkan saliva,
ditutup dengan serbet basah untuk mencegah sineresis, dan segera diisi gips
(kurang dan 15 menit dan pencetakan).
Berdasarkan sifat settingnya, material cetak alginat dibagi dalam 2 tipe
(Tabel IV).
Tabel IV : Penggolongan material cetak alginate menurut sifat settingnya.
Indicator
Waktu pengadukan
Waktu kerja
Waktu setting
Regular set
1
menit
3 - 4,5 menit
1 - 4,5 menit
Fase set
0,75
menit
1,25-2 menit
1 -2
menit
4. Sifat-sifat
1. Akurasi
Material cetak alginat cukup cair sehingga dapat mencetak detil permukaan.
Selama waktu kerja tidak ada perubahan viskositas. Selama setting,
Sebaiknya cetakan alginat tidak digerakkan. Elastisitas cukup baik, maka
dapat melewati undercuts. Alginat dapat robek bila undercuts terlalu besar.
Stabilitas dimensi kurang baik, karena terjadi evaporasi. Kompatibilitas
dengan gips baik.
2. Sifat lain.
a. tidak toksik, tidak iritan, bau dan rasanya dapat diterima.
b. Waktu setting tergantung komposisi dan suhu pencampuran.
c. Material cetak alginat tidak stabil dalam penyimpanan bila kondisinya
lembab atau suhunya tinggi.
d. Sulit disterilisasi, semprotan disinfektan mempengaruhi detil permukaan
sedangkan perendaman mempengaruhi ketepatan dimensinya.
5. Aplikasi
Material cetak alginat digunakan dalam pencetakan untuk alat prostetik
(gts, gtl) dan orthodontik. Alginat tidak baik untuk inlay, mahkota dan jembatan.
6. Perkembangan baru
a. Dustless alginates (alginat bebas debu). Penambahan glycol akan
menghasilkan alginat yang bebas debu.
b. Siliconised alginates. Alginat sistem 2 pasta, dengan tambahan polimer
silikon. Daya tahan terhadap perobekan tinggi, tetapi stabilitas dimensinya
jelek.
c. Kombinasi agar/alginat. Digunakan untuk pencetakan inlay.
: polisulfida
bahan pengisi (Ti02) 11 -54%
Katalis
Minyak
2. Reaksi setting
Reaksi setting polisulfida terjadi
ter
melalui oksidasi gugus -SH
SH terminal
danpendant -SH
SH (gugus merkaptan) oleh PbO2.
PbO Oksidasi gugus -SH
SH terminal
menghasilkan pemanjangan rantai dan oksidasi pendant -SH
SH menghasilkan
ikatan silang antar rantai polisulfida. Reaksi polimerisasi kondensasi ini
menghasilkan
ilkan satu molekul air sebagai hasil
h
samping pada setiap tahap reaksi
(Gambar 4). Saat pemanjangan rantai terjadi, viskositas polisulfida meningkat.
Bila derajat pengikatan silang mencapai
ai tingkat tertentu, polisulfida menjadi
bersifat elastis.
Gambar 4
3. Modifikasi
Penggunaan
ggunaan senyawa timah hitam (PbO2)
(PbO2) dalam material cetak
polisulfida menjadi perhatian karena timah hitam bersifat toksik. Dilakukan
beberapa
rapa modifikasi untuk menghindari penggunaan
gunaan timah hitam. Pertama,
PbO2 diganti t-butil
butil hidroperoksida, atau cumene hidroperoksid tetapi bahan
tersebut mudah menguap sehingga menyebabkan pengkerutan
p
rutan material cetaic
Kedua, PbO2
2 diganti zink karbonat yang penanganannya
penanganannya bersifat lebih bersih
dibandingkan
gkan dengan polisulfida konvensional.
C. Silikon Kondensasi
Ada dua macam silikon, yaitu silikon kondensasi (condensation
(condensation-cured
silicones) dan silikon adisi (addition-cured
(addition cured silicones) . Bahan dasar keduanya
adalah polimer polidimetil siloksan (polydimethyl siloxane polymer) tetapi
mempunyai gugus akhir yang berbeda serta mekamsme reaksi setting yang
berbeda pula.
Silikon kondensasi berbentuk sediaan
sediaan 2 pasta, pasta dasar (base) dan
katalis (reaktor).
1. Komposisi
Base
Reaktor
cross-linking
linking agent (alkoksi ortosilikat,
organo hidrogen siloksan)
aktivator (dibutyl-tin
(dib
dilaurate)
organohidro
siloksan.
Gambar 7 : Reaksi silikon dengan organohidrogen
D. Silikon Adisi
Silikon adisi penggunaannya lebih luas karena dapat mengatasi adanya hasil
samping seperti pada silikon kondensasi.
ko
Sediaannya terdiri dari 2 pasta dengan
viskositas yang bervariasi, yaitu putty, heavy, medium, danlight.
1. Komposisi
Base
Katalis
polivinil siloksan
katalis logam mulia (H2PtC16)
bahan pengisi
2. Reaksi setting
Reaksi setting silikon adisi dengan katalis logam mulia (platinum) akan
membentuk polimer silikon yang berikatan silang (cross-link
(cro link silicone rubber)
tanpa hasil
asil samping (Gambar 9).
Katalis
aromatik sulfonat
plasticizer
bahan pengisi
2. Reaksi setting
Reaksi setting polieter
poliete terjadi dengan pengikatan silang
lang gugus imina
melalui polimerisasi kationik. Reaksi ini tanpa hasil samping maka stabilitas
Densitas gr/cm3
Warna
Melting point C
Reaksi
Resistensi thd tarnish
Efek thd hardness
Au
19,3
kuning
1063
inert
excellent
-
Pt
21,5
putih
1769
inert
excellent
naik
Pd
12,0
putih
1552
mild
very good
naik
Cu
9,0
merah
1083
reaktif
fair
naik
Ag
10,5
putih
961
aktif
poor
naik
gravitasi). Aloi mempunyai kekuatan (strength) tertentu. Srength ini tidak dengan nilai
mutlak tetapi ada simpangan distorsi dan ukurannya dan dikenal sebagai persentase
distorsi strength yang disebut dengan % offset. Aloi yang mempunyai hardness lebih
tinggi dibanding dengan email gigi, maka bila digunakan akan berakibat pada gigi
antagonis menjadi aus dan terjadi gangguan system temporomandibular joint (TMJ).
Penggunaan aloi dalam mulut dan gigi memerlukan persyaratan utama yakni
biokompatibilitas aloi tinggi. Dengan demikian penggunaan aloi untuk klims sangat
diperukan uji biokompatibilitas. Pada umumnya biokompatibilitas aloi berkorelasi
dengan korosi. Unsur logam yang lepas, dapat menyebabkan reaksi sampingan
berupa: alergi, initasi,dermatitis, rasa logam dll. Aloi base metal mempunyai sifat
predominan untuk terjadinya lepasan unsur logam.
BASE METAL
Aloi ini mempunyai tendensi terjadi korosi. Jenis aloi ini banyak digunakan
untuk kedokteran gigi meliputi unsur: Ti, Ni, Cu, Ag dan Zn. Bila aloi ini dipadu dengan
nobel metal, maka akan terjadi peningkatan sifat fisis-mekanis. Misalnya penambahan
Cu akan memperkeras dan memberikan warna kemerahan pada aloi. Penambahan Zn
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya oksidasi pada waktu peleburan dengan
mekanisme scavenger dan oksida yang terapung pada permukaan cairan logam.
Binary system
Ternary system
Type II alloy (medium): untuk gigi dengan mendapat tekanan moderat misalnya
untuk % crown, abutment, pontic, full crown.
Type III alloy (hard): untuk gigi yang mendapat teanan okiusal tinggi termasuk
% crown, full crown, cast backing, abutment, pontic, denture base, fixed partia
dentre (kecil), inlay.
Type IV alloy (extra hard): untuk inlay, denture bar, clasp, full crown, fixed
partial denture, partial denture frame work.
Metal ceramic alloy (hard & extra hard): coping, veneer dental porcelain, crown
(dinding tipis).
Removable partial denture alloy: RPD frame work ,iatnya ringan tetapi kuat.
Alloi ini digunakan sebagai pengganti Type IV alloy.
High noble alloy: jika Au lebih dari 40% dan noble metal minimal 60%
Noble alloy: Jika noble metal minimal 25%, boleh tanpa emas.
Base metal alloy: tana emas dan kandngan noble metal kurang dari 25%
Melting
range (C)
Density
Gn/cm3
Yield
strength
MPa
Hardness
Kg/mm2
1045-1140
910-1045
18,4
15,6
420/470
270/400
175/195
135/195
865-925
1100-1190
1020-1100
12,4
10,6
10,6
325/520
1145
260/325
125/215
425
140/1 55
1275
1400-1500
1700
7,5
7,5
4
710
870
300
340
380
-
Au%
83
77
75
70
46
15
-
Cu%
6
7
9
10
8
14
-
Ag%
10
14
11
11
40
45
70
Pd%
0,5
1,0
3,5
3,5*
6
25
25
VHN
60-90
90-120
120-150
150-200
180-299
170-200
150
Keterangan: *) +1% Pt
Penggunaan di KG:
Gold-platinum: full cast, porcelain bonding
Gold-copper-silver: full cast
Silver-gold-copper: full cast
Palladium-copper: full cast, porcelain bonding
Silver-palladium: full cast, porcelain bonding
Ni-based: full cast, porcelain bonding, partial denture, wrought
C-based: full cast, porcelain bonding, partial denture, wrought
Elongasi
30
25
10-20
5-10
5-10
5-10
5-10
Warna
Gold
Gold
Gold
Gold
Gold
White
White
Pt%
9
38
-
Pd%
5
65
80
-
Cu%
15
-
Ag%
35
-
% dll
9 (In)
5
65 (In), 17 (Cr)
carcinogenic,
akan
tetapi
dalam
bentuk
alloi
belm
terbukti
NON-NOBLE ALLOY di KG
Penggunaan untuk: orthodonsi, prosthodonsi, pediatric dentistry, oral surgery.
Sifat penting alloy:
Ductility: alloi mampu dibengkok (bent), di bentuk (shaped) tanpa terjadi breaking.
Stiffness: alloi mempunyai resistensi terhadap elastic deformation
Tidak mengalami korosi dan mempunyai biokompatibilitas yang cukup
Stainless steel:
Penggunaan: sebagai material instrument dan untuk aplikasi di KG (crown,
band, bracket, wire dli).
Komposisi:
-
Iron base alloy dengan fraksi C kurang dari 1,2% sedangkan bila kadar C lebih dari
2,5% disebut cast iron.
Tambahan Cr lebih dari 12% menyebabkan alloy ini bersifat tahan karat (stainless)
dengan mekanisme Cr yang sangat reaktif terhadap oksigen membentuk
passivating film dan berperan sebagai protective-coating lapisan dibawahnya.
Kalau didalam saliva terlalu banyak ion Cl maka Cr akan tergeser dan sukar terjadi
repassivating sehingga terjadi pitting corrosion.
Formula umum: Fe (69%), Cr (18%), Ni (8%), Mo (5%) dan C (0,2%) Dalam hal ini
Mo berperan sebagai harden & streng then materials.
Cobalt-chromium alloy
Co-Cr alloy digunakan dalam aplikasi keokteran gigi: wire orthodontic, structural
prosthodonsi (frame work).
Komposisi
Penggunaan alloi ini pada kondisi dengan ion Cl tinggi dapat menyebabkan tarnish,
discoloration, atau pitting corrosion. Bila digunakan sebagai protesa gigi maka tidak
boleh menggunakan sodium hypochionide sebagai pembersih karena berefek tarnish,
discoloration, pitting corrosion dan bleaching. Untuk tujuan yang sama dianjurkan
menggunakan denture cleanser dan sodium perborat.
Nickel-chromium alloy
Penggunaan alloi ini terutama untuk PFM restoration dengan alasan: harga
lebih murah dibanding noble metal walaupun lebih sukar dalam proses casting dan
adjustment.
Komposisi: Ni (80%), Cr 15%) dan dalam kadar kecil Al, Mn dan Be. Tambahan unsure
Be memudahkan proses casting serta peningkatan pengikatan logam dengan
porcelain.
Sifatnya seperti stainlesssteel dan Co-Cr alloy.
Titanium &Titanium alloy
Titanium digunakan dalam bentuk murni yang dikenal dengan commercial pure
Titanium (cp-Ti) atau dalam bentuk alloi. Penggunaan Ti & Ti alloy untuk: (a)
instrument implant (b Application in dentistry misalnya casting alloy, wire, material
implant dll.
Penggunaan alloi ini memerlukan alat furnace khusus dalam rangka proses casting.
Komposisi:
Implant materials :
Wire
Ni-Ti alloy untuk wire mempunyai sifat super elastic dan mempunyai shape memory
effect sehingga banyak digunakan untuk finger clasp dalam orthodontic appliance.
-Titanium alloy: sebagai material orthodontic, mempunyai struktur
-kristal titanium
2 (Sn7Hg). Fasa
terserang korosi.
Amalgam konvensional masih digunakan di bidang kedokteran gigi terutama
karena harganya yang relatif lebih murah dari pada amalgam tembaga tinggi.
2.
perak 40-60 %
tembaga 13-30 %
Pada sekitar tahun 1960 ditetapkan bahwa dengan memngkatkan
meningkatnya kadar tembaga maka dalam amalgam modem tidak terbentuk fasa
2 melainkan terbentuk n yaitu fasa yang lebih tahan terhadap korosi. Beberapa
logam, seperti paladium, indium, dan emas dapat ditambahkan ke dalam aloi
amalgam dalam jumlah kecil untuk lebih meningkatkan sifat-sifat mekanik ataupun
daya tahan korosinya. Pada saat mi amalgam yang banyak dipakai di bidang
kedokteran gigi adalah amalgam tembaga tinggi. Hal im terutama karena sifat
integritas marginalnya yang lebih baik dan pada amalgam tembaga rendah.
Amalgam kadar tembaga tinggi ada 3 jenis, yaitu:
a. admixed regular,
b. admixed komposisi tunggal,
c. komposisi tunggal.
Amalgam admixed adalah amalgam yang mempunyai partikel serbuk
campuran bentuk bulat (sferikal) dan ireguler. Komposisi berdasar persen berat
masing-masing tipe sebagai benkut:
Aloi
Admixed regular
Admixed k. tunggal
Komposisi tunggal
Bentuk
Partikel
Ireguler
Sferikal
Ireguler
Sferikal
Sferikal
Ag
Sn
Cu
Zn
In
Pd
40-70
40-65
52-53
52-53
40-60
26-30
0-30
17-18
17-18
22-30
2-30
20-40
29-30
29-30
13-30
0-2
0-1
0
0
0
0
0
0
0
0-5
0
0-1
0,3
0,3
0-1
Proses Amalgamasi
1. Aloi dengan tembaga rendah
Pada pencampuran atau triturasi terjadi peristiwa sebagai berikut:
Partikel perak (Ag) dan timah (Sn) bagian luar terlarut secara bersamaan.
Air raksa (Hg) menembus partikel aloi
(Impregnasi)
Reaksi kimiawi antara aloi dan merkuri
(amalgamasi)
Kristal senyawa metalik biner Ag2Hg3 ( l ) dan Sn7Hg ( 2)
(kristalisasi)
Amalgam keras
Secara sederhana reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
Partikel aloi + Hg
l+
2 + sisa partikel
l + 2 + sisa
b. tahap 2
2 +Ag-Cu
Cu6Sn5 + l
( )
+Ag-Cu+Hg
l+
+ sisa
Pada admixed: inti l dan inti Ag-Cu dikelilingi oleh 11 dan matriks l.
Pada komposisi tunggal : Inti l dan inti Ag-Cu dikelilingi matriks l.
Setiap fasa di dalam struktur amalgam memiliki sifat yang berbeda
dalam hal kekuatan, kekerasan, maupun daya tahan korosinya. Sisa partikel
yang tidak bereaksi, , adalah fasa yang paling kuat. Sedangkan fasa n yang
tertanam di dalam matriks maupun pada intergranular l dapat meningkatkan
sifat mekanik (menurunkan creep) dan daya tahan korosi dari amalgam.
Sifat-Sifat Amalgam
1. Kekuatan
Amalgam bersifat tahan terhadap pengunyahan. Kekuatan amalgam lemah,
jika terjadi :
a. under trituration
b. kandungan Hg yang tinggi (kandungan Hg lebih dari 54% menyebabkan
penurunan kekuatan)
c. tekanan kondensasi rendah
d. penumpatan yang lambat
e. korosi
f.
Kek.tekan
(MPa)
1 jam
7 hari
145
343
137
431
262
510
Creep (%)
Kek.tarik 24
jam (Mpa)
2,0
0,4
0,13
60
48
64
2. Modulus elastik
Modulus elastik pada pengukuran yang lambat (0,025-0,125 mmlmenit)
sebesar 11-20 Gpa. Amalgam aloi tembaga tinggi lebih getas dari pada aloi
tembaga rendah.
3. Creep
Creep adalah perubahan viskoelastik akibat beban, secara klinis ditandai
adanya perubahan integritas marginal. Angka creep tertinggi amalgam adalah
6,3 % untuk amalgam aloi tembaga rendah. Tumpatan amalgam yang terus
menerus menerima tekanan pengunyahan akan mengalami creep. ANSI/ADA
merekomendasi amalgam untuk mengalami creep kurang dari 3%. Fase yang
paling rentan terhadap creep adalah fase l dan 2. Semakin rendah proporsi
ke dua fase tersebut (diperoleh dengan cara kondensasi yang baik), semakin
kecil creep dari amalgam yang dihasilkan.
4. Perubahan dimensional
Perubahan dimensional merupakan perubahan akibat kontraksi dan ekspansi
selama setting amalgam. Idealnya tumpatan amalgam tidak mengalami
terjadi
ekspansi.
Adanya
ekspansi
akan
1. proportioning
2. trituration (mixing)
3. condensation
4. trimming,carving, dan burnishing
5. finishing dan polishing
1. Proportioning
a. Air raksa, dapat digunakan penimbangan atau pemakaian volume dispenser.
b. Aloi, dapat dilakukan : penimbangan, penggunaan tablet aloi, volume
dispenser.
c. Rasio aloi : air raksa, pada saat setting amalgam sebaiknya Hg < 50 %. Teknik
pencapaian rasio ini ada beberasa cara, yaitu:
d. Rasio aloi : Hg sebesar 5:7 atau 5:8. Pada rasio ini maka : triturasi mudah,
campuran bersifat plastis. Jika masih ada ekses Hg dapat dilakukan squeezing
(pemerasan) dengan kain kasa.
e. Teknik merkuri minimal (Eames):
Tanpa squeezing
2. Trituration
a. Hand mixing
Alat: mortar dan pestle. Bagian dalam mortar :kasar, pestle: halus.
Resiko pemakaian alat ini adalah paparan uap Hg dapat berkontak dengan
tubuh.
b. Mechanical mixing
Alat: amalgamator. Aloi dan Hg ditempatkan dalam kapsul.
Waktu yang digunakan untuk triturasi harus sesuai dengan aturan pabrik.
Triturasi amalgam tergantung pada: kecepatan, lama, daya (force) yang mengenai
amalgam, dan bentuk partikel serbuk amalgam. Waktu triturasi amalgam yang
tepat dapat dilihat dari penampilan amalgam yang dihasilkan, cemerlang (tidak
buram).
Partikel aloi sferikal memerlukan triturasi yang lebih cepat dari pada lathe
cut. Hal ini karena partikel sferikal lebih mudah terbasahi oleh merkuri dari pada
lathe cut.
Triturasi yang kurang baik, misalnya under trituration, mengakibatkan:
a. warna buram
kekuatan tank dan kompresi rendah akibat dan:
b. gelembung
c. produk l dan
kurang.
berlebihan.
3. Condensation
Tujuan condensation adalah:
a. Memampatkan tumpatan tanpa gelembung.
b. Adaptasi yang baik terhadap dinding kavitas
c. Mereduksi kelebihan merkuri
Adanya ekses Hg akan melemahkan kekuatan amalgam dan menimbulkan
creep yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan kondensasi tumpatan
menggunakan alat kondensor. Metode kondensasi ada dua, yaitu:
1. hand condensor (lebih umum)
2. mechanical condenser
Kekuatan untuk kondensasi efektif adalah 3-4 kg untuk diameter tumpatan 23 mm. Kondensasi sebaiknya dilakukan segera setelah mixing, sebelum setting
tumpatan. Jika terlambat akan menyebabkan kekuatan berkurang dan creep yang
tinggi. Pada amalgam yang mengandung seng harus dihindari kontaminasi dengan
saliva. Hal ini akan mengakibatkan ekspansi 100-200 jim/cm.
Hal yang perlu diperhatikan pada kondensasi adalah:
a. pemakaian tekanan maksimum
b. penggunaan ukuran kondensor yang sesuai dengan ukuran kavitas
c. penumpatan yang cepat dan sedikit demi sedikit tumpatan amalgam ke dalam
kavitas. Penempatan tumpatan yang besar ke dalam kavitas akan memacu
terbentuknya fasa l dan 2 yang banyak dan porositas tumpatan.
Kondensasi amalgam sfenkal berbeda dengan lathe cut. Paca amalgam
sferikal, campuran mengalir lebih cepat dan pada lathe cut walaupun pada
penekanan rendah. Oleh karenanya diperlukan penggunaan kondensor besar
dengan penekanan yang kecil.
4. Trimming ,Carving, burnishing
Trimming dan carving sebaiknya dilakukan sebelum tumpatan amalgam
mengalami setting. Biasanya 2-3 menit setelah pencampuran dan dihentikan
setelah massa amalgam mulai mengeras (5-10 menit). Carving pada amalgam
yang sudah mulai setting akan menyebabkan fraktur di bagian margin.
Carving dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel aloi. Aloi sferikal akan
menghasilkan hasil carving yang lebih baik dari pada lathe cut.
Trimming
adalah
memotong
kelebihan
amalgam.
Carving
adalah
membentuk kontur tumpatan (bentuk bukal, tonjol, fissura, dll). Setelah selesai
carving, permukaan amalgam dihaluskan menggunakan alat burnisher Proses ini
disebut burnishing. Burnishing akan menaikkan kekerasan permukaan amalgam,
mengurangi porositas dan korosi, dan memperbaiki adaptasi marginal amalgam.
5. Finishing dan Polishing
Finishing dan polishing dilakukan setelah tumpatan amalgam mengalami
setting, yaitu minimal 24 jam, namun ada juga yang mencapai setting dalam 7 hari.
Pada saat finishing tumpatan amalgam dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Membentuk kontur
(green stone, abrasive disks)
Finish margins
(green stone, abrasive disks)
Smooth alloy surface
(rubber abrasive points, pumice)
Add luster
(rubber abrasive points, fine abrasive paste)
Polishing dilakukan agar:
a. permukaan halus sehingga mudah untuk menjaga kebersihan mulut.
b. supaya mengurangi tendensi korosi.
Polishing sebaiknya dilakukan pada kondisi basah. Jika kondisi tumpatan
kering maka:
a. akan mendorong Hg ke permukaan.
b. membahayakan pulpa gigi.
c. menimbulkan panas
Bonding Amalgam
Amalgam tidak berikatan dengan gigi secara kimia. Secara tradisional perlekatan
amalgam dengan gigi dipertahankan dengan penetrasi material ke bagian retensi
undercut (mekanikal). Konsekuensi dan konstruksi tumpatan amalgam tersebut timbul:
1. gap
2. microleakage.
Pada tumpatan amalgam modern, perlekatan amalgam dengan gigi dilakukan
dengan cara mekanikal (undercut) dan kimiawi (material bonding). Tujuan bonding
amalgam adalah:
1. menutup gap
2. membatasi minimal microleakage
3. menambah retensi amalgam
4. memperkuat gigi.
Material bonding amalgam yang saat ini digunakan adalah 4-metakriloksi etil
trimelitat anhidrida (4-meta). Ikatan yang terjadi antara gigi dan amalgam dengan
bantuan material bonding bersifat ikatan lemah (setengah perlekatan resin komposit
terhadap gigi, kurang lebih 20 MPa).
Tumpatan amalgam yang besar sering mengalami fraktur di bagian marginal.
Untuk mengatasi fraktur ini dapat dilakukan penumpatan menggunakan amalgam baru
yang diletakkan di atas amalgam lama. Untuk perlekatan amalgam lama dan baru
dapat digunakan material bonding. Kekuatan fleksural reparasi amalgam mi 50 % dan
kekuatan amalgam tanpa reparasi.