Anda di halaman 1dari 45

SKENARIO III

LUKA LAMA SEMBUH


Tn. Ms usia 60 tahu seorang pensiunan PNS, oleh keluarganya dia di bawa ke
UGD dengan keluhan luka telapak kaki kanan. Keluarga klien mengatakan Tn. Ms
tertusuk tulang ikan sejak 2 bulan yang lalu. Semakin hari luka di kaki klien
semakin melebar dan berbau busuk. Pada saat dilakukan pengkajian klien
mengatakan dirinya terus merasa lemah karena tiap malam tidurnya terganggu
karena sering terbangun kencing. Klien mengatakan dirinya sering merasa haus
dan lapar. Keluarga klien mengatakan berat badan klien semakin hari semakin
merosot. Hasil pemeriksaan GDS: 370 mg/dl.
1. KLARIFIKASI ISTILAH PENTING
-

GDS: (gula darah sewaktu) adalah hasil pengukuran tanpa pertimbangan


waktu dan tanpa berpuasa terlebih dahulu.

2. KATA KUNCI
-

Semakin hari luka di kaki klien semakin melebar dan berbau busuk.
Malam tidurnya terganggu karena sering terbangun kencing
Sering haus dan lapar
BB klien semakin merosot
GDS: 370 mg/dl

3. MIND MAP
diabetes
mellitus

LUKA
SUSAH
SEMBUH

cushing
syndrome

diabetes
insipidus

diabetes mellitus

cushing syndrome

diabetes insipidus

Definisi: Sindrom Cushing


Definisi:
Definisi: Diabetes
Diabetes
merupakan dampak dari
melitus
merupakan
Insipidus merupakan
aktivitas adrenokortikal
sekumpulan
gangguan
suatu gangguan pada
yang berlebihan, dan bukan
metabolik yang ditandai
lobus posterior kelenjar
karena kekurangan aktivitas
dengan
peningkatan
hipofisis yang ditandai
adrenokortikal.
kadar glukosa darah
dengan defisiensi
Etiologi: akibat obat
(hiperglikemia)
akibat
hormon antidiuretik
kortikosteroid dosis tinggi
kerusakan pada sekresi
(ADH) vasopresin.
dalam waktu lama. akibat
insulin, kerja insulin,
Etiologi:
produksi kortisol didalam
atau keduanya . (Brunner
tubuh yang berlebihan. Hal
Manifestasi Klinis:
ini terjadi akibat produksi
& Suddarth 2013)
Pouliria: Pengeluaran
hormon ACTH yang
etiologi:
urine encerDiabetes
yang
Penyakit
Diabetes
Cushing
berlebihan
dari
kelenjar
DM tipe I: genetik,
banyak
setiap
harinya
hipofisa.
imunologi
(autoimun),
(berat jenisinsipidus
1,001
Gejala
mellitus
syndrome

Hal
ini
dapat
disebabkan
lingkungan (mis. virus)
oleh:
Luka
sejakII:2disebabkan
bulan lalu; luka
di kaki

sampai 1,005). DM Tipe


Polidipsia: Pasien terus
1. Hiperplasia Adrenal
oleh kegagalan relative
menerus merasa haus,
2. Tumor
kelenjar hipofisa
klien
semakin
melebar dan
berbau
sel beta
dan resistensi
minum 2 sampai 20

3.Tumor
Ektopik
insulin. Faktor resiko
liter cairan sehari,

4.
Gangguan
primer
kelenjar
busuk
yang
berhubungan
disertai keinginan
adrenal
dengan proses terjadinya
Lemah

untuk minum air


- yang

5.Sindrom
chusing
diabetes tipe II : usia,
dingin.
alkoholik.
Tiap
malamriwayat
tidurnya
karena

obesitas,
danterganggu
manifestasi klinis:
Pouliria terus berlanjut
keluarga
Henti pertumbuhan,
walaupun tanpa
terbangun
sering
manifestasi
klinis:kencing
penambahan berat badan
Sering
merasapolidipsia,
haus.

- penggantian cairan.

poliuria,
dan obesitas.

jika diabetes insipidus


polifagia.
-keletihan
dan

Gambaran
klasik:
obesitas
Sering
merasa perubahan
lapar

- yang dialami kelemahan,


tipe sentral.
berat
badan klien secara
semakin hari
semakin

- merupakan keturunan,
pandangan
kelemahan
dan kelesuan
gejala primernya dapat
mendadak,
sensasi
Katabolisme protein yang
muncul saat kelahiran.
merosot
kesemutan atau kebas di
berlebihan.
tangan
atau
kaki,
kulit
Retensi natrium dan air,
GDS: 370 mg/dl

kering, lesi kulit atau


menyebabkan hipertensi dan
luka yang lambat sembuh
gagal jantung.
atau infeksi berulang
Tampilan "moon face", kulit
4. PERTANYAAN
PENTINGberminyak dan berjerawat.
-diabetes tipe 1 dapat
disertai
dengan
peningkatan kerentanan
terhadap infeksi.
penurunan BB atau mual,
1)muntah,
Mengapa
mengeluh
tentang luka
telapak kaki kanan?
Hiperglekimia
atau di
diabetes
ataupasien
nyeri
yang nyata.
- diabetes
tipe 2 hari luka
2)lambung
Mengapa
semakin
di kaki klien semakin melebar dan berbau
Virilisasi pada wanita
mengakibatkan
(karena kelebihan
komplikasi
jangka
busuk?
androgen).
panjang
apabila
tidak
3)deteksi
Mengapa
klien terus menerus
ingin
kencing
pada malam hari?
Perubahan
terjadi
pada alam
selama bertahunperasaan
aktivitas
4)tahun
Mengapa klien terus merasa
hausdan
dan
lapar?

mental.
5) Mengapa berat badan pasien
terus merosot turun?
6) Apa hubungan hasil pemeriksaan GDS pasien dengan kondisi pasien yang

sekarang?

5. JAWABAN PERTANYAAN
1) Luka di kaki pasien disebabkan oleh tusukan tulang ikan semenjak 2 bulan
yang lalu. Luka tersebut terus melebar dan berbau busuk sehingga

menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Luka yang tidak kunjung


sembuh tersebut diakibatkan karena pasien menmpunyai kadar glukosa
darah yang tinggi dalam tubuhnya, yang menyebabkannya menampilkan
gejala seperti luka yang berbau busuk, lemah, sering kencing di malam hari,
sering merasa haus dan lapar, dan berat badan yang semakin hari semakin
merosot. (KMB 2, 2013)
2) Berbeda dengan luka-luka biasa pada kulit, luka pada individu dengan kadar
glukosa darah yang tinggi terjadi akibat gangguan pada fungsi dan produksi
kadar insulin dalam tubuh. Di dalam tubuh pasien, kadar gula darah
meningkat secara drastis dan melebihi produksi batas normal. Akibatnya,
kadar gula Tersebut akan menumpuk dalam luka pada penderita diabetes
melitus. Gula yang berlebihan tersebut membuat luka menjadi sangat sulit
disembuhkan, apalagi ditambah produksi gula darah yang terus diproduksi
oleh organ tubuh. Luka akan diperparah oleh bakteri dan jamur yang
bercampur dalam infeksi yang membuat luka cepat membusuk dan
menyebar ke bagian tubuh yang lainnya. (lukadiabetes, 2015)
3) Orang dengan diabetes melitus tak terkontrol memiliki tingkat glukosa yang
tinggi dalam tubuh dimana ginjal mencoba menyingkirkannya. Tapi
kelebihan glukosa di dalam ginjal menarik air keluar dari tubuh melalui
osmosis, sehingga pengeluaran urin menjadi lebih banyak. (Sunda Al Jabar,
2013)
4) Pakar diabetes Prof Dr dr Sri Hartini KS Kariadi, SpPD, KEMD menjelaskan
jika kadar gula darah dalam tubuh seseorang tinggi, maka glukosa yang
tidak bisa dimetabolisme akan ikut terbuang melalui urine. Hal ini
menyebabkan urine menjadi lebih kental sehingga membutuhkan air untuk
mengencerkannya. Air yang digunakan diambil dari dalam tubuh. Akibatnya
tubuh akan mengalami dehidrasi sehingga membutuhkan banyak minum.
Dehidrasi intrasel juga merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan
rasa haus. (Vera, 2010)

Ketika insulin yang memadai tidak melekat pada reseptor, sel-sel tubuh
tidak memperoleh energi apapun. Hal ini mungkin disebabkan oleh
resistensi insulin, dimana insulin tidak lagi bekerja sebagaimana mestinya
atau sel-sel tidak merespon insulin dengan baik, dan mungkin karena
adanya kerusakan gen yang mengkode reseptor insulin pada sel.
Karenanya, sel-sel itu mengirimkan suatu pesan lapar ke otak. Otak
merespons pesan tersebut dengan memberi anda suatu rasa lapar yang
berlebihan. Kendati makan lebih banyak, glukosa yang diperoleh dari
makanan tidak dapat digunakan untuk energi karena dilepaskan semuanya
melalui urine. (gejaladiabetes, 2013)
5) Ketidaksediaan glukosa di dalam sel juga mengakibatkan terjadinya
glukoneogenesis secara berlebihan. Sel-sel hati akan meningkatkan
produksi glukosa dari substrat lain, salah satunya adalah

merombak

protein. Asam amino hasil perombakan ditransaminasi sehingga dapat


menghasilkan substrat atau senyawa antara dalam pembentukan glukosa.
Peristiwa ini berlangsung terus menerus karena insulin yang membatasi
glukoneogenesis sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Glukosa yang
dihasilkan kemudian akan terbuang melalui urine. Akibatnya, terjadi
pengurangan jumlah glukosa pada jaringan otot dan jaringan adiposa
secara signifikan. Secara umum, kurangnya energi pada sel-sel
mengakibatkan rasa lemah dan lemah, juga dengan ketiadaan insulin, selsel itu tidak bisa memperoleh energi. Karenanya, energi diperoleh dari
lemak dan otot-otot. Ketika energi diperoleh dari lemak dan otot, anda
akan kehilangan berat badan, bahkan jika anda makan cukup banyak untuk
memuaskan rasa lapar. (gejaladiabetes, 2013)
6) Normal GDS adalah 70 124 mg/dL. Sedangkan pemeriksaan pada kasus
GDSnya 370 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

kadar gula darah pada pasien dan pasien tersebut terindikasi mengidap
penyakit diabetes mellitus.

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


1) Untuk mengetahui penatalaksanaan dalam penyembuhan luka
2) Untuk mengetahui faktor resiko dari diabetes mellitus
3) Untuk mengetahui rekomendasi terapi nutrisi pada orang dewasa dengan
penyakit diabetes
4) Untuk mengetahui pencegahan luka
5) Untuk mengetahui senam kaki untuk menghindari komplikasi luka
diabetes
7. INFORMASI TAMBAHAN
1)

Menurut jurnal yang berjudul using negative pressure therapy in


wound healing dikatakan bahwa terapi luka tekanan negative dapat
digunakan dalam penyembuhan luka akut, kronik, luka pasca bedah,
cangkok kulit tertutup, dan luka abdomen terbuka. Tidak seperti perawatan
dan balutan, ini memiliki fakta yang relative baik berdasarkan keefektifan
demonstrasi yang efektif, tetapi ada beberapa hal yang mempunyai
kontraindikasi dan situasi yang perlu perhatikan.
Tekanan negative (suction) di pakai pada dasar luka menggunakan
foam dan kasa medium. Keuntungan dari terapi tekanan negative
mempertinggi

penyembuhan

dan

pembentukan

granulasi

jaringan

(Othman,2012), mengurangi penggantian balutan bila dibandingkan


dengan balutan konvensional lainnya, mengurangi waktu perawatan,
mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas hidup. Treatment ini berguna
untuk membantu dalam penyembuhan dengan cara menyediakan
lingkungan

yang

lembab

dan

mengeluarkan

cairan

interstitial,

meningkatkan granulasi jaringan, angiogenesis, dan perfusi jaringan. Hal


ini juga mengakibatkan fluktuasi dalam aliran darah yang mungkin dapat
berguna dalam pasien yang mengalami compromised vascularity.

2)

Menurut jurnal tujuan pemberian terapi nutrisi pada pasien dengan


diabetes mellitus adalah untuk mempromosikan dan menyediakan pola
makan yang sehat, dengan menekankan pada variasi nutrisi dengan jumlah
yang tepat. Dalam rangka untuk meningkatkan kesehatan yang
diklasifikasikan dalam:
a. Mencapai kadar glikemik, tekanan darah, dan lemak yang normal.
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Menghambat atau menghentikan komplikasi dari diabetes
ada beberapa terapi nutrisi yang direkomendasikan bagi penderita diabetes
mellitus antara lain ditinjau dari:
-

Pola makan: variasi dari pola makan (kombinasi dari beberapa


makanan atau grup makanan) yang diterima oleh menejemen diabetes.
Pilihan personal (mis. Tradisi, kultur, agama, kepercayaan, dan
ekonomi) dan capaian metabolisme harus diperhatikan ketika

merekomendasikan pola makan.


Karbohidrat: untuk kesehatan yang lebih baik, perawat harus
menyarankan karbohidrat yang didapat dari sayuran, buah, kacang
polong dan produk yang mengandung susu daripada pemasukan
karbohidrat dari makanan-makanan yang mengandung lemak, gula,

atau sodium.
Indeks glikemik dan muatan glikemik: menggantikan makanan yang
mengandung glikemik rendah dengan makanan yang mengandung

glikemik tinggi dapat meningkatkan control glikemik.


Protein: untuk orang dengan diabetes mengurangi jumlah protein
dibawah normal sangat tidak direkomendasikan karena dapat
mengubah

kadar

glikemik.

Pada

penderita

diabetes

tipe

II

mengonsumsi protein dapat meningkatkan kadar insulin tanpa


-

meningkatkan konsentrasi glukosa plasma.


Asam lemak Omega-3: memakan makanan yang mengandung asam
lemak omega-3 (EPA dan DHA) dan ALA sangat direkomendasikan

untuk orang yang menderita diabetes karena keuntungannya yang


dapat meningkatkan glikoprotein dan mencegah dari penyakit jantung.
3)

Pada jurnal terapi oksigen hiperbarik adalah terapi yang dilakukan


pada suatu ruang hiperbarik dengan penggunaan 100% oksigen pada
tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Kondisi ini akan memicu
meningkatnya

fibroblast

dan

angiogenesis

yang

menyebabkan

neovaskularisasi jaringan luka, sintesis kolagen, dan peningkatan efek


fagositik leukosit. Kemudian akan terjadi peningkatan dan perbaikan aliran
darah mikrovaskular. Penggunaan oksigen hiperbarik dalam terapi, antara
lain luka akibat insufusiensi vaskuler, luka akibat trauma, luka akibat
radiasi, dan luka bakar. Luka akibat insufusiensi vaskuler bermanifestasi
pada luka yang sulit sembuh, contohnya pada ulkus diabetes mellitus.
Pada kasus ini, terapi oksgen hiperbarik akan menstimulasi faktor
pertubuhan seperti VEGF untuk merangsang neovaskularisasi pada daerah
yang nekrosis atau tertutup edema.
4)

Menurut jurnal, berdasarkan pengolahan dan analisis data diketahui


hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga menderita DM dengan
kejadian DM. Dapat diketahui pula bahwa jumlah yang memiliki riwayat
keluarga menderita DM lebih banyak pada kelompok kasus. Pendugaan
faktor risiko riwayat keluarga dengan DM diperoleh probabilitas untuk
terjadinya DM pada orang dengan tidak ada riwayat keluarga menderita
DM dan ada riwayat keluarga adalah lebih kurang 1 banding 4 dengan
asumsi sekitar 73% kasus DM dapat dicegah dengan memperhatikan
faktor risiko adanya riwayat keluarga menderita DM. Salah satu kelompok
yang berisiko tinggi menderita DM jika ada salah satu yang mempunyai
keturunan baik pada orang tuanya atau kakeknya, saudaranya dan lain-lain
yang menderita DM. Faktor risiko keluarga lain adalah mereka yang
melahirkan anak di atas 4 kg (gestasional DM).

Berdasarkan pengolahan dan analisis data diketahui terdapat hubungan


yang bermakna antara pengetahuan tentang DM dengan kejadian DM.
Dapat diketahui bahwa jumlah yang memiliki pengetahuan tidak baik lebih
banyak pada kelompok kontrol. Pendugaan faktor risiko pengetahuan
responden tentang DM diperoleh bahwa OR sebesar 0,13 dengan asumsi
probabilitas untuk terjadinya DM pada orang dengan pengetahuan baik
tentang DM lebih tinggi daripada pengetahuan yang kurang baik tentang
DM yaitu PAR diperoleh nilai sebesar 6,7 (pengetahuan sebagai faktor
protektif). Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan merupakan
salah satu penyebab tingginya angka kasus suatu penyakit.
Pengetahuan bisa diperoleh melalui upaya promosi kesehatan. Promosi
kesehatan yang meliputi pendidikan kesehatan, faktor ekonomi dan
lingkungan

mendukung

terbentuknya

perilaku

sehat

dan

dapat

menurunkan faktor risiko DM. Ketidaktahuan seseorang tentang sesuatu


dalam hal ini tentang DM tentunya akan meningkatkan risiko orang
tersebut untuk menderita DM. Pada kenyataannya hasil temuan
menemukan

bahwa

pada

kelompok

kasus

lebih

banyak

yang

berpengetahuan baik dari pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan


karena sebagian besar penderita DM (kelompok kasus) sudah menderita
DM selama bertahun-tahun, sehingga mereka mencari sumber sumber
informasi tentang DM.
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diketahui tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian DM. Dapat
diketahui bahwa jumlah yang memiliki pola makan tidak sehat sedikit
lebih banyak pada kelompok kasus. Pendugaan faktor risiko pola makan
diketahui bahwa OR sebesar 1,06 yang artinya probabilitas untuk
terjadinya DM pada orang dengan pola makan tidak sehat dan pola makan
sehat adalah lebih kurang sama atau 1 banding 1. Selanjutnya dari nilai
PAR diketahui sekitar 6% kasus DM dapat dicegah dengan menghilangkan
faktor risiko adanya pola makan yang tidak sehat. Pola makan (dietary

habits) yang tidak sehat, seperti makan-makanan yang berlebihan atau


kelebihan zat-zat nutrisi seperti karbohidrat merupakan faktor risiko untuk
terjadi DM.
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diketahui tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara pola kepribadian dengan kejadian DM.
Dapat diketahui pula bahwa jumlah yang memiliki kepribadian tipe A lebih
banyak pada kelompok kasus. Pendugaan faktor risiko pola kepribadian
responden diperoleh bahwa OR sebesar 50,4 yang artinya probabilitas
untuk terjadinya DM pada orang dengan tipe kepribadian A/B dan B dan
tipe kepribadian A adalah lebih kurang 1 banding 50 dimana dari nilai PAR
diperoleh sekitar 98% (kasus DM dapat dicegah dengan menghilangkan
faktor risiko adanya pola kepribadian tipe A). Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa orang dengan aktivitas fisik yang kurang dan
mengalami stres psikososial serta individu dengan gaya hidup yang
agresif, selalu berkompetisi (type A personality) atau biasa juga disebut
dengan sedentary person merupakan faktor risiko menderita DM (prediabetic risk factor).
5)

Menurut jurnal, pencegahan komplikasi diabetes meliputi luka


diabetes penting sekali dilakukan yang dapat dicapai dengan control gula
darah, pengetahuan tentang faktor resiko untuk berkembangnya ulkus kaki
diabetic dan menginspeksi kaki secara teratur. Hal ini bertujuan untuk
mendeteksi luka dan memberikan perawatan tepat pada waktunya.
(Holt,2013)
Smelzer dan Bare (2002); misnadiarly (2006); dan sumber-sumber
lainnya menjelaskan beberapa tindakan prevented untuk mencegah
timbulnya luka dan ganggren diabetic:
-

pengendalian glukosa darah: control gula darah sangat penting untuk


menghindari penurunan resistensi terhadap infeksi dan mencegah
neuropati diabetic.

penggunaan alas kaki: penggunaan sepatu pada pasien DM tidak boleh


sembarangan. Sepatu tersebut mengikuti bentuk kaki pasien untuk
mencegah trauma pada kaki. Tinggi hak sepatu sebaiknya dibawah 5
cm. penggunaan sandal dan sepatu secara bergantian, sandal dapat
dipakai saat berada di dalam rumah dan memakai sepatu saat

berpergian keluar.
merawat kuku kaki: perawatan kuku kaki pasien DM sebaiknya setelah
mandi sehingga menolong kuku, kuku menjadi lembut. Hindari

memotong kuku dengan alat-alat tajam dan berhati-hati.


perawatan kaki: perawatan kaki meliputi perhatian dan pemeriksaan
pada kondisi kaki pasien DM serta pemakaian pelindung kaki agar kaki
tidak ada lepuh, kemerahan, fisura, kalus, atau ulserasi akibat terkena
trauma. Kaki harus dicuci bersih setiap hari. kemudian dikeringkan.
Pasien DM harus menghindari berjalan dengan kaki telanjang/ tanpa

alas kaki.
pertolongan pertama (P3K): pertolongan pertama dimaksudkan agar
luka tidak terinfeksi. Apabila kaki terluka, bersihkan luka di bawah air
mengalir. Kemudian oleskan krim antiseptic dan balut dengan perban

atau balutan.
mendapat penyuluhan untuk mengurangi faktor resiko, seperti
konseling tentang kebiasaan merokok dan kenaikan lemak darah yang

dapat mempengaruhi timbulnya kelainan vaskuler perifer.


melakukan senam kaki : senam kaki berguna untuk membantu
memperkuat otot-otot kecil kaki. Karena syaraf kaki yang terganggu
atau rusak akibat diabetes.

6)

Dalam jurnal, menurut laporan dari beberapa tempat di Indonesia,


angka kejadian dan komplikasi DM cukup tersebar sehingga bisa
dikatakan sebagai salah satu masalah nasional yang harus mendapat
perhatian lebih. Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus yang
sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot), yang dapat bermanifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan gangren dan artropati Charcot
(Reptuz, 2009; dikutip Andarwanti, 2009). Ada dua tindakan dalam prinsip

10

dasar pengelolaan diabetic foot yaitu tindakan pencegahan dan tindakan


rehabilitasi. Tindakan pencegahan meliputi edukasi perawatan kaki, sepatu
diabetes dan senam kaki (Yudhi, 2009).
Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau
bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki (Soebagio, 2011). Gerakangerakan senam kaki ini dapat memperlancar peredaran darah di kaki,
memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kaki dan mempermudah
gerakan sendi kaki. Dengan demikian diharapkan kaki penderita diabetes
dapat terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita
diabetes (Anneahira, 2011).

8. KLARIFIKASI INFORMASI
a) Using negative pressure therapy in wound healing
Author Heidi;Grothier, Lorraine
Nursing Times; Sep 4-Sep 10, 2012; 108, 36; ProQuest Nursing & Allied
Health Source pg. 16
b) Nutrition Therapy Recommendations for the Management of Adults With
Diabetes
Alison B. Evert, MS, RD, CDE;Jackie L. Boucher, MS, RD, LD, CDE;
Marjorie Cypress, PhD, C-ANP, CDE; Stephanie A. Dunbar, MPH, RD;
Marion J. Franz, MS, RD, CDE; Elizabeth J. Mayer-Davis, PhD, RD;
Joshua J. Neumiller, PharmD, CDE, CGP, FASCP; Robin Nwankwo,
MPH, RD, CDE; Cassandra L. Verdi, MPH, RD; Patti Urbanski, MEd,
RD, LD, CDE; and William S. Yancy Jr., MD, MHSC
Volume 37, Supplement 1, January 2014
c) oksigen hiperbarik: terapi percepatan penyembuhan luka
Adityo Wibowo
Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, 2015
d) Faktor-faktor resiko pasien diabetes mellitus
11

Zahtama dkk.
Berita kedokteran masyarakat, volume 23, no 3 hal 142-143, 2007
e) Gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota
keluarga pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, Ciputat Timur
Suci Rahma Wardani
Faculty of medicine and health sciences school of nursing syarif
hidayatullah state Islamic university of Jakarta, thesis 2015
f) Pelatihan Senam Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya
Pencegahan Komplikasi Diabetes Pada Kaki (Diabetes Foot)
Rostika Flora, Hikayati, Sigit Purwanto
Jurnal Pengabdian Sriwijaya, 2013.

9. ANALISA DAN SINTESA


1)

Pada kasus diatas pasien mengalami luka yang tindak kunjung sembuh
sejak 2 bulan yang lalu. Selain itu dikatakan pula bahwa lukanya melebar
dan berbau busuk. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak mengetahui
cara yang tepat dalam menangani luka tersebut. Dalam terapi penyembuhan
luka terbaru terdapat metode dengan menggunakan terapi tekanan negative
seperti yang di lansir dalam jurnal Using negative pressure therapy in
wound healing. Tekanan negative (suction) di pakai pada dasar luka
menggunakan foam dan kasa medium. Keuntungan dari terapi tekanan
negative mempertinggi penyembuhan dan pembentukan granulasi jaringan
selain itu terapi ini mengurangi waktu perawatan, mengurangi biaya, dan
memperbaiki kualitas hidup. Treatment ini berguna untuk membantu dalam
penyembuhan dengan cara menyediakan lingkungan yang lembab dan
mengeluarkan

cairan

interstitial,

meningkatkan

granulasi

jaringan,

angiogenesis, dan perfusi jaringan. Namun di dalam jurnal ini, tidak


dikatakan secara spesifik bahwa terapi tekanan negative ini dapat digunakan
pada luka seperti pada kasus diatas.
Selain terapi tekanan negative terdapat pula penyembuhan luka modern
dengan menggunakan oksigen hiperbarik. Menurut jurnal oksigen
hiperbarik: terapi percepatan penyembuhan luka oksigen hiperbarik dapat
mempercepat penyembuhan luka. Kondisi ini akan memicu meningkatnya
12

fibroblast dan angiogenesis yang menyebabkan neovaskularisasi jaringan


luka, sintesis kolagen, dan peningkatan efek fagositik leukosit. Kemudian
akan terjadi peningkatan dan perbaikan aliran darah mikrovaskular.
Penggunaan oksigen hiperbarik dalam terapi, antara lain luka akibat
insufusiensi vaskuler, luka akibat trauma, luka akibat radiasi, dan luka
bakar. Luka akibat insufusiensi vaskuler bermanifestasi pada luka yang sulit
sembuh, contohnya pada ulkus diabetes mellitus. Terapi oksigen hiperbarik
digunakan bersamaan dengan debridement luka, penutupan luka dan control
kadar gula darah, serta pemberian antibiotic secara tepat sasaran. Penjelasan
ini dapat dijadikan referensi bagi klien untuk membantu penyembuhan luka
yang dialami olehnya.
2)

Dari keluhan-keluhan klien yang telah didapatkan, banyak tanda dan


gejala yang menunjukkan bahwa klien mengidap penyakit diabetes mellitus
ditunjang pula oleh data dimana luka pasien tak kunjung sembuh. Namun,
tidak ada penjelasan mengenai hal-hal yang telah dilakukan oleh klien itu
dalam mengatasi keluhannya tersebut. Salah satu penatalaksanaan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi/mengontrol kadar gula darah yang
berlebihan ini adalah dengan me-managemen nutrisi. Di dalam jurnal
Nutrition Therapy Recommendations for the Management of Adults With
Diabetes ada beberapa rekomendasi pemenuhan nutrisi antara lain
pengaturan Pola makan, pemenuhan karbohidrat dari produk makanan
seperti yang didapat dari sayur, buah, kacaang-kacangan dan lain
sebagainya. Konsumsi protein juga harus ditingkatkan untuk menopang
berat badan yang terus menurun dan juga energy yang diambil dari protein
tubuh. Asam lemak Omega-3 dan pengaturan indeks glikemik juga
tercantum dalam rekomendasi nutrisi dan masih banyak lagi rekomendasirekomendasi yang bisa di lakukan oleh penderita diabetes dalam mengatur
kadar gula darah

3)

Pada jurnal dikatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan


berhubungan dengan Diabetes Melitus, antara lain umur (diatas dari 45
tahun), riwayat keluarga yang mengidap DM, serta tingkat pendidikan dan

13

pengetahuan. Pada jurnal dikatakan bahwa usia lebih dari 45 tahun adalah
kelompok usia yang berisiko menderita DM. Lebih lanjut dikatakan bahwa
DM merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh
(degeneratif) terutama gangguan organ pangkreas dalam menghasilkan
hormon insulin, sehingga DM akan meningkat kasusnya sejalan dengan
pertambahan usia.
Pada kasus diatas, mungkin saja salah satu faktor yang mempengaruhi
pasien mendapatkan penyakit tersebut adalah umurnya yang rentan. Pada
skenario tidak dikaji faktor riwayat keluarga yang mengidap DM, tapi
penderita juga memungkinkan untuk mendapatkannya dari keluarga pasien.
Tingkat pengetahuan dan pendidikan juga mempengaruhi tingkat kadar
glukosa darah penderita. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan
merupakan salah satu penyebab tingginya angka kasus suatu penyakit.
Pengetahuan bisa diperoleh melalui upaya promosi kesehatan. Promosi
kesehatan yang meliputi pendidikan kesehatan, faktor ekonomi dan
lingkungan mendukung terbentuknya perilaku sehat dan dapat menurunkan
faktor risiko DM.
Pada kasus dikatakan bahwa pasien adalah seorang pensiunan PNS.
Pensiunan PNS memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan yang cukup
tinggi bila dibandingkan dengan orang biasa. Namun pasien memiliki kadar
glukosa darah tinggi, hal ini membuktikan bahwa pasien tidak mendapat
pengetahuan yang cukup tentang Diabetes Melitus. Kesimpulannya, tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang tinggi tidak membuat pasien terbebas dari
penyakit tersebut.
4)

Klien mengeluh luka yang dideritanya didapatkan akibat tertusuk tulang


ikan, hal ini membuktikan bahwa klien kurang pengetahuan ataupun kurang
perduli pada keselamatan kaki. selain itu, klien juga tidak tahu bahwa
dirinya terindikasi mengidap diabetes mellitus sehingga lukanya tidak
kunjung sembuh. Untuk itu klien tersebut dapat diberikan intervensi berupa
edukasi mengenai pencegahan luka diabetes agar terhindar dari kejadian
yang sama. Menurut thesis dari Suci Rahma Wardani yang berjudul

14

Gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota


keluarga pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, Ciputat Timur
ada beberapa cara untuk mencegah luka diabetes yaitu dengan pengendalian
glukosa darah: control gula darah sangat penting untuk menghindari
penurunan resistensi terhadap infeksi dan mencegah neuropati diabetic.
- penggunaan alas kaki: penggunaan sepatu pada pasien DM tidak boleh
sembarangan. Sepatu tersebut mengikuti bentuk kaki pasien untuk
mencegah trauma pada kaki. Tinggi hak sepatu sebaiknya dibawah 5
-

cm.
perawatan kaki: perawatan kaki meliputi perhatian dan pemeriksaan
pada kondisi kaki pasien DM serta pemakaian pelindung kaki agar kaki
tidak ada lepuh, kemerahan, fisura, kalus, atau ulserasi akibat terkena
trauma. Kaki harus dicuci bersih setiap hari. kemudian dikeringkan.
Pasien DM harus menghindari berjalan dengan kaki telanjang/ tanpa

alas kaki.
pertolongan pertama (P3K): pertolongan pertama dimaksudkan agar
luka tidak terinfeksi. Apabila kaki terluka, bersihkan luka di bawah air
mengalir. Kemudian oleskan krim antiseptic dan balut dengan perban

atau balutan.
mendapat penyuluhan untuk mengurangi faktor resiko, seperti
konseling tentang kebiasaan merokok dan kenaikan lemak darah yang

dapat mempengaruhi timbulnya kelainan vaskuler perifer.


melakukan senam kaki : senam kaki berguna untuk membantu
memperkuat otot-otot kecil kaki. Karena syaraf kaki yang terganggu
atau rusak akibat diabetes.

5)

Pada jurnal dikatakan bahwa senam kaki berguna untuk mencegah


terjadinya luka pada penderita diabetes, namun pada kasus pasien dan
keluarga mengeluh bahwa luka yang didaptkan sudah melebar dan berbau
busuk. Dalam hal ini senam kaki berguna untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut pada luka ini yaitu nekrosis atau kematian jaringan, dengan cara
memperbaiki sirkulasi darah dan memperlancar peredaran darah di kaki.
Sehingga jaringan di kaki akan terus mendapat pasokan oksigen yang

15

cukup. Selain itu senam kaki juga berguna untuk melatih otot-otot kecil di
kaki, sehingga komplikasi pasien mengalami masalah persarafan di kaki
akan berkurang.
Perawat sebagai salah satu tim kesehatan, selain berperan dalam
memberikan edukasi kesehatan juga dapat berperan dalam membimbing
pasien untuk melakukan senam kaki sampai dengan penderita dapat
melakukan senam kaki secara mandiri.

10. LAPORAN DISKUSI


1) Definisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya . (Brunner &
Suddarth 2013)
2) Etiologi

DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran selsel beta pancreas yang disebabkan oleh :
- Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic
-

kearah terjadinya diabetes tipe I


Faktor imunologi (autoimun)
Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang menimbulkan estruksi beta


DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
tipe II : usia, obesitas, riwayat dan keluarga. Hasil pemeriksaan
glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu
(Sudoyo Aru,dkk 2009)
- <140 mg/dl : normal
- 140-<200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu

16

>200 mg/dl : diabetes (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma


2015)

17

3) Patofisiologi
Faktor
genetic,
infeksi virus, imunogenik, umur, obesitas, pola hidup
Kasus
III

Kerusakan sel

Ketidakseimbangan produksi insulin

Gula dlm darah tidak dpt masuk ke sel

Anabolisme protein

hiperglikemia

glukosuria

diuresis

Kerusakan pd antibodi

Poliuri polidipsi. nokturia Kekebalan tubuh


Sel kurang bahan utk metabolisme

Invasi bakteri
Kekurangan volume cairan
Merangsang hipothalamus
Luka melebar dan busuk

Pusat lapar
Kerusakan integritas kulit
polifagia

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

18

4) Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus adalah :
Poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak,
sensasi kesemutan atau kebas di tangan atau kaki, kulit kering,lesi

kulit atau luka yang lambat sembuh, atu infeksi berulang.


Awitan diabetes tipe I dapat di sertai dengan penurunan berat badan

mendadak atau mual, muntah, atau nyeri lambung


Diabetes tipe II disebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif
dan berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan mengakibatkan
komplikasi jangka panjang apabila diabetes tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun (mis: penyakit mata, neuropati perifer, penyakit
vaskuler perifer). Komplikasi dapat muncul sebelum diagnosis yang

sebenarnya di tegakkan.
Tanda dan gejala ketoasidosis diabetes (DKA) mencakup nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, dan napas berbau buah. DKA
yang tidak tertangani dapat menyebabkan perubahan tingkat
kesadaran, koma, dan kematian.
(Brunner & Suddarth 2013)

5) Komplikasi
a. Komplikasi akut terterjadi akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
dalam jangka waktu pendek dan mencakup berikut :
Hipoglikemia
DKA
HHNS

b. Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan


diabetes melitus. Komplikasinya mencakup berikut :
Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar) : memengaruhi
sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah
otak.

19

Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah kecil) : memengaruhi


mata (retinopati) dan ginjal(nefropati) : kontrol kakadar gula darah
untuk menunda atau mencegah awitan komplikasi mikrovaskular

maupun makrovaskular.
Penyakit neuropatik: memengaruhi saraf sensori motorik dan
otonom serta berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti
impotensi dan ulkus kaki.
(Brunner & Suddarth 2013)

6) Pemeriksaan Diagnostic
a. kadar glukosa
gula darah sewaktu/ random > 200 mg/dl
gula darah puasa/ nuchter > 140 mg/dl
gula darah 2 jam PP (post orandial) >200 mg/dl
b. aseton plasma hasil (+) mencolok
c. asam lemak bebas peningkatan lipid dan kolesterol
d. osmolaritas serum (>330 osm/l)
e. urinalisis proteinuria, ketonuria, glukosuria(Andra; Yessie, 2013)
7) Penatalaksanaan
Tujuannya dari penatalaksanaan DM adalah
Jangka panjang : mencegah komplikasi
Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM

Penatalaksanaan DM:
a. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan persatuan Dietetik Amerika
merekomendasikan = 50-60% kalori yang berasal dari :
Karbohidrat : 60-70%
Protein
: 12-20%
Lemak
: 20-30%
b. Obat hipoglikemik oral (OHO)
Sulfonilurea
Biguanid
Inhibator a glukosidae

20

Insulin sensiting agent


c. Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju
metabolisme istrihat, dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan
tubuh.
d. Pemantuan
e. Terapi (jika diperlukan)
f. Pendidikan (Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep & Ns. Yessie Mariza
Putri, S.kep 2013)

KONSEP KEPERAWATAN
1) Pengkajian
1. Data demografi.
a. Biodata pasien
Nama pasien
: Tn. Ms
Umur
: 60 tahun
Agama
: Tidak dikaji
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status
: Tidak dikaji
Pendidikan
: Tidak dikaji
Pekerjaan
: PNS
Suku bangsa
: Tidak dikaji
Alamat
: Tidak dikaji
Tanggal masuk
: Tidak dikaji
Tanggal pengkajian : Tidak dikaji
2. Status kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Alasan masuk rumah sakit :
Di bawa ke UGD dengan keluhan luka di telapak kaki kanan.
Keluhan utama :
Luka lama sembuh
Riwayat keluhan utama :

21

Keluarga klien mengatakan Tn. Ms tertusuk tulang ikan sejak 2


bulan yang lalu. Semakin hari luka di kaki klien semakin melebar
dan berbau busuk.
b. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang pernah diderita
: tidak dikaji
Pernah dirawat
: tidak dikaji
Alergi
: tidak dikaji
Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol) : tidak dikaji
c. Riwayat kesehatan keluarga
: tidak dikaji
d. Diagnosa medis
: Diabetes Mellitus
3. Pola kebutuhan dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
: Tidak dikaji
2) Pola nutrisi-metabolik
Sebelum sakit
: Tidak dikaji
Saat sakit
: BB klien semakin
hari semakin merosot
3) Pola eliminasi
- BAB
Sebelum sakit
Saat sakit
- BAK
Sebelum sakit
Saat sakit

: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: sering BAK saat

malam hari
4) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas
Sebelum sakit
Saat sakit
5) Pola kognitif dan persepsi
6) Pola konsep diri
7) Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit
Saat sakit
sering terbangun kencing.
8) Pola peran hubungan
9) Pola seksual-reproduksi
Sebelum sakit
Saat sakit
10) Pola toleransi stress-koping
11) ; Pola nilai kepercayaan
4. Pengkajian fisik
1) Keadaan umum

22

: lemah
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: terganggu
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji

karena

Semakin hari luka di kaki klien semakin melebar dan berbau


busuk. merasa lemah karena tiap malam tidurnya terganggu
karena sering terbangun kencing. sering merasa haus dan lapar.
berat badan klien semakin hari semakin merosot.
2) Tanda-tanda vital
a. TD
: tidak dikaji
b. Suhu
: tidak dikaji
c. Nadi
: tidak dikaji
d. RR
: tidak dikaji
3) Pemeriksaan diagnostic
GDS: 370 mg/dl

2) Analisa Data
No.
1.

Data
DS :
-

Etiologi
Faktor genetic, infeksi
tiap

malam

tidurnya

virus, pengrusakan

terganggu karena sering


-

imunogenik, umur,

kencing
Haus

obesitas.

DO:
-

Kerusakan sel

BB menurun

Ketidakseimbangan
produksi insulin

Gula dalam darah tidak


dapat dibawa masuk ke
dalam sel

Hiperglikemia

Dieresis

Poliuri polidipsi

23

Diagnose keperawatan
Kekurangan volume cairan


Kekurangan volume
2.

cairan
Faktor genetic, infeksi

DS:
-

klien

mengatakan

dirinya

terus

lemah

karena

malam

merasa
tiap

virus, pengrusakan

kurang

imunogenik, umur,

tubuh

obesitas.

tidurnya

terganggu karena sering

Kerusakan sel

kencing
sering merasa haus dan

lapar.
BB klien semakin hari

Ketidakseimbangan
produksi insulin

semakin merosot.

Gula dalam darah tidak

DO:
-

dapat dibawa masuk ke

GDS: 370 mg/dl

dalam sel

Hiperglikemia

Glukouria

Sel kurang bahan untuk


metabolism

Merangsang
hypothalamus

Pusat lapar

Polifagia

24

Ketidakseimbangan nutrisi
dari

kebutuhan

Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
3.

kebutuhan tubuh
Faktor genetic, infeksi

DS:
-

Tertusuk

tulang

ikan

virus, pengrusakan
imunogenik, umur,

sejak 2 bulan lalu


Luka semakin lebar &

obesitas.

berbau

DO:

Kerusakan sel

Ketidakseimbangan
produksi insulin

Gula dalam darah tidak


dapat dibawa masuk ke
dalam sel

Anabolisme protein

Kerusakan pada antibody

Kekebalan tubuh

Invasi bakteri

Luka melebar dan busuk

Kerusakan integritas
kulit

25

Kerusakan integritas kulit

3) Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan (00027) Domain: 2 nutrisi Kelas: 5 hidrasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Domain : 2 nutrisi kelas : 1 makan
3. Kerusakan
integritas
kulit

(00046),

keamanan/perlindungan kelas : 2 cedera fisik

26

Domain

11

4) Rencana Keperawatan

No Dx Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
(00027)
Domain: 2 nutrisi kelas: 5
hidrasi
Definisi: Penurunan cairan
intravaskular, interstitial, atau
intrasel
Batasan Karakteristik:
DS :
- Haus
- BB turun
DO: Faktor yang berhubungan:
-

Kehilangan cairan
aktif

NOC
NIC
Rasiona;
- Keseimbangan elektrolit Observasi
Observasi
1. Fluid Monitoring
1. Fluid Monitoring:
asam-basa:
- Kaji riwayat intake dan
- Memberikan
Keseimbangan elektrolit
output cairan
perkiraan
akan
dan non-elektrolit dalam
- Kaji
turgor
kulit
cairan
pengganti,
komponen intrasel dan
dengan
cara
fungsi ginjal dan
ekstrasel tubuh
menggenggam
ketidakefektifan
- Keseimbangan
cairan:
jaringan pada area
terapi
Keseimbangan air dalam
tulang seperti tangan,
- Bila saat dilepaskan,
kompartemen
intrasel
cubit dengan pelan dan
warna kulit tidak
dan ekstrasel tubuh
tahan selama beberapa
kembali
seperti
- Hidrasi: Jumlah air dalam
detik
sebelum
semula,
komponen intrasel dan
melepaskannya
kemungkinan pasien
ekstrasel tubuh yang
- Monitor intake dan
mengalami dehidrasi
adekuat
ouput
- Status Nutrisi: Asupan
2. Vital Signs Monitoring
2. Vital Signs Monitoring:
makanan dan cairan:
- Monitor tekanan darah,
Hipovolemia
dapat

27

Jumlah

makanan

dan

cairan yang masuk ke


dalam

tubuh

selama

periode 24 jam

denyut

nadi,

tubuh

dan

suhu
status

respirasi
3. Neurologic Monitoring
- Monitor
gangguan
penglihatan

Kekurangan

cairan teratasi
Memiliki konsentrasi Mandiri

urine yang
Tindak
mengalami
yang

volume

tidak

normal
Menampilkan

3. Neurologic Monitoring:
Kehilangan cairan dapat

haluaran

seimbang

dalam 24

jam
Memiliki

asupan

cairan oral dan/atau

4. Electrolyte Management
- Berikan diet yang tepat
untuk pasien dengan
(kaya

potassium,

rendah

sodium,

rendah

karbohidrat)
5. Fluid Management
- Berikan intake oral
- Distribusi pemasukan
intake selama 24 jam

28

seseorang

Mandiri

elektrolit
yang

pada

(contoh: kabur, dll)

ketidakseimbangan

keseimbangan asupan
dan

hipotensi dan takikardi

penglihatan

dengan

berpengaruh

Kriteria Hasil:

haus

ditandai

4. Elektrolit Management:
Berguna agar elektrolit
di dalam tubuh pasien
berada

dalam

status

normal
5. Fluid Management:
- Agar
dehidrasi
pasien tidak menjadi
-

lebih buruk
Hal ini berguna
untuk mengatasi rasa

intravena yang adekuat

Berikan

terapi

untuk
ekstraseluler

IV

haus terus menerus

rehidrasi

pada pasien, tanpa

(Ringer

meningkatkan

laktat), dan rehidrasi

keinginan

intraseluler (ex: 5%

buang air kecil terus

dextrose atau 0.45%

dan

sodium klorida)
Pertahankan
jumlah

mengakibatkan

benar

6. Hipovolemia Management:
Mengembangkan

volume

menerus

hilangnya

intake dan output yang

untuk
dan

banyak

cairan.
Mempertahankan
hidrasi

volume

sirkulasi

cairan intravaskular pada


pasien

yang

mengalami

penurunan cairan

6. Hipovolemia
Management:
Kehilangan

cairan

intravaskular

dapat

membuat

29

seseorang

beresiko
Kolaborasi

mengalami

syok hipovolemik

7. Medicatiton Management:
- Kolaborasikan dengan
dokter

tentang

Kolaborasi
7. Medication

pemberian obat untuk


mengurangi

poliuria

(pemberian ADH)

Management:
ADH
berfungsi
untuk
mempertahankan

Health Education
8. Anjurkan

pasien

jumlah urine yang


untuk

keluar dalam jumlah

menginformasikan perawat

normal

bila haus
-

(intake=output)
Tipe dan jumlah
cairan

tergantung

pada

derajat

kekurangan

cairan

dan respons pasien


secara individual

30

Health Education
8. Agar
2.

Ketidakseimbangan
Kurang

dari

Nutrisi

Tubuh (00002)
Domain : 2 nutrisi kelas : 1
makan
Definisi: Asupan nutrisi tidak
cukup

untuk

Nutritional

Energy
Nutritional

Status:

untuk mengubah kebiasaan

Biochemical Measures
Weight: Body Mass
Knowledge: Healthy

Diet
Eating Disorder Self-

makan
2. Pantau nilai laboratorium
3. Manajemen nutrisi (NIC):
- Pantau
kandungan

Control
Knowledge:

memenuhi

kebutuhan metabolik

Eating

Batasan Karakteristik
DS :
- Lemah
- Haus
- Lapar
- Berat badan semakin

tidak akan mau untuk


mengubah

catatan asupan
Timbang pasien pada

interval yang tepat


Kaji pilihan makanan
pasien

kimiawi tubuh dalam


rentan

31

dan

jumlah
kalori

yang telah diterima

4. Nutrition Management:
- Bantu atau sediakan

GDS 370 mg/dl

atau
nutrisi

(NIC):
- Mengetahui

Mandiri :

DO :

normal

tidak
3. Manajemen

nutrisi

hari semakin merosot

kebiasaan

makannya
2. Untuk melihat kadar

nutrisi dan kalori pada

Disorder Management

tercegah

dari dehidrasi
Status: Observasi :
Observasi :
1. Tentukan motivasi pasien 1. Tanpa motivasi, pasien

Kebutuhan

pasien

klien
Untuk

mengetahui

asupan makanan dan

berat

badan

klien

cairan diet seimbang

pada

waktu

yang

Faktor yang berhubungan :


-

Atur

jadwal

diet
-

(menyediakan

Ketidakmampuan

makanan

mengabsorpsi nutrien

tinggi,

menigkatkan

kalori,

mengurangi

atau
kadar

dengan

mudah

gula,
atau

meningkatkan

sesuai

keinginan klien
Mandiri:
4. Nutrisi management:
- Membantu keluarga

vitamin, mineral dan

dank

suplemen)

menyediakan asupan

5. Diet Staging
- Tawarkan

makanan dan cairan


jadwal

makan menjadi 6 kali


sehari dalam jumlah
yang
-

sedikit,

bila

dibutuhkan.
Ajarkan pasien untuk
mempelkan jadwal diet

32

dilakukan

menyediakan

menurunkan

pemenuhan

nutrisi klien dapat

berprotein

pengganti

tepat
Agar

klien

dalam

yang seimbang
Untuk
menyeimbangkan

diet nutrisi klien


5. Diet staging
- Untuk meringankan
kerja tubuh dalam
proses metabolism

di

samping

tidur,

yang

tempat

mengingat makanan

dalam bentuk chart,

maupun cairan yang


di konsumsi tiap hari
6. Teaching:
Prescribed

6. Teaching: Prescribed diet:


Siapkan

pasien

untuk

mengikuti diet yang telah


ditentukan secara benar
7. Hiperglikemia
Management:
- Sediakan
dalam

diet:

agar

untuk

melakukan

diet

seimbang

guna
asupan

nutrisinya.
bantuan

menyesuaikan

mengobati

7. Hiperglikemia
management:
- Untuk
membantu

hiperglikemia (contoh:

pasien

menaikkan

mengalami

insulin)
Tingkatkan

klien

termotivasi

meningkatkan

kebiasaan hidup untuk

kadar
intake

cairan secara oral

33

Agar pasien selalu

dibuat

dll.

yang

kekurangan

kadar

insulin

dalam

menyesuaikan

Kurangi latihan ketika

kebiasaan hidup agar

kadar glukosa dalam

hiperglikemianya

darah

teratasi.
Untuk

melebihi

dari
-

250 mg/dl.

mengganti

cairan tubuh yang


8. Eating

Disorder

Management:

Batasi

jumlah

sesuai

makanan

schedule diet
9. Berikan terapi IV
10. Sediakan infomasi
berupa

tulisan

baik

pemberian

obat-obatan
dengan

baik dan benar.


11. Exercise Promotion
Kolaborasi :

34

tubuh berlebihan.
8. eating

menentukan

disorder

management:
mengontrol
nutrisi

agar

untuk
asupan
tidak

berlebihan
9. membantu klien yang
sulit

12. Diskusikan dengan ahli gizi


dalam

cairan

maupun
tentang

mandiri,

gula darah berlebih.


Mencegah
pengeluaran

visualisasi
secara

keluar akibat kadar

mengonsumsi

dalam bentuk oral


10. mengurangi
tingkat

kebutuhan protein pasien

ansietas

pasien

yang

mengenai

proses

mengalami

ketidakadekuatan
protein

atau

asupan

kehilangan

protein
13. Rujuk ke program gizi di

pengobatan

yang

dijalani.
11. Mempromosikan
bentuk-bentuk

latihan

komunitas yang tepat, jika

yang akan membantu

pasien tidak dapat membeli

proses metabolism

atau menyiapkan makanan


adekuat
14. Manajemen nutrisi (NIC):
Tentukan

dengan

melakukan

kolaborasi

bersama

gizi,

ahli

jika

diperlukan, jumlah kalori

12. Agar perhitungan kalori


dan

asupan

diterima

dengan kebutuhan klien


13. Agar klien tetap dapat
memenuhi

dibutuhkan

untuk

melalui

memenuhi

kebutuhan
dengan

yang

seimbang

dan jenis zat gizi yang

nutrisi
15. Konsultasikan

35

Kolaborasi:

nutrisinya

bantuan

dari

komunitas disekitarnya.
14. Manajemen
nutrisi
(NIC):

menyesuaikan

dokter tentang pemberian

kondisi

obat

intake nutrisi yang akan

(pemberian

injeksi

insulin)

pasien

diberikan

dalam

memenuhi
Health Education:
16. Ajarkan

metode

untuk

perencanaan makan
17. Manajemen nutrisi (NIC):
Berikan
tepat

informasi

yang

normal

dan

bagaimana

penderita

memenuhinya
18. Medication Management:
- Ajarkan pasien dan

mellitus.

keluarga,

cara

baik dan benar, efek


samping

serta

mendapatkan
yang digunakan

cara
obat

agar

dapat

mengatasi glukosa yang


berlebihan

pemberian obat yang

36

insulin yang kurang dari

kebutuhan

atau

kebutuhan

klien.
15. Untuk mengatasi kadar

tentang

nutrisi

dan

pada
diabetes

Health education:
16. Agar klien memahami
perencanaan

makan

yang dibuat
17. Manajemen

nutrisi

(NIC): untuk menambah


pengetahuan

klien

19. Hiperglikemia management


- Anjurkan pasien untuk
memonitoring

kadar

glukosa darah secara


-

mandiri
Bantu pasien dalam

dalam
nutrisi
18. Medication

management:
- untuk menghindari
kegagalan

dalam

menginterpretasikan

medikasi

GDS
Ajarkan pasien tentang

penggunaan dan efek

manajemen
seperti

diabetes,

penggunaan

insulin, memonitoring
intake

management:
- Agar klien
mengetahui
-

dan kapan ketika harus


mencari
kesehatan
profesional,
baik dan benar
.

dalam

dapat
kadar

glukosanya sendiri
Agar
klien
mengetahui batasan-

bantuan

batasan GDS normal

oleh
dengan

baik

sampingnya
19. Hyperglikemia

cairan,

mengganti karbohidrat,

37

pemenuhan

manusia
Agar klien
secara
memantau

dapat
mandiri

kesehatannya
terutama

dalam

mengatur kadar gula


darah

dan

mencari
kesehatan

juga
bantuan
saat

kesehatannya
menurun.
3.

Kerusakan Integritas Kulit


(00046)

Domain

11

keamanan/perlindungan kelas
: 2 cedera fisik
Definisi : Kerusakan pada
epidermis dan/atau dermis
Batasan Karakteristik :
DS :
- Luka di telapak kaki
-

kanan
Luka di kaki klien

Respons

Alergi: Observasi
Obsrevasi
1. Kaji
luka
terhadap
1. untuk mengetahui
Setempat:
Tingkat
karakterisitik berikut:
tingkat
keparahan
keparahan
respons
- Lokasi,
luas
dan
dari luka baik itu
hipersentivitas
imun
kedalaman
lokasi
ataupun
setempat
terhadap
- Adanya dan karakter
kedalaman luka
antigen
lingkungan
eksudat,
termasuk
- Untuk mengetahui
(eksogen) tertentu
kekentalan, warna dan
banyaknya eksudat
Akses Hemodialisis :
bau
yang
meyebabkan
keberfungsian area akses
- Ada
atau
tidaknya
warna dan bau yang
dialisis
jaringan
nekrotik.
Integritas
jaringan:
terjadi pada luka
Deskripsikan
warna,
38

semakin melebar dan

Membran mukosa dan

berbau busuk

kulit: Keutuhan struktural

DO :
-

Cedera kimiawi kulit


(Luka

tusuk

tulang

dicapai

ikan sejak 2 bulan


-

yang lalu)
Gangguan

oleh

sel

diabetes

melitus , dll)
Gangguan

metabolisme
Usia ekstrem (tua)

setelah
yang
luka:

Sekunder:
regenerasi
jaringan

Tingkat
yang

oleh

saat

sel

pada

telah

palpasi,

pruritus,

indurasi,

hangat,

bau

busuk,

eskar

dan

eksudat)
Ada
atau

Untuk

memastikan

terjadi

kematian

sebagian

(misalnya,

perluasan

diharapkan
Penyembuhan

dicapai

dan

luka

edema,

telah

penutupan

(akibat cedera medula


spinalis,

yang

jaringan
sensasi

nyeri

Tingkat

regenerasi

infeksi

setempat

dan membran mukosa


Penyembuhan
luka:
Primer:

bau, dan banyaknya.


Ada atau tidaknya tandatanda

dan fungsi fisiologi kulit

Faktor yang berhubungan :


-

jaringan

pada

sekitar

luka

yang

menyebabkan

bau busuk dan warna


-

eksudat yang kental


Untuk mengetahui
terjadi infeksi pada

tidaknya
luka

ke

luka setempat
Untuk mengetahui

jaringan di bawah kulit

terjadinya perluasan

dan

luka dan penyebab

pembentukan

saluran sinus

lainnya

yang

dan

mengakibatkan

luka Mandiri:

perluasan luka

terbuka

2. Surveilans

kulit:

dibawah

Kumpulkanan dan analisis

kulit

data

pembentukan saluran

pasien

untuk

mempertahankan integritas
39

jaringan

ke

sinus

hingga

kulit dan membran mukosa Mandiri


3. Perawatan Luka: Cegah
2.
Untuk mengetahui
komplikasi
luka
dan
kualitas
dalam
meningkatkan
mempertahankan
penyembuhan luka
integritas kulit dan
4. Pemberian
obat:
membran mukosa
Persiapkan, berikan, dan
3. Untuk
mencegah
evaluasi ketidakefektifan
adanya komplikasi
obat
yang akan terjadi
4. Untuk mengetahui
Kolaborasi:

adanya efek samping

5. Konsultasikan

pada

ahli

yang dirasakan klien

gizi tentang makanan tinggi

pada saat di berikan

protein,

obat

mineral,

kalori,

dan vitamin)
6. Konsultasikan pada dokter
tentang

implementasi

pemberian makanan dan


nutrisi
parenteral

40

enteral

atau
untuk

Kolaborasi
5. Untuk

mengganti

asupan

gizi

protein,mineral,kalor
i, dan vitamin yang
hilang

meningkatkan

potensi

penyembuhan luka.
7. Perawatan Luka (NIC):
Gunakan

unit

TENS

(transcutaneous eletctrical
nerve) untuk peningkatan
proses penyembuhan luka,
jika perlu.
8. Kolaborasikan

dengan

dokter untuk memberikan


terapi

hiperbarik

sesuai

dengan kadar oksigen yang


diperlukan

dalam

penyembuhan luka.

6. Untuk

pemenuhan

makanan atau nutrisi


yang

diberikan

dengan cara tabung


ditempatkan
hidung

di

nutrisi

enteral atau melalui


pembuluh

darah

( nutrisi parenteral )
7. Untuk meningkatkan
penyembuhan luka
8. Untuk
memenuhi
kebutuhan

oksigen

dalam jaringan yang


hilang

Health Education:

Health education

9. Mengajarkan

untuk

mencuci

luka

menggunakan air hangat


dan sabun yang lembut,

41

9. Agar

pasien

dan

keluarga mengetahui
perwatan
mandiri

luka

atau dengan menggunakan


NaCl
10. Ajarkan

pasien

tentang

jenis sepatu yang bisa dan


tidak bisa digunakan.

10. Untuk
iritasi

yang

akan

terjadi

dan

tidak

dapat menyebabkan
tingkat
luka

42

mencegah

keparahan

DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).
Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth Edition. USA: Elsevier.
Herdman, P. R., & Kamitsuru, P. R. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcome Classification (NOC) Measurement of Health Outcomes Fifth
Edition. USA: Elsevier.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Jogjakarta: Media Action.
Smelztzer, S. C. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi
12. Jakarta: EGC.
Taylor, C. M., & Ralph, S. S. (2014). Diagnosis Keperawatan dengan Rencana
Asuhan. Jakarta: EGC.
Wijaya, S. N., & Putri, S. N. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: NuMed.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 9. Jakarta: EGC.
Mengenal penyebab gejala luka pada penderita diabetes melitus dan cara
penanganannya

http://lukadiabetes.com/mengenal-penyebab-gejala-luka-

pada-penderita-diabetes-melitus/

43

Penyakit yang menyebabkan kita sering buang air kecil pada malam hari.
www.asgar.or.od/berita-kesehatan-kita-sering-buang-air-kecil-padamalam-hari/
Using negative pressure therapy in wound healing
Author Heidi;Grothier, Lorraine
Nursing Times; Sep 4-Sep 10, 2012; 108, 36; ProQuest Nursing & Allied
Health Source pg. 16
Nutrition Therapy Recommendations for the Management of Adults With
Diabetes
Alison B. Evert, MS, RD, CDE;Jackie L. Boucher, MS, RD, LD, CDE;
Marjorie Cypress, PhD, C-ANP, CDE; Stephanie A. Dunbar, MPH, RD;
Marion J. Franz, MS, RD, CDE; Elizabeth J. Mayer-Davis, PhD, RD; Joshua
J. Neumiller, PharmD, CDE, CGP, FASCP; Robin Nwankwo, MPH, RD,
CDE; Cassandra L. Verdi, MPH, RD; Patti Urbanski, MEd, RD, LD, CDE;
and William S. Yancy Jr., MD, MHSC
Volume 37, Supplement 1, January 2014
oksigen hiperbarik: terapi percepatan penyembuhan luka
Adityo Wibowo
Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, 2015
Faktor-faktor resiko pasien diabetes mellitus
Zahtama dkk.
Berita kedokteran masyarakat, volume 23, no 3 hal 142-143, 2007
Gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka DM pada anggota keluarga
pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, Ciputat Timur
Suci Rahma Wardani

44

Faculty of medicine and health sciences school of nursing syarif hidayatullah


state Islamic university of Jakarta, thesis 2015
Pelatihan Senam Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya
Pencegahan Komplikasi Diabetes Pada Kaki (Diabetes Foot)
Rostika Flora, Hikayati, Sigit Purwanto
Jurnal Pengabdian Sriwijaya, 2013

45

Anda mungkin juga menyukai