Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan prosedur yang membantu peneliti dalam


menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam sebuah penelitian.
Penggunaan metode dalam penelitian dimaksudkan untuk mengarahkan peneliti
dalam memperoleh data yang bisa menjawab permasalahan penelitian. Sugiyono
(2012: 2) memaparkan bahwa Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian
itu sendiri pada dasarnya bertujuan untuk mencari kebenaran tentang apa yang
akan di teliti. Pemilihan metode dalam setiap penelitian akan berbeda, hal tersebut
di pengaruhi oleh kesesuaian metode terhadap pemasalahan yang menjadi fokus
penelitian.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian


Penelitian tentang Tari Srikandi-Mustakaweni ini bertempat di Sekolah
Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung di Jln. Buah batu No.212 Bandung 40265
Telp.0227314982, Fax.0227303021. Subjek penelitian yang diambil adalah Tari
Srikandi-Mustakaweni hasil rekomposisi Iyus Rusliana yang merupakan salah
satu bahan ajar Tari Wayang di STSI Bandung. Penelitian ini difokuskan pada
bagian teks dan konteks tari yang dikaji menggunakan kajian etnokoreologi.
Berdasarkan hal tersebut, maka pengambilan data dilakukan dari orang yang
benar-benar tahu atau ahli di bidang Tari Wayang, khususnya Tari SrikandiMustakaweni.

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27

B. Metode Penelitian
Pada kesempatan ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis,
dengan menggunakan kajian etnokoreologi sebagai pisau bedahnya. Metode
deskriftif analisis merupakan suatu metode penelitian yang menguraikan atau
mendeskripsikan data atau fakta untuk kemudian dianalisis. Kegiatan analisis
dimaksudkan untuk lebih memahami fakta-fakta yang ditemukan, sehingga bisa
menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Whitney (Nazir, 2011: 54)
mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Interpretasi yang dimaksud adalah proses berfikir
menggunakan pemahaman serta analisis dari peneliti, yang diungkapkan dengan
teori-teori yang memperkuatnya.
Dalam penelitian ini peneliti mengkaji Tari Srikandi-Mustakaweni
menggunakan kajian etnokoreologi yang difokuskan pada bagian tekstual dan
kontekstual tarinya. Etnokoreologi merupakan salah satu ilmu yang digunakan
untuk mengkaji sebuah pertunjukan atau karya tari. Selain etnokoreologi, dikenal
juga berbagai pendekatan lain seperti koreologi, dan antropologi tari. Kajian
etnokoreologi merupakan sebuah pendekatan yang multidisiplin, karena
merupakan perpaduan dari beberapa pendekatan diantaranya pendekatan sejarah.
Pengkajian tari melalui pendekatan ini, terfokus pada bagian atau lapis teks dan
konteks tarinya. Analisis tekstual merupakan analisis tari tentang hal-hal yang
bisa dilihat secara langsung diantaranya gerak, busana, rias, musik. Analisis
kontekstual adalah analisis tari dari hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat, seperti sejarah, latar belakang, fungsi, serta simbol dan makna.

C. Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari

terjadinya

kesalahan dalam penafsiran, maka peneliti memberikan definisi operasional


sebagai berikut :
Tari wayang adalah salah satu rumpun tari yang terdapat di Jawa Barat.
Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau peristiwa yang
terdapat dalam cerita pewayangan. Tari wayang sendiri menurut beberapa sumber
Samsul Aripin, 2013
Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28

tercipta dari pertunjukan wayang wong priangan, khususnya berasal dari bagian
tari kembangan dan tari perang. Pertunjukan tari wayang ini berkembang di
daerah Bandung, Garut, dan Sumedang. Salah satu pertunjukan tari wayang yang
disenangi oleh masyarakat Garut pada waktu itu salah satunya adalah Tari
Srikandi-Mustakaweni. Tari ini menceritakan tentang perang tanding antara
Srikandi melawan Mustakaweni memperebutkan pusaka Layang Jamus
Kalimusada. Tari Srikandi-Mustakaweni ini dijadikan sebagai salah satu bahan
ajar mata kuliah Tari Wayang yang diberikan pada semester lima di STSI
Bandung. Pada kesempatan ini, Tari srikandi-Mustakaweni penulis kaji
menggunakan kajian etnokoreologi. Kajian entnokoreologi merupakan kajian
yang multi-layers/multilapis. Sehingga dalam penelitian ini, tari tidak hanya
dilihat dari satu aspek saja, melainkan dikaji melalui aspek tekstual dan
kontekstualnya.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


Instrumen merupakan serangkaian alat yang dipergunakan untuk
memperoleh data atau fakta dalam suatu penelitian. Pemilihan instrumen yang
tepat

akan

mempengaruhi

dalam

pengumpulan

data,

sehingga

dalam

pelaksanaannya harus disesuaikan dengan objek penelitian. Pada dasarnya


instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, karena
pada awalnya permasalahan yang akan dibahas belum jelas. Demikian juga
dipaparkan oleh Sugiyono (2012: 305) yang menyatakan bahwa dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti itu
sendiri. Setelah melakukan observasi peneliti bisa menemukan masalah yang
jelas dan mulai menentukan instrumen yang sesuai untuk dipergunakan.
Penggunaan

instrumen

disesuaikan

dengan

teknik

atau

metode

pengumpulan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa


instrumen dalam pengumpulan data yang berbentuk pedoman. Pedoman tersebut
meliputi pedoman obervasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi.

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

Pedoman-pedoman yang di atas, peneliti lampirkan pada bagian lampiran diakhir


pembahasan.
Berdasarkan paparan tersebut, peneliti berasumsi bahwa instrumen
merupakan panduan atau alat bantu yang dipergunakan dalam mencari data atau
fakta tentang Tari Srikandi-Mustakaweni. Dalam sebuah penelitian, penggunaan
instrumen tidak terlepas dari teknik pengumpulan data yang dipergunakan,
sehingga dalam pelaksanaanya terjadi korelasi antara instrumen penelitian
dengan teknik pengumpulan data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang sesuai dengan instrumen dan menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data lainnya. Adapun instrument dan teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya sebagai
berikut.
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
pengamatan secara langsung tentang materi yang diteliti. Pengamatan tersebut
menggunakan indra penglihatan sebagai alat bantu utamanya, akan tetapi tidak
meutup kemungkinan menggunakan pancaindra lainnya. Hal tersebut
sebagaimana penjelasan Bungin (2010 : 115) yang mengemukakan bahwa:
Dari pemahaman observasi atau pengamatan diatas, sesungguhnya yang
dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data
yang dipergunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan.
Lebih lanjut Faisal (Sugiyono, 2012 : 226) memaparkan bahwa
mengklasifikasikan observasi menjadi observasi partisipasi, observasi secara
terang-terangan dan tersamar, dan observasi yang tidak berstruktur. Pada
penelitian ini observasi yang dipergunakan observasi partisipasi aktif.
Observasi tersebut dilakukan dengan cara mengalami secara langsung proses
pelatihan Tari Srikandi-Mustakaweni. Tujuan utama observasi ini adalah
untuk mengamati serta merasakan secara langsung struktur gerak Tari

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30

Srikandi-Mustakaweni. Selain itu, pengamatan juga dilakukan untuk


mengetahui rias dan busananya.
Proses observasi dilakukan di STSI Bandung dengan melalui beberapa
tahapan. Tahapan pertama merupakan observasi awal yang dilakukan dengan
cara meneliti beberapa sumber tertulis untuk mendapatkan data-data awal.
Setelah data tertulis didapatkan, tahapan selanjutnya adalah observasi dengan
cara mengamati pertunjukan tari tersebut melalui media audio visual.
Pertunjukan itu berbentuk dokumentasi materi ajar tari wayang yang
menyajikan Tari Srikandi-Mustakaweni. Lebih lanjut penulis melakukan
observasi partisipasi aktif dengan cara ikut berlatih tari tersebut bersama dosen
pengampu mata kuliah tari wayang di STSI Bandung. Proses latihan tersebut
berlangsung beberapa pertemuan selama dua bulan dengan tujuan untuk
mengetahui secara langsung struktur gerak, bentuk gerak, serta karakter yang
terkandung dalam tarian itu.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah metode pengumpulan data dengan tatap
muka secara langsung dan berbentuk tanya jawab. Dalam hal ini, informasi
tentang materi yang diteliti didapatkan langsung dari responden atau informan
dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap. Sehingga metode bentuk ini
memerlukan interview guide atau panduan wawancara. Panduan ini berisi
seputar pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang akan diteliti, sehingga
ketika wawancara dilakukan peneliti bisa fokus dan terarah. Hal tersebut
sebagaimana yang dipaparkan oleh Nazir (2011 : 193-194) yang menyatakan
bahwa:
wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka anatara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara).

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31

Metode pengumpulan data dengan teknik ini terbagi menjadi beberapa


macam, diantaranya wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan
wawancara tidak terstruktur Esterberg (Sugiyono, 2012: 233). Wawancara
terstruktur merupakan wawancara dimana sebelumnya peneliti sudah
mengetahui informasi apa yang akan diperoleh. Sehingga wawancara jenis ini
diperlukan instrument penelitian yang berisi panduan seputar materi yang
akan ditanyakan. Panduan tersebut berfungsi sebagai pedoman peneliti ketika
melakukan proses wawancara sehingga peneliti bisa fokus dan terarah.
Wawancara semiterstruktur adalah wawancara sedikit lebih bebas jika
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Sebaliknya, wawancara tidak
terstruktur ialah wawancara yang tidak memerlukan pedoman wawancara
yang tersusun secara sistematis, sehingga peneliti lebih bebas dalam proses
tanya jawab ketika wawancara itu dilakukan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur
dan tidak terstruktur yang ditujukan kepada beberapa responden. Wawancara
ini dilaksanakan untuk memperoleh data secara mendalam tentang aspek
kontekstual tari seperti latar belakang rekomposisi. Selain itu, penggunaan
wawancara ini juga digunakan untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai
aspek tekstual tarinya. Dengan demikian, untuk memperoleh data tersebut
peneliti melakukan wawancara secara terstruktur dan tidak terstuktur kepada
narasumber yang dianggap ahli atau menguasai tentang Tari SrikandiMustakaweni. Wawancara tersebut dilakukan kepada koreografer yang
merekomposisi

Tari

Srikandi-Mustakaweni,

pengajar

Tari

Srikandi-

Mustakaweni, dan beberapa orang yang kompeten di bidang ini.


Wawancara pertama dilakukan kepada orang yang merekomposisi Tari
Srikandi-Mustakaweni yaitu Bapak Iyus Rusliana. Hal-hal yang ditanyakan
meliputi keterangan tentang Tari Srikandi-Mustakaweni secara keseluruhan,
serta latar belakang rekomposisinya. Narasumber ini merupakan narasumber
utama untuk menggali informasi lebih mendalam tentang materi yang diteliti.
Dari responden utama ini, peneliti mendapatkan data primer yang mendukung
terhadap penelitian yang dilakukan. Wawancara selanjutnya ditujukan kepada
Samsul Aripin, 2013
Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

Ibu Eti Mulyati, salah dosen pengampu mata kuliah tari wayang di STSI
Bandung. Peneliti melakukan wawancara mengenai struktur gerak baik gerak
pokok, gerak khusus dan gerak peralihan yang terdapat pada Tari SrikandiMustakaweni. Selain itu, peneliti juga bisa melihat dan mengalami secara
langsung

proses

pelatihan

serta

pembelajaran

tari

tersebut.

Untuk

mendapatkan data yang akurat dilakukan juga wawancara terhadap beberapa


mahasiswa yang bersangkutan untuk sekedar memperoleh pengalaman
mempelajari tari ini.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data dalam bentuk
audio, visual maupun audio visual yang dijadikan sebagai salah satu bahan
acuan dalam pengolahan data pada penilitian ini. Selain itu, data diperoleh
juga dari sumber lain seperti RPP, kurikulum, majalah, koran dan lain-lain
yang terdokumenkan. Data tersebut diperoleh pada saat penelitian
dilaksanakan meliputi dokumentasi ketika wawancara dengan narasumber,
dan pada saat observasi tarian. Dokumentasi tersebut dilakukan untuk
membantu menganalisis struktur gerak yang selanjutnya dibuat notasi laban.
Selain itu, peneliti juga mendokumentasikan rias, busana serta properti tari.
4. Studi Pustaka
Salah satu teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah studi pustaka. Studi pustaka merupakan teknik
pengumpulan data dalam bentuk pengkajian sumber-sumber yang berkaitan
dengan materi yang diteliti yang terdapat dalam buku, jurnal, maupun skripsi.
Dalam hal ini, penulis memilih beberapa sumber tertulis sebagai bahan
rujukan diantaranya sebagai berikut.
a. Wacana Seni Dalam Antropologi Budaya: Tekstual, Kontekstual dan PostModernisti, merupakan salah satu tulisan yang ditulis oleh Heddy Sri
Ahimsa Putra dalam buku Ketika Orang Jawa Nyeni. Buku ini merupakan
buku yang memuat kumpulan tulisan atau artikel yang diterbitkan tahun
2000 oleh Galang Press Yogyakarta.

Dalam artikel tersebut memuat

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33

tentang pengkajian seni melalui analisis tekstual dan kontekstual. Artikel


ini merupakan gagasan utama peneliti menggunakan kajian etnokoreologi
sebagai pisau bedah dalam penelitian ini. Peneliti menemukan korelasi
antara kajian etnokoreologi dan analisis tekstual dan kontekstual yaitu tari
merupakan seni pertunjukan yang jika dipandang dengan pendekatan
etnokoreologi memiliki multi lapis (multi layers). Asumsi tersebut seperti
yang dipaparkan Tati Narawati (Santika, 2009:9) yang menyatakan bahwa:
Seni tari sebagai teks terdiri dari lapisan yang cukup banyak (multi
layers), yang terdiri dari penari, gerak tari, busana dan rias tari, iringan,
lantai pentas, bahkan juga penontonnya. Sedangkan kontekstual
menekankan pada aspek kesejarahan, ritual, psikologi, phisiognomi,
filologi, linguistik bahkan juga perbandingan.
b. Wayang Wong Priangan (Kajian mengenai Pertunjukan Dramatari
Tradisional di Jawa Barat), ditulis oleh Iyus Rusliana dan diterbitkan pada
tahun 2002 oleh PT. Kiblat Buku Utama Bandung. Di dalam buku ini,
dipaparkan tentang perkembangan salah satu bentuk pertunjukan dramatari
yaitu wayang wong yang terdapat di daerah Priangan. Daerah Priangan
yang dimaksudkan disini adalah Garut, Sumedang, dan Bandung. Buku ini
memaparkan bagaimana sejarah perkembangan wayang wong di tiga
tempat tersebut, yang merupakan cikal bakal lahirnya genre tari wayang.
Dalam penyajian pertunjukan wayang wong Priangan, terdapat unsur tari
sebagai visualisasi dari peran atau cerita yang dibawakannya. Unsur tari
tersebut terdapat pada beberapa bagian, salah satunya adalah bagian tari
kembangan dan tari perang. Kedua bagian itulah yang menjadi sebuah
bentuk tarian bebas yang sampai saat ini dikenal dengan sebutan tari
wayang.
c. Mengenal Sekelumit Tari Wayang Jawa Barat Jilid I, disusun oleh Iyus
Rusliana pada tahun 1989. Buku ini memuat tentang sejarah tari wayang di
Jawa Barat, perkembangannya, serta penyajiannya. Di dalam buku ini juga
membahas tentang karakter, busana, rias dan gerak pokok yang terdapat
dalam genre tari wayang. Buku ini menjadi salah satu sumber tertulis yang

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

penulis jadikan acuan untuk membahas tentang ciri khas tari wayang, baik
dari segi rias, busana, serta gerak.
d. Khasanah Tari Wayang, merupakan salah satu buku yang ditulis oleh Iyus
Ruslian yang diterbitkan pada tahun 2001 oleh STSI Press. Buku ini
membahas tentang beberapa tarian dari genre

tari wayang yang salah

satunya penulis kaji pada penelitian ini. Pokok pembahasan dalam buku
Khasanah Tari Wayang ini salah satunya membahas tentang Tari SrikandiMustakaweni. Pembahasan tersebut terfokus pada struktur gerak, rias serta
busana tari. Buku ini menjadi salah satu sumber pustaka yang memberikan
kontribusi relevan terhadap materi pokok penelitian yaitu Tari SrikandiMustakaweni.
e. Pengantar Penyajian Karya Seni Minat Utama Kepenarian (Tari Srikandi
xMustikaweni dan Tari Gaplek). Tulisan ini merupakan karya Dian
Anggraeni pada tahun 2007 sebagai pengantar dalam tugas akhir di STSI
Bandung. Dian Anggraeni mengambil tugas akhir minat utama kepenarian
dengan menyajikan Tari Srikandi-Mustakaweni dan Tari Gaplek.
f. Tari Gentra Pinutri Karya Indrawati Lukman Di Studio Tari Indra Bandung
(Pendekatan Etnokoreologi).merupakan salah satu skripsi di jurusan
Pendidikan Seni Tari di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Skripsi
tersebut di tulis oleh Nurlia Santika pada tahun 2009 sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi di program sarjana (S1). Skripsi ini
mengkaji Tari Gentra Pinutri yang merupakan karya dari salah satu tokoh
tari di Bandung yakni Indrawati Lukman. Dalam skripsinya Nurlia Santika
menggunakan kajian etnokoreologi sebagai pisau, sehingga penulis
berasumsi bahwa skripsi ini relevan menjadi salah satu referensi dalam
penulisan karya tulis ini. Akan tetapi, terdapat perbedaandengan penelitian
yang peneliti lakukan diantaranya pada objek yang ditelitinya.
g. Tata Rias dan Busana Tari Sunda ditulis oleh Endang Caturwati dkk. Buku
ini diterbitkan pada tahun 1996 oleh STSI Press. Buku tersebut membahas
tentang ragam rias dan busana yang dipergunakan pada tari-tari Sunda.

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

E. Tahapan Penelitian
Skripsi merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa
dalam menyelesaikan program sarjana (S1). Skripsi adalah salah satu karya tulis
ilmiah yang menggambarkan kemampuan mahasiswa dalam merancang,
melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian. Sebuah penelitian memerlukan
perencanaan yang matang dengan menggunakan tahapan-tahapan yang tepat.
Tahapan tersebut dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang telah
terukur kredibilitasnya dan akurat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
tahapan-tahapan sebagai berikut.
1. Persiapan Penelitian
Tahapan ini merupakan tahapan awal dimana peneliti mempersiapkan
bahan serta sumber-sumber yang relevan dengan materi penelitian. Dalam tahapan
ini, peneliti mulai merancang rumusan masalah serta mempersiapkan segala
sesuatu yang akan dibutuhkan nanti selama proses penelitian. Persiapan yang
dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian diantaranya sebagai berikut.
a. Observasi Awal
Observasi awal dilakukan pada bulan September 2012 dan bertujuan untuk
mengetahui permasalahan-permasalahan yang perlu diteliti dari Tari SrikandiMustakaweni. Pada observasi ini, peneliti mencari informasi sebanyak mungkin
tentang permasalahan serta kemungkinan pengangkatan materi tersebut menjadi
bahan dalam penelitian yang akan dilakukan. Setelah melakukan survei atau
observasi awal peneliti mengajukan judul serta rumusan masalah kepada Dewan
Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari.
b. Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal penelitian dilakukan setelah mengalami proses
penyaringan atau filterisasi judul dari dewan skripsi. Langkah selanjutnya setelah
penetapan judul oleh dewan skripsi adalah penyusunan proposal penelitian yang
dilaksanakan pada awal bulan oktober 2012. Data-data awal yang dikumpulkan
pada proposal penelitian kemudian di uji oleh beberapa dosen serta dewan skripsi.
Pengujian atau seminar proposal tersebut dilaksanakan 24 Oktober 2012 untuk
menguji kelayakan proposal tersebut serta fokus penelitiannya. Setelah dinyatakan
Samsul Aripin, 2013
Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

lulus, dilakukan proses bimbingan kepada dosen pembimbing yang telah


ditentukan sebelumnya oleh dewan skripsi. Bimbingan tersebut bertujuan untuk
memonitor mahasiswa dalam penulisan hasil dari hasil sidang proposal. Revisian
serta bimbingan proposal dilakukan dari awal sampai akhir bulan November, dan
dikumpulkan pada bulan Desember 2012.

2. Pelaksanaan Penelitian
Tahapan ini merupakan tahapan inti dalam proses penelitian. Pada tahapan
ini, peneliti melakukan kegiatan observasi, pengumpulan data, pengolahan data
serta analisis data.
a. Pengumpulan Data
Pada tahapam ini data-data yang dikumpulkan merupakan hasil dari
observasi, wawancara, dokumentasi, serta triangulasi (penggabungan observasi,
wawancara dan dokumentasi). Pengumpulan data di lakukan secara bertahap dari
mulai bulan Januari 2013 sampai bulan April 2013. Data tersebut didapatkan dari
beberapa narasumber serta sumber-sumber lain sebagai referensi yang kompeten
di bidang tari tersebut. Data yang didapatkan merupakan data yang belum
tersusun atau masih acak sehingga perlu proses pengolahan data tersendiri.
b. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tujuan untuk memilah dan memilih
mana data-data yang penting. Pemilihan tersebut untuk mempermudah dalam
penulisan skripsi. Data yang didapatkan diolah dengan cara mengelompokan,
mengurutkan dan mengkategorikan sehingga data tersebut tersusun rapih. Setelah
pengklasifikasian tersebut kemudian penulis menentukan data-data sekunder dan
primer. Pengolahan data tersebut dilakukan mulai dari pertengahan bulan April
sampai bulan Mei 2013.
c. Penulisan Laporan
Penulisan laporan pada dasarnya dilakukan secara bertahap sejak
penelitian mulai dilaksanakan. Data yang sudah mengalami proses pengolahan
kemudian dianalisis sesuai dengan kajian dan metode yang dipergunakan. Dalam

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

penulisan laporan ini, peneliti melakukan bimbingan secara berkala baik dengan
dosen pembimbing I maupun dosen pembimbing II.

F. Analisis Data
Analisis data merupakan sebuah proses tindak lanjut dari pengolahan data.
Data yang sudah diolah sedemikian rupa kemudian dianalisis dan diklasifikasikan
menjadi kelompok khusus sesuai dengan jenis datanya sehingga dihasilkan data
yang tersusun secara sistematis.

Bogdan (Sugiyono, 2011: 334) menyatakan

bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari , dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Dalam tahap ini, data yang didapatkan selama proses penelitian yang
menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi pustaka, diklasifikasikan
menjadi sub-sub kecil. Pengklasifikasian tersebut dilakukan untuk mempermudah
dalam pemilihan materi atau data untuk ditelaah lebih lanjut dan kemudian di tulis
dalam bentuk laporan. Analisis data yang peneliti lakukan merupakan proses
berfikir dalam menentukan hubungan antara data yang didapatkan dilapangan
dengan teori yang dipergunakan untuk kemudian dikaji melalui kajian
etnokoreologi.
Pada dasarnya proses analisis data ini dilakukan ketika penelitian di
lapangan berlangsung bersamaan dengan pengumpulan data. Selain itu, analisis
juga dilakukan pada saat pra penelitian terhadap data-data hasil observasi awal.
Analisis ini meliputi sejauh mana data tersebut dapat menunjang terhadap
penilitian yang dilakukan. Dalam analisis pra penelitian peneliti menemukan
beberapa fakta baru yang menyebabkan terjadi perubahan terhadap fokus
penelitian. Akan tetapi fakta tersebut menjadi pijakan baru bagi penulis untuk
melakukan tahapan penelitian selanjutnya. Paparan yang sama mengenai analisis

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

pra penelitian dikemukakan juga dalam salah satu sumber yang menyatakan
bahwa analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun
demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang
setelah peniliti masuk dan selama di lapangan (Sugiyono, 2011: 336).
Sistem analisis data yang dipergunakan oleh peneliti merupakan
triangulasi. Triangulasi merupakan sistem analisis data yang menggabungkan data
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penggunaan triangulasi peneliti
maksudkan untuk memperoleh data yang lebih akurat karena dengan teknik ini
data yang telah didapatkan secara otomatis akan diuji menggunakan teknik lain
secara serempak. Misalkan ketika penulis melakukan wawancara kepada
narasumber mengenai struktur gerak Tari Srikandi-Mustakaweni, kemudian
ditindak lanjuti dengan observasi secara langsung pada saat latihan serta
dipadukan dengan teknik dokumentasi. Dengan demikian selain mendapatkan
data secara lisan dari narasumber peneliti juga bisa langsung melakukan analisis
yang ditunjang dengan data hasil dari penggunaan teknik observasi dan
dokumentasi. Teknik triangulasi juga digunakan pada proses pengambilan datadata lainnya, untuk kemudian pada akhirnya secara tidak langsung didapatkan
data yang sudah teruji kredibilitasnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
sebagai berikut.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi , maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012: 330).
Proses analisis tersebut dilakukan setelah data yang dimaksud berhasil
dikumpulkan serta dibandingkan secara terpadu. Terpadu disini artinya dalam
proses analisis selain menggunakan triangulasi juga disertai dengan interpretasi
dari peneliti.

Samsul Aripin, 2013


Kajian Etnokoreologi Terhadap Tari Wayang Srikandi-Mustakaweni
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai