Alif Fauzan
Alif Fauzan
Sejalan dengan perkembangan zaman, suatu seni arsitektur pun mengalami suatu
perubahannya sendiri, mulai dari gaya pada kulit bangunan sampai pada strukturalnya.
Dewasa ini banyak gaya yang mengekspos strukturalnya, mulai dari struktur lengkung, kabel
sampai membrane atau yang biasa dikenal pneumatic structure. Dalam pembahasan ini kita
akan membedah kasus tentang Pneumatic Structure.
Pneumatic Structure merupakan salah satu sistem struktur yang termasuk dalam kelompok
Soft Shell Structure yang memiliki ciri khas semua gaya yang terjadi pada membran-nya
berupa gaya tarik. Pada Pneumatic, gaya tarik terjadi karena adanya perbedaan tekanan
udara di dalam struktur pneumatic dengan tekanan udara diluar struktur ini. Pneumatic
Structure dibagi dalam dua kelompok besar yaitu Air Inslated Structure dan Air Supported
Structure. Dari kedua kelompok ini masing-masing dikembangkan dari sisi; olah bentuk
yangbermacam-macam,
fungsinya
dalam
sebuah
bangunan,
bahkan
kini
telah
Ir Joni Hardi MT
TEKNOLOGI BANGUNAN IV
Sistem Struktur yang ada pada akhir dasa warsa ini semakin menunjukkan perkembangan
yang pesat. Sistem struktur yang inovatif menciptakan kekayaan desain bagi dunia
arsitektur. Keragaman bentuk struktur tidak hanya pada sisi olah bentuknya saja, melainkan
juga keragaman sistem bekerjanya struktur tersebut. Heino Engel dalam bukunya Structure
Systems mengelompokkan struktur dalam 5 kelompok besar berdasarkan kesamaan cara
bekerjanya dari masing-masing sistem struktur.
Salah satu struktur yang unik untuk dicermati adalah Pneumatic Structure, karena sistem
struktur ini memanfaatkan gaya tarik, namun berusaha menentang hukum alam dari bentuk
struktur yang memanfaatkan gaya tarik ini. Semua struktur yang memanfaatkan gaya tarik
akan membentuk bentuk dasar dan primer berupa garis lengkung atau parabola yang
membuka ke atas. Hal ini disebabkan bahan dari struktur yang memanfaatkan gaya tarik
adalah lentur dan lemas, sehingga akan membuat garis lengkung atau parabola yang
membuka ke atas. Hal ini disebabkan bahan dari struktur yang memanfaatkan gaya tarik
adalah lentur dan lemas, sehingga akan membuat garis lengkung membuka ke atas (seperti
kalung). Namun pneumatik ingin membentuk satu bentuk dasar berupa garis lengkung yang
membuka ke bawah.
Bentuk ini diilhami oleh bentuk shell, sedangkan shell banyak memanfaatkan gaya tekan.
Sisi usaha membuat bentuk yang menentang hukum alam ini dilakukan dengan
menciptakan semacam shell yang ditiup. Tekanan udara di dalam diterima olej membrane
penutup dan bidang membrane ini menegang dan menderita gaya tarik. Maka tidak
berlebihan jika ada yang mengelompokkan pneumatik ini dalam Soft Shell Structure.
Tentunya bentuk struktur pneumatik ini banyak memiliki kelemahan yang terus menerus
disempurnakan. Problem terbesar dari sistem ini adalah kebocoran udara yang ada
didalamnya.
Bahan
pembuatnya
diperbaiki
terus
dan
diusahakan
cara-cara
penanggulangannya.
Pada akhir-akhir ini pneumatik dikembangkan untuk menahan beban secara vertikal. Baik
sebagai penerima beban langsung maupun tidak langsung. Perkembangan desain dari
struktur pneumatik dapat dikatakan sangat cepat, walaupun secara sepintas merupakan
sistem struktur yang kelihatan lemah, penuh resiko dan banyak kelemahannya, namun
pengembangan fungsi dan bentuk terus diupayakan. Hal inilah yang menarik untuk
dicermati dan diambil satu pengamatan yang mendalam untuk olah inovasi di bidang
arsitektur.
Ir Joni Hardi MT
TEKNOLOGI BANGUNAN IV
Membran adalah suatu lembaran bahan tipis sekali dan hanya dapat menahan gaya tarik
murni. Soap film adalah membran yang paling tipis, kira-kira 0,25 mm yang dapat
membentang lebar. struktur permukaan fleksibel tipis yang memikul beban terutama melalui
proses tegangan tarik.
Struktur pneumatik adalah suatu sistem struktur yang memperoleh kestabilannya dari
tekanan internal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan eksternal. Media yang
digunakan dapat bermacam-macam, diantaranya zat cair, busa atau butiran. Namun yang
paling banyak digunakan adalah media
udara, dimana tekanan udara internal di dalam balon lebih tinggi dibandingkan tekanan
udara di luarnya.
Beban-beban yang dipikul mengakibatkan lendutan, karena membran adalah bidang dua
dimensi dan karena merupakan jala-jala yang saling membantu, maka bertambahlah
kapasitasnya. Gaya pada struktur membran :
Cenderung dapat menyesuaikan diri dengan cara struktur tersebut dibebani.
Sangat peka terhadap efek aerodinamika dari angin Efek ini dapat
menyebabkan terjadinya fluttering (getaran).
Ir Joni Hardi MT
TEKNOLOGI BANGUNAN IV
pada dasarnya tergantung dari karakteristik bentuk geometrinya, yaitu dari lengkungan dan
miringnya bidang membran. Memerlukan struktur lain untuk mempertahankan bentuk
permukaanya, yaitu:
Rangka penumpu dalam yang kaku
Prategang pada permukaan yang memberikan gaya eksternal yang menarik
membrane (jika bentuknya lembaran)
Tekanan internal (apabila bentuknya volume tetutup (pneumatic))
Walaupun membran tidak begitu stabil, dapat dicarikan jalan untuk dimanfaatkan sebagai
struktur. Keuntungan struktur ini ialah ringan, ekonomis dan dapat membentang luas. Aksi
struktur membran dapat ditingkatkan daya tariknya dengan tarikan sebelum pembebanan.
Sebagai contoh payung dari kain.
Dengan mengadakan pratarik pada kain yang kemudian dikuncinya dengan alat apitan,
rusuk-rusuk baja membuka dan mendukungnya dengan dibantu oleh batang-batang tekan
yang duduk pada tangkai payung. Kain tertarik dan memberi bentuk lengkungan yang cocok
untuk menahan beban. Membran kain payung dapat menerima tekanan dari luar dan dalam.
Skelet dari rusuk-rusuk baja menerima tarikan dari kain dan memperkuat seluruh
permukaan bidang terhadap tekanan angin.
Saddle Shape
Conical Shape
Wave Form
Ir Joni Hardi MT
TEKNOLOGI BANGUNAN IV
Pneumatic Structure
dari
struktur
pneumatik
adalah
murah
dalam
investasi
awal,
cepat
pembangunannya dan ringan bobotnya karena material utamanya adalah lembaran kain
dengan tebal tidak lebih data 0,5 mm.
Penerapan struktur pneumatik di Indonesia, khususnya untuk bangunan arsitektural hingga
saat ini belum banyak dilakukan. Kendala yang dihadapi adalah jenis struktur ini masih
kurang populer yang diikuti dengan kurangnya nara sumber serta belum adanya peraturanperaturan yang khusus mengatur pembangunan menggunakan struktur pneumatik.
Padahal dari banyak sisi, Indonesia sebenarnya merupakan lahan yang subur bagi
pengembangan struktur pneumatik. Rehm tropis di Indonesia rnemungkinkan bangunan
terbebas dari beban salju yang merupakan musuh utama struktur pneumatik. Selain itu di
Indonesia banyak event yang pengadaannya berkesesuaian dengan karakter struktur
pneumatik. Pengadaan material utama bangunan berupa kain 1)cl-lapis PVC juga sudah
bukan merupakan barang baru di industri pertekstilan Indonesia.
Jenis-jenis utama struktur pneumatik yaitu:
Ir Joni Hardi MT
TEKNOLOGI BANGUNAN IV
Ir Joni Hardi MT
TEKNOLOGI BANGUNAN IV
Struktur ini bisa digunakan untuk membuat bentukan bentukan mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks, contoh: seperti permukaan bola
Struktur ini sifatnya ringan sehingga tidak memberatkan bangunan, contoh: tenda
Sangat cocok untuk bangunan yang tidak permanen atau semi permanen
Bisa untuk bentang yang lebar
Dari segi teknik, pada saat terjadi penurunan penopang, kabel segera
menyesuaikan diri pada kondisi keseimbangan yang baru, tanpa adanya
perubahan yang berarti dari tegangan.
merupakan elemen konstruksi paling ekonomis untuk menutup permukaan yang
luas
Memiliki daya tahan yang besar terhadap gaya tarik, untuk bentangan ratusan
meter mengungguli semua sistem lain
Klasifikasi
Berdasarkan tegangan tarik yang dapat dilakukan dengan system prategang
Membran berbentuk bidang pelana
Membran berbentuk bidang kerucut dengan setengah tiang tenda
Membran yang dikombinasikan secara bebas dengan hasil tenda gergaji atau atap
gantungan
Berdasarkan penopangnya
Kabel, contoh: struktur tenda
Udara, contoh: struktur pneumatis
Ir Joni Hardi MT
TEKNOLOGI BANGUNAN IV
Tekanan udara pada sistem ini mempunyai pengaruh terhadap geometri membran.
Memperbesar
radius
kurvatur
(lengkung)
akan
menambah
kekuatan
membran,
Ir Joni Hardi MT
TEKNOLOGI BANGUNAN IV