Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SISTEM REPRODUKSI
HIPEREMESIS GRAVIDURUM

Oleh:
Kelompok I

Alfian Konadi

Muhammad Mulyadi

Ani Constantia

Nur Azmi

Deska Jasmiati

Ramona Apriyanti

Dwi Mardiah Safitri

Rika Tri Puspita

Endang Susanti

Rita Diana Eka Putri

Fitriani

Sri Mardiati

Habiburrahman

Wahyudi Diagama

Iqbal Raffi

Yoza Dwi Saputra

Monita Diameris H.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS RIAU
2016

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatakn ke hadirat Allah SWT tuhan semesta alam yang telah
memberikan kita rahamt, taufiq, hidayah dan anugerahnya sehingga kami berhasil menyusun
makalah ini denagn judul Hiperemesis Gravidarum. Hanya kepadanya kami memohon
pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahakn kepada junjungan dan sari tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menyelesaikan salah satu tugas dalam
pembelajaan Sistem Reproduksi, selain itu juga untuk menumbuhkan dan mengembangkan
pengetahuan serta membuka pemikiran para mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Riau
akan pentingnya memahami tentang konsep Hiperemesis Gravidarum.
Tiada manusia

yang sempurna

begitu

pula dengan

kami

yang telah

mempersembahakn makalah ini yang telah kami susun sebaik mungkin. Akan tetapi, segala
kritik dan saran demi perbaiakan makalah ini akan kami sambut dengan senang hati.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam mencerdaskan
para calon perawat indonesia, dan menjadikan para perawat indonesia menajdi perawat
professional.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pekanbaru, 19 Februari 2016

Kelompok I

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
SKENARIO ...............................................................................................................................1
STEP I KLARIFIKASI ISTILAH .............................................................................................2
STEP II IDENTIFIKASI MASALAH ......................................................................................3
STEP III ANALISIS MASALAH .............................................................................................4
STEP IV MIND MAP................................................................................................................6
STEP V LEARNING OBJEKTIF .............................................................................................7
STEP VI MANDIRI ..................................................................................................................8
STEP VII PEMBAHASAN .......................................................................................................9
A. Definisi............................................................................................................................9
B. Etiologi..........................................................................................................................10
C. Epidemiologi.................................................................................................................11
D. Patofisiologi ..................................................................................................................12
E. Manifestasi Klinis .........................................................................................................13
F.

Pemeriksaan ..................................................................................................................14

G. Penatalaksaan................................................................................................................15
H. Komplikasi....................................................................................................................17
I.

Asuhan Keperawatan ....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................25

ii

SKENARIO
DUUUHH.KENAPA NIH SAYA MUNTAH TERUS
Ibu Z umur 21 tahun dianjurkan rawat inap diruangan Obgyn RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru setelah control kehamilan di poli kebidanan. Ibu Z dengan G1P0A0 hamil 17
minggu mengeluh mual dan muntah dirasakan setiap hari tanpa mengenal waktu, sehingga
apa yang diminum dan dimakan akan keluar kembali. Kadang muntahnya bisa sampai
berwarna kekuningan yang dirasa panas dan pahit di kerongkongan. Satu-satunya yang dapat
di konsumsinya hanya teh manis, itupun hanya bisa sedikit. Ibu Z mengatakan sejak hamil
menjadi lemah, nafsu makan jadi berkurang sehingga lebih banyak istirahat di tempat
tidur,juga hypersalivasi. Nyeri pada daerah epigastrium juga dikeluhkan oleh ibu Z. BB
sebelum hamil 52 kg sedangkan BB saat ini adalah 49 kg. Nadi 100x/menit, tekanan darah
100/60 mmHg, respirasi rate 24x/menit, suhu 37,40C. Suami pasien bertanya pada perawat
kapan mual dan muntahnya hilang, karena sangat mengkhawatirkan kondisi istri dan
janinnya.

STEP I KLARIFIKASI ISTILAH


1. Hypersalivasi disebut juga ptyalism, yaitu kondisi sekresi air liur yang berlebihan
yang diakibatkan oleh peningkatan enzim ptyalin. (kamus Dorland)
2. Epigastrium adalah bagian dari dinding perut di atas pusar. (kamus kesehatan)
3. Obgyn adalah singkatan yang digunakan untuk ditujukan khusus obstetri dan
ginekologi. Biasanya digunakan untuk ruangan yang berkaitan dengan reproduksi
wanita.

STEP II IDENTIFIKASI MASALAH


1. Apakah umur mempengaruhi hiperemesis gravidarum pada kehamilan anak pertama?
2. Mengapa mual dan muntah masih dirasakan pada minggu ke 17? Padahal sudah
masuk trimester ke-II kehamilan.
3. Bagaimana peran perawat dalam mengatasi mual muntah Ibu Z?
4. Apakah mual muntah berlebihan pada G1 bisa berkelanjutan pada grafida berikutnya?
5. Apakah mual muntah di skenario sama dengan morning sickness?
6. Mengapa muntah Ibu Z bisa berwarna kuning serta terasa panas dan pahit
dikerongkongan?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada kerongkongan panas dan pahit?
8. Makanan seperti apa yang baik dikonsumsi oleh ibu hamil dengan kondisi seperti
diskenario?
9. Apa yang menyebabkan Ibu Z lemah dan nafsu makan menurun?
10. Apa yang dianjurkan pada ibu hamil? Apakah banyak istirahat atau beraktivitas?
11. Apa hubungan hypersalivasi dengan kehamilan?
12. BB sebelum hamil 52 kg, kemudian turun 49 kg pada minggu 17 kehamilan. Apakah
ada hubungannya dengan penyakit yang diderita Ibu Z?
13. Apa penyebab nyeri epigastrium pada Ibu Z?
14. Intervensi apa yang dapat diberikan perawat untuk mengatasi nyeri epigastrium?
15. Apakah TD 100/60 normal pada ibu hamil trimester II? Adakah hubungannya dengan
indikasi anemia?
16. Jika mual muntah berkelanjutan, apakah dampaknya bagi Ibu dan janin?
17. Edukasi apa yang dapat diberikan pada Ibu dan suaminya terkait penyakit yang
diderita Ibu Z?

STEP III ANALISIS MASALAH


1. Umur tidak mempengaruhi. Hal yang mempengaruhi adalah riwayat HG.
2. Karena adanya kondisi patologis, seharusnya pada minggu ke-17 sudah tidak ada
mual muntah lagi
3. a. bangun tidur jangan langsung berdiri
b. makan makanan tinggi karbohidrat
c. makan sedikit tapi sering dalam kondisi hangat
d. hindari makanan berminyak dan berlemak
e. menghindari bebauan tajam
f. jangan gosok gigi setelah makan
g. konsumsi air putih lebih banyak
4. bisa beresiko. Dari sebuah penelitian di Skotlandia dari 56 Ibu dengan HG didapatkan
27 Ibu yang mengalami HG di kehamilan berikutnya.
5. Tidak sama. Mual muntah pada morning sickness hanya terjadi pada minggu 8-12
(trimester I) sedangkan pada HG mual muntahnya bisa berkelanjutan sampai trimester
II bahkan trimester III kehamilan. Dikatakan HG apabila muntahnya lebih dari 10 x
/hari dan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.
6. Muntah berwarna kuning bersumber dari cairan lambung. Kerongkongan panas dan
pahit berasal dari mual muntah yang berlebihan dan meningkatnya sekresi asam
lambung.
7. Banyak mengkonsumsi air putih dan teh hangat.
8. Tinggi karbohidrat tinggi protein dan makanan yang sesuai dengan gizi seimbang.
9. Meningkatnya kadar esterogen, progesteron dan HCG menyebabkan mual muntah,
berdampak pada turunnya nafsu makan. Karena tidak ada makanan yang masuk dalam
jangka waktu lama membuat cadangan karbohidrat dan lemak (sumber energi)
menjadi berkurang, sehingga tubuh menjadi lemah.
10. Lebih dianjurkan aktivitas karena membuat peregangan otot-otot sehingga mudah
melahirkan.
11. Berhubungan, karena semua ibu hamil mengalami peningkatan sekresiair ludah.
Kondisi ini tidak normal. Meningkatnya hormone mempengaruhi tingkat keasaman
pada mulut dan meningkatkan enzim ptyalin, menyebabkan peningkatan saliva.
12. Berhubungan. Seharusnya BB ibu meningkat pada trimester ke-II
13. Asam lambung meningkat.
4

14. Relaksasi nafas dalam,guided imagery, kompres hangat, dan lain-lain.


15. TD rendah. Beresiko anemia karena plasma darah encer disebabkan meningkatnya
volume plasma dan menurunnya Hb. Hal ini dapat dilihat dari konjungtiva dan
mukosa.
16. Gangguan pertumbuhan janin, kurang nutrisi dan kematian janin.
17. a. memberitahu apakah kondisi tersebut normal atau tidak
b. memberitahu suami agar memenuhi hal yang diinginkan istri.
c. jangan cemas dengan kondisinya saat ini, karena bisa diatasidengan baik.

STEP IV MIND MAP

Riwayat keluarga

Sress

G1P0A0

Usia kehamilan 17 minggu

Hyperemesis Gravidarum

Nyeri epigastrium

Lemah, nafsu makan


menurun

Perubahan TTV:
TD = 100/60 mmHg
HR = 100 x/mnt

Intake kurang

RR = 24 x/mnnt

BB menurun

Resiko gangguan
perkembangan janin

Hypersalivasi

STEP V LEARNING OBJEKTIF


1. Definisi hiperemesis gravidarum
2. Etiologi hiperemesis gravidarum
3. Epidemiologi hiperemesis gravidarum
4. Patofisiologi hiperemesis gravidarum
5. Manifestasi klinis hiperemesis gravidarum
6. Pemeriksaan hiperemesis gravidarum
7. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Komplikasi hiperemesis gravidarum
9. Asuhan keperawatan klien dengan hiperemesis gravidarum

STEP VI MANDIRI
Mahasiswa kelompok 1 Sistem Reproduksi melaksanakan mandiri 1 pada hari Selasa,
16 Februari 2016 pukul 13.00-15.00 WIB di kelas C Gedung G PSIK Universitas Riau.
Mandiri 2 pada hari Rabu, 17 Februari 2016 pukul 13.00-15.00 WIB di kelas C Gedung G
PSIK Universitas Riau dan mandiri 3 hari Jumat, 18 Februari 2016 pukul 10.00-12.00 WIB di
Perpustakaan PSIK Universitas Riau.

STEP VII PEMBAHASAN


A. Definisi
Hiperemesis

Gravidarum

adalah

mual

muntah

berlebihan

sehingga

mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk (Mitayani,


2011).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidup
ibu hamil (Manuaba, 2010) Disamping itu Hiperemesis Gravidarum juga yaitu mual
dan muntah yang berat sehingga menyebabkan pekerjaan sehari-hari menjadi
terganggu dan keadaan umum Ibu menjadi buruk Mual dan muntah 60-80% sering
terjadi pada primigravida, hal ini merupakan gejala yang wajar dan sering didapatkan
pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini 40-60% dialami oleh multigravida
(Wiknjosastro, 2009)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi
buruk karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah
nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga
menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD,
Hal:232).

B. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, perkiraan kuat adalah karena terjadi
peningkatan Human Choriacic Gonadotropin (HCG), serta kehamilan ganda. Selain
itu, faktor infeksi bakteri Helycobacter Pylori (H. Pylori) yang berada didalam
lambung juga berpengaruh, hubungannya adalah dengan penyakit ulkus peptikum
yang didapat sejak usia remaja.
Selanjutnya ada faktor genetik, dimana didapatkan dari hasil penelitian dari
tahun 1967 2005 dinegara Norwegia, didapatkan sebanyak 3% wanita mengalami
resiko terkena hiperemesis gravidarum dari kehamilan yang sulit. Dan 1.1 % wanita
akan beresiko menderita hiperemesis gravidarum setelah kehamilan anak pertama
(Dotun, 2015)
Menurut (Ratna Hidayati, 2009) hal-hal yang menjadi penyebab hiperemesis
gravidarum antara lain:
1. Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ibu akibat
peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
3. Faktor psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan
sebagainya.
4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan sebagainya.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hieperemesis gravidarum (Kevin,
2011):
1. Hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya.
2. Berat badan berlebih
3. Kehamilan multiple
4. Penyakit trofoblastik
5. Nuliparitas
6. Merokok

10

C. Epidemiologi
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu
ke-9 sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada
minggu ke-12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati
minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum
yang menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan rawat inap. (Gunawan, 2011).
Dalam penelitian yang lain menyebutkan bahwa sebanyak 50-90 % ibu hamil akan
mengalami mual muntah, ditambah hypersalivasi, sakit kepala, perut kembung,
lemah, dan lelah (morning sickness). Dan sebanyak 1-10% pada minggu ke-20-22
berkelanjutan kepada emesis, dan 0,3 2 % hiperemesis gravidarum. Dan sebanyak
25 % dirawat inap (Dotun, 2015)
Di Negara Amerika Serikat, ditemukan bahwa dari 1000 wanita hamil, yang
mengalami hiperemesis gravidarum hanyalah 5 orang saja (1000:5), jika
dipersentasikan sekitar 0.3 2%. Dan ibu hamil diperkotaan lebih beresiko dari pada
diperdesaan. Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil, J. Fitzgerald
melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan
bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko untuk terjadinya
hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang
kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7
dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga (Lindsey, 2012).

11

D. Patofisiologi

Perubahan hormon
HCG, esterogen,
progesteron pada
kehamilan

Peningkatan motilitas
lambung dan usus

Faktor predisposisi :
primigravida,
kehamilan ganda, dll

Kembung dan produksi


gas meningkat

Gang.rasa nyaman (nyeri)

Emesis gravidarum

Penyesuaian

Faktor alergi

Komplikasi

Hyperemesis gravidarum

Perubahan psikologi

Intake nutrisi menurun

Kurang informasi

Gang. nutrisi kurang


dari kebutuhan
tubuh

Pengeluaran nutrisi
berlebihan

Kehilangan cairan
berlebihan

Gang. Pertumbuhan
dan perkembanga janin

Dehidrasi

Kurang pengetahuan
Ansietas

Peningkatan suhu
tubuh

Intoleransi
aktivitas

Kelemahan tubuh

Perubahan cairan
ekstraseluler dan plasma

Penurunan
hemokonsentrasi

Gang.keseimbangan
cairan dan elektrolit

Aliran darah ke
jaringan menurun

Otot lemah

Penurunan kesadaran

Metabolism intrasel
menurun
Perfusi jaringan otak

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
1. Tingkat I (ringan)
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah,tidak mau makan,
berat badan turun, dan nyeri pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan
darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering serta mata cekung.
2. Tingkat II (sedang)
Mual muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah,
apatis, turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah dan
cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung,
tekanan darah menurun, hemokonsentrasi, oliguria dan dapat pula terjadi nafas
berbau aseton.
3. Tingkat III (berat)
Keadaan umum buruk, kesadaran menurun, samnolen sampai koma, nadi teraba
lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah turun, serta
terjadi ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal, berupa
mempengaruhi sususnan saraf pusat, ensefalopati, nistagmus, diplopia, dan
perubahan mental.

13

F. Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk hiperemesis gravidarum adalah:
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH.
Diagnosis

hiperemesis

gravidarum

ditegakkan

melalui

anamnesis,

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.


a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual,
dan muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus
menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas
pasien seharihari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum
seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit
sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor
serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda
vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah darah lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan
penunjang dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan
tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan
fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum
dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi
infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan
pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen,
14

kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi


adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.

G. Penatalaksaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka di perlukan pengobatan dengan tahapan
sebagai berikut (Mitayani: 2011):
1. Ibu di isolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara
yang baik. Kalori di berikan secara parental dengan glukosa 5% dalam cairan
fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari.
2. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
3. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makanan dan minuman sedikit
demi sedikit
4. Sedatif yang di berikan adalah fenobarbital
5. Pada keadaan lebih berat, berikan anti emetik seperti metoklopramid,disiklomin
hidroklorida, atau kloropromazine
6. Berika terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakit bisa sembuh serta
menghilangkan perasaan takut yang melatarbelakangi hiperemesis.

Prnatalaksanaan dalam hiperemesis gravidarum:


1. Pencegahan
a. Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
b. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
c. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
d. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.

15

Pencegahan lainnya adalah:


a. Makan dalam jumlah kecil, namun sering.
b. Hindari makanan tinggi lemak.
c. Hindari makanan pedas.
d. Hindari makanan atau bau-bauan yang membuat muntah.
e. Tingkatkan intake.
f. Hindari pil mengandung zat besi
g. Makan makanan ringan yang tinggi protein
h. Konsumsi vitamin prenatal sebelum pre konsepsi dapat mengurangi mual dan
muntah pada kehamilan
2. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga
dianjurkan seperti Dramamin, Avomin
3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
5. Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari.
Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula
asam amino secara intra vena.

16

H. Komplikasi
Muntah

yang

terus-menerus

disertai

dengan

kurang

minum

yang

berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat


mengalami syok. Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang
janin. Oleh karena itu pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat
abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100kali
permenit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan kesadaran.
Selanjutnya dalam pemeriksaan fisik lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit
tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.
Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan
keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga
terjadi keadaan alkalosis metabolic hipokloremik disertai hiponatremia dan
hipokalemia. Hipertemesis yanh berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan
atau minum samasekali, sehingga cadangan karbihidrat dalam tubuh ibu akan habis
terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energy jaringan. Akibatnya, lemak akan
dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasidengan sempurna dan terjadi
penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, sehingga
menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton (buah-buahan) pada
napas. Pada laboratorium pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh
peningkatan relative hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia, badan keton dalam
darah dan proteinuria
Robekan pada selaput jaringan esophagus dan lambung dapat terjadi bila
muntah terlalu sering. Pada umunya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan
perdarahan yang muncul dapat berhenti sendiri.
Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan
dalam kehamilan yang kurang (<7Kg) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan,
premature, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh.

17

I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data,
mengelompokkan, dan menganalisis, sehingga mendapatkan masalah dan kebutuhan
untuk perawatan ibu.tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan gambaran
secara terus meneerus mengenai keadaan kesehatan ibu yang memungkin kan perawat
merencanakan asuhan keperawatan.
Langkah pertama dalam pengkajian ibu hiperemeis gravidarum adalah
mengumpulkan data. Data-data yang akan dikumpilkan adalah sebagai berikut:
1. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirsakan oleh ibu
ssesuai dengan gejala-gejala pada hyperemesis gravidarum, yaitu: yaitu mual
dan muntah terus menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan
terasa asam di mulut, serta konstipasi dan demam. Selanjutnya dapat juga
ditemukan berat badan yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan
elektrolit. Terjadinya olguria, takikaardia, mata cekung dan ekterus.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan

ibu

pernah

mengalami

hyperemesis

gravidarum

sebelumnya
Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga
2. Data fisik biologis
Data yang dapat di temukan pada ibu dengan hyperemesis gravidarum adalah
mamae yang membengkak, hiperpigmentasi pada aerola mamae, terdapat
kloasma gravidarum, mukosa membrane dan bibir kering, turgor kulit buruk,
mata cekung dan ssedikit ikterik, ibu tampak pucat dan lemah, takikardi,
hipotensi, serta pusing dan kehilangan kesadaran.

18

3. Riwayat menstruasi
a. Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun
b. Siklus 28-30 hari
c. Lamanya 5-7 hari
d. Banyaknya 2-3 kali duk/ hari
e. Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan muntah
4. Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada pekawinan usa muda
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Hamil muda: ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu makan.
b. Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat badan,
tekanan darah dan tingkat kesadaran.
6. Data psikologis
Riwayat psikologis sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu
sehubungan dengan prilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu yang labil,
mudah marah cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis,sedih
serta kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri
(koping) yang digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap
kehamilan serta dukungan diri keluarga dan perawat
7. Data sosial ekonomi
Hyperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun
umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini diperkirakan
di pengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki
8. Data penunjang
Data penunjang di dapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah dan
urin. Pemenriksaan darah yaitu nilai hemoglobin dan hematocrit yang meningkat
menujukkan hemokosentrasi yang berkaita dengan dehidrasi.

Pemeriksaan

urinalisis yatu urin yang sedikit dan kosentrasi yang tinggi akibat dehidrasi, juga
terdapat nya aseton di dalam urin.

19

Diagnosis keperawatan
Dari pengkajian yang telah di uraikan, maka ada beberapa kemungkinan diagnose
keperawatan yang dapat dii tegakkan.
1. Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dan muntah yang berlebihan
dan pemasokan yang tidak adekuat.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual
dan muntah terus menerus.
3. Nyeri pada epigastrium yang berhubungan dengan muntah yang berulang.
4. Resiko intoleransi aktivitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan dan kurang
nya intake nutrisi.
5. Resiko perubahan nutrisi fetal yang berhububungan dengan berkurang nya
peredaran darah dan makanan ke fetal (janin).

Intervensi keperawatan
1. Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan muntah berlebihan
dan pemasukan yang tidak adekuat.
Tujuan: kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi
a. Istirahat kan ibu di tempat yang nyaman
Rasional: istirahat akan menurun kan kebutuhan energy kerja yang membuat
metabolisme tidak meningkat, sehingga tidak merangsang terjadinya mual dan
muntah.
b. Pantau tanda-tanda vital serta tanda-tanda dehidrasi
Rasional: dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat
diketahui sejauh mana keadaan umum dan kekurang cairan pada ibu. Tekana
darah turun, suhu meningkat, dan nadi meningkat merupakan tanda-tanda
dehidrasi dan hipovolemia
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus
Rasional: pemberian cairan infus dapat mengganti jumlah cairan elektrolit
yang hilang dengan cepat, sehingga dapat mencegah keadaan yang lebih buruk
pada ibu.
d. Pantau tetes cairan infus
Rasional: jumlah tetesan infus yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
kelebihan dan kekuranagn cairan di dalam sistem sirkulasi.
20

e. Catat intake dan output


Rasional: dengan mengetahui intake dan output cairan dapat di ketahui
keseimbangan cairan di dalam tubuh.
f. Setelah 24 jam anjurkan untuk minum tiap jam
Rasional: minum yang sering dapat menambah pemasukan cairan melalui oral.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d muntah yang terus menerus.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi:
a. Kaji kebutuhan nutrisi ibu
Rasional: dapat menilai sejauh mana kekuranagn nutrisi pada ibu dan
menentukan langkah selanjutnya.
b. Observasi tanda tanda kekurangann nutrisi
Rasional: mengetahui sejauh mana kekuranagn nutrisi akibat muntah yang
berlabihan.
c. Setelah 24 jam pertama beri makan dalam pola kecil tapi sering
Rasional: makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan lambung
dan mengurangi kerja peristaltik usus dan membantu proses penyarapan.
d. Berikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional: makanan yang hangat di harapakan dapat mengurangi rasa mual dan
makanan yang bervariasi untuk menambah nafsu makan ibu, sehingga di
harapkan nafsu makan nya dapat terpenuhi.
e. Berikan makanan yang tidak berminyak
Rasional: makanan yang tidak berlemak dan berminyak mengurangi
rangsanagn saluran pencernaan, sehingga di harapkan mual dan muntah
berkurang.
f. Anjurkan pasien memakan makanan yang kering dan tidak merangsang
pencernaan (roti kering dan biskuit)
Rasional: makanan kering tidak merangsang pencernaan dan perasaan mual.
g. Berikan ibu motivasi agar mau menghabiskan makanan
Rasional: ibu merasa di perhatikan dan menghabiskan makanannya.
h. Timbang berat badan ibu
Rasional: dapat mengetahui keseimbangan berat badan sesuai usia kehamilan
dan pengaruh nutrisi.
21

3. Nyeri pada epigastrium b.d muntah berulang.


Tujuan: rasa aman terpenuhi.
Intervensi:
a.

Kaji tingkat nyeri


Rasional: mengetahui tingkat nyeri pada ibu dan intervensi selanjutnya.

b.

Atur kepala ibu dengan posisi lebih tinggi selama 30 menit setelah makan
Rasional: dengan posisi kepala lebih tinggi daapt mengurangi tekanan pada
gastrointestinal, sehingga dapat mencegah muntah yang berulang.

c.

Perhatikan kebersihat mulut ibu sesudah dan sebelum makan


Rasional: menimbulkan rasa nyaman dan mencegah terjadinya mual dan
muntah.

d.

Alihkan perhatian ibu pada hal yang menyenangkan


Rasional: ibu bisa melupakan nyeri akibat nyeri yang berulang.

b.

Anjurkan ibu untuk beristirahat dan batasi pengunjung


Rasional: menambah ketenangan pada ibu.

c.

Kolaborasi dalam pemberian antiemetik dan sedatif dengan dokter


Rasional: obat antiemetik mengurangi muntah dan obat sedatif membuat ibu
tenang, sehingga daapt menurangi nyeri yang di rasaakn oleh ibu.

4. Tidak efektifnya pola pertahanan diri b.d efek psikologis terhadapa kehamilan dan
perubahan peran sebagai ibu.
Tujuan: pola pertahanan diri efektif.
Intervensi:
a.

Bantu ibu untuk mengungkapkan perasaannya secara

langsung terhadap

kehamilan.
Rasional: dapat mengetahui reaksi ibu terhadap kehamilannya.
b.

Dengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian


Rasional: ibu merasa di perhatikan dan tidak sendiri dalam mengatasi
masalahnya.

c.

Diskusikan bersama ibu mengenai masalah yang di hadapi dan pemecahan


masalah yang dapat di lakukan.

22

Rasional : melalui diskusi dapat diketahui koping ibu dalam menghadapi


masalahnya.
d.

bantu ibu untuk memecahkan masalahnya, terutama yang berhubungan


dengan kehamilan.
Rasional : dengan membantu memecahkan masalah ibu, maka perawat dapat
menemukan pola koping ibu yang efektif.

e.

dukung ibu dalam pemecahan masalah yang konstruktif.


Rasional : dukungan dapat menambah rasa percaya diri ibu dalam
menemukan pemecahan masalah.

f.

libatkan keluarga dalam kehamilan ibu.


Rasional : keluarga dapat diajak bekerjasama dalam memberikan dukungan
kepada ibu terhadap kehamilannya.

g.

kolaborasi dengan ahli psikiatri jika diperlukan.


Rasional : untuk mengetahui adanya kemungkinan factor psikologis yang
lebih berat sebagai penyebab masalah.

5. Resiko perubahan nutrisi janin yang berhubungan dengan berkurangnya peredaran


darah makanan ke janin.
Tujuan : perkembangan janin tidak terganggu
Intervensi :
a. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
Rasional :agar ibu menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin dan ibu
mengetahui akan kebutuhan nutrisinya.
b. Pemeriksaan fundus uteri
Rasional : fungsi fundus uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan dapat
menjadi bahan penilaian akan nutrisi janin.
c. Pantau denyut jantung janin
Rasional : denyut jantung yang masih dalam keadaan normal dan aktif
menandakan janin masih dalam keadaan baik.

23

Implementasi Keperawatan
Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tindakan
keperawatan harus mendetail agar semuatenaga keperawatan dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam

pelaksanaan

tindakan

keperawatan,

perawat

dapat

langsung

memberikan pelayanan kepada ibu dan/ atau dapat juga di delegasikan kepada orang
lain yang di percayai di bawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat.

Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil
yang diharapkan terhadap perubahan perilaku ibu dan untuk mengetahui sejauh mana
masalah ibu dapat teratasi. Disamping itu, perawat juga melakukan umpan balik atau
pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dalam proses keperawatan
segera di modifikasi.

24

DAFTAR PUSTAKA
Delivering A Healthy Wa. (2013). Abnormalities Of Early Pregnancy: Management Of
Hyperemesis Gravidarum. King Edward Memorial Hospital. Clinical Guidelines Section C Perth Western Australia
Dotun A Ogunyemi. (2015). Hyperemesis Gravidarum Treatment & Managemen.
Journal. Updated nov 15, 2015. http://emedicine.medscape.com/article/254751treatment#d8
Gunawan, Kevin, Paul Samuel Kris Manengkei, dkk. (2011). Diagnosis dan Tata
Laksana

Hiperemesis

Gravidarum.

Artikel

Pengembangan

Pendidikan

Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) Volum: 61, Nomor: 11, November 2011.


Jakarta: FKUI & RSUP Cipto Mangunkusumo
Hidayati, Ratna. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika
Kevin dkk. (2011). Diagnosis and Treatment Of Hyperemesis Gravidarum. Artikel
Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB). FK UI. Jakarta.
Lindsey J Wegrzyniak, John T Repke, and Serdar H Ural. (2012). Treatment of
Hyperemesis Gravidarum. Journal Rev Obstet Gynecol. 2012; 5(2): 7884.
http://emedicine.medscape.com/article/254751-treatment#d1
Manuaba IBG. (2010). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Matrenitas. Jakarta: Salemba Medika
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: Salemba Medika
Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 20152017, Edited T. Heather Herdman
and Shigemi Kamitsuru. Willey Blackwell
Solikhah, Umi. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan dan
Nipas. Yogyakarta: Nuha Medika
Sumai, Elfanny, Femmy Keintjem, dkk. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam
Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah
25

Bidan JIDAN Volume 2 Nomor 1. Januari Juni 2014. ISSN : 2339-1731.


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado
Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Srwono
Prawiroharjo

26

Anda mungkin juga menyukai