STASE OBSGYN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun oleh
Dede Kurniawan
13101003
I. IDENTITAS
Usia : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
lalu
keluhan ini.
saja
- Keluhan lain yang dirasakan yaitu gangguan BAK yaitu BAK nya
berwarna kuning pekat dan gangguan BAB sulit buang air besar,
obatnya
3. Riwayat pernikahan
4. Riwayat Menstruasi
5. Riwayat Fertilitas
d. Mual-mual : (+)
f. Gangguan BAK / BAB : (+) BAK kuning pekat (+) BAB tidak
lancar
g. Hipertensi : (-)
h. Kejang : (-)
1. Status Generalis
h. Abdomen : timpani
KEKUATAN OTOT : 5 5
5 5
2. Status Obstetri
abdomen pasien
Periksa I
Umur kehamilan ( minggu ) 8 minggu
TFU
Presentasi
Letak anak dan turunnya bagian bawah
Punggung
DJJ
Edema
Tekanan darah (mm Hg) 100/60 mmHg
Berat badan (kg) 42 kg
1. Laboratorium
a. Darah
Hb : Bilirubin total :
AL : Bilirubin direk :
Hmt : Bilirubin indirek :
LED : Protein total :
AT : Albumin :
Masa pendarahan : Globulin :
Masa pembekuan : SGOT :
HJL : SGPT :
Eosinofil : Alkali fosfatase :
Segmen : Ureum :
Limfosit : Kreatinin :
Monosit : Urea :
Malaria : Rhesus :
Golongan darah :
b. Urin
pH :
Albumin :
Gula :
Urobilin :
Keton :
Darah samar :
Epitel :
Leukosit :
Eritrosit :
USG :
Radiologi :
V. DIAGNOSIS
VII. TERAPI
VIT B6
Terapi cairan RL
VIII. EDUKASI
Mual muntah pada ibu hamil pada trimester atau pada bulan awal
kehamilan itu hal yang fisiologis ataupun wajar dan juga biasanya
atau masuk 4 bulan kehamilan. Apabila pasien seperti anak ibu ini
oleh pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Definisi
Hyperemesis gravidarum merupakan muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana
segala apa yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan kembali sehingga dapat
mempengaruhi keadaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat
aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit appendicitis, dan penyakit lain.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi diet dan symptom
amkan teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum
diketahui tetapi hubungannya erat dengan endokrin, kimiawi, dan psikologis.
2. Epidemiologi
Mual dan muntah pada kehamilan terjadi pada 50-60 % pada primigravida, dan 40-
60% pada multigravida (wiknjosastro, 2006). Data statistik Amerika Serikat
menyatakan terjadi hiperemesis gravidarum pada 5 dari 1000 kehamilan. Berdasarkan
usia hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada ibu muda dan berkurang pada
usia ibu lanjut. Sedangkan berdasarkan perbedaan ras tidak terbukti adanya pengaruh
pada hiperemesis gravidarum (Ogunyemi, 2017).
3. Etiologi
Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III ini sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi
dapat terjadi icterus, sianosis, nystagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan
proteinuria ditemukan dalam urin (Winkahardjo, 2006).
5. DIAGNOSIS
- Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
- Vital sign: nadi meningkat 100 X/menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma)
(Winkahardjo, 2006).
- Fisik: dehidrasi, kulit pucat, icterus, sianosis, berat badan menurun, pada
vaginal toucher uterus besar sesuai usia kehamilan, kosistensi luna, pada
pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide)
- Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga
untuk mengetahui kemungkinan adanya hamil kembar ataupun kehamilan
molahidatidosa.
- Laboratorium: kenaikan relative haemoglobin dan hematokrit, shift to the
left, benda keton, dan proteinuria.
- Pada keluhan hyperemesis berat dan berulang perlu difikirkan untuk
konsultasi psikologi.
6. GEJALA KLINIS
7. FAKTOR RISIKO
Maternal
Akibat defisiensi tiamin B1 akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi
nervus ke-6, nystagmus, dan kejang. Jik hal ini tidak segera ditangani, akan
terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menunrunnya kemampuan untuk
beraktivitas), ataupun kematian. Oleh Karena itu, untuk hyperemesis tingkat II
perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
Fetal
penurunan berat badan uyang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam Rahim (IUGR).
8. MANAJEMEN
- Untuk keluhan hyperemesis yang berat pada pasien dianjurkan untuk
dirawat dirumah sakit dan membatasi pengunjung.
- Stop makanan peroral 24-48 jam
- Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2:1 40 tetes per menit.
FARMAKOLOGI
- Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 20-100 mg/hari/infus
- Vitamin B12 200 mikrogram/hari/infus, vitamin C 200mg/hari/infus
- Fenobarbital 30 mg I.M. 2-3 kali perhari atau klorpromazin 25-50 mg/hari
I.M. atau kalua diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali perhari I.M.
- Antiemetik: prometazin (avopreg) 2-3 kali 25mg per hari per oral atau
proklorpromazin (stematil) kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3
kali perhari peroral
- Antasida: asidirin 3 x 1 tablet perhari peroral atau milanta 3 x x1 tablet
perhari peroral atau magnam 3 x 1 tablet perhari peroral.
DIET
- Sebaiknya dikonsulkan ke ahli gizi
- Diet hyperemesis I diberkana pada hyperemesis tangkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat
gizi, kecuali vit C sehingga hanya diberikan beberapa hari.
- Diet hyperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berlurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam
semua zat gizi kecuali vitamin A dan D.
- Diet hyperemesis III diberikan kepada penderita dengan hyperemesis
ringan . menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.
ANAMNESIS
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine antagonis
(metoklopramid, domperidone), fenotiazin (klorpromazin, proklorpromazin),
antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin,
siklizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respon, dapat jua digunakan
kombinasi ortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3)
(ondansentron, sisaprid).
DAFTAR PUSTAKA
1. Anamnesis
a. Pada RPS, untuk melihat adanya hyperemesis gravidarum maka pemeriksa
menanyakan pasien dan pasien menjawab bahwa pasien sedang hamil,
setelah itu juga pemeriksa menanyakan sudah berapa lama muntah-
muntahnya terjadi. Menurut ( ) perlu juga ditanyakan apakah
keluahan sekarang apakah pernah mengkonsumsi obat muntah sebelumnya,
b. Pada RPD, ketika menanyakan riwayat penyakit dahulu perlu ditanyakan
apakah pasien pernah mengalami hal yang sama sebelum mengeluhkan
yang sekarang. Menurut ( )
c. Pada RPK, pemeriksa hanya menanyakan apakah keluarga ada yang
mangalami hal yang sama. Menurut Craig (2017) dan Sabiston ( ) riwayat
keluarga tidak perlu ditanyakan karena appendicitis tidak berpengaruh
kepada penyakit keluarga. Pada riwayat keluarga hanya perlu ditanyakan
apakah keluarga ada yang mengalami darah tinggi (hipertensi) dari riwayat
ini untuk mengobservasi tekanan darah pasien untuk dilakukan tindakan
operasi pada appendicitis.