https://www.academia.edu/8788990/43_Kajian_Kebijakan_Kurikulum_SMP
UPLOADED BY
Fikri Zarman
KATA PENGANTAR
Pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, PeraturanPemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
menengah menuntut cara pandangyang berbeda tentang pengembangan
dan pelaksanaan kurikulum. Dulu, pengembangan kurikulumdilakukan oleh
pusat dalam hal ini Pusat Kurikulum sedangkan pelaksanaannya dilakukan
oleh
satuan pendidikan. Kini, kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan. Kondisi demikian memungkinkan adanya
perbedaan muatan dan pelaksanaan kurikulum antara satu sekolah
dengansekolah lainnya.Pengembangan kurikulum yang dilakukan langsung
oleh satuan pendidikan memberikan harapan tidak adalagi permasalahan
berkenaan dengan pelaksanaannya. Hal ini karena penyusunan kurikulum
satuan pendidikan seharusnya telah mempertimbangkan segala potensi dan
keterbatasan yang ada.Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi,
proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaandan penilaian pendidikan. Dua dari dari kedelapan
standar nasional pendidikan tersebut, yakni standar isi (SI) dan standar
kompetensi lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan
dalammengembangkan kurikulum.Standar isi adalah ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentangkompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yangharus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.Sebagai acuan, standar isi masih perlu ditelaah.
Penelaahan dimaksudkan untuk memperoleh informasitentang ada-tidaknya
rumusan pada standar isi yang menimbulkan permasalahan bila digunakan
untukmengembangkan kurikulum. Sebagai naskah, kurikulum yang telah
dikembangkan oleh satuan
pendidikan juga perlu ditelaah. Penelaahan terhadap naskah kurikulum dima
dankelemahan standar isi SMP ditinjau dari pelaksanaannya maupun isi dan
kesimpulantentang naskah standar isi dan implementasinya yang hasilnya
dapat memberikan saran bagi pembuat kebijakan tentang
pendidikan.Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan kajian teoritis tentang
kurikulum, kajian naskahstandar isi dan kajian empiris implementasi standar
isi. Pengkajian standar isi mencakup:kerangka dasar, struktur kurikulum,
beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,dan kalender pendidikan.
Seluruh aktivitas pengkajian dilakukan melalui penugasanindividual yang
dilanjutkan dengan diskusi dengan melibatkan guru, kepala
sekolah, pengawas, dan dosen dari UNJ serta UPI.Temuan yang didapatkan
pada pengkajian standar isi yakni: komponen pada SI belummencerminkan
secara utuh sebagai komponen yang membangun kerangka dasarkurikulum,
terminologi penamaan kelompok mata pelajaran menimbulkan
kerancuan pemaknaan, urgensi pengelompokkan mata pelajaran kurang kok
oh, rumusan prinsip pelaksanaan kurikulum masih terlalu umum, penetapan
alokasi setiap mata pelajaran belum didukung oleh pemetaan substansi yang
membangun body of knowledge setiapmata pelajaran, informasi tentang
muatan lokal; pengembangan diri; substansi IPA terpadudan IPS terpadu
serta jam praktikum yang tertera pda struktur kurikulum belum jelas, beban
belajar belum mengakomodasi kebutuhan jam praktikum beberapa mata
pelajaran, program sks belum dilengkapi dengan suplemennya, alokasi wakt
u maksimum padakalender pendidikan 55 minggu melebihi jumlah minggu
pertahun, komposisi mingguefektif belajaar pada semester ganjil dan genap
belum diatur.Rekomendasi dari hasil pengkajian adalah dokumen standar isi
perlu direvisi
meliputi: penambahan komponen fundamental pada kerangka dasar, pelurus
an konsep kelompokmata pelajaran, memperjelas rumusan prinsip
pengembangan dan prinsip pelaksanaankurikulum, menyusun peta
materi/topik/konsep mata pelajaran untuk menetapkan alokasiwaktunya,
informasi lebih operasional tentang muatan lokal; pengembangan diri;
substansiIPA terpadu dan IPS terpadu, menetapkan jam praktikum secara
lebih operasional, pendistribusian minggu efektif untuk semester ganji dan
semester genap.
iii
DAFTAR ISI
HalPengantar 1Abstrak
3Daftar Isi 4Bab I Pendahuluan 5A. Latar Belakang 6B. Tujuan 6C. Ruang Ling
kup 6Bab II Landasan 7A. Landasan Yuridis 7B. Landasan Teoritis 9Bab III Tem
uan Kajian dan Pembahasan 21A. Kajian Dokumen 21B. Kajian Lapangan 25C
. Pembahasan Temuan Kajian Dokumen dan Lapangan 26Bab IV Kesimpulan
dan Rekomendasi 32A. Kesimpulan 32B. Rekomendasi Jangka Pendek 33C. Re
komendasi Jangka Panjang 34
1
aran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs dilaksanakan melaluimuatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan
dan/atau teknologi informasi, serta muatan lokalyang relevan, ayat (4): kelompok mata pelajaran
estetika pada SMP/MTsdilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan
budaya,keterampilan, dan muatan lokal yang relevan; ayat (5): kelompok mata
pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan ada SMP/MTs dilaksanakan melalui muatandan/atau
kegiatan pendidikan jasmani, olah raga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan
muatan lokal yang relevanPasal 8; ayat (1): Kedalaman muatan kurikulum SMP/MTs dituangkan dalamkompetensi pada setiap tingkat dan atau semester sesuai Standar NasionalPendidikan
dan ayat (2): Kompetensi terdiri atas standar kompetensi dankompetensi dasar.Pasal 10; Beban
BelajarAyat (1): Beban belajar SMP/MTs menggunakan jam pembelajaran setiap minggusetiap
semester dengan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiritidak terstruktur sesuai
kebutuhan dan ciri khas masing-masing, ayat (3):Ketentuan beban belajar, jam pembelajaran,
waktu efektif tatap muka,
dan persentase beban belajar setiap kelompok mata pelajaran ditetapkan denganPeraturan
Menteri berdasarkan usulan BSNP.Pasal 11; ayat (1): Beban belajar untuk SMP/MTs dinyatakan
dalam satuan kreditsemester (SKS), ayat (4) : Beban belajar minimal dan maksimal bagi
SMP/MTsyang menerapkan sistem SKS ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkanusul
dari BSNP.Pasal 12; ayat (2) : Beban belajar efektif per tahun ditentukan dengan
PeraturanMenteri berdasarkan usulan BSNP.Pasal 13; ayat (1): Kurikulum untuk SMP/MTs
dapat memasukkan pendidikankecakapan hidup ayat (2): Pendidikan kecakapan hidup mencakup
kemampuan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional, ayat(3):
Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikankelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaranilmu pengetahauan dan teknologi,
pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, pendidikan kelompok mata pelajaran pendidikan
jasmani, olah raga dan kesehatan,ayat (4): Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta
didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan non formal yang
sudahmemperoleh akreditasi.
5Pasal 14; ayat (1): Kurikulum SMP/MTs dapat memasukkan pendidikan berbasiskeunggulan
lokal, ayat (2): Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat
merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidika
n kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahauan dan teknologi, pendidikankelompok mata pelajaran estetika,
pendidikan kelompok mata pelajaran
pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan, dan ayat (3): Pendidikan berbasis keunggulanlokal
dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan ataudari satuan
pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.Pasal 17; ayat (1): Kurikulum tingkat
satuan pendidikan SMP/MTs dikembangkansesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.Pasal 18;
ayat (1): Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, mingguefektif belajar, waktu
pembelajaran efektif dan hari libur, ayat (2): hari libur
dapat berbentuk jeda tengah semester selama-lamanya satu minggu dan jeda antarsemester, ayat
(3): Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan diatur lebihlanjut dengan Peraturan
Menteri.
lebih bermutu dalam penataannya, baik dari pengelolaanya, sumber daya manusia,fasilitas,
maupun kualitas lulusannya.
2. Esensi Karakteristik Pendidikan Dasar
Peningkatan kualitas penyelenggaraan sistem pendidikan dasar di masa depan memerlukan
berbagai input pandangan, antara lain: gagasan
tentang pendidikan dasar masa depan. Sehubungan dengan pendidikan masa depantersebut,
Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui UNESCO telah membentuk sebuahKomisi Internasional
tentang Pendidikan untuk Abad XXI (The InternationalCommision on Education for the TwentyFirst Century), yang diketuai olehJacques Delors. Komisi melaporkan hasil karyanya dengan
judul Learning: TheTreasure Within (1996). Komisi memusatkan pembahasannya pada
satu pertanyaan pokok dan menyeluruh, yaitu: jenis pendidikan apakah yang diperlukanuntuk
masyarakat masa depan?. Rekomendasi dan gagasan Komisi tersebut
tentang pendidikan masa depan, khususnya pendidikan dasar merupakan salah satu inputyang
dapat dijadikan pertimbangan dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar diindonesia.Komisi
Pendidikan untuk Abad ke 21 melihat bahwa pendidikan dasar masadepan merupakan sebuah
paspor untuk hidup. Pendidikan dasar untuk anakdibataskan sebagai pendidikan awal (formal
atau nonformal) yang pada
prinsipnya berlangsung dari dari usia sekitar 3 (tiga) tahun sampai dengan sekurang-kurangnya
berusia 12 sampai 15 tahun. Pendidikan dasar sebagai sebuah pasporyang sangat diperlukan
individu untuk hidup yang mampu memilih apa yangmereka lakukan, mengambil bagian dalam
bangunan masa depan secara kolektif,dan terus menerus belajar (Delors, 1996:118). Dengan
demikian, pendidikan dasarmemberikan sebuah surat jalan yang sangat penting bagi setiap
orang, tanpakecuali untuk memasuki kehidupan dalam masyarakat setempat, dan
masyarakatdunia, termasuk di dalamnya lembaga satuan pendidikan. Pendidikan dasar
sangat berkaitan dengan kesamaan untuk memperoleh kesempatan pendidikan yang layakdan
bermutu. Oleh karena itu, pendidikan dasar sangat erat dengan hak azasimanusia. Hal ini sejalan
dengan Deklarasi Beijing tentang Perempuan yang antaralain menyatakan sebagai berikut:
7
Pendidikan adalah hak azasi manusia dan sebuah alat yang pokok untuk mencapaitujuan
memperoleh kesamaan, perkembangan, dan perdamaian. Pendidikan yangtidak diskriminatif
memberikan keuntungan baik bagi anak-anak perempuanmaupun anak laki-laki, dan dengan
demikian pada akhirnya membantu untukmencapai hubungan yang mempunyai kesamaan yang
lebih besar antara perempuandengan laki-laki. Kesamaan dalam kemudahan mendapatkan dan
mencapai
mutu pendidikan adalah perlu apabila lebih banyak perempuan harus menjadi agen perubahan. P
erempuan yang melek huruf merupakan sebuah kunci penting untukmeningkatkan kesehatan,
gizi, dan pendidikan dalam keluarga dan untukmemberdayakan perempuan untuk berpatisipasi
dalam pengambilan keputusandalam masyarakat. Investasi dalam pendidikan formal dan
noformal serta latihan bagi para gadis dan perempuan, dengan hasil sosial dan ekonomi yang
sangat tinggi,telah terbukti menjadi salah satu cara pencapaian perkembangan dan
pertumbuhanekonomi yang dapat diandalkan.
Pada tahap awal, pendidikan dasar berusaha mengecilkan berbagai perbedaanyang alami dari
berbagai kelompok masyarakat, seperti: perempuan, penduduk pedesaan, orang miskin di kota,
minoritas etnik yang bersifat marginal, anak yangtidak bersekolah dan anak yang bekerja.
Dalam membangun pendidikan di masa depan perlu dirancang sistem pendidikan yang
dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Sistem
pendidikan yang dibangun tersebut perlu berkesinambungan dari pendidikan prasekolah,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Dalam menghadapi harapan dan tantangan di masa depan, pendidikan merupakan sesuatu
yang sangat berharga dan dibutuhkan. Pendidikan di masa depan memainkan peranan yang
sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Usaha untuk
mengembangkan manusia berkualitas yang siap menghadapi berbagai tantangan di dalam
kehidupan harus dimulai sedini mungkin melalui pendidikan. Salah satu dimensi yang tidak bisa
dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan nasional di masa depan adalah kebijakan
mengenai kurikulum.
Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Menurut Mutu pendidikan yang
tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan
tidak selalu tertinggal bahkan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
semua warga negara Indonesia.
Kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan bukan lagi bersumber pada sumber daya
alam, tetapi pada keunggulan seni budaya lokal yang tidak dimiliki bangsa lain. Agar lulusan
pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu
nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu dirancang sedini mungkin. Hal ini
harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan cara seperti ini lembaga
pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya terhadap kepentingan
peserta didik. Segala kegiatan yang bertujuan untuk mendidik siswa selanjutnya diterjemahkan
dalam bentuk mata pelajaran - mata pelajaran yang keseluruhannya memberikan pengalaman
belajar yang bermakna dan bervariasi bagi siswa.
Pengalaman belajar di sekolah mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang saling menghargai, berempati, ulet untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.. Siswa
dikondisikan untuk melakukan aktivitas mengapresiasi, berkreasi dan mengaplikasikan seluruh
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah diperolehnya untuk memecahkan masalah dan
membuat terobosan-terobosan model baru dengan gagasan yang baik di sekolahnya.
Seni budaya memberikan sumbangan kepada siswa agar berani dan siap bangga akan
budaya bangsa sendiri dan menyokong dalam menghadapi tantangan masa depan adalah mata
pelajaran seni budaya. Hal ini dikarenakan kompetensi dalam mata pelajaran ini merupakan
bagian dari pembekalan life skill kepada siswa. selain itu Kajian keseluruhan kegiatan
pembelajaran seni budaya yang merupakan aplikasi dari mata pelajaran lain dalam menghasilkan
suatu produk/karya yang dibuat langsung oleh siswa dapat membuat siswa semakin merasakan
manfaat memperoleh pengala-man estetis dalam berkarya. Seni budaya merupakan mata
pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam berbagai pengalaman
apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata
yang bermanfaat langsung bagi kehidupan siswa.
Dalam mata pelajaran Seni budaya, siswa melakukan interaksi terhadap benda-benda
produk kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungan siswa, dan kemudian berkreasi
menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi, secara sistematis, sehingga
diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apre-siatif dan pengalaman kreatif. Orientasi
mata pelajaran Seni budaya adalah memfasilitasi pengalaman emosi, intelektual, fisik, konsepsi,
sosial, estetis, artistik dan kreativitas kepada siswa dengan melakukan aktivitas apreasiasi dan
kreasi terhadap berbagai produk benda di sekitar siswa yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, mencakup antara lain ; jenis, bentuk, fungsi, manfaat, tema, struktur, sifat, komposisi,
bahan baku, bahan pembantu, peralatan, teknik kelebihan dan keterbatasannya. Selain itu siswa
juga melakukan aktivitas memproduksi berbagai produk benda kerajinan maupun produk
teknologi misalnya dengan cara meniru, mengembangkan dari benda yang sudah ada atau
membuat benda yang baru.
Berdasarkan paparan di atas, maka dianggap perlu segera dilakukan upaya untuk
membahas dan mengkaji kembali dokumen dan berdasarkan informasi yang berkembang bahwa
kurikulum secara keseluruhan khususnya mata pelajaran seni budaya dari jenjang SD & MI
sampai SMA & MA Karena berdasarkan hasil kajian dokumen dan kajian lapangan terbukti
bahwa revisi standar isi kurikulum perlu dilakukan, untuk untuk menyempurnakan berbagai
kelemahan yang ada.