Anda di halaman 1dari 30

Anatomi Tumbuhan

Anatomi tumbuhan mempelajari tentang struktur dalam tubuh tumbuhan tinggi. Tumbuhan
tinggi memiliki bagian pokok yang dinamakan organ vegetatif dan organ generatif. Organ
vegetatif berfungsi untuk melaksanakan metabolisme yang menyebabkan tumbuhan dapat hidup,
sedang organ generatif berfungsi untuk menghasilkan tumbuhan baru yang memiliki sifat dari
kedua induknya.
Organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun. Organ generatif terdiri dari bunga, buah, dan
biji. Masing-masing organ tersusun dari jaringan, dan jaringan tersusun dari kumpulan sel. Sel
merupakan bagian terkecil yang memiliki bentuk dan fungsi tertentu, serta mampu menjalankan
kehidupannya sendiri.
Pemahaman konsep yang lebih mudah dapat dilakukan dengan mempelajari masing-masing
bagian dari tubuh tumbuhan. Pemahaman konsep dari tubuh tumbuhan diawali dengan bagian
yang terkecil, yaitu sel.

Sel
Sel merupakan bagian yang terkecil sehingga tidak tampak jika dilihat dengan mata telanjang.
Mikroskop sangat diperlukan untuk melihat struktur dan bentuk sel. Sel pada dasarnya terdiri
dari wadah dan isinya. Bentuk sel sangat ditentukan oleh dinding selnya. Isi sel dapat berbentuk
cair maupun padat. Dinding sel tersusun dari senyawa kimia yang termasuk karbohidrat, protein
dan lemak. Isi sel juga tersusun dari karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat.

Dinding sel
Dinding sel merupakan bagian paling luar dari sel yang berfungsi untuk:

memberi batas antara sel dengan lingkungannya

memberi bentuk pada sel

melindungi isi sel dari agensia perusak yang berada di sekitarnya

menyeleksi bahan makanan yang diperlukan dalam metabolisme

memperkuat sel

Dinding sel hanya terdapat pada tumbuhan, tidak ditemukan pada hewan. Zat- zat kimia yang
menyusun dinding sel di antaranya:
Karbohidrat yang berupa: selulosa, hemi selulosa, pektin.
Protein
Lemak, di antaranya suberin dan lilin
Zat kayu (lignin)
Zat kersik
Cara identifikasi komponen dinding sel dapat dilakukan dengan pemberian reagensia terhadap
preparat penampang melintang dan membujur suatu organ tumbuhan. Reagensia yang digunakan
di antaranya:

I ZnCl2 untuk mendeteksi selulosa. Selulosa akan dihidrolisa oleh ZnCl2 menjadi
amilum yang akan bereaksi dengan Iodium membentuk Iod amilum yang berwarna biru.

Sudan III/ IV dalam alkohol akan memberikan warna merah pada dinding sel yang
mengandung suberin atau lilin, karena suberin dan lilin larut dalam alkohol seperti Sudan
III/ IV

Phloroglucine dalam akohol + HCl 25% akan memberi warna merah pada dinding sel
yang mengandung lignin.

Dinding sel terdiri dari: dinding primer pada sel tumbuhan yang baru saja terbentuk dari hasil
pembelahan sel. Dinding sekunder dibentuk oleh sitoplasma dan terletak di sebelah dalam dari
ruang sel. Dinding tersier mungkin dibentuk pada sel- sel yang sudah tua atau sel yang memiliki
fungsi khusus.
Ketebalan dinding sel ditentukan oleh lapisan-lapisan penyusunnya. Proses penebalan dinding
sel melalui dua cara, yaitu: (1) aposisi, apabila penebalan dinding dilakukan dengan melapisi
dinding lama dengan substansi yang baru dan (2) intususepsi jika substansi penebalan disisipkan
pada dinding yang lama.
Penebalan dinding sel sangat beragam, karena fungsi dinding sel banyak sehingga bentuk
penebalan disesuaikan dengan fungsi selnya. Keragaman bentuk penebalan dinding sel ini dapat
digunakan sebagai penanda dari bagian tumbuhan dan dari jenis tumbuhannya. Contoh sel yang
memiliki bentuk penebalan variatif di antaranya sel buluh angkut. Penebalan dapat berbentuk:
cincin, spiral, tangga, jala, noktah, Y.
Penebalan dinding sel diperlukan untuk memperkuat sel dan tubuh tumbuhan, akan tetapi
beberapa zat penyusun penebalan kedap terhadap air sehingga akan mencegah pertukaran zat

antara sel dan lingkungannya. Oleh karena itu ada dinding yang tidak seluruhnya menebal.
Bagian dari dinding sel yang tidak mengalami penebalan disebut noktah.
Dua macam noktah banyak ditemukakan pada dinding sel tumbuhan, yaitu: (1) noktah
sederhana dan (2) noktah halaman. Dinding sel yang memiliki penebalan tebal noktahnya akan
membentuk suatu saluran yang disebut dengan saluran noktah. Dua sel yang berbatasan dapat
memiliki penebalan dinding pada kedua dinding yang berbatasan, sehingga (saluran) noktah sel
yang satu bersambung dengan (saluran) noktah sel yang bersebelahan, noktah yang demikian
dinamakan noktah berpasangan. Noktah dapat juga hanya terjadi pada salah satu dinding dari
dua sel yang berbatasan, noktah yang demikian disebut noktah tunggal. Noktah ada juga yang
berbatasan dengan ruang antar sel, noktah yang demikian disebut noktah buta. Noktah yang
yang salurannya dari ruang antar sel menuju ke lamella tengah tetap lebarnya disebut noktah
sederhana, sedang noktah yang salurannya dari ruang sel menuju ke lamella tengah melebar
sehingga berbentuk seperti corong dinamakan noktah halaman atau noktah ladam.

Noktah halaman biasanya ditemukan pada sel-sel trakea Pinus yang termasuk
Gymnospermae. Noktah berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya zat- zat dari sel satu ke sel
lain yang berbatasan, selain itu biasanya di dalam noktah ditemukan benang- benang plasma
yang disebut plasmodesmata. Plasmodesmata menghubungkan sitoplasma dua sel yang
berbatasan. Dua sel yang berbatasan dibatasi oleh dinding sel yang disebut lamella tengah yang
tersusun dari kalsium pektat. Lamella tengah bersifat semi permeabel sehingga dapat ditembus
air dan zat-zat yang larut di dalam air. Lamella tengah yang terdapat di dalam noktah disebut
selaput penutup. Selaput penutup ada bagian yang menebal, disebut torus dan bagian yang tipis
disebut margo.

Pembentukan dinding sel dilakukan pada saat sel membelah. Cara pembetukan dinding pemisah
antara dua sel anakan dapat dilakukan secara simultan jika dibentuk sekaligus atau secara
suksedan jika dibentuk sedikit demi sedikit.

Vakuola
Vakuola merupakan ruang di dalam sel yang dibatasi oleh tonoplas, vakuola mengandung
cairan sel yang berupa air dan zatzat yang terlarut di dalamnya. Fungsi vakuola untuk
mengatur tekanan hidrostatis sel dan menyimpan cadangan makanan dan benda-benda ergastik.
Benda ergastik ada 2 macam, yaitu yang masih dapat digunakan untuk metabolisme dan ada zat
yang sudah tidak diperlukan oleh sel.

Benda ergastik yang berupa cairan di antaranya pigmen, natrium dan kalium oksalat, alkaloida,
tanin, enzima, madu, minyak atsiri, dan asam organik. Pigmen yang larut dalam cairan sel
antosianida. Warna antosianida tergantung pada pH, jika pH rendah (3-4) berwarna merah muda,
pH netral (5-7) berwarna ungu, pH basa (8-9) berwarna biru muda, kalau pH 10-14 berwarna
hijau muda sampai kuning.

Alkaloida tidak berwarna tetapi memberikan rasa pahit. Contoh-contoh alkaloida pada
tumbuhan:
- Kafein terdapat pada tanaman Coffea sp.
- Kina terdapat pada tanaman Cinchona sp.
- Tein terdapat pada tanaman Camellia sinensis
- Kapsaisin terdapat pada tanaman Capsicum sp.
- Teobromin terdapat pada tanaman Theobroma cacao
- Cocain terdapat pada tanaman Erythroxylon coca
- Morfin terdapat pada tanaman Papaver somniferum
Reagen Mayer (K2HgI4) digunakan untuk mengidentifikasi adanya alkaloid dalam tumbuhan.
Alkaloid akan mengendap dengan warna putih atau kuning jika diberi reagen Mayer.
Enzima yang terdapat di dalam vakuola misalnya enzima papain pada tanaman Carica
papaya, amilase pada kecambah Oryza sativa atau Zea mays, maltase pada kecambah Hordeum
vulgare, bromeliase pada Ananas commosus. Madu merupakan campuran dari glukosa, fruktosa
dan protein yang larut di dalam vakuola.
Minyak dapat berupa minyak lemak dan minyak atsiri. Minyak lemak tidak mudah menguap
sedang minyak atsiri pada umumnya mudah menguap dan memberi aroma yang khas sehingga
dapat digunakan sebagai pengenal dari tanaman yang menghasilkannya. Contoh-contoh minyak
lemak di antaranya minyak kelapa yang dihasilkan oleh tanaman Cocos nucifera, minyak sawit
yang dihasilkan oleh tanaman Elaeis guineensis, minyak bunga matahari yang dihasilkan oleh
tanaman Helianthus anuus, minyak kedelai yang dihasilkan oleh tanaman Soja max, minyak
jagung yang dihasilkan oleh Zea mays, minyak zaitun yang dihasilkan oleh tanaman Olea
europea Sebagai contoh minyak asiri adalah minyal citrun yang dihasilkan oleh tanaman Citrus
sp., minyak mawar yang dihasilkan oleh tanaman Rosa sinensis, minyak cengkeh yang
dihasilkan oleh tanaman Eugenia caryophyllata, minyak adas yang dijhasilkan oleh tanaman
Foeniculum vulgare, minyak kayu putih yang dihasilkan oleh tanaman Melaleuca leucadendron.
Identifikasi minyak dan minyak atsiri dilakukan dengan penambahan larutan Sudan III atau

Sudan IV dalam alkohol yang akan berwarna merah karena Sudan III larut di dalam minyak
lemak dan minyak atsiri.

Asam-asam organik pada tanaman-tanaman tertentu memberikan rasa asam pada buah terutama
yang masih muda. Contoh-contoh asam organik di antaranya asam sitrat pada tanaman Citrus
sp., asam tartrat pada tanaman Vitis vinifera dan Tamarindus indica, asam malat pada tanaman
Malus pumila, asam askorbat pada tanaman Lycopersicon esculentum, dan Psidium guaiava.
Benda ergastik yang tidak larut dalam cairan sel di antaranya kristal kalsium oksalat, butir
amilum, butir aleuron. Kristal kalsium oksalat ada yang tunggal dan majemuk dengan ukuran
kecil dan besar, serta bentuk yang bermacam-macam.

Macam-macam bentuk kristal kalsium oksalat tunggal di antaranya bentuk prisma:


kerucut, kubus, balok; prisma kecil disebut bentuk pasir; bentuk jarum atau balok panjang
berujung runcing disebut rafida, bentuk balok panjang berujung tumpul disebut styloid. Bentuk
kristal kalsium oksalat majemuk di antaranya bentuk roset, drusse. Roset merupakan kumpulan
dari rafida atau styloid yang saling bersilang. Bentuk drusse pada umumnya kumpulan dari
bentuk prisma yang bertumpuk-tumpuk seperti bunga. Rafida seringkali terdapat dalam satu
berkas di dalam sel yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dengan sel-sel
disekelilingnya. Sel tersebut dinamakan idioblas rafida. Idioblas rafida ada dua yaitu idioblas
rafida defensif dan non defensif. Idioblas rafida disebut defensif jika pada kedua ujung atau salah
satu ujung dari idioblas didingnya lebih tipis dari bagian yang lain. Dengan demikian rafida
dapat keluar dari idioblas dengan mudah apabila terkena ransang mekanik seperti dikunyah.
Idioblas rafida ini digunakan oleh tumbuhan untuk melindungi diri pemangsa. Idioblas rafida
nondefensif memiliki dinding yang sama ketebalannya di semua tempat sehingga rafida tidak
dapat keluar dari idioblas. Rafida yang berbentuk jarum ini memiliki ujung yang runcing
sehingga kalau ditelan ujung-ujungnya akan menusuk dinding mulut dan kerongkongan yang
akan menyebabkan rasa gatal dan pedih. Kristal kalsium oksalat tidak larut di dalam asam cuka
tetapi larut dalam asam klorida pekat (HCl 25%).

Butir amilum terdiri dari hilus yang dikelilingi oleh lamella. Hilus atau hilum merupakan
titik permulaan terbentuknya butir amilum dalam plastida. Lamela terbentuk di sekeliling hilus
dengan kadar air yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan indeks bias yang menyebabkan
lamela tampak berlapis-lapis. Butir amilum terdiri berbagai macam bentuk tergantung dari
jumlah dan letak hilus. Butir amilum berdasar letak hilusnya ada yang konsentris (hilus terletak
di tengah butir), dan eksentris (hilus terletak pada salah satu sisi butir). Butir amilum berdasar
jumlah hilusnya terdiri dari butir amilum tunggal (monoadelph), setengah majemuk, dan

majemuk (poliadelph). Butir amilum tunggal hanya memiliki satu hilus dikelilingi oleh lamella;
butir amilum setengah majemuk memiliki lebih dari satu hilus yang masing-masing dikelilingi
lamella kemudian oleh lamella bersama; butir amilum majemuk memiliki lebih dari satu hilus
yang masing-masing dikelilingi oleh lamella sendiri-sendiri tetapi berikatan sangat kuat. Butir
amilum majemuk terdiri dari dari diadelph, triadelph, dan poliadelph yang menunjukkan jumlah
hilus dalam satu butir amilum. Butir amilum jika diberi larutan IKI akan memberikan warna biru
atau ungu. Butir amilum pada ketan memberikan warna merah jika diberi IKI karena
mengandung amilodekstrin.
Butir aleuron terjadi dari vakuola yang mengandung larutan protein dan biasanya terdapat
pada biji-bijian yang mengalami pengeringan waktu biji masak. Larutan protein yang tadinya
cair pada waktu biji masih muda akan memadat bersama vakuolanya pada saat biji masak
sehingga tampak sebagai butir-butiran yang terdapat di dalam sel. Satu butir aleuron biasanya
mengandung satu kristaloid putih telur yang berbentuk prisma (kuboid atau heksagonal) yang
disertai dengan butiran-butiran bulat yang lebih kecil yang disebut globoid. Globoid terdiri dari
garam kalsium dan magnesium mesoinosith heksafosfor. Selain itu masih terdapat butiranbutiran kecil seperti titik yang disebut protein amorf. Identifikasi butir aleuron menggunakan
asam pikrat yang akan memberikan warna kuning atau reagen Millon yang akan memberikan
warna kuning sampai merah bata pada butir aleuron.

Isi Sel
Isi sel terdiri dari dua bagian yang bersifat cair dan padat. Bagian yang bersifat padat
sebenarnya merupakan cairan yang terbungkus oleh membran sehingga tampak seperti padat.
Bagian yang bersifat cair disebut dengan: sitoplasma, plasma sel, sitosol. Bagian yang padat
terdiri dari dua macam, bermembran rangkap dan bermembran tunggal. Bagian yang
bermembran ini dinamakan organela.

Isi sel yang bersifat cair


Sitoplasma
Sitoplasma terdiri dari 3 bagian, bagian terluar disebut ektoplas (membran plasma), bagian
tengah disebut polioplas, dan bagian terdalam disebut tonoplas. Membran plasma melekat pada
dinding sel dan memiliki konsistensi lebih kental dibanding dengan bagian yang lebih dalam
yang disebut polioplas. Bagian terdalam dari sitoplasma membatasi vakuola dengan polioplas
juga memiliki konsistensi yang lebih pekat dibanding polioplas. Organel terdapat di dalam
polioplas, sehingga jika terjadi gerakan plasma organel akan ikut bergerak.
Sitoplasma dapat terlepas dari dinding sel apabila sel terletak dalam larutan yang bersifat
hipertonis terhadap cairan sel. Peristiwa terlepasnya sitoplasma dari dinding sel dinamakan

plasmolisis. Sel yang diletakkan di dalam larutan hipotonis terhadap cairan sel akan menarik air
dari lingkungannya sehingga volume isi sel membesar dan sel akan pecah.
Larutan-larutan yang bersifat hipertonis di antaranya larutan gula 10% ke atas, larutan garam
KNO3 10%. Larutan-larutan ini biasanya digunakan untuk mensimulasikan peristiwa plasmolisis.
Bentuk-bentuk plasmolisis ditentukan oleh permukaan luar plasma, sehingga ada bentuk cekung,
cembung, kramplasmolisis. Pada peristiwa plasmolisis sempurna isi sel berbentuk globular.

Isi sel yang bersifat padat


Isi sel yang terlihat padat dinamakan organel. Organel juga mengandung cairan yang selalu
berhubungan dengan sitoplasma. Ukuran dari organel bermacam-macam. Inti atau nukleus
memiliki ukuran terbesar, diikuti oleh plastida, mitokondria, mikrosoma, badan Golgi dan
sebagainya. Organel ada yang bermembran rangkap dan ada yang tunggal. Organel yang
bermembran rangkap umumnya berukuran lebih besar dibanding yang bermembran tunggal
sehingga dapat dilihat dengan mikroskop biasa. Organel yang berukuran kecil hanya dapat dilihat
dengan mikroskop yang lebih canggih seperti mikroskop elektron.

1. Inti sel
Inti sel disebut juga dengan nukleus, Kern (Belanda). Inti memiliki membran rangkap yang juga
disebut nuclear envelope. Membran luar berbatasan dengan sitoplasma dan membran dalam
berbatasan dengan cairan inti. Cairan perinuklear terdapat di antara membran dalam dan
membrane luar. Membran inti tidak menutup inti secara rapat tetapi memiliki pori-pori yang
digunakan untuk menghubungkan cairan plasma di dalam dan di luar inti. Protein yang terdapat
di dalam pori inti disebut porin.
Inti berfungsi untuk mengatur metabolisme sel dan reproduksi sel karena di dalam inti terdapat
asam ribosa nukleat (ARN) dan asam deoksi ribosa nukleat (DNA) yang akan mengatur
pembentukan protein-protein yang menyusun enzima dan hormon dalam tubuh tumbuhan. DNA
juga berperan dalam reproduksi tumbuhan karena di dalam inti tersebut terdapat kromosoma
yang tersusun dari DNA yang mengandung sifat-sifat yang akan diwariskan pada keturunannya
jika terjadi pembelahan sel nanti. Kromosoma tidak tampak pada saat sel tidak membelah atau
dalam keadaan istirahat. Kromatin yang tampak sebagai butiran- butiran halus di dalam inti pada
saat sel sadang istirahat itu akan tampak sebagai benang-benang kromosoma pada waktu sel
membelah.

2. Plastida

Plastida merupakan organel yang memiliki membran rangkap dan berukuran lebih kecil dari inti.
Plastida hanya terdapat dalam sel tumbuhan dan tidak terdapat di dalam sel hewan. Plastida ada
yang mengandung zat warna ada juga yang tidak mengandung zat warna. Plastida yang tidak
berwarna disebut leukoplas sedang yang berwarna disebut kromoplas.
Leukoplas di antaranya meliputi: leukoamiloplas yang membentuk amilum, elaioplas
yang menyimpan lemak atau minyak, dan proteinoplas atau aleuroplas yang menyimpan protein.
Leukoamiloplas yang khusus terdapat dalam tudung akar dinamakan statolith. Leukoplas pada
umumnya berbentuk seperti cakram atau sferis.
Kromoplas mengandug zat warna atau pigmen. Pigmen yang terdapat dalam plastida
berhubungan dengan perannya di dalam fotosintesis. Pigmen-pigmen tersebut di antaranya
klorofil dan xantofil. Plastida yang mengandung pigmen xantofil tetap disebut kromoplas
sedang yang mengandung klorofil disebut kloroplas.

Kromoplas terdapat pada bagian tumbuhan yang berwarna merah, kuning atau oranye
seperti wortel, buah yang masak, mahkota bunga. Kromoplas pada wortel memiliki bentuk yang
bermacam-macam misal seperti baji, spiral, segi empat, batang, kuboid.

Kromoplas dapat berkembang dari leukoplas dan sebaliknya. Buah yang masih mentah biasanya
berwarna hijau tetapi setelah masak menjadi kuning kemudian merah karena terjadi perubahan
warna dari klorofil menjadi xantofil.
Plastida yang berwarna hijau biasanya terdapat pada daun karena plastida tersebut mengandung
zat warna hijau daun atau klorofil yang sangat berperan di dalam fotosintesis. Bagian tanaman
yang terdedah sinar juga akan berwarna hijau meskipun biasanya tidak berwarna, sebagai contoh
umbi kentang yang muncul di atas tanah akan menjadi hijau. Plastida yang berwarna hijau
dinamakan kloroplas. Leukoplas yang biasanya terdapat pada umbi kentang berubah menjadi
kloroplas jika terdedah oleh sinar. Kloroplas sudah banyak diteliti sehingga diketahui strukturnya
secara rinci. Kloroplas pada tumbuhan tinggi biasanya berbentuk cakram sedang pada tumbuhan
rendah terutama alga memiliki bentuk yang bermacam-macam. Bentuk bintang terdapat pada
Meugeotia, bentuk jala pada Hydrodiction, bentuk spiral pada Spirogyra, bentuk bulan sabit
Kloroplas memiliki membran rangkap, di sebelah dalam terdapat tilakoid yang berbentuk pita,
pada bagian tertentu pita tersebut melipat-lipat, kemudian terurai lagi, lipatan tersebut
membentuk suatu tumpukan yang disebut grana. Klorofil terdapat di dalam grana tersebut.
Klorofil berfungsi untuk menangkap sinar dan kemudian mengubah sinar yang mengandung
energi elektromagnetik menjadi energi kimia untuk membentuk gula dari air dan karbon dioksida
dari udara. Reaksi terang fotosintesis terjadi di dalam grana sedangkan reaksi gelap terjadi di
stroma. Gula yang terbentuk akan dipecah lagi untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan

untuk menjalankan fungsi kehidupan seperti gerak, bernafas dan sebagainya. Kelebihan gula
akan diangkut ke tempat tertentu dan di polimerisasi membentuk butir amilum.

3. Mitokondria
Di dalam sitoplasma setiap sel terdapat badan-badan kecil (disebut mitokondria) yang bersifat
mikroskopik dengan jumlah yang bervariasi, pada sel hati tikus mencapai 2500 setiap sel; kecuali
pada bakteri, alga biru, sel tulang belakang manusia tidak terdapat mitokondria. Mitokondria
berukuran 0,2-0,3 mikrometer dengan bentuk yang selalu dinamik, yaitu bentuk sferis sampai
tongkat.
Setiap mitokondria memiliki selubung dua lapis, yaitu membran luar dan membran dalam. Di
antara dua membran terdapat ruangan yang berisi cairan koenzima. Perluasan dari membran
dalam mitokondria ke dalam ruang dalam membentuk serangkaian lipatan yang disebut krista.
Krista mitokondria sel tumbuhan lebih pendek bila dibandingkan dengan sel hewan. Krista
berperan di dalam memperluas permukaan dalam mitokondria. Ruangan yang berada di sebelah
dalam krista di sebut matriks mitokondria. Matriks biasanya homogen, tetapi kadang-kadang
mengandung granula.
Mitokondria memiliki 2 fungsi penting, yaitu:
1. Memecah karbohidrat, protein, lemak menjadi molekul yang lebih kecil. Di dalam proses
pemecahan terjadi pemindahan energi. Proses pemecahan berlangsung dalam beberapa tahap dan
setiap tahap dikontrol oleh enzima. Semua reaksi yang menghasilkan energi ini disebut oksidasi.
2. Energi yang dihasilkan tidak dikeluarkan dalam bentuk panas tetapi dalam bentuk molekul
lain yang mengandung fosfat yang disimpan untuk proses fosforilasi dalam bentuk ikatan fosfat
yang berenergi tinggi yang disebut adenosin triphosfat (ATP). Molekul ATP ini disekresi
mitokondria dan digunakan dalam sel jika diperlukan energi.

4. Retikulum Endoplasmik
Retikulum endoplasma terdiri dari sistem membran yang dibatasi sisternal (seperti kantung) yang
meluas dalam berbagai tingkatan dari membran inti ke dalam membran plasma sampai di luar
sel. Membran retikulum endoplasma ada yang memiliki ribosom sehingga disebut dengan
retikulum endoplasma kasar (RE kasar atau granuler) atau di membran tidak terdapat ribosom
sehingga disebut retikulum endoplasma halus (RE halus atau agranuler).
RE kasar berhubungan dengan sintesis protein sedangkan RE halus berhubungan dengan sintesis
lemak, misalnya lipida dari kelenjar sebasea atau hormon steroida. RE merupakan suatu
sitoskeleton yang memberikan permukaan reaksi kimia, jalur untuk transport bahan, tempat
pengumpulan bahan yang disintesis.

5. Ribosoma
Ribosoma adalah granula yang sangat kecil, berukuran kurang dari 1 mikron. Di dalam
mikroskop elektron ribosom tampak sebagai badan yang berbentuk sferis sampai elips.
Ribosoma terdapat di dalam semua sel dan berada di dalam sel yang mensintesis protein.
Ribosoma selain terdapat dalam sitoplasma juga ada yang berikatan dengan retikulum
endoplasma. Fungsi ribosoma berhubungan dengan sintesis protein seluler.

6. Lisosoma
Lisosoma memiliki bentuk sferis, tongkat, atau berbentuk tidak beraturan. Lisosoma memiliki
ukuran 0,4-0,8 mikrometer atau ada yang sampai 5 mikrometer misalnya pada ginjal mamalia.
Lisosoma diitemukan dalam kebanyakan sel hewan dan sel-sel yang menyusun daerah
meristematik tumbuhan. Di dalam lisosoma terdapat enzima hproteidrolitik. Produk yang berasal
dari lisosoma akan dikeluarkan dan masuk ke dalam mitokondria untuk dipecah selanjutnya pada
proses respirasi. Lisosoma juga berhubungan dengan digesti protein.

7. Sferosoma
Sferosoma biasanya berbentuk sferis, memiliki diameter 0,5-1 mikrometer dan diselubungi
membran. Sferosoma berhubungan dengan sintesis lipida dan bahan-bahan yang sejenis.

8. Mikrotubuli
Pada tahun 1963 Ledbetter dan Porter pertama kali menunjukkan struktur halus yang berbentuk
tubuler memanjang, terdapat dibagian tepi sitoplasma beberapa sel tumbuhan. Mikrotubuli
biasanya ditemukan menempel pada dinding sel. Diduga mikrotubuli bertanggung jawab
terhadap sintesis selulosa. Srtukur tubulus akan nampak jelas ketika proses pembelahan, yaitu
sebagai benang sitoplasmik.

9. Kompleks Golgi
Beberapa ahli memberikan pendapat tentang pemberian istilah kompleks golgi. Istilah kompleks
golgi umumnya diberikan pada kelompok vertebrata sedangkan diktiosom diberikan pada
kelompok invertebrata dan tumbuhan. Kompleks golgi tidak ditemukan dalam bakteri dan alga
biru. Di dalam sel, kompleks golgi terdiri dari (1) kantung pipih atau sisterna yang mengumpul

secara konsentris; (2) vakuola besar yaitu berupa kantung pipih yang meluas, terdapat di tepi
kompleks; (3) vesikula yang terikat dengan sisterna. Kompleks golgi berfungsi dalam pembuatan
produk sekresi sel, menyimpan dan tempat terjadinya modifikasi lipida.

Bentuk-Bentuk Sel
Sel penyusun tubuh tumbuhan memiliki berbagai macam bentuk disesuaikan dengan
fungsinya. Bentuk-bentuk sel meliputi isodiametris, poligonal, benang, silindris, bintang,
bercabang-cabang, taji, ginjal, halter, jarum pentul, bola. Bentuk poligonal di antaranya kuboid,
balok. Sel ada juga yang memiliki bentuk tidak teratur, misalnya pada sel penyusun parenkima
lipatan. Bentuk-bentuk sel dapat dilihat pada gambar di bawah ini

PEMBELAHAN SEL
Pembelahan sel ditujukan untuk menambah jumlah sel dalam tubuh makhluk hidup
sehingga makhluk hidup dapat tumbuh. Sel-sel baru juga diperlukan untuk menggantikan sel-sel
tubuh yang sudah mati sehingga jumlah sel dalam makhluk hidup tetap. Pembelahan sel yang
demikian terjadi pada sel-sel penyusun tubuh atau sel somatik. Pembelahan sel dapat juga
digunakan untuk bereproduksi membentuk individu baru, seperti proses terbentuknya zygot.
Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Pembelahan sel pada makhluk hidup
ada beberapa macam, yaitu: pembelahan aseksual, seksual, dan bertunas. Pembelahan sel
aseksual yang ditujukan untuk bereproduksi terjadi pada mikroorganisme yang termasuk
prokariot. Pembelahan sel pada organisme eukariot yang ditujukan untuk bereproduksi biasanya
melalui perkawinan antara organism jantan dengan betina. Pembelahan yang demikian disebut
dengan pembelahan secara seksual. Pembelahan pada sel khamir terjadi dengan bertunas.

Pembelahan Aseksual
Organisme prokariot memiliki materi genetik yang belum terwadahi di dalam inti.
Keberadaan gen dibawa oleh molekul DNA yang berikatan dengan protein membentuk
kromosoma. Kromosoma berasal dari kata chromo yang berarti warna dan soma yang berarti
badan, kromosoma dapat mengikat warna tertentu yang digunakan dalam teknik mikroskopi.

Kromosoma eukariotik lebih kompleks dibandingkan dengan prokariotik. Jumlah kromosoma


organisme eukariotik tergantung pada spesiesnya, sebagai contoh kromosoma manusia berjumlah
46 sedang pada anjing berjumlah 78. Kromosoma eukariotik mengalami duplikasi dulu sebelum
sel membelah. Belahan kromosoma disebut kromatid. Kromatid mengandung molekul DNA
yang identik dengan DNA kromosoma. Kromatid saling bertautan, pertautan yang paling lekat
terjadi di bagian yang disebut sentromer. Kromatida saling berpisah pada saat sel membelah,
masing-masing kromatida tadi menjadi kromosoma yang identik dengan kromosoma asal.
Masing-masing kromosoma baru menuju ke sel anakan sehingga sel anakan memiliki jumlah
kromosoma sesuai dengan induknya.
Siklus Pembelahan Sel
Siklus pembelahan sel meliputi dua tahapan besar, yaitu interfase dan fase mitotik. Sel pada saat
interfase (istirahat membelah) melakukan metabolisme secara aktif dan bertugas aktif
menjalankan fungsinya. Sel dalam fase ini menaikkan suplai protein, membentuk banyak organel
sitoplasmik seperti mitokondria dan ribosoma, serta menambah besar ukuran sel.
Interfase dibagi menjadi 3 tahap, yaitu G1, S, dan G2. Sel tumbuh dalam ketiga subtahap
tersebut tetapi kromosoma hanya mengalami duplikasi pada subtahap S. Kromosoma pada
subtahap S awal hanya tunggal sedang pada tahap akhir masing-masing kromosoma
mengandung 2 kromatid. Tahap G2 sel melanjutkan pertumbuhan dan mempersiapkan diri untuk
membelah.
Fase mitotik dibagi menjadi 2 tahap yaitu fase mitosis dan sitokinesis. Nukleus dan isinya
termasuk kromosoma membelah dan terbagi dalam 2 inti anakan. Tahap ini juga disebut
kariokinesis, selanjutnya sitoplasma terbagi 2 mengelilingi inti anakan, kemudian terbentuk
dinding pemisah, jadi dari satu sel induk menjadi 2 sel anakan.
Biologiawan membedakan fase-fase pembelahan menjadi 5 fase (tahap), yaitu: 1)
profase, 2) metafase, 3) anafase, 4) telofase, dan 5) interfase. Ciri-ciri setiap fase sebagai berikut.
1. Profase
Serabut kromatin dalam inti menggulung rapat dan melipat, tampak sebagai kromosoma yang
berpisah-pisah, nukleoli menghilang, kemudian kromosoma membelah menjadi 2 kromatid yang
saling bertautan pada sentromer. Spindel mitotik dalam sitoplasma mulai terbentuk, mikrotubuli
tumbuh cepat keluar dari sentrosoma (pada hewan) kemudian bergerak ke luar dari masingmasing kromosoma.
2. Prometafase
Dinding inti pecah menjadi beberapa fragmen kemudian lenyap. Mikrotubuli yang muncul dari
sentrosoma di kutub mencapai sentromer di kromosoma. Setiap kromatid memiliki protein yang
disebut kinetochore yang dilekati beberapa mikrotubuli yang memacu kromosoma untuk
bergerak menuju ke tengah sel (bidang equatorial).

3. Metafase
Benang spindel tidak terbentuk sempurna (fragmoplas) dan kromosoma berjajar di bidang
equatorial. Ke-2 kinetochore menghadap masing-masing kutub. Stadium ini kalau dilihat dari
atas menunjukkan gambaran seperti bintang, masing-masing kromosoma berbentuk lengan dari
bintang; maka disebut juga aster stadium.
4. Anafase
Anafase dimulai dari lepasnya ikatan kedua kromatid. Kromatid yang berpasangan masingmasing bergerak ke arah kutub membentuk dua bidang yang saling menjauh kalau di lihat dari
atas maka disebut disaster stadium. Semua kromatida mengumpul dikedua kutub masingmasing.
5. Telofase
Telofase merupakan gerakan kembali ke semula, semua kromosoma mengumpul di masingmasing kutub, benang-benang kromatin menjadi longgar dan terbentuk dinding inti sehingga
terjadi dua inti anakan. Benang spindel menghilang pada akhir telofase.
6. Sitokinesis
Sitokinesis terjadi setelah sitoplasma terbagi 2 mengelilingi inti anakan dan terjadi bidang
pemisah sehingga terbentuk 2 sel anakan.
Kesimpulan
Mitosis adalah proses pembelahan inti yang diikuti oleh pembelahan sel sehingga menghasilkan
2 sel anakan yang memiliki jumlah kromosoma sama dan identik dengan induknya. Sel anakan
bersifat diploid.
Meiosis
Meiosis merupakan tipe pembelahan sel yang menghasilkan gamet yang bersifat haploid
dari organisme yang diploid. Meiosis dimulai dari replikasi kromosoma seperti mitosis yang
diikuti oleh pembelahan 2 sel yang disebut dengan meiosis I dan meiosis II. Pembelahan ini
menghasilkan 4 sel anakan. Dua sel anakan dari mitosis masing-masing memiliki 1 set
kromosoma (haploid) sehingga meiosis menghasilkan 4 sel anakan dengan jumlah kromosoma
setengah induknya. Fase-fase di dalam meiosis I, dijelaskan sebagai berikut.
1. Interfase
Seperti yang terjadi dalam mitosis, kromosoma mengalami duplikasi selanjutnya membelah
menjadi kromatid yang identik serta saling berlekatan, tetapi kromosoma tidak terlihat secara
mikroskopik tetapi yang terlihat hanya massa kromatin.

2. Profase I
Kromatin menggulung sehingga kromosoma tampak secara mikroskopik. Proses ini disebut
dengan sinapsis yang ditandai dengan adanya 2 kromosom homolog yang masing-masing terdiri
dari 2 kromatid, bentukan ini disebut tetrad. Kromatid kedua kromosom homolog bertukar
segmen selama sinapsis, proses ini dinamakan crossing over. Kromosom dari satu kromatid
mungkin berbeda dengan pasangan homolognya, kemudian terjadi penyatuan kembali informasi
genetik. Nukleoli menghilang pada saat kromosoma berkondensasi, membran inti pecah menjadi
beberapa fragmen dan tetrad kromosom keluar menuju bidang equatorial.
3. Metafase I
Tetrad kromosom menempatkan diri pada bidang equatorial dengan masing-masing kromosoma
terkondensasi dan tebal. Masing-masing kromatid masih dalam keadaan terikat kemudian
mikrotubuli spindel melekat pada kinetochore di sentromer. Setiap tetrad dari kromosom
homolog saling berikatan dengan sisi crossing over. Masing-masing kromosoma tadi ditarik ke
kutub.
4. Anafase I
Kromosoma berpindah ke kutub, setelah pindah kromosoma membelah lagi sehingga tampak ada
dobel kromosoma. Masing-masing dobel kromosoma pecah, dan menuju kutub.
5. Telofase I
Setelah kromosoma mengumpul pada kutub-kutubnya, kemudian terjadi sitokinesis hingga
terbentuk 2 sel anakan yang bersifat haploid.
Fase-fase pada meiosis II sama dengan fase-fase pada mitosis, hanya diawali oleh 2 sel anakan
yang bersifat haploid.
Perbandingan tahapan pembelahan mitosis dan meiosis dapat dilihat pada gambar berikut.
Anatomi Tumbuhan
Anatomi tumbuhan mempelajari tentang struktur dalam tubuh tumbuhan tinggi. Tumbuhan
tinggi memiliki bagian pokok yang dinamakan organ vegetatif dan organ generatif. Organ
vegetatif berfungsi untuk melaksanakan metabolisme yang menyebabkan tumbuhan dapat hidup,
sedang organ generatif berfungsi untuk menghasilkan tumbuhan baru yang memiliki sifat dari
kedua induknya.
Organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun. Organ generatif terdiri dari bunga, buah, dan
biji. Masing-masing organ tersusun dari jaringan, dan jaringan tersusun dari kumpulan sel. Sel
merupakan bagian terkecil yang memiliki bentuk dan fungsi tertentu, serta mampu menjalankan
kehidupannya sendiri.

Pemahaman konsep yang lebih mudah dapat dilakukan dengan mempelajari masing-masing
bagian dari tubuh tumbuhan. Pemahaman konsep dari tubuh tumbuhan diawali dengan bagian
yang terkecil, yaitu sel.

Sel
Sel merupakan bagian yang terkecil sehingga tidak tampak jika dilihat dengan mata telanjang.
Mikroskop sangat diperlukan untuk melihat struktur dan bentuk sel. Sel pada dasarnya terdiri
dari wadah dan isinya. Bentuk sel sangat ditentukan oleh dinding selnya. Isi sel dapat berbentuk
cair maupun padat. Dinding sel tersusun dari senyawa kimia yang termasuk karbohidrat, protein
dan lemak. Isi sel juga tersusun dari karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat.

Dinding sel
Dinding sel merupakan bagian paling luar dari sel yang berfungsi untuk:

memberi batas antara sel dengan lingkungannya

memberi bentuk pada sel

melindungi isi sel dari agensia perusak yang berada di sekitarnya

menyeleksi bahan makanan yang diperlukan dalam metabolisme

memperkuat sel

Dinding sel hanya terdapat pada tumbuhan, tidak ditemukan pada hewan. Zat- zat kimia yang
menyusun dinding sel di antaranya:
Karbohidrat yang berupa: selulosa, hemi selulosa, pektin.
Protein
Lemak, di antaranya suberin dan lilin
Zat kayu (lignin)
Zat kersik

Cara identifikasi komponen dinding sel dapat dilakukan dengan pemberian reagensia terhadap
preparat penampang melintang dan membujur suatu organ tumbuhan. Reagensia yang digunakan
di antaranya:

I ZnCl2 untuk mendeteksi selulosa. Selulosa akan dihidrolisa oleh ZnCl2 menjadi
amilum yang akan bereaksi dengan Iodium membentuk Iod amilum yang berwarna biru.

Sudan III/ IV dalam alkohol akan memberikan warna merah pada dinding sel yang
mengandung suberin atau lilin, karena suberin dan lilin larut dalam alkohol seperti Sudan
III/ IV

Phloroglucine dalam akohol + HCl 25% akan memberi warna merah pada dinding sel
yang mengandung lignin.

Dinding sel terdiri dari: dinding primer pada sel tumbuhan yang baru saja terbentuk dari hasil
pembelahan sel. Dinding sekunder dibentuk oleh sitoplasma dan terletak di sebelah dalam dari
ruang sel. Dinding tersier mungkin dibentuk pada sel- sel yang sudah tua atau sel yang memiliki
fungsi khusus.
Ketebalan dinding sel ditentukan oleh lapisan-lapisan penyusunnya. Proses penebalan dinding
sel melalui dua cara, yaitu: (1) aposisi, apabila penebalan dinding dilakukan dengan melapisi
dinding lama dengan substansi yang baru dan (2) intususepsi jika substansi penebalan disisipkan
pada dinding yang lama.
Penebalan dinding sel sangat beragam, karena fungsi dinding sel banyak sehingga bentuk
penebalan disesuaikan dengan fungsi selnya. Keragaman bentuk penebalan dinding sel ini dapat
digunakan sebagai penanda dari bagian tumbuhan dan dari jenis tumbuhannya. Contoh sel yang
memiliki bentuk penebalan variatif di antaranya sel buluh angkut. Penebalan dapat berbentuk:
cincin, spiral, tangga, jala, noktah, Y.
Penebalan dinding sel diperlukan untuk memperkuat sel dan tubuh tumbuhan, akan tetapi
beberapa zat penyusun penebalan kedap terhadap air sehingga akan mencegah pertukaran zat
antara sel dan lingkungannya. Oleh karena itu ada dinding yang tidak seluruhnya menebal.
Bagian dari dinding sel yang tidak mengalami penebalan disebut noktah.
Dua macam noktah banyak ditemukakan pada dinding sel tumbuhan, yaitu: (1) noktah
sederhana dan (2) noktah halaman. Dinding sel yang memiliki penebalan tebal noktahnya akan
membentuk suatu saluran yang disebut dengan saluran noktah. Dua sel yang berbatasan dapat
memiliki penebalan dinding pada kedua dinding yang berbatasan, sehingga (saluran) noktah sel
yang satu bersambung dengan (saluran) noktah sel yang bersebelahan, noktah yang demikian
dinamakan noktah berpasangan. Noktah dapat juga hanya terjadi pada salah satu dinding dari
dua sel yang berbatasan, noktah yang demikian disebut noktah tunggal. Noktah ada juga yang
berbatasan dengan ruang antar sel, noktah yang demikian disebut noktah buta. Noktah yang
yang salurannya dari ruang antar sel menuju ke lamella tengah tetap lebarnya disebut noktah
sederhana, sedang noktah yang salurannya dari ruang sel menuju ke lamella tengah melebar
sehingga berbentuk seperti corong dinamakan noktah halaman atau noktah ladam.

Noktah halaman biasanya ditemukan pada sel-sel trakea Pinus yang termasuk
Gymnospermae. Noktah berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya zat- zat dari sel satu ke sel
lain yang berbatasan, selain itu biasanya di dalam noktah ditemukan benang- benang plasma
yang disebut plasmodesmata. Plasmodesmata menghubungkan sitoplasma dua sel yang
berbatasan. Dua sel yang berbatasan dibatasi oleh dinding sel yang disebut lamella tengah yang
tersusun dari kalsium pektat. Lamella tengah bersifat semi permeabel sehingga dapat ditembus
air dan zat-zat yang larut di dalam air. Lamella tengah yang terdapat di dalam noktah disebut
selaput penutup. Selaput penutup ada bagian yang menebal, disebut torus dan bagian yang tipis
disebut margo.

Pembentukan dinding sel dilakukan pada saat sel membelah. Cara pembetukan dinding pemisah
antara dua sel anakan dapat dilakukan secara simultan jika dibentuk sekaligus atau secara
suksedan jika dibentuk sedikit demi sedikit.

Vakuola
Vakuola merupakan ruang di dalam sel yang dibatasi oleh tonoplas, vakuola mengandung
cairan sel yang berupa air dan zatzat yang terlarut di dalamnya. Fungsi vakuola untuk
mengatur tekanan hidrostatis sel dan menyimpan cadangan makanan dan benda-benda ergastik.
Benda ergastik ada 2 macam, yaitu yang masih dapat digunakan untuk metabolisme dan ada zat
yang sudah tidak diperlukan oleh sel.

Benda ergastik yang berupa cairan di antaranya pigmen, natrium dan kalium oksalat, alkaloida,
tanin, enzima, madu, minyak atsiri, dan asam organik. Pigmen yang larut dalam cairan sel
antosianida. Warna antosianida tergantung pada pH, jika pH rendah (3-4) berwarna merah muda,
pH netral (5-7) berwarna ungu, pH basa (8-9) berwarna biru muda, kalau pH 10-14 berwarna
hijau muda sampai kuning.

Alkaloida tidak berwarna tetapi memberikan rasa pahit. Contoh-contoh alkaloida pada
tumbuhan:
- Kafein terdapat pada tanaman Coffea sp.

- Kina terdapat pada tanaman Cinchona sp.


- Tein terdapat pada tanaman Camellia sinensis
- Kapsaisin terdapat pada tanaman Capsicum sp.
- Teobromin terdapat pada tanaman Theobroma cacao
- Cocain terdapat pada tanaman Erythroxylon coca
- Morfin terdapat pada tanaman Papaver somniferum
Reagen Mayer (K2HgI4) digunakan untuk mengidentifikasi adanya alkaloid dalam tumbuhan.
Alkaloid akan mengendap dengan warna putih atau kuning jika diberi reagen Mayer.
Enzima yang terdapat di dalam vakuola misalnya enzima papain pada tanaman Carica
papaya, amilase pada kecambah Oryza sativa atau Zea mays, maltase pada kecambah Hordeum
vulgare, bromeliase pada Ananas commosus. Madu merupakan campuran dari glukosa, fruktosa
dan protein yang larut di dalam vakuola.
Minyak dapat berupa minyak lemak dan minyak atsiri. Minyak lemak tidak mudah menguap
sedang minyak atsiri pada umumnya mudah menguap dan memberi aroma yang khas sehingga
dapat digunakan sebagai pengenal dari tanaman yang menghasilkannya. Contoh-contoh minyak
lemak di antaranya minyak kelapa yang dihasilkan oleh tanaman Cocos nucifera, minyak sawit
yang dihasilkan oleh tanaman Elaeis guineensis, minyak bunga matahari yang dihasilkan oleh
tanaman Helianthus anuus, minyak kedelai yang dihasilkan oleh tanaman Soja max, minyak
jagung yang dihasilkan oleh Zea mays, minyak zaitun yang dihasilkan oleh tanaman Olea
europea Sebagai contoh minyak asiri adalah minyal citrun yang dihasilkan oleh tanaman Citrus
sp., minyak mawar yang dihasilkan oleh tanaman Rosa sinensis, minyak cengkeh yang
dihasilkan oleh tanaman Eugenia caryophyllata, minyak adas yang dijhasilkan oleh tanaman
Foeniculum vulgare, minyak kayu putih yang dihasilkan oleh tanaman Melaleuca leucadendron.
Identifikasi minyak dan minyak atsiri dilakukan dengan penambahan larutan Sudan III atau
Sudan IV dalam alkohol yang akan berwarna merah karena Sudan III larut di dalam minyak
lemak dan minyak atsiri.

Asam-asam organik pada tanaman-tanaman tertentu memberikan rasa asam pada buah terutama
yang masih muda. Contoh-contoh asam organik di antaranya asam sitrat pada tanaman Citrus
sp., asam tartrat pada tanaman Vitis vinifera dan Tamarindus indica, asam malat pada tanaman
Malus pumila, asam askorbat pada tanaman Lycopersicon esculentum, dan Psidium guaiava.
Benda ergastik yang tidak larut dalam cairan sel di antaranya kristal kalsium oksalat, butir
amilum, butir aleuron. Kristal kalsium oksalat ada yang tunggal dan majemuk dengan ukuran
kecil dan besar, serta bentuk yang bermacam-macam.

Macam-macam bentuk kristal kalsium oksalat tunggal di antaranya bentuk prisma:


kerucut, kubus, balok; prisma kecil disebut bentuk pasir; bentuk jarum atau balok panjang
berujung runcing disebut rafida, bentuk balok panjang berujung tumpul disebut styloid. Bentuk
kristal kalsium oksalat majemuk di antaranya bentuk roset, drusse. Roset merupakan kumpulan
dari rafida atau styloid yang saling bersilang. Bentuk drusse pada umumnya kumpulan dari
bentuk prisma yang bertumpuk-tumpuk seperti bunga. Rafida seringkali terdapat dalam satu
berkas di dalam sel yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dengan sel-sel
disekelilingnya. Sel tersebut dinamakan idioblas rafida. Idioblas rafida ada dua yaitu idioblas
rafida defensif dan non defensif. Idioblas rafida disebut defensif jika pada kedua ujung atau salah
satu ujung dari idioblas didingnya lebih tipis dari bagian yang lain. Dengan demikian rafida
dapat keluar dari idioblas dengan mudah apabila terkena ransang mekanik seperti dikunyah.
Idioblas rafida ini digunakan oleh tumbuhan untuk melindungi diri pemangsa. Idioblas rafida
nondefensif memiliki dinding yang sama ketebalannya di semua tempat sehingga rafida tidak
dapat keluar dari idioblas. Rafida yang berbentuk jarum ini memiliki ujung yang runcing
sehingga kalau ditelan ujung-ujungnya akan menusuk dinding mulut dan kerongkongan yang
akan menyebabkan rasa gatal dan pedih. Kristal kalsium oksalat tidak larut di dalam asam cuka
tetapi larut dalam asam klorida pekat (HCl 25%).

Butir amilum terdiri dari hilus yang dikelilingi oleh lamella. Hilus atau hilum merupakan
titik permulaan terbentuknya butir amilum dalam plastida. Lamela terbentuk di sekeliling hilus
dengan kadar air yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan indeks bias yang menyebabkan
lamela tampak berlapis-lapis. Butir amilum terdiri berbagai macam bentuk tergantung dari
jumlah dan letak hilus. Butir amilum berdasar letak hilusnya ada yang konsentris (hilus terletak
di tengah butir), dan eksentris (hilus terletak pada salah satu sisi butir). Butir amilum berdasar
jumlah hilusnya terdiri dari butir amilum tunggal (monoadelph), setengah majemuk, dan
majemuk (poliadelph). Butir amilum tunggal hanya memiliki satu hilus dikelilingi oleh lamella;
butir amilum setengah majemuk memiliki lebih dari satu hilus yang masing-masing dikelilingi
lamella kemudian oleh lamella bersama; butir amilum majemuk memiliki lebih dari satu hilus
yang masing-masing dikelilingi oleh lamella sendiri-sendiri tetapi berikatan sangat kuat. Butir
amilum majemuk terdiri dari dari diadelph, triadelph, dan poliadelph yang menunjukkan jumlah
hilus dalam satu butir amilum. Butir amilum jika diberi larutan IKI akan memberikan warna biru
atau ungu. Butir amilum pada ketan memberikan warna merah jika diberi IKI karena
mengandung amilodekstrin.
Butir aleuron terjadi dari vakuola yang mengandung larutan protein dan biasanya terdapat
pada biji-bijian yang mengalami pengeringan waktu biji masak. Larutan protein yang tadinya
cair pada waktu biji masih muda akan memadat bersama vakuolanya pada saat biji masak
sehingga tampak sebagai butir-butiran yang terdapat di dalam sel. Satu butir aleuron biasanya
mengandung satu kristaloid putih telur yang berbentuk prisma (kuboid atau heksagonal) yang
disertai dengan butiran-butiran bulat yang lebih kecil yang disebut globoid. Globoid terdiri dari

garam kalsium dan magnesium mesoinosith heksafosfor. Selain itu masih terdapat butiranbutiran kecil seperti titik yang disebut protein amorf. Identifikasi butir aleuron menggunakan
asam pikrat yang akan memberikan warna kuning atau reagen Millon yang akan memberikan
warna kuning sampai merah bata pada butir aleuron.

Isi Sel
Isi sel terdiri dari dua bagian yang bersifat cair dan padat. Bagian yang bersifat padat
sebenarnya merupakan cairan yang terbungkus oleh membran sehingga tampak seperti padat.
Bagian yang bersifat cair disebut dengan: sitoplasma, plasma sel, sitosol. Bagian yang padat
terdiri dari dua macam, bermembran rangkap dan bermembran tunggal. Bagian yang
bermembran ini dinamakan organela.

Isi sel yang bersifat cair


Sitoplasma
Sitoplasma terdiri dari 3 bagian, bagian terluar disebut ektoplas (membran plasma), bagian
tengah disebut polioplas, dan bagian terdalam disebut tonoplas. Membran plasma melekat pada
dinding sel dan memiliki konsistensi lebih kental dibanding dengan bagian yang lebih dalam
yang disebut polioplas. Bagian terdalam dari sitoplasma membatasi vakuola dengan polioplas
juga memiliki konsistensi yang lebih pekat dibanding polioplas. Organel terdapat di dalam
polioplas, sehingga jika terjadi gerakan plasma organel akan ikut bergerak.
Sitoplasma dapat terlepas dari dinding sel apabila sel terletak dalam larutan yang bersifat
hipertonis terhadap cairan sel. Peristiwa terlepasnya sitoplasma dari dinding sel dinamakan
plasmolisis. Sel yang diletakkan di dalam larutan hipotonis terhadap cairan sel akan menarik air
dari lingkungannya sehingga volume isi sel membesar dan sel akan pecah.
Larutan-larutan yang bersifat hipertonis di antaranya larutan gula 10% ke atas, larutan garam
KNO3 10%. Larutan-larutan ini biasanya digunakan untuk mensimulasikan peristiwa plasmolisis.
Bentuk-bentuk plasmolisis ditentukan oleh permukaan luar plasma, sehingga ada bentuk cekung,
cembung, kramplasmolisis. Pada peristiwa plasmolisis sempurna isi sel berbentuk globular.

Isi sel yang bersifat padat


Isi sel yang terlihat padat dinamakan organel. Organel juga mengandung cairan yang selalu
berhubungan dengan sitoplasma. Ukuran dari organel bermacam-macam. Inti atau nukleus
memiliki ukuran terbesar, diikuti oleh plastida, mitokondria, mikrosoma, badan Golgi dan
sebagainya. Organel ada yang bermembran rangkap dan ada yang tunggal. Organel yang

bermembran rangkap umumnya berukuran lebih besar dibanding yang bermembran tunggal
sehingga dapat dilihat dengan mikroskop biasa. Organel yang berukuran kecil hanya dapat dilihat
dengan mikroskop yang lebih canggih seperti mikroskop elektron.

1. Inti sel
Inti sel disebut juga dengan nukleus, Kern (Belanda). Inti memiliki membran rangkap yang juga
disebut nuclear envelope. Membran luar berbatasan dengan sitoplasma dan membran dalam
berbatasan dengan cairan inti. Cairan perinuklear terdapat di antara membran dalam dan
membrane luar. Membran inti tidak menutup inti secara rapat tetapi memiliki pori-pori yang
digunakan untuk menghubungkan cairan plasma di dalam dan di luar inti. Protein yang terdapat
di dalam pori inti disebut porin.
Inti berfungsi untuk mengatur metabolisme sel dan reproduksi sel karena di dalam inti terdapat
asam ribosa nukleat (ARN) dan asam deoksi ribosa nukleat (DNA) yang akan mengatur
pembentukan protein-protein yang menyusun enzima dan hormon dalam tubuh tumbuhan. DNA
juga berperan dalam reproduksi tumbuhan karena di dalam inti tersebut terdapat kromosoma
yang tersusun dari DNA yang mengandung sifat-sifat yang akan diwariskan pada keturunannya
jika terjadi pembelahan sel nanti. Kromosoma tidak tampak pada saat sel tidak membelah atau
dalam keadaan istirahat. Kromatin yang tampak sebagai butiran- butiran halus di dalam inti pada
saat sel sadang istirahat itu akan tampak sebagai benang-benang kromosoma pada waktu sel
membelah.

2. Plastida
Plastida merupakan organel yang memiliki membran rangkap dan berukuran lebih kecil dari inti.
Plastida hanya terdapat dalam sel tumbuhan dan tidak terdapat di dalam sel hewan. Plastida ada
yang mengandung zat warna ada juga yang tidak mengandung zat warna. Plastida yang tidak
berwarna disebut leukoplas sedang yang berwarna disebut kromoplas.
Leukoplas di antaranya meliputi: leukoamiloplas yang membentuk amilum, elaioplas
yang menyimpan lemak atau minyak, dan proteinoplas atau aleuroplas yang menyimpan protein.
Leukoamiloplas yang khusus terdapat dalam tudung akar dinamakan statolith. Leukoplas pada
umumnya berbentuk seperti cakram atau sferis.
Kromoplas mengandug zat warna atau pigmen. Pigmen yang terdapat dalam plastida
berhubungan dengan perannya di dalam fotosintesis. Pigmen-pigmen tersebut di antaranya
klorofil dan xantofil. Plastida yang mengandung pigmen xantofil tetap disebut kromoplas
sedang yang mengandung klorofil disebut kloroplas.

Kromoplas terdapat pada bagian tumbuhan yang berwarna merah, kuning atau oranye
seperti wortel, buah yang masak, mahkota bunga. Kromoplas pada wortel memiliki bentuk yang
bermacam-macam misal seperti baji, spiral, segi empat, batang, kuboid.

Kromoplas dapat berkembang dari leukoplas dan sebaliknya. Buah yang masih mentah biasanya
berwarna hijau tetapi setelah masak menjadi kuning kemudian merah karena terjadi perubahan
warna dari klorofil menjadi xantofil.
Plastida yang berwarna hijau biasanya terdapat pada daun karena plastida tersebut mengandung
zat warna hijau daun atau klorofil yang sangat berperan di dalam fotosintesis. Bagian tanaman
yang terdedah sinar juga akan berwarna hijau meskipun biasanya tidak berwarna, sebagai contoh
umbi kentang yang muncul di atas tanah akan menjadi hijau. Plastida yang berwarna hijau
dinamakan kloroplas. Leukoplas yang biasanya terdapat pada umbi kentang berubah menjadi
kloroplas jika terdedah oleh sinar. Kloroplas sudah banyak diteliti sehingga diketahui strukturnya
secara rinci. Kloroplas pada tumbuhan tinggi biasanya berbentuk cakram sedang pada tumbuhan
rendah terutama alga memiliki bentuk yang bermacam-macam. Bentuk bintang terdapat pada
Meugeotia, bentuk jala pada Hydrodiction, bentuk spiral pada Spirogyra, bentuk bulan sabit
Kloroplas memiliki membran rangkap, di sebelah dalam terdapat tilakoid yang berbentuk pita,
pada bagian tertentu pita tersebut melipat-lipat, kemudian terurai lagi, lipatan tersebut
membentuk suatu tumpukan yang disebut grana. Klorofil terdapat di dalam grana tersebut.
Klorofil berfungsi untuk menangkap sinar dan kemudian mengubah sinar yang mengandung
energi elektromagnetik menjadi energi kimia untuk membentuk gula dari air dan karbon dioksida
dari udara. Reaksi terang fotosintesis terjadi di dalam grana sedangkan reaksi gelap terjadi di
stroma. Gula yang terbentuk akan dipecah lagi untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan
untuk menjalankan fungsi kehidupan seperti gerak, bernafas dan sebagainya. Kelebihan gula
akan diangkut ke tempat tertentu dan di polimerisasi membentuk butir amilum.

3. Mitokondria
Di dalam sitoplasma setiap sel terdapat badan-badan kecil (disebut mitokondria) yang bersifat
mikroskopik dengan jumlah yang bervariasi, pada sel hati tikus mencapai 2500 setiap sel; kecuali
pada bakteri, alga biru, sel tulang belakang manusia tidak terdapat mitokondria. Mitokondria
berukuran 0,2-0,3 mikrometer dengan bentuk yang selalu dinamik, yaitu bentuk sferis sampai
tongkat.
Setiap mitokondria memiliki selubung dua lapis, yaitu membran luar dan membran dalam. Di
antara dua membran terdapat ruangan yang berisi cairan koenzima. Perluasan dari membran
dalam mitokondria ke dalam ruang dalam membentuk serangkaian lipatan yang disebut krista.
Krista mitokondria sel tumbuhan lebih pendek bila dibandingkan dengan sel hewan. Krista
berperan di dalam memperluas permukaan dalam mitokondria. Ruangan yang berada di sebelah

dalam krista di sebut matriks mitokondria. Matriks biasanya homogen, tetapi kadang-kadang
mengandung granula.
Mitokondria memiliki 2 fungsi penting, yaitu:
1. Memecah karbohidrat, protein, lemak menjadi molekul yang lebih kecil. Di dalam proses
pemecahan terjadi pemindahan energi. Proses pemecahan berlangsung dalam beberapa tahap dan
setiap tahap dikontrol oleh enzima. Semua reaksi yang menghasilkan energi ini disebut oksidasi.
2. Energi yang dihasilkan tidak dikeluarkan dalam bentuk panas tetapi dalam bentuk molekul
lain yang mengandung fosfat yang disimpan untuk proses fosforilasi dalam bentuk ikatan fosfat
yang berenergi tinggi yang disebut adenosin triphosfat (ATP). Molekul ATP ini disekresi
mitokondria dan digunakan dalam sel jika diperlukan energi.

4. Retikulum Endoplasmik
Retikulum endoplasma terdiri dari sistem membran yang dibatasi sisternal (seperti kantung) yang
meluas dalam berbagai tingkatan dari membran inti ke dalam membran plasma sampai di luar
sel. Membran retikulum endoplasma ada yang memiliki ribosom sehingga disebut dengan
retikulum endoplasma kasar (RE kasar atau granuler) atau di membran tidak terdapat ribosom
sehingga disebut retikulum endoplasma halus (RE halus atau agranuler).
RE kasar berhubungan dengan sintesis protein sedangkan RE halus berhubungan dengan sintesis
lemak, misalnya lipida dari kelenjar sebasea atau hormon steroida. RE merupakan suatu
sitoskeleton yang memberikan permukaan reaksi kimia, jalur untuk transport bahan, tempat
pengumpulan bahan yang disintesis.

5. Ribosoma
Ribosoma adalah granula yang sangat kecil, berukuran kurang dari 1 mikron. Di dalam
mikroskop elektron ribosom tampak sebagai badan yang berbentuk sferis sampai elips.
Ribosoma terdapat di dalam semua sel dan berada di dalam sel yang mensintesis protein.
Ribosoma selain terdapat dalam sitoplasma juga ada yang berikatan dengan retikulum
endoplasma. Fungsi ribosoma berhubungan dengan sintesis protein seluler.

6. Lisosoma
Lisosoma memiliki bentuk sferis, tongkat, atau berbentuk tidak beraturan. Lisosoma memiliki
ukuran 0,4-0,8 mikrometer atau ada yang sampai 5 mikrometer misalnya pada ginjal mamalia.
Lisosoma diitemukan dalam kebanyakan sel hewan dan sel-sel yang menyusun daerah

meristematik tumbuhan. Di dalam lisosoma terdapat enzima hproteidrolitik. Produk yang berasal
dari lisosoma akan dikeluarkan dan masuk ke dalam mitokondria untuk dipecah selanjutnya pada
proses respirasi. Lisosoma juga berhubungan dengan digesti protein.

7. Sferosoma
Sferosoma biasanya berbentuk sferis, memiliki diameter 0,5-1 mikrometer dan diselubungi
membran. Sferosoma berhubungan dengan sintesis lipida dan bahan-bahan yang sejenis.

8. Mikrotubuli
Pada tahun 1963 Ledbetter dan Porter pertama kali menunjukkan struktur halus yang berbentuk
tubuler memanjang, terdapat dibagian tepi sitoplasma beberapa sel tumbuhan. Mikrotubuli
biasanya ditemukan menempel pada dinding sel. Diduga mikrotubuli bertanggung jawab
terhadap sintesis selulosa. Srtukur tubulus akan nampak jelas ketika proses pembelahan, yaitu
sebagai benang sitoplasmik.

9. Kompleks Golgi
Beberapa ahli memberikan pendapat tentang pemberian istilah kompleks golgi. Istilah kompleks
golgi umumnya diberikan pada kelompok vertebrata sedangkan diktiosom diberikan pada
kelompok invertebrata dan tumbuhan. Kompleks golgi tidak ditemukan dalam bakteri dan alga
biru. Di dalam sel, kompleks golgi terdiri dari (1) kantung pipih atau sisterna yang mengumpul
secara konsentris; (2) vakuola besar yaitu berupa kantung pipih yang meluas, terdapat di tepi
kompleks; (3) vesikula yang terikat dengan sisterna. Kompleks golgi berfungsi dalam pembuatan
produk sekresi sel, menyimpan dan tempat terjadinya modifikasi lipida.

Bentuk-Bentuk Sel
Sel penyusun tubuh tumbuhan memiliki berbagai macam bentuk disesuaikan dengan
fungsinya. Bentuk-bentuk sel meliputi isodiametris, poligonal, benang, silindris, bintang,
bercabang-cabang, taji, ginjal, halter, jarum pentul, bola. Bentuk poligonal di antaranya kuboid,
balok. Sel ada juga yang memiliki bentuk tidak teratur, misalnya pada sel penyusun parenkima
lipatan. Bentuk-bentuk sel dapat dilihat pada gambar di bawah ini

PEMBELAHAN SEL
Pembelahan sel ditujukan untuk menambah jumlah sel dalam tubuh makhluk hidup
sehingga makhluk hidup dapat tumbuh. Sel-sel baru juga diperlukan untuk menggantikan sel-sel
tubuh yang sudah mati sehingga jumlah sel dalam makhluk hidup tetap. Pembelahan sel yang
demikian terjadi pada sel-sel penyusun tubuh atau sel somatik. Pembelahan sel dapat juga
digunakan untuk bereproduksi membentuk individu baru, seperti proses terbentuknya zygot.
Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Pembelahan sel pada makhluk hidup
ada beberapa macam, yaitu: pembelahan aseksual, seksual, dan bertunas. Pembelahan sel
aseksual yang ditujukan untuk bereproduksi terjadi pada mikroorganisme yang termasuk
prokariot. Pembelahan sel pada organisme eukariot yang ditujukan untuk bereproduksi biasanya
melalui perkawinan antara organism jantan dengan betina. Pembelahan yang demikian disebut
dengan pembelahan secara seksual. Pembelahan pada sel khamir terjadi dengan bertunas.

Pembelahan Aseksual
Organisme prokariot memiliki materi genetik yang belum terwadahi di dalam inti.
Keberadaan gen dibawa oleh molekul DNA yang berikatan dengan protein membentuk
kromosoma. Kromosoma berasal dari kata chromo yang berarti warna dan soma yang berarti
badan, kromosoma dapat mengikat warna tertentu yang digunakan dalam teknik mikroskopi.
Kromosoma eukariotik lebih kompleks dibandingkan dengan prokariotik. Jumlah kromosoma
organisme eukariotik tergantung pada spesiesnya, sebagai contoh kromosoma manusia berjumlah
46 sedang pada anjing berjumlah 78. Kromosoma eukariotik mengalami duplikasi dulu sebelum
sel membelah. Belahan kromosoma disebut kromatid. Kromatid mengandung molekul DNA
yang identik dengan DNA kromosoma. Kromatid saling bertautan, pertautan yang paling lekat
terjadi di bagian yang disebut sentromer. Kromatida saling berpisah pada saat sel membelah,
masing-masing kromatida tadi menjadi kromosoma yang identik dengan kromosoma asal.
Masing-masing kromosoma baru menuju ke sel anakan sehingga sel anakan memiliki jumlah
kromosoma sesuai dengan induknya.
Siklus Pembelahan Sel
Siklus pembelahan sel meliputi dua tahapan besar, yaitu interfase dan fase mitotik. Sel pada saat
interfase (istirahat membelah) melakukan metabolisme secara aktif dan bertugas aktif
menjalankan fungsinya. Sel dalam fase ini menaikkan suplai protein, membentuk banyak organel
sitoplasmik seperti mitokondria dan ribosoma, serta menambah besar ukuran sel.

Interfase dibagi menjadi 3 tahap, yaitu G1, S, dan G2. Sel tumbuh dalam ketiga subtahap
tersebut tetapi kromosoma hanya mengalami duplikasi pada subtahap S. Kromosoma pada
subtahap S awal hanya tunggal sedang pada tahap akhir masing-masing kromosoma
mengandung 2 kromatid. Tahap G2 sel melanjutkan pertumbuhan dan mempersiapkan diri untuk
membelah.
Fase mitotik dibagi menjadi 2 tahap yaitu fase mitosis dan sitokinesis. Nukleus dan isinya
termasuk kromosoma membelah dan terbagi dalam 2 inti anakan. Tahap ini juga disebut
kariokinesis, selanjutnya sitoplasma terbagi 2 mengelilingi inti anakan, kemudian terbentuk
dinding pemisah, jadi dari satu sel induk menjadi 2 sel anakan.
Biologiawan membedakan fase-fase pembelahan menjadi 5 fase (tahap), yaitu: 1)
profase, 2) metafase, 3) anafase, 4) telofase, dan 5) interfase. Ciri-ciri setiap fase sebagai berikut.
1. Profase
Serabut kromatin dalam inti menggulung rapat dan melipat, tampak sebagai kromosoma yang
berpisah-pisah, nukleoli menghilang, kemudian kromosoma membelah menjadi 2 kromatid yang
saling bertautan pada sentromer. Spindel mitotik dalam sitoplasma mulai terbentuk, mikrotubuli
tumbuh cepat keluar dari sentrosoma (pada hewan) kemudian bergerak ke luar dari masingmasing kromosoma.
2. Prometafase
Dinding inti pecah menjadi beberapa fragmen kemudian lenyap. Mikrotubuli yang muncul dari
sentrosoma di kutub mencapai sentromer di kromosoma. Setiap kromatid memiliki protein yang
disebut kinetochore yang dilekati beberapa mikrotubuli yang memacu kromosoma untuk
bergerak menuju ke tengah sel (bidang equatorial).
3. Metafase
Benang spindel tidak terbentuk sempurna (fragmoplas) dan kromosoma berjajar di bidang
equatorial. Ke-2 kinetochore menghadap masing-masing kutub. Stadium ini kalau dilihat dari
atas menunjukkan gambaran seperti bintang, masing-masing kromosoma berbentuk lengan dari
bintang; maka disebut juga aster stadium.
4. Anafase
Anafase dimulai dari lepasnya ikatan kedua kromatid. Kromatid yang berpasangan masingmasing bergerak ke arah kutub membentuk dua bidang yang saling menjauh kalau di lihat dari
atas maka disebut disaster stadium. Semua kromatida mengumpul dikedua kutub masingmasing.
5. Telofase

Telofase merupakan gerakan kembali ke semula, semua kromosoma mengumpul di masingmasing kutub, benang-benang kromatin menjadi longgar dan terbentuk dinding inti sehingga
terjadi dua inti anakan. Benang spindel menghilang pada akhir telofase.
6. Sitokinesis
Sitokinesis terjadi setelah sitoplasma terbagi 2 mengelilingi inti anakan dan terjadi bidang
pemisah sehingga terbentuk 2 sel anakan.
Kesimpulan
Mitosis adalah proses pembelahan inti yang diikuti oleh pembelahan sel sehingga menghasilkan
2 sel anakan yang memiliki jumlah kromosoma sama dan identik dengan induknya. Sel anakan
bersifat diploid.
Meiosis
Meiosis merupakan tipe pembelahan sel yang menghasilkan gamet yang bersifat haploid
dari organisme yang diploid. Meiosis dimulai dari replikasi kromosoma seperti mitosis yang
diikuti oleh pembelahan 2 sel yang disebut dengan meiosis I dan meiosis II. Pembelahan ini
menghasilkan 4 sel anakan. Dua sel anakan dari mitosis masing-masing memiliki 1 set
kromosoma (haploid) sehingga meiosis menghasilkan 4 sel anakan dengan jumlah kromosoma
setengah induknya. Fase-fase di dalam meiosis I, dijelaskan sebagai berikut.
1. Interfase
Seperti yang terjadi dalam mitosis, kromosoma mengalami duplikasi selanjutnya membelah
menjadi kromatid yang identik serta saling berlekatan, tetapi kromosoma tidak terlihat secara
mikroskopik tetapi yang terlihat hanya massa kromatin.
2. Profase I
Kromatin menggulung sehingga kromosoma tampak secara mikroskopik. Proses ini disebut
dengan sinapsis yang ditandai dengan adanya 2 kromosom homolog yang masing-masing terdiri
dari 2 kromatid, bentukan ini disebut tetrad. Kromatid kedua kromosom homolog bertukar
segmen selama sinapsis, proses ini dinamakan crossing over. Kromosom dari satu kromatid
mungkin berbeda dengan pasangan homolognya, kemudian terjadi penyatuan kembali informasi
genetik. Nukleoli menghilang pada saat kromosoma berkondensasi, membran inti pecah menjadi
beberapa fragmen dan tetrad kromosom keluar menuju bidang equatorial.
3. Metafase I
Tetrad kromosom menempatkan diri pada bidang equatorial dengan masing-masing kromosoma
terkondensasi dan tebal. Masing-masing kromatid masih dalam keadaan terikat kemudian
mikrotubuli spindel melekat pada kinetochore di sentromer. Setiap tetrad dari kromosom

homolog saling berikatan dengan sisi crossing over. Masing-masing kromosoma tadi ditarik ke
kutub.
4. Anafase I
Kromosoma berpindah ke kutub, setelah pindah kromosoma membelah lagi sehingga tampak ada
dobel kromosoma. Masing-masing dobel kromosoma pecah, dan menuju kutub.
5. Telofase I
Setelah kromosoma mengumpul pada kutub-kutubnya, kemudian terjadi sitokinesis hingga
terbentuk 2 sel anakan yang bersifat haploid.
Fase-fase pada meiosis II sama dengan fase-fase pada mitosis, hanya diawali oleh 2 sel anakan
yang bersifat haploid.
Perbandingan tahapan pembelahan mitosis dan meiosis dapat dilihat pada gambar berikut.

Anda mungkin juga menyukai