Selain jenis Kerapu Macan dan Kerapu Tikus ada beberapa jenis kerapu lain yang
sudah bisa dibudidayakan di dalam Karamba Jaring Apun (KJA) antara lain :
Kerapu lumpur (Epinephelus tauvina).Nama lain dari jenis ikan ini adalah kerapu
balong, estuary grouper. Kerapu ini banyak dibudidayakan karena pertumbuhannya
cepat dan benihnya mudah diperoleh di laut, terutama musim-musim tertentu.
Habitat kerapu lumpur ada di kawasan terumbu karang, perairan berpasir, dan
bahkan hutan mangrove.
Penyebaran/Distribusi
Ikan kerap macan tersebar luas dari wilayah asia Pasifik termasuk laut merah, tetapi
lebih dikenal berasal dari Teluk Persi, Hawaii atau Polynesia. Terdapat pula dihampir
seluruh perairan pulau tropis Hindia dan Samudra Pasifik Barat dari Pantai Timur
Afrika sampai dengan Mozambika. Ikan ini dilaporkan banyak pula ditemukan di
Madagaskar, India, Thailand, Indonesia, pantai tropis Australia, Jepang, Philipina,
Papua Neuguinea, dan Kaledonia Baru (Heemstra, 1993). Di perairan Indonesia yang
dikenal banyak ditemukan ikan kerapu Macan adalah perairan pulau Sumatera,
Jawa, Sulawesi, pulau Buru, dan ambon (Weber dan Beaufort,1931).
Di Indonesia ikan Kerapu Tikus banyak ditemukan di wilayah perairan Teluk Banten,
Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura,
Kalimantan dan Nusa Tenggara. Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik,
Laut Merah, Polynesia, terdapat pula hamper semua perairan tropis Hindia, Pasifik
Barat dan Pantai Timur Afrika.
Siklus Reproduksi.
Ikan kerapu merupakan ikan yang memiliki sifat reproduksi hermaprodit protogini,
yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin
betina dan akan berubah menjadi jantan apabila ikan tersebut tumbuh menjadi
lebih besar atau bertambah umurnya. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan
kerapu erat hubungannya dengan aktivitas pemiajahan, umur, indeks kelamin dan
ukuran.
Habitat
Ikan kerapu Macan hidup di dasar perairan berbatu samai dengan kedalaman 60
meter dan daerah dangkal yang mengandung batu koral (Heemstra, 1993). Pada
siklus hidupnya ikan Kerapu Macan muda hidup di perairan karang dengan kedalam
0,5 ? 3 meter pada area padang lamun, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke
perairan yang lebih dalam. Telur dan larva kerapu Macan bersifat pelagis,
sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal.
Ikan Kerapu Tikus banyak dijumpai di perairan batu karang, atau daerah karang
berlumpur, hidup pada kedalaman 40 ? 60 meter. Siklus hidupny sama dengan
kerapu Macan.ikan kerapu termasuk kelompok ikan stenohaline (Breet dan Groves,
1979), oleh Karen aitu jenis ikan ini mampu beradaptasi pada lingkungan perairan
yang berkadar garam rendah. Ikan kerapu merupakan organisme yang bersifat
nocturnal, dimana pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang
dan pada malam hari aktif bergerak di kolom air untuk mencari makan.
Menurut Chua dan Teng (1978), parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan
ikan kerapu, yaitu temperature berkisar 24 - 31?C, salinitas berkisar 30-33 ppt,
kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 ? 8,0. Perairan
dengan kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada perairan terumbu karang
(Nybakken, 1988).
Hampir seluruh jenis ikan Kerapu merupakan hewan karnivora. Ikan kerapu dewasa
adalah pemakan ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larvanya
memangsa larva moluska (trokofor), rotifer, mikro krutacea, kopepoda, dan
zooplankton. Sebagai ikan karnivora, kerapu cenderung menangkap mangsa yang
aktif bergerak di dalam kolom air (Nybakken, 1988). Tampubolon dan Mulyadi
(1989), mengungkapkan bahwa ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan pada
siang dan malam hari, namun lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari.
SUMBER:
http//supmladong.kkp.go.id
Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Sekolah
Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan
Perikanan, Aceh.
Penyuluhan perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup
reff : http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2015/06/memahamitaksonomi-morfologi-dan-aspek.html
Ikan kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesis. Satu diantaranya
adalah Cromileoptes altivelis yang selain sebagai ikan konsumsi juga juvenilnya
juga sebagai ikan hias. Ikan kerapu termasuk famili Serranidae, Subfamili
Epinephelinea, yang umumnya di kenal dengan nama groupers, rockcods, hinds,
dan seabasses. Ikan kerapu ditemukan diperairan pantai Indo-Pasifik sebanyak 110
spesies dan diperairan Filipina dan Indonesia sebanyak 46 spesies yang tercakup ke
dalam 7 genera Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Cromileptes,
Epinephelus, Plectropomus, dan Variola (Marsambuana dan Utojo, 2001).
Ikan Kerapu diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas
: Pisces
Sub kelas
Ordo
: Teleostei
: Percomorphi
Sub ordo
: Percoidea
Devisi
: Perciformis
Famili
: Serranidea
Sub famili
: Epinephelinea
Genus
Spesies
: Epinephelus
: Epinephelus sp.
2,5 2,8 kali dari panjang kepala, sirip ekor berbentuk sabit.
REFERENSI
Baskoro, Mulyono S., Taurusman, Am Azbas dan Sudirman. 2010. Tingkah Laku Ikan
Hubungannya dengan Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Lubuk Agung.
Bandung. 258 Hlm.
Mayunar, P.T. Imanto, S. Diani dan T. Yokokawa, 1991. Pemijahan Ikan Kerapu
Macan, Epinephelus fuscoguttatus. Bull. Pen. Perikanan Spec. Edi. No. 2:15-22.
Tenggiri adalah nama umum bagi sekelompok ikan yang tergolong ke dalam
margaScomberomorus, suku Scombridae. Ikan ini merupakan kerabat dekat tuna,
tongkol, madidihang, makerel dan kembung. Tenggiri banyak disukai orang,
diperdagangkan dalam bentuk segar, ikan kering, atau diolah menjadi kerupuk,
siomay, dan lain-lain.
Ikan tenggiri bertubuh memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,
telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas).
Moncong meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di
rahang atas dan bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada
sisa kepala bagian belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan
XIII XXII jari-jari keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip
kecil tambahan (finlet).
Tenggiri Melayu (Scomberomorus commerson), spesies yang terbesar, dapat
mencapai panjang 220 cm, meski kebanyakan kurang dari 1 m saja. Tenggiri
merupakan ikan pelagis yang kerap berenang menggerombol dalam kelompok kecil,
tidak jauh dari pantai
?Tenggiri
Rentang fosil: Thanetian to Present
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Perciformes
Famili:
Scombridae
Scomberomorus
Genus:
Lacepde, 1801
Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub phylum
: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
Classis
: Teleostei
Sub Classis
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Familia
: Scombridae
Genus
: Thunnus
Spesies
: Thunnus alalunga
Deskripsi
Ikan tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesiesdari
familyScombridae, terutama genus Thunnus.Bentuk tubuh Ikan Tuna Sirip Kuning
sedikit mirip dengan torpedo, sedikit memipih di sisi-sisinya dan dengan moncong
meruncing. Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip punggung pertama berukuran
relatif kecil dan terpisah dari sirip punggung kedua. Di belakang sirip punggung dan
sirip dubur (anal) terdapat sederetan sirip-sirip kecil tambahan yang disebut finlet.
Sirip ekor bercabang dalam (bercagak) dengan jari-jari penyokong menutup seluruh
ujung hipural.Di kedua sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping
berukuran kecil; yang pada beberapa spesiesnya mengapit satu lunas samping
yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut badan (corselet), yakni
bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisiksisik yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa
sisik.
IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub phylum
: Vertebrata
Classis
: Teleostei
Sub Classis
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Familia
: Scombridae
Genus
: Katsuwonus
Spesies
: Katsuwonus pelamis
Deskripsi
Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah ikan berukuran sedang
dari familyScombridae. Tubuh Ikan cakalang berbentuk memanjang dan agak bulat
(fusiform), dengan dua sirip punggung yang terpisah. Bagian punggung berwarna
biru keungu-unguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian bawah berwarna
keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang memanjang di
samping badan. Tubuh tanpa sisikkecuali pada bagian barut badan (corselet)
dan gurat sisi. Pada kedua sisi batang ekor terdapat sebuah lunas samping yang
kuat, masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil.
3.
Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Class
Sub Class
Ordo
Familia
Genus
Spesies
: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Pisces
: Teleostei
: Percomorphi
: Scombridae
: Euthynnus
: Euthynnus affinis
Deskripsi
Ikan tongkol ini memiliki bentuk tubuh mirip dengan ikan cakalang, yang
membedakannya yaitu pada ikan cakalang bagian perut dan bagian bawah
berwarna keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang
memanjang di samping badan, sedangkan pada ikan tongkol bagian punggung
memiliki garis-garis yang berwarna agak hitam dan pada bagian perut tidak
terdapat garis-garis. Tubuh tanpasisik kecuali pada bagian corselet dan gurat sisi.
6.
Klasifikasi
Kingdom
Phylum
: Animalia
: Chordata
Sub phylum
: Vertebrata
Classis
: Teleostei
Sub Classis
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Familia
: Scombridae
Genus
Spesies
: Rastrelliger
: Rastrelliger faughni
Deskripsi
Tubuh Ikan Kembung/Lema ramping memanjang, memipih dan agak tinggi, Sisi
dorsal gelap, biru kehijauan hingga kecoklatan, bintik gelap membujur di dekat
pangkal sirip punggung, sisik ventral keperakan. Sisik-sisik yang menutupi tubuh
kembung berukuran kecil dan seragam.Sirip punggung dalam dua berkas, diikuti
oleh 5 sirip kecil tambahan (finlet).Jumlah finlet yang sama juga terdapat di
belakang sirip anal, duri pertama sirip anal tipis dan kecil (rudimenter).
Klasifikasi dan Morfologi
Dalam Springsteen (1986) dan FAO Fisheries Technical Paper (O. R. Pinedendi 1996),
biota ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Sub Kelas : Prosobranchia
Ordo : Archaeogastropoda
Super Family : Trochacea
Family : Trochidae
Genus : Trochus
Spesies : Trochus niloticus linn.
Hewan ini jika telah dewasa memiliki shell atau cangkang yang berwarna ungu
kemerah-merahan dan bergaris dengan peristracum berwarna kecoklat coklatan
(Gambar 1)
Gambar 1 : Morfologi Trochus niloticus
Sumber : Yulianus Paonganan (2002)
Pada waktu muda, biota ini agak sulit dibedakan dengan beberapa spesies lain
sehingga sering kali terjadi kesalahan dalam menangkap spesies ini apabila
terdapat spesies lain juga yang tertangkap.
2. 2. Reproduksi
Siput Lola merupakan hewan dioecious yang masing-masing individu memiliki
kelamin tunggal. Berdasarkan morfologi sulit diketahui perbedaan jenis kelamin
karena tidak adanya ciri-ciri kelamin sekunder yang membedakannya. Metode klasik
yang diperkenalkan oleh Amirthalingan (1932) untuk melihat jenis kelamin Lola
adalah dengan memotong bagian apeks secara longitudinal. Dari situ dapat dilihat
adanya perbedaan warna dari gonad jantan dan betina. Gonad jantan berwarna
krem keputihan sedangkan gonad betina berwana hijau tua. Namun metode ini
sangat merugikan karena harus mengorbankan hewan tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Dobson and Lee (1996) dan Paonganan (2000) menyebutkan bahwa
ada kecenderungan yang besar untuk membedakan jenis kelamin Lola dari
penampakan morfologi Lola. Lola betina meiliki cangkang dengan perbandingan
diameternya lebih besar dibandingkan dengan tinggi cangkang, sementara yang
jantan sebaliknya.
2. 3. Kebiasaan makan
Nash (1988) menyatakan bahwa Trochus niloticus merupakan hewan yang sifatnya
herbivora dan detrivora. Biota ini aktif mencari makan pada malam hari atau
dikenal dengan nama nocturnal, (Shokita et, all. 1991). Pencarian makanan disiang
hari tidak dilakukan oleh hewan ini karena cahaya matahari membatasi aktivitasnya
atau bersifat fototaksis negatif (Nash 1988).
Radula Trochus terdiri dari sekitar 150 gigi, kondisi ini memungkinkan mereka untuk
Grace epiobiotik film, mikroalga dan diatom yang menutupi puingpuing kerang
mati (Honma 1988).
Setelah dilakukan pembedahan, dalam perut Trochus niloticus terdapat
Foraminifera, Cyanophycea dan Phaeophycea dalam jumlah yang banyak
sedangkan alga merah dan hijau yang bercampur dengan pasir terdapat dalam
jumlah yang sedikit. (Shokita et, all 1991).
2 . 4 . Siklus Hidup
Kematangan seks Trochus niloticus umumnya dicapai setelah biota ini mencapai
diameter 6 cm. Trochus dewasa bertelur sepanjang tahun di daerah tropis.
Sekalipun demikian mereka bertelur secara musiman pada daerah tertentu. Mereka
memijah menurut siklus bulan yaitu mendekati bulan baru atau bulan penuh.
Trochus niloticus memiliki telur berwarna hijau gelap, berdiameter kira-kira 200 m.
Telur ini dikelilingi dengan lapisan jelly berukuran 175 500 m. Perkembangan
awal Trochus niloticus berlangsung terus sampai mencapai stadia blastula dan
gastrula. Larva mulai bergelinding di dalam telur, kemudian menetas sebagai
trocophores. Larva trocophores selanjutnya akan berubah menjadi stadia veliger.
Setelah menemukan tempat, larva akan dapat merangkak dan velum yang nantinya
akan menjadi tentakel dan operculum, berhenti berdeferensiasi. Larva mulai
menetap pada kira-kira 2,5 3 hari pada temperature sekitar 250C 300C. Mereka
akan menetap pada daerah yang substratnya terdapat lapisan alga. Selanjutnya
dari stadia larva berkembang menjadi juvenil yang baru menetap yang ukurannya
sangat kecil sekitar 0,2 mm diameternya dan sulit untuk dilihat dengan mata
telanjang. Jika pemijahan dan penetapan berlangsung dengan sukses maka juvenil
akan nampak seperti penutup yang berduri-duri (spine). Duri-duri tersebut akan
tetap ada selama 1,5 3 bulan dan membuat juvenil akan mempunyai bentuk
seperti dewasa.
Sangat sulit untuk menemukan dan mengamati juvenil yang berukuran 2 cm pada
daerah karang. Mereka dengan baik berkamuflase dengan alga dan pasir yang
melekat pada cangkang mereka. Habitat juvenil berukuran kurang dari 5 mm tidak
diketahui dengan jelas tetapi juvenil yang berukuran 1 cm mungkin dapat
ditemukan di reruntunan karang pada rataan karang. Daerah ini sepertinya
merupakan daerah nursery untuk fase-fase metamorphosis, yang daerahnya dapat
dilihat pada gambar berikut:
Siput dari Family Turbinidae sering digunakan untuk membesihkan akuarium. Bahka
di Amerika Serikat akuarium laut selalu memiliki minimal satu spesies dari famili ini.
Siput ini umumnya dijual sebagai sorban siput, keong dan siput bintang. Seperti
siput lola, siput turbo juga memiliki cangkang yang, dalam kasus beberapa spesies
Turbo yang lebih besar, dapat tumbuh sampai setengah ukuran kaki. Turbo siput
dapat dibedakan dari siput lola dengan melihat bagian bawah dari cangkang
mereka. Kita bisa melihat sebuah lubang besar (disebut aperture) dengan
operkulum putih (bagian yang menutup dari lubang ketika tubuh bekicot adalah
keluar) pada siput turbo.Trochus siput memiliki operkulum cokelat.
Salah satu penyebab utama kematian dini dari turbo adalah kenyataan bahwa
spesies dari subtropis sering ditambahkan ke akuarium daerah tropis. Sedangkan
siput, terutama yang dari lingkungan air dangkal dan zona intertidal, sangat toleran
ketika datang ke kondisi termal, paparan yang panjang dalam sistem tropis akan
sangat memperpendek umur dari sebuah bekicot yang berasal dari subtropis.
Secara umum, bagaimanapun siput tropis dari Famili Turbinidae adalah hewan yang
baik untuk akuarium tropis. Mereka adalah pemangsa yang sangat baik sehingga
bisa menghemat waktu untuk mengurus akuarium.
Nama umum siput turban mungkin didasarkan pada kesamaan bentuk dengan
sorban. Namun yang pasti nama Turbinidae didasarkan pada nama Genus Turbo
yang dalam bahasa Latin dapat diartikan sebagai turbin yang dapat berputar Famili
Turbinidae yang memiliki kesamaan namun berbeda adalah Trochidae karena
memiliki operkulum yangberbeda.
Morfologi
Gastropoda Merupakan hewan Mollusca yang berjalan dengan bagian kaki perut,
berasal dari bahasa Yunani (gaster = perut; podas = kaki) artinya hewan yang
memiliki kaki perut.
Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Menurut Oemarjati
(1990), hewan kelas gastropoda umumnya bercangkang tunggal, yang terpilin
membentuk spiral, beberapa jenis diantaranya tidak mempunyai cangkang, kepala
jelas, umunya dengan dua pasang tentakel kaki lebar dan pipih, memiliki rongga
mantel dan organ-organ internal, bagi yang bercangkang, antara kepala dan kaki
terputus, insang berjumlah kurang lebih satu atau dua buah, bernafas dengan paruparu, organ reproduksi jumlah satu atau dua fertilasi secara internal dan eksternal.
Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian
luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar
ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila
cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siputsiput Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali
ditemukan dalam bentuk sinistral. Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral
disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih
cepat dari yang sebelah dalam.
Anatomi Gastropoda
Secara umum, anatomi gastropoda prosobranch jantan (tidak berlaku bagi subkelas
lainnya) ditunjukkan dalam gambar di samping.
Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di
bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral kearah belakang.
Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau
perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari
perkembangan larvanya
Tentang iklan-iklan ini
Strombidae
1.1 Latar Belakang
Gigas strombus adalah siput laut lebih dikenal sebagai Keong ratu. Hal ini juga
dikenal sebagai Keong pink, lambi, botuto, atau guarura (Berg 1976). Keong ratu
adalah kuat-dikupas spesies, juga memiliki cangkang halus dengan deretan node di
bahu dari whorl. Warna dapat putih, cokelat, atau krem dalam penampilan.
pewarnaan ini kadang-kadang berwarna cahaya kuning oranye di beberapa
spesimen (Sterrer 1986). Ini adalah siput besar, dengan cangkang mereka tumbuh
panjang sampai tiga ratus milimeter (Sterrer 1986). Seperti siput lain bertubuh
lunak, yang terdiri dari-rintik kaki hitam, seperti belalai moncong, sepasang
tentakel, dan dua eyestalks atasnya yang khas dan mata kuning warna-warni
(Randall 1964).
Keong ratu adalah salah satu dari enam spesies dari genus Strombus. yang
lainnya adalah S.
raninus, S.
gallus, S.
costatus, S.
pugilis, dan S.
goliath (Itis situs web). Hal ini mudah dibedakan dari spesies lain melalui aperture
dalam berwarna merah jambu, fitur yang tidak dimiliki semua spesies Atlantik Barat
lainnya (Randall 1964). Keong Ratu juga lebih besar daripada spesies lainnya,
dengan beberapa mampu mendekati panjangnya tiga ratus milimeter (Sterrer
1986).
Tidak seperti kebanyakan gastropoda, yang bergerak melalui gelombang otot
kaki mereka, Keong ratu melemparkan dirinya dalam pendek hop yang berbentuk
sabit operkulum, terletak di ujung belakang kaki, berada menghadap dasar laut.
operkulum ini berbentuk berbeda dan berukuran lebih kecil daripada siput lainnya,
sehingga tidak dapat menutup seperti yang dilakukannya pada spesies lain (Randall
1964). Sebaliknya digunakan terutama dalam kapasitas lokomotif dan untuk
membantu bagian kanan Keong ketika terbalik (Randall 1964). Hal ini dilakukan
dengan memperluas tubuh dan mendorong substrat dengan kaki dan operkulum
(Sterrer 1992). Para operkulum juga berfungsi sebagai senjata defensif terhadap
pemangsa (Randall 1964).
BAB II
PEMBAHASAN
Taksonomi
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Subclass: Prosobranchia
Order
: Neotaenioglossa
Keluarga: Strombidae
Genus
:Strombus
Berbagai mangsa filum dari keong ratu, termasuk reptil, ikan, udang, cumi,
mamalia, dan gastropoda lain (Randall 1964).. keong Ratu sendiri herbivora, makan
pada alga dan ganggang detritus. Mereka mengkonsumsi beberapa jenis alga yang
terkait dengan rumput, termasuk Cladophora sp dan Polysiphonia sp tapi., Bukan
rumput itu sendiri (Randall 1964). Untuk mencerna diet yang sarat selulosa ini,
sistem pencernaan mereka menggunakan gaya kristal dan batang yang fleksibel
yang terdiri dari gel microprotein. Gaya berputar terhadap perisai lambung pada
saluran pencernaan seperti enzim disekresikan, dan bersama dengan kelenjar ludah
dan kantong esofagus adalah cara sebuah tanaman dicernanya (Antigua Barbuda
Divisi Lingkungan 2006). Keong ratu hampir tidak membedakan pemakan;
umumnya jenis alga apa yang dominan adalah sumber makanan utama mereka
(Randall 1964). Namun, mereka keluar dari jalan mereka untuk menghindari
mengkonsumsi organisme benthik seperti spons atau Bryozoa (Randall 1964).
Beberapa hal hewan ditemukan untuk dikonsumsi oleh keong ini dan memicu
beberapa kontroversi bahwa mereka predator (Randall 1964). Namun, beberapa
organisme kecil kemungkinan besar sengaja dikonsumsi oleh conchs/keong, bukan
korban langsung predasi (Randall 1964).
Reproduksi Keong ratu telah banyak dipelajari untuk keperluan akuakultur.
Pemijahan dapat terjadi enam hingga delapan kali selama satu musim, dan conchs
ratu telah diamati bersanggama dari pertengahan Maret hingga November, selama
dua hari dan malam. (Randall 1964). Pemijahan terjadi ketika laki-laki, terletak di
belakang wanita, menyisipkan titik berwarna hitam, seperti penis sekop disebut
ambang ke Teman siphonal takik betina (Randall 1964). Setelah menerima sperma
dari laki-laki, perempuan tetap mempertahankan itu selama beberapa minggu,
melepaskannya sementara bertelur untuk pupuk mereka (Randall 1964). agregasi
pemijahan massal telah terbukti terjadi (Sterrer 1992). Telur diletakkan di dalam
alur berkelanjutan dengan sebanyak tiga perempat juta telur dalam satu untai
(Sterrer 1986). Dua belas hingga lima belas telur per milimeter dari untai telur telah
diamati, dengan tiga belas telur paling banyak ditemukan, dan untaian diletakkan
pada tingkat rata-rata satu setengah meter per jam (Randall 1964). Seluruh proses
bertelur terjadi selama kurang dari satu hari (Randall 1964). substrat Sandy
merupakan persyaratan untuk pemijahan, sebagai telur yang disimpan dalam pasir
(Selendang 2004). kualitas air, pasokan makanan, dan suhu semua berperan dalam
proses pemijahan (Selendang 2004). Faktor terakhir yang diamati di alam liar,
dengan musim reproduksi ditandai dengan peningkatan suhu sepanjang bulanbulan musim panas, serta oleh penyinaran jam dua belas (Selendang 2004).
Siklus Hidup
Siklus hidup conchs ratu dimulai sekitar seminggu setelah pemijahan ketika larva
keluar dari kantung telur (Sterrer 1992). Perkembangan embrio hasil cepat setelah
pembuahan, mencapai tahap gastrula setelah jam enam belas, tahap trochophore
setelah lima puluh delapan, dan veligers menjadi, atau larva mengambang bebas,
setelah tujuh hari (Randall 1964). Pengukuran ini diambil pada embrio captive, yang
biasanya tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan di sehingga, pembangunan liar
di alam akan dilakukan di tingkat yang lebih cepat (Stoner 1997). veliger ini
memiliki cangkang transparan kecil disebut protoconch yang pada akhirnya akan
berkembang menjadi dewasa shell (Antigua Barbuda Divisi Lingkungan 2006).
Setelah enam hari mereka mengembangkan empat-seperti lobus sayap, dan
kemudian mereka mendapatkan dua lobus lebih setelah dua belas hari. Larva ini
dapat ditemukan di dalam air terbuka sedalam seratus meter, namun umumnya
terjadi di lapisan atas laut di atas termoklin. Setelah tiga minggu mengambang
dalam kolom air, veligers menetap dan lobus berubah menjadi kaki sementara
belalai terus mengembangkan (Sterrer 1992). Para veligers menetap dan bentuknya
menjadi bentuk bentik mereka dalam menanggapi adanya ganggang tertentu, dan
menyelesaikan karena dasar dan tidak isyarat ditularkan melalui air (Davis dan
Stoner 1994). Para veligers adalah metamorphically kompeten selama enam hari,
setelah mana mereka kehilangan kemampuan (Davis dan Stoner 1994). Tampaknya
ada beberapa variabilitas respon conchs untuk menetap isyarat yang berbeda,
seperti jenis substrat dan lokasi (Boettcher dan Targett 1996). Selama periode
penyelesaian kematian remaja sangat tinggi, sampai enam puluh persen setahun.
Setelah satu bulan, Keong ini dikupas dan menyerupai orang dewasa, meskipun
membutuhkan waktu tiga tahun untuk bibir pembakaran karakteristik shell untuk
mengembangkan (Sterrer 1992). Setelah mencapai panjang delapan sampai
sepuluh inci, mereka menjadi seksual dewasa (Selendang dan Davis 2004). Mereka
dikenal hidup selama setidaknya enam tahun di alam liar (Sterrer 1992).
Penelitian terbaru
Selama beberapa tahun terakhir telah terjadi beberapa pekerjaan menarik
diselesaikan di bidang penelitian Keong ratu. Satu studi menemukan bahwa
paparan predator memiliki pengaruh pada morfologi cangkang Keong (Delgado et
al. 2002). Sudah mengamati bahwa individu Keong ratu dibesarkan di tempat
penetasan memiliki cangkang yang lebih lemah dan duri lebih pendek dari conchs
liar (Delgado et al. 2002). Itu adalah berpikir bahwa conchs mungkin, seperti
banyak organisme lain, menunjukkan semacam respon terkait predator bahwa
individu-individu dewasa penetasan tidak mengalami (Delgado et al. 2002). Dalam
studi tersebut, kelompok eksperimental conchs ratu remaja terkena lobster berduri
terkurung, dan kelompok kontrol untuk kandang kosong (Delgado et al 2002.). Pada
akhir percobaan ditemukan bahwa cangkang lobster conchs terkena tumbuh pada
tingkat lebih lambat dibandingkan kelompok kontrol, tetapi kerang ditimbang sama,
menyiratkan bahwa kerang yang lebih kecil lebih tebal atau lebih padat daripada
lagi rekan-rekan mereka (Delgado et al). 2002. Selain itu, conchs terkena terkubur
diri di pasir jauh lebih sering daripada kelompok kontrol, menunjukkan perbedaan
perilaku antara kedua kelompok (Delgado et al 2002.).
Sebuah studi baru-baru ini lebih memeriksa mekanisme patah dari cangkang
Keong ratu, melakukan analisis mikromekanik pada kerang untuk melihat apa yang
bertanggung jawab untuk ketahanan terhadap bencana fraktur (Kamat et al
2004.). Shell dari Keong ratu dapat menahan patah tulang ratus hingga seribu kali
lebih baik daripada aragonit, mineral yang membentuk sembilan puluh sembilan
persen dari cangkangnya (Gorman 2000). Studi ini menemukan bahwa struktur shell
dirancang untuk memungkinkan retak melekat untuk mencapai suatu titik tertentu,
yang disebut batas ACK, tanpa menghasilkan kegagalan katastropik (Kamat et al
2004.). Batas ACK, atau-Cooper-Kelly batas Aveston, adalah titik di mana semua
ligamen yang retak jembatan tetap di tempat sebagai retak tumbuh,
memungkinkan shell untuk tetap utuh meskipun kehadiran retak (et
al Kamat2004.). Suhu tes menunjukkan bahwa daktilitass proteinaceous interfase
shell adalah faktor utama yang mempengaruhi batas ini (Kamat et al
2004.).Penggunaan pengetahuan baru ini dapat membantu memandu penciptaan
tangguh, keramik ringan (Kamat dkk 2000.,).
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Gastropoda
Superfamily : Trochoidea
Family
: Trochidae
Subfamily
: Trochinae
Genus
: Trochus
Species
: Trochustiaratus
5.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Gastropoda
Superfamily : Trochoidea
Family
: Trochidae
Subfamily
: Trochinae
Genus
: Tectus
Species
: Tectus niloticus
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis ) Ikan tongkol merupakan
salah satu ikan yang termasuk kedalam ikan tuna kecil, yang memiliki badan
memanjang, tidak memiliki sisik dan juga mempunyai sirip punggung yang sangat
keras. Ikan tongkol ini termasuk kedalam famili scombridae dengan genus
euthynnus yang memiliki ukuran yang lumayan besar, dengan panjang sekitar 5060 cm dan juga berwarna abu-abu serta memiliki daging debal berwarna merah tua.
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus affinis
Morfologi ikan tongkol
Ikan tongkol ini memiliki bagian kepala memanjang dan agak meruncing dengan
mulut yang meruncing kebawah, selain itu memiliki bagian kelapa berawarna abu
abu yang mengkilat. Bagian badan memanjang dengan bentuk pipih disertai
dengan adanya sirip punggung, dubur, perut dan juga dada pada bagian pangkal
melengkung pada tubuh. sehingga bagian sirip tersebut dapat dilipat masuk
kedalam lekukan tersebut. Dan bagian belakang dari sirip punggung dan sirip dubur
tersebut merupakan sirip tambahan kecil yang disebut dengan finlet. ( Djunhanda,
1981 )
Komposisi kimia ikan tongkol
Komponen kimia utam dari daging ikan adalah air, protein dan lemak yang
mencapai 98 % dari total berat daging. Selain itu, komponen ini juga sangat
mempengaruhi terhadap nilai nutrisi, sifat fungis, kualitas sensori dan stabilitas
penyimpanan pada daging. Kandungan komponen kimia lainnya itu berupa
karbohidrat, vitamin dan mineral berkisar 2 % yang sangat memiliki peran penting
dalam biokima didalam jaringan ikan yang sudah mati ( Sikoski, 1994 ).
Kandungan gizi ikan tongkol ini berupa kadar air 71.00-76.776 %, protein 21.6026.30 %, lemak 1.30-2.10 %, mineral 1.20-150 % dan abu 1.45-3.40 %. Secara
umum bagian ikan yang dikonsumsi berkiasr antara 45 50 %. ( Suzuki, 1981 )
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Bivalvia
Order
:Pterioida
Family
: Pteriidae
Genus
: Pinctada
Species
: P. radiata
Kerang mutiara
Pinctada radiata, umumnya dikenal sebagai Atlantik mutiara tiram atau Teluk tiram
mutiara adalah spesies kerang mutiara didistribusikan ke seluruh Indo - Pasifik .
Pinctada radiata umumnya antara 50 dan 65 mm ( 2,0 dan 2,6 in) panjang ,
meskipun dapat mencapai 106 mm ( 4,2 in) .
Pinctada radiata terjadi di seluruh Indo - Pasifik dan Laut Mediterania di semua
kedalaman , meskipun umumnya ditemukan antara 5-25 m ( 16-82 kaki) . Pinctada
radiata menempel pada berbagai substrat keras , termasuk batu dan bangkai
kapal .Pinctada radiata adalah umum di seluruh jangkauan , mungkin karena
adaptasi terhadap lingkungan subtropis dan kemampuan untuk bertahan hidup di
air yang tercemar .
Pinctada radiata dipanen untuk mutiara , terutama di perairan Qatar , di mana hal
itu mungkin merupakan hingga 95 % hasil tangkapan tiram . Hal ini juga ditangkap
untuk dimakan dagingnya dan shell berkilau . Pinctada radiata juga telah diteliti
untuk kemungkinan digunakan sebagai bioindikator logam berat.
Ordo : Neotaenioglossa
Famili : Strombidae
Genus : Strombus
Siput gonggong merupakan salah satu spesies dari siput laut menengah, yang
termasuk dalam filum moluska dan berada dalam keluarga strombidae
yangdianggap sebagai spesies ekonomis penting di Indo-Pasifik Barat.Pada
tingkatindividu dewasa memiliki cangkang berwarna coklat kekuningan atau emas
dan abu-abu. Selain itu juga siput gonggong memiliki karakteristik, yaitu
cangkangmenyerupai gasing dan tutup cangkang berbentuk sabit, mulut cangkang
(aperture) tumbuh melebar ke arah luar, lekukan stromboid terletak di sisi kanan
anterior cangkang, tepi cangkang bagian luar (outer lip) menebal, lapisan
cangkangnya tebal, permukaan gelung besar rata tanpa tonjolan atau lekukan,
panjang maksimum cangkang dapat mencapai 100 mm, tetapi umumnya berukuran
65 mm. Permukaan luar cangkang mulus, saluran siphonal yang terdapat pada
spesies ini berbentuk lurus, dan pendek, serta columella yang halus dan benarbenar tanpa lipatan. Pada bagian tubuh yang tegak dengan beberapa alur spinal
anterior yang menegak berbentuk kerucut, berkerut, dan halus.
Cangkang siput gonggong lebih berfungsi sebagai alat gerak pengeruk substrat dan
bela diri atau mempertahankan diri daripada sebagai tutup cangkang, karena tidak
menutup seluruh daerah mulut cangkang (Yonge1976dalam Utami
2012).Pertumbuhan cangkang moluska sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
bahan-bahan pembentuk cangkang, seperti kalsium karbonat sebagai unsur makro,
magnesium karbonat, silikat, fosfat, asam amino, seperti asam asparatik, serine,
alanine dan lainnya sebagai unsur mikro (Bevelander et al 1981).
2.1.2. Habitat dan Tingkah Laku Siput Gonggong
Habitat siput gonggong umumnya adalah substrat lumpur berpasir yang banyak
ditumbuhi tumbuhan bentik seperti lamun dan makro alga, mulai dari batas surut
terendah hingga kedalaman 6 meter (Abbott, 1960). Pemilihan habitat ini
mengikuti ketersediaan makanan berupa detritus dan makro alga serta kondisi
lingkungan yang terlindung dari gerakan massa air (Nybakken, 1988).
Siput gonggong lebih bersifat epifauna atau hidup di atas permukaan substrat,
walaupun hewan ini juga memiliki kebiasaan membenamkan diri pada waktu-waktu
tertentu.Pemilihan ini dikarenakan kegiatan mencari makan dan reproduksi
dilakukan di permukaan substrat.Jenis siput laut ini memiliki tingkah laku dalam
beberapa fase sebagai berikut fase membenamkan diri ke dalam substrat, fase aktif
mencari makan di permukaan substrat, dan fase reproduksi. Siput gonggong akan
membenamkan diri ke dalam substrat pada saat pergerakan masaa air.
2.1.3. Reproduksi dan Siklus Hidup
Menurut Barker (2001), banyak gastropoda alat kelaminnya terpisah, sehingga tiap
individu adalah dioseus dengan satu gonad yang terletak dekat apex. Secara umum
Gastropoda memiliki alat kelamin yang terpisah, begitu pula halnya dengan siput
gonggong (Strombus turturella).
Penelitian tentang reproduksi siput gonggong belum banyak dilakukan baik di
daerah tropis maupun sub-tropis.Musim penangkapan siput gonggong di perairan P.
Bintan Riau mencapai puncaknya pada bulan Mei hingga Oktober (Amini, 1986).
Menurut Barnes(1994)dalam Siddik (2011), kebanyakan gastropoda bersifat dioseus
dengan sebuah gonad (ovari atau testis) terletak dekat saluran pencernaan dalam
massa viseral .
1.Trochus sp.
Animalia
Kingdom
Phylum
: Mollusca
Class
: Gastropoda
Clade:
Vetigastropoda
Superfamily : Trochoidea
Family
: Trochidae
Genus
: Trochus
Invertebrata
Spesies
Trochus sp.
2. Strombus sp
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Subkelas
: Orthogastropoda
Ordo
: Sorbeoconcha
Famili
: Strombidae
Genus
: Strombus
Spesies
: Strombus sp
Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang dari kelas Bivalvia yang berpotensi
dan memiliki nilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan
mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Kerang darah
biasanya dijadikan makanan dan diproduksi dalam bentuk segar, hidup, kupas
rebus, dan sate. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik preparasi kerang
darah (Anadara granosa), mengetahui karakteristik rendemen, laju kemunduran
mutu, dan komposisi kimia (analisis proksimat). Metode yang digunakan adalah
perhitungan morfometrik, perhitungan rendemen dari kerang darah, dan analisis
proksimat. Data yang diperoleh dari hasil praktikum adalah panjang total kerang
darah (3,13 0,24) cm, lebar (2,53 0,29) cm, tinggi (2,29 0,41) cm, dan bobot
total (10,29 1,74) gr. Rendemen kerang darah yang diperoleh adalah rendemen
daging sebesar 13%, rendemen cangkang sebesar 69%, dan rendemen jeroan
sebesar 18%.
Kata kunci : analisis proksimat, kerang darah, morfometrik, rendemen.
PENDAHULUAN
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu jenis kerang yang
berpotensi dan bernilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan sebagai sumber
protein dan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Kerang darah banyak ditemukan pada substrat yang berlumpur di muara sungai
dengan topografi pantai yang landai sampai kedalaman 20 m. Kerang darah bersifat
infauna yaitu hidup dengan cara membenamkan diri di bawah permukaan lumpur di
perairan dangkal (PKSPL 2004).
Ciri-ciri dari kerang darah adalah mempunyai dua keping cangkang yang tebal,
ellips, dan kedua sisi sama, kurang lebih 20 rib, cangkang berwarna putih ditutupi
periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Ukuran
kerang dewasa 6-9 cm. Menurut Pratt (1935) dan Barnes (1974) klasifikasi dari
kerang darah (Anadara granosa) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Pelecypoda/ Bivalvia
Subkelas : Lamelladibranchia
Ordo : Taxodonta
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
: Moluska
Kelas
: Bivalva
Ordo
: Arcoida
Famili
: Arcidae
Subfamili
: Anadarinae
Genus
: Anadara
Spesies
: Anadara sp.
Menurut Moeljanto dan Heruwati (1975) diacu dalam Kasry (2003), kerang darah
merupakan salah satu jenis kerang yang mempunyai nilai ekonomis penting dan
disukai masyarakat. Selanjutnya Ismail (1971) diacu dalam Kasry (2003)
mengatakan kerang darah mempunyai rasa yang guring karena mengandung lemak
dan kadar protein yang tinggi. Komposisi kimia kerang dara (Anadara sp.) adalah air
83%, lemak 0.91%, protein 10.33% dan kadar abu 1.84% (Moeljanto dan Heruwati
1975 diacu dalam Kasry 2003). Kerang darah yang telah dewasa yang berukuran
diameter 4 cm dapat memberikan sumbangan energi sebesar 59 kalori serat
mengandung 8 gram protein, 1.1 gram lemak, 3.6 gram karbohidrat, 133 mg
kalsium, 170 mg phosfor, 300 SI vitamin A dan 0.01 mg vitamin B1 (Karnadi 1991
diacu dalam Kasry 2003).
Kerang merupakan mahkluk filter feeder yang mengakumulasi bahan-bahan yang
tersaring di dalam insangnya. Dalam prosesnya bakteri dan mikroorganisme lain
yang ada di sekelilingnya dapat terakumulasi dan mencapai jumlah yang
membahayakan untuk dikonsumsi (Leslie dan lee 1984 diacu dalam Kasry 2003).
Budiman (1975) diacu dalam Kasry (2003) menyatakan bahwa tercatat 20 jenis
kerang dari famili Acidae, sedangkan yang dimanfaatkan untuk di ambil dagingnya
masih terbatas pada kerang dara (Anadara granosa), kerang bulu (Anadora inflata)
dan kerang gelatik (Anadora antiquata).
Pemanfaatan kerang saat ini masih terbatas pada konsumsi, dalam hewan segar
atau diawetkan dengan penggaraman dan penyaringan. Pengawetan tersebut
bertujuan untuk menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan/
mempertahankan mutu, menghindari terjadinya keracunan dan mempermudah
penanganan serta penyimpanan (Winaryo dan laksmi 1974 diacu dalam Kasry
2003).
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Phylum mollusca sudah ada sejak zaman kambrian,kira-kira 450 juta tahun yang
lalu. Hal ini terbukti dengan banyaknya penemuan fosil molluska yang berasal dari
zaman kambria. Phylum hewani ini merupakan golongan kedua terbesar didunia
hewan (regnum animalia ). Semuanya tersebar,baik didarat(teresterial),maupun
diair(akuatik). Penyebaran hewan ini sangat luas ,baik geografis maupun geologis.
Dikenal lebih dari 100.000 spesies yang masih hidup dan mungkin lebih besar lagi
jumlah fosilnya
Molluska berasal dari katamollsyang artinya lunak,kalau ditinjau dari keadaan
yang primitif,tubuh molluska menunjukan simetris bilateral (dimana bagian sebelah
kiri merupakan bayangan dari sebelah kanan ). Dan sebagian besar tubuh hewan
molluska yang lunak dilindungi oleh cangkang (exoskleton) yang keras. Cangkang
(exoskleton)yang melindungi tubuh hewan molluska terbuat dari kalsium karbonat
(CaCO3) atau zat kapur. Tubuh utama molluska diselimuti oleh lipatan cangkang
A.
Rumusan Masaalah
Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini
adalah bagaimana cara kita bisa mengetahui lebih luas tentang kerang Mutiara
(Anadara sp)
B.
tujuan Penulisan
Pada penulisan yang penulis sajikan di atas maka tujuan yang ingin di capai
adalah supaya kita bisa mengetahui tentang Kerang Mutiara (Anadara sp)
C.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat disimpulkan adalah penulis dan pembaca dapat
mengetahui tentang Kerang Mutiara (Anadara sp)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian kerang
Kerang adalah hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak (moluska).
Pengertian kerang bersifat umum dan tidak memiliki arti secara biologi namun
penggunaannya luas dan dipakai dalam kegiatan ekonomi.
Dalam pengertian paling luas, kerang berarti semua moluska dengan sepasang
cangkang. Dengan pengertian ini, lebih tepat orang menyebutnya kerang-kerangan
dan sepadan dengan articlam yang dipakai di Amerika. Contoh pemakaian seperti
ini dapat dilihat pada istilah "kerajinan dari kerang".
Kata kerang dapat pula berarti semua kerang-kerangan yang hidupnya menempel
pada suatu obyek. Ke dalamnya termasuk jenis-jenis yang dapat dimakan, seperti
kerang darah dan kerang hijau (kupang awung), namun tidak termasuk jenis-jenis
yang dapat dimakan tetapi menggeletak di pasir atau dasar perairan, seperti lokan
dan remis.
Kerang juga dipakai untuk menyebut berbagai kerang-kerangan yang bercangkang
tebal, berkapur, dengan pola radial pada cangkang yang tegas. Dalam pengertian
ini, kerang hijau tidak termasuk di dalamnya dan lebih tepat disebut kupang.
Pengertian yang paling mendekati dalam bahasa Inggris adalah cockle. Dalam
pengertian yang paling sempit, yang dimaksud sebagai kerang adalah kerang darah
(Anadara granosa), sejenis kerang budidaya yang umum dijumpai di wilayah IndoPasifik dan banyak dijual di warung atau rumah makan yang menjual hasil laut.
B.
Ciri-ciri umum
C.
Fisiologi Anatomi
1) Cangkang
Cangkang adalah rangka luar pada kerang. Cangkang ini dibentuk oleh sel-sel
cangkang (epitel mantel) yang mengeluarkan secreta . Cangkang terdiri dari 3
lapisan dari luar kedalam, adalah :
a.
Periostracum ,yang berwarna hitam,terbuat dari bahan tanduk yang disebut
cocchiolin.
b.
Prismatic ,yang tersusun dari kristal-kristal kalsium karbonat(zat kapur yang
berbentuk prisma )
c.
Lapisan nacreas (mutiara) ,juga terdiri dari kristal-kristal kalsium karbonat
(zat kapur yang berbentuk prisma tetapi susunannya lebih rapat.
d.
Engsel cangkang dibentuk oleh jaringan ikat yang disebut ligamentum. Kedua
cangkang dapat membuka dan menutup , karena adanya dua otot adductor ,satu
terletak di bagian anterior dan satunya lagi terdapat di bagian posterior.
D.
Klasifikasi
Kingdom
: Hewan
Filum
: Moluska
Subfilum
: Invertebrat
Kelas
: Bivalvia
Order
: Veneroida
Superkeluarga : Cardioidea
Keluarga
: Cardiidae
Spisies
: Anadara sp
ABSTRAK
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu jenis kerang yang memiliki
nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi. Kerang darah kaya akan kandungan
protein dan mineral yang berpotensi dalam memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat Indonesia. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik preparasi
kerang darah, menghitung rendemen, laju kemunduran mutu, serta komposisi kimia
(analisis proksimat) kerang darah. Parameter yang digunakan dalam praktikum ini
antara lain berat total, lebar, panjang, tinggi, rendemen cangkang, rendemen
daging dan rendemen jeroan. Berdasarkan data yang diperoleh, yaitu berat total
(10,481,65) gram, panjang (3,220,24) cm, lebar (2,590,34) cm, tinggi
(2,190,27) cm, rendemen cangkang 67%, rendemen daging 14% dan rendemen
jeroan 19%. Kemunduran mutu yang terjadi pada kijing tersebut dapat dipengaruhi
oleh suhu, ukuran, kandungan bahan dan cara penanganannya.
PENDAHULUAN
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan kelas bivalva famili Archidae dan
genus Anadara. Bentuknya bulat kipas, agak lonjong, mempunyai dua belahan yang
sama (simetris), kerang ini memiliki garis palial pada cangkang sebelah dalam
lengkap dan garis palial bagian luar beralur. Bagian dalam halus dengan warna
putih mengkilat. Warna dasar kerang dara yaitu putih kemerahan (merah darah),
bagian daging berrwarna merah dan ukuran lebar cagkang dapat mencapai 4 cm
(Umbara dan suseno 2006). Klasifikasi kerang darah menurut Boom (1985) dalam
Marzuki et al. 2006, adalah sebagai berikut:
Filum
: Mollusca
Kelas
: Bivalva
Ordo
: Arcoida
Famili
: Arcidae
Sub Famili
: Anadarinae
Genus
: Anadara
Spesies
: Anadara granosa
pada kondisi kadar oksigen yang relatif rendah, bahkan setelah dipanen masih bisa
hidup walaupun tanpa air. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika pedagang
menjual kerang dalam keadaan hidup dengan ciri cangkang tertutup rapat bila
terkena sentuhan. Sedangkan kerang yang mati cangkangnya agak terbuka dan
sedikit menganga yang diikuti oleh bau segar yang perlahan-lahan berganti dengan
bau busuk (amoniak) (PKSPL 2004).
Ciri-ciri kerang darah adalah sebagai berikut: mempunyai 2 keping cangkang yang
tebal, ellifs dan kedua sisi sama, kurang lebih 20 rib, cangkang berwarna putih
ditutupi periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai cokelat kehitaman.
Ukuran kerang dewasa 6-9 .Kerang darah (Anadara granosa) termasuk kedalam
hewan lunak yang hidup pada perairan berlumpur, hidupnya dengan cara
membenamkan diri di dalam lumpur berpasir di daerah pasang surut. Biota ini
mampu mengakumulasikan timbal sehingga dapat dimanfaatkan sebagai indikator
pencemaran (Nurdin et.al 2006).
Kerang darah memiliki fungsi ekologi yang sama dengan kerang hijau. Namun, laju
pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat dibanding kerang hijau yaitu 0,098
mm/hari. Kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan untuk mencapai tubuh
yang berdiameter 4-5 mm.
Pertumbuhan kerang darah dapat diamati dengan melihat pertambahan ukuran
cangkang kerang. Bertambahnya ukuran kerang ditandai dengan bertambahnya
garis pertumbuhan. Secara umum pengukuran panjang merupakan salah satu
parameter untuk mengetahui pertumbuhan kerang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kerang yaitu musim, suhu, makanan, salinitas dan
faktor kimia air lainnya yang berbeda-beda pada masing-masing daerah. Pada
tahun 1989 produksi kerang darah di Riau baru mencapai 5.871,7 ton. Sedangkan
pada tahun 1993 sudah mencapai 10.544,1 ton. Ini berarti terjadi peningkatan
produksi kerang darah pertahun sebesar 16,6 % (DKP 1994).
Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan
Agustus/September. Hewan ini termasuk hewan berumah dua. Kematangan gonad
terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan berumur
kurang dari satu tahun. Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang yang
mempunyai nilai ekonomis penting. Kerang darah mempunyai rasa yang gurih
karena mengandung lemak dan kadar protein yang tinggi. Namun, pemanfaatan
kerang saat ini masih terbatas dalam pengelolaannya sebagai bahan baku konsumsi
ataupun pemanfaatan dalam bentuk lainnya.
Pengolahan kerang darah dilakukan dengan cara pengawetkan, penggaraman dan
pengeringan. Pengawetan tersebut bertujuan untuk menghambat dan mencegah
terjadinya kerusakan/mempertahankan mutu, menghindari terjadinya keracunan
dan mempermudah penanganan serta penyimpanan.
Komposisi kimia kerang sangat bervariasi tergantung pada spesies, jenis kelamin,
umur, dan habitat. Pada umumnya kerang kaya akan asam suksinat, asam sitrat,
asam glikolat yang erat kaitannya dengan cita rasa dan memberikan energi sebagai
kalori. Selain itu kerang juga mengandung enzim tiaminase dalam jumlah yang
besar sehingga dapat merusak vitamin B1 bila dikonsumsi dalam keadaan mentah.
Tiaminase dapat diinaktifkan dengan pemanasan atau pemasakan (OFCF 1987).
Praktikum kali ini dilaksanakan bertujuan mempelajari karakteristik kerang darah
(Anadara granosa) yang meliputi ukuran, komposisi kimia, analisis proksimat. Selain
itu, kemunduran mutu juga bertujuan mengetahui karakteristik bahan baku.
: Bivalva
Subkelas: Pteriomorphia
Ordo
: Arcoida
Famili : Arcidae
Subfamili : Anadarinae
Genus : Anadara
Spesies: Anadara granosa
3. Ciri-ciri (Morfologi dan Anatomi) Anadara granosa (Kerang Darah)
3.1. Morfologi Anadara granosa (Kerang Darah)
Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis bivalvia yang hidup
pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping
cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah
persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua valve
tersebut.
Kerang darah mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup
dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal
tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu
periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung.
lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma,
lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan
kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua.
Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel
pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh
dan terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata
pada tepi mantelnya. Banyak diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya
memilikikelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat
berubah kelamin.
Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang
berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernafas dengan
dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran
(lamela) yang banyak mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel
terdapat rongga mantel yang merupakan jalan keluar masuknya air.
3.2. Anatomi Anadara granosa (Kerang Darah)
Hewan berkaki pipih, cangkok berjumlah dua (sepasang) ada di bagian anterior dan
umbo (bagian yang membesar/menonjol) terdapat dibagian posterior (punggung).
Cangkol tersusun dari zat kapur dan terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
Periostrakum
(luar)
Prismatik
(tengah, tebal)
Nakreas
(dalam, disebut pula sebagai lapisan mutiara)
Hewan ini bersifat hermaprodit dan kebanyakan hewan ini mempunyai alat kelamin
yang terpisah. Pada saat terjadi perkawinan, alat kelamin jantan akan
mengeluarkan sperma ke air dan akan masuk dalam tubuh hewan betina. Melalui
sifon air masuk, sehingga terjadilah pembuahan. Ovum akan tumbuh dan
berkembang yang melekat pada insang dalam ruang mantel, kemudian akan
menetas dan keluarlah larva yang disebut glokidium. Larva ini akan keluar dari
dalam tubuh hewan betina melalui sifon air keluar, kemudian larva tersebut
menempel pada insang atau sirip ikan dan larva tersebut akan dibungkus oleh
lendir dari kulit ikan. Larva ini bersifat sebagai parasit kurang lebih selama 3
minggu. Setelah tumbuh dewasa, larva akan melepaskan diri dari insang atau sirip
ikan dan akan hidup bebas.
6. Distribusi atau Penyebaran Anadara granosa (Kerang Darah)
Kerang ini menghuni kawasan Indo-Pasifik dan tersebar dari pantai Afrika timur
sampai ke Polinesia. Hewan ini gemar memendam dirinya ke dalam pasir atau
lumpur dan tinggal di mintakat pasang surut. Panjang dewasanya berukuran 5
sampai 6 cm dan lebar 4 sampai 5 cm.
Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis bivalvia yang hidup
pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping
cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah
persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua valve
tersebut.
Kerang Mutiara
Kerang mutiara adalah hewan yang bertubuh lunak atau moluska yang hidup dilaut,
Tubuhnya dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras, Termasuk dalam
lokasi Bivalvia dan Famili Pteriidae. Anatomi dan Morfologi Kerang mutiara yaitu,
memiliki sepasang cangkang, bentuknya pipih berwarna kuning kecoklatan. Kedua
cangkang tersebut tidak memiliki cangkang sama bentuknya (ineguivalven),
cangkang agak pipih sedangkan cangkang kiri cembung. Dibagian tengah dorsal
sepasang cangkang dihubungkan oleh ligmen yang elastis serta adanya gigi engsel.
Kedua cangkang memiliki otot yang liat dan kuat yang berfungsi untuk membuka
dan menutup.
Cangkang bagian dalam berwarna putih mengkilat atau disebut lapisan nacre
(mother of pearly) pada bagian sentral. Lapisan nacrenya berwarna kuning emas
(gold up). Di luar batas garis nacre (non nacreusbordes) berwarna coklat kehitaman.
: Moluska
Kelas
: Bivalvia
Sub kelas
: Lamellabrancia
Ordo
: Anysomyaria
Sub ordo
: Pteriomorpha
Sub famili
: Pteriidae
Genus
: pinctada
Spesies
: pictada sp.
A.
Secara alami
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel
kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan
masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan
terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth
Strack ( secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006)
mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar,
terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada
prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk
ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas
mengeluarkan / mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang
disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teori irritant mengungkapkan bahwa
pada suatu saat bagian ujung mantel kerang dimakan oleh ikan, hal ini
dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian
mantelnya untuk menyerap makanan.Saat mantelnya putus, bagian remah
eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teoriirritant juga mengungkapkan
bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya
menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke
organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa
sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya.
Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh
epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara.
Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam
rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk
kantung mutiara.
Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga
mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat
dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja
masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya.
Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung
mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat
tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori
masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak
lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti
mutiaranya bukanlah partikel padat.
B.
Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami
proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses
ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara.
Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan
memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan
gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi
akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini
bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil
sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk
bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil.
Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam
partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara
diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses
weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka
makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi
dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang
keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang
terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening
sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan
dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya.
Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua
cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan
membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini
memudahkan kita, karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun
bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan
maka peg akan melukai mantel kerang. Mutiara hasil budidaya menggunakan
prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai dasar
terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang
biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel atau
disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini
mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat
pada bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang teknisi akan membunuh
kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya.
Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang.
Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua
cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang
didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia
tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada
kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3
mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga
kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima
sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini
ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk
membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara
gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo.
Ukuran Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan
se dalam-dalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo.
Lembar saibo ini ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian
ectoderm (yang berisi epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila
terbalik maka kemungkinan terbentuk mutiara bulat sangat kecil. Setelah itu
kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan akhirnya dikembalikan ke laut.
Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan mutiara. Pada
prinsipnya, dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak
akanmenendang keluar inti yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara
bulat yang berkualitas baik. Proses pemilihan kerang untuk penerima/penghasil
mutiara juga mempertimbangkan umur kerang dan masa reproduksinya. Bila
kerang dalam masa reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga dianggap tak
cocok untuk disisipkan inti. Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara
yang dihasilkan nanti.
Proses budidaya tiram mutiara secara garis besar melalui 2 tahapan, yaitu:
1.
Pengoprasian tiram
Cara pemasangan inti mutiara bulat pada tiram mutiara yang telah terbuka
cangkangnya,dengan menempatkannya dalam penjepit dengan posisi bagian
anterior menghadap ke pemasang inti. Setelah posisi organ bagian dalam terlihat
jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
Penempatannya harus bersinggung an dengan mantel. Setelah pemasangan inti
selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharan
2.
Proses pemeliharaan
Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan
posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar.
Disamping itu tempat dimasukan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian
atas.
1.
Faktor Ekologi
Lokasi Terlindung
Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang.
Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung
dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan
arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan
stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk.
b. Dasar perairan
Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat
pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk
melakukan budidaya tiram mutiara.
c.
Arus air
Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk
menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam tiram dan
mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu
diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan
terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan
pencemaran lain.
d. Salinitas
Dilihat dari habitatnya, tiram mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang
tinggi. Tiram mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka
waktu yang pendek, yaitu 2 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang
memiliki salinitas antara 32 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup tiram mutiara.
e.
Suhu
Kecerahan air
Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air.
Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan
cangkang. Cangkang tiram akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka
lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara
4,5 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan
sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk tiram harus dipelihara di kedalaman
melebihi tingkat kecerahan yang ada.
g.
Derajat keasaman
Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar
antara pH 7,8 pH 8,6 agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Pada prinsipnya, habitat tiram mutiara di perairan adalah dengan pH lebih
tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00.
Aktivitas tiram akan meningkat pada pH 6,75 pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0
6,5.
h.
Oksigen terlarut
Rakit Pemeliharaan
kayu, bahan rakit dapat pula terbuat dari bambu, pipa paralon, besi, ataupun
alumunium. Bahan pembuat ini disesuaikan dengan anggaran, ketersediaan bahan,
dan umur ekonomis.
Untuk menjaga agar rakit tetap terapung, digunakan pelampung seperti pelampung
yang terbuat dari styrofoam, drum plastik, dan drum besi. Agar rakit tetap kokoh,
maka sambungan sambungan kayu diikat dengan kawat galvanizir. Apabila kayu
berbentuk persegi, maka sambungan dapat menggunakan baut. Pemasangan rakit
hendaknya dilakukan pada saat air pasang tertinggi dan diusahakan searah dengan
arus air atau sejajar dengan garis pantai.
Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan rakit apabila terjadi gelombang
besar. Agar rakit tetap berada pada posisi semula, maka rakit diberi jangkar berupa
pemberat yang terbuat dari semen seberat 50-60 kg. Tali jangkar yang digunakan
antara 4-5 kali kedalaman tempat.
b.
Keranjang pemeliharaan induk bisa terbuat dari kawat galvanizir, plastik, atau
kawat alumunium. Jika menggunakan bahan dari kawat, sebaiknya keranjang
dilapisi atau dicelupkan dengan bahan plastik atau aspal sehingga daya tahan
keranjang tersebut lebih lama. Ukuran keranjang 25 cm x 25cm x 60 cm. Ukuran ini
dapat bervariasi, tergantung ukuran induk, ketersediaan bahan, biaya, dan
kemudahan penanganannya. Satu keranjang pemeliharaan dapat diisi dengan induk
ukuran dorso ventral 17 20 cm (DVM) sebanyak 8 10 ekor.
Untuk pendederan atau pemeliharaan spat yang baru dipindahkan dari hatchery,
digunakan keranjang jaring ukuran 40 cm x 60 cm. Untuk spat ukuran 2-3 cm
dipelihara dalam keranjang dengan lebar jaring ukuran 0,5 1 cm. Lebar mata
jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat. Semakin besar ukuran spat,
maka digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air
dapat terjaga dengan baik.
c.
Spat Kolektor
Bahan yang digunakan untuk tempat penempelan spat atau sebagai substrat
disebut kolektor. Spat kolektor dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya
serabut tali PE, tali PE, senar plastik, paranet, asbes gelombang, genteng fiber, atau
bilah pipa paralon. Jika terbuat dari bahan paranet, serabut tali, atau bahan lain
berbentuk serabut, maka harus digunakan kantong untuk meletakkan bahan
tersebut. Keranjang jaring dengan kerangka besi atau kawat ukuran 40 cm x 60 cm
juga dapat digunakan sebagai wadah kolektor. Potongan paranet atau serabut tali
dimasukkan ke dalam kantong-kantong jaring dan diikat erat.
Pipa paralon juga dapat digunakan sebagai kolektor. Caranya pipa paralon
berdiameter 2-3 inci dipotong sepanjang 30 50 cm, lalu dibelah menjadi dua.
Selanjutnya belahan pipa tersebut dijalin dengan tali PE (berdiameter 3-5 mm)
sepanjang 40 50 cm.
d. Bak Pencucian
Bak pencucian digunakan untuk membersihkan tiram mutiara dari organisma dan
parasit lain yang menempel pada tiram mutiara. Organisma dan parasit yang
menempel di kulit tiram akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tiram
mutiara. Bak pencucian biasanya terbuat dari fiberglass, tetapi ada juga bak
pencucian ini terbuat dari bahan lain yang awet, seperti dari semen, plastik dan
bahan lainnya.
4. Bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini ada dua macam yaitu :
(1). Spat (benih) tiram mutiara jenis pinctada maximal
(2). Inti bundar (nukleus).
Kedua jenis bahan baku ini merupakan bahan baku utama yang harus ada dalam
proses budidaya tiram mutiara. Inti bundar atau nukleus merupakan benda yang
disuntikkan kedalam tiram untuk menghasilkan mutiara.
Protein lengkap
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai
ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini
dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya
yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari
Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk
ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di
pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen.
Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik
dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun
kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.
Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula
diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk
budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di
laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat
memenuhi permintaan yang terus meningkat. Selain itu harganya pun dari waktu ke
waktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik
maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai
daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan
mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan
modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca
panen.
Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa pihak, diantaranya
perusahaan besar dengan menggunakan tenaga asing ataupun Balai Budidaya Laut
sejak tahun 1991. Spat yang dihasilkan dari hatchery lebih disukai oleh pengusaha
budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu pembudidayaan
dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar
1.2.
Tujuan
a.
b.
c.
d.
Mengetahui kerang mutiara apa saja nyang mempunyai nilai ekonomis tinggi
BAB II
PEMBAHASAN
: Moluska
Kelas
: Bivalvia
Sub kelas
: Lamellabrancia
Ordo
: Anysomyaria
Sub ordo
: Pteriomorpha
Sub famili
: Pteriidae
Genus
: pinctada
Spesies
: pictada sp.
Keterangan :
a.
Ventral
b.
Anterior
c.
Dorsal
d.
Posterior
Anatomi dalam tubuh kerang mutiara :
Keterangan :
a.
b.
Mantel
Gonad
h. Cangkang
i. Engsel
c.
Otot
j. Lambung
d.
Insang
k. Usus
e.
Mulut
l. Anus
f.
Kaki
m. Jantung
g.
Bisus
n. Bosis
Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga
mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat
dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja
masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya.
Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung
mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat
tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori
masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak
lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti
mutiaranya bukanlah partikel padat.
Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam
partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara
diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses
weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka
makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi
dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang
keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang
terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening
sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan
dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya.
Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang.
Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua
cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang
didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia
tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada
kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3
mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga
kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima
sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini
ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk
membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara
gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo.
aksonomi dan Klasifikasi
Kerang mutiara adalah hewan yang bertubuh lunak atau moluska yang hidup dilaut, tubuhnya
dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras, termasuk dalam lokasi Bivalvia dan
Famili Pteriidae.
Kalsifikasi kerang mutiara :
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Sub kelas : Lamellabranchia
Ordo : Anysomyaria
Sub ordo : Pteriomorpha
Sub famili : Pteriidae
Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada maxima
Morfologi dan anatomi
Memiliki sepasang cangkang, bentuknya pipih berwarna kuning kecoklatan. Kedua cangkang
tersebut tidak memiliki cangkang sama bentuknya (ineguivalven), cangkang agak pipih
sedangkan cangkang kiri cembung. Dibagian tengah dorsal sepasang cangkang dihubungkan
oleh ligmen yang elastis serta adanya gigi engsel. Kedua cangkang memiliki otot yang liat dan
kuat yang berfungsi untuk membuka dan menutup. Cangkang bagian dalam berwarna putih
mengkilat atau disebut lapisan nacre (mother of pearly) pada bagian sentral. Lapisan nacrenya
berwarna kuning emas (gold up). Di luar batas garis nacre (non nacreusbordes) berwarna coklat
kehitaman.
Menurut Wada (1991) dalam Muzakkir, cangkang tiram mutiara terdiri dari tiga lapisan yaitu
Periostrocum (lapisan luar) tipis, biasanya rapuh setelah tua, lapisan prismatic merupakan
bagian utama cangkang dan lapisan nacreous yang merupakan lapisan induk mutiara yang
berada dibagian dalam cangkang.
Syarat-syarat lokasi Budidaya Tiram mutiara
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya Tiram mutiara adalah :
1. Faktor alam
2. Sumber pencemaran
3. Keamanan
4. Sarana PendukunG
5. Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap lokasi budidaya Tiram mutiara yaitu :
a. Dasar perairan
Tiram mutiara cocok hidup pada lokasi perairan yang berkarang atau yang mengandung
pecahan-pecahan karang, tidak cocok pada peraiarn yang berpasir.
b. Kedalaman
Tiram mutiara cocok hidup pada kedalaman air 15-20 m.
c. Arus air
Budidaya tiram mutiara cocok hidup pada yang terhadang pada arus yang kuat.
c. Salinitas
Salinitas budidaya tiram mutiara berkisar antara 32-35 ppt.
d. Suhu
Hidup pada suhu 28-300C.
e. Kecerahan
f. Kecerahan air pada kegiatan budidaya adalah 4,5-5,6 m.
g. pH (derajat keasaman)
h. Derajat keasaman sekitar 7,8-8,6.
i. Oksigen terlarut
j. Oksigen yang terlarut adalah 5,22-6,65 ml/L dengan rata-rata kebutuhan oksigen untuk
metabolisme tiram adalah 4,8 mg/jam.
Keterangan :
1. Ventral
2. Anterior
3. Dorsal
4. Posterior
Keterangan :
1. Mantel
2. Gonad
3. Otot
4. Insang
5. Mulut
6. Kaki
7. Bisus
8. Cangkang
9. Engsel
10. Lambung
11. Usus
12. Anus
13. Jantung
14. Bosis
digunakan
untuk
mengembangkan
teknik
pembenihan
dan
yaitu: Monoplancohora,
Amphineura,
Gastropoda,
Lamellibrachiata, atauPellecypoda,
seaphopoda, dan Cephalopoda (Mulyanto,
1987).
Tiram
merupakan
hewan yang mempunyai cangkang yang sangat keras dan tidak simetris.
Hewan ini tidak bertulang belakang dan bertubuh lunak (Philum
mollusca).
Klasifikasi tiram mutiara menurut mulyanto (1987) dan Sutaman(1993)
adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Sub kingdom
: Invertebrata
Philum
: Mollusca
Klas
: Pellecypoda
Ordo
: Anysomyaria
Famili
: Pteridae
Genus
: Pinctada
Pinctada
penguin. Di
beberapa
mutiara
terpenting
adalah
tiga
spesies,
yaitu, Pinctada
P. Martensii
P.
Margaritifera P. Maxima
3 inchi
Kecembungan Cembung
7 inchi
12 inchi
6 inchi
8 inchi
Abu-abu
kuning
Coklat
kehijauan
k. 1.7 coklat
ungu
Pucat hanya
Baris titik-titik suatu jejak
Nacre
Perak
kehijauan
Warna baja
Putih perak
Pinggiran
Jingga kuning
Hijau metalik
Kuning emas
Garis engsel
Panjangnya
Sedang
Pendek
Sedang
Warna Luar
Cangkan Garis
g
Cangkang
Nacre
(interior)Berat
60-100
cangkang tiap 15 cangkang
kan
tiap kan
Coklat
kuning
9-10
cangkang
tiap kan
(Pinctada
maxima)
(Shell, cangkan), yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak
pipih, sedangkan kulit sebelah kiri agak cembung. Specie ini mempunyai
diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir sama
sehingga
Tubuh tiram mutiara terbagi atas tiga bagian yaitu : Bagian kaki,
mantel, dan organ dalam. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang
bersifat
elastis
terdiri
dari
susunan
jaringan
otot
yang
dapat
5. Inti
2. Hati
6. Mantel
3. Perut
7. Otot adductor
4. Kaki
8. Otot refractor
tertentu
ditemukan
sejumlah
individu
hermaprodit
terjadi
sex
reversal
pada
tiram
mutiara
(Pinctada
maxima) menunjukan bahwa jenis kelamin pada tiram teryata tidak tetap.
Bentuk gonad tebal menggembung pada kondisi matang penuh, gonat
menutupi organ dalam (seperti perut, hati, dan lain-lain). Kecuali bagian
kaki pada fase awal, gonad jantan dan betina secara eksternal sangat
sulit dibedakan, keduanya berwarna krem kekuningan. Namun, setelah
fase matang penuh, gonad tiram mutiara (Pinctada maxima) jantan
berwarna
putih
krem,
sedangkan
betina
berwarna
kuning
tua.
sebagian
(Fully
maturation/partially spawned)
Gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten akan keluar
dengan sendirinya atau jika ada sedikit-sedikit trigger (getaran). oosyt
bebas dan terdapat diseluruh dinding kantong. Hampir semua oosyt
berbentuk bulat dan berinti, ukuran oosyt rata-rata 51,7 m.
Fase V : Salin (Spent)
Bagian permukaan gonad mulai menyusut dan mengerut dengan sedikit
gonad (kelebihan gamet) tertinggal didalam lumen (saluran-saluran
didalam organ reproduksi) pada kantong. Jika ada oosyt maka jumlahnya
hanya sedikit dan bentuknya bulat, ukuran rata-rata oosyt 54,4 m.
Hasil
pengamatan
terhadap
fase
kematangan
gonad
dan
musim
pemijahanPinctada maxima di teluk Hurun, Lampung dari tahun 19962002 menunjukan bahwa kematangan gonad terjadi setiap bulan. Namun,
fase kematangan gonad penuh (FKG IV) hanya terjadi pada bulan Maret,
Mei, dan Agustus-November. Gonad masa istrahat terjadi pada bulan
Desember. Fase I dan II terjadi hampir sepanjang tahun. Selama 7 tahun
pengamatan, terutama pada bulan April dan Juni, perkembangan gonad
tertinggi hanya sampai FKG II. Sementara FKG III terjadi pad bulan
Januari-Maret dan Juni-Desember (Winanto, 2004).
Pada musim tertentu, induk tiram mutiara di alam yang telah dewasa
akan bertelur. Kemudian, telur-telur tersebut akan di buahi oleh sel
kelamin jantan (sperma). Pembuhan terjadi secara eksternal didalam air.
Telur yang telah di buahi akan mengalami perubahan bentuk. Mula-mula
terjadi penonjolan polar, lalu membentuk polar lobe II yang merupakan
awal proses pembelahan sel, dan akhirnya menjadi multisel. Tahap
berikutnya
adalah
fase trocofor.
Dengan
bantuan
bulu-bulu
Selama
fase
planktonis,
larva
biasanya
berenang
dengan
yang
di
ikuti
tumbuhnya
planktonis.
Gerakan-gerakannya
kaki
sederhana
sebagai
dari
akhir
stadium
berenang
sampai
menjadi
tiram
mutiara
kelaminnya.
Banyak
ahli
yang
dewasa
dan
sependapat
dapat
beruba
bahwa Pinctada
Klasifikasi
Tiram mutiara termasuk dalam phylum mollusca, phylum ini terdiri atas 6 klas
yaitu: Monoplancohora,
Amphineura,
Gastropoda,
: Animalia
Sub kingdom
: Invertebrata
Philum
: Mollusca
Klas
: Pellecypoda
Ordo
: Anysomyaria
Famili
: Pteridae
Genus
: Pinctada
Spesies
: Pinctada maxima
(Jameson 1901)
adalah: Pintada
maxima,
Pinctada
margaritefera,
Pinctada
fucata,
chimnitzii,
2.2 Habitat
Tiram mutiara jenis Pinctada sp. yang banyak dijumpai di berbagai Negara
seperti Pilipina, Thailand, Birma, Australia dan perairan Indonesia, sebenarnya lebih
menyukai hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir.
Disamping itu juga banyak dijumpai pada kedalaman antara 20 m 60 m. Untuk
perairan Indonesia sendiri jenid tiram Pinctada maxima banyak terdapat di wilayah
Indonesia bagian timur, seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut Arafuru.
(Sutaman 1993)
Menurut Sutaman (1993) kondisi dan kualitas air yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan, ukuran dan kualitas mutiara adalah sebagai berikut :
a. Dasar Perairan
Dasar perairan secara fisik maupun kimia berpengaruh besar terhadap
susunan dan kelimpahan organisme di dalam air termasuk bagi kehidupan tiram
mutiara.
Adanya perubahan tanah dasar (sedimen) akibat banjir yang menyebabkan dasar
perairan tertutup lumpur sering menimbulkan kematian pada tiram terutama yang
masih muda. Oleh karena itu dasar perairan yang berpasir atau berlumpur tidak
layak untuk lokasi budidaya tiram mutiara. Dasar perairan yang cocok untuk
budidaya untuk budidaya tiram mutiara ialah dasar perairan yang berkarang atau
mengandung pecahan-pecahan karang. Bisa juga dipilih dasar perairan yang
terbentuk akibat gugusan karang yang sudah mati atau gunungan-gunungan
karang.
b. Kedalam
Kedalaman air dilokasi budidaya mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap kualitas mutiara. Berdasarkan penelitian semakin dalam letak tiram yang
dipelihara,maka kualitas mutiara yang dihasilkan akan semakin baik.
Kedalaman perairan yang cocok untuk budidaya tiram mutiara ialah berkisar antara
15 m s/d 20 m. Pada kedalaman ini pertumbuhan tiram mutiara akan lebih baik.
c. Arus Air
Banyak sedikitnya kelimpahan plankton sebagai makanan alami tiram sangat
tergantung pada kuat tidaknya arus yang mengalir dilokasi tersebut. Tiram mutiara
memiliki sifat filter feeder. Oleh karena itu tiram mutiara akan mudah kelaparan
pada kondisi arus yang terlalu kuat yang terjadi selama berjam-jam dalam sehari.
Lokasi yang cocok untuk budidaya tiram mutiara ialah yang terlindung dari arus
yang kuat. Disamping itu pasang surut yang terjadi mampu menggantikan massa
air secara total dan teratur,sehingga ketersediaan oksigen terlarut maupun
plankton segar dapat terjamin.
d. Salinitas
Kualitas mutiara yang terbentuk dalam tubuh tiram dapat dipengaruhi oleh
kadar salinitas yang terlalu tinggi, warna mutiara menjadi keemasan. Sedangkan
pada kadar salinitas di bawah 14% atau di atas 55% dapat mengakibatkan
kematian tiram yang dipelihara secara massal.
Sebenarnya tiram mutiara ini mampu bertahan hidup pada kisaran salinitas yang
luas,yaitu antara 20% 50%. Tetapi salinitas yang terbaik untuk pertumbuhan tiram
mutiara adalah 32% 35%.
e. Suhu
Suhu memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan lapisan
mutiara dan pertumbuhan tiram itu sendiri.
Di beberapa Negara, pertumbuhan tiram mutiara yang ideal menunjukan kisaran
suhu yang berbeda-beda. Di jepang, misalnya, pertumbuhan yang terbaik berkisar
antara 200 C 250 C, sebab pada suhu di atas 280 C menunjukan tanda-tanda yang
melemah. Hal ini bisa dimengerti, karena rata-rata suhu harian di jepang masih
relative
rendah,
walupun
musim
panas.
Sedangkan
di
teluk
Klutch
India,
f. Kecerahan
Banyak sedikitnya sinar matahari yang menembus ke dalam perairan sangat
tergantung dari kecerahan air. Semakin cerah perairan tersebut, maka semakin
dalam sinar yang menembus ke dalam perairan. Demekian pula sebaliknya.
Untuk
keperluaan
budidaya
tiram
mutiara
selayaknya
dipilih
lokasi
yang
g. Kesuburan Perairan
Tiram sebagai binatang yang tergolong filter feeder hanya mengandalakan
makanan dengan menyerap plankton dari perairan sekitar, sehingga keberadaan
pakan alami memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan keberadaan
pakan alami itu sendiri sangat berkaitan erat dengan kesuburan suatu perairan.
Pada kondisi perairan yang kurang subur (tercemar), komposisi pakan alami
jumlahnya akan sangat sedikit, sehingga kurang mendukung untuk penyediaa
pakan yang diperlukan tiram. Padahal tiram yang dipelihara dalam laut, jelas tidak
mungkin diberi pakan tambahan sebagaimana ikan atau udang yang dipelihara
dalam tambak. Oleh karena itu lokasi budidaya pada kondisi perairan yang subur
mutlak diperlukan.
argonit yang lebih dikenal sebagai nacre dan kristal heksagonal kalsit
yang
lapisanperiostrakum yang
berada
paling
atas
atau
luar,
dan
lapisan prismatik yang terdapat di bagian tengah. Sedangkan lapisan yang agak ke
dalam yang berhubungan dengan organ dalam disebut lapisan nacre atau lapisan
mutiara.
Ketiga lapisan tersebut, jika dilihat dari zat penyuusunnya masing-masing
adalah sebagai berikut :
1)
Lapisan periostrakom adalah lapisan kulit terluar yang kasar yang tersusun
2)
Lapisan prismatik, adalah lapisan kedua yang tersusun dari Kristal-kristal kecil
Lapisan mutiara atau nacre adalah lapisan kulit sebelah dalam yang tersusun
a. Kaki
Kaki tiram mutiara merupakan suatu organ tubuh yang mudah bergerak dan
berbentuk seperti lidah yang dapat memanjang dan memendek. Kaki ini tersusun
dari jaringan otot yang menuju ke berbagai jurusan, sehingga dapat digunakan
untuk bergerak terutama waktu masih muda. Sedangkan setelah agak dewasa dan
hidup menempel pada suatu substrat, kaki tidak lagi dugunakan untuk bergerak,
tetapi menggunakan byssusnya untuk menempel. Selain itu, kaki tiram juga
berfungsi untuk membersihkan kotoran yang mungkin menempel pada insang
maupun mantel.
b. Mantel
Mantel merupakan jaringan yang dilindungi oleh sel-sel epithelial dan dapat
membungkus organ bagian dalam. Letaknya berada di antara cangkang bagian
dalam atau epithel luar dengan organ dalam atau mass viseralis. Sel-sel dari epithel
luar ini akan menghasilkan Kristal kalsium karbonat (CaCO 3 ) dalam bentuk Kristal
aroganit yang lebih dikenal denga nama lapisan mutiara. Sel ini juga membentuk
bahan organik protein yang disebut kokhialin sebagai bahan perekat Kristal kapur.
Apabila
potongan
mantel
c. Organ Dalam
ditransplantasikan
ke
dalam
tubuh
tiram
akan
Bagian ini letaknya agak tersembunyi setelah mantel dan merupakan pusat
aktivitas kehidupannya yang terdiri dari : insang, mulut, jantung, susunan syaraf,
alat perkembangbiakan, otot, lambung, usus dan anus.
Makanan
yang ditelan
masuk
ke
kerongkongan yang pendek langsung masuk perut, atau saluran kantong tipis pada
perut dengan kulit luar (cuticle) kasar yang berfungsi untuk memisah-misahkan
makanan. Dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang melalui saluran usus
yang relatif pendek dan bentuknya seperti hurus S kemudian keluar lewat anus
(Velayudhan and Gandhi 1987 dalam Winanto, 2009)
sirkulasi
pada
kerang
mutiara
ini
adalah
sitem
peredaran
menyelubungi organ-organnya.
cepat
dan
kompak
bekerjasama
dengan
insang
sehingga
dapat
memanfaatkan udara yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui saluran
ekshalen. Air serta darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa filamen
tunggal lalu mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke atas
berputar kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial. Dengan
bantuan silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik
palial dan melintas ke atas, melaui lamela branchial. Jadi selain menjalankan fungsi
pernafasan, filamen pada insang dan mantel dapat memperlancar peredaran darah.
(Gosling, 2004; Velayudhan and Gandhi 1987)
a.
b.
c.
kuning
tua.
fucata warna
gonad
ini
terjadi
sebaliknya.
Menurut Winanto (2004) bahwa, Tingkat kematangan gonad tiram mutiara
dikelompokkan menjadi 5 fase yaitu :
1.
Sub
2. Kerang mutiara jenis pinctada maxima hidup di daerah batuan karang atau dasar
perairan yang berpasir. Disamping itu juga banyak dijumpai pada kedalaman antara
20 m 60 m.
3. Secara umum bagian pada kerang jenis pinctada maxima dapat di bedakan
menjadi 3 yaitu kaki, mantel dan organ dalam.
Sistem pencernaan
Cara
makan
dari pinctada
feeder
atau
mengambil
makanan dengan cara menyaring pakan yang ada di dalam air laut. Makanan yang
ditelan masuk ke dari mulut kemudian melaui kerongkongan yang pendek langsung
masuk perut, dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang melalui saluran usus
yang relatif pendek dan bentuknya seperti hurus S kemudian keluar lewat anus.
b.
Sistem sirkulasi
Sistem
sirkulasi
pada
kerang
mutiara
ini
adalah
sitem
peredaran
c.
Sistem respirasi
Sistem respirasi pada kerang pinctada maxima menggunakan insang. Air
masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada bagian mantel, lalu secara cepat
dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga dapat memanfaatkan udara
yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui saluran ekshalen. Air serta
darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa filamen tunggal lalu mengalir
ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke atas berputar kembali melalui
filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial. Dengan bantuan silia-silia pada
branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik palial dan melintas ke atas,
melaui lamela branchialAir masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada
bagian mantel, lalu secara cepat dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga
dapat memanfaatkan udara yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui
saluran ekshalen. Air serta darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa
filamen tunggal lalu mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke
atas berputar kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial.
Dengan bantuan silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke
bilik palial dan melintas ke atas, melaui lamela branchial
d.
Sistem saraf
Sistem sarafnya terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan
ganglion pedal
terdapat pada kaki, ganglion posterior terdapat di sebelah ventral
otot aduktor posterior.
yaitu: ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung,
e.
Sistem reproduksi
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk betina.Hasil fertilisasi berupa zigot
menetas menjadi larva.Larvanya bersilia, dapat keluar dari induknya, berenang, dan
segera menempel pada insang ikan.Larva ini bersifat parasit, dapat mengakibatkan
sakit dan membunuh ikan. Setelah 12 minggu, larva melepaskan diri dari tubuh ikan
dan tumbuh dewasa.
Daftar Pustaka
1. http://muhditernate.wordpress.com/2011/04/27/budidaya-tirammutiara-pinctada-maxima/
2. http://www.google.com/search?
q=sistem+saraf+darah+pinctada+maxima&hl=en&gbv=2&prmd=i
vns&ei=79S2UZTtJsmFrAfL4oDwDA&start=20&sa=N
3. http://ninopyarehe.wordpress.com/2012/02/01/bab-ipendahulua/
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Pinctada_maxima
5. http://id.scribd.com/doc/87551146/BUDIDAYA-TIRAM-MUTIARA