Inf 3
Inf 3
Infeksi pada bayi cepat sekali meluas menjadi infeksi umum, sehingga gejalanya tidak tampak
lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat dibuat kalau kita cukup waspada bahwa kelainan
tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda permulaan infeksi umum. Kalau bayi BBLR
selama 72 jam pertama tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit tertentu, tiba-tiba tingkah
lakunya berubah, maka mungkin hal ini disebabkan oleh infeksi, melalui gejalanya :
Malas minum, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun, pergerakan
kurang, diare, dan kejang.
Pemberian antibiotika hanya dibolehkan untuk tujuan dan indikasi yang jelas. Dalam beberapa
hal, misalnya ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), air ketuban keruh, infeksi umum pada ibu,
partus lama dengan banyak tindakan intravaginal, resusitasi yang berat, dan sebagainya sering
timbul keragu-raguan apakah akan diberi antibiotika secara prifilaktik. Di satu pihak penggunaan
antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan timbulnya strain kuman yang
bertahan dan penumbuhan furqus yang berlebihan, misalnya candida albicans. Sebaliknya,
pemberian antibiotika terlambat pada penyakit infeksi neonatus, sering mengakibatkan kematian.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat dipakai kebijaksanaan sebagai berikut :
a. Kalau kemampuan pengamatan klinik dan monitoring laboratorium cukup baik, sebaiknya
tidak perlu diberi antibiotika sebagai pencegahan, antibiotika baru diberikan kalau terdapat
tanda-tanda infeksi.
b. Kalau kemampuan tersebut tidak ada, maka dapat dipertanggungjawabkan untuk mermberi
antibiotika sebagai pencegahan berupa ampisilin 100 mg/kg berat badan dan Kanamisin 15
mg/kg berat badan selama 3 hari sebagai pengganti kanamisin dapat dipakai gentamisin
Selain hal-hal yang telah diterangkan di atas, petugas yang merupakan carrier kuman tertentu,
misalnya E. Coli Patogen, harus berhati-hati dalam menjalankan tugas perawatan. Masih
merupakan persoalan yang belum terpecahkan apakah carrier ini harus dilarang bekerja di tempat
perawatan bayi atau harus diobati dahulu. Namun selama syarat aseptik dan antiseptik
diperhatikan, kemungkinan bahwa petugas tersebut menularkan penyakit berkurang.
Tindakan Pencegahan Infeksi Pada Bayi Secara Umum
Perawatan Umum
Cara mengurangi resiko infeksi pada bayi sesudah lahir, petugas kesehatan harus melakukan
tindakan sebagai berikut :
Gunakan sarung tangan dan celemek plastik atau karet waktu memegang bayi baru lahir
sampai dengan kulit bayi bersih dari darah, mekonium dan cairan.
Bersihkan darah dan cairan tubuh bayi lainnya dengan menggunakan kapas yang direndam di
dalam air hangat kemudian keringkan.
Bersihkan pantat dan daerah sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok.
Gunakan sarung tangan waktu merawat tali pusat.
Ajari ibu merawat payudara dan bagaimana cara mengurangi trauma pada payudara dan puting
agar tidak terjadi mastitis.
Teknik Aseptik Untuk Melakukan Tindakan
Teknik aseptik memuat tindakan menjadi lebih aman baik bagi bayi baru lahir maupun tenaga
kesehatan dengan mengurango atau menghilangkan jumlah mikroorganisme di kulit, jaringan
atau benda mati ketingkat yang lebih aman. Ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
Cuci tangan selama 3-5 menit dengan menggunakan sikat yang lembut dan sabun antiseptik
Kenakan sarung tangan steril/sarung tangan yang disinfeksi tingkat tinggi.
Siapkan kulit untuk dilakukan tindakan dengan mencuci menggunakan cairan antiseptic
dengan gerakan melingkar, gerakan dari sentral ke luar seperti membentuk spiral
Bila ragu-ragu apakah peralatannya terkontaminasi atau tidak, anggaplah tidak terkontaminasi
Gunakan sarung tangan yang bersih dan ganti sarung tangan sesudah kontak dengan benda
infeksius
Pakailah gaun atau jas luar bila memasuki ruang bayi yang menderita diare / sedang
mengeluarkan nanah dari kulit bayi atau bayi dengan infeksi mata
Sebelum keluar ruangan :
o Lepaskan gaun atau jas luar sebelum keluar ruangan
o Lepas sarung tangan
o Cuci tangan dengan cairan anti bakteri atau larutan pencuci tangan berbasis alcohol
o Sesudah melepas jas atau gaun luar atau sarung dan cuci tangan, maka jangan menyentuh
benda atau permukaan yang potensial untuk terjadinya kontaminasi sebelum keluar ruangan, dan
yakinkan bahwa baju yang dipakai tidak terkontaminasi banda tersebut
o Batasi pemindahan bayi ke ruang lain dalam rumah sakit, kecuali mutlak diperlukan
o Selama proses pemindahan berlangsung, tetap perhatikan penatalaksanaan pencegahan infeksi
o Bila memungkinkan sediakan cadangan alat yang tidak terkontaminasi (misalnya stetoskop,
thermometer) dan hanya dipakai untuk bayi yang terinfeksi
Salah Satu Contoh Infeksi Yang Disebabkan Oleh Virus
Penyebab
Penyebabnya adalah virus.
Virus Rubella ditularkan melalui percikan ludah penderita atau karena kontak dengan penderita.
Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang berada di dalam kandungannya.
Penderita bisa menularkan penyakit ini pada saat 1 minggu sebelum munculnya ruam sampai 1
minggu setelah ruam menghilang. Bayi baru lahir yang terinfeksi ketika masih berada dalam
kandungan, selama beberapa bulan setelah lahir, bisa menularkan penyakit ini. Kekebalan
seumur hidup diperoleh setelah menderita penyakit ini. Wabah bisa terjadi dengan interval 6-9
tahun.
Sindroma rubella congenital terjadi pada 25 % atau lebih bayi yang baru lahir dari ibu yang
menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan
berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan yang
bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental,
kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 14-21 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak, gejalanya
diawali dengan rasa tidak enak
Pencegahan
Vaksin rubella merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Vaksin MMR
diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Wanita usia subur
bisa menjalani pemeriksaan antibody untuk rubella. Jika tidak memiliki antibody, diberikan
imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan. Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan
ketika ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan system kekebalan akibat
kanker, terapi kortikosteroid maupun terapi penyinaran.