Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

MODUL KEPANITERAAN JUNIOR

STASE OBSGYN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun oleh
Dede Kurniawan
13101003

Program Studi Kedokteran


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Abdurrab
Pekanbaru
2017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DEPARTEMEN
OBSTETRI DAN
DOKTER GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN STATUS PASIEN UNTUK


UJIAN
DAN ILMU KESEHATAN Untuk Mahasiswa
Nama Mahasiswa Tanda
UNIVERSITAS ABDURRAB
NIM Tangan
Tanggal Ujian
Rumah sakit
Periode

I. IDENTITAS

Nama : ny. Famasari

Usia : 24 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Jl. Putra Naga pasir putih

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan Perusahaan

Pendidikan : Sarjana

Tanggal masuk RS : 11 Mei 2017

Ruang rawat inap : Ruang Melati

Nomor Rekam medis : 345

Nama suami : bpk Rudi

Pendidikan : Sarjana (S1)


II. ANAMNESIS

Dilakukan Anamnesis pada tanggal 12 Mei 2017

1. Keluhan utama : Muntah-muntah sejak 2 hari yang

lalu

2. Riwayat penyakit sekarang :

- Sejak 2 hari yang lalu

- Muntah dirasakan terus-terusan

- pasien merasa keluhan yang dialami pasien mengganggu aktivitas

sehari-hari pasien yaitu pasien tidak bisa bekerja selama mangalami

keluhan ini.

- Diperberat apabila makan dan minum

- Untuk meringankan keluhan biasanya hanya minum air putih dingin

saja

- Keluhan lain yang dirasakan yaitu gangguan BAK yaitu BAK nya

berwarna kuning pekat dan gangguan BAB sulit buang air besar,

selain itu pasien merasa dada nya terasa panas

- Pernah mengkonsumsi obat sebelumnya tetapi tidak ingat nama

obatnya

3. Riwayat pernikahan

a. Tanggal pernikahan : 12 – Desember 2012

b. Usia sewaktu menikah : 19 Tahun

c. Usia suami sewaktu menikah : 25 Tahun


d. Lama pernikahan : 5 Tahun

4. Riwayat Menstruasi

a. Usia menarche : 14 Tahun

b. Siklus menstruasi : siklus teratur 28 hari

c. Jumlah darah menstruasi : 2X ganti pembalut

d. Rasa sakit saat menstruasi : tidak ada

e. Perdarahan di luar siklus : tidak ada

5. Riwayat Fertilitas

a. Riwayat Kehamilan Sekarang

b. Hari Menstruasi Terakhir (HPMT): 1 Maret 2017

c. Hari Perkiraan Lahir (HPL) : 8 Desember 2017

d. Mual-mual : (+)

e. Sesak nafas : (-)

f. Gangguan BAK / BAB : (+) BAK kuning pekat (+) BAB tidak

lancar

g. Hipertensi : (-)

h. Kejang : (-)

6. Riwayat Kontrasepsi : Hormonal (PIL KB)


III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

a. Keadaan Umum : tampak sakit sedang

b. Vital sign : TD: 100/60 mmHg, N: 93 kali/menit

RR: 18 kali/menit, t : 36,6 °C

c. Berat dan tinggi badan : 42 kg dan 150cm

d. Gizi : 18,7 (Normoweight)

e. Kepala : tidak ada kelainan

f. Leher : pembesaran KGB (-)

g. Dada : pengembangan simeterus

h. Abdomen : timpani

i. Ekstremitas : ROM - : DEX (SUP INF)

ROM - : SIN (SUP INF)

KEKUATAN OTOT : 5 5

5 5

2. Status Obstetri

a. Inspeksi : tampak stretchmark pada dinding

abdomen pasien

b. Palpasi : tidak dilakukan

c. Leopold I : tidak dilakukan

d. Leopold II : tidak dilakukan

e. Leopold III : tidak dilakukan


f. Leopold IV : tidak dilakukan

g. Auskultasi : tidak dilakukan

h. Vaginal Toucher : tidak dilakukan

i. Lain-lain : His tidak dilakukan

TBJ tidak dilakukan

Periksa I
Umur kehamilan ( minggu ) 8 minggu
TFU
Presentasi
Letak anak dan turunnya bagian bawah
Punggung
DJJ
Edema
Tekanan darah (mm Hg) 100/60 mmHg
Berat badan (kg) 42 kg

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

a. Darah

Hb : Bilirubin total :
AL : Bilirubin direk :
Hmt : Bilirubin indirek :
LED : Protein total :
AT : Albumin :
Masa pendarahan : Globulin :
Masa pembekuan : SGOT :
HJL : SGPT :
Eosinofil : Alkali fosfatase :
Segmen : Ureum :
Limfosit : Kreatinin :
Monosit : Urea :
Malaria : Rhesus :
Golongan darah :

b. Urin

pH :
Albumin :
Gula :
Urobilin :
Keton :
Darah samar :
Epitel :
Leukosit :
Eritrosit :

USG :

Radiologi :

V. DIAGNOSIS

G2P0A1H0 gravid 8 minggu dengan hipremesis gravidarum


VI. PROGNOSIS

Baik apabila dehidrasi pasien ditangani dengan cepat dan

pemberian obat anti mual muntah yang aman bagi pasien

VII. TERAPI

VIT B6

Terapi cairan RL

VIII. EDUKASI

Mual muntah pada ibu hamil pada trimester atau pada bulan awal

kehamilan itu hal yang fisiologis ataupun wajar dan juga biasanya

akan berhenti apabila sudah masuk ke usia kehamilan diakhir 3 bulan

atau masuk 4 bulan kehamilan. Apabila pasien seperti anak ibu ini

memang sudah harus dibawa ke palayanan kesehatan terdekat

karena sudah mengalami dehidrasi. Pada dirumah harus dihindari

dari faktor-faktor pencetus nya seperti bau-bauan yang tidak disukai

oleh pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Definisi

Hyperemesis gravidarum merupakan muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana
segala apa yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan kembali sehingga dapat
mempengaruhi keadaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat
aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit appendicitis, dan penyakit lain.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi diet dan symptom
amkan teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum
diketahui tetapi hubungannya erat dengan endokrin, kimiawi, dan psikologis.
2. Epidemiologi

Mual dan muntah pada kehamilan terjadi pada 50-60 % pada primigravida, dan 40-
60% pada multigravida (wiknjosastro, 2006). Data statistik Amerika Serikat
menyatakan terjadi hiperemesis gravidarum pada 5 dari 1000 kehamilan. Berdasarkan
usia hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada ibu muda dan berkurang pada
usia ibu lanjut. Sedangkan berdasarkan perbedaan ras tidak terbukti adanya pengaruh
pada hiperemesis gravidarum (Ogunyemi, 2017).
3. Etiologi

Beberapa penelilitan yang dilakukan, wanita dengan tingkat ekonomi rendah


sampai menengah, wanita dengan tingkat pendidikan rendah, wanita dengan kehamilan
sebelumnya menggalami mual muntah, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral,
berat badan yang berlebihan atau obesitas, multigravida atau nulipara lebih sering
terjadi mual dan muntah dalam kehamilan (Ogunyemi, 2017).
4. KLASIFIKASI

Secara klinis, menurut Winkahardjo (2006) hiperemesi gravidarum dibedakan atas 3


tingkatan, yaitu :
 Tingkat I
Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan kadang terakhir keluar adalah
darah. Nadi meningkat sampai 100X / menit dan tekanan dkiastolik menurun.
Mata cekung dan ldah kering turgor kulit berkurang, dan urin sedikit masih
normal.
 Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan, haus
hebat, suhu febril, nadi cepat 100-120 X/Menit, tekanan darah sistolik kurang
dari 80mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang icterus, aseton, bilirubin
dalam urin, dan berat badan menurun (Winkahardjo, 2006).

 Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III ini sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi
dapat terjadi icterus, sianosis, nystagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan
proteinuria ditemukan dalam urin (Winkahardjo, 2006).

5. DIAGNOSIS
- Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
- Vital sign: nadi meningkat 100 X/menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma)
(Winkahardjo, 2006).
- Fisik: dehidrasi, kulit pucat, icterus, sianosis, berat badan menurun, pada
vaginal toucher uterus besar sesuai usia kehamilan, kosistensi luna, pada
pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide)
- Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga
untuk mengetahui kemungkinan adanya hamil kembar ataupun kehamilan
molahidatidosa.
- Laboratorium: kenaikan relative haemoglobin dan hematokrit, shift to the
left, benda keton, dan proteinuria.
- Pada keluhan hyperemesis berat dan berulang perlu difikirkan untuk
konsultasi psikologi.

6. GEJALA KLINIS

Hyperemesis gravidarum mulai pada trimester pertama. Gejala klinik yang


sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, hipersalivasi,
tanda-tanda dehidrasi termask hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan
laboratorium dapat dijumpai hipotermi, hipokalemia, dan peningkatan
hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai
(Winkahardjo, 2006).

7. FAKTOR RISIKO
 Maternal
Akibat defisiensi tiamin B1 akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi
nervus ke-6, nystagmus, dan kejang. Jik hal ini tidak segera ditangani, akan
terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menunrunnya kemampuan untuk
beraktivitas), ataupun kematian. Oleh Karena itu, untuk hyperemesis tingkat II
perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
 Fetal
penurunan berat badan uyang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam Rahim (IUGR).

8. MANAJEMEN
- Untuk keluhan hyperemesis yang berat pada pasien dianjurkan untuk
dirawat dirumah sakit dan membatasi pengunjung.
- Stop makanan peroral 24-48 jam
- Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2:1 40 tetes per menit.

FARMAKOLOGI
- Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 20-100 mg/hari/infus
- Vitamin B12 200 mikrogram/hari/infus, vitamin C 200mg/hari/infus
- Fenobarbital 30 mg I.M. 2-3 kali perhari atau klorpromazin 25-50 mg/hari
I.M. atau kalua diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali perhari I.M.
- Antiemetik: prometazin (avopreg) 2-3 kali 25mg per hari per oral atau
proklorpromazin (stematil) kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3
kali perhari peroral
- Antasida: asidirin 3 x 1 tablet perhari peroral atau milanta 3 x x1 tablet
perhari peroral atau magnam 3 x 1 tablet perhari peroral.

DIET
- Sebaiknya dikonsulkan ke ahli gizi
- Diet hyperemesis I diberkana pada hyperemesis tangkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat
gizi, kecuali vit C sehingga hanya diberikan beberapa hari.
- Diet hyperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berlurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam
semua zat gizi kecuali vitamin A dan D.
- Diet hyperemesis III diberikan kepada penderita dengan hyperemesis
ringan . menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

REHIDRASI DAN SUPLEMEN VITAMIN


Pilihan cairan adalah normal salin (NaCL 0,9%). Cairan dekstrosetidak boleh diberikan
Karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk menkoreksi hyponatremia.
Suplemen potassium boleh diberikansevara IV sebagai tambahan. Suplemen tiamin
diberikan secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg dilarutkan kedalam 100 cc NaCL.
Urin output juga harus dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstick untuk
mengetahui terjadinya ketonuria (Winkahardjo, 2006).

ANAMNESIS
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine antagonis
(metoklopramid, domperidone), fenotiazin (klorpromazin, proklorpromazin),
antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin,
siklizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respon, dapat jua digunakan
kombinasi ortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3)
(ondansentron, sisaprid).
DAFTAR PUSTAKA

Ogunyemi, Dotun A. (2017). Hyperemesis Gravidarum. Medscape Referance.

Wiknjosastro H.(2006).Ilmu kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Anamnesis
a. Pada RPS, untuk melihat adanya hyperemesis gravidarum maka pemeriksa
menanyakan pasien dan pasien menjawab bahwa pasien sedang hamil,
setelah itu juga pemeriksa menanyakan sudah berapa lama muntah-
muntahnya terjadi. Menurut ( ) perlu juga ditanyakan apakah
keluahan sekarang apakah pernah mengkonsumsi obat muntah sebelumnya,
b. Pada RPD, ketika menanyakan riwayat penyakit dahulu perlu ditanyakan
apakah pasien pernah mengalami hal yang sama sebelum mengeluhkan
yang sekarang. Menurut ( )
c. Pada RPK, pemeriksa hanya menanyakan apakah keluarga ada yang
mangalami hal yang sama. Menurut Craig (2017) dan Sabiston ( ) riwayat
keluarga tidak perlu ditanyakan karena appendicitis tidak berpengaruh
kepada penyakit keluarga. Pada riwayat keluarga hanya perlu ditanyakan
apakah keluarga ada yang mengalami darah tinggi (hipertensi) dari riwayat
ini untuk mengobservasi tekanan darah pasien untuk dilakukan tindakan
operasi pada appendicitis.

IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Anamnesis
 Pada RPS, untuk pasien dengan dugaan hiperemesis Gravidarum,
keluhan yang muncul saat anamnesis hanyalah mual muntah hebat dan
penurunan nafsu makan, padahal pasien datang dengan keadaan lemas
dan pucat dan juga pasien datang dengan menggunakan kursi roda yang
didorong oleh orang tua pasien. Ogunyemi (2017) pasein dengan
hiperemesis gravidarum memiliki keluhan berlebihnya produksi air liur,
kelelahan, pusing, serta gejala tambahan seperti hilannya rasa mengecap
atau dysgeusia, gangguan tidur, kegelisahan, mudah marah, perubahan
suasana hati yang cepat, berkurangnya konsentrasi. Pada pasien tidak
ditanyakan berat badan sebelum hamil, seharus nya berat badan
ditanyakan untuk menilai apakah terjadi penurunan atau tidak. Goodwin
2008 dalam Ogunyemi (2017), menyatakan pada pasien hiperemesis
terdapat penurunan berat badan hingga >5% berat badan sebelum
kehamilan.
 Pada RPD, pemeriksa menanyakan apakah ada keluhan seperti ini
sebelumnya, pasien menjawab iya dulu pernah mengalami hal yang
sama pada kehamilan anak pertama. Oyunyemi (2017) menyatakan
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya menjadi faktor
risiko untuk berulang dikehamilan berikutnya, selain itu multigestasi
dan penyakit trofoblastik juga menjadi salah satu faktor risiko lain
terhadap hiperemesis gravidarum.
 Pada RPK, pemeriksa menanyakan apakah ibu pasien memiliki keluhan
yang sama dan jawaban dari ibu adalah iya bahwa ibunya juga
mengalami hal yang sama pada saat pasien masih dalam kandungan
beberapa tahun lalu dan muntah dirasakan selama kehamilan.
 Pada Anamnesis sistem pasien tidak mengeluhkan apapun. Seharusnya
menurut Prawirohardjo (2014), pada anamnesis sistem lain seharusnya
didapatkan konjungtiva anemis, kulit pucat,dan sianosis.
2. Pemeriksaan Fisik
 Pada vital sign, pada pemeriksaan vital gign pada pasien didapatkan
keadaan umum pasien tampak sakit sedang dan juga komposmentis.,
selain itu juga didapatkan tekanan darah pasien 100/60 mmHg dan
didapatkan nadi pasien 93X / menit, suhu 36C, TB 150, BB 42Kg dan
juga pasien dalam gizi baik (ideal) Didapatkan nadi pasien 86 kali
permenit seharusnya menurut Prawirohardjo (2014) menyatakan
hipetrensi gravidarum memiliki nadi sama dengan atau lebih dari 100
kali permenit. Setelah itu dilakukan pemeriksaan pada mata dan
didapatkan konjungtiva anemis dan mata tampak cekung.
3. Pemeriksaan Penunjang
 Pasien diperiksa ultrasonografi (USG) untuk memastikan kehamilan.
Seharusnya untuk pemeriksaan penunjang pada kasus hiperemesis
gravidarum selain dilakukan USG dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu urinalisis untuk menentukan apakah pasien
mengalami ketosis atau tidak (Ogunyemi, 2017).
4. Masalah Pasien
 Masalah Aktif : Pasien mengalami mual muntah hebat pada kehamilan
kedua ini
 Masalah inaktif : tidak terdapat masalah pasif pada pasien
5. Terapi
 Masalah Aktif : pasien pernah meminum obat muntah sebelumnya yag
diberikan oleh dokter kandungan, tetapi pasien lupa obat yang
diberikan. Pengobatan pada hiperemesis gravidarum yaitu dapat
diberikan vitamin B6 10-25 mg 3-4 kali sehari dan atau doxylamine
12,5 mg 3-4 kali sehari, atau metoklopramide 5-10 mg 3 kali sehari atau
ondansetrone 4-8 mg perhari dalam waktu 8-12 jam sekali atau pada
hiperemesis hebat dapat diberikan methylprednisolone 16 mg 3 kali
sehari (McParlin 2016, dalam Ogunyemi, 2017) .
 Masalah Inaktif : tidak ada yang perlu diterapi pada masalah inaktif
pasien

Anda mungkin juga menyukai