Ya Allah, sungguh aku ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, anak dari hamba
perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku pada diriku,
keputusan-Mu adil terhadapku, Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang
merupakan milik-Mu, nama yang engkau lekatkan sendiri untuk menamai diri-Mu, atau yang
Engkau ajarkan kepada seseorang di antara hamba-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam
kitab-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu, agar
engkau menjadikan al-Quran sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang
kesedihanku dan pelenyap keresahanku.[2]
Sudah selayaknya seorang Muslim mempelajari dan berupaya kuat untuk mengucapkannya
kala ditimpa kesedihan, keresahan maupun kegalauan. Dan hendaknya ia juga tahu bahwa
ungkapan-ungkapan doa tersebut hanya akan bermanfaat bila ia memahami maknanya,
merealisasikan tujuannya dan mengamalkan kandungannya. Berdoa dengan doa-doa yang
bersumber dari Nabi dan berdzikir dengan wirid yang disyariatkan tanpa ada pemahaman
terhadap maknanya dan tanpa mengejawantahkan kandungannya, tidak mendatangkan
pengaruh baik dan manfaat yang banyak. Doa ini memuat empat pilar yang agung. Tak ada
cara bagi seorang hamba untuk menggapai kebahagiaan dan melenyapkan keresahan,
kegalauan dan kesedihan kecuali dengan merealisasikannya.
Pilar pertama,
Merealisasikan ibadah hanya untuk Allah, merasa hina di hadapan-Nya, mengaku bahwa
dirinya adalah makhluk ciptaan-Nya sekaligus hamba-Nya, baik dirinya maupun kakek dan
nenek moyangnya, mulai dari bapak ibu kandungnya yang terdekat sampai berpangkal pada
Adam dan Hawa. Semua adalah hamba dari Allah. Dialah yang menciptakan mereka, Rabb
mereka, Penguasa mereka, yang menangani segala urusan mereka.
Di antara bentuk realisasi pengakuan-pengakuan di atas adalah konsistensi seorang hamba
dalam beribadah kepadaNya yang terwujud dalam rasa keterhinaan dan ketundukannya
kepada Allah, melaksanakan titah dan menjauhi laranganNya, selalu merasa butuh kepadaNya, berlindung kepada-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, tawakkal kepada-Nya,
meminta perlindungan kepada-Nya, dan agar hati tak bertaut pada selain-Nya, baik dalam hal
kecintaan, rasa takut, maupun pengharapan.
Pilar kedua,
hendaknya seorang hamba mengimani qadha dan qadar Allah. Juga meyakini apa yang
dikehendaki Allah pasti terjadi, sedang yang tidak dikehendaki-Nya tak akan terjadi.
Demikian pula bahwa tidak ada yang sanggup mengintervensi hukum Allah (merubah
ataupun membatalkannya), tak ada pula yang dapat menolak keputusan-Nya (Lihat QS
Fathir/35:2).
Karena itulah, dalam doa tersebut dinyatakan, Ubun-ubunku ada ditangan-Mu, ketentuanMu berlaku terhadapku, keputusan-Mu terhadapku adil semata. Ubun-ubun seorang hamba,
yakni kepada bagian depan, ada di tangan Allah. Allah memperlakukannya sekehendak-Nya;
juga memberi ketentuan terhadapnya sesuai dengan yang Dia kehendaki. Tak ada yang bisa
mencampuri ketentuan-Nya, tidak ada pula yang bisa menolak keputusan-Nya, tidak ada pula
yang bisa menolak keputusan-Nya. Maka dari itu, kehidupan seorang hamba, kematiannya,
kematiannya, kebahagiaannya, kesengsaraannya, kesehatannya, cobaan yang ia terima, semua
itu kembali pada Allah, tak ada sama sekali yang menjadi wewenang hamba.
Bila seorang hamba percaya bahwa ubun-ubunnya dan juga ubun-ubun semua hamba lainnya
ada di tangan Allah, Dia akan memperlakukan mereka sesuai dengan kehendak-Nya, maka
setelah itu ia tidaklah takut kepada sesama hamba, tidak menaruh harap pada mereka, tidak
memposisikan mereka sebagai pemilik dirinya, tidak menggantungkan asa dan harapannya
pada mereka. Ketika itu, barulah tauhid, tawakkal dan penghambaannya kepada Alllah benarbenar terwujud. (Lihat surat Hud 11:56)
Ungkapan dalam doa ketentuan-Mu berlaku atas diriku ini mencakup dua ketentuan;
ketentuan dalam agama dan ketentuan dalam agama dan ketentuan takdir berkenaan dengan
semesta. Dua ketentuan ini akan berlaku pada diri hamba, ia terima ataupun tolak. Hanya saja
ketentuan takdir tidak mungkin untuk dilawan. Sedangkan ketentuan agama terkadang
dilanggar oleh seorang hamba dan ia terancam mendapatkan hukuman siksa sesuai dengan
pelanggaran yang ia lakukan.
Ungkapan keputusan-Mu terhadapku adil semata, ini mencakup semua keputusan Allah
terhadap hamba-Nya dari segala sisi, baik sehat atau sakit, kaya atau miskin, rasa nikmat atau
rasa nyeri, hidup atau mati, mendapat siksa atau mendapat ampun; semua yang Allah
putuskan terhadap hamba itu adalah adil semata.
Pilar ketiga adalah hendaknya seorang hamba mempercayai nama-nama Allah yang indah
(asmaul husna) dan sifat-sifat-Nya yang agung yang terdapat dalam al-Quran dan Sunnah;
bertawassul kepada Allah dengan nama dan sifat-Nya. Ini sebagaimana firman Allah, Hanya
milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna
itu (Qs al-Araf/7:180)
Semakin kuat seorang hamba mengenal Allah, nama dan sifat-Nya, maka ia akan semakin
takut kepada Allah, semakin besar merasakan pengawasan-Nya terhadap dirinya dan akan
semakin jauh dari kemaksiatan dan hal-hal yang Allah murkai.
Karena itulah, hal terbesar yang dapat mengusir rasa resah, sedih dan gelisah adalah kala
hamba mengenal Rabbnya, memenuhi hatinya dengan pengetahuan tentang Allah dan
bertawassul kepada-Nya dengan nama dan sifat-Nya. Karena itulah dalam doa tersebut
dinyatakan, aku memohon kepada-Mu dengan segenap nama milik-Mu yang Engkau
sandangkan pada diri-Mu, atau yang Engkau turunkan di kitab-Mu, atau Engkau ajarkan
pada seseorang dari sekalian hamba-Mu, atau yang Engkau simpan sendiri di ilmu gaib
yang ada pada sisi-Mu. Ini adalah wasilah kepada Allah yang paling Allah cintai.
Pilar keempat adalah memberikan perhatian pada al-Quranul Karim yang sama sekali tidak
mengandung kebatilan sedikit pun, yang memuat petunjuk, kesembuhan, kecukupan dan
keselamatan. Semakin besar perhatian seorang hamba pada al-Quran, baik dengan membaca,
menghafal, mengkaji dan merenungkannya, mengamalkan, dan mengejawantahkannya, ia
akan menggapai kebahagiaan, ketenangan, kelapangan dada, hilangnya resah, gelisah dan
kesedihan sesuai dengan tingkat perhatiannya terhadap Kitabullah.
Inilah empat pilar yang agung yang dipetik dari doa yang penuh berkah ini. Sudah
sepantasnya kita menghayatinya dan berupaya untuk mewujudkannya, agar kita bisa
menggapai janji mulia dan keutamaan agung ini berupa sirnanya keresahan yang berganti
dengan kebahagiaan dan jalan keluar. Diangkat dari at-Tabyin li Daawatil Mardha wal
Mushabin karya Syaikh Abdur Razzaq hlm. 40-45.
Catatan kaki:
[1]: Musnad Ahmad 1/391 (Ash-Shahihah no 199)
[2]: Mengenai penjelasan hadits ini lihat al-Fawaid karya Imam Ibnul Qayyim hlm. 44
*Tulisan ini disalin ulang dari artikel yang dimuat dalam majalah As-Sunnah Edisi 02/Thn.
XIV, Jumadil Awwal 1431 H, Mei 2010 M*
- See more at: http://jilbab.or.id/archives/1028-doa-nabi-di-kala-galau-resah-perasaan-sedihmelanda/#sthash.uzZ6JgX1.dpuf
dilanda rasa cemas dan gelisah akibat tekanan hidup dan berbagai
masalah yang dihadapi. Kadangkala ada pula orang yang dilanda
kecemasan dan kekuatiran dengan penyebab yang tidak jelas dan tidak
diketahui. Orang yang selalu ingat dan bertawakal pada Allah insya Allah
tidak akan mengalami rasa cemas dan gelisah berlebihan dalam
menghadapi berbagai masalah . Mereka yakin akan pertolongan dan
lindungan Allah pada diri mereka. Mereka yakin dengan naungan dan
lindungan Allah tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencelakai dan
menghalahkan mereka.
Ayat tertentu yang dibaca berulang ulang dengan penuh keyakinan dapat
menghilangkan rasa gelisah, cemas dan ketakutan yang berlebihan.
Apalagi jika ayat itu ditadaburi dan diiringi dengan doa mohon
perlindungan dan pertolongan dari Allah. Berikut ini kami sampaikan
beberapa ayat Quran yang dapat menghilangkan rasa takut, cemas dan
gelisah yang berlebihan .
1. AT TAUBAH 51
00:00
00:00
DOWNLOAD
qul lan yushiibanaa illaa maa kataba allaahu lanaa huwa mawlaanaa waalaa
allaahi falyatawakkali almuminuuna
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakal. (At Taubah 51
Bacaan Tadabbur:
Ya Allah , telah Kau ingatkan dalam QuranMu yang agung bahwa tidak
akan menimpa kami sesuatu melainkan apa yang telah Kau tetapkan dan
takdirkan bagi kami. Engkaulah pelindung kami, dan hanya pada
Engkaulah kami bertawakkal dan berserah diri.
Bacaan Tadabbur:
Ya Allah, telah Kau ingatkan pada kami dalam QuranMu yang
agung ,bahwa Jika Engkau menolong kami, tidak ada satu
kekuatanpun yang dapat mengalahkan kami. Namun jika Engkau
meninggalkan kami maka tidak ada yang bisa menolong kami selain
Engkau. Ya Allah hanya pada Engkaulah kami bertawakal dan
berserah diri.
Ya Allah tolong kami untuk memahami peringatanMu ini , bahwa
jika Engkau menolong kami , maka tidak ada satu kekuatanpun
yang dapat mengalahkan kami. Jika Engkau meninggalkan kami,
tidak ada tempat kami berlindung selain Engkau.
Ya Allah tanamkan didalam hati kami keyakinan bahwa jika Engkau
menolong kami maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat
1. AL ANFAL 9-10
00:00
00:00
DOWNLOAD
idz tastaghiitsuuna rabbakum faistajaaba lakum annii mumiddukum bi-alfin mina
almalaa-ikati murdifiina
wamaa jaalahu allaahu illaa busyraa walitathma-inna bihi quluubukum wamaa
alnnashru illaa min indi allaahi inna allaaha aziizun hakiimun