Saat sekarang ini, mengenai istilah pasar modal menjadi pembicaraan yang
hangat pada setiap negara. Demikian pula halnya dengan realitas di Indonesia.
Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan.
Pada awalnya produk yang diperdagangkan terbatas hanya pada efek bersifat
ekuitas diikuti kemudian oleh efek bersifat utang, seiring dengan majunya
perkembangan zaman dan didorong oleh kebutuhan alternatif investasi
bermunculan berbagai produk atau instrumen pasar modal dengan karateristik
dan resiko yang berbeda-beda, seperti reksa dana, waran, rigth, opsi, real estate
investment trusts, exchangeble trust fund, dan kontrak-kontrak tertentu lainnya
yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh setiap otoritas pasar modal.
saham, tetapi kedua hal tersebut kerap kali tidak mampu mencukupi kebutuhan
dana yang nilainya sangat signifikan.
Alternatif yang memungkinkan adalah sumber dana dari luar perusahaan yang
berupa utang dari pihak lain, sebagai contoh dari pasar uang atau bank.
Alternatif sumber dana dengan persepsi awal murah didapat dari pasar modal,
misalnya dengan menerbitkan saham atau efek lain yang bersifat ekuitas
merupakan pilihan yang paling menarik bagi perusahaan. Banyak perusahaan
yang memutuskan melakukan penawaran umum di pasar modal (go public)
dengan menawarkan efek kepada masyarakat, dan selanjutnya menjadi
perusahaan terbuka.
Kemitraan pasar modal dengan emiten atau perusahaan publik dapat ditegaskan
sebagai bentuk hubungan simbiosis mutualisme, dimana selama status terbuka
atau publik tersebut masih memberikan keuntungan atau keunggulan bagi
perusahaan, maka perusahaan akan mempertahankan status tersebut.
Kondisi transaksi saham dari perusahaan yang memberikan value added bagi
perusahaan mengakibatkan perusahaan tersebut tetap mempertahankan status
listed-nya di bursa. Tetapi bila industri pasar modal tidak lagi memberikan
manfaat, bahkan menjadi beban bagi perusahaan, maka secara naluri untuk
bertahan hidup (survival), maka perusahaan akan memilih untuk keluar dari
bursa atau pasar modal, atau dengan kata lain menjadi tertutup kembali (go
private).
Pada akhir tahun 2008 yang lalu, dunia perekonomian dan perbankan dikejutkan
dengan adanya krisis finansial yang melanda Amerika Serikat (AS), yang pada
akhirnya juga melanda seluruh dunia. Berbagai perusahaan yang selama ini
dianggap berdiri kokoh dan tahan terhadap guncangan perekonomian, ternyata
harus menyerah kalah dalam menghadapi krisis tersebut.
Young Moo Shin, menentukan bahwa yang dimaksud dengan go private adalah:
Any transaction or series of transactions engaged by an issuer or its
affiliate, which would if successful, permit the issuer to cease filing reports under
the securities law and return to privately held status. Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dipaparkan, dapat ditegaskan bahwa go private adalah
perubahan status dari perusahaan yang terbuka menjadi perusahaan yang
tertutup. Go private artinya perusahaan yang sahamnya semula dimiliki oleh
publik (perusahaan terbuka), berubah kembali menjadi perusahaan tertutup
yang dimiliki oleh segelintir pemegang saham saja.
Realitas tersebut menarik terjadi pada pasar modal pada saat sekarang ini.
Disatu sisi banyak perusahaan dari kelas kakap sampai kelas menengah, ramairamai masuk bursa, tetapi sebaliknya beberapa perusahaan kelas kakap justru
berniat hengkang dari bursa, dengan alasan saham mereka tidak aktif
diperdagangkan. Emiten kemudian melihat lebih banyak mudaratnya ketimbang
manfaatnya.
a.
PT tidak perlu melakukan tindakan yang harus didasari oleh perubahan
harga saham;
b.
PT dapat melakukan tindakan yang beresiko tinggi, dimana apabila
tindakan tersebut dilakukan dalam status PT yang terbuka dapat dikenakan
sanksi oleh BOPM;
c.
PT dapat kembali ke perhitungan akuntansi yang konservatif, sehingga
pembayaran pajaknya lebih rendah, selain itu tidak perlu lagi menyiapkan
berbagai surat yang diwajibkan oleh BOPM, dan kewajiban disclosure;
d.
PT menjadi tidak terlalu wajib untuk melakukan pembayaran dividen demi
perkembangan permodalan jangka panjang, maupun investasi modal yang
spekulatif;
e.
Terdapat penguasaan kendali atas PT bagi pihak yang khawatir akan
kehilangan kekuasaannya apabila kepemilikan saham mayoritas berada pada
publik.
Going Private
DASAR HUKUM GOING PRIVATE
Perubahan status dari perseroan terbuka menjadi tertutup (penghapusan
pencatatan saham) dapat disebabkan oleh hal-hal, sebagai berikut:
1. Kondisi perusahaan terbuka yang tidak diminati masyarakat (natural
condition)
Perubahan status perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup, terjadi
secara alami disebabkan karena perseroan tersebut tidak lagi memenuhi
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan otoritas Pasar Modal, sebagai perusahaan
publik, sehingga dilakukan perubahan status menjadi perseroan tertutup. Syaratsyarat sebagai perusahaan publik dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu perseroan yang memiliki modal minimal
tiga miliar dan memiliki minimal 300 pemegang saham. Perusahaan terbuka
yang tidak memenuhi syarat fundamental definitif tersebut, maka akan
diperingatkan untuk mengubah status perusahaan menjadi perusahaan tertutup.
Dalam hal ini, perusahaan juga harus melakukan penyesuaian anggaran dasar.
Selain itu, karena memang tidak ada minat masyarakat, maka pencatatan
saham-saham dalam Bursa tidak perlu melalui prosedur delisting.
Pada dasarnya hingga saat ini belum ada peraturan yang secara khusus
mengatur tindakan going private suatu perusahaan publik. Peraturan yang
selama ini dijadikan acuan dalam melaksanakan going private, tersebar dalam
beberapa ketentuan acuan dalam peraturan-peraturan Bapepam-LK dan
peraturan Bursa yang terkait, termasuk tetapi tidak terbatas pada peraturan
mengenai Benturan Kepentingan, peraturan good corporate governance,
peraturan mengenai Penawaran Tender, serta peraturan Bursa tentang
penghapusan pencatatan. Disamping itu proses going private juga pada
pokoknya harus mengacu pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas (UUPT) dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal (UUPM), Peraturan Bapepam No. IX. E. I Tentang Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu, Peraturan Bapepam No. IX. F. I Tentang
Penawaran Tender, serta Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep308/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor 1-1 tentang penghapusan pencatatan
(delisting) dan pencatatan kembali (relisting) saham di bursa.
dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Bapepam No. IX. E.1 tentang
Kepentingan Transaksi Tertentu. Peraturan tersebut mensyaratkan bahwa going
private hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RUPS Pemegang Saham
Independen yang dihadiri oleh lebih dari 50 % (Lima puluh persen) saham yang
dimiliki Pemegang Saham Independen, dan disetujui oleh lebih dari 50 % (lima
puluh persen) saham yang dimiliki oleh pemegang saham independent.
bunga obligasi pemerintah lain yang setara yang berlaku pada saat
ditetapkannya putusan RUPS mengenai delisting; atau
c. Nilai wajar berdasarkan penilaian pihak independen yang terdaftar di Bapepam
dan ditunjuk oleh Perusahaan Tercatat atau pihak yang akan melakukan
pembelian saham serta disetujui oleh RUPS.
- Persyaratan Delisting saham oleh Bursa: Bursa menghapus pencatatan saham
perusahaan tercatat sesuai dengan ketentuan peraturan ini apabila perusahaan
tercatat mengalami sekurang-kurangnya satu kondisi dibawah ini:
1. Mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif
terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat, baik secara finansil atau
secara hukum, atau terhadap kelangsungan status Perusahaan Tercatat sebagai
Perusahaan Terbuka, dan Perusahaan Tercatat tidak dapat menunjukan indikasi
pemulihan yang memadai;
2. Saham Tercatat yang akibat suspensi di pasar reguler dan pasar tunai, hanya
diperdagangkan di pasar negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 (dua puluh
empat) bulan terakhir.