Oleh :
Daniel Wahjudi
13009006
Pembimbing :
Dr. M. T. A. Penia Kresnowati
Dra. Erlies Sartini
LEMBAR PENGESAHAN
TK-4090 KERJA PRAKTEK
Semester I-2012/2013
Tanggal
1 Juni 2012 31 Juli 2012
Oleh :
Daniel Wahjudi (13009006)
Catatan
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Laporan ini
disusun sebagai syarat kelulusan dari mata kuliah TK-4090 yang merupakan salah satu
rangkaian tugas akhir bagi mahasiswa program studi Teknik Kimia ITB. Kerja praktek
ini dilaksanakan di PT. Molindo Raya Industrial pada periode 1 Juni 2012 31 Juli
2012.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kelancaran dari kerja praktek ini, yaitu :
1. Dr. M. T. A. Penia Kresnowati selaku dosen pembimbing kerja praktek.
2. Dr. Melia Laniwati Gunawan selaku koordinator kerja praktek.
3. Dra. Erlies Sartini selaku pembimbing utama di PT. Molindo Raya Industrial.
4. Bapak Indrayanto, Bapak Putut Agung Prabowo, Bapak Medhy Andang Jaya, Bapak
Pudjiono, Ibu Anna Maria, Bapak Kristian, Bapak Zulkarnaen, Ibu Diah, Bapak
Susianto, Bapak Dhani, Bapak Solikh, Ibu Meli, Ibu Rahma, Bapak Martono, Bapak
Umar, Bapak Budiono, dan Bapak Yudianto yang telah membantu kami dalam
menjalankan kerja praktek di PT. Molindo Raya Industrial.
5. Seluruh staff PT. Molindo Raya Industrial.
6. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik yang bersifat membangun. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
i
ii
iii
iv
vii
viii
Bab I
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
Profil Perusahaan
Penjelasan Umum Perusahaan
Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
Sejarah PT. Molindo Raya Industrial
Visi Perusahaan
Misi Perusahaan
Nilai-nilai Perusahaan
Pengamalan Nilai-nilai Perusahaan
Prestasi yang Telah Dicapai Perusahaan
Kebijakan Mutu Perusahaan
1
1
2
3
5
5
6
6
8
9
2.1
2.2
2.3
Kerja Praktek
Tujuan Kerja Praktek
Ruang Lingkup Kerja Praktek
Kegiatan yang Dilakukan Selama Kerja Praktek
10
10
10
11
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
Tinjauan Pustaka
Molase
Saccharomyces cerevisiae
Etanol
Sintesis Etanol Secara Kimiawi
Fermentasi Etanol
Distilasi
Evaporasi
Insenerasi
Granulasi
Pembuatan Karbon Dioksida Cair
Pengolahan Air
13
13
14
18
18
19
21
22
25
25
26
28
4.1
32
32
Bab II
Bab III
Bab IV
iv
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
Molase Tebu
Bahan Penunjang
Peralatan Proses Pembibitan, Pre-Fermentasi, dan Fermentasi
Peralatan Proses Distilasi
Peralatan Proses Pembuatan Pupuk
33
34
35
38
39
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
Fermentasi Etanol
Pembibitan
Pre-Fermentasi
Fermentasi
Sand Cyclone dan Separator
Acid Washing
Neraca Massa Fermentasi
Pengendalian Proses Fermentasi
Pilot Plant Fermentation
41
41
43
44
45
47
47
52
52
Distilasi
Distilasi Etanol Hydrous
6.1.1 Analyzer-Degasser Column
6.1.2 Aldehyde Column
6.1.3 Purifier Column
6.1.4 Rectifier Column
6.1.5 Fussel Oil Column (FOC)
6.1.6 Demethanol Column
6.1.7 Super Rectifier Column
6.1.8 Final Column
6.1.9 Dryer Fussel Column (DFC)
Neraca Massa Distilasi Hydrous
Distilasi Etanol Anhydrous
Pengendalian Proses Distilasi
56
56
56
58
58
59
60
61
61
61
62
63
64
66
Pengolahan Limbah
Pengolahan Gas Karbon Dioksida dari Proses Fermentasi
Pengolahan Limbah Vinase (Spent Wash) dari Proses Distilasi
7.2.1 Unit Evaporator
7.2.2 Unit Insenerator
7.2.3 Unit Granulator Pupuk Kalium
Pembuatan Pupuk Kompos
7.3.1 Unit Pengomposan
7.3.2 Unit Granulator Pupuk Kompos
67
67
69
70
72
74
76
76
79
Bab V
Bab VI
6.1
6.2
6.3
6.4
Bab VII
7.1
7.2
7.3
Bab VIII
8.1
8.2
8.3
81
81
81
82
Bab IX
83
83
83
84
86
87
87
88
88
88
88
89
90
90
95
96
96
97
99
102
102
102
103
103
103
106
107
9.1
9.2
Bab X
10.1
10.2
Bab XI
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
11.6
11.7
Daftar Pustaka
108
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 6.1
Tabel 6.2
Tabel 8.1
Tabel 8.2
Tabel 10.1
Tabel 11.1
vii
4
6
8
11
13
14
48
49
50
54
55
63
64
81
81
93
103
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 6.1
Gambar 6.2
Gambar 6.3
Gambar 7.1
Gambar 7.2
Gambar 7.3
Gambar 7.4
Gambar 9.1
Gambar 9.2
Gambar 11.1
Gambar 11.2
viii
1
2
16
17
20
22
25
26
27
28
32
33
36
36
36
37
37
37
39
39
40
43
46
47
55
62
63
66
67
70
76
78
87
87
98
104
ix
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1.1
PT. Molindo Raya Industrial merupakan salah satu perusahaan etanol terkemuka di
Indonesia. Perusahaan ini termasuk sebagai salah satu dari tiga produsen etanol terbesar
di Indonesia, dengan volume produksi 51 juta liter etanol per tahun. Molindo
memasarkan 90% dari produknya dalam pasar domestik. Molindo memproduksi etanol
melalui proses fermentasi. Karbon dioksida yang merupakan hasil samping dari
fermentasi diolah menjadi karbon diokisda cair oleh anak perusahaan PT. Molindo Raya
Industrial, yaitu PT. MIG, dan limbah cair vinase diolah menjadi pupuk kalium dan
pupuk organik. Dalam pembuatan pupuk organik, PT. Molindo Raya Industrial bekerja
sama dengan PT. Petrokimia Gresik yang telah berpengalaman dalam industri pupuk.
Lambang dari PT. Molindo Raya Industrial dapat dilihat pada gambar 1.1.
Produk utama Molindo berupa etanol dibagi menjadi beberapa kualitas, yaitu kualitas
prima, kualitas super, kualitas anhydrous, dan spiritus. Etanol banyak digunakan oleh
industri consumer goods, seperti industri kosmetik, industri rokok, industri makanan
dan minuman, industri farmasi dan obat tradisional, industri cat, industri tinta , dan lainlain. Produk samping berupa karbon dioksida cair yang memiliki kualitas pangan ini
banyak digunakan untuk industri minuman, industri tembakau, industri welding, industri
dry ice, dan industri frozen food. Selain karbon dioksida cair, produk samping berupa
pupuk kalium dibagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk kalium berupa serbuk dan pupuk
kalium berupa granul sedangkan pupuk organik hanya dijual dalam bentuk granul.
1.2
PT. Molindo Raya Industrial terletak di JL. Sumber Waras 255, Lawang, Malang, Jawa
Timur, Indonesia. Luas tanah area ini sekitar 100 hektar, akan tetapi hanya sebagian
lahan yang dibangun untuk perusahaan. Adapun pembagian area PT. Molindo Raya
Industrial dapat dilihat pada gambar 1.2. Pada gambar 1.1 lokasi insenerator tidak
teramati karena letak insenerator cukup jauh dari lokasi produksi etanol, yaitu sekitar 2
km.
Keterangan pembagian lokasi-lokasi pada PT. Molindo Raya Industrial adalah sebagai
berikut :
a) Penampung Tetes
b) Gudang Pupuk
c) Bengkel Kendaraan
d) Gudang Drum
e) Granulator
f) Unit Pengomposan
g) Boiler Batu Bara
h) Spray Pond
i) Penyimpanan Batu Bara
j) Penyimpanan Barang Bekas
k) TPS B3
l) Evaporator Padovan
m) Kantor Utilitas
n) Ruang generator
o) Pre-Fermentasi
p) Fermentasi
q) Distilasi
r) Laboratorium
s) Power Station
t) Produksi CO2 cair
u) K3LH
v) Tangki Pemadam Kebakaran
w) Gudang Alkohol
x) Laboratorium Utama
y) Tangki-tangki Penyimpanan Tetes
z) Tempat Parkir Kendaraan Tetes
1.3
Sejarah PT. Molindo Raya industrial dapat dilihat pada tabel 1.1. Pada tahun 2012,
kapasitas produksi karbon dioksida cair berkualitas pangan PT. Molindo Inti Gas
mencapai 45 ton/ hari. Karbon dioksida cair ini dipasarkan pada industri minuman
berkarbonasi, keperluan welding, pengawetan makanan, dan industri rokok (untuk
proses swelling tembakau). Dalam Madusari Murni Indah Group (MMI Group) terdapat
3
pula PT. Sumber Kita Indah yang merupakan distributor etanol yang dihasilkan oleh
PT. Molindo Raya Industrial. PT. Sumber Kita Indah diakuisisi oleh MMI Group
sekitar 20 tahun yang lalu. Perusahaan ini berpusat di Jakarta dengan kantor pembantu
di Semarang dan Malang. PT. Sumber Kita Indah memiliki gudang etanol di daerah
Sidoarjo untuk distribusi di area Jawa Timur.
Tahun
Peristiwa Penting
1973 PT Molindo Raya Industrial (Molindo) didirikan.
Molindo diakuisisi dan dikendalikan oleh PT MMI (Perusahaan yang bergerak
1979
dalam bidang industri Ethanol sejak tahun 1965)
1980 Beroperasi dengan kapasitas produksi Ethanol 3.000 KL / tahun
Molindo bekerjasama dengan Praxair USA mendirikan PT Molindo Inti Gas
1995 (MIG) memproduksi CO2 cair dengan bahan baku CO2 hasil samping proses
fermentasi.
Perseroan bekerjasama dengan World Bank mendirikan Unit Produksi Pupuk
Kalium dengan bahan baku limbah Vinase.
Ekspansi meningkatkan kapasitas produksi menjadi 36.000/KL.
2004 Mendirikan unit distilasi anhydrous untuk memproduksi Bio Fuel.
2005 Ekspansi meningkatkan kapasitas produksi menjadi 50.000 KL.
2006 Mensuplai Bio fuel ke PT Pertamina (Persero).
2007 Ekspansi meningkatkan kapasitas produksi menjadi 52.000 KL.
2008 Ekspor perdana Bio Fuel ke Philipina.
Mendirikan Unit Produksi Pupuk Organik dengan bahan baku limbah Vinase.
Selain perusahaan-perusahaan tersebut, PT. Gunung Bale juga merupakan perusahaan
dalam MMI Group. PT. Gunung Bale sudah didirikan sebelum PT. Madusari Murni
Indah didirikan. Perusahaan ini awalnya bergerak pada usaha perkebunan cengkeh.
Akan tetapi pada saat sekarang ini, perkebunan cengkeh sebagian sudah dialihkan untuk
perkebunan tebu. Dalam 15 tahun terakhir ini, PT. Gunung Bale mulai bergerak pada
industri pertambangan batu piropilit. Batu piropilit memiliki kandungan utama senyawa
SiO2 dan Al2O3. Batu piropilit dalam bentuk bongkahan ini dipasarkan untuk industri
keramik di pulau Jawa dan batu piropilit yang telah dihaluskan hingga ukuran 600 mesh
diekspor ke Jepang dan Korea untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan fiber.
Untuk mendukung sarana transportasi yang dibutuhkan oleh PT. Molindo Raya
Industrial, pada tahun 2012 ini MMI Group telah mendirikan PT. Hasta Sarana Mandiri.
Perusahaan ini didirikan karena biaya untuk transportasi sudah terlalu tinggi apabila
diikutkan sistem penggajian di PT. Molindo Raya Industrial. Selain itu, pendirian
perusahaan pengelola transportasi ini untuk menghindari terpecahnya fokus manajemen
PT. Molindo Raya Industrial dalam menjalankan industri manufaktur prosesnya.
1.4
Visi Perusahaan
Visi PT. Molindo Raya Industrial dalam menjalankan usahanya adalah Menjadi
perusahaan industri ethanol terintegrasi yang terkemuka di Asia Pasifik.
1.5
Misi Perusahaan
Untuk mencapai visi yang ditentukan, misi-misi yang ditempuh oleh PT. Molindo Raya
Industrial adalah sebagai berikut :
Memproduksi dan menyediakan produk ethanol yang bermutu tinggi dengan cara
beroperasi secara terintegrasi, dimulai dari usaha perkebunan, pengolahan sampai
dengan pemasaran.
Meningkatkan daya saing yang tinggi diantara produsen ethanol di Asia Pasifik.
Memastikan keseluruhan proses produksi dari hulu sampai hilir, mengikuti kaidahkaidah manajemen mutu dan ramah lingkungan, serta didukung oleh organisasi dan
SDM profesional.
Melaksanakan semua kegiatan Perseroan dengan selalu bertumpu kepada upaya
pemenuhan kepentingan semua stakeholder-nya.
1.6
Nilai-nilai Perusahaan
PT. Molindo Raya Industrial memiliki beberapa pedoman yang telah menjadi budaya di
lingkungan perusahaan demi mencapai visi dan misi-misinya yang disebut Nilai-nilai
Molindo. Nilai-nilai Molindo dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Nilai-nilai Molindo
(sumber : molindo.co.id)
MUTU
Dari Nilai-nilai Molindo yang telah diuraikan pada sub bab 1.6, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh PT. Molindo Raya Industrial dalam pengamalan nilai-nilai tersebut
adalah :
a) Bidang Pembangunan Fasilitas Umum, antara lain:
Pembangunan Jembatan,
Pengaspalan Jalan,
Mengadakan Doa bersama bagi karyawan dan warga baik Muslim dan Nasrani pada
setiap bulan.
Membantu dan memberikan dukungan dana untuk kegiatan perayaan Hari Besar
Keagamaan, seperti pemberian hewan korban, dll.
1.8
Setelah menjalankan usahanya dengan cukup baik, PT. Molindo Raya Industrial telah
mencapai beberapa prestasi dan mendapatkan beberapa penghargaan. Adapun prestasi
dan penghargaan yang telah dicapai dapat dilihat pada tabel tabel 1.3.
Tabel 1.3 Penghargaan dan prestasi PT. Molindo Raya Industrial
(sumber : molindo.co.id)
Tahun
Lembaga
2010 World Confederation of
Businesses - Houston
2010 World Confederation of
Businesses - Houston
Penghargaan/ Prestasi
The Recognition Of Inspirational Company
With All Its Rights And Privileges.
For being a successful leader who works in
an innovative, knowledgeable and
systematic manner.
2009 PT Lloyd's Register Indonesia
ISO 9001 ; 2008 - Quality Management
System Applicable to Manufacture of
Ethanol
2009 PT Jamsostek (Persero)
Tertib Administrasi Kepesertaan Program
Jamsostek
2009 Frost & Sullivan
Asia Pacific Industrial Technologies
Awards - Bio Fuel Emerging Company of
the Year
2009 Pemerintah Daerah Jawa Timur Program Keselamatan & Kesehatan Kerja
& Departemen Tenaga Kerja & (K3), terkait 7.241.582 jam kerja karyawan
Transmigrasi Republik Indonesia tanpa kecelakaan (Zero Accident)
Pemerintah Daerah Jawa Timur Program Keselamatan & Kesehatan Kerja
2008 & Departemen Tenaga Kerja & (K3), terkait 6.335.167 jam kerja karyawan
Transmigrasi Republik Indonesia tanpa kecelakaan (Zero Accident)
Pemerintah Daerah Jawa Timur Program Keselamatan & Kesehatan Kerja
2007 & Departemen Tenaga Kerja & (K3), terkait 5.433.997 jam kerja karyawan
Transmigrasi Republik Indonesia tanpa kecelakaan (Zero Accident)
1.9
Tekad yang dimiliki oleh PT. Molindo Raya Industrial adalah Menjadi yang terdepan
dalam mengembangkan industri etanol, berorientasi pada pelanggan, memiliki kualitas
produk dan proses kelas dunia, terus berkembang, serta memiliki kepedulian terhadap
lingkungan. Untuk memenuhi tekad ini, manajemen dan seluruh karyawan memiliki
sasaran sebagai berikut :
1. Peningkatan produktivitas melalui perbaikan struktur biaya dan menumbuhkan
pemanfaatan asset.
2. Peningkatan pertumbuhan bisnis melalui perluasan peluang pendapatan dan
peningkatan nilai pelanggan.
3. Peningkatan kepuasan pelanggan.
4. Peningkatan nilai perusahaan melalui proses memilih, mendapatkan, dan tumbuh
bersama pelanggan.
5. Pengelolaan bisnis dengan menciptakan produk berkualitas dan harga bersaing.
6. Pengelolaan kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan serta tanggung jawab
sosial perusahaan.
7. Pengelolaan kompetensi Sumber Daya Manusia agar strategi yang telah ditetapkan
dapat diimplementasikan.
BAB II
KERJA PRAKTEK
2.1
Dalam kegiatan kerja praktek di PT. Molindo Raya Industrial ini, beberapa tujuan yang
ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan gambaran nyata akan proses produksi etanol dari molase melalui
proses fermentasi dan distilasi.
2. Mendapatkan gambaran nyata tentang dunia kerja.
3. Memahami dan mampu menggambarkan diagram alir proses produksi etanol dan
pengolahan limbah yang ada di PT. Molindo Raya Industrial.
4. Mendapatkan gambaran mengenai bagian-bagian non-produksi di PT. Molindo Raya
Industrial.
5. Mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh
selama menjalani proses belajar mengajar di Institut Teknologi Bandung dalam
memecahkan masalah nyata yang ada pada proses produksi, khusunya masalah pada
boiler batu bara.
2.2
Kerja praktek di PT. Molindo Raya Industrial dilakukan dalam periode waktu 1 Juni
2012 hingga 31 Juli 2012. Pelaksanaan kerja praktek ini dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
1. Orientasi Umum
a. Penjelasan mengenai proses produksi etanol yang mencakup proses fermentasi
dan distilasi
b. Penjelasan mengenai proses produksi pupuk kalium yang mencakup proses
evaporasi, insenerasi, dan granulasi.
c. Penjelasan mengenai proses produksi pupuk organik yang mencakup proses
pengomposan dan granulasi.
d. Penjelasan mengenai bagian penunjang produksi, seperti bagian utilitas dan
pemeliharaan, bagian pengendalian mutu/kualitas, dan bagian engineering.
10
2.3
Selama kerja praktek yang dilakukan di PT. Molindo Raya Industrial pada periode
waktu 1 Juni 2012 hingga 31 Juli 2012, kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
periode waktu tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.
Hari Tanggal
ke1
1 Juni 2012
4 Juni 2012
3
4
5
6
5 Juni 2012
6 Juni 2012
7 Juni 2012
8 Juni 2012
11 Juni 2012
8
9
10
11
12 Juni 2012
13 Juni 2012
14 Juni 2012
15 Juni 2012
12
13
14
18 Juni 2012
19 Juni 2012
20 Juni 2012
15
16
21 Juni 2012
22 Juni 2012
11
Hari Tanggal
ke17
25 Juni 2012
18
26 Juni 2012
19
27 Juni 2012
20
28 Juni 2012
21
29 Juni 2012
22
2 Juli 2012
23
3 Juli 2012
24
4 Juli 2012
25
26
5 Juli 2012
6 Juli 2012
27
9 Juli 2012
28
29
30
31
32
10 Juli 2012
11 Juli 2012
12 Juli 2012
13 Juli 2012
16 Juli 2012
33
17 Juli 2012
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
18 Juli 2012
19 Juli 2012
20 Juli 2012
23 Juli 2012
24 Juli 2012
25 Juli 2012
26 Juli 2012
27 Juli 2012
30 Juli 2012
31 Juli 2012
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Molase
Molase merupakan efluen yang diperoleh dari proses kristalisasi gula secara berulang
(Olbrich, 1963). Pembentukan molase dapat dijelaskan berdasarkan teori mekanik dan
teori kimia. Secara mekanik, molase terbentuk karena adanya penurunan laju kristalisasi
yang tergantung pada perpindahan molekul gula terlarut dari fasa cair menuju
permukaan kirstal gula. Secara kimia, pembentukan molase terjadi karena adanya
kelarutan yang bervariasi antara campuran gula, air, garam, dan komponen non-gula
lainnya. Komposisi rata-rata dari molase (tetes tebu) dapat dilihat pada tabel 3.1.
Constituent
Water
Organic constituents :
Sugars : Saccharose
Glucose
Fructose
Nonsugars : Nitrogenous materials, free and
bound acids, soluble gummmy substances
Inrganic constituents :
SiO2
K2O
CaO
MgO
P2O5
Fe2O3
Sulfate residue (as SO3)
Chlorides
Cane molasses
%
20,0
32,0
14,0
16,0
10,0
0,5
3,5
1,5
0,1
0,2
0,2
1,6
0,4
Selain komponen yang telah disebutkan dalam tabel 3.1, molase juga mengandung
beberapa komponen minor. Molase mengandung banyak elemen dengan konsentrasi
yang sangat rendah, yang disebut dengan elemen penjejak (trace elements). Elemen
13
penjejak ini terdiri dari barium, timbal, besi, kobalt, tembaga, perak, silikon, strontium,
talium, dan seng. Selain itu, terdapat pula kandungan iodin, mangan, dan molibdenum.
Komponen minor lain dari molase adalah vitamin dan zat yang membantu
pertumbuhan. Molase tebu memiliki kandungan biotin yang lebih tinggi dari molase bit
oleh karena itu perolehan ragi dengan substrat molase bit lebih rendah dari molase tebu.
Molase tebu mengandung asam pantotenik yang relatif lebih rendah dari molase bit.
Selain biotin, molase tebu juga mengandung vitamin B1, B2, B6, dan asam folat.
Molase tidak memiliki kandungan vitamin C.
3.2
Saccharomyces cerevisiae
Taxonomic Category
Saccharomyces cerevisiae
Kingdom
Fungi
Division
Ascomycota
Subdivision
Ascomycotina
Class
Hemiascomycete
Order
Endomycetales
Family
Saccharomycetaceae
Subfamily
Saccharomyetoideae
Genus
Saccharomyces
species
cerevisae
14
Ragi merupakan organisme heterotropik dan dapat ditemukan hampir di seluruh habitat
alami (Waites, et.al., 2001). Ragi banyak ditemukan di organ tanaman, khusunya bunga,
dan sisa tanaman pada lapisan permukaan tanah. Ragi memiliki sifat fakultatif
anaerobik, tidak seperti kelompok fungi lainnya yang memiliki sifat obligat aerobik.
Kebutuhan nutrisi ragi umumnya mencakup sumber karbon tereduksi (seperti senyawa
asetat) dan beberapa jenis mineral. Sumber nitrogen dapat menggunakan sumber
nitrogen anorganik, seperti garam-garam amonium, dan sumber nitrogen organik,
seperti urea dan beberapa jenis asam amino. Akan tetapi, penggunaan sumber nitrogen
anorganik lebih cepat diasimilasi. Pada beberapa kondisi, tambahan komponen untuk
mempercepat pertumbuhan adalah vitamin, seperti biotin, asam pantotenik, dan tiamin.
Saccharomyces cerevisiae memiliki bentuk fisik bulat atau mendekati elipsoidal dan
ukuran bervariasi dari lebar 1-7 m dan panjang 5-10 m. Sel ragi dikelilingi oleh
dinding sel yang tebal, termasuk membran sel yang melindungi matriks sitoplasma yang
mengandung
enzim,
granul
penyimpanan,
dan
beberapa
jenis
organel.
Perkembangbiakan ragi ini secara aseksual melalui proses pertunasan (budding). Proses
pertunasan ragi dapat dilihat pada gambar 3.1. Sel induk akan menginisasi titik
pertunasan dimana dinding sel telah dilemahkan oleh enzim litik dan kemudian sel anak
akan tumbuh hingga berukuran mendekati sel induknya. Pada proses pertunasan ini juga
terjadi tahap mitosis, dimana kromosom akan mengalami replikasi dan spindle mitosis
akan membentang sepanjang sambungan dari kedua sel ini. Setelah tahap replikasi akan
terjadi tahap elongasi dan akhirnya membentuk dua set kromosom yang mendekat pada
masing-masing inti sel, satu di setiap inti sel. Dinding sel induk dan sel anak akan
15
terbentuk dan kedua sel tersebut akan saling memisahkan diri. Setiap sel dapat
melakukan pertunasan 10-20 kali. Jumlah pertunasan dapat dihitung dari bekas luka
pada permukaan ragi karena pertunasan tidak pernak terjadi pada titik yang sama.
Reproduksi seksual dari Saccharomyces cerevisiae melibatkan sel haploid dengan dua
tipe yaitu, tipe a dan . Kedua sel ini akan mengalami perkawinan yang dimediasi oleh
sekresi dari peptida kecil feromon. Sel dengan tipa yang berlawanan akan mengalami
perkawinan dan mengakibatkan proses plasmogami dan kariogami hingga membentuk
sel diploid. Bentuk sel diploid ini bersifat stabil dan mampu melakukan pembelahan sel
secara berulang. Pada kondisi fisiologis yang memadai, meiosis dapat terjadi. Hal ini
mengakibatkan terjadinya sporulasi yang menghasilkan 4 inti haploid yang akan
dimasukkan dalam 4 askospora yang dibungkaus di dalam askus.
Beberapa jenis ragi memiliki lapisan polisakarida yang berlendir pada baigan luar
dinding sel untuk membantu penempelan ragi pada suatu permukaan. Dinding sel ragi
memiliki tebal sekitar 100-200 nm dan memiliki berat sekitar 15-25% dari berat sel
16
kering. Dinding sel ini 80-90% terdiri dari polisakarida glukan, fosfomanan, dan kitin,
serta beberapa protein. Glukan merupakan polimer bercabang banyak yang
dihubungkan oleh ikatan -glukosa, dengan ikatan yang dominan adalah ikatan -1,3,
dan memiliki bentuk mikrofibril yang memberi kekuatan pada dinding bagian dalam
yang berhubungan dengan membran sel.
Di antara dinding sel dan lapisan yang lebih dalam terdapat ruang periplasmik dengan
tebal 3,5-4,5 nm yang mengandung protein sekresi. Membran sel mengatur seluruh
material yang masuk dan keluar dari sel, serta mengatur biosintesis dari dinding sel.
Membran sel ragi memiliki kandungan utama berupa lapisan lemak ganda (lipid
bilayer). Lapisan ini mengakibatkan bagian luar memiliki sifat hidrofilik dan di antar
kedua gugus hidrofilik ini mempunyai sifat hidrofobik. Selain itu, membran sel juga
terdiri dari molekul protein dan sedikit karbohidrat. Membran sel juga bertugas sebagai
penghantar rangsangan dari luar sel sehingga menginisiasi respon dari dalam sel.
Struktur dinding sel dan membran sel ragi dapat dilihat pada gambar 3.2.
Nukleus ragi dikelilingi oleh membran ganda yang memiliki ruang berpori. Di dalam
nukleus terdapat 80-85 % DNA, sedangkan sisanya terdapat di mitokondria dan
sitoplasma. Mitokondria ragi yang sempurna hanya terbentuk apabila ragi hidup dalam
17
yang
merupakan
sitoskeleton
yang
mengandung
mikrotubulus
dan
3.3
Etanol
Etanol (etil alkohol) merupakan cairan jernih, tidak berwarna, dan bau yang khas.
Etanol memiliki rumus kimia C2H5OH. Dalam larutan akuatik, etanol menghasilkan
rasa manis tetapi pada konsentrasi tinggi menghasilkan rasa yang membakar. Etanol
masuk dalam kelompok senyawa alkohol, dimana memiliki ciri khas yaitu adanya
gugus hidroksil (-OH). Etanol memiliki titik leleh dan titik didih -114,10C dan 78,50C,
serta densitas 0,789 gr/ ml pada temperatur 200C.
Etanol dapat dioksidasi membentuk asetaldehid dan apabila dioksidasi lebih lanjut akan
membentuk asam asetat. Senyawa etanol dapat diperoleh dari dehidrasi etilen. Etanol
dapat digunakan sebagai bahan bakar dan dapat pula dicampur dengan gasoline
menghasilkan gasohol. Etanol banyak dimanfaatkan untuk industri minuman. Etanol
memiliki sifat toksik, dimana etanol dapat mempengaruhi sistem saraf pusat.
3.4
Sintesis etanol secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan baku
berupa etilen. Proses hidrasi etilen merupakan proses pembentukan etanol dari etilen
yang paling tua. Etanol diproduksi dari etilen menggunakan tiga tahapan proses
menggunakan asam sulfat (Demirbas, 2009). Tahap pertama adalah pemberian asam
sulfat 95-98% dengan umpan yang memiliki kandungan etilen antara 35-95%. Reaksi
yang terjadi pada tahap pertama dapat dilihat pada reaksi 3.1
CH2 = CH2 + H2SO4 CH3CH2OSO3H (3.1)
Senyawa yang dihasilkan dari tahap pertam tersebut selanjutnya dihidrolisa dengan air
secukupnya untuk menghasilkan larutan asam sulfat 50-60%. Etanol kemudian
dipisahkan dari larutan asam sulfat dalam kolom pelucutan. Asam sulfat yang terpisah
18
ini dipekatkan hingga dapat didaur ulang ke proses tahap pertama. Reaksi yang terjadi
pada tahap kedua dapat dilihat pada reaksi 3.2.
CH3CH2OSO3H + H2O CH3CH2OH + H2SO4 (3.2)
Pada proses hidrasi langsung, gas yang kaya akan etilen dicampurkan dengan air dan
dilewatkan melalui reaktor katalis berunggun tetap. Dalam reaktor ini akan terjadi
reaksi pembentukan etanol dengan persamaan reaksi yang dapat dilihat pada reaksi 3.3.
CH2 = CH2 + H2O CH3CH2OH (3.3)
Etanol selanjutnya akan diperoleh melalui proses distilasi. Etanol dapat diperoleh dari
pengubahan asetilen dengan tersedianya katalis yang sesuai, seperti H2SO4 dan
HgSO4. Asetilen atau etuna dapat berekasi dengan air yang kemudian akan
menghasilkan asetaldehid. Asetaldehid yang terbentuk akan direduksi melalui proses
hidrogenasi katalitik untuk membentuk alkohol. Katalis yang telah lama digunakan
adalah oktakarbonildikobalt (Co2(CO)8), yang terbentuk dari reaksi antara kobalt dan
karbon monoksida. Persamaan reaksi pembentukan etanol dari asetilen dapat dilihat
pada reaksi 3.4 dan 3.5.
C2H2 + H2O CH3CHO (3.4)
CH3CHO + H2 CH3CH2OH (3.5)
3.5
Fermentasi Etanol
Fermentasi
tetes
mikroorganisme
tebu
untuk
Saccharomyces
menghasilkan
cerevisiae.
etanol
biasanya
Saccharomyces
menggunakan
cerevisiae
banyak
Selain etanol, proses fermentasi ini juga menghasilkan gas karbon dioksida sebagai
produk sampingnya. Reaksi yang terjadi pada pembentukan etanol dari sukrosa
(terkandung dalam molase) dapat dilihat pada reaksi 3.6.
19
20
3.6
Distilasi
Distilasi merupakan proses pemisahan yang didasarkan pada perbedaan titik didih.
Proses pemisahan secara umum dapat diartikan sebagai pembuatan dua atau lebih zona
yang memiliki perbedaan temperatur, tekanan, komposisi, dan/ atau kondisi fasa (F.
Doherty, et.al., 2008). Dengan adanya zona-zona ini, setiap komponen akan dapat
terpisah dengan komponen lainnya. Proses distilasi memanfaatkan fasa cair dan uap dari
campuran yang ingin dimurnikan pada tekanan dan temperatur yang relatif sama.
Distilasi dapat menggunakan kolom berunggun (packed column) dan tray column.
Pada proses distilasi, umpan dimasukkan ke dalam kolom dari satu atau lebih titik dan
dipisahkan dalam fraksi-fraksi tertentu. Fasa cair akan bergerak menuju bagian bawah
kolom dan fasa uap akan bergerak menuju bagian atas kolom karena adanya perbedaan
densitas antara fasa uap dan fasa cair. Dengan adanya aliran yang saling berlawanan
dari fasa uap dan fasa cair ini akan terjadi kontak antar kedua fasa tersebut. Kolom
distilasi umumnya dilengkapi dengan reboiler dan kondensor. Sebagian cairan yang
mencapai bagian bawah kolom akan diuapkan kembali untuk dikembalikan ke dalam
kolom dan sisanya akan diambil sebagai produk bawah distilasi. Uap yang mencapai
bagian atas dari kolom akan dikondensasi dan sebagian kondensat tersebut akan
dikembalikan sebagai aliran refluks sedangkan sisanya menjadi produk atas distilasi
atau sering disebut sebagai distilat. Komponen dengan berat titik didih yang lebih
rendah akan cenderung terkonsentrasi di fasa uap dan komponen dengan titik didih yang
lebih tinggi akan cenderung terkonsentrasi di fasa cair.
Apabila umpan hanya dimasukkan dari satu titik sepanjang kolom distilasi, makan
kolom dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang sering disebut bagian
rektifikasi (rectifying section) dan bagian bawah yang sering disebut bagian pelucutan
(stripping section). Untuk umpan yang masuk lebih dari satu titik dan apabila ada aliran
yang diambil sebagai produk samping, kolom distilasi memiliki lebih dari dua bagian
kolom. Semua operasi pemisahan membutuhkan masukan energi dalam bentuk panas
atau kerja. Sistem distilasi umumnya membutuhkan panas di bagian reboiler dimana
pada titik ini temperatur paling tinggi. Contoh skema sistem distilasi dengan kondensor
total dan reboiler parsial dapat dilihat pada gambar 3.4.
21
Gambar 3.4 Skema kolom distilasi dengan kondensor total dan reboiler parsial
(sumber : Perrys Chemical Engineers Handbook 8 th Edition)
3.7
Evaporasi
22
b) Kelarutan
Selama larutan dipanaskan dan dipekatkan, konsentrasi dari zat terlarut akan meningkat.
Pengingkatan konsentrasi zat terlarut ini dapat melebihi kelarutannya hingga
mengakibatkan terbentuknya
kristal.
Kelarutan menentukan
batas
maksimum
23
Dalam suatu evaporator, panas diberikan kepada larutan umpan untuk menguapkan
pelarutnya, umumnya adalah air. Panas dapat berasal dari steam ataupun kondensat
steam yang masih memiliki temperatur tinggi. Jenis alat evaporator ini didasarkan pada
konfigurasi permukaan perpindahan panas dan penyediaan sirkulasi dari larutan.
Beberapa jenis evaporator adalah sebagai berikut :
a) Open kettle or pan
b) Horizontal-tube natural circulation evaporator
c) Vertical-type natural circulation evaporator
d) Long-tube vertical-type evaporator
e) Falling-film-type evaporator
f) Forced-circulation-type evaporator
g) Agitated-film evaporator
h) Open-pan solar evaporator
24
3.8
Insenerasi
3.9
Granulasi
Granulasi merupakan proses pembesaran ukuran partikel. Salah satu alat granulasi
adalah pan granulator atau disc granulator. Granulasi tipe ini memanfaatkan gaya
gravitasi dan gaya sentrifugal. Hasil granul dari granulator tipe ini berkisar dari 1-20
mm dan granulator ini tidak cocok untuk menghasilkan granul dengan ukuran di bawah
250 m. Pan granulator terdiri dari sebuah lempeng lingkaran yang dapat berputar.
Padatan dan agen penggumpal akan diumpankan ke dalam lempeng tersebut secara
kontinu. Proses granulasi ini dipengaruhi oleh kecepatan putaran, kemiringan pan,
jumlah agen penggumpal, dan jenis padatan. Umumnya, waktu tinggal dalam granulator
ini berkisar antara satu hingga dua menit (J. Ennis, Bryan, et.al., 2008). Skema disc
granulator dapat dilihat pada gambar 3.5.
25
Secara umum, karbon dioksida merupakan senyawa yang tidak reaktif dan tidak
beracun. Pada keadaan atmosferik, karbon dioksida tidak berwarna dan tidak memiliki
bau. Karbon dioksida tidak dapat terbakar dan tidak akan menunjang terjadinya
pembakaran. Karbon dioksida terbentuk dari hasil pembakaran batu bara, arang, gas
alam, dan bahan bakar yang mengandung karbon lainnya. Selain itu, karbon dioksida
juga dapat dihasilkan sebagai hasil samping dari proses fermentasi. Gas yang dihasilkan
dari beberapa sumber ini harus dimurnikan terlebih dahulu, yang umumnya
menggunakan proses absorpsi. Pelarut yang digunakan untuk mengabsorpsi karbon
dioksida adalah monoetanolamin (MEA), dietanolamin (DEA), dan metil dietanolamin
(MDEA). Larutan panas kalium karbonat juga dapat digunakan untuk pelarut dalam
absorpsi karbon dioksida. Diagram alir proses pemurnian karbon dioksida dapat dilihat
pada gambar 3.6.
26
Gas umpan akan dimasukkan ke dalam kolom absorpsi dengan bantuan kompresor
untuk kemudian diabsorpsi oleh pelarut yang digunakan. Gas pengotor akan dikeluarkan
dari kolom absorpsi. Karbon dioksida yang terlarut dalam pelarut yang digunakan akan
dialirkan ke dalam kolom regenerasi. Pada kolom regenerasi, karbon dioksida akan
dilepaskan dari pelarut dan diolah pada proses selanjutnya. Pelarut yang sudah tidak
mengandung karbon dioksida ini diumpankan balik ke kolom absorpsi. Produk final
yang dapat diperoleh dari proses absorpsi ini memiliki kemurnian 99,99%.
Selain dengan proses absorpsi, karbon dioksida dapat dimurnikan dengan menggunakan
membran. Kemurnian yang bisa dicapai dengan penggunaan membran adalah 95%.
Proses pressure swing adsorption juga dapat digunakan untuk produksi gas karbon
dioksdia. Proses ini mampu menghasilkan kemurnian produk gas hingga lebih dari 99%.
Gas karbon dioksida ini dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan karbon dioksida
cair. Gas karbon dioksida hasil samping fermentasi dapat diolah menjadi karbon
dioksida cair melalui tahap pemurnian dan pencairan (A. Kent, 2003). Salah satu contoh
diagram alir pembuatan karbon dioksida cair dapat dilihat pada gambar 3.7. Karbon
dioksida cair umumnya disimpan dalam tangki terinsulasi yang memiliki sistem
refrijerasi untuk mengatur temperatur dan tekanan sehingga karbon dioksida tetap
berada pada fasa cair.
27
28
Proses klarifikasi dirancang untuk menghilangkan padatan tersuspensi, baik yang kasar,
halus, ataupun yang bersifat koloid. Proses ini mencakup tahap koagulasi, flokulasi, dan
sedimentasi. Pada tahap koagulasi akan terjadi penetralan partikel yang ada dalam air
sehingga ada gaya tolak menolak antar partikel yang sama dan dapat diendapkan. Hasil
koagulasi ini kemudian akan membentuk suatu gumpalan yang lebih besar sehingga
lebih mudah mengendap dalam tahap flokulasi. Proses klarifikasi dapat dipercepat
dengan bantuan bahan kimia, seperti alum, natrium aluminat, feri sulfat, feri klorida,
dan proses pengendapan dapat dipercepat dengan penambahan coagulant aid, seperti
separan, clays, dan coagulant aid 2350.
Aerasi merupakan proses mekanis pencampuran air dengan udara. Tujuan aerasi adalah
untuk memisahkan logam-logam yang tidak diinginkan dari air, seperti besi dan
mangan. Selain itu, aerasi dapat menghilangkan gas-gas terlarut dalam air terutama
yang bersifat korosif dan menghilangkan bau, rasa, serta warna dari air. Setelah
mengalami pengolahan pendahuluan, air akan diolah dengan proses filtrasi. Proses
filtrasi dilakukan untuk menahan zat-zat tersuspensi yang terbawa oleh fluida. Filtrasi
dilakukan dengna melewatkan fluida pada sebuah lapisan yang berpori, misalnya pasir,
antrasit, karbon, dan lain sebagainya. Produk yang diperoleh dari proses filtrasi dapat
berupa filtrat atau padatan (cake). Apabila hilang tekan pada proses filtrasi sudah
melebihi batas yang seharusnya, harus dilakukan pencucian balik (back washing) untuk
membersihkan cake yang terbentuk pada lapisan penyaring.
29
Setelah melewati proses filtrasi, pengolahan air dilanjutkan dengan pertukaran ion.
Pertukaran ion merupakan sebuah proses fisika-kimia dimana pada proses tersebut
senyawa tidak larut (resin) akan menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan
dan melepaskan ion lain ke dalam larutan dalan jumlah ekivalen yang sama. Resin yang
mempertukarkan kation disebut resin penukar kation dan resin yang mempertukarkan
anion disebut resin penukar anion. Apabila seluruh ion dari resin telah dipertukarkan
maka perlu dilakukan regenerasi resin agar resin tersebut dapat dipergunakan lagi untuk
pengolahan air. Penghilangan gas (deaerator) biasa dilakukan setelah kolom penukar
kation (sebelum masuk kolom penukar anion) untuk mengurangi beban pertukaran
anion. Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin penukar ion dapat
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu resin penukar kation asam kuat, resin
penukar kation asam lemah, resin penukar anion basa kuat, dan resin penukar anion
basa lemah.
b) Pengolahan Internal
Pengolahan internal merupakan pengolahan yang dilakukan pada titik penggunaan air
untuk menyesuaikan air pada kondisi sistem dimana air tersebut akan digunakan
(Setiadi, 2007). Usaha dalam pengolahan internal ini dilakukan dengan penambahan
bahan kimia ke dalam air yang diolah. Bahan-bahan kimia akan bereaksi dengan
pengotor sehingga tidak mengganggu sistem yang menggunakan air tersebut. Sebagai
contoh, untuk penghilangan oksigen dapat digunakan natrium sulfit atau hidrazin.
Masalah- masalah yang membutuhkan pengolahan internal adalah masalah korosi dan
masalah pembentukan kerak (Setiadi, 2007). Untuk mencegah korosi perlu digunakan
bahan-bahan anorganik seperti kromat, seng, dan bahan organik seperti polimer sintetik.
Senyawa polifosfat juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah korosi tetapi apabila
polifosfat berubah menjadi ortofosfat akan terjadi pembentukan kerak kalsium fosfat.
Oleh karena itu, pH perlu dijaga di kisaran 7,0.
31
BAB IV
BAHAN BAKU DAN PERALATAN
Kebutuhan awal ragi untuk satu tangki fermentor adalah 0,75 kg. Pada tiap proses
pembibitan diperlukan 6 kg ragi kering karena terdapat tujuh fermentor dan belum ada
aliran ragi daur ulang untuk digunakan pada proses fermentasi selanjutnya. Ragi ini
akan digunakan selama kurang lebih empat bulan. Harga ragi kering ini di pasaran
sekitar Rp60.000 tiap kg. Dalam satu tahun, ragi kering yang digunakan berjumlah 18
kg karena terdapat tiga kali start up selama satu tahun.
Dalam kurun waktu empat bulan, ragi akan didaur ulang untuk proses fermentasi
selanjutnya. Sebelum digunakan lagi, dilakukan proses pencucian dengan asam (acid
washing) hingga pH sekitar 2 untuk mendapatkan bibit unggul ragi. Pencucian ini
32
dilakukan dengan larutan asam sulfat berkonsentrasi rendah (1-2% v/v). Ketika ragi
mulai digunakan untuk proses fermentasi, ragi menunjukkan kinerja yang masih belum
optimal. Hal ini dapat dilihat dari kadar etanol yang rendah dan sisa gula yang masing
tinggi. Ragi mulai menunjukkan kinerja yang baik setelah digunakan kurang lebih
selama satu minggu.
Bentuk fisik dari molase adalah cairan kental berwarna hitam kecoklatan, menyerupai
kecap. Oleh karena molase memiliki kekentalan yang tinggi, pengalirannya harus
menggunakan mono pump atau gear pump. Gambar dari molase tebu dapat dilihat pada
gambar 4.2. Selain kandungan gula yang cukup tinggi, molase juga memiliki kandungan
kapur sekitar 4%. Kandungan kapur ini berpotensi untuk menyebabkan terbentuknya
kerak pada proses distilasi. Molase ini dalam penggunaannya sebagai bahan baku proses
fermentasi tidak mengalami proses pretreatment dan sterilisasi terlebih dahulu.
33
Molase ini hanya dihasilkan selama 6 bulan setiap tahunnya, yaitu pada musim
penggilingan tebu antara bulan Mei hingga Desember. Oleh karena itu, perusahaan
harus menyimpan tetes tebu untuk kebutuhan di luar musim penggilingan tebu. Molase
yang akan masuk ke dalam tangki penyimpanan harus diuji kualitasnya, yang utama
adalah derajat Brix. Nilai derajat Brix ini sangat berpengaruh pada penyimpanan tetes
tebu. Menurut perkiraan penulis, kebutuhan tetes tebu di PT. Molindo Raya Industrial
setiap tahunnya sekitar 175.000 ton. Kapasitas tangki penyimpanan tetes tebu yang
dimiliki perusahaan ini sekitar 130.000 ton.
34
b) Pre-Fermentasi
Tangki
Pompa sirkulasi
PHE (Plate Heat Exchanger)
Valve
Indikator ketinggian
Indikator dan pengatur temperatur
Indikator dan pengatur laju alir
c) Fermentasi
Tangki
Pompa sirkulasi
35
Pada proses pengaliran fluida terdapat beberapa jenis pompa yang digunakan, yaitu
pompa sentrifugal, mono pump, dan gear pump. Mono pump dan gear pump ini
diperuntukkan pengaliran tetes tebu. Gambar dari jenis-jenis pompa tersebut dapat
dilihat pada gambar 4.3, 4.4 dan 4.5.
36
Alat penukar panas yang digunakan dalam proses fermentasi merupakan jenis PHE.
Pada alat penukar panas ini akan terjadi perpindahana panas dari larutan fermentasi dan
air pendingin melalui permukaan pelat alat penukar panas. Gambar PHE dan pelat yang
digunakan dalam PHE dapat dilihat pada gambar 4.6 dan 4.7. Sebelum dialirkan ke
tangki perantara, larutan fermentasi dilewatkan pada separator. Separator yang
digunakan berkerja berdasarkan prinsip sentrifugasi. Gambar dari alat separator ini
dapat dilihat pada gambar 4.8.
37
b) Distilasi anhydrous
Kolom distilasi (sieve tray column)
Shell and tube heat exchanger
PHE
Tangki regenerasi
Tangki mol sieve
Superheater
Pompa vakum
Pompa regenerasi
Indikator dan pengatur laju alir
Indikator dan pengatur temperatur
Indikator dan pengatur tekanan
Indikator ketinggian fluida dalam kolom
Jenis tray yang digunakan dalam proses distilasi dapat dilihat pada gambar 4.9 dan 4.10.
38
39
Rotary dryer
Vibrating cooler
b) Pupuk Kalium
Multiple Effect Evaporator
Kondensor vakum
Shell and tube heat exchanger
Pompa sentrifugal
Squench tank (berfungsi sebagai evaporator)
Furnace
Dust settler
Multicyclone
Hammer mill crusher
Hoist
Pan granulator
Rotary dryer
Rotary cooler
Scrubber
Screw conveyor
Grading
Size grading yang digunakan untuk pembuatan pupuk granul di PT. Molindo Raya
Industrial menyerupai alat di gambar 4.11.
40
BAB V
FERMENTASI ETANOL
5.1
Pembibitan
Setelah larutan mencapai kisaran temperatur yang diinginkan, air pendingin tidak
dialirkan dan dimasukkan urea sebanyak 6 kg, serta dry yeast sebanyak 0,75 kg.
Campuran ini diamati hingga densitasnya mencapai 6 - 70Bx. Pengukuran densitas
41
dilakukan setiap jam dengan alat brix meter. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
densitas ini kurang lebih 10 jam. Larutan yang sudah mempunyai densitas sesuai ini
kemudian dialirkan ke dalam tangki bibit 2. Setiap tangki bibit 1 dioperasikan dengan
selang waktu 5 jam.
c. Bibit 3
Bibit 3 ini sedikit berbeda dengan bibit 1 dan bibit 2 karena bibit 3 hanya menggunakan
satu tangki berukuran 25.000 L. Bibit 3 ini menggunakan tangki dari bahan logam
stainless steel yang dilengkapi dengan kondensor. Pada tangki bibit 3 ini temperatur
dijaga pada kisaran 340C seperti halnya pada bibit 2. Bibit 3 ini merupakan kelanjutan
dari bibit 2. Mula-mula air dan molase dimasukkan ke dalam tangki bibit 3 hingga
totalnya sekitar 21.400L dan campuran memiliki densitas sekitar 110Bx (densitas awal
molase sekitar 850Bx). Perbandingan volume air dan volume molase yang digunakan
sekitar 4:1. Campuran ini diatur pH-nya hingga pH 4 dengan penambahan asam sulfat
pekat (98% v/v). Setelah larutan mencapai densitas yang diinginkan, dimasukkan
42
larutan dari bibit 2 dan urea sebanyak 32 kg. Campuran ini diamati hingga densitasnya
mencapai 6-70Bx. Pengukuran densitas dilakukan setiap jam dengan alat brix meter.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai densitas ini kurang lebih 5 jam. Larutan yang
sudah mempunyai densitas sesuai ini digunakan kemudian dalam pre-fermentor.
Pengadukan dalam tangki bibit 3 ini menggunakan sirkulasi dan blower. Secara
keseluruhan diagram alir proses pembibitan dapat dilihat pada gambar 5.1.
5.2
Pre-Fermentasi
43
total larutan dalam pre-fermentor ini sekitar 200 m3. Selain tetes tebu, dialirkan pula air
ke dalam tangki pre-fermentor untuk mencapai volume yang diinginkan.
Pada tangki pre-fermentor ini ditambahkan pula larutan nutrien untuk mengoptimalkan
kondisi ragi agar siap digunakan dalam tangki fermentor. Larutan nutrien yang
ditambahkan ini berjumlah 500 L. Larutan nutrien merupakan campuran urea dan asam
fosfat dengan komposisi 6 sak urea @50 kg dan 35 kg asam fosfat yang dilarutkan
dalam air hingga volume 3.000 L. Pada tahap pre-fermentasi ini masih terdapat
pertumbuhan ragi sehingga dikatakan pada tahap ini merupakan proses pembibitan ragi
yang terakhir sebelum masuk proses fermentasi yang sebenarnya. Proses pre-fermentasi
ini dikendalikan agar densitas larutan terjaga pada kisaran 120Bx di awalnya dan
akhirnya di kisaran 90Bx. Untuk menjaga homogenitas larutan, pengadukan dalam
tangki pre-fermentor dilakukan menggunakan sirkulasi. Waktu tinggal dalam prefermentor ini sekitar 10 jam. Larutan dalam pre-fermentor kemudian dialirkan ke tangki
fermentor.
5.3
Fermentasi
Proses fermentasi di PT. Molindo Raya Industrial dioperasikan secara batch. Proses
fermentasi dijalankan dalam kondisi anaerobik dan temperatur dijaga di antara 30-350C.
Kondisi operasi proses pembibitan dan proses fermentasi tidak sama karena produk dari
fermentasi yang diinginkan merupakan produk metabolit sekunder. Produk metabolit
sekunder dihasilkan saat ragi tidak dalam lingkungan yang optimum untuk melakukan
pertumbuhan dan perkembangbiakan. Produk fermentasi yang diinginkan adalah etanol.
Akan tetapi, dalam kenyataanya terdapat pengotor-pengotor dari produk etanol, yaitu
asetaldehid, metanol, 2-propanol, 1-propanol, diacetyl (2,3-butane-dion), 2-butanol,
isobutanol, 1-butanol, 2-pentanol, dan isoamil alkohol. Produk etanol merupakan
produk ekstraseluler. Oleh karena itu, untuk mendapatkan etanol dari proses fermentasi
tidak perlu dilakukan penghancuran sel terlebih dahulu karena etanol terlarut dalam
medium fermentasinya.
Di PT. Molindo Raya Industrial terdapat 7 tangki fermentasi dengan ukuran sekitar 500
m3. Ketinggian tangki fermentasi sekitar 12 m dan diameternya sekitar 7,7 m. Tangki
44
fermentasi terbuat dari bahan carbon steel dan memiliki konfigurasi dasarnya setengah
datar dan setengah miring. Fermentor ini diisi larutan dengan volume sekitar 320 m3.
Tangki fermentor ini menggunakan agitator dengan satu baling-baling yang terdiri dari
4 paddle dengan putaran sekitar 16 rpm. Selain pengadukan dilakukan dengan
menggunakan agitator, digunakan pula pompa sirkulasi untuk meningkatkan
homogenitas dari larutan dalam tangki fermentor. Untuk menghindari terjadinya vortex,
dalam tangki fermentor terdapat 4 baffle. Reaksi pembentukan etanol merupakan reaksi
eksotermis. Oleh karena itu, dibutuhkan pendingin untuk mengatur temperatur dalam
tangki fermentasi. Pendingin yang digunakan merupakan jenis PHE (plate heat
exchamger) yang diletakkan setelah pompa sirkulasi. Pendingin yang digunakan adalah
air pendingin.
Dalam tangki fermentor, molase diumpankan selama 20 jam dengan laju alir kurang
lebih 3000 L/ jam. Setelah seluruh molase masuk ke dalam fermentor, tidak ada aliran
masuk lagi ke fermentor. Larutan fermentasi disirkulasi dan diaduk selama kurang lebih
10 jam untuk memastikan seluruh gula yang terkandung dalam molase hampir
teruraikan. Total waktu fermentasi dalam tangki pre-fermentor dan tangki fermentor
adalah sekitar 40 jam. Target kadar etanol hasil fermentasi ini adalah di atas 10% v/v
dan % gula sisa < 0,01. Pengoperasian setiap tangki fermentor ini dilakukan dengan
selang waktu 5 jam. Larutan hasil fermentasi ini kemudian dialirkan ke sand cyclone
dan separator.
5.4
Prinsip kerja dari sand cyclone dan separator ini merupakan pemisahan dengan
sentrifugasi. Larutan fermentasi dialirkan terlebih dahulu menuju sand cyclone untuk
memisahkan partikel-partikel pengotor, seperti pasir untuk menghindari penyumbatan
nozzle di separator. Untuk mencapai tujuan tersebut, dipergunakan dua sand cyclone.
Larutan fasa ringan yang telah keluar dari sand cyclone dialirkan menuju separator.
Di PT. Molindo Raya Industial terdapat 4 unit separator, yaitu 3 unit tipe SFDX dan 1
unit tipe FESX 610. Unit SFDX ini mampu dioperasikan hingga putaran 5200 rpm
sedangkan unit FESX 610 mampu dioperasikan hingga putaran 6500 rpm. Unit FESX
45
610 memiliki kapasitas dua kali lipat dari unit SFDX. Oleh karena itu, proses pemisahan
biasa dilakukan menggunakan 2 unit SFDX atau 1 unit FESX 610. Dari proses
pemisahan ini, diperoleh fraksi ringan dan fraksi berat.
Fraksi berat merupakan larutan kental yang kaya akan ragi, disebut sebagai yeast cream
sedangkan fraksi ringan merupakan larutan yang kemudian akan dimurnikan dalam
sistem distilasi. Fraksi ringan ini kemudian dialirkan ke tangki intermediet (disebut juga
dengan buffer tank) sebelum akhirnya dimurnikan dalam proses distilasi. Tangki
intermediet ini berukuran sekitar 500 m3 dan memiliki dimensi serupa dengan tangki
fermentor. Tangki intermediet ini dibuat dari bahan stainless steel. Tangki intermediet
tidak dilengkapi dengan PHE sehingga temperaturnya bisa mencapai kisaran 400C.
Tangki intermediet ini diperlukan untuk menjaga agar umpan ke proses distilasi tidak
fluktuatif. Keseluruhan proses pre-fermentasi, fermentasi, dan pemisahan ini dapat
dilihat pada gambar 5.2.
Kapasitas dari separator ini sekitar 60.000 L/ jam dengan produk fraksi berat sekitar
7.000-8.000 L. Oleh karena jumlah larutan hasil fermentasi sekitar 320 m3 dan waktu
46
pemanenan hanya 5 jam, ada sebagian larutan fermentasi yang langsung dialirkan ke
tangki intermediet. Untuk memantau kondisi separator, terdapat indikator getaran
(vibrasi). Vibrasi ini dijaga pada sekitar nilai 3 dan apabila nilai vibrasi telah melebihi
3,5 perlu dilakukan pemeriksaan alat karena terdapat kemungkinan terjadinya
penyumbatan saluran. Selain itu, kerja dari separator juga dapat dipantau dari
kebisingannya. Apabila telinga manusia tidak dapat menolerir kebisingan tersebut,
terdapat kemungkinan terjadi masalah dalam proses pemisahan tersebut.
5.5
Acid Washing
Pencucian asam ini dikenakan pada yeast cream sebelum digunakan kembali dalam
tangki pre-fermentor. Pencucian ini dilakukan dengan menambahkan asam sulfat encer
dengan konsentrasi sekitar 4% v/v hingga pH mencapai sekitar 2,0-2,3. Pencucian asam
ini harus dipantau agar pH tidak lebih rendah dari 2 karena pada pH di bawah 2 seluruh
ragi tidak dapat bertahan hidup. Hal ini dilakukan dengan tujuan seleksi
mikroorganisme. Hasil dari proses ini merupakan ragi yang masih bertahan hidup dan
dianggap sebagai ragi bibit unggul. Ragi bibit unggul ini diharapkan memiliki
ketahanan terhadapat pH rendah yang lebih baik. Dalam proses pencucian asam ini,
jumlah ragi yang mampu bertahan hidup sekitar 50% dari jumlah ragi awal yang
terkandung dalam yeast cream. Ragi yang digunakan ulang dalam pre-fermentor disebut
juga sebagai aliran yeast recycle.
5.6
Setelah mempelajari proses fermentasi, diagram blok proses fermentasi di PT. Molindo
Raya Industrial dapat dilihat pada gambar 5.3.
47
Untuk melakukan analisis neraca massa fermentasi diperoleh data-data seperti yang
ditampilkan pada tabel 5.1.
Konstanta :
Densitas etanol =
Densitas air (25 0C) =
Ketetapan Gay Lussac =
Sasaran :
kadar etanol di fermentor =
volume fermentor =
Efisiensi =
Data :
Laju alir molase masuk
prefermentor =
TSAI molase =
UFS molase =
FS molase =
Densitas molase =
kadar etanol pada air scrubber
=
kadar etanol pada weak beer =
kadar etanol pada yeast cream
=
Volume yeast cream masuk ke
dalam pre-fermentor =
Volume nutrien masuk ke
dalam pre-fermentor =
Volume air scrubber yang
masuk ke dalam pre-fermentor
=
Volume weak beer masuk ke
dalam fermentor =
Lama waktu pengaliran tetes
ke dalam fermentor =
Keterangan
0,7936
kg/L
0,99708
kg/L
0,511 kg
etanol /kg
FS
10% (v/v)
320.000 L
89%
1% v/v
0,50% v/v
8% v/v
35.000 L
(300 kg urea + 35 kg asam fosfat
dilarutkan dalam air hingga volume
3000 L )
500 L
25.000 L
(selama 5 jam dengan laju alir
9000L/jam)
45.000 L
20 jam
48
Dari data-data di atas, dapat dihitung perolehan dari etanol menggunakan persamaan 5.1
berikut.
(
Dari hasil perhitungan menggunakan persamaan 5.1, diperoleh perolehan etanol dari
fermentasi tetes tebu adalah 0,287 L etanol tiap kg tetes tebu. Dari perhitungan
perolehan etanol inilah dapat diperkirakan kebutuhan tetes tebu setiap tahunnya.
Penentuan kebutuhan molase di fermentor dan kebutuhan air di pre-fermentor dapat
dilakukan dengan melakukan perhitungan berdasarkan data-data yang tersedia pada
tabel 5.1 yang hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 5.2.
Keterangan
32.000 L
225 L
250 L
2.800 L
28.725 L
100.249
Kg
Jumlah molase yang masuk ke dalam pre-fermentor 12.000 L
=
Jumlah molase yang masuk ke dalam fermentor 58.104 L
=
49
216.896 L
4.917 L
7.967 L
3,67%
144.396 L
setara dengan
70.104 L
setara dengan
2.905 L/ jam
(selama 20 jam)
Hasil perhitungan pada tabel 5.2 juga menunjukkan jumlah volume cairan yang harus
ada di tangki pre-fermentor. Kadar etanol di pre-fermentor hasil perhitungan adalah
3,67%. Hal ini sesuai dari data yang ada bahwa kadar etanol di pre-fermentor berkisar
antara 4%. Dalam perencanaan tidak ada aliran air masuk ke dalam fermentor. Akan
tetapi pada kenyataannya, terkadang masih diperlukan air yang dimasukkan dalam
fermentor untuk mencapai ketinggian yang ingin dicapai. Ketinggian larutan dalam
tangki fermentor diinginkan 6,4 m dari dasar tangki. Dari data-data tersebut dapat
dilakukan analisis neraca massa tiap batch fermentasi yang dapat dilihat pada tabel 5.3.
50
83.089 kg
47.250 kg
227.740 kg
358.080 kg
336.861 kg
21.219 kg
358.080 kg
336.861 kg
336.861 kg
Total
41.181 kg
295.680 kg
336.861 kg
Aliran keluar
Heavy phase
Light phase
Dalam analisis neraca massa sistem fermentasi diperoleh massa gas karbon dioksida
yang dihasilkan dalam tangki fermentor adalah 21.219 kg. Perhitungan teoritis gas
karbon dioksida yang dihasilkan adalah 18.073 kg. Secara teori, jumlah mol etanol yang
dihasilkan dari proses fermentasi sama dengan jumlah mol gas karbon dioksida yang
dihasilkan. Perbedaan teori dan hasil perhitungan analisis neraca massa ini dikarenakan
adanya beberapa asumsi yang diambil sehingga mengurangi akurasi hasil perhitungan.
Akan tetapi, data menunjukkan bahwa gas karbon dioksida yang dihasilkan hanya
setengah dari yang seharusnya diperoleh dari perhitungan teoritis. Perhitungan jumlah
gas karbon dioksida ini telah dilakukan di skala laboratorium. Hal ini diperkuat dari
data jumlah produksi karbon dioksida cair di PT. MIG sekitar 45 ton setiap harinya.
Selisih jumlah gas karbon dioksida yang dialirkan ke PT. MIG dan yang seharusnya
dihasilkan ini cukup besar. Peristiwa ini mungkin terjadi karena beberapa penyebab,
antara lain adanya karbon dioksida terlarut dalam larutan fermentasi dan adanya gas
karbon dioksida yang tertinggal dalam tangki fermentor.
51
5.7
Selain itu, tangki pre-fermentor dan tangki fermentor juga dilengkapi dengan indikator
busa. Apabila busa yang dihasilkan dalam proses fermentasi berlebih, secara otomatis
akan disemburkan defoamer untuk mengurangi terjadinya pembusaan. Keseluruhan
proses pengendalian ini dapat diatur melalui DCS (Distributed Control System) yang
ada pada ruang pengendali.
5.8
kg. Secara umum, terdapat beberapa tahap langka kerja pengoperasian fermentasi skala
pilot sebagai berikut :
a. Menghitung kebutuhan tetes, weak beer, air, dan yeast cream
b. Memeriksa apakah semua alat berjalan dengan baik, khususnya valve dan pompa
c. Memeriksa apakah aliran air pendingin berjalan dengan baik
d. Sebelum melakukan proses fermentasi pastikan terlebih dahulu semua valve berada
posisi yang tepat
e. Mengisi air dengan ditimbang terlebih dahulu. Mengisi air dilakukan 2 kali karena
timbangan hanya maksimal 1500 kg. Mula-mula nyalakan saklar untuk mengalirkan
air dan atur jumlah air yang diinginkan serta preliminary. Waktu pemasukan air ke
dalam setiap tangki fermentasi selama kurang lebih 15 menit (sudah total 2 kali).
Preliminary ini perlu untuk ditentukan karena valve yang digunakan merupakan jenis
motor rest sehingga valve berubah posisi secara perlahan. Nilai preliminary ini harus
ditentukan melalui percobaan. Untuk lebih jelasnya akan diberikan contoh sebagai
berikut : apabila set = 1500 kg dan preliminary adalah 170 kg maka pada saat
timbangan telah menunjukkan nilai 1330 kg, valve akan perlahan menutup sehingga
hasil akhir proses penimbangan tidak bisa dipastikan tepat 1500 kg. Jenis valve
motor rest ini menggunakan tenaga listrik. (valve lain adalah jenis actuator : tidak
perlu diberi preliminary karena on/off secara langsung/cepat, jenis ini menggunakan
tenaga udara tekan dari kompresor dan bila ditambahkan positioner dapat berfungsi
untuk mengatur besarnya bukaan valve seperti pada control valve)
f. Valve weak beer dibuka dan pompa aliran weak beer dinyalakan
g. Masukkan weak beer ke dalam tangki dengan ditimbang terlebih dahulu. Metode
penimbangan sama dengan penimbangan air. Waktu pemasukan weak beer ke dalam
setiap tangki fermentasi selama kurang lebih 20 menit.
h. Campuran air dan weak beer ini dibiarkan selama 15 jam.
i. Tetes dimasukkan selama 3 jam dengan laju alir 75 L/jam.
j. Memasukkan yeast cream ke dalam tangki fermentasi. Sebelum itu, pastikan semua
aliran yeast cream telah benar. Yeast cream yang akan digunakan diasamkan dulu
hingga pH mendekati 2 dengan menambahkan asam sulfat encer sebanyak kurang
lebih 250 L. Pada prakteknya, setelah 15 menit, pH larutan masih terukur 2,99 akan
tetapi diasumsikan larutan belum homogen dan berdasarkan pengalaman bila
53
WEAK BEER
TRIAL
FERM A
FERM A
FERM B
FERM B
FERM A
FERM B
SET
500 kg
1237 kg
1237 kg
1237 kg
1237 kg
1000 kg
1000 kg
PRELIMINARY
170 kg
170 kg
160 kg
165 kg
170 kg
10 kg
10 kg
ACTUAL
508 kg
1202 kg
1279 kg
1276 kg
1272 kg
1003 kg
1003 kg
54
SET
YEAST CREAM
FERM
FERM
FERM
FERM
FERM
FERM
FERM
FERM
200 kg
50 kg
200 kg
240 kg
100
50 kg
50 kg
1029
1029
kg
kg
kg
PRELIMIN
FERM B
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
0 kg
10 kg
10 kg
205 kg
53 kg
205 kg
243
105
56 kg
56 kg
1045
1044
kg
kg
kg
kg
ARY
ACTUAL
Diagram alir proses dari fermentasi skali pilot dapat dilihat pada gambar 5.4.
55
BAB VI
DISTILASI
6.1
56
tray pada keseluruhan kolom ini sekitar 1,5 m karena pada saat pembersihan orang
perlu masuk ke antara tray-tray tersebut untuk membersihkan kerak yang terbentuk.
Tray yang digunakan pada kolom ini merupakan jenis bubble cap tray.
Kolom ini disertai dengan kondensor untuk mengkondensasi produk atas dari kolom
analyzer. Pada kolom ini terdapat 3 buah kondensor, dengan 1 kondensor merupakan
preheater umpan dan 2 kondensor lain menggunakan pendingin berupa air
pendingin. Hasil kondensasi dari produk atas kolom analyzer ini ditampung dalam
suatu tabung dan kemudian dialirkan ke kolom purifier sebagai umpan. Reboiler dari
kolom ini menggunakan 2 unit FluBex (Fluidized Bed Heat Exchanger) dengan
menggunakan pemanas berupa produk atas dari copper column. Unggun yang
digunakan dalam FluBex ini merupakan silinder stainless steel dengan diameter
sekitar 0,2 cm dan tinggi 0,3 cm. Penggunaan unggun ini dimaksudkan untuk
membersihkan kerak-kerak yang terbentuk di dalam tangki penukar panas.
Produk atas dari kolom degasser ini diumpankan ke dalam kolom aldehyde dalam
fasa uap. Pada kolom ini dihasilkan limbah yang kemudian diolah menjadi pupuk
kalium, yaitu spent wash. Spent wash ini dikeluarkan dari bagian paling bawah
kolom analyzer dan diharapkan tidak memiliki kandungan etanol. Selain itu, pada
kolom ini juga dihasilkan produk berupa weak beer yang diambil dari tray ke-2 atau
ke-3 dari bawah kolom analyzer. Weak beer ini masih memiliki kandungan etanol
sekitar 0,5% dan digunakan sebagai pengganti air pada tangki fermentor. Produk atas
dari kolom ini memiliki kemurnian etanol yang berkisar antara 60-70%.
57
Kolom ini disertai dengan dua kondensor dan satu unit reboiler. Pemanas dari
reboiler menggunakan steam dan pendingin pada kondensor menggunakan air
pendingin. Produk atas dari kolom adehyde adalah TK Aldehyde (kemurnian etanol
sekitar 92%) yang nantinya akan dijual dalam bentuk spiritus. Produk atas dari
kolom ini masih mengandung pengotor sekitar 5-6%. Produk bawah kolom ini
dimasukkan dalam kolom purifier. Kadar etanol dari produk bawah kolom ini
diharapkan memiliki kandungan etanol sekitar 10-13%.
Kolom ini disertai dengan tiga kondensor dan satu unit reboiler. Pemanas dari
reboiler menggunakan steam dan pendingin pada kondensor menggunakan air
pendingin. Produk atas dari kolom purifier yang telah melewati kondensor dialirkan
58
Kolom ini disertai dengan sebuah reboiler yang menggunakan sumber panas berupa
steam. Antara kolom rectifier dan copper column terdapat separator untuk
mengalirkan cairan ke kolom rectifier karena downcomer tidak dapat mengalir
melalui sambungan dua kolom ini. Umpan yang dimasukkan ke dalam kolom ini ada
tiga, yaitu produk bawah dari kolom purifier, produk bawah dari kolom super
rectifier, dan produk bawah dari aliran DMC yang dimasukkan sebagai pengganti
aliran refluks. Produk atas dari copper column ini digunakan sebagai pemanas pada
FluBex dan sebagian dialirkan ke DMC. Produk bawah dari kolom rectifier ini
adalah spent lees 1. Spent lees 1 ini dibuang ke sungai karena sudah memiliki sifat
yang mirip dengan air. Spent lees 1 ini diharapkan tidak memiliki kandungan etanol.
Produk yang dihasilkan dari kolom ini adalah etanol kualitas prima. Etanol kualitas
prima diambil dari tray bagian atas kolom rectifier. Pengambilan produk etanol
kualitas prima ini bergantung pada komposisi pengotor yang ada. Apabila kandungan
propanol pada zat pengotor lebih tinggi maka produk prima diambil dari tray yang
agak atas, sedangkan apabila kandungan metanol pada zat pengotor lebih tinggi
maka produk prima diambil dari tray yang agak bawah. Produk prima ini
59
dikondensasi dalam dua kondensor dengan pendingin berupa air pendingin. Produk
prima dialirkan pada bagian buluh dan air pendingin di bagian cangkang karena
produk prima lebih berpotensi membentuk kerak. Selain produk prima, diambil pula
produk fusel dari bagian tengah kolom rectifier. Fusel merupakan campuran produk
alkanol dengan jumlah atom C di atas 3. Produk fusel ini dimasukkan dalam dekanter
untuk memisahkan air dan fusel. Oleh karena densitas fusel lebih rendah dari
densitas air, fusel akan cenderung di bagian atas dekanter dan air akan di bagian
bawahnya. Fusel akan dialirkan ke dalam tangki penyimpanan fusel dan sisanya akan
dialirkan ke dalam FOC.
Umpan FOC adalah LFO (Light Fussel Oil) dan HFO(Heavy Fussel Oil) dari kolom
rectifier, serta air lunak untuk meningkatkan keberhasilan dari pemisahan dalam
kolom ini. Produk atas dari FOC dialirkan ke kolom purifier sebagai umpan. Produk
bawah dari FOC ini adalah spent lees 2. Spent lees 2 ini dibuang ke sungai karena
sudah memiliki sifat yang mirip dengan air. Spent lees 2 ini diharapkan tidak
memiliki kandungan etanol. Selain itu, diambil pula produk fusel dari bagian tengah
FOC. Produk fusel ini dimasukkan dalam dekanter untuk memisahkan air dan fusel.
Oleh karena densitas fusel lebih rendah dari densitas air, fusel akan cenderung di
bagian atas dekanter dan air akan di bagian bawahnya. Fusel akan dialirkan ke dalam
tangki penyimpanan fusel dan sisanya akan disirkulasikan secara berlulang di dalam
FOC.
60
Umpan yang masuk ke kolom ini merupakan etanol kualitas prima. Produk atas dari
kolom ini sebagian dicampurkan denga produk TK Aldehyde. Produk bawah dari
kolom ini dialirkan sebagai umpan kolom rectifier. Dalam kolom ini dihasilkan
etanol kualitas super. Produk super diambil dari tray bagian atas.
Umpan dari kolom final ini bergantung pada produk yang ingin dihasilkan. Untuk
menghasilkan etanol kualitas prima final akan digunakan umpan berupa produk
prima dan untuk menghasilkan etanol kualitas super final akan digunakan umpan
61
berupa produk super. Produk atas dari kolom final adalah TK final dan produk
bawahnya adalah super final atau prima final sesuai umpan yang digunakan.
Keseluruhan sistem distilasi hydrous di PT. Molindo Raya Industrial dapat dilihat pada
gambar 6.1.
62
6.2
Setelah mempelajari sistem distilasi di PT. Molindo Raya Industrial, diagram blok
keseluruhan sistem distilasi hydrous dapat dilihat pada gambar 6.2.
Data-data yang diperoleh untuk mengerjakan analisis neraca massa proses distilasi
dapat dilihat pada tabel 6.1.
Tabel 6.1 Data sistem distilasi
Light phase
% v/v etanol =
Air
Laju alir =
Produk Etanol
Laju alir =
% v/v etanol =
% v/v etanol =
% v/v etanol =
10,5 %
18.000 L/jam
6.250
96,5
92
96
L/jam
%
%
%
Persentase
0,93
0,04
0,03
98,5 %
Efisiensi =
Spent Wash
Laju alir =
% v/v etanol =
Spent lees
Laju alir =
% v/v etanol =
Weak Beer
Laju alir =
% v/v etanol =
40.000 L/jam
0 %
20.000 L/jam
0 %
9.000 L/jam
0,5 %
Dalam perhitungan analisis neraca massa ini digunakan asumsi bahwa densitas light
phase, air, spent wash, spent lees, dan weak beer adalah 1 kg/L serta densitas dari
63
produk etanol adalah 0,8 kg/L. Dari kemurnian etanol dalam produk yang dihasilkan
dan jumlah masing-masing produk dapat ditentukan jumlah etanol murni yang
dibutuhkan, yaitu 6.019 L/ jam. Dengan penetapan efisiensi sebesar 98,5%, maka
jumlah etanol yang dibutuhkan untuk umpan distilasi adalah 6.111 L. Oleh karena
kemurnian etanol dalam light phase adalah 10,5%, maka laju alir light phase masuk ke
dalam distilasi adalah 58.197 L/ jam. Jumlah etanol yang tidak terkonversi mejadi
produk adalah 92 L/ jam. Etanol yang hilang ini terbawa oleh weak beer sebanyak 45 L/
jam dan sisanya diasumsikan terbawa produk fusel. Hasil perhitungan analisis neraca
massa overall sistem distilasi dapat dilihat pada tabel 6.2. Dari hasil perhitungan ini
dapat ditentukan bahwa fusel masih memiliki kandungan etanol sebesar 1,7%-massa.
6.3
PRODUK SPENT
SPENT WEAK FUSEL
ETANOL WASH
LEES
BEER
5.000
40.000 20.000
9.000
2.197 kg/
jam
76.197 kg/ jam
Etanol anhydrous biasanya digunakan sebagai campuran bahan bakar. Ambang batas
dari kadar air yang terkadung dalam etanol anhydrous yang diterima konseumen adalah
0,3%-massa. Sistem distilasi anhydrous ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Kolom rectifier anhydrous
Kolom ini dioperasikan pada tekanan di atas atmosferik, dengan tekanan atas 1,73 bar
dan tekanan bawah 1,83 bar, dan temperatur bawah kolom 130,80C, serta temperatur
atas kolom 104,40C. Kolom ini memiliki tray dengan jenis sieve tray. Kolom ini disertai
dengan reboiler yang menggunakan pemanas berupa steam. Umpan yang masuk ke
64
dalam kolom ini merupakan etanol kualitas TK. Umpan sebelum masuk ke dalam
kolom melalui dua kali pemanasan awal dalam shell and tube heat exchanger dengan
pemanas berupa kondensat steam di bagian buluhnya.
Produk atas dari kolom ini dialirkan ke dalam unit mol sieve. Apabila tekanan berlebih,
sebagian produk atas kolom akan dialirkan ke dalam sebuah kondensor dan selanjutnya
dicampurkan dengan umpan. Produk bawah dari kolom ini akan dibuang apabila sudah
tidak mengadung etanol dan sebagian yang masih mengandung etanol akan disirkulasi
kembali ke dalam kolom melalui unit reboiler. Valve akan membuka apabila produk
bawah sudah tidak mengandung etanol. Kadar etanol dapat diketahui dari temperatur
dan tekanan kolom. Kapasitas dari kolom ini adalah 30.000 L per hari.
b. Mol sieve
Dalam sistem distilasi anhydrous terdapat dua unit mol sieve. Molekul yang digunakan
untuk menyerap air dalam produk atas kolom rectifier anhydrous adalah zeochem.
Umur pemakaian molekul ini sekitar 10 tahun. Satu unit mol sieve ini akan beroperasi
dan unit lainnya diregenerasi. Regenerasi ini diperlukan karena pada suatu saat molekul
akan jenuh dan tidak dapat lagi menyerap air. Tekanan dalam unit ini sekitar 0,2 bar.
Umpan dari unit ini merupakan produk atas dari kolom rectifier anhydrous yang telah
melalui unit superheater. Pemanas yang digunakan dalam superheater ini adalah steam.
Umpan mol sieve memiliki temperatur sekitar 1600C. Dalam hal ini harus dipastikan
bahwa umpan dalam fasa superheated vapor. Produk dari unit ini adalah etanol
anhydrous. Sebelum disimpan dalam tangki penyimpanan produk, etanol anhydrous
harus dikondensasi dan didinginkan terlebih dahulu melalui satu unit kondensor dan
satu unit pendingin.
c. Unit regenerasi
Dalam unit regenerasi ini terdapat satu tangki regenerasi dan satu tangki vakum. Produk
regenerasi ini akan diumpankan kembali ke kolom rectifier anhydrous. Unit ini juga
dilengkapi dengan satu kondensor dan satu PHE serta pompa vakum untuk
65
meregenerasi mol sieve. Diagram alir proses distilasi anhydrous dapat dilihat pada
gambar 6.3.
6.4
Sistem distilasi, baik sistem distilasi hydrous maupun anhydrous, memiliki sistem
pengendalian. Sistem pengendalian distilasi ini dilengkapi dengan indikator dan
pengatur ketinggian, indikator dan pengatur temperatur, indikator dan pengatur tekanan,
dan indikator serta pengatur laju alir. Keseluruhan proses pengendalian ini dilakukan di
ruang DCS. Pengendali akhir dari sistem pengendalian proses sistem distilasi ini
menggunakan pneumatic valve. Oleh karena itu, dibutuhkan udara tekan yang
mencukupi untuk menunjang pengendalian proses distilasi.
66
BAB VII
PENGOLAHAN LIMBAH
7.1
Pembuatan karbon dioksida cair dimulai dengan melewatkan gas hasil fermentasi pada
scrubber untuk menangkap uap etanol yang terbawa dalam aliran gas (proses stripping).
Scrubber menggunakan fasa cair berupa air dan dioperasikan secara counter-current.
Ada 3 kolom scrubber dengan konfigurasi seperti berikut 1 kolom berukuran tinggi
kurang lebih 7 meter dan diameter sekitar 0,5 meter dengan model sieve tray column
dan 2 kolom berukuran tinggi kurang lebih 5 meter dan diameter sekitar 0,5 meter
dengan model packed bed column. Unggun yang digunakan jenis pall-ring dari bahan
plastik. Diagram alir proses scrubbing gas hasil fermentasi dapat dilihat pada gambar
7.1.
67
Gas keluaran separator ini akan dikeringkan lebih lanjut dalam dua tahap, yaitu dalam
active carbon bed dan dryer. Di PT. MIG, dioperasikan dua unit active carbon bed dan
dua unit dryer. Dua unit ini dioperasikan secara bergantian, dimana unit yang tidak
digunakan akan diregenerasi dengan karbon dioksida kering. Regenerasi ini dibantu
oleh karbon dioksida kering dan dilakukan dengan pemanasan hingga temperatur 1300C
serta kemudian didinginkan. Waktu pemanasan dan pendinginan untuk regenerasi active
carbon bed berturut-turut adalah 8 jam dan 4 jam sedangkan regenerasi dryer adalah 4,5
jam dan 1,5 jam. Oleh karena itu, penggantian unit yang digunakan untuk active carbon
bed adalah setiap 12 jam sekali dan untuk dryer adalah setiap 6 jam sekali.
Active carbon bed berfungsi untuk mengurangi moisture dalam gas karbondioksida.
Selain itu, pada tahap ini akan ditangkap sulfur yang terkandung dalam gas hasil
fermentasi tersebut. Energi pada active carbon bed ini berasal dari energi steam.
Senyawa karbon aktif yang digunakan dalam tahap ini perlu diganti setiap 8 bulan
sekali. Unit dryer menggunakan alumina untuk menyerap kandungan air dalam gas
karbon dioksida tersebut. Target moisture gas yang keluar dari unit dryer adalah di
bawah 50 ppm. Alumina ini memiliki waktu pemakaian yang lebih lama dibandingkan
karbon aktif, yaitu sekitar 10 tahun.
Gas karbon dioksida kering ini kemudian dialirkan ke dalam tailing column. Di kolom
ini, gas karbon dioksida akan dialirkan dari bagian bawah kolom dan karbon dioksida
cair akan dialirkan dari atas kolom melalui sebuah sprayer. Kolom ini berfungsi untuk
menurunkan temperatur dari gas karbondioksida dan menghilangkan pengotor yang
masih terbawa. Gas karbon dioksida ini diharapkan memenuhi target moisture yang ada
agar tidak terjadi penyumbatan dalam tailing column. Gas karbon dioksida yang keluar
68
dari tailing column ini kemudian dikondensasi dalam sebuah kondensor yang dibantu
oleh sistem refrijerasi dengan refrijeran yang digunakan adalah R 22. Temperatur
pencairan gas karbon dioksida ini sekitar -300C.
Jalannya proses produksi karbon dioksida cair ini dipantau dengan cara mengukur
kemurnian karbon dioksida dan kadar air setiap satu atau dua jam sekali. Produk karbon
dioksida ini diuji melalui beberapa analisis berikut :
a) Analisis kemurnian karbon dioksida cair.
b) Analisis kadar air dalam karbon dioksida cair.
c) Analisis kandungan SO2 dalam karbon dioksida cair, dimana kandungan SO2 ini
harus di bawan 1 ppm.
d) Analisis kandungan NOx dalam karbon dioksida cair, dimana kandungan NOx ini
harus di bawan 1 ppm.
e) Analisis kandungan hidrokarbon dalam karbon dioksida cair.
f) Analisi total sulfur yang terkandung dalam karbon dioksida cair, dimanan total sulfur
ini harus di bawah 100 ppb.
Hasil karbon dioksida cair ini kemudian ditampung dalam tangki penyimpanan. PT.
MIG memiliki tujuh tangki penyimpanan dengan kapasitas 45 ton. Kapasitas produksi
PT. MIG adalah 45 ton per hari. Tekanan dalam tangki penyimpanan ini dijaga pada
kisaran 18-20 bar. Tekanan karbon dioksida ini tidak boleh menurun di bawah 6 bar
karena dapat menyebabkan terbentuknya dry ice. Produk karbon dioksida cair yang
dihasilkan PT. MIG merupakan produk kualitas food grade. Kemurnian produk karbon
dioksida cair tersebut di atas 99,9 %. Penggunaan karbon dioksida cair ini adalah untuk
swelling tembakau di industri rokok, welding, dan untuk industri minuman.
7.2
Limbah vinase (spent wash) merupakan produk bawah yang dihasilkan dari kolom
analyzer degasser. Limbah vinase tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan karena
memiliki BOD dan COD yang cukup tinggi. Limbah ini diolah menjadi pupuk kalium
serbuk dan pupuk kalium granul karena kandungan kalium dalam vinase ini cukup
tinggi. Keseluruhan unit pengolahan limbah vinase dapat dilihat pada gambar 7.2.
69
70
pada kisaran 47%. Cairan dari tahap 1 dialirkan menuju tahap 2 dengan bantuan
control valve.
b) Tahap 2
Tahap 2 ini disebut juga sebagai efek 2. Pada tahap 2 ini temperatur ruang 530C dan
tekanan kolom evaporasi adalah 11 cmHg. Ketinggian pada kolom tahap ini dijaga
pada kisaran 55%. Cairan dari tahap 2 dialirkan menuju tahap 3 dengan bantuan
pompa karena laju alir ke tahap 3 harus diatur.
c) Tahap 3
Tahap 3 ini disebut juga sebagai efek 1. Pada tahap 3 ini temperatur ruang 710C dan
tekanan kolom evaporasi adalah 21 cmHg. Ketinggian pada kolom tahap ini dijaga
pada kisaran 60%. Pada tahap ketiga inilah produk evaporasi diperoleh.
Penentuan temperatur proses evaporasi ini juga tergantung jumlah limbah yang
diolah. Sumber panas untuk proses evaporasi ini adalah steam. Steam dijaga pada
kisaran 2,5 bar dan apabila tekanan telah mencapai 3,5 bar, safety valve akan
membukan dan tekanan menurun sampai kisaran yang diinginkan. Steam yang
digunakan ini akan terkondensasi dan membentuk kondensat dengan temperatur
650C serta laju alir sekitar 6 m3/jam.
Kapasitas limbah vinase yang dapat diolah dalam evaporator ini adalah 50 m3/ jam.
Spent wash masuk ke dalam proses evaporasi pada temperatur sekitar 55-630C dan
densitas 18,5-190Bx. Laju kondensat yang diperolah dari penguapan umpan sekitar
20-21 m3/jam. Produk dari proses evaporasi ini memiliki temperatur sekitar 5757,50C dan densitas antara 31-31,50Bx. Produk akan dialirkan menuju unit
insenerator menggunakan multi stage pump karena jarak pengalirannya cukup jauh,
yaitu antara 2-3 km.
Proses evaporasi ini dibantu oleh beberapa peralatan, seperti pompa sentrifugal untuk
sirkulasi, pompa untuk pembersihan kolom, kondensor vakum (tekanan 0,12 bar),
shell and tube heat exchanger (diameter buluh 1 inch dan aliran 1 pass), pompa
vakum, dan pompa kondensat. Kebutuhan listrik untuk unit evaporasi ini per hari
adalah sekitar 4700 kWh. Seiring berjalannya proses evaporasi, ada beberapa hal
71
yang harus dipantau, seperti brix umpan dan produk setiap 2 jam sekali, ketinggian
dalam kolom setiap jam sekali, tekanan kolom setiap jam sekali, dan temperatur
kolom serta air pendingin setiap jam sekali. Untuk menjaga agar proses evaporasi
berjalan dengan baik, perlu dilakuakn proses pembersihan setiap 2 minggu sekali.
Pembersihan ini membutuhkan waktu sekitar 8-12 jam sesuai kerak yang terbentuk
dalam kolom evaporasi. Pembersihan kerak dilakukan dengan mensirkulasikan air
dalam kolom evaporasi dan kemudian menggunakan larutan yang mengandung 5%
soda, 3% asam nitrat, dan 2% asam fosfat sebanyak 7000 L. Pembersihan yang
paling susah adalah pembersihan pada kolom evaporasi tahap 3 karena pada kolom
ini pemanasan langsung dilakukan oleh steam.
Vinase yang telah dipekatkan lebih lanjut ini dialirkan ke dalam tungku pembakaran
dan disemburkan dengan nozzle yang berdiameter 0,2 cm. Dalam setiap tungku
72
Selain gas panas, dalam tungku pembakaran dihasilkan pula abu hasil pembakaran
vinase. Abu ini dimasukkan ke dalam hammer mill untuk dihomogenisasi. Alat
penghancur ini memiliki diameter 1 m. Setelah dihaluskan, abu kemudian dilewatkan
dalam saringan. Serbuk yang dapat lewat dari saringan ini memiliki ukuran sekitar 3
mm. Serbuk ini kemudian dipindahkan menuju silo dengan bantuan blower untuk
kemudian dikemas sebagai pupuk kalium serbuk. Pupuk kalium serbuk ini ada
sebagian yang diolah lagi menjadi pupuk kalium granul. Pupuk kalium serbuk ini
umumnya dibeli oleh industri lain untuk diolah lebih lanjut.
Jumlah total material yang masuk dalam unit ini sekitar 600 ton/ hari dan jumlah
pupuk kalium serbuk yang dihasilkan adalah 30 ton/ hari. Material lain yang tidak
menjadi pupuk kalium serbuk adalah gas cerobong. Dalam pelaksanaannya, perlu
dilakukan beberapa pemantauan jalannya proses pembentukan pupuk kalium serbuk
ini, antara lain brix dari proses pemekatan dalam squench tank setiap 2 jam sekali,
pemeriksaan nozzle pengumpan vinase, dan memastikan pembakaran berlangsung
73
dengan baik. Nozzle pengumpan vinase inilah yang sering mengalami penyumbatan
karenan ukurannya sangat kecil.
Temperatur kerja di sekitar unit insenerator ini mencapai 500C. Oleh karena itu,
diperlukan beberapa alat pelindung diri, antara lain masker dengan respirator, kaca
mata pengaman, helm, sarung tangan, dan sepatu keamanan. Untuk menjaga
kelangsungan proses insenerasi, perlu dilakukan proses pembersihan squench tank
setiap bulan sekali. Selain itu, setiap 3 tahun sekali perlu dilakukan penggantian BTA
dan logam SS 304 pelapis tungku pembakaran. Waktu yang diperlukan untuk
penggantian ini biasanya sekitar 1 bulan.
Dalam piringan granulator ini akan dihasilkan granul-granul pupuk kalium basah.
Pengeringan granul pupuk kalium ini menggunakan sebuah rotary dryer yang
panasnya berasal dari pembakaran batu bara pada sebuah tungku pembakaran
(furnace). Tungku pembakaran ini memiliki temperatur kerja antara 400-5000C dan
dilapisi dengan BTA. Batu bara yang dibutuhkan untuk pengeringan ini sekitar 700
kg setiap hari. Panas dari tungku pembakaran ini dialirkan dengan bantuan ID fan
dan dialirkan berlawan arah dengan arah aliran pupuk kalium granul basah. Waktu
74
pengeringan dalam alat ini sekitar 15-20 menit. Alat pengeringan ini disertai dengan
baffle agar granul tidak terkumpul dalam suatu area dan pengalirannya menggunakan
putaran serta perbedaan ketinggian sekitar 7 cm. Diameter dan panjang dari alat
pengeringan ini adalah 0,9 m dan 12 m. Kadar air pupuk kalium granul basah sekitar
35% dan dalam pengeringan ini diharapkan kadar air pupuk kalium granul turun
menjadi 5%. Gas panas yang telah digunakan untuk pengeringan akan dilewatkan
dalam suatu scrubber untuk menangkap debu-debu yang terbawa oleh gas panas
dengan air yang disirkulasi. Gas panas ini kemudian dikeluarkan melalui cerobong
asap.
Pupuk kalium granul yang telah dikeringkan ini kemudian dialirkan ke dalam
grading menggunakan sebuah belt conveyor untuk kemudian dibagi-bagi
berdasarkan ukurannya. Ukuran partikel pupuk kalium granul yang diinginkan
berkisar antara 4-12 mesh. Pupuk kalium granul yang berukuran lebih besar dari
spesifikasi yang ada akan dikecilkan ukurannya dalan sebuah crusher dan yang
berukuran lebih kecil akan diumpankan lagi ke piringan granulator. Pupuk kalium
granul dengan ukuran yang memenuhi spesifikasi akan didinginkan terlebih dahulu
sebelum dikemas dalam karung. Pendinginan ini menggunakan rotary cooler yang
dibantu oleh blower FD dan ID untuk mengalirkan udara pendingin. Waktu yang
dibutuhkan untuk pendinginan ini sekitar 15-20 menit dan keluaran pupuk kalium
granul telah memiliki temperatur di bawah 300C. Pupuk kalium granul ini akan
dikemas dalam ukuran 50 kg tiap karungnya. Produksi pupuk kalium granul ini
setiap harinya sekitar 25 ton.
75
harinya yang memakan waktu sekitar 3 jam. Untuk menjalankan keseluruhan unit
granulator pupuk kalium ini diperlukan listrik sekitar 400 kWh setiap harinya.
7.3
Pembuatan kompos ini menggunakan bahan baku utama berupa blotong (ampas tebu).
Dalam pengomposan ini dicampurkan pula vinase cair pada blotong. Secara
keseluruhan, proses pembuatan pupuk kompos granul dapat dilihat pada gambar 7.3.
Proses pembuatan pupuk organik dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu proses
pengomposan dan granulasi kompos. Penjelasan dari masing-masing bagian ini dapat
dilihat pada sub-bab 7.3.1 dan 7.3.2.
7.3.1 Unit Pengomposan
Unit pengomposan ini mulai didirikan pada tahun 2008 dan memiliki total lahan
sekitar 3,3 hektar. Dari keseluruhan lahan ini, tempat pembuatan kompos yang
76
77
warnanya seperti pasir. Pembentukan kompos ini memakan waktu total sekitar 2
bulan.
Saat ini, bahan baku proses pengomposan sedang dalam masa transisi. Penggunaan
blotong akan diganti dengan salah satu limbah pabrik gula lainnya. Vinase cair tidak
dapat dicampurkan dalam bahan baku yang baru ini. Oleh karena itu, digunakan
vinase padat untuk campuran bahan baku yang baru tersebut. Vinase kering ini
merupakan hasil evaporasi yang tidak dapat dialirkan ke unit insenerator. Vinase
kering ini sebelum digunakan untuk pengomposan harus dikeringkan lebih lanjut
hingga kadar air 10-12%.
78
Dalam piringan granulator ini akan dihasilkan granul-granul pupuk kompos basah.
Pengeringan granul pupuk kompos ini menggunakan sebuah rotary dryer yang
panasnya berasal dari pembakaran batu bara pada sebuah tungku pembakaran
(furnace). Tungku pembakaran ini memiliki temperatur kerja antara 700-8000C dan
dilapisi dengan BTA. Batu bara yang dibutuhkan untuk pengeringan ini sekitar 1.800
kg setiap hari. Panas dari tungku pembakaran ini dialirkan dengan bantuan ID fan
dan dialirkan berlawan arah dengan arah aliran pupuk kompos granul basah. Waktu
pengeringan dalam alat ini sekitar 30 menit. Alat pengeringan ini disertai dengan
baffle agar granul tidak terkumpul dalam suatu area dan pengalirannya menggunakan
putaran serta perbedaan ketinggian sekitar 10-15 cm. Diameter dan panjang dari alat
pengeringan ini adalah 1,2 m dan 22 m. Kadar air pupuk kompos granul basah
sekitar 45% dan dalam pengeringan ini diharapkan kadar air pupuk kompos granul
turun menjadi 8%. Gas panas yang telah digunakan untuk pengeringan akan
dilewatkan dalam suatu siklon untuk menangkap debu-debu yang terbawa oleh gas
panas. Gas panas ini kemudian dikeluarkan melalui cerobong asap.
79
Pupuk kompos granul yang telah dikeringkan ini kemudian dialirkan ke dalam
grading menggunakan sebuah bucket elevator untuk kemudian dibagi-bagi
berdasarkan ukurannya. Ukuran partikel pupuk kompos granul yang diinginkan
berkisar antara 4-12 mesh. Produk yang tidak memenuhi kualifikasi ukuran ini
sekitar 4 ton per hari. Pupuk kompos granul yang berukuran lebih besar dari
spesifikasi yang ada akan dikecilkan ukurannya dalan sebuah crusher dan yang
berukuran lebih kecil akan diumpankan lagi ke piringan granulator. Pupuk kompos
granul dengan ukuran yang memenuhi spesifikasi akan didinginkan terlebih dahulu
sebelum dikemas dalam karung. Pendinginan ini menggunakan vibrating cooler yang
dibantu oleh 2 blower untuk mengalirkan udara pendingin. Pendinginan ini terkadang
mengalami kendala dimana pendinginan tidak terjadi secara sempurna. Waktu yang
dibutuhkan untuk pendinginan ini sekitar 5 menit dan keluaran pupuk kompos granul
telah memiliki temperatur di bawah 300C. Dimensi alat pendinginan ini adlah 3 m x
1m x 0,5 m. Pupuk kompos granul ini akan dikemas dalam ukuran 40 kg tiap
karungnya. Produksi pupuk kompos granul ini setiap harinya sekitar 28-30 ton.
80
BAB VIII
PRODUK PT. MOLINDO RAYA INDUSTRIAL
8.1
Jenis produk dan kapasitas produksi di PT. Molindo Raya Industrial dapat dilihat pada
tabel 8.1.
Nomor
1
Jenis Produk
Kapasitas Produksi
Etanol
TK
Prima
Super
Absolut
8.2
Pupuk Kalium
Spesifikasi Produk
Spesifikasi berbagai produk yang dihasilkan di PT. Molindo Raya Industrial dapat
dilihat pada tabel 8.2.
Nomor
Jenis Produk
1
Etanol
Spesifikasi Produk
81
Nomor
Jenis Produk
Spesifikasi Produk
2
Pupuk Kalium
Serbuk K2O 36%
MgO 3%
CaO 9%
S 6%
Granul K2O 34%
MgO 5%
CaO 8%
S 7%
3
Pupuk Kompos Granul C organik 12,3%
C/N rasio 15,19
pH 8,03
Kadar air maksimal 8,16%
8.3
Penyimpanan Produk
Produk etanol yang keluar dari sistem distilasi akan ditampung dalam tangki harian
terlebih dahulu. Kegunaan tangki harian ini untuk mengetahui jumlah produksi harian.
Selain itu, pihak bea dan cukai akan melakukan pemeriksaan pula pada jumlah produksi
harian tersebut. Etanol yang telah diperiksa akan dialirkan ke dalam tangki
penyimpanan produk yang kemudian akan dikeluarkan dari tangki penyimpanan
tersebut sesuai kebutuhan. Tangki penyimpanan etanol ini diletakkan jauh dari sumber
api karena etanol merupakan bahan yang mudah terbakar. Kapasitas tangki
penyimpanan etanol di PT. Molindo Raya Industrial mencapai 4 juta liter.
Sebelum dikemas, etanol akan dialirkan terlebih dahulu ke tangki perantara untuk
diperiksa oleh pihak bea dan cukai. Pihak bea dan cukai akan memantau jumlah etanol
yang keluar dari tangki penyimpanan. Sedangkan untuk produk pupuk, baik itu pupuk
kalium serbuk, pupuk kalium granul, dan pupuk kompos akan disimpan dalam gudang
pupuk untuk kemudian diangkut menggunakan truk untuk didistribusikan lebih lanjut.
82
BAB IX
UTILITAS DAN PERAWATAN
9.1
Utilitas
Air lunak ini dapat digunakan secara langsung sebagai air pendingin dan air proses,
tetapi apabila digunakan sebagai air umpan boiler harus ditambahkan campuran
senyawa kimia. Campuran senyawa kimia ini merupakan campuran dari caustic soda
flakes 98% dan aquasorb 21 dengan komposisi 3 kg soda dicampur dengan 6 kg
aquasorb (mengandung Na2S03). Campuran senyawa ini habis digunakan untuk satu
hari pemakaian. Analisa air lunak ini dilakukan dengan uji hardness. Uji hardness
dilakukan sekali tiap harinya dengan menambahkan 3 tetes reagen dan diamati warna
larutannya. Warna larutan hijau menandakan air boleh digunakan, warna larutan
merah menandakan air tidak boleh digunakan dan harus diolah dalam tangki resin,
serta warna ungu menandakan resin perlu untuk diregenerasi. Regenerasi resin
dilakukan sekali setiap hari dengan menggunakan penambahan NaCl sebanyak 300
kg. Regenerasi dilakukan dengan pembilasan resin menggunakan air secara berulang
kali hingga air tidak terasa asin.
83
Sebelum digunakan dalam boiler, dilakukan pengolahan internal pada air umpan
boiler. Pengolahan internal yang diberikan adalah oxygen scavenger, hardness
reducer, dan condensat treatment. Penangkapan oksigen dilakukan dengan
penambahan senyawa kimia yang mengandung natrium sulfit. Penurunan kesadahan
air dilakukan dengan penambahan senyawa polifosfat. Reaksi penangkapan ion
kalsium dan magnesium akan menghasilkan sludge yang nantinya harus dikeluarkan
bersamaan dengan aliran blow down. Perlakuan kondensat dilakukan dengan tujuan
meningkatkan pH dari air umpan boiler. Senyawa yang digunakan untuk perlakuan
kondensat ini adalah campuran sikloheksilamin dan morfolin. Senyawa-senyawa
kimia digunakan ini dibeli dari pihak luar dimana pihak luar tersebut memantau
kualitas air umpan yang masuk boiler dan apabila terbentuk kerak pada boiler, pihak
penjual bahan kimia tersebut akan melakukan service/ cleaning boiler secara gratis.
9.1.2 Boiler
Boiler yang digunakan di PT. Molindo Raya Industrial merupakan boiler berbahan
bakar batu bara. Selain itu, industri ini memiliki cadangan boiler berbahan bakar
minyak untuk mengantisipasi terjadinya penurunan produksi steam dari boiler batu
bara. Di PT. Molindo Raya Industrial terdapat dua boiler batu bara, yaitu water tube
boiler dengan kapasitas 10 ton/ jam (usia sekitar 3 tahun) dan fire tube boiler dengan
kapasitas 21 ton/ jam (usia sekitar 6 tahun). Produksi steam nyata dari kedua boiler
ini adalah sekitar 9 ton/ jam untuk water tube boiler dan 17 ton/ jam untuk fire tube
boiler. Boiler berbahan bakar residu minyak merupakan jenis fire tube boiler dan
memiliki kapasitas 10 ton/ jam. Kondensat yang terbentuk sebelum diumpankan
balik ke dalam boiler akan melewati beberapa steam trap untuk memastikan bahwa
semua uap telah terkondensasi dengan sempurna.
Boiler jenis buluh api memiliki tungku pembakaran yang lebih kecil dari boiler jenis
buluh air. Oleh karena itu, boiler buluh api memiliki sensitivitas terhadap kualitas
batu bara yang lebih tinggi. Boiler buluh api membutuhkan batu bara dengan kalori
di atas 6000 kkal/ kg. Penggunaan batu bara kedua boiler ini untuk setiap harinya
sekitar 60-65 ton. Kapasitas penyimpanan batu bara di industri ini mencapai 4000 ton
atau setara dengan kurang lebih 2 bulan pemakaian. Temperatur di tungku
84
pembakaran boiler mencapai sekitar 9000-10000C dan dapat turun hingga kisaran
7000C karena kebutuhan steam yang menurun. Steam yang dihasilkan dari kedua
boiler ini memiliki tekanan sekitar 7,5-8 bar (temperatur sekitar 1700C) dalam
keadaan saturated vapor dan masuk ke dalam satu steam header.
Pada ujung pipa-pipa pengaliran steam ke bagian yang diperlukan dilengkapi dengan
pressure reducing valve (PRV) untuk mengatur tekanan dan menstabilkan tekanan
steam yang masuk. Batu bara yang digunakan memiliki kandungan abu sekitar 1015%. Akan tetapi, abu sisa pembakaran batu bara mencapai sekitar 20% atau setara
dengan sekitar 12 ton abu/ hari. Steam yang dihasilkan dari kedua boiler ini
digunakan untuk proses distilasi dan evaporator, serta untuk pembibitan pada saat
start up. Steam dialirkan menggunakan pipa besi yang memiliki insulasi dengan
bahan rock wool dan memiliki hilang tekan selama perjalanan sekitar 0,5 bar.
Udara yang dibutuhkan sebagai sumber oksigen langsung masuk ke furnace dengan
bantuan blower. Kebutuhan oksigen harus ditentukan dengan tepat agar pembakaran
terjadi dengan efisien. Apabila jumlah oksigen berlebih terlalu tinggi, efisiensi boiler
akan menurun dan apabila jumlah oksigen kurang, pembakaran tidak sempurna dan
memicu terbentukan gas SOx dan NOx dan gas buang berwarna hitam. Untuk start
up boiler, dibutuhkan tambahan kayu dan kertas untuk membantu dan mempercepat
pembakaran awal batu bara di ignition zone. Pada furnace ini terdapat bagian ignition
zone dan burning zone. Batu bara digerakkan sepanjang furnace dengan
menggunakan stocker atau disebut juga chain grate. Dalam pengoperasiaannya,
boiler jenis buluh api perlu mengalami perawatan setiap 2 minggu sekali. Perawatan
ini mencakup pembersihan buluh-buluh api dari kerak yang terbentuk dan
penggantian chain grate yang putus.
Pada saat ini, PT. Molindo Raya Industrial sedang melakukan percobaan penggunaan
boiler berbahan baku vinase. Limbah dari proses distilasi berupa vinase (spent wash)
dipekatkan terlebih dahulu hingga 55-600Bx. Penggunaan limbah vinase untuk bahan
bakar boiler ini diharapkan dapat menurunkan biaya produksi dan menjadi salah satu
85
Setelah digunakan untuk fluida pendingin dalam beberapa jenis alat penukar panas
yang digunakan di bidang produksi, pir pendingin ini perlu diregenerasi. Penurunan
temperatur air pendingin ini dilakukan dengan menggunakan dua unit cooling tower
(satu memiliki 3 fan dan satunya memiliki 2 fan) dan satu unit spray pond. Unit
cooling tower dengan 3 fan ini melayani air pendingin untuk proses fermentasi
sedangkan unit cooling tower dengan 2 fan melayani air pendingin untuk proses
distilasi absolut. Cooling tower di PT. Molindo Raya Industrial memiliki bentuk
yang mirip dengan cooling tower di gambar 9.1.
Unit spray pond merupakan satu kolam besar yang terdiri dari banyak pipa dengan
banyak nozzle untuk menyemburkan air sehingga terjadi pendinginan. Pendinginan
di kolam ini juga dibantu oleh angin yang berhembus. Biaya penggunaan spray pond
lebih murah bila dibandingkan penggunaan cooling tower karena hanya
menggunakan pompa dan nozzle. Temperatur air pendingin ini diharapkan berkisar
antara 28-300C. Gambar spray pond dapat dilihat pada gambar 9.2.
86
9.1.4 Kompresor
Kebutuhan udara tekan di PT. Molindo Raya Industrial disediakan oleh 3 unit
kompresor. Udara tekan ini digunakan untuk menggerakkan control valve yang
merupakan unit pengendali akhir dari sistem pengendalian proses, khususnya di unit
distilasi. Kompresor yang digunakan merupakan jenis screw compressor. Tiap unit
kompresor ini memiliki kapasitas udara 3,5 m3/ jam dengan tekanan 7 bar dan
membutuhkan daya 22 kW. Dari tiga unit kompresor yang ada, hanya dua unit
kompresor yang digunakan dan satu sebagai cadangan. Satu unit kompresor
dijalankan tanpa henti sedangkan kompresor satunya dijalankan secara otomatis
sesuai dengan kebutuhan udara tekan. Umpan udara yang masuk kompresor ini
terlebih dahulu dikeringkan dalam unit dryer (desikan).
87
Industrial adalah 2770 kVA (cos = 0,8). Adanya selisih yang cukup besar antara
daya yang digunakan dan daya yang disediakan dikarenakan adanya alokasi listrik
untuk plant 2 PT. MIG yang sedang dalam tahap percobaan. Untuk mengantisipasi
terjadinya penurunan daya listrik dan pemadaman listrik dari pihak PLN, terdapat
dua uni generator. Generator ini berbahan bakar solar dan memiliki daya masingmasing sebesar 1 MW. Apabila terjadi pemadaman listrik dari pihak PLN, generator
akan otomatis bekerja dalam selang waktu 3-5 menit setelah terjadinya pemadaman
listrik.
9.2
Perawatan
b) Perawatan boiler
c) Perawatan conveyor
89
BAB X
QUALITY CONTROL DAN ENGINEERING
Selain itu, tetes tebu dianalisis jumlah kandungan gulanya. Kadar gula ini ditentukan
menggunakan metode titrasi dengan Fehling. Selain menggunakan Fehling, analisis
lebih teliti mengenai kandungan glukosa, fruktosa, dan suksrosa dalam tetes tebu akan
dilakukan menggunakan bantuan HPLC (High Pressure Liquid Chromatography).
Kadar gula atau dikenal dengan TSAI (Total Sugar As Invert) untuk tetes tebu di
Indonesia berkisar pada angka 55%.
Setelah diketahui TSAI dari tetes tebu, dilakukan pula analisis jumlah UFS
(Unfermented Sugar). Analisis jumlah UFS ini dilakukan dengan percobaan fermentasi
skala lab dengan jumlah ragi berlebih. Saat proses fermentasi telah selesai, akan diukur
lagi jumlah gula yang tersisa. Jumlah gula yang tersisa ini dianggap sebagai jumlah gula
90
yang tidak dapat difermentasi (UFS). UFS ini nilainya berada pada kisaran 10% dari
TSAI tetes tebu. Selain itu, dibutuhkan pula pengukuruan kandungan padatan terlatur
dalam tetes tebu. Uji ini dilakukan dengan pembakaran dan penentuan massa abu yang
tersisa. Abu hasil pembakaran ini memiliki kandungan utama kapur dan pasir.
91
Analisis kadar alkohol dalam larutan fermentasi tidak dapat dilakukan secara langsung
karena penggunaan alkoholmeter untuk larutan air dan alkohol. Dalam larutan
fermentasi terdapat banyak pengotor sehingga akan mengurangi
keakuratan
Untuk mengetahui jumlah sel secara lebih teliti dapat dilakukan penghitungan jumlah
sel total dengan menggunakan counting chamber dan mikroskop. Penggunaan counting
92
Prima
Super
TK (teknis)
Absolut
Kadar etanol
Kadar etanol
Kadar etanol
Kadar etanol
Keasaman
PTT
pH
Densitas
PTT
Bau
Bau
Kadar pengotor
Kadar air
Kadar pengotor
93
Selain uji-uji di atas, uji kadar Cu dalam produk etanol terkadang dilakukan. Uji ini
dilakukan apabila ada permintaan khusus dari pembeli. Uji kadar Cu ini dilakukan
menggunakan spektrofotometer. Uji kadar air etanol absolut dilakukan dengan metode
Karl-Fischer. Alat ini berkerja dengan prinsip titrasi menggunakan senyawa hidrazin.
Etanol kualitas TK akan dicampur dengan metanol dan minyak tanah, serta kemudian
diberi pewarna metilen biru untuk kemudian dijual sebagai spiritus. Komposisi
campuran ini telah diatur oleh pihak bea dan cukai.
Sebelum dikirim ke pembeli, uji-uji terhadap produk etanol ini dilakukan ulang. Batch
dalam produk etanol menandakan waktu pengemasan dari etanol. Selain produk etanol,
dilakukan pula analisis produk pupuk. Pupuk kalium dianalisis kadar kaliumnya dengan
titrasi menggunakan natirum tetrafenilbora. Kadar kalium minimum yang harus
terkandung dalam pupuk kalium adalah 34%. Untuk pupuk organik, dilakukan analisis
kandungan C dengan metoda gravimetri dan analisis kandungan N dengan metode
dekstruksi Kyel-Dahl. Dari analisis kandungan C dan N dalam pupuk organik ini dapat
ditentukan nilai C/N rasio-nya. Untuk masalah pengaduan, pihak PT. Molindo Raya
Industrial memberikan tenggat waktu maksimal 1 minggu setelah penerimaan barang.
Retained sample dari produk yang dikirim ke pembeli disimpan hingga jangka waktu 3
bulan.
94
10.2 Engineering
Bagian engineering ini masih belum memiliki fungsi yang jelas di PT. Molindo Raya
Industrial. Beberapa pekerjaan yang ditangani oleh bagian ini antara lain adalah :
a) Pembuatan tangki dan kolom
b) Perbaikan dan modifikasi alat
c) Pengembangan proses, seperti pemanfaatan vinase untuk bahan bakar boiler
d) Pekerjaan lain-lain, seperti adanya tindakan tertentu yang harus dilakukan
berdasarkan hasil diskusi dalam rapat teknis dan produksi
95
BAB XI
BAGIAN LAIN PERUSAHAAN
Apabila terjadi kebakaran, orang yang berada di dekatnya diharapkan segera mengambil
APAR dari tempatnya. Pertama-tama, pengaman di APAR ini harus dilepaskan. Setelah
itu, selang diarahkan ke sumber api dan tekan pedal pada bagian atas APAR untuk
mengeluarkan fluida pemadam kebakaran. Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, sebaiknya jangan terlalu dekat dengan sumber api. Jarak aman yang
disarankan adalah 2 m. Pada saat mengarahkan selang APAR, dipastikan terlebih
dahulu memegang pada bagian ujung selang, bukan pada bagian pangkal selang.
96
4. Perusahaan melakukan evaluasi dan kaji ulang secara berkala untuk menjamin
pelaksanaan program pengelolaan lingkungan menuju perbaikan secara bertahap dan
berkelanjutan.
5. Perusahaan membina kepekaan, kesadaran, dan kepedulian lingkungan sehingga
seluruh karyawan memahami, menghayati, dan mampu menerapkan kebijakan ini.
6. Semua karyawan dengan sadar berkewajiban untuk memperhatikan lindungan
lingkungan dalam kegiatan kerja mereka sehari-hari.
7. Pemantauan dan pembinaan dari pelaksanaan penerapan lindungan lingkungan
diserahkan ke suatu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup (P2K3LH) dan Badan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup (BK3LH).
97
98
yang dilakukan melalui distibutor dan dilakukan secara langsung. Distributor yang
digunakan merupakan anak perusahaan PT. Molindo Raya Industrial, yaitu PT. Sumber
Kita Indah yang tersebar di pulau Jawa. Untuk pasar dalam negeri, sebagian besar pasar
penjualan masih di Pulau Jawa dan kota Medan. Proses penjualan ke luar negeri
dilakukan secara langsung oleh pihak PT. Molindo Raya Industrial, antara lain Filipina
dan Singapura. Beberapa contoh perusahaan di luar negeri yang membeli etanol dari
PT. Molindo Raya Industrial adalah Total dan Chevron.
Pasar dari penjualan etanol adalah industri farmasi, kosmetik, minuman, rokok,
printing, dan industri pelarut. Selain industri yang telah disebutkan, etanol juga dapat
digunakan sebagai campuran bahan bakar kendaraan bermotor. Kualitas etanol yang
sekarang dipasarkan adalah kualitas prima, super, prima final, super final, absolut, dan
spiritus. Untuk kualitas non food-grade, perusahaan ini terkadang membeli etanol dari
pihak lain untuk diolah terlebih dahulu dan/ atau dijual secara langsung dengan jumlah
sekitar 10.000-15.000 kL setiap tahunnya. Selama perjalanannya, PT. Molindo Raya
Industrial mampu memenuhi permintaan yang ada di pasar. Pemasaran produk di
industri ini tidak perlu melalui iklan karena etanol bukan merupakan kelompok
consumer goods dan penjualannya diawasi ketat oleh pihak bea cukai dan. Peningkatan
penjualan etanol setiap tahunnya sekitar 1 sampai 2 pembeli. Oleh karena itu, kegiatan
penjualan sebagian besar pada pemeliharaan hubungan kerja sama dengan pelanggan
lama.
Etanol dijual dengan kemasan drum, wadah EPC (wadah berbentuk balok dari bahan
plastik dengan kapasitas 1000L), dan tangki. Pembelian etanol dengan kemasan drum
biasanya tergantung perjanjian apakah pembelian tersebut termasuk dengan drum-nya
atau tidak. Penjualan etanol dengan wadah EPC sudah jarang digunakan, hanya
permintaan pembeli tertentu dan wadah tersebut merupakan milik pembeli. Penjualan
spiritus juga masih di bawah pengawasan bea cukai. Spiritus merupakan etanol kualitas
TK yang telah dicampur dengan metilen biru dan bahan bakar (petroleum). Penjualan
spiritus dilakukan melalui agen dalam kemasan drum untuk selanjutnya dikemas ulang
dalam jumlah yang lebih kecil oleh pihak agen tersebut. Penjualan etanol terkadang
dicampur dengan bitrex (senyawa yang sangat pahit) agar tidak dikonsums
100
Penjualan pupuk kalium langsung disalurkan kepada agen. Agen tersebut yang bertugas
untuk menjual pupuk ke perkebunan-perkebunan. Produk pupuk organik langsung
disalurkan ke PT. Petrokimia Gresik karena produk ini merupakan produk bersubsidi
dari pemerintah. Pupuk organik dijual dalam kemasan karung dengan berat 40 kg tiap
karungnya sedangkan pupuk kalium dijual dalam kemasan karung dengan berat 50 kg
tiap karungnya.
2. Administrasi
Administrasi penjualan bertugas untuk menerima pemesanan, mengatur pengiriman,
melakukan penagihan, dan bertanggung jawab hingga proses pembayaranan. Selain itu,
bagian administrasi ini juga bertugas untuk melakukan kegiatan surat-menyurat.
4. Transportasi
Untuk transportasi produk, PT. Molindo Raya Industrial memiliki kendaraan sendiri
yang berjumlah 18 unit. Akan tetapi, kendaraan yang dimiliki oleh perusahaan ini hanya
mampu mengakomodasi 20-25% produk yang dijual ke pihak pembeli. Oleh karena itu,
sebagian besar pengiriman masih dilakukan oleh pihak luar. Apabila manajemen
transportasi berjalan dengan baik, PT. Molindo Raya Industrial yakin bahwa
transportasi yang diurus oleh internal ini lebih menguntungkan dibandingkan
penggunaan jasa dari pihak luar. Dalam waktu dekat direncanakan bagian transportasi
akan dipecah menjadi suatu perusahaan sendiri. Pengiriman etanol ke luar negeri biasa
dilakukan dengan truk tangki yang kemudian naik kapal pengiriman barang ke luar
negeri dan terkadang menggunakan kapal tanker untuk jumlah pengiriman etanol yang
besar.
101
Inventarisasi bahan baku utama berupa tetes ini tidak dapat dilakukan dengan metode
FIFO (First In First Out). Hal ini dikarenakan tetes tebu yang diterima memiliki
kualitas yang sangat beragam. Dalam beberapa kasus, tetes yang lebih dahulu
diterima saat akan digunakan untuk proses fermentasi tidak memenuhi kualifikasi
sehingga perlu dilakukan pencampuran dengan tetes tebu dari tangki yang lain
terlebih dahulu.
Pengadaan bahan penolong dan bahan bakar tidak boleh dilakukan dengan sistem
zero inventory. Hal ini untuk menghindari terjadinya kelangkaan bahan dan kendala
di pengiriman barang. Bahan penolong yang diperlukan untuk proses fermentasi
antara lain urea, asam sulfat, asam fosfat, dan defoamer. Untuk pembersihan pipapipa diperlukan asam nitrat. Pembersihan lumut dan kotoran pada spray pond
membutuhkan aquasorb YID 195 dan aquasorb AR 18, sedangkan untuk pengolahan
air umpan boiler dibutuhkan aquasorb 21, 32, dan 33.
Bahan bakar yang digunakan di PT.Molindo Raya Industrial antara lain batu bara,
solar, dan residu minyak. Stok minimal batu bara adalah 1.000 ton. Solar dibutuhkan
sebagai bahan bakar generator dan bahan bakir mesin bajak, escavator, dan beberapa
mesin lainnya. Stok untuk residu minyak ini sekitar 200 kL. Residu minyak ini
digunakan sebagai bahan bakar boiler minyak apabila terdapat masalah pada boiler
batu bara.
11.4.2
Inventaris Produk
Inventarisasi barang jadi menggunakan sistem FIFO. Dalam hal ini, produk etanol
yang pertama kali dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan harus dikeluarkan
pertama kali pula saat akan dijual ke pembeli. Dengan metode ini, diharapkan
102
penyimpanan produk tidak terlalu lama dan kualitas dari produk tidak berubah secara
signifikan dalam rentang waktu penyimpanan ini.
11.4.3
Untuk inventarisasi suku cadang kendaraan diterapkan sistem zero inventory. Dalam
hal ini, tidak dilakukan penyimpanan suku cadang kendaraan untuk mengantisipasi
terjadinya kerusakan pada kendaraan. Sistem ini dapat diterapkan untuk pengadaan
suku cadang karena pembelian suku cadang yang cukup mudah. Selain itu, suku
cadang banyak ketersediaannya dan dijual di banyak tempat.
11.4.4
Di PT. Molindo Raya Industrial, PPIC yang dilakukan lebih ke arah perhitungan
jumlah bahan baku dan pengaturan stok produk siap jual. Perhitungan jumlah bahan
baku ini telah dilakukan pada tahun sebelumnnya berdasarkan perkiraan dan
pemesanan produk di tahun selanjutnya. Perhitungan jumlah bahan baku ditentukan
berdasarkan jumlah hari kerja yang telah direncanakan dan kapasitas produksi tiap
hari yang akan ditetapkan. Hasil perhitungan ini akan diserahkan ke bagian
pembelian. Bagian pembelian kemudian akan mengatur penyediaan bahan-bahan
tersebut.
Pendidikan
Jumlah Pekerja
S1 atau lebih
54 orang
Diploma
16 orang
SMU / SMK
165 orang
SMP
66 orang
117 orang
103
Selain 418 pekerja tersebut, terdapat pekerja musiman untuk bagian pengomposan
sekitar 30 orang. Jabatan di PT. Molindo Raya Industrial ada yang merupakan jabatan
fungsional dan jabatan struktural. Jabatan struktural merupakan jabatan yang memiliki
bawahan dan bekerja secara tim sedangakn jabatan fungsional merupakan jabatan yang
tidak memiliki bawahan dan bekerja untuk dirinya sendiri. Jabatan fungsional ini
biasanya langsung bertanggung jawab ke Direktur Utama. Struktur organisasi di PT.
Molindo Raya Industrial dapat dilihat pada gambar 11.2.
Pekerja di PT. Molindo Raya Industrial mendapat jaminan sosial dan tunjangantunjangan sebagai berikut :
a) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), meliputi jaminan kecelakaan pada jam
kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua.
b) Jaminan pemeliharaan tenaga kerja yang diolah sendiri oleh PT. Molindo Raya
Industrial, meliputi biaya pengobatan. Biaya pengobatan yang ditanggung hanya
pekerja. Nilai jaminan biaya pengobatan sementara ini tidak dibatasi. Penanggungan
biaya pengobatan untuk keluarga pekerja direncanakan akan berjalan mulai tahun
2013.
c) Extra cover, yang meliputi jaminan untuk kecelakaan di luar jam kerja. Jaminan ini
dibantu oleh pihak ketiga yang merupakan pihak penyedia jasa asuransi.
d) Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan ini diberikan dua kali setiap tahunnya, yaitu
waktu Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.
Tahapan penerimaan pegawai di PT. Molindo Raya Industrial adalah sebagai berikut :
i.
ii.
iii.
Tes psikologi.
iv.
v.
Untuk memenuhi kompetensi yang diharapkan ini, terdapat beberapa pelatihan sebagai
berikut :
a) Pelatihan mengenai visi dan misi perusahaan, serta nilai-nilai yang dianut perusahaan
selama 1 sampai 2 hari untuk para pekerja baru.
b) Pelatihan rutin mengenai cara penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan
penjelasan mengenai visi dan misi perusahaan, serta nilai-nilai yang dianut
perusahaan setiap 1 tahun sekali yang dikemas dalam suatu acara keakraban, seperti
outbound.
c) Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi spesifik sesuai keperluan.
d) Pelatihan bahasa Inggris untuk tingkatan supervisor, staff, dan manajer, khususnya
yang banyak berhubungan dengan pihak asing.
e) Beberapa pelatihan lain yang diperlukan.
Pelatihan-pelatihan yang diberikan ini merupakan hasil dari evaluasi kinerja sumber
daya manusia di tahun sebelumnya. Dari hasil evaluasi ini, akan diputuskan kompetensi
apa yang perlu ditingkatkan dan melalu pelatihan apa kompetensi ini dapat
ditingkatkan. Pelatihan yang diberikan ini ada yang diberikan oleh pihak internal
perusahaan dan pihak publik. Pihak internal biasanya memberikan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi inti dari para pekerja, sedangkan pihak publik memberikan
106
ii.
Pembimbingan oleh bagian yang berkaitan selama masa percobaan, yaitu 6 bulan.
iii.
107
DAFTAR PUSTAKA
A.Kent, James, Riegels Handbook of Industrial Chemistry Tenth Edition, Kluwer
Academic/ Plenum Publishers, New York, 2003, 474-477.
Demirbas, Ayhan, Green Energy and Technology: Biofuels, Springer-Verlag,
London, 2009, 108-109.
F. Doherty, M.; T.Fidkowski, Z.; F. Malone, M.; dan Taylor, R., Perrys Chemical
Engineers Handbook 8th Edition Section 13, McGraw-Hill, USA, 2008, 4-5.
Garrett, Reginald dan Grisham,Charles, Biochemistry, 2nd edition, Brooks Cole,USA,
2006, 238-256.
J. Ennis, Bryan; Witt, Wolfgang; Weinekotter, Ralf; Sphar, Douglas; Gommeran, Erik;
H.Snow, Richard; Allen, Terrt; J. Raymus, Grantges; dan D. Lister, James, Perrys
Chemical Engineers Handbook 8th Edition Section 21, McGraw-Hill, USA, 2008,
118-119.
J. Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operations Third Edition,
Prentice-Hall International, Inc., USA, 1993, 489-495.
J.Waites, Michael; L.Morgan, Neil; S.Rockey, John; dan Higton, Gary, Industrial
Microbiology : An Introduction, Blackwell Science Ltd, Great Britain, 2001, 15-19.
Olbrich, Hubert, The Molasses, Fermentation
Zuckerindustrie, Berlin (Germany), 1963, 4-6, 30-34 .
Technologist,
Institut
fr
(tanggal
www.alfalaval.com/solution-finder/products/pages/default.aspx?type=Product Category
&firstItemID=31a25892-c588-4bd8-b033-8bb18ec8aa16 (tanggal akses : 18 Juli 2012)
www.directindustry.com/prod/speroni/monoblock-single-stage-centrifugal-pumps
37897-399655.html (tanggal akses: 18 Juli 2012)
109