Endapan Sungai
Endapan Sungai
PENDAHULUAN
Berdasarkan morfologinya sistem sungai dikelompokan menjadi 4 tipe sungai,
straight river, braided river, anastomasing river, dan meandering river. (gambar-1).
Straight River adalah sungai yang lurus, sungai yang belum berkelok-kelok.
Bentuk lurus ini disebabkan energi aliran sungai kuat atau deras yang berdampak pada
kurangnya sedimentasi. Untuk tipe straight river ini biasanya terjadi pada daerah
pegunungan dengan kemiringan lereng yang terjal.
Anastomasing River terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabangcabang, dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu pada titik tertentu
dan kemudian bersatu pada titik tertentu membentuk satu aliran pada sungai tersebut.
Energi alir sungai tipe ini adalah rendah (Gambar ).
Meandering River adalah sungai yang berkelok-kelok. Hal ini mengindikasikan
tipe sungai tua yang energi alirannya sedemikian lemah. Meander ini terjadi karena
adanya pnegikisan tepi sungai oleh aliran air utama yang pada daerah kelokan sungai
pinggir luar dan pengendapan pada kelokan tepi dalam (Gambar
). Kalau proses ini
berlangsung lama akan mengakibatkan aliran sungai semakin berkelok-kelok. Pada
kondisi tertentu adakan kelokan-kelokan yang terputus, sehingga terjadinya danau atau
tapal kuda atau oxbow lake (Gambar
).
Braided River, tipe sungai ini terjadi pada daerah datar dengan energi arus alir
yang lemah dengan batuan sekitarnya lunak, pengendapan besar debit air besar. Daerah
yang rata menyebabkan aliran dengan mudah belok karena adanya longsoran atau kayu
yang merintangi aliran sungai utama.
bersal dari material sungai itu juga terjadi adanya erosi pada bukit-bukit yang mengapit
dan limbah erosi ini terbawa masuk kedalam sungai Braide. Pengendapan pada sungai
tipe braided ini baiasanya bagus sekali untuk reservoar dengan permeabilitas tinggi dan
jenis pasir yang bersih (gambar-3).
Gambar - 4. Pandangan sungai Braided dikala air susut, manpang batuan kerikitl
dan pasir pada bagian atas sungai (2-P22)
Gamar - 5. Data arah aliran dari dua area sungai braided berbatuan (2-P24)
Jika sungai sedang tidak dalam keadaan banjir maka yang terednapkan adalah
butiran-butiran halus dengan laminasi dibagian atas dari batuan kerikil. Sedangkan
lempung banyak terbentuk pada bagian tanggul dari sungai. Diagram alir dari sungai
braided seperti terlihat dalam gambar- , yang memperlihatkan jika semakin rendah
energi arus alir maka terbentuklah ripple-ripple halus dari batuan pasir yang melaminasi
pada bagian atas.
Ada dua arti dalam penggunaan kata Braided dan Anastomasing untuk
applikasi pola sungai. Untuk beberapa penulis mengatakan tentang sysnonim kata
tersebut, tapi schumm (1971a) mengatakan Sungai Braided adalah sungai dengan alir
menyebar (diverges) dan aliran sungai kembali menyatu dalam lebar sungai tersebut.
Sedangkan untuk sungai Anastomasing adalah beberapa sungai yang terbagi menjadi
beberapa cabang sungai kecil bertemu kembali pada induk sungai pada jarak tertentu. (2P20)
Periode terbentuknya sungai Braided dan Meandering secara bertahap atau
gradual dari proses pengendapan sekitar 102 - 103 tahun (1-P146). Tipe sungai Braided
dapat dibedakan dari sungai Meander dengan sedikit lengkungan sungai, dan terdapatnya
pulau-pulau kecil. Batu krikil pada sungai Braided terjadi pada area yang kering dan luas.
Batu pasir lebih banyak dari batuan krikil pada lingkungan pengendapan sungai braided
ini (5).
Sungai Braided memperlihatkan perkembangan dari Distal bagian dari Alluvial
fans. Pada area ini biasanya banyak diendapkan endapan tumbuh-tumbuhan dari
pegunungan yang terbawa oleh aliran sungai tersebut. Dengan kondisi seperti ini
umumnya sungai tersebut kaya akan endapan yang menuju pada alir pengendapan.
Karena seringnya menghayutkan tumbuhan maka sering pula terjadi banjir akibat sampah
tumbuhan tersebut menghalangi aliran sungai tersebut yang menyebabkan banjir pada
hampir seluruh punggung-punggung sungai. (5-P308). Krakterristik istimewa dari sungai
Braided oleh besarnya bed-forms atau beds, dapat dikelompokan menjadi tiga :
1. Longitudinal Bars
2. Linguoid
3. Tranvese Bars
Longitudinal Bars / gosong-gosong adalah pulau ditengah sungai, berorientasi
pada letaknya pulau pada tengah sungai mengakibatkan banyak partikel-partikel yang
terjebak pada daerah ini dan selanjutnya terendapkan pada sungai tersebut. Konsentrasi
material pada sepanjang tengah dan bawah pada bar, dan kecenderungan berkurang
ukurannya butir. Karakteristik struktur Intrenal Longitudinal Bars oleh crude horizontal
bedding hal ini mengindikasikan adanya alur pengendapan dibawah. (gambar-7)
Linguiod dan Tranverse bars berada pada sudut garis potong ke arah alur sungai,
keistimewaan karakteristik pasir pada aliran braided. Bentuk lobate atau rhombic
Llinguoid bars, dengan penurunan ketinggian paras muka sungai. Untuk transverse bars
muncul akibat adanya riak air sungai yang besar sehingga dapat mengakibatkan banjir.
(gambar-7)
Lateral bars, terdapat pada beberapa panjang tepi sungai, karena proses
pengendapan dan erosi dan banjir pada setiap kali musim banjir yang ditimbulkan oleh
air sungai berulang kali maka terjadilah Lateral bars. (gambar-7)
Pada umumnya yang endapan batuan sedimen yang terdapat pada sungai Braided
adalah batu pasir dan batuan kasr / krikil. Lumpur terendapkan pada bagian bawah aliran
sungai. Pada Longitudinal bar cenderung mengubah besaran krikil menjadi besaran pasir.
Linguoid, transvese, and lateral bars pada umumnya mengandung batuan berpasir.
Endapan dari sungai braided bervaiasi atas besarnya beban pengendapan yang terkirim,
kedalaman dari air sungai dan variasi pembelokan aliran sungai. Umumnya proses
pengendapan rangkaian vertical facies juga tidak menunjukan pervedaan khusus. Empat
model penampang tegak dengan perbedaan kondisi pengendapan. (gambar-8)
Scott-type, umumnya terdiri dari batuan kasar, krikil-krikil dan sedikit adanya
sisipan batuan pasir pada sepanjang section vertical dari type ini. Model ini menunjukan
sedikitnya perkembangan dari pengendapan batuan krikil.
Donjek-type, model ini teridi dari variasi lapisan pengendapan pada sungai
braided dengan campuran beban pasir dan kekrikil. Batuan berpasir banyak mendominasi
pada Linguoid dan transverse bars. Pada penampang vertical section ini terlihat variasi
dari ketebalan pembentukan lapisan.
Platte-type, pengendapan tidak begitu nampak, sekalipun terindikasi adanya
rangkaian pengendapan pada sebagian longitudinal bar dan superiposes linguoid bars dan
ada sedit mark berupa coal.
Bijou Creek-type, karakteristik proses pengendapan oleh pengendapan
superimposes flood sejak akumulasi arus air pada setiap kali terjadinya banjir.
Gambar - 9. Penampang vertikal dari batuan berpasir untuk arus Braided (5-P312)
Pada sungai Braided cenderung membentuk variasi kedalaman dari lebar sungai
dan karena arah aliran dan energi sungai membentuk Lag Deposit pada lantari dasar
sungai, pasir teralirkan pada system bedload. Kedalaman sungai Braided berkisar 3 meter
atau lebih dengan membentuk adanya crossbedding. Pengendapan sungai dengan adanya
Flood stage dapat membentuk channels beds, preserving flood stage sedimentary structur.
Pada muka arus penampang sungai terjadi ripple lapisan pasir dengan gradasi mendatar
pada lapisan atas sungai. Karena kaya akan mineral makanan maka pada sebagian
bantaran sungai dan juga bekas luapan-luapan banjir maka akan tumbuh-tumbuhan akibat
biji-bijinan tumbuhan itu terbawa banjir oleh sungai dan mengendap pada bantaran
sungai. (gambar-10) (3-P27)
yang telah terbentuk pada point bar, seperti terlihat pada gambar 9 (sembilan) yang
ditandai oleh garis putus-putus.
Floodabsin adalah dataran sekitar aliran yang terdapat dibelakang natural levee.
Akibat proses pengikisan dan pengendapan yang terjadi mengakibatkan suatu saat dua
buah kelokan aliran Meander saling bertemu. Akibat dari peristiwa ini menyebabkan
terjadinya aliran yang mati menyerupai dnau yang disebut Oxbow . Jika musim
kemarau tiba sehingga Oxbow menjadi kering dan menyebabkan rekahan-rekahan pada
permukaan danau yang kita sebut desicatin.
Gambar 10. Bagian-bagian Morfologi dari sistem aliran Meander (Walker 1979)
Pada gambar 11 diperlihatkan arsitektur elemen lingkungan pengendapan bidang
banjir.
Pendahuluan
Lacustrin adalah suatu lingkungan tempat berkumpulnya air yang tidak
berhubungan dengan laut (danau). Lingkungan ini bervariasi dalam kedalaman, lebar dan
salinitas yang berkisar dari air tawar hingga hipersaline. Pada lingkungan ini juga
dijumpai adanya delta, barried island hingga submarine fans yang dendapkan dengan
arus turbidite. Danau juga mengendapkan terrigenous dan endapan karbonat termasuk
oolite shoals dan juga terumbu dari algae. Pada daerah dengan iklim kering akan
diendapkan evaporite. Endapan danau ini dibedakan dari endapan laut dari kandungan
fosilnya dan juga dari aspek geokimianya.
2.0.
Danau permanen
Danau permanen model pertama adalah danau yang terisi oleh endapan
terrigenous yang terletak di daerah pegunungan. Danau ini mempunyai hubungan dengan
lingkungan fluvial deltaik yang prograd ke danau mengendapkan pasir dan sedimen
suspensi berukuran halus. Ciri dari endapan danau ini dan juga endapan model lalinnya
adalah berupa varve yaitu laminasi lempung yang reguler (Gb. 2). Pada endapan danau
periglasial, varves berbentuk perselingan antara lempung dan lanau. Lanau diendapkan
pada saat mencairnya es, sedangkan lempung diendapkan pada musim dingin dimana
tidak ada air sungai yang mengallir ke danau. Contoh danau ini adalah Danau Costance
dan Danau Zug di Pegunungan Alpen.
Danau permanen model kedua adalah danau yang terletak di dataran rendah
dengan iklim yang hangat. Material yang dibawa oleh sungai dalam jumlah yang sedikit.
Endapan karbonat terbentuk pada daerah yang jauh dari mulut sungai disekitar pantai.
Cangkang-cangkang molluska dijumpai pada endapan pantai, yang dapat membentuk
kalkarenit jika energi gelombang cukup besar. Kearah dalam dijumpai adanya ganggang
merah berkomposisi gampingan. Contoh danau ini adalah Danau Schonau di Jerman dan
Danau Great Ploner di Kanada Selatan.
Danau permanen model ketiga adalah danau dengan endapan sapropelite
(lempung kaya akan organik) pada bagian dalam yang dikelilingi oleh karbonat di daerah
dangkal. Endapan pantai berupa ganggang dan molluska.
Danau permanen model ke empat dicirikan oleh adanya marsh pada daerah
dangkal yang kearah dalam menjadi sapropelite. Contoh dari danau ini adalah Danau
Gytta di Utara Kanada.
2.2.
Danau Ephemeral
Danau ephemeral adalah danau yang terbentuk dalam jangka waktu yang pendek
di daerah gurun dengan iklim yang panas. Hujan hanya terjadi sesekali dalam setahun.
Danau playa intermontane pada bagian dekat pegunungan berupa fan alluvial
piedmont yang kearah luar berubah menjadi pasir dan lempung. Ciri dari danau playa ini
adalah lempung berwarna merah-coklat yang setempat disisipi oleh lanau dan gamping.
Contoh danau ini adalah Danau Qa Saleb dan Qa Disi di Jordania.
Gb. 1. Model pengendapan lacustrin menurut Visher (1965) dan Kukal (1971)
Gb. 3. Proses pembentukan lempung yang kaya akan zat organik (sapropelite).
DELTA
1. PENDAHULUAN
Kata Delta digunakan pertama kali oleh Filosof Yunani yang bernama Herodotus
pada tahun 490 SM, dalam penelitiannya pada suatu bidang segitiga yang dibentuk oleh
oleh alluvial pada muara sungai nil.
Sebagian besar Delta modern saat ini berbentuk segitiga dan sebagian besar
bentuknya tidak beraturan (Bogg, 1995). Untuk jelasnya lihat lampiran Gambar 1. Bila
dibandingkan dengan Delta yang pertama kali dinyatakan oleh Herodotus pada sungai nil.
Ada istilah lain dari Delta adalah seperti yang dikemukakan oleh Elliot dan Bhatacharya
(Allen, 1994) adalah Discrette shoreline proturberance formed when a river enters an
ocean or other large body of water.
Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen fluvial (sungai)
pada locustrine atau marine coasline. Deposit (endapan) pada delta purba telah
diteliti (identifikasi) dalam urutan umur stratigrafi, dan sedimen yang ada di delta sangat
penting dalam pencarian minyak, gas, batubara dan uranium.
Delta - delta modern saat ini berada pada semua kontinen kecuali Antartica.
Bentuk delta yang besar diakibatkan oleh sistem drainase yang aktif dengan kandungan
sedimen yang tinggi.
1. Homopycnal flow
Pada proses ini air yang memasuki basin water densitasnya sama dengan air laut,
kecepatan alirannya tinggi (jet aot flow) kandungan fluidanya bercampur, endapannya
kasar. Dapat dilihat pada lampiran gambar 3 dan gambar 4.
2. Hypopycnal flow
Pada ciri ini bila air sungai mempunyai densitas yang lebih besar daripada basin
water menghasilkan arah orientasi vertikal ini dikenal sebagai plane - jet flow.
Dapat dilihat pada lampiran gambar 5. Pada ciri ini densitas menghasilkan arus yang
dapat mengerosi pada awalnya akan tetapi akhirnya endapannya berada sepanjang
sebagian besar slope dari delta front pada aliran turbidit.
3. Hypopycnal flow
Pada ciri ini bila air sungai yang mengalir densitasnya lebih kecil dari basin water .
Pada Hypopycnal flow sedimen yang halus dibawa dalam supensi keluar dari
muara sebelum flucullate dan mengendap. Lihat gambar 6.
Flocculate meliputi gabungan sedimen halus dalam small lump memberikan
keberadaan muatan ion positip dalam sea water yang menetralisir muatan negatif
pada partikel lempung (clay).
Hypopycnal flow cenderung menghasilkan delta front area yang aktif dan besar,
kemiringan nya 1 derajat atau kurang, berbeda dengan sebagian besar delta yang ada
sekitar 10 sampai 20 derajat seperti dikatakan oleh Mial (Bogg, 1995) untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran gambar 7,8,9.
2.2
Wave-dominated Delta
Penyebab pada ciri ini adalah aliran gelombang yang kuat dan perlambatan dari
aliran sungai sehingga aliran sungai tertarik atau dibelokan di muara sungai. Distribusi
endapan pada muara, dilakukan oleh gelombang dan di redistribusikan sepanjang delta
front oleh arus long-shore sehingga bentuk gelombang yang timbul di shore-line
lebih menonjol seperti di pantai yaitu barrier bars dan spit (menyebul).
Selanjutnya dapat dicirikan juga dengan adanya smooth delta front yang
meliputi pengembangan yang baik dari punggungan coalescent beach, salah satu
contoh pada wave dominated delta adalah Sao Fransisco delta seperti pada lampiran
gambar 12. Dimensi luasnya lebih kecil bila dibandingkan Missisippi delta.
III.
Delta ini karena terletak pada daerah khatulistiwa sangat dipengaruhi oleh musin,
antara lain musim hujan dan musim panas. Maksimum curah hujan sangat tinggi pada
bulan Januari, minimum pada bulan Agustus (Allen, 1994), temperatur relatif konstan
antara 26 sampai 30 derajat.
Delta Mahakam Menunjukkan bentuk fan, dimana cabang fluvial
distributaries keluar dari sungai Mahakam lihat gambar 14 dan keluar melintasi delta
plain pada jarak 50 km dari batas upstream dari delta. Pada delta ini ada 3 sistem
distribusi fluvial yang menjadi ciri khas dari delta Mahakam. Distribusi ini
dikelompokkan dalam sistem northen dan southern. Untuk lebih jelasnya
pembahasan delta Mahakam dapat dijelaskan dalam lampiran gambar dalam paper ini.
Referensi.
1. Allen. G.P, 1994, Sediment Patterns and Facies in the Modern Mahakam Delta,
Centre Scientifique et Technique Saint Remys Les Chevreuse, Total.
2. Boggs. Sam, 1995, Principles of Sedimentology and Stratigraphy, second edition,
Prentice Hall, New Jersey.
Gambar 4. Vertical Facies Sequence yang dihasilkan oleh Delta Prgradation (Bogg, 1995)
Gambar 9. Pola endapan yang dihubungkan terhadap Buoyant Outflow dari muara
sungai (Bogg, 1995).
Gambar 11. Sistem delata Missisippi - Fluvial - Dominated Delta (Bogg, 1995)
LAGUN
PENDAHULUAN
Bentuk lagun yang memanjang sejajar garis pantai terjadi apaabila tanggul relatif
sejajar dengan garis pantai yang disusun oleh reef ataupun berupa sedimen klasik yang
lain misalnya satuan batu pasir . Lagunyang dibatasi atol reef terbentuk relatip bersamaan
dengan pembentukan atol, akibat proses penurunan dasar cekungan (tempat reef tumuh)
kecepatnya seimbang dengan pembentukan reef (Gambar 2 )
Gb.2.
Teori pembentukan atol yang klasik dikemukakan oleh Darwin (1842), dimana
reef tumbuh di atas batuan vulkanik. Selain itu atol berumur resen di beberapa tempat
dijumpai tumbuh dibagian tepi plato yang bentuknya.
Kondisi muka-laut juga pengaruh terhadap lagun (Sander, 1978). Pada laut yang
konstan maka dibagian bawah lagun akan terendapkan sedimen klastik halus yang
kemudian ditutupi oleh rawa - rawa dengan ketebalan mencapai setengah tinggi air
pasang. Kontak antara batuan sedimen dan batuan di bawahnya adalah horizontal. Satuan
batuan fraksi halus dengan sisipan batubara muda (peat) di daerah rawa akan
berhubungan saling menjari dengan batupasir di daerah tanggul. Selain itu batuan
sedimen lagun yang menebal ke atas dan menumpang di bagian atas shoreface biasanya
terjadi menyertai proses transgresi (Gambar 3)
diendapkan dikuasai oleh material marin. Material pengisi lagun dapat berasal dari erosi
barrier yang berukuran pasir dan lebih kasar, sedangkan yang halus terendapkan di lagun.
Apabila penghalang berupa reef, dapat juga dijumpai pecahan-pecahan cangkang di
bagian backbarier atau di tidal delta. Akibat angin partikel halus dari tanggul dapat
terangkut dan diendapkan di lagun Angin tersebut dapat juga menyebabkan terjadinya
gelombang pasang yang menerpa garis pantai dan menimbulkan energi tinggi sehingga
terjadi pengikisan dan pengendapan fraksi kasar.
Beberapa jenis batuan sedimen berumur muda dijumpai di Laguna Madre (JA
Miller, 1973, in Friedman & Sanders, 1978).(Gambar 4). Batuan tersebut berupa
batulempung lanauan sebagai hasil sedimentasi air pasang, batupasir kuarsa yang
merupakan hasil aktivitas angin mengerosi tanggul (Padre Island), calkareous gravels
sebagai hasil rombakan batuan di pantai serta batuan karbonat dengan beberapa keratan
didalamnya (skeletal sand, oolitic sand, dsb).
Struktur sedimen yang berkembang umumnya pejal (pada batulempung abu-abu
gelap) dengan sisipan tipis batupasir halus (batulempung Formasi Lidah di Kendang
Timur) (Gambar 5.), gelembur - gelombang dengan beberapa internal small scale cross l
amination yang melibatkan batulempung pasiran. Struktur bioturbasi sering dijumpai
pada batulempung pasiran (siltstone) yang bersisipan batupasir dibagian dasar lagun
(Boggs, 1992). Batupasir tersebut ditafsirkan sebagai hasil endapan angin, umumnya
berstruktur perarian sejajar dan kadang juga berstruktur ripple cross-lamination
(Gambar 6).
sungai di lagun. Batulempung Formasi Lidah di Kendang Timur jarang dijumpai fosil
jadi ditafsirkan daerah tersebut sebagian mungkin berair tawar. Selain itu sering dijumpai
mineral pirit sehingga ditafsirkan lagun di Kendang Timur sebagian jauh dari inlet
sehingga sangat terllindungkan proses reduksi berjalan normal. Selain itu pada sisipan
batupasir di beberapa lokasi sering dijumpai gloukonit sehingga ditafsirkan merupakan
hasil pengendapan dekat inlet (laut). Berdasarkan data tersebut di atas membuktikan
bahwa lagun biasanya tidak lebar. Hal ini dikarenakan di daerah penelitian yang sempit
dapat dijumpai beberapa bagian lagun.
Batuan sedimen lagun kadang mengandung lumpur karbonat yang berasosiasi
dengan rombakan cangkang. Hal ini ditafsirkan karena bagian lagun mengalami
pergerakan karena deformasi tektonik yang melibatkan bagian tanggul batugamping.
Beberapa jenis moluska (Ammonite dan lamellibranchiata) sering dijumpai pada
batupasir karbonat sehingga ditafsirkan lokasi fosil tersebut berdekatan dengan
lingkungan laut (Selley, 1980). Kesimpulan tersebut dikaitkan dengan keberadaan
batupasir karbonatan yang ditafsirkan sebagai hasil sedimentasi tidal inlet (celah diantara
barrier) serta ekologi fosil tersebut.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas disimpulkan, bahwa batuan sedimen di daerah lagun akan
selalu berbutir halus, berstruktur pejal, perairan sejajar dan gelembur gelombang skala
kecil sebagai hasil sedimentasi lingkungan berenergi rendah. Batuan sedimen berbutir
lebih kasar merupakan sedimentasi bagian tersendiri walaupun di dalam lagun (tidal inlet
misalnya). Selain itu variasi jenis batuan sedimen sangat tergantung jenis batuan
penyusun tanggul (barrier).
Daerah lagun perlu pengkajian lebih jauh kaitannya dengan potensi hidrokarbon
terutama peranannya sebagai penyekat batuan waduk dalam sistem perangkap stratigrafi.
Kemungkinan berpotensi hidrokarbon apabila batuan sedimen lagun cukup tebal, hal ini
dapat dijumpai apabila berkembang sesar tumbuh (growth fault) yang sejajar dengan
pantai.
PUSTAKA
Bruce W. Sellwood, 1990, Course Note of Carbonate Sedimentology. University of
Reading & Lemingas, Jakarta.
Gerald M. Friedman & John E. Sanders, 1978. Principles of Sedimentology, John Willey
& Sons.
Pettijohn, 1957, Sedimentary Rocks, 2nd ed, Harper & row, New York.
Reineck & Singh, 1980, Depositional Sedimentary Environments, Springer, Verlag,
Heidenberg, New York.
Richard C. Selley, 1980, Ancient Sedimentary Environments. Champman & Hall,
London.
Sam Boggs, Jr. 1992, Principles of Sedimentology and Stratigraphy.
Sri Widjaja, 1984. Geologi dan Studi Fasies Formasi Pucangan Daerah Kabuh Gunung
Pucangan Jawa Timur, UPN Veteran Yogyakarta.
SEDIMENTASI ANGIN
1. Pendahuluan
Selain itu, angin juga merupakan salah satu enegi yang dapat mengikis dan
mengangkut bahan-bahan untuk diendapkan, khususnya pada daerah yang mempunyai
iklim kering dan semi kering. Angin terjadi karena perbedaan temperatur antara dua
daerah yang berbeda di muka bumi akibat ketidakseragaman pemanasan kedua tempat
oleh sinar matahari yang menimbulkan beda tekanan. Kekuatan angin ditentukan oleh
besarnya beda tekanan pada kedua tempat dan jarak antara kedua tempat tersebut
(Sukendar Asikin, 1978). Kekuatan angin akan bertambah dengan bertambahnya jarak.
Gerakannya akan laminer jika perlahan dan turbulen bila cepat. Endapan sedimen yang
berasal dari proses pengendapan oleh angin disebut endapan Eolian.
2. Proses Terjadinya Endapan Angin
Menurut Allen (1970), endapan oleh angin (eolian) dapat terjadi pada :
a. Daerah gurun, dimana iklimnya tropis, subtropis dan lintang tengah.
b. Daerah disekitar, outwash plain pda endapan glasial dan tudung es pada daerah
lintang tinggi.
c. Di daerah pantai, di puncak pulau penghalang (barrier island) atau di muka pantai
terbuka dalam berbagai iklim.
Lingkungan pengendapan oleh angin dapat dilihat pada Gambar 1.
Gurun terjadi pada lintang tengah dan rendah yang berhubungan dengan daerah
yang tertutup dengan curah hujan dari 30 cm. Daerahnya kira-kira 20 % dari total
daratan. Gurun modern yang tervesar dengan panjang 12.000 km dan lebar 3.000 km
terletak antara Afrika Utara dan Asia Tengah. Dengan gurun lain yang luas adalah
Australia Tengah, berukuran 1500 - 3000 km. Gurun yang berukuran kecil berada di
Afrika baratdaya, Chili - Peru dan Patagonia, dan di baratnya Afrika Utara.
Pelapukan di gurun terjadi secara mekanis dan kimiawi. Pelapukan mekanis
tergantung pada perubahan gradien temperatur oleh pemanasan pada siang hari dan
pendinginan pada malam hari. Perbedaan temperatur permukaan batuan pada waktu siang
dan malam dapat mencapai 50 C. Pada kondisi seperti ini batuan secara perlahan akan
rekah dan pecah. Butiran tersebut akan terbawa oleh angin dan diendapkan sebagai bukit
pasir.
Bukit pasir dapat pula terbentuk di muka pantai. Meskipun demikian hanya terjadi
pada pantai pada daerah kering dimana vegetasi (tumbuhan) tidak ada. Angin kering yang
kuat dengan arah tegak lurus pantai secara aktif memindahkan pasir menjadi gundukan
pasir. Gugusan bukit pasir yang terjadi dengan cara ini terjadi sepanjang pantai timur
Laut Utara, bagian selatan Pantai Baltik, pantai utara Gulf of Mezico, pantai selatan Laut
Mediterian dan pantai barat Australia. Hanya sedikit gugusan bukit pasir di muka pantai
yang terjadi pada daerah curah hujan rendah. Selain itu, endapan angin dapat pula terjadi
pada outwash plain dari arus air es glasial yang ditemukan pada daerah lintang tinggi.
Allen (1970) menggambarkan bahwa angin mengangkut sedimen secara suspensi
dan saltasi atau merayap dipermukaan (surface creep). Kecepatan geser pada perpindahan
butir dapat ditulis sebagai :
U * (crit) = ( 0 (crit) / )
= K1 ( ( - ) / ) g D
dimana :
Butiran yang halus (0 - 0,2 mm ) akan diangkat secara suspensi, yaitu sedimen
dibawa oleh angin tanpa terjadi kontak dengan lapisan. Angin bertiup melalui alluvium
yang mengering dan membawa butiran terbang di udara Lanau lempung adalah contoh
batuan yang dapat diangkut dengan cara suspensi. Bahan ini umumnya akan diangkut
melalui jarak yang lebih jauh.
Cara kedua adalah saltasi dimana butiran dengan ukuran yang lebih besar (0,2 - 2
mm) akan diangkut dengan cara menggelinding, bergeser dan bertumbukan. Bila angin
bertiup di atas permukaan pasri, maka kalau cukup kuat butiran pasir akan melaju melalui
seretan lompatan yang panjang. Jika mendarat mereka akan terpantul dan meloncat
kembali ke udara dan akan melontarkan butiran pasir lainnya. Batupasir sangat halus
adalah yang pertama dapat dipindahkan dengan saltasi.
Pengangkutan bahan yang berukuran pasir ini disebut sand storm. Pasir umumnya
terdiri dari mineral kwarsa yang membulat. Butiran demikian akan mampu melompat
dengan mudah bila terbentur dengan bahan yang keras seperti butiran pasir lainnya atau
kerakal . Gambar 2 menunjukkan trajektori saltasi dari butiran batupasir, dimana butiran
yang lebih kecil akan mempunyai trajektori yang lebih panjang dari pada butiran yang
benar.
Studi tentang kecepatan ambang yang dibutuhkan untuk memulai pergerakan butir
menunjukkan bahwa kecepatan ambang bertambah dengan bertambahnya ukuran butir.
Butiran yang lebih kecil akan mempunyai kecepatan awal yang lebih kecil dari pada
butiran yang besar. Allen (1970) menggambarkan bahwa panjang trajektori lintasan butir
dan besarnya kecepatan awal diberikan sebagai :
L = k2 (( U* + U* (crit))2 / g )
H = k3 (( U* + U* (crit))2 / g )
Dimana :
L= Panjang trajektori
H= besarnya trajektori
k2 dan k3 = konstanta empiris yang berhubungan dengan ukuran butir
g = percepatan gravitasi
Proses pemindahan bahan-bahan oleh angin dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu deflasi dan
abrasi (Sukendar Asikin, 1978)
Deflasi adalah proses pemindahan bahan dengan cara menyapu bahan - bahan
yang ringan. Proses ini menghasilkan relief di gurun-gurun pasir. Deflasi
dapat pula menyebabkan lekukan yang dalam hingga beberapa ratus meter di
bawah permukaan laut. Kalau mencapai batas permukaan air tanah, maka
akan membentuk oase (mata air di gurun)
Abrasi adalah pengikisan oleh angin yang menggunakan bahan yang
diangkutnya sebagai senjata. Daerahnya tidak luas. Contohnya adalah batuan
bentuk jamur yang terjadi karena bahan yang diangkut tidak merata. Dibagian
bawah lebih banyak dan lebih kasar dibandingkan dengan diatasnya.
3. Macam Endapan Oleh Angin
Bahan yang diangkut oleh angin akan menimbulkan tiga macam endapan yang sangat
berbeda (Boggs, 1995) yaitu :
- Endapan lanau (silt), kadang-kadang disebut loess yang berasal dari sumber
yang cukup jauh.
- Endapan pasir yang terpilah sangat baik.
- Endapan lag (lag deposit), terdiri dari partikel berukuran gravel yang diangkut
oleh angin dengan kecepatan yang cukup besar.
Endapan gurun dapat dikelompokkan ke dalam 3 sublingkungan pengendapan utama
yaitu bukti pasir (sand dune), interdune dan sand sheet.
3.1
Lingkungan bukit pasir pada umumnya yang diangkut dan diendapkan adalah pasir yang
diakumulasi dalam berbagai bentuk dune . Sand dune (bukit pasir) dapat dibagi menjadi 4
tipe morfologi utama (Selley, 1988), yaitu :
a. Barchan atau lunate dune, adalah bukit pasir yang paling indah. Bentuknya cembung
terhadap arah angin umum (utama dengan kedua titik ujungnya seperti tanduk,
dimana pada kedua arah tersebut kekuatan angin berkurang. Barchan mempunyai
muka gelincir yang curam pada sisi cekung. Barchan terjadi pada daerah yang terisola
(tertutup) atau disekitar sudut pantai. Pada permukaan yang turun biasanya ditutupi
oleh lumpur (mud) atau granula. Hal ini menunjukkan bahwa barchan/lunate dunate
terbentuk terbentuk dimana pengangkutan pasir lebih sedikit.
b. Tipe stellate, piramida atau Matterhorn. Terdiri dari rangkaian sinus, tajam, punggung
pasir yang tinggi, yang bergabung bersama-sama dalam satu puncak yang tinggi.
Angin selalu meniup bulu-bulu pasir di puncak peramida, membuat dune tampak
seperti berasap. Stellate dune kadang-kadang ratusan meter tingginya, terbentuk pada
batas pasir laut dan jebel, menandakan titik interferensi dari arus angin dengan
topografi yang resistan.
c. Longitudinal atau Seif dune. Bentuknya panjang, tipis dengan batas punggung yang
jelas. Dune secara individu dapat mencapai 200 km panjangnya, kadang-kadang dapat
konvergen pada perbatasan seif dimana arah angin berkurang. Tingginya dapat
mencapai 100 km dan batas dune lebarnya sampai 1 atau 2 km, dengan daerah
interdune yang datar, terdiri dari pasir atau gravel.
d. Tranversal dune, bentuknya kursus atau sinusoidal ramping dengan puncak tegak
lurus arah angin rata - rata. Muka gelincir yang curam terdapat pada arah angin yang
berkurang. Transversal dune jarang terjadi pada permukaan deflasi. Tranversal dune
adalah tipe berkelompok, naik pada bagian belakang dari dune berikutnya.
Gambar dari tipe bukit pasir ini dapat dilihat pada Gb.3
3.2
Interdune
Interdune adalah antara dua dune, dibatasi oleh bukit pasir atau sand sheet. Interdune
dapat terdeflasi (erosi) atau pengendapan. Sedikit sekali sedimen yang terakulasi pada
interdune yang terdeflasi. Daerah interdune dapat meliputi dua arah endapan angin dan
sedimen diangkut dan diendapkan oleh arus di daerah paparan.
3.3
Sand Sheet
Sand sheet adalah badan pasir yang berundulasi dari datar sampai tegas yang terdapat di
sekitar lapangan bukit pasir. Dicirikan oleh kemiringan yang rendah (00 - 200 ).
Lingkungan sand sheet berada di pinggiran bukit pasir.
4. Bentuk Perlapisan
Wilson (1991, 1992) dalam Walker (1992) menyatakan ada tiga skala utama bentuk
perlapisan pada endapan eolin yaitu ripple, dune dan draa. Ripple yang disebabkan oleh
angin lebih datar dari pada yang disebabkan oleh air dan biasanya mempunyai garis
puncak yang lebih regular. Bentuk perlapisan dune lebih besar dari pada ripple dan
ketinggiannya bervariasi dari 0,1 sampai 100 meter. Bentuk perlapisan draa adalah
perlapisan pasir yang besar antara 20 sampai 450 meter tingginya dan dicirikan oleh
melampiskan keatas (superimpose) dari dune yang lebih kecil. Tabel- 1 adalah klasifikasi
perlapisan endapan eolian.
5. Tekstur
Tekstur meliputi bentuk, ukuran dan susunan butir. Batupasir eolian mempunyai 3
sublingkungan pengendapan (Walker, 1992) yang membedakan 3 macam tekstur pada
endapan eolian, yaitu :
terpilah baik sampai dengan sangat baik pada batupasr halus yang terjadi pada
sublingkungan pantai.
terpilah sedang sampai baik pada batupasir dune di darat yang berbutir baik.
terpilah jelek pada batupasir interdune dan serir.
Bukit pasir bervariasi dalam ukuran butir dari 1,6 - 0,1 mm. Endapan bukit pasir
umumnya terdiri dari tekstur pasir yang terpilah baik dan kebundaran baik juga ;kaya
akan kwarsa. Endapan bukit pasir di pantai mungkin kaya akan mineral berat dan
fragmen batuan yang tidak stabil. Bukit pasir di pantai yang terjadi didaerah tropis
banyak mengandung ooid, fragmen cangkang, atau butiran karbonat lainnya. Bukit pasir
yang terdapat di daerah gurun dapat mengandung gypsum seperti White Sand, New
Mexico
6. Struktur Sedimen
Pengangkutan dan pengendapan oleh angin membentuk tipe struktur sedimen ripple,
dune dan silang siur (cross-bed) seperti yang dihasilkan pada pengangkutan oleh air
(Boggs, 1995). Struktur sedimen yang terdapat pada bukit pasir adalah :
kumpulan perlapisan silang (cross-strata) berukuran sedang sampai besar, yang
cirinya terdapat pada muka kemiringan arah sari angin bertiup pada sudut 300 - 340 .
kumpulan perlapisan silang tabular-planar dalam arah vertikal yang terdapat pada
bagian bawah.
bidang batas antara kumpulan individu dan perlapisan silang yang umumnya
horinsontal atau miring dengan sudut rendah.
Tipe geometri struktur bagian dalam barchan dapat dilihat pada gambar-4. Selain itu
beberapa jenis struktur sedimen internal pada skala kecil dapat pula berbentuk perarian
lapisan datar (plane -bed lamination), perarian bergelombang (rippleform
lamination),ripple-foreset cross lamination, climbing ripple, grainfall lamination dan
sandflow cross -strata.
Pada bukit pasir yang kecil terdapat perarian silang siur tunggal (single cross lamination)
dan perlapisan silang siur yang tebal terdapat pada lapisan pasir yang cukup tebal.
Struktur sedimen yang besar tidak tampak pada inti pemboran, sehingga struktur sedimen
seolah-olah massive. Pengeboran melalui tranversal dan lunate dune mengungkapkan
bahwa beberapa kumpulan dari puncak bukit pasir dipisahkan oleh permukaan erosi dan
lapisan datar. Heterogenenitas perlapisan ini menggambarkan variasi yang tidak menentu
dari morfologi bukit pasir secara kasar. Perlapisan silang siur diendapkan saat migrasi
angin rendah pada muka gelincir dan unit perlapisan datar dan subhorisontal diendapkan
pada sisi belakang dari bukit pasir.
Endapan interdune dicirikan oleh perlapisan dengan sudut kemiringan yang rendah (< 10 0
) karena interdune terbentuk oleh proses migrasi dari bukit pasir, banyak terdapat
bioturbasi yang merusak struktur perlapisan. Sedimen yang diendapkan pada interdune
dapat mencakup dua macam endapan yaitu subaquaeous dan subaerial, tergantung pada
iklim dimana mereka diendapkan, basah, kering atau daerah yang banyak terjadi
penguapan.
Endapan pada interdune kering dibentuk oleh ripple karena proses pengangkutan oleh
angin. Endapannya relatif kasar, bimodal dan terpilah jelek dengan kemiringan yang
tegas, lapisannya membentuk perarian yang jelek. Endapannya banyak mengandung
bioturbasi yang merupakan hasil acak binatang maupun bekas tumbuhan.
Pada interdune yang terjadi di daerah basah dekat dengan danau, silt dan clay
terperangkap oleh badan yang semipermanen. Endapan ini dapat mengandung spesies
organisme air tawar seperti gastrododa, pelesipoda, diatome dan ostracoda (Boggs, 1995).
Dapat pula terbentuk bioturbasi seperti jejak kaki binatang.
Endapan sheet sand juga mengandung kemiringan yang tegas atau permukaan iregular
dari erosi beberapa meter panjangnya, terdapat jejak bioturbasi yang disebabkan oleh
serangga atau tumbuhan, struktur cut-and-fill pada skala kecil, kemiringan yang tegas,
lapisan perarian yang jelek sebagai hasil dari perbatasan pengendapan grainfall,
diskontinu, lapisan tipis pasir kasar yang interkalasi dengan pasir halus, dan kadangkadang interkalasi dengan endapan eolian yang mempunyai sudut besar Gb.5
menunjukkan distribusi dan hubungan stratigrafi dari sheet sand dan endapan bukit pasir
eolian.
Gb.6,7,8,9 dan 10 adalah contoh-contoh struktur sedimen pada endapan eolian.
8. Kesimpulan
-
Angin memegang peranan yang penting pada proses sedimentasi. Hasil endapan oleh
angin banyak dijumpai dimuka bumi ini khususnya didaerah beriklim kering dan semi
kering. Contohnya adalah endapan bukit pasir yang terjadi di lingkungan gurun,
glacial dan pantai.
Butiran pasir dapat diangkut oleh angin dengan dua cara yaitu suspensi dan sultasi.
Ukuran butir yang lebih kecil akan terbawa dalam gumpalan debu secara traksi ,
sedangkan yang berukuran lebih besar akan terseret, menggelinding dan meloncat.
Endapan bukit pasir dipantai mempunyai bentuk butir yang baik, kebundaran baik dan
terpilah baik sampai sangat baik. Interdune terdiri dari sand, silt dan clay dengan
pemilahan yang jelek. Batupasir yang berasal dari endapan dune memiliki porositas
yang baik dan baik pula sebagai batuan reservoar.
- Struktur sedimen yang terdapat pada endapan eolin umumnya silang siur, silang siur
sejajar sampai dengan silang siur bergelombang. Ukurannya kecil (internal) sampai
yang berukuran (perlapisan)
Daftar Pustaka
- Allen, JRL, 1970, Physical Processes of sedimentology an Introduction, George Allen
and Unwin LTD, London.
- Sam Boggs, Jr, 1992, Principles of Sedimentology and Stratigraphy 2 nd edition,
Prentice-hall inc, New Jersey.
- Sekunder Asikin, 1978, Diktat Geologi Dasar, Institut Teknologi Bandung.
- Richard C. Selley, 1988, Applied Sedimentology, Academic Press, New York.
Roger G. Walker and Noel P. James, 1992, Facies Model : Respone to sea level
change, Geological Association of Canada.
Name
Sheet sand
Associations
Streaks
Circular to elliptical
mound, dome - shaped
Dome
Crescent in plan
Barchan
Connencted crescents
Barchanoid (akle)
Asymmetrical ridge
Transverse (reversing)
Symmetrical ridge
Linear (seif)
Gambar - 4 : Tipe geometri dan strktur bagian dalam dari barchan dune
(Boggs, 1995)
Gambar - 5 : Distribusi dan hubungan stratigrafi dari sheet sand dan endapan
Eolian (Boggs, 1995)
Gambar -10 : Ripple karena angin pada pasir kasar (Walker, 1992)
Gambar - 11 : Model stratifikasi untuk tipe dune yang simple dan kompleks.
Penampang longitudinal dan tranversal sejajar dan tegak lurus.
campuran yang tidak tersotir dengan baik, semua ukuran ada, mulai dari bongkah bongkah / batu - batu besar sampai kelempung, Kadang - kadang endapannya tepat pada
glasier dan lapisan - lapisan esnya. Bagaimana sedimen yang mempunyai penampilan
singkapan sama dapat memberikan sebuah endapan luas baik itu lingkungan glasial dan
nonglasial Term diamitct akan digunakan untuk sebuah deskripsi, masa nongenetic
betul - betul dari fasies yang sortirannya kurang baik tanpa memperhatikan asal mulanya.
Hanya dengan diamict dapat diketahui endapan yang langsung pada ice glasier dapat
diidentifikasi dengan baik. Suatu permasalahan pokok dalam mempelajari stratigrafinya
adalah untuk menentukan apakah fasies diamict spesifik sumbernya dari glasial atau
nonglasial. Banyak contoh dalam literatur dimana sedimen itu mula - mula terjadi dan
dapat ditunjukkan berasal dari sumber nonglasial. Diamict hanya tipe fasies dalam
keadaan biasa dan produksinya dari lingkungan pengendapan dalam sebuah luas daerah
tertentu dan juga pengaruh iklim. Dalam keadaan biasa tidak mungkin kita berkesimpulan
bahwa sumber sebuah diamict berasal dari sebuah singkapan tunggal dan kecil. Yang
penting selalu diperhatikan adalah hubungan antara facies dalam stratigrafi.
Agar dapat memperkirakan tanda - tanda untuk lingkungan pengendapan digunakan
refensi asosiasi fasies. Dengan pendekatan yang dasar dapat ditarik kesimpulan bahwa itu
adalah produksi facies diamict, sebagai contoh, aliran sedimen oleh gaya berat, yang
cenderung faciesnya dipengaruhi oleh arus turbidit. Dimana asosiasi fasies ini berubah rubah pada lingkungan pengendapan yang berbeda, dalam model 3 dimensi dapat
memperlihatkan endapan dengan jelas. Untuk interprestasi yang baik memerlukan profil
defosit vertikal secara terinci, bersama - sama dengan informasi variasi lateral dan
geometri deposit diluar singkapan lokal. Umumnya. Asosiasi glasial fasies beserta
lingkungan pengendapannya terjadi khususnya pada sungai, danau, darat yang berbatu
dan pada kemiringan. Dalam kebanyakan kasus glasier yang mempunyai volume besar
diberikan oleh lingkungan pengendapan dilaut atau lacustrine basin, dimana sedimen
glasial primer lebih banyak bekerja dibandingkan proses sedimen nonglasial yang
berbeda dan pengaruh lingkungan glasial dapat diidentifikasi dan juga asosiasi - asosiasi
fasiesnya. Sistem pengendapan glasial dapat terlihat dengan jelas pada geometri 3
dimensi, dimana proses hubungan fasiesnya mencatat bahwa elemen paleogemorphic
basin yang terbesar. Berdasarkan pemisahan dan krnologis lingkage, sistem pengendapan
ini diidentifikasi menjadi dua bagian yaitu glacioterrestrial dan glaciomarine
Subglacial
Supraglacial
Glaciolacustrine
Glaciofluvial
Substrate relief dan lingkungan tektonik adalah berperan sebagai dasar dalam
pengendapan glacialteretrial ini. Menurut hasil penyelidikan bahwa pertumbuhan lembar
- lembar es dibumi ini dalam jumlah yang besar, tetapi kurang yang mengandung
endapan - endapan. Glacial itu aktif pada basin akibat tektonik. Dalam jumlah yang besar
ternyata glacial besar dari sedimen ocean basin. Iklim juga mempengaruhi endapan
glacial terrestrial ditepi es.
Posisi Glacioteretrial Pada Low - Relief.
Glasil low - relief ini ditunjukkan dengan baik dengan adanya distribusi glasial deposit
pleistocene seperti yang terjadi di Amerika bagian utara. (gambar 2,3) Beberapa sistem
pengendapan pada low - relief yang dapat terjadi dapat dilihat pada gambar 1.
dari stratigrafi subglasial (gambar 6) Chanel mempunyai sebuah planah pada permukaan
bagian atas yang memotong diamict, dimana berorientasi pada aliran es langsung yang
subparalel dan hubungan genetik dengan ekers ridges (gambar 6). Oleh karena itu
kehadiran fasies glaciofluvial didalam lingkungan lodgement - till tidak terlalu penting
sebagai petunjuk mundurnya glacier.
2. Sistem Pengendapan Supraglasial
Bagian luar dari tepi lembaran - lembaran es biasanya merupakan batas dimana sisa
daerah yang luas dari tofografi bukit-bukit kecil terdiri dari sedimen-sedimen yang
bervariasi dengan geometri komplek. Selama proses glaciation yang terakhir, perluasan
dari es berhenti sekitar seperempat kilometer seperti yang terjadi di Amerika bagian utara
(gambar 2,3). Perbedaan tekanan yang kuat antara upglacier yang aktif dengan
penghalang - penghalang oleh bagian tepi es menghasilkan perlipatan yang kompleks dan
perlapisan runtuhan basal yang tebal (gambar 9). Dimana melt-out till bersama dengan
perkembangan fasies diamict pada permukaan es adalah asosiasi dengan topografi
bukit-bukit kecil yang khusus dimana itu merupakan data kompleks dari pemisahan tepitepi es. (gambar 10 d). Jika bagian luar dari tepi es yang tipis menjadi frozen pada
substrate maka lempengan dari bedrock yang besar juga glaciotectonized boleh tidak
ikut dengan proses tersebut. Ini adalah pergerakan dari es tidak melakukan luncuran pada
basal, tetapi terjadi deformasi dibawah substrate sedimen. Apabila proses ini tidak
berjalan lagi, maka bentuk ini menjadi menutup oleh runtuhan-runtuhan englasial pada
permukaan es. (gambar 9,10a,b,c). Penutupan ini tidak stabil dan pergerakan sedimen
akibat aliran gravitasi untuk kedalam basin yang berbentuk ketel, merupakan generasi
penutupan oleh pencairan es pada suatu tempat tertentu. (gambar 10b,c). Dimana
pencairan kearah bawah lebih cepat oleh produksi tofografi daerah rendah diamict
supraglacial pada prosese sedimentasi ulang secara umum diakibatkan oleh aliran dari
reruntuhan - reruntuhan yang ada, serta mempunyai lapisan berupa clast yang pararel
dengan arah alirannya, dimana clast itu merupakan rancangan dari lapisan-lapisan
paling atas, bagian-bagian berbentuk rakit dan fragmen-fragmen dari sedimen yang sudah
lebih dulu, juga channelnya berbentuk bagian yang menyilang, terdapat geometri
lenticular yang mengalami penebalan pada down-slope serta ketidak hadirin relief pada
perlapisan atas dari permukaan dan adanya suatu kecendrungan untuk mengisi tofografi
yang rendah. Massive dan lapisan kasar dari fasies diamict berpengaruh, dimana fasies
lapisan - lapisan kasar sebagai hasil dari aliran massive yang tipis pada lapisan diatasnya.
Dimana fasies diamict adalah merupakan interbedded dengan glaciofluvial dan
fasies lacustrine. Ini merupakan basal yang ada pada bagian atas sebagai hasil dari
melt-out till (gambar 9), yang boleh menutup lapisan batuan berbentuk rakit pada
bagian atas yang sekarang merupakan pembentuk dari dasar es. Kondisinya berada
dibawah sehingga struktur englasial berupa perlipatan dari rangkaian runtuhan basal yang
merupakan kelanjutan dari melt-out dalam bentuk perlapisan berhubungan serta
berorientasi melintang sebagai pembentuk aliran es langsung (Shaw, 1979).
memerlukan studi lapangan yang detail (Ashely, 1975). Ciri-ciri untuk danau yang bukan
ice-contact dalam basin low - relief dimana sedimentasinya semata - mata ditentukan
oleh musim dimana mencairnya permukaan lembaran-lembaran es. Sedangkan didalam
high-relief basin dari danau itu berada pada zona pegunungan. Model sedimentasi
dari danau glacial ice-contact sangat mengecewakan karena mempersulit pekerjaan dari
bagian logistik pada danau proglacial yang modern dan basin danau modrn yang
uikurannya kecil dibandingkan dengan pleistocene contoh-contoh yang lebih tua.
Perluasan dari deposit glaciolacustrine pleistocene itu dapat dilihat disekitar danau-danau
besar yang modern di Amerika utara adalah sangat penting untuk studi sedimentasi dalam
skala besar, khusus danau ice-contact didalam posisi low-relief. (gambar 14,15).
Diamict adalah butiran yang halus dan mempunyai geometri sebuah blanket-like,
dimana mengalami penebalan pada tofografi rendah dan penipisan pada daerah yang
sangat tinggi. Dimana pada bagian dalam, diamict mempunyai susunan komplek
berupa massive dan fasies yang berlapis-lapis. (gambar 13e,14,15) fasies diamict
massive sebagai hasil dari lapisan deras, sehingga sedimennya melayang-layang dan
rakit-rakit es runtuh diatas dasar basin. Stratifikasi yang berikutnya boleh berkembang
oleh proses pekerjaan ulang dari sedimen ini akibat arus yang menarik atau perulangan
sedimentasi pada down-slope. diamict biasanya adalah overlain pada unit-unit
chanel yang berupa laminasi lumpur-lumpur lempung, kemungkinan asalmula turbidit,
kandungan dari dropstone. (gambar 13c). ini adalah perubahan :ovelain oleh
pengkasaran bagian atas yang berjalan dengan baik pada ripple-laminated, planar dan
tembus dan tembus ke pasir cross-bedded yang menurut catatan letaknya pada pada
progadasi delta yang merupakan akumulasi diamict
boleh menjadi sangat sulit, jika tidak mungkin diidentifikasi bukti/tanda harus mencari
dari kehadiran atau ketidak hadirin iklim dingin struktur periglacial, atau dari kejadian
glasial dari clast yang tajam-tajam, (gambar 5) dan kerut-kerut. Ini adalah masalah
terutama dalam kedudukan high-relief.
Figure I. Depositional environments and typical vertical profiles of facies deposited during a single phase
of glacier advance and retreat in vanaos glacioterrestrial and glaciomarine environments.
Figure 2. Schermatic distribution of sediments resulting from Quatermany glacition of northern North
America. Note widespread distribution of thick, glacially derived marine sediment in ocean basins : these
sediments are preferentially preserved in the Earth.s glacial record.
Figure 4. A)Top, moverment of dry-based (polar) glacier by internal deformation. Glacier is frozen to the
bed ; bottom, in contrast wet-based glaciers move by internal deformation and basal sliding. Horinzontal
arrows indicate relative amounts of ice moverment.B) moverment of wet-based glacier on bedrock
substrate.C) Stiff-bed model for accretion of till sheets below wet-tased ice (see Fig. 8) Accretion occurs
by iricremental smearing of englacial debris agairist substrate (lodgement till ). D) soft-bed model where
till is produced below wet based ice by subgtacial shearing of overridden sediments (detormation till ; see
fig 14)
Figure 5. Glacially-shaped clasts. A) exposed in front of modern glacier (athabasca Glacier, Alberta). B)
weathhering out from a late Proterozoic tillite (Tauodeni Basin, Mauretania) Note streamlined nose on
clasts (to left, both photographs) which point up-glacier ; also note truncated ends and striae.
Figure 6. Depositional environment, stratigraphy an generalized vertical profile for lodgment till
succession (see Fig.6c).
Figure 7. Low relief till plain being exposed by retreat of an Iceinandic glacier , lines parallel to ice margin
are margin are annual push ridges. Section in centre of photograph is 8 m high
Figure 8. Massive, overconsolidated lodgement till showing subhorinzontal shear planes. Late Wisconsin
deposits at Sandy By, Northumberland. England
Figure 9. Depositional environment, stratigraphy and generalized vertical profile for supraglacial deposits
at margin of stgnant, debris-rich. Ice margin (see Fig. 17) (1) debris flows, (2) melt-out till, (3) outwash, (4)
deformed subsrate, (5) lodgement till (see Fig 8) or deformation till (see Fig. 14).
Figure 11. Contrasting depositional conditional conditions in ice-contact and non ice-contant lakes
Figure 13. Glaciolacustrine facies. A) Proximal varved sands (e.g.,1 in fig.19) with winter clay layers
arrowed. These fasies were deposited in a non ice-contact lake (Fraser river valley, British Columbia) B)
Lowermost rippled sands with overlying draped lamination (silt) with winter clay layers arrowed (e.g.,2 in
Fig. 19) Deposited in a non ice-contact lake (Glacial lake Hitchcock, Massachussetts). C) Laminated silt
and clay containing abundant ice-rafted material. Some laminae show normal grading from silt to clay.
Note variable thickness of laminae Depodited in an ice-contact lake; Don Valley Brickyard, Toronto,
Ontario. D) Varved silt and clays deposited in lake Agassiz, northern Ontario Note relatively constant
thickness of laminations. Scale in cm; photograph courtesy T Warman. E). crudely stratifled muddy diamict
formed by ice-ralting and setting of suspended fines in an ice-contact glaciolacustrine environment; photo
shows about 1 m of outcrop. Lale Wisconsin
Figure 14. Outcrop geometry of last glaciation (Wisconsin) glciolacustrine complex (diamicts, sand, silt,
clays) exposed, Scarborough Blutfs, Ontario
Figure 15. Idealized vertical profile through Late Wisconsin glaciolacustrine complex exposed at
Scarborough Bluffs, Ontario. See fig.21 for outcrop geometries.
Figure 16. Glaciofluvial environments and facies A) Scott outwash fan, alaska. B) Typical braided river
gravel facies showing planar tabular sheets of massive to poorty-stratifled gravets deposited on longitudinal
bars. Note thin (30 cm) wedges of sand deposited along trailing edge of gravel bars (see chapter 7). Section
is approximately 8 m high.
Figure 18. Glaciomarine deposition along high relief antarctic continental margin. Subglacial deposits
accumulate when ice extends across shelf. Postglacial reworking and resedimentation of these deposits is
coeval with deposition of siliceand organic oozes under conditions of clastic starvation (see Domack,
1988). Numbers refer to sedimentation raters (cm/1000 yr)
LAGUN (LAGOON)
DEFINISI
Lagoon berarti danau dipinggir laut, sehingga lagun dapat didefinisikan sebagai suatu
kawasan tertutup yang terletak di pinggir pantai dan dibatasi oleh penghalang. Bentuknya
dapat memanjang sejajar dengan pantai apabila penghalang. Bentuknya dapat memanjang
sejajar dengan pantai apabila penghalang berupa punggungan (barrier) dan ada pula yang
bentuknya relatif melingkar apabila dikelilingi oleh reef atol.
KLASIFIKASI
Karena bentuknya yang tertutup, ciri khas dari lagun adalah kadar garam (salinitas) yang
bervariasi dari sangat tinggi hingga tawar, tergantung pada kondisi hidrologi dan iklim
daerah tersebut. Lagun terbentuk di daerah yang kering atau semi kering. Lagun di daerah
kering memiliki salinitas yang lebih tinggi dari pada yang berada didaerah semi kering
yang sering hujan (basah). Lagun di daerah kering dicirikan dengan salinitas yang tinggi
(hypersaline), sedangkan di daerah yang basah dicirikan oleh air payau. Gambar-1
memperlihatkan bentuk umum.
Berdasarkan kandungan garam dalam air (salinitas) lagun secara lateral dapat dibagai
menjadi 4 bagian, yaitu freshwater dominated zone, brackish zone, sea-water dominated
zone dan hypersaline zone (Boggs, 1992).
Pembagian ini dapat dilihat pada Gambar-2.
Freshwater dominated zone, adalah daerah yang didominasi oleh air tawar yaitu dekat
dengan aliran air tawar masuk.
Brackist zone (zona payau) adalah daerah dimana terjadi pencampuran air tawar dan
air laut yang masuk melalui celah penghalang.
Sea - water dominated zone, yaitu zona yang dekat dengan celah penghalang dimana
air laut dapat masuk melalui celah tersebut.
Hypersaline zone, yaitu daerah yang mempunyai salinitas sangat tinggi karena dari
aliran air tawar.
Beberapa jenis lagun yang tidak mempunyai aliran air tawar hanya mempunyai dua atau
tiga jenis lingkungan. Lingkungan. Selley (1988) membagi lagun menjadi 3 zona, yaitu
Hypersaline, Brackish dan Fresh.
Menurut geomorfologinya dan pertukaran air secara alamiah dan tepi laut, Kjerfve dan
Magil (1989) dalam Boggs (1992) mengidentifikasi 3 tipe lagun. yaitu Choked lagoon,
Restricted lagoon dan leaky lagoon (Gambar - 3).
Chocked lagoon, bentuknya memanjang dan dipengaruhi oleh energi gelombang yang
lebih besar dari pada pasang surut.
Restricted lagoon umumnya mempunyai dua atau lebih celah penghalang, arus
pasang surut yang besar dan lebih banyak disebabkan oleh angin.
Leaky lagoon, terbentang sepanjang pantai hingga mencapai lebih dari 100 km
dengan luas beberapa km saja. Arus pasang surut sangat dominan didaerah ini.
PROSES SEDIMENTASI
Transport sedimen, aliran air dan pencampuran air di dalam lagun dipengaruhi oleh
jumlah air tawar yang masuk, gelombanglaut, pasang surut laut, badai (strom), gradien
densitas, perubahan muka laut serta perubahan iklim dan temperatur (Boggs, 1992).
Sirkulasi air di dalam lagun lebih sedikit yang disebabkan oleh air tawar dari pada yang
terjadi di estuari. Selain itu dapat pula berasal dari air laut dalam bentuk arus pasang surut
yang masuk melalui celah penghalang dan gelombang yang ditimbulkan oleh angin.
Lingkungan lagun umumnya berenergi rendah karena terhalang oleh barrier, sehingga
endapan lagun terdiri dari sedimen berbutir halus. Materialnya terdiri dari batupasir dan
lempung. Batupasir yang kasar dapat berasal dari erosi barrier yang diendapkan di
pinggir lagun dan menghalus ke arah pusat lagun (Gambar-4). Pada umumnya perubahan
antara batupasir, lanau dan lempung adalah berlapis dan menjari (Walker, 1992) Pada
beberapa lagun yang tidak mempunyai muara sungai, material yang diendapkan berasal
dari material marin dan lebih dominan lempung. Dapat pula dijumpai fraksi kasar apabila
terjadi gelombang besar yang mengerosi penghalang (barrier) dan terendapkan di lagun.
endapan delta dapat terbentuk di ujung celah penghalang, didalam lagun atau dibagian
laut terbuka (Boggs, 1992). Materialnya terdiri dari batupasir halus yang terjadi apabila
gelombang besar mengikis barrier dan terendapkan di lagun. Contoh komposisi stratigrafi
daerah lagun di formasi Cretaceous, Alberta Selatan, Kanada, diperlihatkan pada Gambar
-5.
Struktur sedimen yang ada umumnya pejal pada batu lempung dengan sisipan tipis
batupasir halus. Dijumpai pula gelembur gelombang dan beberapa silang - siur (cros
bedding) berukuran kecil pada endapan batupasir yang disebabkan oleh pasang surut.
Struktur bioturbasi sering sering dijumpai pada batulempung pasiran (siltstone) yang
bersisipan batupasir di dasar lagun (Boggs, 1992). Batupasir tersebut ditafsirkan sebagai
hasil endapan angin, yang berstruktur perarian sejajar dan kadang - kadang dijumpai riple
cross lamination. Struktur sedimen burrow (galian binatang) ditemukan pada lapisan
batupasir berbutir halus.
Fosil yang dijumpai di lingkungan lagun sangat tergantung pada kondisi salinitas dari
pada (Boggs, 1992). Fosil-fosil air payau yang dijumpai merupakan indikasi bagian
muara sungai. Pada beberapa tempat sisipan batupasir dijumpai gloukonit yang
mencirikan hasil pengendapan dekat celah penghalang. Lagun dengan dengan kondisi
salinitas normal (sama dengan air laut), fosilnya sama dengan fosil yang ada dilaut
terbuka. Kadangkala mengandung lumpur karbonat yang berasosiasi dengan pecahanpecahan cangkang. Hal ini ditafsirkan sebagai bagian lagun yang mengalami perombakan
karena tektonik, pada penghalang berupa batugamping. Selain itu dijumpai jenis
moluska yang menandakan lingkungan berada dekat dengan lingkungan laut (Selley,
1980). Lagun dengan salinitas tinggi sedikit dijumpai fosil karena hanya sedikit yang
dapat hidup pada lingkungan dengan tingkat salinitas tinggi.
KESIMPULAN
Batuan sedimen di daerah lagun umumnya berbutir halus karena lingkungannya relatif
tenang. Didominasi oleh batupasir dan batulempung. Fosil yang dijumpai tergantung
pada tingkat salinitas dan masing-masing mencirikan tipe dari pada lagun. Struktur
sedimen umumnya perarian sejajar dijumpai gelembur gelombang dan silang siur kecil
pada daerah dekat celah penghalang.
PUSTAKA
Sam Boggs, Jr. 1992, Principles of Sedimentology and Stratigraphy 2 nd edition,
Prentice-hall inc., New Jersey.
Richard C. Selley, 1988, Applied Sedimentology, Academic Press, New York.
Roger G. Walker and Noel. P. James 1992, Facies Models : Response to sea level
change, Geological Association of Canada.
Gambar - 3 : Pembagian lagun berdasarkan lagun energi pertukaran air dan tepi
pantai (Boggs, 1992)
PAPARAN KARBONAT
1. PENDAHULUAN
Sedimen dan batuan karbonet di definisika sebagai batuan sedimen yang mengandung
mineral karbonal lebih dari 50%, dan menerel ini mengandung CO3 dan satu atau lebih
kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Biasannya kebanyakan mineral karbonal adalah kalsit
(CaCO3) yang merupakan komponen utama batugamping, dan mineral dolomit (CaMg
(Co3)2), yang mana adalah komponen utama batugamping, dan mineral dolomit Dari
seluruh pembentukan batuan karbonat diperkirakan lebih dari 90 % adalah karbonat
natural dan mereka menyumbang 1/6 dari seluruh batuan sedimen.
Dalam reservoar migas, batuan karbonat adalah diantara batuan yang sangat penting,
yang merupakan reservoar penghasil migas kira-kira 40 % dari minyak bumi dan gas
dunia. Salah satu contoh reservoar karbonat dengan produksi migas yang besar adalah
reservoar karbonat Timur Tengah.
Sedimen karbonat yang dijumpai sekarang ini kebanyakan terletak pada lingkungan laut
dan mungkin beberapa di daerah teresterestrial, tetapi tempat yang sangat berlimpah dari
sedimen karbonat ini adalah dilingkungan laut dangkal tropis.
II.3. Salinitas
Perbedaan dan kelimpahan biota mengindikasikan seluruh baiknya seluruh faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan karbonat(Carbonat Factory) (Gambar II-3). Berangkat
dari kondisi laut terbuka normal menunjukkan penurunan perbedaan fauna karena
berbagai organisme tidak dapat mentolernasi ganbbuan yang menyebabkan perubahan
salitias. Peningkatan salinita menurunkan keanekaragaman biota dan salinitas diatas 40 %
kebanyakan invertebrata menghilang, meskipun alga kalkareous kontinyu memproduksi
sedimen terhadap waktu.
III.
KOMPOSISI
Karbonat mud adalah batuan karbonat dengan butiran matriks halus, termasuk partikelpartikel detritus dengan butiran sangat halus dan endapan kristalin sangat halus. Karbonat
ini ekuivalen dengan serpih dan batulempung silisiklastik. Gamping lumpur (lime mud)
laut adalah diperoleh dari organisme bentonik yang mati dan meluruh, detritus berasal
dari partiel karbonat yang lebih besar, akumulasi biota plantonik, dan pengendapan
lamngsung dari air laut. Mg-kalsit dan aragonit membentuk gamping llumpur moderen
tetapi kebanyakan adalah arogonit.
Selanjutnya sedimen karbonat ini menjadi batu oleh proses lithifikasi, sehingga
komponen utama ketiga adalah semen. Jadi, sebenarnya batuan karbonat terbentuk oleh
tiga komponen utama, yaitu butiran, matriks, dan semen. Dalam lingkungan laut
moderen, beberapa sedimen karbonat membatu pada atau hanya dibawah dasar laut ke
dalam batugamping, sebagai contoh, adalah beachrocks yang mana adalah pembatuan
sedimen-sedimen pantai yang biasanya tersemen oleh aragonit dan Mg-kalsit berupa
serabut atau seperti jarum, yang merupakan pngendapan dari fluida laut, beberapa
pengendapan semen kalsit terjadi dalam lingkungan meteorik, seperti dalam lensa-lensa
air tawar yang berasosiasi dengan pulau karbonat. Dalam karbonat purba, semen aragonit
dan Mg-kalsit jarang tersimpan baik. Seperti ketidaksatabilan butiran aragonit dan Mgkalsit, semen-semen mineral ini juga berubah ke kalsit.
III.3.1. Butiran Karbonat Skeletal
Komponen skeletal batuan karbonat adalah diperoleh dari sisa-sisa organisme yang
menggeluarkan karbonat. Organisme menegeluarkan skeleton untuk mendukung dan
melindungi jaringan (tissue) lunak dan dalam pekerjaannya, secara organik mereka
mengendapan mineral karbonat yang mana mineraloginya bervariasi dengan tingkat
taxanomix organisme, kondisi lingkungan, dan khususnya temperatur. Tabe III-I
menunjukkan minerologi yang dihasilkan oleh berbagai organisme.
Umumnya, banyak butiran skeleton dapat diidentifikasi dalam batuan inti (core) atau
sampel tangan jika butiran tersebut seluruhnya atau sekurang-kurangnya berukuran pasir
kasar, seperti fusulinids dan crinoids, Namun demikian, untuk kebanyakan karbonat
pengujian penampang tipis (thin section) tetap dibutuhkan untuk mengidentifikasi jenis
butiran. Secara normal identifikasinya didasarkan pada ukuruan dan dan bentuk,
mikroarsitektur internal, dan mineralogi awalnya (seperti dinyatakan oleh bukti pabrik
atau kimiawi). Striktur internal, dihasilkan oleh susunan aggregat kristal dalam skeleton.
Pada gambar III-2A dan III-2B diperlihatkan beberapa jenis mikroarsitektur
(mikrostructure) skeletal utama.
Berdasarkan perbedaan minerologinya dan khususnya struktur internalnya, beberapa
material skeletal jenis skeleton terpecah - pecah setelah mati karena resistansi terhadap
abrasi. Pengrusakan skeleton-skeleton ini menghasilkan partikel-partikel yang dapat
dikenali berdasarkan resistansi relatifnya terhadap pengrusakan (breakdown).
Sheathed dan spiculed skeletons, yaitu materialnya-materialnya berukuran lanau sampai
pasir yang lepas dari jaringan (tissue) organiknya. Pada saat organisme mati, jaringan
organik rusak dan partikel-partikel lepas sebagai sedimen halus. Contoh meliputi
Penicillus (alga kalkereous), alcyonarians, koral, sponga, tunicates, dan holothurians.
Segmented skeletons, terdiri dari partikel-partikel mineral yang berhubung bersama-sama
dengan jaringan organik. Kematian dan pembusukan organisme biasanya sering
menghasilkan partikel-partikel berukuran pasir yang selanjutnya diendapkan. Contoh
adalah Halimeda, Persambungan alga merah dan echinoderms.
Branched skeletals, adalah mengandung pengkapuran yang baik proyeksi silinder atau
seperti mata pisau. Ukuran fragmen yang dijumpai dalam sedimen tergantung pada
ukuran asal organisme, kekeuatan dan ukuran cabang, serta sifat dan intensitas organik
dan pengrusakan mekanik yang dialaminya, contoh adalah beberapa koral (Acropora),
alga merah, dan bryzoans.
Chambered skeletons, meliputi semua yang berlubang atau sebagian berlubang,
Chambers berlangsung setelah organisme mati, tetapi variasi resistansinya lebar untuk
jenis chembers berbeda terhadap kerusakan, tergantung pada ukuran absolutnya, tebal
dinding, bentuk, dan mikrostrukturnya. Umumnya, bentuk arcuate bertahan sukses
terhadap pengkrusakan. Contoh adalah gastropods, serpulid worm tubes, foraminifera,
beberapa crustaceans, pelecypods.
Encrushted skeletons, meliputi semua tumbuhan dan binatang yang permukaannya
mengeras (encrusted). Dalam banyak kasus pengkrusakan skeleton-skeleton terutama
tergantung pada pengkrusakan organik pada permukaan kerasnya atau subtrate. Ini adalah
ketahanan trktur secara mekanik. Contoh meliputi beberapa alga, foraminifer, koral,
bryozoans, worms, hydrokorallines.
Massive skeletons, umumnya adalah besar dan berbentuk hemispherikal. Mereka
kebanyakan tahan terhadap pengrusakan karena ukuran butirnya dan dalam beberapa
kasus, karena mikrostrukturnya. Contoh adalah koral dan beberapa coralline algae.
Ukuran butir sedimen skeletal umumnya menunjukkan ukuran asal bagian keras dari
pengapuran (calcified), dan selanjutnya ukuran dan bentuk butiran yang tidak terpadu
(lepas-lepas) ini lebih berkaitan dengan arsitektur internal skeletons atau jenis erosi
biologi daripada regim hidroulik (Gambar III-3)
Lithokalst
Lithoklast, adalah fragmen hasil erosi, yang kemudian mengelami pembantuan (lithified),
atau pengerasan sedimen karbonat melalui pengawetan pecahan, erosi mekanik,
pemboran atau perlubangan secara biologi. Disini ada dua jenis lithocklast (Gambar III.4), yaitu :
(1) Ekstraklastadalah fragmen batugamping yang tererosi dari, sebagai contoh dekat
karang terjal dan diendapkan dengan sedimen yang seumur. Fragmen ini diperoleh
dari luar cekungan pengendapan dan tidak berkaitan dalam umur bagaimanapun, asal
pengendapan, atau komosisi sedimen seumur. Ekstraklast tidak biasa dijumpai dalam
batugamping
(2) Intraklasts adalah fragmen batugamping atau pengerasan sedimen diperoleh dari
dalam cekungan pengendapan. Fragmen ini meliputi beachrock, hardgrounds, atau
potongan alga stromatolite semi-terkonsolidasi (Gambar
III-5). Intraklasts
mengandung partikel - partikel yang seumur dengan batuan induknya (host rock) dan
beberpa fabrik diagenetik dijumpai dalam interklast yang berkaitan dengan
lingkungan pengendapan sedimen induknya. Interklast sangat sering dijumpai dalam
karbonat. Mereka dapat berupa erosi laut apapun yang terletak pada tidal channels,
pantai, muka terumbu, tidal flat, dan lain - lain.
Kemungkinan jenis ketiga lithoklast, dinamakan grapestone (Gambar III-6), adalah
aggregat butiran (ooids, fragmen skeletal, peloids). Atau lumps, dan mereka tidak
menunjukkan tanda-tanda penorehan pada bouldernya.
Ooids
Ooids adalah partikel penutup (coated grain) berukuran pasir, berbentuk bundar sampai
oval bilamana berlapis adalah semoth dan konsentris disekitar nukleus butiran (Gambar
III - 7). Penutup (coating) terdiri dari cortex dan mungkin ini tebal (ooids yang terbentuk
baik) atau tipis (satu atau dua coating), dalam kasus seperti ini dinamakan ooids
superfisial. Tebal lapisan individu berkisar dari 3 sampai 15 mikron. Nukleus mungkin
berupa fragmen skeletal, peloid, ooid lainnya, atau butiran detritus seperti kuarsa dan
feldspar.
Meskipun data terbatas menunjukan pertumbuhan individu ooids mungkin sangat
perlahan, data yang diperoleh di Bahama menunjukan laju akumulasi hampir 1 m/1000
tahun. Akumulasi ooids berkembang baik pada platform dangkal tropis dan subtropis
dalam air bergerak, biasanya kedalaman berkisar 0 sampai 4 meter dan butiran
digerakkan oleh arus tidal, arus angin, dan gelombang. Pergerakan air mengeluarkan CO2
dari larutan dalam air laut dan meningkatkan pengendapan caCO3. Disini kebanyakan
ooids yang terbentuk adalah aragonit ooids, dan sedikit terjadi Mg-kalsit ooids. Aragonit
ooids cenderung membentuk orentasi kristal tangensial, sedangkan Mg-kalsit ooids
membentuk struktur radial. Selanjutnya, adalah perbedaan pola distribusi araganit dan
Mg-kalsit ooids. Aragonit ooids menempati daerah energi tinggi, sedangkan Mg-kalsit
ooids cenderung lebih terkonsentrasi dalam lingkungan energi rendah. Barangkali, energi
hidroulik mengontrol mineralogi.
Pellets dan peloids
Istilah peloid digunakan untuk menggambarkan semua butiran yang dibentuk pada
aggregat karbonat kriptokristalin, yang mengabaikan asalnya (Gambar III-8). Ini perlu
digunakan asal aggregat ini sering tidak jelas. Tetapi untuk butiran dengan asalnya yang
jelas, digunakan istilah pellet.
III.3.3 Karbonat Lumpur
Karbonat lumpur (carbonate mud) adalah batuan karbonat berbutir halus (<63mikron)
yang mana biasanya diidentifikasi mengunakan cahaya mikroskop. Dibawah pengamatan
mikroskop elektron, karbonat lumpur laut moderen dapat dilihat kandungan yang kecil
sekali, seperti kristal aragonit berbentuk jarum, butiran skeletal yang kelihatannya sangat
halus atau tererosi, atau fragmen skeletal yang sangat kecil, seperti coccoliths.
Kebanyakan lumpur aragonit, berbentuk jarum, adalah diperoleh dari disintegrasi alga
kalkareous yang mati, seperti Penicillus, dan menghasilkan akumulasi komponen
aragonit berbentuk jarum pada dasar laut. Lumpur lainnya, yang mana berbentuk butirannano berbentuk membundar tanggung, adalah tidak jelas dari tanda-tanda organik. Ini
mungkin diendapkan dari air laut.
IV SISTEM PENGENDAPAN DAN FASIES MODELS
IV.I Tata Letak Pengendapan
Sedimen karbonat terutama diendapkan pada paparan platform laut dangkal, termasuk
platform epirik yang dilingkupi oleh air dangkal. Karbonat platform dapat juga terjadi
pada tepi blok kratonik dalam cekungan intrakratonik, melintasi top bank-bank lepas
pantai, dan daerah daerah positif lainnya pada paparan (Wilson & Jordan, 1983). Sedimen
karbonat mungkin juga dijumpai pada beberapa bagian lingkungan laut marginal, seperti
pantai, dan tidal flats.
Pada bab ini, penulis membatasi hanya membahas sedimen karbonat paltform. Berdarkan
sifat tepi (edge) platform-nya, ada tiga tipe dasar platform karbonat yang dapat dikenali
(Harris Moore, & Wilson, 1985), yaitu :
Adalah plaform dangkal yang ditandai oleh perubahan lereng yang jelas pada bagian tepi
luarnya (outer) kedalam air yang lebih dalam. Pada daerah perubahan (break) ini
biasanya berupa barier yang hampir mendekati menerus disepanjang tepi platform. Barier
ini biasanya berupa tertumbu buildup karena koral tumbuh subur didaerah ini atau
gundukan pasir skeletal/ooids yang dapat menyerap atau menghalangi energi gelombang
dan membatasi sirkulasi air, sehingga menghasilkan lingkungan paparan energi rendah
kearah darat, yakni
berupa lingkungan lagoon atau berpotensi terbentuknya
lingkungan evaporit. Kearah darat, lagoon tersebut berangsur ke lingkungan tidal flat
berenergi rendah dibanding dengan pantai zona pantai yang berenergi tinggi.
IV.I.2. Paparan Karbonat Unrimmed
Unrimmed atau open paltform adalah paparan yang tidak ditandai oleh barier marginal
yang jelas. Paparan ini biasanya terjadi pada bank-bank tropis besar yang dingin dan
dalam semua karbonat daerah dingin (James & Kendall, 1992).
Ramp adalah platform paparan unrimmed dengan kemiringan landai (kurang dari I
derajat) pada daerah endapan air dangkal menerus ke arah slope dengan hanya sedikit
perubahan (break) kemiringan ke dalam fasies yang lebih dalam. Perubahan kemiringan
pada ramp ini tidak ditandai oleh trend terumbu yang jelas, tetapi gundukan pasir
diskontinyu mungkin dijumpai disepanjang tepi paparan ini, dimana energi air tinggi.
Sirkulasi air yang melintasi platform unrimmed mungkin cukup untuk perkembangan
energi tinggi zona pantai disepanjang pantai moderat disamping formasi skeletal atau
gundukan pasir ooid-pellet sepanjang tepi paparan. Jadi, karbonat platform paparan
unrimmed dipengaruhi oleh proses fisika yang seperti paparan silisiklastik.
IV.1.3 Platform Terisolir
Platform terisolir (isolated platform) adalah platform air dangkal dengan kemiringan
landai, lebar sepuluh sampai ratusan kilometer, biasanya terletak pada lepas pantai
paparan kontenental dangkal, yang dikelilingi oleh air dalam yang bekisar dari beberapa
ratus sampai beberapa kilometer kedalamannya.
Meskipun, proses pengendapan batuan karbonat umumnya dipengaruhi oleh proses kimia
dan biologi, namun distribusi selanjutnya batuan karbonat juga dipengarhi oleh energi
yang bekerja selama pembentukan dan pengendapan batuan tersebut.
Pembahasan model fasies karbonat ini, penulis hanya mendiskusikan model fasies
karbonat platform rimmed. Gambar IV-2, menunjukan fasies untuk platform unrimmed,
sebagai berikut :
Fasies laut dalam
Kedalaman air fasies ini biasanya lebih dari beberapa ratus meter, dan jadi dibawah dasar
gelombang (wave base). Kolom air seperti ini, umumnya, teroksigenasi, salinitas laut
normal, dan sirkulasi arus adalah baik tetapi tenang. Fauna bentonik air dalam dijumpai
dan mereka tersimpan sebagai abradeb dan seluruhnya fosil. Struktur pelubangan
berlimpah dan nodular bedding bisanya dijumpai.
Fasies Tepi Cekungan
Model fasies ini terletak diantara ujung slope dan dibawah platform yang memproduksi
karbonat. Sedimen yang diendapkan pada fasies ini diperoleh dari platform melalui
sedimen aliran gravitasi, sedimen slide/slumps, dan suspensi.
Fasies Foreslope
Fasies foreslope umumnya terletak diatas batas bawah air yang teroksigenasi dan dari
atas sampai dibawah dasar gelombang. Inklinasi slope lebih dari 40o dan umumnya tidak
stabil. Pengendapan dimulai dari proximal atau sedimen aliran gravitasi densitas tinggi
dan slides/slumps.
Type I terbentuk oleh akumulasi karbonat lumpur dan akumulasi jatuhan organik yang
terdiri dari gamping lumpur bioklastik atau belt mounds pada foreslope tepi paparan
dengan slope atas berupa fasies pantai dan kepulauan, Fasies tepi Type II terdiri mounds,
organisme - organisme pembentuk kerangka organik berupa isolated clumps atau
encrusting sheets, atau organisme-organisme yang tumbuh diatas dasar gelombang (wave
base), dan akumulasi debris yang stabil. Sedangkan fasies tepi paparan type III adalah
pinggiran terumbu yang terbentuk oleh kerangka seperti kumpulan koral alga modren
dengan bentuk sessile berkembang melalui dasar gelombang kedalam zona ombak.
Contoh terumbu tepi seperti ini biasanya memiliki lereng yang terjal dan banyak debris
talus.
Sand shoals
Fasies ini biasanya berbentuk beting (shoals) pantai, tidal bars, dan pulau pasir. Pasir
karbonat terakumulasi pada kedalamann air beberapa meter. Biasanya lingkungannya
teroksigenasi baik tetapi tidak baik untuk kehidupan laut karena perubahan dasar lapisan.
Fasies Paparan Laut Terbuka
Kedalaman airnya dangkal, beberapa puluh meter dan salinitas bervariasi dari laut normal
sampai beberapa variasi salinitas. Sirkulasi air moderat dan fauna laut relatif terbuka atau
fauna laut sedikit tertutup mungking dijumpai, tergantung pada kedalaman dan sirkulasi
air. Sedimen yang biasa dijumpai adalh grainstone sampai wakstone dengan struktur
burrowing sering dijumpai, Patch reef atau bioherm mungkin dijumpai juga jika kondisi
laut terbuka.
Fasies Paparan tertutup dan Pertida
Fasies ini umumnya dijumpai pada lingkungan paparan dalam tertutup, lagoons, tidal
flats, dan tidal chennels. Dalam linkungan yang subagueous, yang mungkin dijumpai
adalah wackstones, pacstone sampai grainstone. Sedangkan dalam lingkungan intertidal
sampai supratidal mungkin dijumpai peloidal wackstones sampai grainstone, unit-unit
stromatolitic, dan intraclastic endapan badai. Didaerah dimana aktivitas gelombang
terjadi, bioklastik dan oolitic grainstone mungkin dijumpai disepanjang garis pantai.
Fauna yang dijumpai terbatas, terutama gastropods, algae, foraminifera tertentu, dan
ostracods.
V. DIAGENESA
Setelah proses pengendapan, sedimen karbonat adalah menjadi subjak dari berbagai
proses diagenesa yang dapat menyebabkan perubahan kimiawi, mineralogi, yang paling
penting dalam reservoar adalah perubahan porositas. Sedimen karbonat umumnya rentan
(mudah mengalami) terhadap pelarutan (dissolution), rekristalisasi, dan replacement dari
pada mineral-mineral silikat. Jadi, mineral-mineral batuan karbonat cenderung
mengalami alterasi mineralogi. Sebagai contoh, mineral lumpur aragonit asal mudah
teralterasi seluruh menjadi kalsit selama diagenesa awal dan pembenan. Kalsit mungkin
digantikan seluruhnya atau sebaian oleh dolomit pada waktu berikutnya oleh proses
dolomitisasi.
VI.
Secara umum tahapan diagenesa pada sedimen karbonat seperti pada sedimen
silissiklastik, yaitu eodiagenesis pada pembenan dangkal, mesodiagenesis pada
pembebanan dalam, dan telodiagenesis jika terjadi pengangkat dan uproofing. Jadi,
diagenesis menempati tiga atau realm utama (Gambar V-I), yaitu laut, meteorik, dan
regim bawah permukaan.
Regim Laut
Meliputi dasar laut dan bawah permukaan laut sangat dangkal. Lingkungan diagenetik ini
dicirikan oleh temperatur dan salinitas air laut yang normal. Proses diagenetik dasar pada
lingkungan seperti ini meliputi bioturbasi sedimen, modifikasi kerang karbonat dan
butiran lainnya oleh pemboran organisme, dan sementasi butiran dalam daerah air panas,
terutama pada terumbu, beting pasir tepi platform, dan endapan karbonat pantai.
Regim Meteorik
Regim ini terjadi dengan dua cara, yaitu : (1) oleh turunnya muka laut relatif, dan (2)
oleh cepatnya pengisian seimen pada cekungan karbonat dangkal. Batuan karbonat yang
lebih tua dapat juga masuk dalam regim ini oleh tahapan akhir pengangkatan atau
uproofing kompleks karbonat dengan pembebanan yang lebih dalam (teladiagenesis).
Regim meteorik dicirikan oleh hadirnya air tawar ; yang meliputi zona tidak jenuh (poripori sedimen tidak terisi dengan air) diatas water table, dan zona jenuh air dibawah water
table. Air meteorik umumnya sangat tinggi dimuati dengan CO2, sehingga secara
kimiawi sangat agresif. Karenanya aragonit dan kalsit magnesium tinggi lebih muda
larut daripada kalsit, mereka larut dengan mudah dalam air korosive. Sebaliknya,
pelarutan (dissolution) aragonit dan kalsit magnesium tinggi dapat menjenuhi air dalam
kalsium karbonat berkenan dengan kalsit, yang menyebabkan aragonit kalsitdiendapkan.
Proses dissolution - reprecipitation menyebabkan aragonit dan kalsit kalsium tinggi
kurang stabil sehingga digantikan oleh kalsit yang lebih stabil.
Regim Bawah Permukaan
Setelah periode awal diatas, sedimen karbonat secara berangsur terbebani kedalam dan
dalam regim ini terjadi peningkatan tekanan, temperatur tinggi, dan perubahan fluida
dalam pori-pori. Dibawah kondisi ini, sedimen karbonat mengalami kompaksi fisik,
kompaksi kimiawi, dan perubahan tambahan kimiawi/mineralogi yang meliputi
dissolution, sementasi, neomorphism, dan replcement. Sipat-sipat aksak perubahan yang
dialami selama diagenesa bawah permukaan dalam tergantung pada kondisi khusus
lingkungan pembebanannya, seperti temperatur, komposisi fluida pori, dan pH.
VI KESIMPULAN
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sedimen
batuan karbonat, yaitu : (1) paleomorfologi dan tektonik seting, dimana sedimen
tersebut diendapkan, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan internal
(carbonat factory) sedimen karbonat tersebut, dan (3) Energi yang bekerja selama dan
sesudah karbonat tersebut diendapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aigner, T., 1995, Storm depositional systems : Spinger Verlag, 114p
Bosscher, H., 1992, Growth potential of Coral Reef and Carbonate Platform : Ph.D.
Dissertation, Virje University, Amsterdam, 159p.
Garrels, R.M., et al., 1971, Evolution of sedimentary rock : W.W. Norton, New York
Harris Moore & Wilson, 1985, Carbonate depositional environment, modern and ancient :
Colorado School of MineQuaterly, v80, no 4, PI-60.
Heckel, P.H., 1972 , Recognition of ancient shallow marine environment, SEPM Special
Publication 16, p.226-286.
Hine, A.C., 1977, Lily Bank, Bahamas : history of active oolite sand shoal, Journal of
Sedimentary Petrology, V.42, p.1554-1581.
James & Kendall, 1992, Introduction to carbonate and evaporite fasies models : Fasies
model, respone to sea level change, Geological Association of
Canada
Nelson, et al., 1982, Shelf to basin, temperate skeletal sedimens, Journal of sedimentary
petrology, v.52, p. 717-732.
Roger G. Walker, 1992, Fasies models, response tosea level change, Geological
Associaion of Canada
Robertson Handford, 1995, Carbonate Depositional System and Sequence IAGI,
Yogyakarta.
Sam Boggs, Jr., 1995, Principle of sedimentology and stratigraphy, 2 nd edition, Prentice
Hall inc
Scoffin, T.P., 1987, An Introduction to Carbonate Sediment and Rocks : New York,
Chapmn and Hall, 274p.
Wilson J.L., 1975, Carbonate facies ini Geologic History : New York, Springer Verlag
Wilson J.L. & C Jordan, 1983, Carbonate depositional environment : AAPG Mem 33
Gambar II-I : Penyebaran sedimen karbonat laut dangkal modern (Wilson, 1975)
Gambar II-3 : Pengaruh salinitas terhadap penyebaran binatang dan tumbuhan moderen
(Heckel, 1972)
Tabel III-I : Mineralogi kelompok besar yang dihasilkan oleh organisme karbonat
(setelah Scholle, 1978)
Gambar III-I : Menunjukkan komposisi kimia dan mineral pada batuan karbonat Garrels,
R.M., et al., 1971)
Gambar III-3: Diagram yang menggambarkan ukuran fraksi butiran yang dihasilkan
oleh :
(A)
Pengrusakan mekanik pada Halimeda dan koral skeleton acropora
dan
(B)
Pengrusakan secara biologi koral massive oleh sponge dan ikan
(Scoffin, 1987).
Gambar III-2A : Mikrostruktur skeletal yang dapat dilihat dalam penampang tipis
dibawah bidang cahaya terpolarisasi dan cross nikol (Scoffin, 1987).
Gambar III-2B : Mikrostruktur skeletal yang dapat dilihat dalam penampang tipis
dibawah bidang cahaya terpolarisasi dan cross nikol (Scoffin, 1987)
Gambar III - 8 : Peloids dan fecal pellets yang terbentuk karena eksresi, mikritisasi
butiran, atau sebagai intraklast kecil
Gambar IV-1 : Menunjukkan endapan badai (Tempestite), yang terdiri dari intraklastik
grainstone berbutir kasar berangsur ke atas grainstone berbutir halus
dan ditutupi oleh lapisan mudstone nodular.
Gambar IV-2 : Model Fasies untuk Platform Karbonat Rimmed (Wilson, 1975)
Gambar IV-3 : Tiga Tipe Karbonat tepi Platform : I - downslope lime mud accumulation,
II - knol reefs along gentle slopes, dan III - Framebuilt, organic reef rims
(Wilson, 1975).
Gambar V-I : Menggambarkan Regim Diagenesa Batuan Karbonat (Moore C.H., 1989)
Gambar V-2 : Memperlihatkan bebagai macam semen yang berbentuk dalam batuan
karbonat selama diagenesa. (James, N.P., et al., 1983)
LINGKUNGAN TERUMBU
(REEF)
III.
PENDAHULUAN
Terumbu atau reef merupakan lingkungan yang unik yang sangat berbeda dari bagian
lingkungan pengendapan lainnya di lingkungan paparan (shelf). Terumbu ini umumnya
dijumpai pada bagian pinggir platform paparan luar (outer-shelf) yang hampir menerus
sepanjang arah pantai, sehingga merupakan penghalang yang efektif terhadap gerakan
gelombang yang melintasi paparan tersebut. Disamping terumbu berkembang seperti
massa yang menyusur sepanjang garis pantai diatas, juga dapat berkembang sebagai
patch yang terisolir dalam paparan bagian dalam atau inner-shelf (gambar I-I dan I-2).
Istilah lain untuk terumbu ini, ada yang menyebutnya dengan carbonate buildup atau
bioherm. Tetapi para pekerja karbonat tidak menyetujui penggunaan istilah terumbu
hanya dibatasi untuk carbonat-buildup atau inti yang kaku, pertumbuhan koloni
organisme, atau carbonat - buildup lainnya yang tidak memiliki inti kerangka yang kaku.
Wilson (1975) menggunakan istilah carbonat-buildup untuk tubuh yang secara lokal,
terbatas secara lateral, merupakan hasil proses relief tofografi, dan tanpa mengaitkan
dengan hiasan pembentuk internalnya. Sebelumnya Dunham (1970) mencoba
memberikan solusi dilema peristilahan ini dengan mengusulkan dua tipe terumbu, yaitu :
(a) Terumbu Ecologik : adalah terumbu yang dicirikan oleh bentuk kaku, struktur
tofografi yang tahan terhadap gelombang, dihasilkan oleh pembentukan aktif dan
pengikatan sedimen organisme.
(b) Terumbu Stratigrafi : dicirikan oleh batuan yang tebal, terbatas secara lateral, dan
merupakan batuan karbonat yang buruk sampai sangat buruk.
Selanjutnya Longman (1981) memodifikasi definisi Heckel (1974), yang mengatakan
bahwa terumbu sebagai karbonat yang tumbuh dipengaruhi secara biologi dan juga
mempengaruhi secara biologi dan juga mempengaruhi daerah sekitarnya.
II. TERUMBU MODEREN DAN LINGKUNGAN TERUMBU
Energi air, proses sedimentasi utama, jenis organisme, persentase komponen kerangka,
ukuran butiran serta pemilahan sedimen berubah-ubah dalam setiap zona (fasies)
terumbu. Pada tabel II-1 diperlihatkan ringkasan karakteristik seperti itu untuk setiap
fasies atau zona yang ditunjukkan pada gambar II-2. Pada zona reef-crest dimana
energi air paling tinggi, maka persentase kandungan kerangka paling tinggi. Kemudian
pada kedua arah fore-reef dan back-reef energi air akan menurun, yang diikuti oleh
penurunnan kandungan kerangka. Perlu diperhatikan bahwa seluruh komponen kerangka
terumbu biasanya sangat lebih kecil volumenya dari pada volume kandungan nonkerangka.
Longman (1981) membandingkan struktur terumbu dengan mudah, yang memiliki inti
tengah atau kerangka dikelilingi oleh edible fruit. Fraksi non-kerangka terumbu terdiri
dari organisme seperti echinodermata, alga hijau, dan moluska tidak membentuk struktur
kerangka, bersamaan dengan pecahan bioklas dari terumbu yang terkena aktivitas
gelombang dan dalam zona terumbu dengan energi lebih rendah, beberapa lumpur
gamping (lime mud). Zona fore-reef, talus-slope, dan back-reef coral algal sands
seluruhnya tersusun oleh kandungan non-kerangka yang terdiri dari terutama bioklas dan
beberapa organisme yang relatif hidup pada zona ini.
II.3.2 Lingkungan atau Fasies terumbu Energi Rendah
Pada lingkungan energi tinggi, fasies moderen terumbu type tepi platform umumnya
terdiri dari inti kerangka tengah yang mengandung sebagianbesar coral dan coralline alga.
Inti berangsur ke arah laut melalui zona fore-reef talus sampai lumpur gamping pada air
yang lebih dalam atau shales. Dan ke arah darat melalui back-reef coral algal sand sampai
endapan lagoon dengan butiran yang lebih halus. Model ini menyajikan alasan yang baik
untuk perkembangan terumbu energi tinggi dalam banyak posisi; meskipun beberapa
bentuk terumbu energi yang lebih randah juga dijumpai.
Pembagian zona karakteristik terumbu energi rendah tidak begitu baik berkembang
seperti terumbu energi tinggi dan terumbu cenderung membentuk bidang datar melingkar
sampai elip. Pertumbuhan organisme pada terumbu energi rendah umumnya didominasi
oleh bentuk-bentuk delicate, branching (gambar II-I), dan tersusun oleh pasir dan lumpur
karbonat yang sederhana dengan organisme yang sangat mirip bagi komposisi organisme
tipe terumbu (James, 1984). Bentuk pertumbuhan (buildups) energi rendah lainnya
tersusun sebagian besar oleh organisme non-terumbu yang terdiri dari tiang-tiang
fragmen skeletal berbentuk gundukan atau mound dan / atau lumpur gamping
bioklastik yang kaya organisme skeletal dengan sedikit organisme boundstone. Bentuk
struktur semacam ini dinamakan reef-mound atau simply-mound.
James dan Bourque (1992) mengelompokkan mound seperti diatas kedalaman tiga tipe
utama, yaitu :
(a) Microbial-mounds, yang mengandung calcimicrobes, stromatolities, dan
thrombolities.
(b) Skeletal-mounds, mengandung sisa-sisa organisme yang terperangkap atau buffed
dalam lumpur.
(c) Mud-mounds, terbentuk oleh akumulasi lumpur plus berbagai sejumlah fosil.
III.
TERUMBU PURBA
Terumbu purba biasanya dapat dibagi hanya menjadi fasies utama yaitu :
(a) Inti - terumbu (reef-core), terdiri dari kerangka terumbu masif, tak berlapis,
organisme pembentuk terumbu yang terkandung tersemen dalam matriks lumpur
gamping atau lime mud.
Terumbu atau reef adalah batuan sedimen yang sangat unik dengan karakteristik dan
komponen penyusunan yang beragam dan umunya terbentuk pada lingkungan
paparan, khususnya tepi paparan atau shelf margin.
Bentuk pertumbuhan terumbu ini sangat bervariasi tergantung letak dan besarnya
energi air yang bekerja selama perkembangannya. Disamping itu komponen kerangka
penyusunnya juga berbeda untuk setiap energi air dan posisinya.
Berdasarkan energinya itu, ada dua jenis koral penyusun utama terumbu, yaitu :
pertama hermatypic coral, yang hidup pada air dangkal karena membutuhkan sinar
matahari dalam hidupnya dan yang kedua ahermatypic coral yang dapat hidup dalam
air yang lebih dalam bahkan melebihi kedalaman 2000m, sehingga memungkinkan
terbentuknya carbonat-buildup pada air dalam.
Komposisi utama pembentukan terumbu disamping berubah dengan posisi dan energi
air yang bekerja selama pembentukannya, juga berbeda dengan umur terbentuknya
terumbu tersebut, seperti hermatypic coral mendominasi pembentukannnn utama
terumbu moderen yang muncul pada umur Mesozoik, sedangkan terumbu sebelum
Mesozoik didominasi oleh koral tabular, stromatoporoids,
hydrozoans,
sponga, encrusting bryzoa, coralline algae, dan blue-green algae.
IV DAFTAR PUSTAKA
Terumbu atau reef adalah batuan sedimen yang sangat unik dengan karakteristik dan
komponen penyusunannya yang beragam dan umumnya terbentuk pada lingkungan
paparan, khususnya tepi paparan atau shelf margin.
Bentuk pertumbuhan terumbu ini sangat bervariasi tergantung letak dan besarnya
energi air yang bekerja selama perkembangannya. Disamping itu komponen kerangka
penyusunannya juga berbeda untuk setiap energi air dan posisinya.
Berdasarkan energinya itu, ada jenis koral penusun utama terumbu, yaitu : pertama
hermatypic coral, yang hidup pada air dangkal karena membutuhkan sinar matahari
dalam hidupnya dan yang kedua ahermatypic coral yang dapat hidup dalam air yang
lebih dalam bahkan melebihi kedalaman 2000m, sehingga memungkinkan
terbentuknya carbonat-buildup pada air dalam.
Komposisi utama pembentuk terumbu disamping berubah dengan posisi dan energi
air yang bekerja selama pembentukkannya, juga berbeda dengan umur terbentuknya
terumbu tersebut, seperti hermatypic coral mendominasi pembentuk utama terumbu
modern yang muncul pada umur Mezozoik, sedangkan terumbu sebelum Mesozoik
didominasi oleh koral tabular, stramotoporids, hydrozoans, sponga, encrusting
bryzoa, coralline algae, dan blu-green algae
IV DAFTAR PUSTAKA
Gambar I-I : Menunjukkan profil skematik lingkungan paparan (shelf) karbonat dengan
pembagian sub-lingkungan fasiesnya, 1. Basin; 2. Open-sea shelf, 3. Deepsea shelf; 4. Foreslofe ; 5. Organic buildup; 6 Winnowed platform edge
(sands);7.Open-circulation shelf; 8. Restricted-circulation self, dan 9.
Evaporites (P.A. Scholle, D.G. Bebout, dan C.H. Moore, Carbonate
depositional environment: AAPG Mem. 33, Tulsa, Okla).
Gambar 1-2 :Skematik tampak datar paparan karbonat moderen, rimmed, tropical yang
menunjukkan posisi relatif terumbu, lime-sand shoal, lagoon, dan tidal - flat
(James, N.P. 1984)
Gambar II-4: Menunjukkan diagram skematik zonasi sebagai respon terhadap perbedaan
kondisi energi, berkisar dari air tenang sampai air bergelombang (James,
N.P., 1984).
Tabel II-I: