Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang Teori Z

Pada tahun 1970 s.d 1980 banyak industri Amerika yang


kehilangan pasar karena munculnya kompetitor yaitu perusahaan
perusahaan Jepang. Oleh karena itu para ahli mulai menyelidiki
rahasia manjemen orang Jepang yang dapat menyaingi kekuatan
Amerika. Teori Z dicetuskan pertama kali oleh William Ouchi (1981).
Teori Z muncul dari hasil observasi terhadap perbedaan perbedaan,
antara bekerja di perusahaan Jepang dan di perusahaan Amerika
Serikat.
Pendekatan teori Z menunjukkan 'bahwa pekerja yang terlibat
adalah kunci untuk peningkatan produktivitas'. Dengan didasarkan
pada dua hal, yaitu: kepercayaan antara manajemen dan pekerja,
dan kesadaran kebijaksanaan oleh manajemen. Teori Z menolak
ketidakpercayaan antara majikan dengan pekerja yang merupakan
karakteristik dari banyak bisnis Amerika. Teori Z menumbuhkan
sikap saling percaya dimana manajer mempercayai pekerja untuk
membuat keputusan penting dan terlibat dalam membuat kebijakan
perusahaan karena manajer menyadari bahwa pekerja, ingin
membuat keputusan yang akan menguntungkan perusahaan; dan
pekerja mempercayai manajemen untuk memberi mereka imbalan
untuk kerja sama dan usaha mereka. Teori Z juga menyadari bahwa
hubungan antara orang orang adalah kompleks dan berubah; hal ini
tidak dapat dijalankan oleh manajer yang kaku menegakkan aturan
birokrasi.
1

CIRI PERUSAHAAN YANG MENERAPKAN TEORI Z


Perusahaan yang sudah menerapkan teori Z memiliki ciri-ciri:
Tanggung jawab diberikan secara perorangan atau
individual dan mengakui prestasi individu.
Karena tanggung jawab bersifat individu maka karyawan
bebas bekerja menggunakan keterampilan yang dimilikinya.
Karyawan dipekerjakan seumur, agar terjadinya rasa aman
dan loyalitas terhadap perusahaan.
1

Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara konsensus


atau secara terbuka. Walaupun akan memakan waktu yang
lebih lama namun tingat keberhasilan pengimplementasian
hasil keputusan yang didapat akan lebih tinggi karena
mendapat dukungan dari mayoritas pekerja.
Promosi dilakukan perlahan-lahan dari bawah, dan proses
evaluasi prestasi dan promosi dilakukan dengan hari-hati
agar tidak menimbulkan masalah dengan para karyawan.

Tujuh Karakteristik Teori Z


1. Life time employment (pemekerjaan jangka panjang)
Salah satu karakteristik perusahaan yang menerapkan teori Z
adalah kebijakan pekerjaan seumur hidup. Karyawan diberitahu
bahwa mereka akan memiliki pekerjaan seumur hidup, terlepas dari
kondisi ekonomi nasional, perubahan di pasar, dan kompetisi baru.
Manfaat yang didapatkan perusahaan dari kebijakan semacam itu
antara lain tenaga kerja stabil, sehingga meningkatkan kesetiaan
pekerja perusahaan, dan pada akhirnya meningkatkan efisiensi dan
produktivitas.
2. Slow promotion and evaluation (proses promosi dan
evaluasi yang relatif lambat)
Di perusahaan Jepang, evaluasi dan promosi lambat untuk
menghindari

manipulasi

penilaian

dan

dapat

melihat

kinerja

karyawan yang sesungguhnya. Tidak ada pemisahan antara ruang


manajer dan karyawan sehingga semua orang tahu siapa yang
memiliki kompetensi. Amerika sebaliknya, evaluasi dan promosi
cepat.
3. Nonspecialized career path (jalur karir yang luas)
Ciri lain dari penerapan teori Z adalah jenjang karir yang luas
atau non

specialized. Manajer dan pekerja tidak terlatih untuk

pekerjaan

tunggal.

Mereka

bergerak

dari

satu

pekerjaan

pekerjaan lain dalam perusahaan, terutama dalam tahun

ke

tahun
2

awal mereka. Gerakan ini memungkinkan karyawan untuk belajar


tentang berbagai aspek perusahaan. Hal ini juga meminimalkan
krisis apabila

ada, misal: karyawan yang sakit/tidak masuk.

Pekerjaan karyawan absen dapat ditangani oleh orang lain. Paling


penting, gerakan karyawan dari stasiun kerja ke stasiun kerja yang
lain menumbuhkan kerjasama antara karyawan, yang merupakan
tujuan dari teori Z manajemen.
4.

Concentual

decision

making

(keputusan

menurut

konsensus)
Dalam teori Z, pengambilan keputusan dilakukan secara
participatory. Di perusahaan

perusahaan mobil Jepang, misalnya,

keputusan tentang pemasaran model baru, pembukaan pabrik baru,


kebijakan mutu, dll dibuat oleh manajemen dan pekerja. Manajer
melibatkan

pekerja

untuk

dapat

memberikan

masukan

yang

berguna dalam keputusan keputusan perusahaan karena pekerja di


tingkat

workstation

memahami

setiap

langkah

dalam

proses

produksi perusahaan.
Jepang

menggunakan

pendekatan

partisipatif

dalam

pengambilan keputusan. Melibatkan seluruh anggota departemen.


Memang membutuhkan waktu lama untuk membuat keputusan, tapi
setelah diputuskan, dapat diterima dan dilaksanakan oleh semua
anggotanya.
5.

Collective

responsibility

(tanggung

jawab

secara

kelompok)
Pengambilan keputusan kolektif diikuti dengan tanggung
jawab kolektif. Di perusahaan yang menerapkan teori Z, tim (bukan
individu), dihargai karena semua prestasi merupakan upaya tim.
Tanggung jawab kolektif juga berarti bahwa penghargaan, pujian,
dan prestasi dibagi di antara semua anggota. Dan bahwa tidak ada
satu

anggota

disalahkan

untuk

keputusan

yang

buruk

atau

penilaian.

Jepang menganut sistem nilai kolektif dimana tanggung jawab


merupakan

tanggung

jawab

kolektif,

dalam

artian

setiap

keberhasilan bukan merupakan keberhasilan individu tapi karena


orang orang lain juga sudah melakukan pekerjaannya dengan benar
sehingga merupakan keberhasilan kelompok. Demikian pula dengan
pemberian

saran/pendapat.

Bukan

saran/pendapat

individu/perorangan, tapi saran/pendapat kelompok.


6. Implicit control mechanism (pengawasan yang melekat)
Teori Z menunjukkan mekanisme kontrol implisit, yang berasal
dari berbagi tujuan dan nilai

nilai umum. Teori dikomunikasikan

melalui budaya umum bersama dengan manajer kunci dan ke


semua karyawan.
Sebagai ilustrasi, di Jepang, pengawasan itu melekat pada diri
setiap orang, sehingga sistem pengawasan dan pengendalian tidak
ketat. Sementara di Amerika, menggunakan sistem tertulis dengan
pengawasan dan pengendalian yang ketat.
7. Wholistic concern (perhatian yang menyeluruh terhadap
karyawan)
Menurut Ouchi, perusahaan Amerika, hanya peduli pada
kinerja karyawan di tempat kerja dan hanya peduli sedikit tentang
kehidupan setelah pekerjaan karyawannya. Teori Z mengembangkan
perhatian

menyeluruh

kepada

karyawan; termasuk

kehidupan

keluarga, kehidupan sosial, kesehatan dan pensiun.


Misal ada pertandingan golf yang menempatkan manajer dan
karyawan pada posisi yang sederajat sehingga menghilangkan gap
antara atasan dan bawahan. Tujuannya supaya karyawan dapat
menyampaikan unek

unek yang tidak berani mereka sampaikan

dalam forum formal. Contoh lain di PT Pembangunan Jaya Group


memberikan kursus menjadi orang tua yang efektif, pelatihan
waitankung untuk karyawan dan keluarganya, pekan olah raga
dalam rangka HUT perusahaan.
1. Nilai budaya dalam teori Z
4

a. Kerja sama
Kerjasama dalam manajemen Jepang dibina dalam
suatu kesadaran bukan atas paksaan. Orang Jepang
percaya bahwa hanya dengan kerjasama maka setiap
proses produksi menjadi efisien. Dalam proses produksi,
Jepang mengenal Cell work atau kerja sel (kaaban),
dimana proses produksi dibentuk dalam Lay out yang
menyerupai setengah lingkaran dimana dalam setiap
cell berisi pekerja dengan multi keahlian. Multi keahlian ini
menjadi efektif karena kerjasama itu berarti

capai

produktivitas dengan gotong royong (kerja sama). Jadi


intinya bahwa : kerja sama baik, produktivitas akan turun
atau hilang .
b. Kekeluargaan
Sistem budaya Jepang yang sejak nenek moyang yang
menghargai dan menjunjung tinggi rasa kekeluargaan
telah menimbulkan perasaan

yang memiliki. Hal ini

yang menerangkan pertanyaan Mengapa Pekerja Jepang


mau bekerja seumur hidupnya di suatu perusahaan (life
time

work)

?.

Konsep

dasar

kekeluargaan

telah

menciptakan persepsi di kalangan keryawan bahwa bila


saya

bekerja

dengan

baik

kepada

perusahan

maka

perusahaan akan memperhatikan kesejahtraan saya.


Inilah kehebatan Jepang, mereka memiliki Turn over
karyawan yang sangat kecil. Karyawan keluar dari suatu
perusahaan lebih diutamakan karena pensiun atau merasa
malu akibat berbuat kesalahan. Hubungan kekeluargaan
ini diwujudkan dengan sangat perhatiannya perusahaan
terhadap karyawan yang pensiun. Mereka bisa mendapat
tunjangan sebesar 6 kali dari gaji setahun. Dan lebih lebat
lagi,

karyawan

yang

telah

perusahaan yang

lebih kecil (perusahaan satelit), jadi

untuk

bekerja

beekerja

akan

direkomendasikan
keinginan

untuk

pensiun

tersalurkan

sembilan
dimasa

di

tuanya.
5

Kolektifitas

menjadi

aspek

penting

yang

dapat

mempengaruhi aspek manajemen Jepang. Orrang jepang


tidak mau memberikan saran secara pribadi, mereka
menganggap bahwa one for all and all for one. Mereka
lebih suka memberikan saran secara kelompok. Jadi untuk
menajemen harus diarahkan pada pendekatan kelompok,
orang jepang sangat taat pada aspek kekeluargaan.
c. Saling percaya
Saling percaya (kepercayaan) merupakan elemen
pokok dalam manajemen Jepang. Saling percaya telah
menimbulkan rasa aman dalam bekerja dan menjalani
kehidupan sehari-hari. Rasa aman dapat menghantar
seseorang pada konsentrasi bekerja sehingga karyawan
dapat

menyumbang

atau

memberikan

segala

yang

dimilikinya dalam bekerja dan dalam kondisi ini maka


peningkatan produktivitas akan otomatis tercipta.
Saling percaya menimbulkan suatu pengorbanan untuk
kesuksesan masa depan . Kantor cabang rela berkorban
untuk kesuksesan kantor pusat dalam jangka panjang.
Keberhasilan perusahaan Jepang di Luar Negeri dapat
membina suatu rasa percaya antara karyawan dengan
perusahaan, perusahaan dengan klien atau konsumennya.
Saling percaya menimbuilkan : keterbukaan dan kejujuran
di

masa

depan.

Saling

percaya

dapat

terjadi

hubungan
1) Antara pimpinan dengan karyawan
2) Antara karyawan dengan karyawan
3) Antara karyawan dengan konsumen
4) Antara pimpinan dengan konsumen
5) Antara departemen dengan departemen
6) Antara bagian dengan bagaian
7) Antara kantor pustat dengan kantor cabang
d. Keluwesan
Keluwesan akan menghasilkan pengertian

pada

antara

sesama karyawan. Seorang pengawas yang memahami


kondisi

karyawan

mengarahkan

dan

maka

dapat

dengan

berkomunikasi

luwes

tentang

untuk
ide-ide
6

dalamperbaikan kerja.

Keluwesan hanya dapat dicapai

apabila seseorang mengerti kejiwaan dari orang lain.


Keluwesan juga ternyata berdampak pada segi pengaturan
mesin-mesin

yang

ada

di

pabrik.

Keluwesan

juga

ditunjukkan pada karuyawan wanita, contoh: pabrik sony


menerapkan shif jam 08.00 16.00, 08.00- 15.00 untuk
memberikan kesempatan wanita untuk melakukan dulu
urusan rumah tangga dan mengurus anak di pagi hari
sebelum bekerja.

Anda mungkin juga menyukai